PENDAHULUAN
adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-
dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan lain
2015).
7
8
2.1.2 Anatomi
Gambar 2.1 Anatomi Saluran Pernafasan (Anne Waugh dan Allison Grant,
2011)
disebut kavum nasi dan dipisahkan oleh sekat hidung yang disebut
untuk menyaring udara, debu dan kotoran yang masuk didalam lubang
hidung.
nasofaring.
respiratorik selanjutnya
bronkhus kana dan kiri. Bronkus kanan berukuran lebih pendek, lebih
6. Paru-paru
Paru-paru merupan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
Pembagian paru-paru
inferior.
b. Paru kiri: terdiri atas 2 lobus, lobus pulmo sinistra superior, dan
2.1.3 Etiologi
1. Asma ekstrinsik/alergi
2. Asma instrinsik/idopatik
Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya
faktor-faktor non spesifik seperti : flu, latihan fisik atau emosi sering
3. Asma campuran
intrinsik.
belum diketahui dengan pasti, suatu hal yang menonjol pada semua
1. Alergen utama, seperti debu rumah, spora jamur, dan tepung sari
rerumputan.
6. Lingkungan kerja.
7. Obat-obatan.
8. Emosi.
1. Alergen
Alergen adalah zat-zat tertentu yang bila diisap atau dimakan dapat
pernafasan.
3. Tekanan jiwa
asma terutama pada orang yang agak labil kepribadiannya. Hal ini
fisik yang cukup berat dan jarang serangan timbul beberapa jam
setelah olahraga.
5. Obat-obatan
Beberapa klien dengan asma bronkial sensitif atau alergi terhadap obat
sebagainya.
6. Polusi udara
7. lingkungan kerja
yang sangat penting dari sindrom ini, di antaranya dispnea, suara mengi,
mengi, serta sesak nafas. Gejala yang sering terlihat jelas adalah
(Djojodibroto, 2016)
2.1.6 Patofisiologi
antigen dengan molekul IgE yang berkaitan dengan sel mast. Sebagian
besar alergen yang mencetuskan asma bersifat airborne dan agar dapat
menginduksi keadaan sensitivitas, alergen tersebut harus tersedia dalam
akut asma adalah aspirin, bahan pewarna seperti tartazin, antagonis beta-
khususnya terjadi pada orang dewasa, walaupun keadaan ini juga dapat
dilihat pada masa kanak-kanak. Masalah ini biasanya berawal dari rhinitis
pemberian obat setiap hari. Setelah menjalani bentuk terapi ini, toleransi
aspirin dan obat lain tidak diketahui, tetapi mungkin berkaitan dengan
nafas pada klien asma, sama halnya dengan klien lain, dapat menyebabkan
peningkatan reaktivitas jalan nafas dan hal tersebut harus dihindari. Obat
sulfit dan sulfat klorida, yang secara luas digunakan dalam industri
senyawa ini, seperti salad, buah seger, kentang, kerang, dan anggur.
2.1.7 Penatalaksanaan
a. Saatnya serangan
1. Status asmatik
3. Pneumothorax
5. Atelektasis
6. Aspirasi
8. Asidosis
Snyder, 2011).
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
tahun.
(Soemantri, 2009)
2. Keluhan Utama
a. Keluhan Utama
(Soemantri, 2009).
e. Pola Hidup
bah pada perempuan yang merokok atau tinggal pada daerah yang
1. Nutrisi
Terjadi penurunan berat badan yang cukup drastis sebagai akibat dari
(Padila, 2012).
2) Eliminasi
Penderita asma dilarang menahan buang air besar dan buang air kecil.
3. Aktivitas
a. Istirahat/tidur
Susah tidur karena sering batuk atau terbangun akibat dada sesak
perlu tidur dalam posisi duduk tinggi (Wijaya & Putri, 2013).
b. Aktivitas
sesak nafas.
wajah.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak rontok, tidak ada oedema.
c. Pemeriksaan telinga
d. Pemeriksaan mata
f. Pemeriksaan leher
kelenjar tiroid
lesi/tidak,ada benjolan/tidak.
h. Pemeriksaan thorak
1) Pemeriksaan paru
(Djojodibroto, 2016).
(Somantri, 2019).
2) Pemeriksaan jantung
Perkusi : pekak.
tambaha/tidak.
i. Pemeriksaan abdomen
Perkusi : tympani.
j. Pemeriksaan integumen
Inspeksi : kulit berwarna sawo matang, tidak ada lesi, tidak ada
oedema.
merata.
20% atau lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90% dari
3. Pemeriksaan Kulit
tubuh.
4. Pemeriksaan Laboratorium
asma yang berat, karena hanya reaksi yang hebat saja yang
d. Pemeriksaan darah rutin dan kimia: jumlah sel leukosit yang lebih
hiperkapnea.
atelektasis.
(Muttaqin, 2012)
masalah klien. Diagnosis adalah langkah yang sangat penting dalam proses
dioksida.
pengunyahan.
Antigen
Factotryang
pencetus:
terkait IGE
Mengeluarka
pada permukaan
n mediator:
sel mast
histamin,
atau basofil
platelet,
Permia-
Edema mu- bradikinin,
bilitas dll produktif,
kosa, sekresi
kapiler mening- kat kontriksi otot polos meningk
Allergen
Stress
cuaca
Spasme otot polos sekresi kelenjar bronkus Konsentrasi O2 dalam darah menurun
gelisahAn sietas
Hiperkapnea
enyempitan atau obstruksi proksilal dan bronkus pada tahap ekskresi dan inspirasi Hipoksemia
Suplai O2 keotak
Koma
Suplai O2 kejaringan
Perfusi ja- ringan perifer
Penurunan cardiac output
Retensi O2
Asidosis respiratorik Intoleransi aktivitas
nafsu makan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Ketidakefek tubuh
tifan pola nafas
Gambar 2.2 Pathway Asma (Sumber : Nurarif dan Kusuma, 2015)
2.2.7 Rencana Asuhan Keperawatan
membantu klien untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu
1. Independen
2. Interdependen
sebagainya dalam hal pemberian pada klien sesuai dengan diit yang
2.2.9 Evaluasi
2.3.1 Definisi
teratur.
sering kali tidak reversible akibat efek penyakit kronis. Masalah yang
sebelum nafas dalam dan batuk, perkusi serta vibrasi (Kozier, 2011).
2. Dispnea
3. Bradipnea
4. Takipnea
5. Otopnea
6. Pernafasan cuping hidung
7. Pernafasan bibir
2. Nyeri
3. Cemas
5. Proses peradangan
2.3.4 Penatalaksanaan
1. Pernafasan diafragmatik
ekspirasi.
rileks.
3. Latihan otot-otot pernafasan
4. Drainase postural
Alergen
Infeksi saluran nafas Asuhan Keperawatan Asma Bronkial
Tekanan jiwa
Kegiatan jasmani yang berlebih
Polusi udara
Lingkungan kerja
Obat-obatan
Gambar 2.3 Hubungan Antar Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penderita
Penyakit Asma Bronkial dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan
pola nafas.