Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN GERONTIK

PENGARUH KOMPRES JAHE HANGAT TERHADAP


TINGKAT NYERI ARTRITIS REUMATOID PADA LANSIA

Dosen Pembimbing : M. Taukhid, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Oleh :

NINDA MAKALISWANTI
NIM. 201601084

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2020
i
LEMBAR PENGESAHAN

Analisis jurnal keperawatan gerontik dengan judul "pengaruh kompres jahe


hangat terhadap tingkat nyeri artritis reumatoid pada lansia" yang dilaksanakan
pada tanggal 18 agustus-29 agustus 2020. Telah diperiksa dan disetujui desen
pembimbing.

Nama : Ninda Makaliswanti

Nim : 201601084

Telah diperiksa dan disetujui dosen pembimbing.

Hari : Kamis

Tanggal: 27 Agustus 2020

Mahasiswa

(Ninda Makaliswanti)

Mengetahui,

Pembimbing akademik
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah analisis jurnal yang berjudul
“Pengaruh Kompres Jahe Hangat Terhadap Tingkat Nyeri Artritis Reumatoid
Pada Lansia” makalah ini disusun untuk memenuhi tugas praktik Profesi Ners
Departemen Keperawatan Gerontik, yang dilaksanaka pada tanggal 18 Agustus
2020 – 29 Agustus 2020 dan penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada:

1. M. Taukhid, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing akademik Departemen


Keperawatan Gerontik yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
demi terselesaikannya makalah ini.
2. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis
dan petugas kesehatan lain maupun masyarakat yang memanfaatkannya.

Kediri, 26 Agustus 2020

Penulis,
DAFTAR ISI
Sampul............................................................................................................i
Lembar pengesahan.....................................................................................ii
Kata pengantar............................................................................................iii
Daftar isi.......................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan.......................................................................................................3
1.4 Manfaat.....................................................................................................3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep kompres hangat............................................................................4
2.2 Konsep artritis rheumatoid dan nyeri.......................................................5
2.3 Konsep lansia............................................................................................6

BAB 3 ANALISIS JURNAL


3.1 Analisis jurnal...........................................................................................9

BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Jurnal 1 Pengaruh Kompres Hangat Jahe Merah (Zingiber Officinale Soscoe)
Terhadap Penurunan Skala Nyeri Artritis Rheumatoid Pada Lansia Di UPT.
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Balita Wilayah Binjai Dan Medan ...
............................................................................................................... 12
4.2 Jurnal 2 Pengaruh Kompres Hangat Jahe Terhadap Penurunan Skala Nyeri
Artritis Reumatoid Pada Lansia Di Desa Lau Rakit Dusun II Kecamatan STM
Hilir Kab Deli Serdang..........................................................................13

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan.............................................................................................17
5.2 Saran.......................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses penuaan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari oleh
setiap manusia yang ditandai dengan tahap-tahap penurunan fisik, mental,
maupun spirituan. Kondisi lansia umumnya menurun seiring dengan
semakin tua umur. Terjadinya penuaan penduduk antara lain disebabkan
oleh penurunan fertilitas dan angka kematian, yang diiringi dengan
peningkatan usia harapan hidup yang mengubah struktur umur penduduk.
Di Indonesia data angka harapan hidup sehat lansia atau Healthy Life
Expectancy (HALE) hanya sebesar 62,1 tahun, artinya penduduk lansia di
Indonesia berada dalam kondisi tidak atau kurang sehat.
Pada lansia cenderung mengalami penurunan fungsi dan struktur kondisi
muskuloskeletalnya karena faktor degeneratif, yang ditandai dengan
penurunan kekuatan fisik, aktifitas menurun dan sering mengalami
gangguan kesehatan. Arthritis Rheumatoid adalah penyakit kelainan pada
sendi yang menimbulkan nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal
(sendi, tulang, jaringan ikat dan otot) dan dianggap sebagai satu keadaan
sebenarnya terdiri atas lebih dari 100 tipe kelainan yang berbeda. Penyakit
ini utamanya mengenai otot-otot skelet, tulang, ligamentum, tendon dan
persendian pada laki-laki maupun wanita dengan segala usia. Memang ada
penyakit arthritis rheumatoid yang dapat menimbulkan kematian, tetapi
sangat jarang terjadi dan biasanya telah diderita selama berbulan-bulan
sampai bertahun-tahun. Hal yang paling ditakuti dari penyakit arthritis
rheumatoid ini bila tidak diobati dengan benar adalah akan menimbulkan
kecacatan baik ringan seperti kerusakaan sendi maupun berat badan seperti
kelumpuhan. Hal ini mungkin akan menyebabkan berkurangnya kualitas
hidup seseorang yang berakibat terbatasnya aktivitas, depresi sampai
berimbas pada status sosial ekonomi seseorang atau sebuah keluarga,
kenyamanan, dan masalah yang disebabkan oleh penyakit rheumatoid
arthritis tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas
1
dan aktivitas sehari-hari tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas tetapi
dapat menimbulkan kegagalan organ dan kematian atau mengakibatkan
masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta
gangguan tidur (Aqila, 2010).
Menurut Zeng Q.Y tahun 2008 prevalensi nyeri rheumatoid arthritis di
indonesia mencapai 23,6%-31,3%. Penderita rheumatoid arthritis di dunia
maupun di indonesia sangatlah banyak dan semakin meningkat. Keluhan
yang sering muncul seperti nyeri pada persendian. Meningkatnya jumlah
rheumatoid arthritis seiring meningkatnya jumlah lansia di dunia tiap
tahunnya. Hasil perkiraan menyebutkan sekitar 35 juta kasus penyakit
rheumatoid arthritis yang disebut arthritis (radang sendi) terdapat di
Amerika Serikat (Purwoastuti, 2009).
Manajemen nyeri pada artritis reumatoid bertujuan untuk mengurangi atau
mengilangkan rasa sakit dan tidak nyamanan. Secara umum manajemen
arteritis reumatoid ada dua yaitu manajemen farmakologi (obat-obatan) dan
manajemen non-farmakologi. Tindakan non farmakologi yang sangat
sederhana dan efektif untuk menangani nyeri pada arthritis rematoid dan
tindakan yang dilakukan ini tidak menimbulkan resiko bagi pasien dan tidak
membutuhkan biaya yang banyak. Pengobatan secara komplementer ini
menggunakan kompres hangat mengurangi nyeri pada arttritis rematoid
yang dapat dilakukan oleh perawat secara mandiri tanpa adanya kolaborasi
dengan tim medis lainnya. (Sunarti, 2014).

1.2 Rumusan Masalah


Perlunya tindakan untuk mengurangi nyeri pada penderita artritis
rheumatoid maka penilis menganalisis jurnal yang berkaitan dengan
kompres hangat untuk mengurangi nyeri peda penderita artritis rheumatoid.
1.3 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh
kompres hangat terhadap tingkat nyeri penderita artritis rheumatoid
pada lansia
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Menambah wawasan tentang terapi nonfarmakologi menggunakan
kompres hangat untuk meredakan nyeri artritis reumatoid pada
lansia
2. Mengetahui efektifitas tentang terapi nonfarmakologi
menggunakan kompres hangat untuk meredakan nyeri artritis
reumatoid pada lansia.

1.4 Manfaat
1.4.1 Penulis
Dapat memperoleh tambahan pengetahuan dalam menganalisa
jurnal tentang pengaruh terapi nonfarmakologi kompres hangat
terhadap tingkat nyeri pernderita artritis reumatoid pada lansia.
1.4.2 Instisusi pendidikan
Diharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai bahan penambah
wawasan dan bacaan untuk meningkatkan mutu pendidikan
mahasiswa di Stikes Karya Husada Kediri.
1.4.3 Pelayanan kesehatan
Diharapkan makalah ini dapat menjadi acuan tenaga kesehatan
khususnya keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kompres Hangat


Potter & Perry (2005) kompres hangat adalah sepotong balutan kasa yang
dilembabkan dengan cairan hangat yang telah diprogramkan. Panas dapat
meingkatkan vasodilatasi dan evaporasi panas dari permukaan kulit.
Menurut Smeltzer & Bare (2002) kompres hangat mempunyai keuntungan
meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut
menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan. Suhu air yang
digunakan dalam kompres hangat, yaitu 50-60°C (Asmadi, 2008). Tujuan
dari kompres hangat adalah pelunakan jaringan fibrosa, membuat otot tubuh
lebih rileks, menurunkan rasa nyeri, dan memperlancar pasokan aliran darah
dan memberikan ketenangan pada klien. Kompres hangat yang digunakan
berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah, menstimulasi sirkulasi darah,
dan mengurangi kekakuan (Perry & Potter, 2005).
Kompres hangat pada sendi reumatoid akan menonaktifkan serabut saraf
yang menyebabkan spasme otot. Pemberian terapi hangat pada lansia artritis
reumatoid sangat mudah diaplikasikan baik oleh pihak tenaga kesehatan
ataupun oleh pasien dan tidak mahal. Penggunaan terapi ini pada tubuh
dapat memperbaiki fleksibilitas tendon dan ligamen, mengurangi spasme
otot, meredakan nyeri, meningkatkan aliran darah, dan meningkatkan
metabolisme.
Panas dapat menonaktifkan serabut saraf yang menyebabkan spasme otot
dan panas tersebut dapat menyebabkan pelepasan endorfin, opium yang
sangat kuat, seperti bahan kimia yang memblok transmisi nyeri. Secara
umum peningkatan aliran darah dapat terjadi pada bagian tubuh yang
dihangatkan karena panas cenderung mengendurkan dinding pembuluh
darah, panas merupakan yang terbaik untuk meningkatkan fleksibilitas
(Anderson, 2007). Menurut Smeltzer (2001), kompres panas dapat
membantu untuk meredakan rasa nyeri, kaku, dan spasme otot. Panas
superfisial dapat diberikan dalam betuk kompres hangat. Manfaat maksimal
dapat dicapai dalam waktu 20 menit

2.2 Konsep Artritis Rheumatoid dan Nyeri


Artritis rheumaotid merupakan penyakit autoimun yang mengenai jaringan
persendian, dan sering juga melibatkan organ tubuh lainnya yang ditandai
dengan terdapatnya sinovitis erosif sistemik (Sekar, 2011). Insiden puncak
antara usia 40-60 tahun, lebih sering terjadi pada wanita dari pada pria
(Muttaqin, 2008). American College of Rheumatology (2012) menyatakan
bahwa, Rheumatoid Arthritis adalah penyakit kronis (jangka panjang) yang
menyebabkan nyeri, kekakuan, pembengkakan serta keterbatasan gerak dan
fungsi banyak sendi. Menurut pendapat lain Artritis reumatoid merupakan
suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang walaupun manifestasi
utamanya adalah poliartritis yang progesif, akan tetapi penyakit ini juga
melibatkan seluruh organ tubuh. Artritis reumatoid ditandai dengan adanya
peradangan dari lapisan selaput sendi (sinovium) yang menyebabkan nyeri,
kekakuan, hangat, bengkak, dan merah (Nugroho, 2012).
Penyebab penyakit artritis reumatoid belum diketahui secara pasti, namun
faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor
metabolik, dan infeksi virus. artritis reumatoid merupakan manifestasi
respon terhadap suatu agen infeksiosa pada pejamu telah diperkirakan yaitu
Mycoplasma, virus Epstain-Barr, sitomegalovirus, parvovirus dan rubella.
Mekanisme penyebab lain yang potensial reumatoid artitis adalah
terganggunya toleransi diri normal yang menimbulkan reaktivitas terhadap
antigen diri di dalam sendi, misalnya kolagen tipe II atau hilangnya
mekanisme control imunoregulatorik yang mengakibatkan pengaktival sel T
poliklonal (Isselbacher, et al, 2000 dalam marlina 2016).
Nyeri adalah sensasi ketidaknyamanan yang di manifestasikan sebagai
penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman, dan
fantasi luka mengacu kepada teori dari asosiasi nyeri internasional,
pemahaman tentang nyeri lebih menitikberatkan bahwa nyeri adalah
kejadian fisik, yang tentu saja untuk penatalaksanaan nyeri menitikberatkan
pada manipulasi fisik. Nyeri diperkenalkan sebagai suatu pengalaman
emosional yang penatalaksanaannya tidak hanya pengelolaan fisik semata,
namun penting juga untuk melakukan manipulasi (tindakan) psikologis
untuk mengatasi nyeri (Tamsuri, 2014).
Nyeri pada penyakit artritis rheumatoid dapat terjadi akibat: (1) Rangsangan
pada nociceptors di dalam komponen perangkat biomekanik, misalnya
perangsangan nociceptors pada otot, sendi, tendon dan ligamen. Nyeri jenis
ini berhubungan dengan konsep nyeri sistem sensorik, sebagai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap situasi yang membahayakan atau terjadinya
kerusakan. Oleh karena adanya nyeri ini, maka bagian yang terserang akan
diistirahatkan /imobilisasi, untuk mencegah terjadinya kerusakan lebih
lanjut. (2) Penekanan saraf atau serabut saraf (radiks). (3) Perubahan postur
yang menyebabkan fungsi untuk mengatur kontraksi otot tidak sempurna.
(4) Mekanisme psikosomatik.

2.3 Konsep Lansia


Penuaan adalah suatu proses yang terjadi terus menerus dan
berkesinambungan, selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis,
fisiologis, dan biokimia pada tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi
dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Depkes RI,2013). Proses
penuaan adalah peristiwa yang normal dan alamiah dimana dapat dialami
oleh setiap individu. Perubahan dapat terjadi dari berbagai aspek fisik,
mental, dan sosial (Nugroho, Abikusno, 2013). Perubahan-perubahan fisik
yang dapat diamati pada seseorang yakni rambut memutih, kulit keriput,
tipis, kering, dan linggar, mata berkurang pengelihatannya dikarenakan oleh
kelainan refraksi ataupun katarak, daya penciuman menurun, daya pengecap
kurang peka terhadap rasa manis dan asin, pendengaran berkurang,
persendian kaku dan sakit dan masih banyak perubahan fisik lainnya.
Klasifikasi Lansia
Klasifikasi Lansia Menurut WHO tahun 2009
a. Usia pertengahan ( Middle age) yaitu seseorang yang berusia 45-59
tahun
b. Lanjut usia (elderly) berusia antara 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) berusia antara 74-90 tahun, dan
d. Usia sangat tua (very old) yaitu seseorang yang berusia lebih dari 90
tahun.
Perubahan yang Terjadi Pada Lansia
1. Perubahan Fisik.
Perubahan fisik yang terjadi pada lansia antara lain:
a. Kekuatan fisik secara menyeluruh berkurang, merasa cepat lelah
danstamina menurun.
b. Sikap badan yang semula tegap menjadi membungkuk, otot-otot
mengecil, hipotrofis, terutama dibagian dada dan lengan.
c. Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses
keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis.
d. Rambut memutih dan pertumbuhan berkurang sedang rambut dalam
hidung dan telinga mulai menebal.
e. Perubahan pada indera. Misal pada penglihatan, hilangnya respon
terhadap sinar, hilangnya daya akomodasi. Pada pendengaran
pengumpulan cerumen dapat terjadi karena meningkatnya keratin,
f. Pengapuran pada tulang rawan, seperti tulang dada sehingga rongga
dada menjadi kaku dan sulit bernafas.
2. Perubahan sosial
a. Perubahan peran post power syndrome, single woman, dan single
parent.
b. Ketika lansia lainnya meninggal maka muncul perasaan kapan ia
akan meninggal.
c. Terjadinya kepikunan yang dapat mengganggu dalam
bersosialisasi.
d. Emosi mudah berubah, sering marah-marah dan mudah
tersinggung.
3. Perubahan Psikologi
Perubahan psikologis yang terjadi pada lansia meliputi short term
memory,frustasi,kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut
menghadapi kematian,perubahan depresi dan kecemasan.
BAB 3
REVIEW JURNAL

No Judul Penelitian Variabel Desain Sampel Hasil Penelitian


Penelitian Penelitian

1 Pengaruh Kompres Hangat variabel independen: Pre Eksperimen Penelitian ini Berdasarkan hasil analisis
Jahe Merah (Zingiber melibatkan menunjukkan bahwa adanya
Kompres Hangat
Officinale Soscoe) Terhadap sebanyak 20 perbedaan tingkat nyeri sebelum
Jahe Merah
Penurunan Skala Nyeri Artritis responden lansia dan sesudah dilakukan intervensi.
(Zingiber Officinale
Rheumatoid Pada Lansia Di Pada penelitian tersebut didapatkan
Soscoe)
UPT. Pelayanan Sosial Lanjut hasil P-value sebesar 0,000.
Usia Dan Balita Wilayah Variabel dependen: Sebelum dilakukan intervensi
Binjai Dan Medan kompres hangat jahe merah
Skala Nyeri Artritis
didapatkan sari 20 responden 20%
Nama peneliti dan tahun Rheumatoid
(4 orang) mengalamai nyeri dengan
Penelitian: Sunarni, Alhuda. kategori nyeri sangat berat, 30% (6
2018 orang) dalam kategori skala nyeri
berat. 40% (8 orang) masuk dalam

9
kategori nyeri sedang dan 10%
responden dengan skala nyeri
ringan. Setelah dilakukan intervensi
sebanyak 30% (6 orang) nyeri
sedang, 40% (8 orang) nyeri ringan,
10% tidak ada nyeri. Dengan selisih
mean antara pretest dan post test
adalah (3.60 : 2.60)

2 Pengaruh Kompres Hangat Variabel independen: Pre Penelitian ini Berdasarkan hasil analisis jurnal
Jahe Terhadap Penurunan Eksperimmen melibatkan 13 didapatkan lansia yang mengalami
Kompres hangat jahe
Skala Nyeri Artritis Reumatoid responden lansia nyeri sebelum kompres hangat jahe
Pada Lansia Di Desa Lau Rakit Variabel dependen: didapatkan nyeri ringan sebanyak 7
Dusun II Kecamatan Stm Hilir orang (53.8%). Nyeri sedang
Nyeri artritis
Kab Deli Serdang sebanyak 6 orang (46.1%). Setelah
reumatoid
dilakukan intervensi 3 orang (23%)
Nama peneliti dan tahun:
nyeri ringan, 10 orang (77%) tidak
Rentawati purba, siti marlina, nyeri.
adi arianto. 2020
Tedapat penurunan tingkat nyeri
yang signifikan setelah dilakukan
intervensi seluruh responden
mengalami penurunan skala nyeri
dimana nyeri ringan menjadi 3
orang atau sama dengan (23.0%)
dan tidak merasakan nyeri sebanyak
10 orang atau sama dengan
(76.10%).
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Analisis jurnal 1: Pengaruh Kompres Hangat Jahe Merah (Zingiber


Officinale Soscoe) Terhadap Penurunan Skala Nyeri Artritis
Rheumatoid Pada Lansia Di UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan
Balita Wilayah Binjai Dan Medan
Berdasarkan analisis dari penelitian ini menggunakan wilcoxone sign rank
didaptkan hasil p value 0.000 (<0.05) yang berarti ada pengaruh kompres
hangat Hangat Jahe Merah (Zingiber Officinale Soscoe) Terhadap
Penurunan Skala Nyeri Artritis Rheumatoid Pada Lansia. Dari hasil post
test pemberian kompres hangat kompres hangat jahe merah dapat dilihat
bahwa dari 20 orang responden mengalami penurunan skala nyeri setelah
dilakukan kompres hangat jahe merah dari skala nyeri sangat berat
menjadi nyeri berat 20% (4 orang), nyeri berat menjadi nyeri sedang 30%
(6 orang), nyeri sedang ke nyeri ringan 40.0% (8 orang), dan nyeri ringan
10% (2 orang) ke tidak ada nyeri.
Kompres hangat jahe merah dapat menurunkan nyeri artritis karena
kandungan air dan minyak yang tidak menguap pada jahe berfungsi
sebagai enhancer yang dapat meningkatkan permeabilitas oleoresin
menembus kulit tanpa menyebabkan iritasi atau kerusakan hingga ke
sirkulasi perifer, oleoresin pada jahe memiliki potensi anti-inflamasi dan
antioksidan yang kuat (Masyhurrosyidi, 2013). Oleoresin atau zingerol
yang dapat menghambat sintesis prostaglandin sehingga nyeri reda atau
radang berkurang. Prostaglandin adalah suatu senyawa dalam tubuh yang
merupakan mediator nyeri dari radang atau inflamasi, prostaglandin
terbentuk dari asam arakidunat pada sel-sel tubuh dengan bantuan enzim
cyclooxygenasi (COX), dengan menghambat pada enzim cyclooxygenasi
maka prostaglandin tidak terbentuk (Rusnoto, 2015).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Arman, eliza dkk (2019)
mengenai pengaruh kompres hangat jahe merah terhadap rasa nyeri pada

12
pasien artritis reumatoid setelah dilakukan intervensi pemberian kompres
hangat jahe merah selama 15-20 menit ditemukan perbedaan rata-rata
skala nyeri responden adalah 2,938 dengan standar deviasi 1,124. Hasil
uji statistik didapatkan p Value 0,000 berarti ada perbedaan antara skala
nyeri rheumatoid arthritisantara sebelum dan sesudah pemberian kompres
jahe merah (Zingiber Offinacinale Rosc). Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan Masyhurosyidi (2013), tentang kompres hangat rebusan
jahe terhadap tingkat nyeri sub akut dan kronis pada lanjut usia dengan
reumatoid arthritis dipuskesmas arjuna di kabupaten malang jawa timur,
menunjukan bahwa tingkat signifikan 0.05 dimana secara keseluruhan ada
hubungan yang bermakna antara tingkat intensitas nyeri sebelum dan
setelah pemberian kompres hangat rebusan jahe dengan p-value 0,000.
Dari pemaparan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa kompres
hangat jahe merah dapat menurunkan tingkat nyeri artritis reumatoid
dimana pada hasil penelitian diatas mengalami penurunan tingkat nyeri
yang signifikan setelah diberikan intervensi kompres hangat jahe merah
selama 15-20 menit pada lokasi sendi yang terasa nyeri. Terapi
nonfarmakologi ini dapat diterapakan oleh penderita artritis reumaoid
karena mudah dilakukan, murah dan tidak menimbulkan efek samping.

4.2 Analisis jurnal 2: Pengaruh Kompres Hangat Jahe Terhadap


Penurunan Skala Nyeri Artritis Reumatoid Pada Lansia Di Desa Lau
Rakit Dusun II Kecamatan STM Hilir Kab Deli Serdang
Pada jurnal 2 ini didapatkan analisis bahwa dalam penlitian ini
menggunakan T-test dengan p-value 0.001 (<0.05) yang berarti ada
pengaruh kompres hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri artritis
reumatoid. Berdasarkan distribusi frekuensi pengukuran skala nyeri
sebelum dan sesudah dilakukan kompres hangat jahe, dapat diketahui
bahwa pasien yang mengalami nyeri sebelum kompres hangat jahe
didapatkan nyeri ringan sebanyak 7 orang atau sama dengan (53.8%).
Nyeri sedang sebanyak 6 orang atau sama dengan (46.1%).
Setelah dilakukan kompres hangat jahe semua responden mengalami
penurunan skala nyeri dimana nyeri ringan menjadi 3 orang atau sama
dengan (23.0%) dan tidak merasakan nyeri sebanyak 10 orang atau sama
dengan (76.10%).
Penelitian tersebut juga selara dengan penelitian yang dilakukan oleh
Henny Syapitri (2018) yang menyatakan bahwa ada pengaruh kompres
jahe terhadap intensitas nyeri reumatoid artritis usia diatas 40 tahun
dengan menggunakan 30 reponden. Berdasarkan hasil analisa Wilcoxon
sign rank test, diketahui nilai rata-rata intensitas nyeri sebelum kompres
jahe (Pre-test) sebesar 4.73 dengan standar deviasi 1.311 dan rata-rata
intensitas nyeri setelah kompres jahe (Post-test) sebesar 2.13 dengan
standar deviasi 1.008. Nilai p-value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,000
dimana kurang dari (< 0,1).
Berdasarkan penelitian tersebut bahwa peneliti mebuktikan kompres jahe
memiliki pengaruh dalam mengurangi intensitas nyeri rheumathoid
arthritis dimana seluruh responden mengalami penurunan intensitas nyeri
setelah perlakuan kompres jahe selama 20 menit, namun penurunan
intensitas nyeri yang dialami oleh responden berbeda-beda hal ini dapat
dipengaruhi oleh faktor resiko antara lain psiko-kultural dan sifat nyeri
yang merupakan persepsi dan perbedaan individu dan perasaan subjektif
dari setiap perasaan nyeri antara dua orang yang berbeda pula.

4.3 Analis pelaksanaan kompres jahe hangat terhadap nyeri artritis


reumatoid pada lansia
Berikut ini merupakan prosedur dan penatalaksanaan dari kompres jahe
hangat : (1) Siapkan jahe merah 400 gram, (2) Cuci jahe merah sampai
bersih, (3) Kemudian jahe merah diparut, (4) Nyalakan api kompor, (5)
Siapkan panci dan isi air bersih secukupnya, kira-kira dua liter untuk 400
gram jahe merah, (6) Panaskan air sampai mendidih, kemudian campurkan
jahe merah, (7) Setelah itu gunakan saringan dan peras air yang ada pada
ampas jahe merah tersebut, (8) Kemudian siapkan termos dan masukan air
hangat jahe merah ke dalam termos, ini dilakukan supaya tingkat
kehangatan air jahe merah tetap terjaga.

Prosedur pelaksanaan kompres jahe hangat yaitu:


(1) Bersihkan terlebih dahulu daerah nyeri yang akan dilakukan
pengompresan; (2) Kemudian tuangkan air hangat jahe merah yang ada
pada termos ke dalam baskom; (3) Campurkan sedikit air bersih kedalam
baskom yang telah terisi air rebusan jahe, ini dilakukan agar air jahe tidak
terlalu panas; (4) Kemudian masukan handuk kecil kedalam air hangat
jahe tersebut, tunggu beberapa menit sebelum handuk diperas; (5)
Peraskan handuk dan tempelkan ke daerah sendi yang terasa nyeri; (6)
Angkat handuk kecil apabila sudah terasa dingin; (8) Pengompresan
dilakukan selama 20 menit.
Kompres jahe hangat ini dapat dilakukan oleh lansia secara mandiri untuk
mengurangi rasa nyeri akibat reumatoid artritis. Kompres jahe hangat ini
dapat dilakukan kapanpun saat lansia merakan nyeri pada sendi dengan
waktu pengompresan 15-20 menit atau sampai nyeri dirasa sudah
berkurang.
16
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kompres jahe hangat suatu teknik nonfarmakologi yang sangat sederhana
dan efektif untuk menangani nyeri pada arthritis rematoid dan tindakan
yang dilakukan ini tidak menimbulkan resiko bagi pasien dan tidak
membutuhkan biaya yang banyak. Pengobatan secara komplementer ini
menggunakan kompres jahe hangat yang dilakukan selama 15-20 menit
pada bagian yang nyeri untuk mengurangi nyeri karena artritis rematoid.
Maka dapat disimpulkan dari ke dua hasil analisa jurnal diatas memiliki
keterkaitan yang signifikan untuk menurunkan tingkat nyeri pada
penderita artritis reumatoid.

5.2 Saran
Diharapkan pada analisis jurnal ini dapat digunakan sebagai acuan
intervensi bagi tenaga kesehatan khususnya keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sebagai terapi alternatif untuk
mengurangi rasa nyeri artritis reumatoid, dan memberikan edukasi secara
berkala kepada penderita artritis reumatoid agar dapat melakukan terapi ini
secara mandiri.

17
DAFTAR PUSTAKA

Potter dkk. (2005). Fundamental Of Nursing Konsep, prose, Dan Praktik. Jakarta
: EGC
Nugroho, T., 2012. Luka Bakar dan Artritis Reumatoid, Cetakan Pertama, Muha
Medika, Yogyakarta
Tamsuri, 2014. Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta EGC
World Health Organization. (2015). The World Health Organization Quality Of
Life (Whoqol)–Bref.
http://Www.Who.Int/Substance_Abuse/Research_Tools/En/Indonesian
_Whoqo L.Pdf Edition. USA: John Wiley & Son.
Purba, rentawati dkk. Pengaruh Kompres Hangat Jahe Terhadap Penurunan Skala
Nyeri Artritis Reumatoid Pada Lansia Di Desa Lau Rakit Dusun II
Kecamatan Stm Hilir Kab Deli Serdang. Jurnal penelitian keperawatn
medik. 2020. Vol 2. No 2
Andriani, marlina. Pengaruh kompres serei hangat terhadap penurunan intensitas
nyeri artritis reumtoid pada lanjut usia. Jurnal IPTEKS terapan. 2016 (34-
46)
Eliza, arman dkk. Pengaruh kompres hangat jahe merah terhadap nyeri pada
pasien rheumatoid artritis. Jurnal kesehatan medika saintika. Vol 10 No 1
Alhuda. Pengaruh Kompres Hangat Jahe Merah (Zingiber Officinale Roscoe)
Terhadap Penurunan Skala Nyeri Artritis Reumatoid Pada Lansia Di Upt.
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita. Jurnal keperawatan priority.
2018. Vol1, No 1

Syafitri, henny. Kompres jahe berkhasiat dalam menurunkan intensitias nyeri pada
penderita reumatoid artritis. Jurnal mutiara ners. 2018, Vol 1 No 1
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018

PENGARUH KOMPRES HANGAT JAHE MERAH (ZINGIBER


OFFICINALE ROSCOE) TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI
ARTRITIS REUMATOID PADA LANSIA DI UPT. PELAYANAN SOSIAL
LANJUT USIA DAN ANAK BALITA WILAYAH
BINJAI DAN MEDAN

Sunarti1; Alhuda2
1
Dosen Fakultas Keperawatan dan Kebidanan UNPRI;
2
Mahasiswa Profesi Ners UNPRI
Email:
sunartibiomed@gmail.com

ABSTRACT

Rheumatoid arthritis is a musculoskeletal disease that is mostly


experienced by elderly, which causes some complaints; such as, sore feet, knees,
hips, hands, neck and various joints. Pain management is aimed at reducing the
scale of the pain of rheumatoid arthritis in the elderly. Elderly have never been
treated with red ginger warm compresses to reduce pain scale of rheumatoid
arthritis. The aim of this study was to determine the effect of red ginger warm
compress to decrease pain scale of rheumatoid arthritis in the elderly in UPT.
Elderly Social Services and Early Childhood Regional Binjai and Medan in 2015.
This type of research is pre experiment with the design of one group pre-post test
design. The research was conducted in July 2015. The samples in this study were
20 elderly people who suffered from rheumatoid arthritis pain which were drawn
by purposive sampling technique. Based on the results of this study, it is indicated
that rheumatoid arthritis pain average scale before being treated with warm
compress of ginger red (pre-test) was 3.60 with a standard deviation, 940. While
the average scale of pain after the administration of the red ginger warm
compresses (post-test) was 2.60 with a standard deviation, 940. Based on
Wilcoxon statistical test, it was obtained that p-value of 0.000 (<0.05), meaning
that there is significant effect of red ginger warm compress on the decrease of
pain scale of rheumatoid arthritis in the elderly. The study concludes that there is
an effect of red ginger warm compress on the decrease of pain scale of
rheumatoid arthritis in the elderly and it can be used as an alternative therapy to
reduce the scale of the pain of rheumatoid arthritis in the elderly.

Keywords: Pain Scale, Red Ginger Compress Warm, Rheumatoid Arthritis, Elderly

PENDAHULUAN secara perlahan-lahan kemampuan


Menua atau menjadi tua
adalah suatu proses menghilangnya
48
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018
jaringan untuk
memperbaiki
diri/mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan
fungsi
normalya sehingga tidak dapat bertahan

49
terhadap infeksi dan memperbaiki utamanya adalah poliartritis yang
kerusakan yang diderita (Darmojo,
2011). Penyakit yang sering
menyerang lansia adalah hipertensi,
rematik, gagal jantung, gangguan
ritme jantung, diabetes mellitus,
gangguan fungsi ginjal, dan
gangguan fungsi hati. Juga terdapat
berbagai keadaan yang khas dan
sering mengganggu lansia seperti
gangguan fungsi kognitif,
keseimbangan badan, penglihatan
dan pendengaran (Haryono
& Setianingsih).
Persentase penduduk lanjut
usia tahun 2012 di Indonesia telah
mencapai di atas 7% dari
keseluruhan penduduk, jumlah lansia
di Provinsi Sumatera Utara 5,9%.
Angka kesakitan penduduk lanjut
usia tahun 2012 sebesar 26,93%
artinya bahwa setiap 100 orang lanjut
usia terdapat 27 orang di antaranya
mengalami sakit (Badan Pusat
Statistik RI, 2012). Kelompok usia
yang mengalami nyeri artritis
reumatoid, biasanya pertama kali
muncul pada usia 25-50 tahun, dan
puncaknya antara usia 40 hingga 60
tahun (Lukman & Ningsih, 2009).
Artritis reumatoid merupakan
suatu penyakit inflamasi sistemik
kronik yang walaupun manifestasi
progesif, akan tetapi penyakit ini juga
melibatkan seluruh organ tubuh.
Artritis reumatoid ditandai
dengan adanya peradangan dari lapisan
selaput sendi (sinovium) yang
menyebabkan sakit, kekakuan, hangat,
bengkak, dan merah (Nugroho, 2012).
Menurut Arthritis
Foundation (2006), jumlah penderita
arthritis atau gangguan sendi kronis
di Amerika Serikat terus meningkat,
pada tahun 1990 terdapat 38 juta
penderita dari sebelumnya 35 juta
pada tahun 1985, data tahun 1998
memperlihatkan hampir 43 juta atau
1 dari 6 orang di Amerika menderita
gangguan sendi, dan pada tahun
2005 jumlah penderita arthritis
sudah mencapai 66 juta atau hampir
1 dari 3 orang menderita gangguan
sendi, sebanyak 42,7 juta di
antaranya telah terdiagnosis sebagai
arthritis dan 23,2 juta sisanya
adalah penderita dengan keluhan
nyeri sendi kronis (Nainggolan,
2009).
Zeng (2008), mengatakan
prevalensi reumatik di Indonesia
mencapai 23,6% sampai 31,3% dari
jumlah penduduk (Nainggolan,
2009). Penderita nyeri artritis
reumatoid di Sumatera Utara yaitu
Kabupaten Binjai, pada tahun 2010
sebanyak 4,33% dari jumlah yang dapat meningkatkan

penduduk (BPS Kota Binjai, 2010). permeabilitas oleoresin menembus kulit

Nyeri adalah sensasi tanpa menyebabkan iritasi atau kerusakan


hingga ke sirkulasi perifer (Masyhurrosyidi,
ketidaknyamanan yang di
2013).
manifestasikan sebagai penderitaan
yang diakibatkan oleh persepsi jiwa Menurut penelitian Hernani
yang nyata, ancaman, dan fantasi dan Hayani (2001 dalam Hernani &
luka mengacu kepada teori dari Winarti, 2014), jahe merah
asosiasi nyeri internasional, mempunyai kandungan pati (52,9%),
pemahaman tentang nyeri lebih minyak atsiri (3,9%), dan ekstrak
menitikberatkan bahwa nyeri adalah yang larut dalam alkohol (9,93%)
kejadian fisik, yang tentu saja untuk lebih tinggi dibandingkan jahe
penatalaksanaan nyeri emprit (41,48, 3,5 dan 7,29%) dan
menitikberatkan pada manipulasi jahe gajah (44,25, 2,5, dan 5,81%).
fisik. Nyeri diperkenalkan sebagai Stoilova (2007), mengatakan
suatu pengalaman emosional yang beberapa komponen kimia jahe,
penatalaksanaannya tidak hanya seperti gingerol, shogaol dan
pengelolaan fisik semata, namun zinggerone memberi efek
penting juga untuk melakukan farmakologi dan fisiologi seperti
manipulasi (tindakan) psikologis antioksidan, anti-inflamasi,
untuk mengatasi nyeri (Tamsuri, analgesik, antikarsinogenik, non-
2014). toksik, dan non-mutagenik (Hernani
Swarbick dan Boylan (2002), & Winarti, 2014).
mengatakan Kandungan jahe Berdasarkan hasil survei
bermanfaat untuk mengurangi nyeri awal yang dilakukan oleh peneliti di
reumatik atau osteoarthritis karena UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia
jahe memiliki sifat pedas, pahit, dan dan Anak Balita Wilayah Binjai dan

aromatic dari oleoresin seperti Medan, pada bulan Maret 2015,

zingeron, gingerol dan shogaol. setelah wawancara dengan salah


seorang petugas kesehatan di UPT.
Oleoresin memiliki potensi
Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan
antiinflamasi dan antioksidan yang
kuat, kandungan air dan minyak
pada jahe berfungsi sebagai enhancer
Anak Balita Wilayah Binjai dan
dan Anak Balita Wilayah Binjai dan
Medan, mengatakan saat ini jumlah
Medan 2015.
lanjut usia 172 orang lansia terdiri
dari 74 orang pria dan 98 orang
METODE PENELITIAN
wanita, yang menderita penyakit
Jenis Penelitian
rematik 49 orang lansia, dimana
Jenis penelitian ini adalah
yang paling banyak mengalami
penelitian pre-eksperiment dengan
keluhan nyeri rematik adalah kaum
menggunakan rancangan one-group
wanita. Upaya yang dilakukan dalam
pre–post tes design yaitu penelitian
penanganan nyeri ramatik secara
yang mencoba untuk membuktikan
farmakologis dan non-farmakalogis,
pengaruh tindakan pada satu
yaitu dengan cara farmakologis yang
kelompok subjek, kelompok subjek
sudah dilakukan dengan pemberian
diobservasi sebelum dilakukan
obat golongan NSAID (Nonsteroid
intervensi, kemudian diobservasi
Anti-Inflammation Drugs),
kembali setelah dilakukan intervensi
sedangkan tindakan non
untuk mengetahui akibat dari
farmakologis yang sudah dilakukan
perlakuan (Nursalam, 2009)
adalah senam lansia dan olah raga
Penelitian ini, sebelum
ringan. Tindakan seperti melakukan
dilakukan kompres hangat jahe
kompres hangat jahe merah belum
merah (pre-tes) skala nyeri pada
dilakukan di UPT. Pelayanan Sosial
lansia diukur, kemudian dilakukan
Lanjut Usia dan Anak Balita
kompres hangat jahe merah selama
Wilayah Binjai dan Medan 2015.
20 menit, setelah itu diukur kembali
Banyaknya penderita nyeri
(post-tes) skala nyeri pada lansia
rematik yang terjadi pada lansia
tersebut.
tersebut peneliti tertarik untuk
Lokasi dan Waktu Penelitian
melakukan penelitian dengan judul
Lokasi penelitian ini adalah
pengaruh kompres hangat jahe merah
di UPT. Pelayanan Sosial Lanjut
terhadap penurunan skala nyeri
Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai
artritis reumatoid pada lansia di
dan Medan, dengan alasan jumlah
UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia
sampel yang dibutuhkan memenuhi
syarat untuk melakukan penelitian
dan adanya izin dari instansi tempat
yang sesuai dengan kriteria inklusi
penelitian. Penelitian ini akan
dan kriteria eksklusi.
dilaksanakan pada bulan Juli 2015.
Persiapan Alat dan Bahan
Populasi dan Sampel Penelitian
Persiapan alat-alat dan bahan
Populasi adalah keseluruhan yang dibutuhkan dalam penelitian ini
objek penelitian atau objek yang di adalah sebagai berikut:
teliti (Notoadmodjo, 2010). Populasi Alat–alat yang digunakan
dalam penelitian ini adalah seluruh yaitu (1) Parutan; (2) Timbangan 2
lansia yang menderita nyeri artritis kg; (3) Pisau kecil; (4) Panci; (5)
reumatoid di UPT. Pelayanan Sosial Kompor; (6) Termos untuk air panas;
Lanjut Usia Wilayah Binjai dan (7) Saringan; (8) Handuk kecil
Medan Tahun 2015, jumlah lansia dengan ukuran 30x70 cm terdiri dari
menderita nyeri rematik 49 orang empat handuk kecil.
lansia. Sampel merupakan bagian Bahan-bahannya yaitu (1)
dari populasi yang akan diteliti atau Jahe merah, jahe merah yang
sebagian jumlah dari karakteristik digunakan sebanyak 400 gram, jahe
yang dimiliki oleh populasi (Sitinjak, merah yang dibeli di pasar
2013). tradisional; dan (2) Air bersih, air
Teknik pengambilan sampel yang digunakan untuk merebus jahe
dalam penelitian ini adalah dengan merah sebanyak dua liter untuk 400
teknik purposive sampling. gram jahe merah.
Purposive sampling adalah suatu Cara Kerja
teknik penetapan sampel dengan cara Prosedur pembuatan dan
memilih sampel diantara populasi pelaksanaan kompres hangat jahe
sesuai dengan yang dikehendaki merah dapat mengikuti langkah-
peneliti (tujuan/masalah dalam langkah sebagai berikut:
penelitian), sehingga sampel tersebut Prosedur perebusan jahe
dapat mewakili karakteristik populasi merah, yaitu (1) Siapkan jahe merah
yang telah dikenal sebelumnya 400 gram; (2) Cuci jahe merah
(Nursalam, 2009). Sampel dari sampai bersih; (3) Kemudian jahe
penelitian ini adalah 20 orang lansia merah diparut; (4) Nyalakan api
yang menderita artritis reumatoid, kompor; (5) Siapkan panci dan isi air
bersih secukupnya, kira-kira dua liter
dilakukan selama 20 menit; dan (9)
untuk 400 gram jahe merah; (6)
Lakukan pengukuran skala nyeri
Panaskan air sampai mendidih,
setelah dilakukan pengompresan
kemudian campurkan jahe merah; (7)
tersebut (post-test).
Setelah itu gunakan saringan dan
Metode Pengumpulan Data
peras air yang ada pada ampas jahe
Teknik pengumpulan data
merah tersebut; (8) Kemudian
adalah salah satu kegiatan penelitian
siapkan termos dan masukan air
untuk melakukan pengumpulan data
hangat jahe merah ke dalam termos,
yang akan digunakan dalam
ini dilakukan supaya tingkat
penelitian (Sitinjak, 2013).
kehangatan air jahe merah tetap
Pengumpulan data pada penelitian
terjaga.
ini menggunakan lembar observasi
Prosedur pelaksanaan
dan instrumen rating scale (Skala
kompres hangat jahe merah, yaitu (1)
intensitas nyeri numerik).
Inform consent; (2) Bersihkan
Analisa Data
terlebih dahulu daerah nyeri yang
Data yang telah diolah dan
akan dilakukan pengompresan; (3)
disajikan selanjutnya dianalisa
Kemudian tuangkan air hangat jahe
secara:
merah yang ada pada termos ke
a. Analisis Univariat
dalam baskom; (4) Campurkan
Analisis univariat dilakukan
sedikit air bersih kedalam baskom
pada setiap variabel yang diteliti
yang telah terisi air rebusan jahe
tujuannya melihat gambaran
merah, ini dilakukan agar air jahe
distribusi frekuensi sebelum
merah tidak terlalu panas; (5)
dilakukan kompres hangat jahe
Kemudian masukan handuk kecil
merah (pre-test) dan sesudah
kedalam air hangat jahe merah
dilakukan kompres hangat jahe
tersebut, tunggu beberapa menit
merah (post-test) (Notoatmodjo,
sebelum handuk diperas; (6)
2010).
Peraskan handuk dan tempelkan ke
b. Analisis Bivariat
daerah sendi yang terasa nyeri; (7)
Analisis bivariat dalam
Angkat handuk kecil apabila sudah
penelitian ini digunakan untuk
terasa dingin; (8) Pengompresan
melihat perbedaan yang bermakna
antara dua kelompok data
HASIL PENELITIAN
(komparatif) yaitu varibel dependenAnalisa Univariat
(skala nyeri artritis reumatoid)
Berdasarkan hasil penelitian
sebelum dilakukan kompres hangat
pengaruh kompres hangat jahe merah
jahe merah dan setelah dilakukan
(zingiber officinale roscoe) terhadap
kompres hangat jahe merah.
penurunan skala nyeri artritis
Penelitian ini menggunakan uji
reumatoid pada lansia di UPT.
hipotesis berpasangan yaitu
Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan
digunakan untuk melihat skala nyeri
Anak Balita Wilayah Binjai dan
sebelum dan sesudah dilakukan
Medan Tahun 2015, dapat dilihat
pemberian kompres hangat jahe
gambaran distribusi frekuensi
merah, selanjutnya dilakukan pada
sebagai berikut:
dua variabel yang diduga
berpengaruh, dengan menggunakan
uji wilcoxon (Dahlan, 2009).

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kompres Hangat Jahe Merah Terhadap


Penurunan Skala Nyeri Artritis Reumatoid Pada Lansia (n=20)
Jumlah Persentase
Skala nyeri pre-test
No (n) (%)
1 Nyeri ringan 2 10
2 Nyeri sedang 8 40
3 Nyeri berat 6 30
4 Nyeri sangat berat 4 20
Total 20 100
Jumlah Persentase
No Skala nyeri post-test
(n) (%)
1 Tidak nyeri 2 10
2 Nyeri ringan 8 40
3 Nyeri sedang 6 30
4 Nyeri berat 4 20
Total 20 100

Berdasarkan hasil tabel di atas skala responden mengalami penurunan


nyeri setelah dilakukan pemberian skala nyeri setelah dilakukan
kompres hangat jahe merah dapat kompres hangat jahe merah dari
dilihat bahwa dari 20 orang skala nyeri sangat berat menjadi
nyeri berat 20% (4 orang), nyeri
kompres hangat jahe merah (zingiber
berat menjadi nyeri sedang 30% (6
officinale roscoe) terhadap
orang), nyeri sedang ke nyeri ringan
penurunan skala nyeri artritis
40.0% (8 orang), dan nyeri ringan
reumatoid pada lansia.
10% (2 orang) ke tidak ada nyeri.

Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan
untuk melihat pengaruh pemberian

Tabel 2. Pengaruh kompres hangat jahe merah (zingiber officinale roscoe)


terhadap penurunan skala nyeri artritis reumatoid pada lansia di
UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah
Binjai dan Medan Tahun 2015 (n=20)

Kompres Skala Nyeri


Hangat Std. P-
Nyeri
Jahe Tidak Nyeri Nyeri Nyeri N Mean Deviation Z Value
Sangat
Merah Nyeri Ringan Sedang Berat
Berat
Pre test 0 2 8 6 4 20 3.60 ,940 -4.472 0.000
Post test 2 8 6 4 0 20 2.60 ,940

Berdasarkan tabel 4.3 diatas


kompres hangat jahe merah terhadap
dapat dilihat bahwa dari 20 orang
penurunan skala nyeri artritis
lanjut usia dengan signifikan 0.05
reumatoid pada lansia di UPT.
atau 5%. Jika nilai signifikansi
Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan
>0,05, maka H0 diterima dan Jika
Anak Balita Wilayah Binjai dan
signifikasi <0,05, maka H0 ditolak.
Medan Tahun 2015.
Berdasarkan hasil perhitungan
wilcoxon signed rank test, maka nilai
PEMBAHASAN
Z -4.472 dengan (p=0.000) <0.05
A. Skala Nyeri Sebelum dilakukan
sehingga keputusan hipotesis maka
Kompres Hangat Jahe Merah
H0 ditolak. Disimpulkan bahwa ada
Berdasarkan hasil tabel
pengaruh yang signifikan antara
penelitian diatas sebelum diberikan
kompres hangat jahe merah
mengalami (nyeri sedang), nyeri
didapatkan dari 20 responden 20% (4
menjadi prioritas keperawatan yang
orang) responden mengalami skala
harus mendapatkan penanganan pada
nyeri dengan kategori skala nyeri
lansia yang menderita artritis
sangat berat, 30% (6 orang) skala
reumatoid.
nyeri berat, 40% (8 orang) skala
B. Skala Nyeri Setelah dilakukan
nyeri sedang dan 10% (2 orang)
Kompres Hangat Jahe Merah
mengalami skala nyeri ringan.
Berdasarkan hasil tabel
Menurut Monti (1998), nyeri
penelitian skala nyeri setelah
adalah suatu sensasi yang disebabkan
dilakukan pemberian kompres hangat
karena rusaknya jaringan, bisa di
jahe merah dapat dilihat bahwa dari
kulit sampai jaringan yang paling
20 orang responden mengalami
dalam. Beberapa penelitian
penurunan skala nyeri setelah
menunjukan bahwa nyeri yang sering
dilakukan kompres hangat jahe
dijumpai pada penderita lansia
merah dari skala nyeri sangat berat
biasanya sering diterapi secara
menjadi nyeri berat 20% (4 orang),
paliatif, bahkan dengan manjemen
nyeri berat menjadi nyeri sedang
yang sering tidak adekuat (Darmojo,
30% (6 orang), nyeri sedang ke nyeri
2011).
ringan 40% (8 orang), dan nyeri
Menurut asumsi peneliti
ringan 10% (2 orang) ke tidak ada
bahwa nyeri artritis reumatoid pada
nyeri.
lansia mengalami perubahan pada
Hasil penelitian ini sejalan
skala nyeri artritis reumatoid. Artritis
dengan penelitian Masyhurrosyidi di
reumatoid merupakan penyakit
Malang Jawa Timur Tahun 2013
inflamasi sistemik kronis yang
tentang pengaruh kompres hangat
menyerang beberapa sendi, yang
rebusan jahe terhadap penurunan
terjadi pada proses peradangan yang
skala nyeri osteoartritis pada lansia
menyebabkan kerusakan pada tulang
di Puskesmas Arjuna Malang Jawa
sendi sehingga lansia mengalami
Timur, menunjukan secara
nyeri. Rata –rata nyeri yang di alami
keseluruhan ada pengaruh yang
lansia sebelum dilakukan kompres
bermakna antara tingkat skala nyeri
hangat jahe merah adalah 3,60
sebelum dan sesudah dilakukan
pemberian kompres hangat rebusanwilcoxon signed rank test, maka nilai Z -
jahe dengan p-value 0.000. Data pre
4.472 dengan (p=0.000) <0.05
dan post treatment di dapatkan
penurunan skala nyeri dari berat ke sehingga keputusan hipotesis maka
sedang dari skala sedang ke rendah H0 ditolak. Disimpulkan bahwa ada
dan tidak mengalami dari rendah ke pengaruh yang signifikan antara
sedang atau tinggi. Ada perbedaan kompres hangat jahe merah terhadap
signifikan tingkat nyeri sebelum dan penurunan skala nyeri artritis
sesudah pemberian kompres hangat reumatoid pada lansi di UPT.
rebusan jahe pada lanjut usia dengan Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan
osteoartritis. Anak Balita Wilayah Binjai dan
C. Pengaruh Kompres Hangat Medan Tahun 2015.

Jahe Merah (Zingiber officinale Menurut asumsi peneliti

roscoe) Terhadap Penurunan berdasarkan penelitian yang

Skala Nyeri Artritis Reumatoid dilakukan terdapat pengaruh yang

pada Lansia di UPT. Pelayanan signifikan antara kompres hangat

Sosial Lanjut Usia dan Anak jahe merah dengan penurunan skala

Balita Wilayah Binjai dan nyeri artritis reumatoid pada lansia.

Medan Tahun 2015 Hal ini sesuai dengan salah satu

Hasil analisa statistik intervensi non farmakologi yang

pengaruh pemberian kompres hangat dapat dilakukan perawat secara

jahe merah terhadap penurunan skala mandiri dalam menurunkan skala

nyeri artritis reumatoid, dengan nyeri stimulasi kutaneus, yaitu

jumlah responden 20 orang dengan melakukan kompres hangat

responden di peroleh rata-rata 3,60 jahe merah pada lansia yang

dengan standar deviasi 940 sebelum menderita artritis reumatoid untuk

dilakukan kompres hangat jahe menurunkan skala nyeri yang di

merah (pre-test) dan terjadi alami oleh responden.

penurunan skala nyeri setelah Hasil penelitian ini sejalan

kompres hangat jahe merah yaitu dengan penelitian Masyhurrosyidi di

2,60 dengan standar deviasi 940. Malang Jawa Timur Tahun 2013

Berdasarkan hasil perhitungan tentang pengaruh kompres hangat


rebusan jahe terhadap penurunan
skala nyeri osteoartritis pada lansia
berkurang. Prostaglandin adalah
di Puskesmas Arjuna Malang Jawa
suatu senyawa dalam tubuh yang
Timur, menunjukan secara
merupakan mediator nyeri dari
keseluruhan ada pengaruh yang
radang atau inflamasi, prostaglandin
bermakna antara tingkat skala nyeri
terbentuk dari asam arakidunat pada
sebelum dan sesudah dilakukan
sel-sel tubuh dengan bantuan enzim
pemberian kompres hangat rebusan
cyclooxygenasi (COX), dengan
jahe dengan p-value 0.000. Data pre
menghambat pada enzim
dan post treatment di dapatkan
cyclooxygenasi maka prostaglandin
penurunan skala nyeri dari berat ke
tidak terbentuk (Rusnoto, 2015).
sedang dari skala sedang ke rendah
dan tidak mengalami dari rendah ke
KESIMPULAN DAN SARAN
sedang atau tinggi. Ada perbedaanKesimpulan
signifikan tingkat nyeri sebelum dan
Berdasarkan hasil penelitian
sesudah pemberian kompres hangat
tentang pengaruh kompres hangat
rebusan jahe pada lanjut usia dengan
jahe merah terhadap penurunan skala
osteoartritis.
nyeri artritis reumatoid pada lansia di
Kompres hangat jahe merah
UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia
dapat menurunkan nyeri artritis
dan Anak Balita Wilayah Binjai dan
karena kandungan air dan minyak
Medan Tahun 2015, didapatkan
yang tidak menguap pada jahe
kesimpulan sebagai berikut :
berfungsi sebagai enhancer yang
Sebelum dilakukan kompres
dapat meningkatkan permeabilitas
hangat jahe merah (pre-test), rata-
oleoresin menembus kulit tanpa
rata skala nyeri responden adalah
menyebabkan iritasi atau kerusakan
3,60 dengan kategori nyeri sedang.
hingga ke sirkulasi perifer, oleoresin
Sesudah dilakukan kompres
pada jahe memiliki potensi anti-
hangat jahe merah (post-test), rata-
inflamasi dan antioksidan yang kuat
rata skala nyeri responden adalah
(Masyhurrosyidi, 2013). Oleoresin
2,60 dengan kategori nyeri ringan.
atau zingerol yang dapat
Ada pengaruh kompres
menghambat sintesis prostaglandin
hangat jahe merah terhadap
sehingga nyeri reda atau radang
penurunan skala nyeri artritis
reumatoid pada lansia di UPT. Bidang Kesehatan,
Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan
http://balittro.litbang.pertanian.g
Anak Balita Wilayah Binjai dan
o.id, Diakses 20 Aprill 2015
Medan Tahun 2015 dengan nilai p
value = 0,000. Lukman & Ningsih, N., 2009.

Saran Asuhan Keperawatan pada Klien

1. Bagi UPT. Pelayanan Sosial dengan Gangguan Sistem

Lanjut Usia Wilayah Binjai Mukloskeletal, Salemba

Penelitian ini agar dapat Medika, Jakarta

di manfaatkan untuk Nainggolan, Olwin, 2009.


meningkatkan pelayanan Prevalensi dan Determinan
kesehatan pada lanjut usia yang Penyakit Rematik di
menderitaartritis Indonesia, Volume 59,
reumatoid di UPT. Nomor 12,
Pelayanan Sosial Lanjut Usiadan http://ejournal.stikesmuhkudu
Anak Balita Wilyah Binjai s.ac.id, Diakses 24 Maret 2015

dan Medan Tahun 2015. Notoatmodjo, Soekidjo, 2010.


Metode Penelitian Kesehatan,

DAFTAR PUSTAKA Rineka Cipta, Jakarta.


Dahlan, M. S., 2009. Statistik untuk
Nugroho, T., 2012. Luka Bakar dan
Kedokteran dan Kesehatan,
Artritis Reumatoid, Cetakan
Salemba Medika, Jakarta
Pertama, Muha Medika,
Haryono, R., & Setianingsih, S., Yogyakarta
2013. Awas Musuh-musuh
Nursalam, 2009. Konsep dan
Anda Setelah Usia 40
Penerapan Metodelogi
Tahun, Cetakan Pertama,
Penelitian Ilmu
Gosyen Publishing,
Keperawatan, Edisi 2,
Yoyakarta
Salemba Medika, Jakarta
Hernani & Winarti, C., 2014.
Rusnoto, Cholifah, N., &
Kandungan Bahan Aktif Jahe dan
Retnosari, I., 2015.
Pemanfaatannya Dalam
Pemberian Kompres
Hangat Memakai
Jahe untuk
Meringankan Skala
Nyeri pada Pasien
Asam Urat di Desa
Kedungwungu
Kecamatan Tegowanu
Kabupaten Grobogan,
Volume 6,Nomor 1,
http://e-
journal.stikesmuhkud
us.ac.id, Diakses 13
April 2015

Sitinjak, R. R., 2013. Konsep


dan Teknik
Pelaksanaan Riset
Keperawatan, Bina
Media Perintis,
Medan

Tamsuri, A., 2014. Konsep


dan
Penatalaksanaan
Nyeri, EGC, Jakarta
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018
Jurnal Penelitian Keperawatan Vol. 2 No. 2 Edition: November 2019 – April
Medik 2020
http://ejournal.delihusada.ac.id/index.php/J
PKM
Received: 21 Maret 2020 Revised: 05 April 2020 Accepted: 24 April 2020

PENGARUH KOMPRES HANGAT JAHE TERHADAP PENURUNAN SKALA


NYERI ARTRITIS REUMATOID PADA LANSIA DI DESA LAU RAKIT
DUSUN II KECAMATAN STM HILIR KAB DELI SERDANG

Rentawati Purba, Siti Marlina, Adi Arianto


Institut Kesehatan DELI HUSADA, Jl. Besar Delitua No 77, Medan Email
: rentawatipurba2@gmail.com

Abstract:
Rheumatoid Arthritis is a chronic of systemic inflammatory the disease, systemic
inflammation that can be affect tissues and organs, especially attacking synovial joints.
Based on the American of college Rheumathology states that 52.5 million or
approximately 23 % of the population of United States suffer from rheumatoid arthritis.
It is estimated that at least 355 million of the world population suffer from rheumatism,
which means that 1 in 6 of the world's population of the experiences rheumatic disease.
The results of the survey on the European continent in 2004 showed that rheumatic
disease was the most common chronic disease. Approximately 50% of Europeans aged
over 50 years experience musculoskletal pain complaints. All the types of rheumatism
cause disruptive pain so that one's of the ability to move can be disrupted by rheumatic
disease. One of the non-pharmacological interventions that nurses can do independently
in reducing the scale of rheumatoid arthritis pain is by compressing warm ginger. The
design of the reseach used Pre-Experiment using One Grop design. The design of
theTest is Pre-Post. The sample of the Reseach was 13 people. the results of the test is t
test statistical test the effect of ginger compresses on the decrease in pain scale is
known that the value of p =
0.001 is p <0.05 thus Ho is rejected which means there is the effect of ginger warm
compresses on the reduction in rheumatoid arthritis pain scale.

Keywords: Rheumatoid Arthritis, Ginger Warm Compress

PENDAHULUAN
didapatkan proporsi lansia sebesar 8,1%
Menurut para ahli Lanjut usia
dari total populasi (WHO, 2015).
adalah kelompok penduduk yang berumur
60 tahun atau lebih. Proporsi dari Rematik (Arthritis Rheumatoid)
populasi penduduk berusia lebih dari 60 adalah penyakit inflamasi sistemik kronis,
tahun adalah 11,7% dari total populasi inflamasi sistemik yang dapat
dunia dan diperkirakan jumlah tesebut mempengaruhi jaringan dan organ,
akan terus meningkat seiring dengan terutama menyerang fleksibel (sinovial)
peningkatan usia harapan hidup data pada sendi (WHO,2016). Prevalensi reumatoid
tahun 2013. Data WHO menunjukkan artritis di Sumatera Utara sebanyak 22,2%
pada tahun 2000, usia harapan hidup di dari total penduduk wilayah daerah
dunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012, (Nainggolan, 2011). Nyeri adalah sensasi
naik menjadi 70 tahun, dan pada tahun ketidaknyamanan yang ditimbulkan dari
2013, menjadi 71 tahun. Tahun 2009 rematik, dimana menyerang anggota
lansia berjumlah tubuh yang bergerak, yaitu bagian tubuh
7,49% dari total populasi tahun 2011, yang berhubungan antara yang satu
menjadi 7,69% dan pada tahun 2013, dengan yang lain dengan perantaraan
persendian, sehingga menimbulkan rasa
15
Purba, Marlina & Arianto, Pengaruh Kompres Hangat …

nyeri. Semua jenis rematik menimbulkan


rasa nyeri yang mengganggu sehingga arttritis rematoid dapat dilakukan oleh
kemampuan gerak seseorang dapat perawat secara mandiri tanpa adanya
terganggu oleh adanya penyakit rematik kolaborasi dengan tim medis lainnya.
(Riskesdes, 2007 dalam Maj kedokteran (Sunarti, 2014).
Indonesia, 2009). Sesuai dengan penelitian dari
Salah satu intervensi non- Universitas Geogia, ilmuwan menyatakan
farmakologi yang dapat dilakukan untuk meredakan rasa sakit, jahe
perawat secara mandiri dalam merupakan salah satu yang dapat
menurunkan skala nyeri artritis reumatoid digunakan. Penelitian yang dilakukan
yaitu dengan kompres jahe hangat O’conner pada tahun 2010 dalam riset
(Sentoso, 2013). Jahe (zinger officinale yang berjudul jahe redakan nyeri otot
(L) Rose) mempunyai manfaat yang dimana melakukan dua riset untuk
beragam, antara lain sebagai rempah, meneliti khasiat jahe mentah dan jahe
minyak atsiri, pemberi aroma, ataupun yang dipanaskan. Responden dalam
sebagai obat. Kegunaan jahe antara lain penelitian ini dibagi dalam dalam dua
mengobati reumatik, asma, stroke, sakit kelompok yaitu, kelompok pertama diberi
gigi, diabetes, sakit otot, sakit kapsul jahe yang berisi jahe mentah atau
tenggorokan, kram, hipertensi, mual, yang di panaskan. Dan kelompok yang
demam (Ali et al , 2008 dalam Hernani kedua di beri atau yang mendapat kapsul
dan Winarti, 2010). yang tidak memiliki kandungan obat yang
sesungguhnya atau plasebo), setiap hari
Kandungan jahe secara kimia, mereka harus meminum suplemen
seperti gingorel, shogaol, dan zingerone tersebut.
memberi efek farmakologi dan fisiologi
seperti antioksidan, antiinflamasi, Setiap hari responden diminta untuk
analgesic, antikarsinogenik (Stoilofa et al. berolahraga ringan bagi yang menderita
2007 dalam Hernani dan Winarti, 2010). nyeri otot di lengan. Dari kelompok yang
Senyawa gingerol telah terbukti mengkonsumsi jahe menjelaskan bahwa
mempunyai aktivitas sebagai anti piretik, terjadinya penurunan rasa nyeri sesudah
antitusif, hipotensif antiinflamasi dan mengkonsumsi kapsul yang berisi jahe.
analgesic (Shruch et al. 1999 dalam 16 sampel dari kelompok responden yang
Hernani dan Winarti 2010). mengkonsumsi kapsul jahe sebanyak 9
(56.2%) responden mengalami nyeri
Manajemen nyeri pada artritis ringan, 6 (37.5%) responden mengalami
reumatoid bertujuan untuk mengurangi nyeri sedang dan
atau mengilangkan rasa sakit dan tidak 1 (6.3%) responden mengalami tidak ada
nyaman. Secara umum manajemen nyeri. Sedangkan kelompok responden
arteritis reumatoid ada dua yaitu yang mengkonsumsi kapsul plasebo tidak
manajemen farmakologi (obat-obatan) menjelasakan adanya penurunan rasa
dan manajemen non-farmakologi. nyeri (The Journal of Pain, 2010).
Tindakan yang sangat sederhana dan
efektif untuk menangani nyeri pada METODE
arthritis rematoid dapat dilakukan dengan Penelitian ini menggunakan
menggunakan kompres jahe hangat pada rancangan penelitian pre ekperimen
bagian yang nyeri. Tindakan yang dengan satu kelompok pre–post.
dilakukan ini tidak menimbulkan resiko Penelitian ini dilakukan untuk
bagi pasien dan tidak membutuhkan biaya membuktikan pengaruh terhadap tindakan
yang banyak. Pengobatan secara suatu kelompok yang akan diteliti
komplementer ini yang menggunakan sebelum dilakukan kompres hangat jahe
kompres jahe hangat untuk mengurangi (pre–post) kemudian diukur skala nyeri
nyeri pada lansia selama 15 menit.

16
Kompres hangat jahe dilakukan oleh
peneliti kemudian skala nyeri lansia Dari Tabel diatas Menunjukan
diukur kembali. Jahe yang digunakan 20 bahwa distribusi frekuensi umur
gram, kemudian kulitnya dibuang dan responden penderita atritis reumatoid
ditumbuk hingga lumat. Kemudian jahe frekuensi mayoritas umur responden
tersebut direbus sampai mendidih dan penderita artritis reumatoid umur 60-75
pada saat mengompres bungkus tahun adalah 6 orang atau sama dengan
menggunakan handuk kecil. Lakukan 46.2%, dan frekuensi minoritas umur
kompres hangat setiap kali lansia responden penderita artritis reumatoid
mengalami nyeri sendi. umur 75-90 tahun sebanyak 2 orang atau
setara dengan 15.4%. Distribusi frekuensi
HASIL DAN PEMBAHASAN mayoritas jenis kelamin perempuan
Penelitian ini melibatkan 13 orang responden penderita atritis reumatoid
responden yaitu dengan kelompok yang adalah 7 orang atau sama dengan 53.8%,
dilakukan kompres hangat jahe. Hasil frekuensi minoritas jenis kelamin laki-laki
penelitian ini memaparkan karakteristik reponden penderita hipertensi adalah
demografi pasien kelompok one group sebanyak 6 orang atau sama dengan
yaitu skala nyeri sebelum dilakukan 46.2%. Distribusi frekuensi agama
kompres hangat jahe dan skala nyeri mayoritas islam sebanyak 5 orang atau
sesudah dilakukan kompres hangat sama dengan 38.5%, frekuensi minoritas
jahe.Pada bagian ini akan dijelaskan agama Kristen dan katolik sebanyak 4
karakteristik penderita artritis reumatoid, orang atau sama dengan 30,8.
berdasarkan usia, jenis kelamin, dan Distribusi frekuensi suku responden
pekerjaan penderita artritis reumatoid mayoritas
Tabel 1 Karakteristik Penderita Artritis batak sebanyak 9 orang atau sama dengan
Reumatoid 69.2%, frekuensi minoritas responden
suku jawa penderita atritis reumatoid
No Karakteristik F (%)
sebanyak 4 orang atau sama dengan
1 Umur
30.8%. Distribusi frekuensi pekerjaan
45-59 tahun 5 38.50
responden penderita atritis reumatoid
60-74 tahun 6 46.20
mayoritas bertani yaitu 9 orang atau sama
75-90 tahun 2 15.40
dengan 59.5%, frekuensi minoritas
Total 13 100
pekerjaan PNS penderita artitis reumatoid
2 Jenis Kelamin
sebanyak 1 orang atau sama dengan 1.1%.
Laki-laki 6 46.20
Perempuan 7 53.80 Tabel 2. Skala Nyeri Pre Test Pada
Total 13 100 Penderita Artritis Reumatoid
3 Agama Skala Nyeri F (%)
Kristen 4 30.80 Tidak Nyeri 0 0
Katolik 4 30.80
Islam 5 38.50
Total 13 100
4 Suku
Batak 9 69.20
Nyeri Ringan
7 53,9
Nyeri Sedang 6 46,1
Nyeri Berat 0 0
Tak Terkontrol 0 0
Jumlah 13 100
Jawa 4 30.80 Bertani 9 59.50
Total 13 100 Wiraswasta 3 23.10
5 Pekerjaan PNS 1 7.70
Total 13 100
Dari table diatas ditemukan bahwa 53.9%, dan skala nyeri responden 4 – 6
skala nyeri responden 1-3 (nyeri ringan) (nyeri sedang) sebanyak 6 orang dengan
sebanyak 7 orang dengan persentase persentase 46.1%.
Tabel 3. Skala Nyeri Post Test
Penderita Artritis Reumatoid terhadap penurunan skala nyeri diketahui
bahwa nilai p=0.001 yaitu p
Skala Nyeri F (%) < 0.05 dengan demikian Ho ditolak yang
Tidak Nyeri 10 76.10 memiliki arti ada pengaruh kompres
Nyeri Ringan 3 23.90 hangat jahe terhadap penurunan skala
Nyeri Sedang 0 0
Nyeri Berat
nyeri atritis rheumatoid.
0 0
Tak Terkontrol 0 0 Prevelensi nyeri sendi lebih banyak
Jumlah 13 100 terjadi pada pada wanita daripada laki-
Dari tabel diatas ditemukan bahwa laki hal ini dikarenakan pengaruh
skala nyeri responden 1-3 (nyeri ringan) hormone. Hormone yang dimaksud
sebanyak 7 orang dengan persentase adalah hormone esterogen dimana
53.9%,dan skala nyeri responden 4 – 6 hormone pada wanita berperan untuk
(nyeri sedang) sebanyak 6 orang dengan mengatur siklus menstruasi dan
persentase 46.1%. Dari tabel diatas mempertahankan massa tulang. Menurut
ditemukan bahwa skala nyeri responden Petti Lubis (2009), dari hasil penelitian
1-3 (nyeri ringan) sebanyak 3 orang yang sudah dilakukan lansia yang
dengan Persentase 23.0%, skala mengalami nyeri sendi diberikan kompres
responden tidak nyeri sebanyak 10 orang hangat jahe dan setelah dilakukan
dengan persentase 76.10 % observasi efek dari rasa panas pada jahe
menimbulkan penurunan rasa nyeri.
Tabel 4. Pengukuran Sebelum Dan Menurut Nugroho, (2000).
Sesudah Pengaruh Kompres Hangat Jahe
Terhadap Penurunan Skala Nyeri Atritis Kompres jahe bermanfaat untuk
Reumatoid mengurangi nyeri sendi dikarenakan pada
jahe mengandung zingerol yang berfungsi
P-
Pelaksanaan Pre Pos menekan prostaglandin melalui hambatan
Value pada aktivitas COX-2 yang menghambat
Tidak Nyeri 0 10
produksi PGE2 dan leukotrin. Menurut
Nyeri Ringan 7 3
Katte Ferry-Swainson & Eddy Soetrisno,
Nyeri Sedang 6 0
0.001
(2004). Kompres hangat jahe juga
Nyeri Berat 0 0
Tak terkontrol 0 0
bertujuan untuk memperlancar siklus
Total 13 13
darah, memberikan rasa rileks pada
tubuh. Berdasarkan hasil penelitian yang
Berdasarkan distribusi frekuensi sudah dilakukan terdapat adanya
pengukuran skala nyeri sebelum dan pengaruh kompres hangat jahe pada
sesudah dilakukan kompres hangat jahe, penurunan skala nyeri menurut (Ersi
dapat diketahui bahwa pasien yang Herliana,2013).
mengalami nyeri sebelum kompres hangat
Dari hasil penelitian yang
jahe didapatkan nyeri ringan sebanyak 7
dilakukan, diperoleh hasil penelitian yang
orang atau sama dengan (53.8%). Nyeri
sesuai untuk menjawab pertanyaan
sedang sebanyak 6 orang atau sama
penelitian tentang pengaruh kompres
dengan (46.1%).
hangat jahe terhadap penurunan skala
Setelah dilakukan kompres hangat nyeri atritis reumatoid pada lansia di
jahe semua responden mengalami Dusun II Desa Lau Rakit Kecamatan
penurunan skala nyeri dimana nyeri STM Hilir Kabupaten Deli Serdang.
ringan menjadi 3 orang atau sama dengan Berdasarkan penelitian ini dilakukan 13
(23.0%) dan tidak merasakan nyeri orang pada kelompok one group.
sebanyak 10 orang atau sama dengan Berdasarkan hasil penelitian yang
(76.10%). Berdasarkan hasil uji statistic didapat disimpulkan bahwa hipotesa
uji t pengaruh kompres jahe penelitian diterima. Dalam hal
ini berlaku ketentuan bahwa p-palue lebih Dalam Mengurangi Nyeri Otot Pada Atlet Sepak
kecil dari α = 0.05 dengan demikian Ha Takraw. Universitas Deponegoro. Semarang
diterima dan H0 ditolak, yaitu ada (Curcuma Doestica Val). Dalam Sediaan
pengaruh kompres hangat jahe terhadap Topical Pada Menat Jantan
penurunan skala nyeri.
Darmojo, 2011 Geriatri Ilmu Kesehatan Usia
SIMPULAN DAN SARAN
Lanjut. Edisi 3. Jakarta: BalaiPenerbit
Hasil penelitian initerdapat adanya Selemba Medika
pengaruh kompres hangat jahe terhadap
penurunan skala nyeri artritis reumatoid Elizabeth J.Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi
pada lanisa di Desa Lau Rakit Kecamatan Corwin. Jakarta Aditya Media
STM Hilir Kabupaten Deli SerdangSkala Ghozali ,2011 Apliksi Analisi Multivanate Dengan
nyeri pada penderita artritis reumatoid Program Spps Semarang. Badan Peneribit
yang diberikan terapi kompres hangat Universitas Deponegoro
jahe dengan ketentua p-value < α= 0,005
dengan demikian berlakuku ketentuan Ha Hamid A.M. (2011). Keefektifan Kompres Tepid
diterima ada pengaruh kompres hangat Sponge Yang Dilakukan IbuDalam
jahe terhadap penurunan skala nyeri Menurunkan Demam Pada Anak Di
artritis reumatoid . Puskesmas Mubulsari Kabupaten Jamber.
Tesis Program Studi Magister Kedokteran.
Saran UNS
1. Bagi peneliti
Bagi peneliti lain dapat melakukan Hernani 2010 Identification Of Chemical
penelitian menggunakan dengan terapi Components On Red Ginger (Zingiber
herbal lain yang dapat menurunkan skala Offiernale Var Rubrum) By Gcms. Proc.
International Seminar OnNatural Product
nyeri atritis reumatoid.
Chemistry And Utilization Of Natural
2. Bagi pendidikan keperawatan Diharapkan
Resources. Ul-Unisco, Jakarta : 501-505
menjadi bahan informasi bagi mahasiswa
tentang manfaat kompres hangat Kate Ferry- Swainson & Eddy Soetrisno. 2004. Buku
jahe terhadap penurunan skala Pintar Terapi Jahe. Jakarta
nyeri atritis rheumatoid.
3. Bagi masyarakat Notoatmodjo, S. 2010. Meteologi Penelitian Ilmu
Dapat memberikan salah satu alternative Kesehatan Jakarta : Rineka Cipta
pengobatan untuk menurunkan intensitas
nyeri atritis rheumatoid. Nugroho. 2000. Keperawatan Komunitas.
Jakarta: Salemba Medika
DAFTAR PUSTAKA Notoadmodjo. 2006. Metodologi Penelitia Ed
Revisi. Jakarta: Rineka Cipta
Andi, A. 2010. Potensi Jahe, Kencur,
Temulawak dan Sambiloto sebagai Anti Nursalam, 2011. Konsep Dan Penerapan
Mycoplasma gallisepticum dan Metodiologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Escherichia coli Penyebab Chronic
Respiratory dan Dieseases Kompleks.
Bogor: Institut Pertanian Bogor
Astuti, 2011 Efektivitas Pemberian Ekstrak Jahe
Merah (Zingiber OfficinaleRoscole Var
Rubrum)
Ratna, 2009 Uji Efektif Antiinflamasi Dari
Kombinasi Ekstrak Rimpang JaheMerah
Zingiber Officinale Roscoe Dan Ekstrak
Rimpang Kunyit ( Curcuma Doestica Val).
Dalam Sediaan Topical Pada Menat Jantan.
Sentoso 2013. Kesehatan Dan Gizi. Jakarta :
Rineika Cipta

Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan


Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen
Kesehatan, Republik Indonesia.
Suarjan, 2010 Artritis Reumatoid Dalam Buku Ilmu
Ajar Penyakit Dalam Edisi V. Sudoyo, A.W.,
Setiyohadi, B., Alwi, Idris, Et Al Tentang
Publishing . Jakarta

Suparto , 2000. Sehat Menjelang Usia Senja.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Tamsuri, 2014. Konsep Dan Penatalaksanaan


Nyeri. Jakarta EGC.

World Health Organization. (2015). The World


Health Organization Quality Of Life
(Whoqol)–Bref.
http://Www.Who.Int/Substance_Ab
use/Research_Tools/En/Indonesian

_Whoqo L.Pdf Edition. USA: John


Wiley & Son.

Anda mungkin juga menyukai