Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH TENTANG RHEUMATOID ARTHRITIS

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik


Dibina oleh Dosen Ns. Rahayu Yuliana W, S.Kep., M.KM

Disusun oleh:

Nabila Savira Aprianti (33412001081)

Rozitur Rahmah (33412001088)

Izzatul Umami (33412001092)

Putri Septiana Wulandari (33412001093)

Andi Kurniawan (33412001102)

Annisa Rizkiyanti (33412001103)

Maulud Dina Yuniar (33412001114)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN JURUSAN


KESEHATAN POLITEKNIK NEGRI MADURA
TAHUN PELAJARAN 2021-2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Makalah
Tentang Rheumatoid Arthritis”. Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan
keterbatasan dalam makalah ini, maka dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati
penulis mengharap kritik dan saran yang membangun sehingga dapat melengkapi
kesempurnaan makalah ini.Semoga Tuhan yang Maha Esa memberikan kekuatan dan
melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya atas segala yang telah kita lakukan.Akhir
kata penulis berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis
khususnya maupun pembaca pada umumnya,amiin.

Pamekasan, 09 Oktober 2022

Penulis,
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah-masalah kesehatan akibat penuaan usia terjadi pada berbagai sistem tubuh
salah satunya adalah rematik. Rematik adalah penyakit inflamasi non bakterial yang
bersifat sistematik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat
sendi secara simestri (Chairuddin, 2011). Menurut Sutiami (2020) yang merupakan kader
Desa Wonodadi Fenomena yang terjadi di masyarakat yang tidak menjaga pola hidup
bahkan cenderung menghiraukan faktor-faktor pencetus rematik seperti mengkomsumsi
jeroan dan santan, banyak masyarakat yang sudah mengetahuinya tetapi tetap
mengkomsumsi kangkung yang tumbuh liar di sawah mereka percaya bahwa
menkomsumsinya akan sembuh dari penyakit rematik.

WHO (2016) mendata penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari
populasi, hanya 24% yang pergi kedokter, sedangkan 71% nya cenderung langsyng
mengkomsumsi obat-obatan pereda nyeri yang terjual bebas. Angka ini menempatkan
Indonesia sebagai Negera yang paling tinggi menderita gangguan sendi jika dibandingkan
Negara-negara di Asia lainnya seperti Hongkong, Malaysia, Singapura, dan Taiwan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit sendi adalah umur, jenis kelamin, genetik,
obesitas dan penyakit metabolic, cedera sendi, pekerjaan dan olahraga. Hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018 untuk penyakit sendi secara nasional
pravalensinya berdasarkan diagnosa dokter umur 65-74 tahun (18,6%), umur >75 tahun
(18,9%), berdasarkan jenis kelamin lai-laki (6,1%) perempuan (8,9%). 1 penyakit sendi
tertinggi tahun 2018 adalah Aceh (13,3%), diikuti bengkulu (12%), papua (10,3%), dan
bali (11,7%). Prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis dokter menurut
karakteristik tertinggi adalah tidak/belum pernah sekolah (13,7%) dan petani/buruh tani
(9,90%). Peningkatan jumlah populasi lansia yang mengalami penyakit reumatik juga
terjadi di Jawa Timur, berdasarkan data statistik Indonesia (2017), di Jawa Timur jumlah
lansia adalah 173.606 orang, dengan status kesehatan baik 64.181 orang. Data dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Mojokerto didapatkan jumlah 10 penyakit terbesar di Kabupaten
Mojokerto pada tahun 2017 yang pertama adalah penyakit reumatik (16,76%), kemudian
diikuti hipertensi (14, 96%), ISPA (13, 15%), Maag (12,17%), Alergi (10,73%) dan yang
terakhir adalah mata (3,38%). Di Puskemas Kecamatan Kutorejo dalam dua bulan terakhir
juga menunjukkan bahwa mayoritas lansia mengalami penyakit reumatik Puskemas se
Kabupaten Mojokerto yaitu 3.047 orang didapatkan data dari 21 lansia menderita penyakit
atritis reumatoid (Sutiami, Kader Lansia desa Wonodadi)

Penyakit Rheumatoid Arthritis yaitu seperti adanya faktor genetik atau faktor
keturunan, faktor lingkungan, faktor hormon esterogen, faktor stress, penuaan, serta
adanya inflamasi atau peradangan ( Wahyuni, 2016). Rematik merupakan suatu penyakit
yang telah lama dikenal dan sudah tersebar luas diseluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Penyebab dari Rheumatoid Arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
presdisposisi atau faktor pencetusnya adalah adanya mekanisme immunitas
(antigenantibodi), Pada orang yang sering melakukan aktivitas dengan menggunakan
lututnya, seperti pedagang keliling, orang yang terbiasa terlalu lama jongkok, dan orang
yang terbiasa memikul beban berat juga dapat memicu terjadinya Rheumatoid Arthritis
atau rematik (Bawarodi et al., 2017). Dampak dari penyakit Rematik ini apabila tidak
segera ditangani maka akan menimbulkan kecacatan baik ringan seperti kerusakan sendi
maupun kecacatan berat seperti kelumpuhan baik ringan seperti kerusakan sendi maupun
kecacatan berat seperti kelumpuhan bahkan kematian. Hal ini mungkin akan menyebabkan
berkurangnya kualitas hidup seseorang yang berakibat terbatasnya aktivitas terbatasnya
aktivitasnya bahkan parahnya dapat terjadi depresi dan gangguan kejiwaan ( Ferawati,
2017).

Tindakan penatalaksanaan perlu dilakukan pencegahan dan penanggulangan artritis


rematik dengan cara pemberian edukasi kepada keluarga dalam mengekika artritis rematik
dengan acara pemberian edukasi kepada keluarga. Peran perawat sangan dibutuhkan
dalam mengatasi ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga padaa artrittis rematik.
Peran promotif yaitu memberikan penyuluhan kepada keluarga dan klien tentang
pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta pengobatan. Peran preventif dapat dilakukan
dengan berjalan selama 40 menit perhari dan mengompres air hangat pada sendi serta
mengurangi makanan yang mengandung santan, makan jeroan ataupun seafood hindari
makan yang siap saji dengan kandungan lemak yang tinggi. Peran kuratif yaitu dengan
memberikan obat anti radang golongan streoid dan nonsteroid serta vitamin dan
sumpelemen lainnya. Peran rehabilitatif yaitu dengan mengevaluasi kondisinya. Salah satu
upaya untuk mencegah terjadinya artritis rheumatoid adalah dengan melakukan
pemeriksaan secara rutin dan perubahan gaya hidup kearah yang lebih sehat. Bagi
penderita di anjurkan untuk menghindari aktivitas berat dan membawa beban berat.
(Fatmawati 2017)
B. Rumusan Masalah

" Bagaimanakan asuhan keperawatan pada lansia dengan diagnosa medis artritis
rheumatoid dengan masalah keperawatan nyeri akut di desa Wonodadi Kutorejo
Mojokerto?"

C. Tujuan

Mendidentifikasi lansia asuhan keperawatan lansia Ny. W dengan masalah keperawatan


nyeri akut pada diagnosa medis artritis rheumatoid di Desa Wonodadi Kutorejo Mojokerto
BAB II

PEMBAHASAN

A. Laporan Pendahuluan

1. Konsep Lansia

a. Definisi

Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia
yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau
proses penuaan.

Lansia adalah seorang ang telah brusia >60 tahun dan tidak berdaya dalam mencari
nafkah untuk memnhi kebutuhan nya sehari-hari (Ratnawati,2017)

b. Batasan lansia

Menurut World Health Organitation (WHO) lansia meliputi :

1. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun

2. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun

3. Lanjut usia tua (old) antara usia 275 sampai 90 tahun

4. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun

c. Perubahan-perubahan pada lansia

1. Sel

1. Lebih sedikit jumlahnya

2. Lebih besar ukurannya

3. Berkurangnya cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler

4. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati


5. Jumlah sel otak menurun

6. Terganggunya mekanisme perbaikan sel. 27

7. Otak menjadi atrofi beratnya berkurang 5-20% (Aspiani, 2014)

2. Sistem Cardiovaskuler

Pada lansia dengan Artritis Rheumatoid dada terlihat simetris, penyembuhan luka
yang lama. Palpasi : Pada lansia dengan Artritis Rheumatoid tidak ada nyeri tekan,
ictus cordis tidak teraba, CRT < 2 detik (bisa terjadi > 3 detik dan sianosis) Perkusi :
Pada lansia dengan Artritis Rheumatoid biasanya terdengar suara dullnes atau redup
atau pekak. Auskultasi : Pada lansia dengan Diabetes Melitus bunyi jantung norma.
Pada umumnya lansia mengalami:

1. Elastisitas dinding aorta menurun


2. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahunnya sesudah
berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunya kontraksi dan volumenya
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi
5. Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah
perifer : sistolis normal ± 170 mmHg, distolis normal ± 90 mmHg (Aspiani,
2014)

3. Sistem Pernafasan

1. Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku


2. Menurunnya aktifitas dari silia
3. Paru-paru kehilangan elastisitas
4. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
5. Oksigen pada arteri menurun 75 mmHg
6. Karbondioksida pada arteri tidak berganti
7. Kemampuan untuk batuk berkurang
8. Kemampuan pegas, dinding, dada dan kekuatan otot pernafasan akan
menurun seiring dengan bertambahnya usia (Aspiani, 2014, h. 36)

4. Sistem Persarafan
1. Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam
setiap harinya).
2. Cepat menurunya hubungan persarafan.
3. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress.
4. Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan, berkurangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan perasa, lebih sensitive
terhadap perubhan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
5. Berkurangnya sensitivue terhadap sentuhan (Aspiani, 2014, h. 36- 37)

5. Sistem Gastroinsetinal

Inspeksi : Pada lansia dengan Artritis Rheumatoid abdomen tampak simetris,


biasanya terjadi mual muntah karena kadar kalium yang menurun. Palpasi : Pada
lansia dengan Artritis Rheumatoid tidak ada nyeri pada abdomen. Perkusi : Pada
lansia dengan Artritis Rheumatoid dapat suara tympani. Auskultasi : Pada lansia
dengan Artritis Rheumatoid peristaltik 10x/menit. Lansia pada umunya
mengalami
1. Kehilangan gigi: penyebab utuama adanya periodontal Disease yang bisa
terjadi setelah umur 30 tuahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang
buruk dan gizi yanuug buruk.
2. Indra pengecap menurun: adanya iritasi yang kronis dan selaput lendir, atropi
indra pengecauup (±80%), hilangnya sensifitas dari indra pengecap di lidah
teruutama rasa manis bdan asin, hilangnya sensifitas dari saraf pengecap
tentang rasa asin, asam, pahit.
3. Esofagus melebar.
4. Lambung: rasa lapar menurun (sensivitas lapar menurun), asam lambung
meunurun, waktu mengosongkan menurun.
5. Peristaltic lemah dan biasanya timbul konstipasi.
6. Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu)
7. Liver: makin mengecil dan menurunya tempat penyimpanan, berkurangnya
aliran darah (Aspiani, 2014, h. 37)

6. Sistem Genitourinaria
1. Ginjal, merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urin
darah yang masuk ke ginjal disaring oleh satuan (unit) terkecildari ginjal yang
disebut nefron. Kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria (biasanya +1) BUN
(Blood Urea Nitrogen) meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap
glukosa meningtkat.
2. Vesika Urinaria, otot- otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml
atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah di
kosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin
( Aspiani,2014)

7. Sistem Endokrin

1. Produksi dari semua hormone menurun.


2. Fungsi parathyroid dan sekresinya tidak berubah.
3. Pituitary; pertumbuhan hormone ada tetapi lebih rendah dan hanya didalam
pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH (Adrenocortikotropic
Hormone)
4. Menurunya aktivitas tiroid, menurunya BMR (Basal Metabolic Rate), dan
menurunya daya pertukaran zat.
5. Menurunya produksi aldosteron.
6. Menurunya seksresi hormone kelamin, misalnya: progesterone, estrogen, dan
testosteron (Aspiani, 2014)

8. Sistem Indera
1. Sistem pendengaran

1. Presbiakusis (gangguan pendengaran). Hilangnya kemampuan atau daya


pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-
nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata- kata, 50%
terjadi pada usia di atas umur 65 tahun.
2. Membrane timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
3. Terjadinya pengumpulan cerumen dapat mengeraskarena meningkatnya
keratin.
4. Pendengaran menurun pada lanjut usia yang mengalami ketenggangan jiwa
atau stress

2. Sistem Penglihatan

1. Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangya respon terhadap sinar.


2. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan.
3. Meningkatkan ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan,
lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.
4. Hilangnya daya akomodasi.
5. Menurunya lapang panndang
Menurunnya daya membedakan warna biru/hijau pada skala.

3. Sistem Indra peraba memberikan pesan yang paling inti dan yang paling mudah
untuk menterjemahkan. Biola indra lain hilang, rabaan dapt mengurangi perasaan
sejahtera. Meskipun reseptor lain akan menumpul dengan bertambahnya usia,
namun tidak pernah hilang

4. Sistem Pengecap Empat rasa dasar yaitu manis, asam. Asin, pahit. Diantara
semuanya, rasa manis yang paling tumpul pada lansia. Maka jelas bagi kita
mengapa mereka senang membubuhkan gula secara berlebihan. Rasa yang
tumupul menyebabkan kesukaan terhadap makanan yang asin dan banyak
berbumbu (Aspini, 2014)

9. Sistem Integumen

1. Kulit mengkerut dan keriput akibat hilangnya jaringan lemak.


2. Permukaan kulit kasar dan bersisik.
3. Menurunnya respon terhadap trauma.
4. Mekanisme proteksi kulit menurun.
5. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
6. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
7. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi.
8. Pertumbuhan kuku lebih lambat.
Kuku jari menjadi keras dan rapuh.
9. Kuku kaki tumbuh secara berlebihan.
Kelenjar keringat berkurang jumlahnya.
Kuku menjadi pudar dan kurang bercayaha (Aspini, 2014, h.

10. Sistem Muskuloskeletal

1. Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh dan osteoporosis


2. Kifosis
3. Pinggang, lutut, dan jari-jari pergelangan terbatas.
4. Discus intervertebalis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang) 5)
Tendon
5. mengkerut dan mengalami sklerosis.
6. Persendian membesar dan menjadi kaku
7. Serabut otot mengecil.
8. Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh (Aspini, 2014, h. 40)

11. Sistem reproduksi dan seksualitas

1. Vagina Seseorang yang makin menua sexual intercourse masih


membutuhkannya, tidak ada batasan umur tertentu. Fungsi seksual berhenti,
frekuensi sexual intercourse cenderung menurun secara bertahap setiap tahun
tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati terus berjalan sampai tua.
2. Mengecilnya ovary dan uterus.
3. Atrofi payudara
4. Pada laki-laki testis masih menghasilkan spermatozoa, meskipun adanya
penurunan secara berangsur.
5. Dorongan seksualitas menetap sampai usia di atas 70 tahun (asal kondisi
kesehatan baik)
6. Produksi estrogen pada progesterone oleh ovarium menurun saat menopause.
Perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita meliputi penipisan
dinding vagina, mengakibatkan kekeringan, gatal, dan menurunya keasaman
vagina. Pada pria lansia penis dan tetis menurun ukurannya dan kadar
androgen berkurang (Aspiani, 2014)
Pembesaran prostat ±75% dialami oeloh pria usia diatas 65 tahun (Aspiani,
2014)

2. Konsep Rheumatoid Arthritis

a. Definisi

Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit inflamasi non- bakterial yang


bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat
sendi secara simetris. Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan,
pergelangan kaki, sendi bahu serta sendi panggul dan biasanya bersifat simetris atau
bilateral, tetapi kadang juga bisa terjadi pada satu sendi saja yang disebut dengan
Arthritis Rheumatoid mono-artikular (Huda & Kusuma, 2015). Rheumatoid Arthritis
(RA) adalah penyakit peradangan kronis pada sendi yang tidak diketahui
penyebabnya dengan manifestasi seperti kelelahan, malaise, dan kekakuan pada pagi
hari. Rheumatoid Arthritis (RA) dapat menyebabkan kerusakan pada sendi dan
sering menyebabkan morbiditas bahkan dapat menyebabkan kematian yang cukup
besar (Zairin, 2016).

Rematik atau Arthritis Rheumatoid adalah peradangan sendi kronis yang


disebabkan oleh gangguan autoimun. Gangguan autoimun terjadi ketika sistem
kekebalan tubuh yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap penyusup seperti,
bakteri , virus dan jamur, keliru menyerang sel dan jaringan tubuh sendiri. Pada
penyakit Rematik, sistem imun gagal membedakan jaringan sendiri dengan benda
asing, sehingga menyerang jaringan tubuh sendiri, khususnya jaringan sinovium
yaitu selaput tipis yang melapisi sendi. Hasilnya dapat mengakibatkan sendi
bengkak, rusak, nyeri, meradang, kehilangan fungsi bahkan cacat (Haryono,
Setiyaningsih, 2013)

Dari definisi di atas dapat di simpulkan bahw pengertian dari artritis reumatoid
adalah merupakan penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat sistemik, progresif,
cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris.
Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan, pergelangan kaki, sendi
bahu serta sendi panggul dan biasanya bersifat simetris atau bilateral,dan tidak
diketahui penyebabnya dengan manifestasi seperti kelelahan, malaise, dan kekakuan
pada pagi hari. Hasilnya dapat mengakibatkan sendi bengkak, rusak, nyeri,
meradang, kehilangan fungsi bahkan cacat.

b. Etilogi Artritis Reumatoid

Menurut Khalid Mujahidullah (2012) artritis reumatoid merupakan sindrom


yang hingga saat ini terdapat lebih dari 100 macam penyakit yangdi klasifiikasikan
dalam golongan artritis reumatoid. Sebagian besar belum dapat dijelaskan
penyebabnya. Pada usia lanjut sebab-sebab gangguan Rematik atau pada system
musculoskeletal dapat di kelompokan sebagiai berikut:

1. Mekanik : penyakit sendi degeneratife (osteoarthritis), Sterosis spinal.


2. Metabolic: Osteoporosis,myxedema, penyakit paget.
3. Berkaitan dengan penyakit keganasan: artropati kasino matosa atau neurimiopati
dan dermatomyosistis, osteoatropati hipertropika.
4. Pengaruh obat : Diuretika dapt menimbulkan GOUT, Lupus eritronatosis
sistemik
5. Radang : polymyalgia Reumatika, temporal (giant cell), atritis gout. Adapun
beberapa faktor yang resiko yang diketahui adalah:

1. Usia lebih dari 40 tahun


2. Jenis kelamin, wanita yang lebih sering
3. Kegemukan dan penyakit metabolik
4. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
5. Kelainan pertumbuhan
6. Kepadatan tulang dan lain-lain

c. Klasifikasi Artritis Rheumatoid

Ditinjau dari lokasi patologis maka jenis rematik tersebut dapat dibedakan
dalam dua kelompok besar yaitu: rematik artikular dan rematik non artikular.
Rematik Artikular atau Arthritis (radang sendi) merupakan gangguan rematik yang
berlokasi pada persendian, diantaranya meliputi Arthritis Rheumatoid,
Osteoarthritis, Olimiagia Reumatik, Artritis gout. Rematik non artikular arau ekstra
artikular yaitu gangguan rematik yang disebabkan oleh proses diluar persendian
diantaranya Bursitis, Fibrositis, Sciatica (Hembing,2013). Rematik dapat
dikelompokkan dalam beberapa golongan yaitu:

1. Osteoatritis Penyakit ini merupakan kerusakan tulang rawan sendi yang


berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. 15 Secara klinis ditandai
dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi,dan hambatan gerak pada sendi-sendi
tangan dan sendi besar menananggung beban.

2. Artritis Rematoid Arthritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik


kronik dengan manifestasi utama Poliartritis progresif dan melibatkan seluruh
organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien Atritis Rematoid terjadi setelah
penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien
dapat juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.

3. Olimi algia Reumatik Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari
rasa nyeri dan kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher,
bahu, dan panggul. Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut sekitar 50
tahun keatas.

4. Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus,
yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita.
Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya
mendekati masa menopause

d. Patofisiologi Artritis Rheumatoid

Penyebab dari Rheumatoid Arthritis menurut Zairin (2016), belum diketahui secara
pasti. Meskipun etiologi infeksi telah berspekulasi bahwa penyebab dari Rheumatoid
Arthritis ini adalah organisme Mikoplasma, virus Epstein-Barr, Parvovirus, dan
Rubella, tetapi tidak ada organisme yang terbukti bertanggung jawab dalam
terjadinya penyakit ini. Rheumatoid Arthritis (RA) dikaitkan dengan banyak respon
autoimmune, tetapi apakah autoimmune itu merupakan peristiwa sekunder atau
primer masih belum diketahui secara pasti.

Rheumatoid Arthritis memiliki komponen gen yang genetik yang signifikan dan
berbagai epitop dari cluster HLA-DR4/DR1 hadir pada 90% pasien dengan
Rheumatoid Arthritis. Hiperplasia cairan sendi dan aktivasi sel endotel adalah
kejadian pada awal proses patologis yang berkembang menjadi suatu peradangan
yang tidak terkontrol dan berakibat pada kehancuran tulang dan tulang rawan.
Faktorgenetik dan kelainan sistem kekebalan tubuh berkontribusi terhadap
progresivitas penyakit Rheumatoid Arthritis. Sel T CD4, fagosit mononuclear,
fibroblast, osteoklas, dan neutrofil memainkan peran seluler utama dalam
patofisiologi Rheumatoid Arthritis, sedangkan Limfosit B memproduksi
autoantibodi. Produksi sitokin abnormal, kemokin, dan mediator inflamasi lain telah
ditunjukkan pada pasien dengan Rheumatoid Arthritis. Pada akhirnya, peradangan
dan proliferasi sinovium yaitu pannus menuju kepada kerusakan berbagai macam
jaringan pada sendi, termasuk tulang rawan, tulang, tendon, ligament, dan pembuluh
darah. Meskipun struktur articular adalah tempat utama yang terlibat oleh tejadinya
Rheumatoid Arthritis, tetapi jaringan lain juga dapat terpengaruh (Zairin, 2016).

e. Tanda dan Gejala Artritis Rheumatoid

Pada setiap orang gejala artritis reumatoid yang dirasakan berbeda-beda, berikut
adalah beberpa tanda dan gejala umum yang dirasakan dari penyakit Rematik:

1. Kekauan pada dan seputar sendi yang berlangsung sekitar 30-60 menit di pagi
hari.
2. Bengkak dari nyeri pada umunya terjadi pada sendi-sendi tangan.
3. Sakit atau radang dan terkadang bengkak dibagian persendiaan pergelangan jari,
tangan, kaki, bahu, lutut, pinggang, punggung dan sekitar leher.
4. Sakit artritis reumatoid kambuh biasanya pada saat cuaca mendung saat mau
hujansetelah mengkonsumsi makanan pantangan seperti; sayur bayam,
kangkung,kelapa, santan, dan lain-lain (Haryono dan Setianingsih, 2013, h. 10)

f. Komplikasi Artritis Rheumatoid

Komplikasi Rheumatoid Arthritis menurut Simanjuntak (2016), adalah :

1. Deformitas (pembesaran) pada bagian sendi.


2. Sendi yang terserang penyakit Rheumatoid Arthritis bisa menjadi cacat dan
akan menghambat kegiatan sehari-hari.
3. Neuropati perifer mempengaruhi saraf yang paling sering terjadi pada tangan
4. Osteoporosis.
5. Sendi menjadi kaku

g. Pemeriksaan Penunjang Artritis Rheumatoid

1. Tes seroligi

1. BSE positif
2. Darah, bisa terjadi anemia dan leukositis
3. Rheumatoid faktor terjadi 50-90% penderita

2. Pemeriksaan radiologi

1. Periarticular osteoporosis, permulaan sendi-sendi erosis


2. Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, subluksasi dan ankilosis
3. Aspirasi sendi Cairan synovial menunjukan adanya proses radang aseptic, cairan
dari sendi di kultur dan bisa diperiksa secara makrosop (Mujahidullah ,2012, h.
83)

h. Penatalaksanaan Medik Artritis Rheumatoid

1. Medikamentosa Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya


bersifat simtomatik. Obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya
sebagai analgentik dan mengurangi peradagan.

1. Analgetik yang daapt dipakai adalah asetaminofen dosis2,6-4 g/hr atau


propeksifen HCL. Asam salisilat juga cukup efektif namun perhatikan efek
samping pada saluran cerna dan ginjal.
2. ika tidak berpengaruh atau jika terdapat tanda peradangan, maka OAINS
seprti fenoprofin, piroksikam, ibuprofen, dan sebagianya dapat digunakan.
Dosis untuk osteoarthritis biasanya 1⁄2-1/3 dosis penuh untuk arthritis
rheumatoid. Oleh karena itu pemakaian biasanya untuk jangka panjang, efek
samping utama adalah ganguan mukosa lambung dan gangguan faal ginjal

2. Perlindungan sendi dengan koreksi postur tubuh yang buruk, penyangga utuk
lordosis lumbal, menghindari aktivitas yang 39 berlebihan pada sendi yang sakit,
dan pemakaian alat-alat untuk meringankan kerja sendi.
3. Diet

4. Dukungan psikososial

5. Fisioterapi

6. Operasi dipertimbangkan pada pasien dengan kerusakan sendi yang nyata, dengan
nyeri yang menetap, dan kelemahan fungsi (Mujahidullah, 2012, h. 83-84)

i. Penalaksanaan Artritis Reumatoid

1. Melakukan olahraga dengan teratur


Hal pertama yang bisa Anda lakukan untuk mencegah terjadinya rematik adalah
dengan melakukan olahraga secara teratur. Latihanlah dengan rutin, karena ini
tidak hanya akan membuat Anda semakin menyehatkan kondisi jantung dan juga
sistem kardiovaskular, namun juga akan membuat Anda semakin menguatkan
tulang dan terhindar dari serangan rematik.
2. Melakukan peregangan
Melakukan peregangan juga dinilai mampu meningkatkan kerja dan kkeuatan
sendi. Namun pastikan juga sebelum Anda melakukan peregangan, Anda
melakukan pemanasan. Melakukan peregangan tanpa dibarengi dengan
pemanasan yang lebih lanjut akan semakin memperburuk kerja sendi bahkan juga
akan semakin menembahkan ketegangan otot Anda.
3. Konsumsi air secukupnya
Selanjutnya Anda juga sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi air putih, karena
jika air putih tercukup makan akan membantu pembentukan 70 persen dari tulang
rawan pada persendian dan juga membantu untuk menjaga mereka dari lumasi
sehingga tulang tidak akan menggosok pada satu sama lainnya. Anda juga
sebaiknya memastikan untuk mengkonsumsi minimalnya 8 gelas air putih dalam
1 hari.
4. Berjalan kaki
Anda juga bisa melakukan olahrga kecil yaitu berjalan kaki tanpa menggunakan
alas kaki, di sebuah taman atau disekitar perumahan yang biasanya menyediakan
tempat khusus untuk berolahrga, selain itu biasanya juga akan disediakan batu
kerikiril atau jalan setapak bebatuan. Manfaatkanlah jalan tersebut untuk berjalan
diatasnya. Anda bisa melakukannya 2 kali dalam seminggu sehingga bisa
membantu untuk meningkatkan kerja otot pada bagian kaki dan juga persendian.

B. Asuhan Keperawatan

1. Kasus

Ny. A berumur 65 tahun datang ke rumah sakit umum daerah, mengeluh nyeri saat
bergerak, mengeluh nyeri di tangan sehingga sulit untuk menggerakkan ekstremitas atas,
mengalami bengkak serta kekakuan di area persendian sehingga sulit melakukan aktivitas,
susah untuk menggerakkan bagian tubuhnya pada saat nyerinya timbul, takut melakukan
pergerakan pada area sendi, pasien mengatakan cemas saat bergerak, dan pada saat bangun
tidur duduk terlalu lama pasien sulit untuk bergerak karena kekakuan sendi.

Nyonya a mengatakan sering mengkonsumsi obat warung, nyonya a mengatakan skala


nyeri yang dialami 6. Setelah dilakukan pemeriksaan ditemukan ttv adalah TD: 120/70, rr:
22, suhu 36°c nadi 125 x/ menit

2. Pengkajian

Data Biografi
Nama : Ny A…………………………………………L/P
Tempat tanggal lahir : Sampang, 23 April 1957.......................Gol darah :
O/A/B/AB
Pendidikan terakhir : SLTA
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin/BeluIm/Janda/Duda
(Cerai/Hidup/Mati) TB/BB : 155 cm/50kg
Penampilan : Rapi dan menarik……. ciri-ciri tubuh : sawo matang
dan manis
Alamat : Jalan Mutiara Sampang
Telp : 087856258xxx
Orang yang dekat dihubungi : Tn. D
Hubungan dengan lanjut usia : Kerabat
Alamat : Jalan Mutiara, Sampang
………………………………………………………
…………………..
Telp. 087234765xxx

Riwayat Keluarga

Genogram

Keterangan :

Laki-laki

Perempuan

Pasien

-------- Garis satu rumah


______ Garis hubungan darah

Riwayat pekerjaan
Pekerjaan saat ini : Petani
Alamat pekerjaan : Sawah \ kebun
Berapa jarak dari rumah : 200 Km ke sawah \ kebun
Alat transportasi : jalan kaki
Pekerjaan sebelumnya : Petani

Berapa jarak dari rumah : 200 Km ke kebun \ sawah


Alat transportasi : jalan kaki
Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan:
Dari hasil penjualan bertani seperti : beras, jagung, cabe, bawang
…………………………………………………………………………..………………

Riwayat lingkungan hidup


Tipe tempat tinggal : Satu rumah dan dekat dengan tetangga
Jumlah kamar : 3 kamar
Jumlah tingkat : tidak ada
Kondisi tempat tinggal : Baik
Jumlah orang yang tinggal di rumah : laki-laki : 2 orang ; Perempuan: 2 orang
Derajat privasi tetangga terdekat : Tetangga terdekat
Alamat/telepon : Jalan Mutiara, Sampang

Riwayat rekreasi
Hobbi/minat : Berkebun
Keanggotaan organisasi : Tidak ada
Liburan/perjalanan : Tidak ada

Sistem pendukung
Perawat/bidan/dokter/fisioterapi : Perawat dan Dokter
Jarak dari rumah : 305 Km
Rumah sakit : Dari rumah Jaraknya 305 Km
Klinik : Dari rumah Jaraknya 206nKm
Pelayanan kesehatan di rumah : Tidak pernah
Makanan yang dihantarkan : Makanan rendah garam dan lemak
Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga : membantu menyiapkan makanan dan
kebutuhan lainnya
Lain-lain : Tidak ada
Diskripsi kekhususan
Kebiasaan ritual : Tidak ada
Yang lainnya : Tidak ada

Status kesehatan
Status kesehatan umum setahun yang lalu :
Merasa kesakitan di daerah sekitar pergelangan tangan kanan
Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu : Baik

keluhan utama :
 Provokasi/palliatif : Karena terlalu sering mengangkat benda benda berat
 Quality/quantity : Nyeri terasa seperti tertusuk tusuk dan kuat
 Region : Nyeri terasa di sekitar pergelangan tangan kanan
 Severity scale : Skala nyeri yang dirasakan oleh klien 6
 Timing : Klien mengatakan nyerinya berlangsung sekitar 5-10
menit dan terkadang hilang timbul

Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan:


Klien mengatakan nyerinya berkurang setelah meminum obat

Obat-obatan :

NO NAMA OBAT DOSIS KETERANGAN


1. Methotrexate 15 mg Selama 5 hari,
Kembali diberikan
setelah jeda
minimal 1 minggu
2. Meloxicam 7,5 mg Perhari

Status imunisasi (catat tanggal terbaru):


Tetanus/difteri/influenza/pneumovaks Allergi (catat agen dan
reaksi spesifik)
Obat-obatan : Tidak ada
Makanan : Tidak ada
Faktor lingkungan : Tidak ada

Penyakit yang diderita

Hipertensi Rheumatoid Asma


Dimensi

Lain-lain sebutkan : Tidak ada

Aktivitas hidup sehari-hari (adl)


Indeks KATZ : A/B/C/D/E/F/G
Oksigenasi : Bernafas dengan suara normal
Cairan dan elektrolit : Terpenuhi
Nutrisi : Terpenuhi
Eliminasi : Normal

Aktivitas : Sedikit terbatas


Istirahat/tidur : Tidak normal ( sering terjaga )
Personal hygiene : Normal
Seksual : Jarang setelah munculnya penyakit
Rekreasi : Jarang
Psikologis : Merasa khawatir
 Persepsi klien : Klien merasa penyakitnya tidak sembuh
 Konsep diri : Klien memaksa untuk terus bekerja
 Emosi : Klien merasa marah ketika nyeri muncul
 Adaptasi : Baik dengan orang lain maupun lingkungan
 Mekanisme pertahanan diri : Klien memaksa minum obat terus menerus
Tinjauan sistem
Keadaan umum : Gelisah
Tingkat kesadaran : composmentis, apatis, sumnolen. Suportus, coma
Skala koma glasgow : verbal = 5 psikomotor= 4 mata = 4
Tanda-tanda vital : Nadi: 125 Suhu: 36,7ºC RR: 22 Tensi 120 \70

1. Kepala
Bentuk kepala ( dolichalus ), simetris, bergerak bebas
2. Wajah
- Wajah : pucat, terlihat meringis kesakitan
- Mata : Rabun jauh
- Telinga: Sedikit menurun
- Hidung: Normal
3. Leher
Bentuk leher: Simetris, tidak ada kelenjar tiroid
4. Dada dan punggung
Dada: simetris
Punggung: tidak simetris membungkuk
5. Abdomen dan pinggang
Bentuk abdomen: datar, tidak ada benjolan, simetris
Pinggang: tidak normal membungkuk
6. Ekstremitas atas dan bawah
Ekstremitas atas: sedikit terganggu karena adanya nyeri
Ektremitas bawah: normal

7. Sistem imun
Baik

8. Genetalia

Normal
9. Sistem reproduksi
Normal
10.Sistem persyarafan
Normal
11.Sistem pngecapan
Normal
12.Sistem penciuman tactil respon
Tidak ada sumbatan dalam hidung

Status kognetif/afektif/sosial
1. Short Portble Mental Status Questionare (SPMSQ)
Normal
2. Mini Mental State Exame (MMSE)
Composmentis
3. Inventraris Depresi Beck
Depresi tidak ada
4. APGAR Keluarga
Sosialisasi baik
5. Dan lainnya sesuai kebutuhan
Data penunjang
1. Laboratorium
Tidak terkaji
2. Radiologi
Tidak terkaji
3. EKG
Tak terkaji
4. USG
Tak terkaji
5. CT scan
Tak terkaji
6. Obat-obatan
Methotrexate dan Meloxicam
3. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (mengangkat berat) ditandai
dengan pasien merasakan nyeri di sekitar pergelangan tangan; skala nyeri 6; pasien
mengatakan sering mengangkat benda-benda berat; pasien merasakan nyeri seperti
tertusuk-tusuk dan kuat; pasien mengatakan nyerinya berlangsung sekitar 5-10 menit
dan terkadang hilang timbul; pasien terlihat gelisah, pengukuran nadi mencapai
125x/menit, pasien mengatakan sering terjaga dari tidurnya, dan wajah pasien terlihat
meringis kesakitan.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi ditandai dengan pasien
mengatakan sulit menggerakan ekstremitas atas; pasien mengatakan susah untuk
menggerakkan bagian tubuhnya terutama di area sendi; pasien mengatakan nyeri saat
bergerak; pasien takut melakukan pergerakan pada area sendi; pasien mengatakan
cemas saat bergerak seperti pada saat bangun tidur, duduk terlalu lama; pasien
mengatakan sulit bergerak karena kekakuan sendi.

3. Intervensi Keperawatan

Rencana Keperawatan
No Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan Tujuan : Intervensi Utama : Intervensi Utama :
dengan agen pencedera Setelah dilakukan Pemberian Analgesik  Pemberian
fisik (mengangkat intervensi Observasi Analgesik :
berat) ditandai dengan keperawatan 1.Identifikasi Observasi
pasien merasakan nyeri selama … x 24 jam karakteristik nyeri 1. Untuk
di sekitar pergelangan tingkat nyeri pada 2.Identifikasi riwayat mengidentifikasi
tangan; skala nyeri 6; pasien menurun. alergi obat karakteristik
pasien mengatakan sering Kriteria hasil : 3.Identifikasi nyeri pada
mengangkat benda-benda 1. Keluhan nyeri kesesuaian jenis pasien
berat; pasien merasakan menurun analgesik dengan 2. Untuk
nyeri seperti tertusuk- 2. Skala nyeri = 1 tingkat keparahan mengidentifikasi
tusuk dan kuat; pasien 3. Pasien tidak nyeri alergi pada
mengatakan nyerinya merasakan nyeri 4.Monitor tanda-tanda pasien
berlangsung sekitar 5- tertusuk-tusuk vital sebelum dan 3. Untuk
10 menit dan terkadang dan kuat sesudah pemberian mengidentifikasi
hilang timbul; pasien 4.Nyeri analgesik obat analgesik
terlihat gelisah, berlangsung 5.Monitor efektivitas yang sesuai
pengukuran nadi tidak lama analgesik dengan rasa
mencapai 125x/menit, 5. Nyeri timbul Terapeutik nyeri pada
pasien mengatakan tidak sering 1.Tetapkan target pasien
sering terjaga dari 6.Gelisah yang efektifitas analgesik 4. Memantau
tidurnya, dan wajah dirasakan pasien untuk tanda-tanda vital
pasien terlihat meringis menurun mengoptimalkan pasien, sebelum
kesakitan 7.Frekuensi nadi respons pasien dan sesudah
membaik Edukasi minum obat
(100x/menit) 1.Jelaskan efek terapi analgesik
8.Pola tidur pasien dan efek samping obat 5. Mengetahui
membaik Kolaborasi pengaruh
Meringis di wajah 1.Kolaborasi pemberian kandungan obat
pasien menurun dosis dan jenis pada pasien
(tidak tampak) analgesik Terapeutik
1. Untuk
 Manajemen Nyeri mengetahui
Terapeutik target
1.Kontrol lingkungan pencapaian dari
yang memperberat obat analgesik
rasa nyeri Edukasi
2.Fasilitasi istirahat dan 1. Agar pasien dan
tidur keluarga bisa
Edukasi memahami
1.Jelaskan strategi kelebihan dan
meredakan nyeri kekurangan
2.Anjurkan memonitor setelah minum
nyeri secara mandiri obat analgesik
3.Anjurkan Kolaborasi
menggunakan 1. Melakukan
analgetik secara tepat pengobatan
farmakologis
Intervensi sesuai dosis
Pendukung : obat
Edukasi Manajemen
Nyeri  Manajemen Nyeri
Observasi Terapeutik
1.Identifikasi kesiapan 1. Membuat
dan kemampuan lingkungan
menerima informasi lebih kondusif
Terapeutik bagi pasien
1.Sediakan materi dan 2. Pasien bisa
media pendidikan merasa lebih
kesehatan nyaman dan bise
2.Jadwalkan pendidikan rileks
kesehatan sesuai Edukasi
kesepakatan 1. Menambah
3.Berikan kesempatan pengetahuan
untuk bertanya pasien tentang
Edukasi teknik pereda
1.Jelaskan penyebab, nyeri
periode, dan strategi 2. Pasien dan
meradakan nyeri keluarga bisa
2.Ajarkan teknik mengetahui
nonfarmakologis karakteristik
untuk mengurangi nyeri
rasa nyeri 3. Pasien bisa
mengetahui
waktu
penggunaan
obat dan cara
minumnya

Intervensi
Pendukung
 Edukasi
Manajemen Nyeri

1. Agar pasien bisa


memahami
dengan baik
pengetahuan
yang diberikan
Terapeutik
1. Bisa menunjang
pemahaman
pasien
2. Bisa
menggunakan
waktu seefisien
mungkin
3. Memberikan
kesempatan
pada pasien agar
lebih paham
Edukasi
1. Pasien
memahami
sebab, berapa
lama, dan cara
meredakan nyeri
2. Mengurangi
risiko terjadinya
syok pada
pasien
2. Gangguan mobilitas Tujuan : Intervensi Utama : Intervensi Utama :
fisik berhubungan Setelah dilakukan Dukungan Dukungan
dengan kekakuan sendi intervensi Mobilisasi Mobilisasi
di buktikan dengan keperawatan Observasi Observasi
pasien mengatakan sulit selama ....x 24 jam 1. Identifikasi 1. Untuk
menggerakan kemampuan dalam
adanya nyeri atau mengetahui
ekstremitas atas; pasien gerakan fisik
mengatakan susah secara mandiri keluhan fisik adanya nyeri
untuk menggerakkan meningkat lainnya dan keluhan
bagian tubuhnya pada 2. Identifikasi fisik lainnya
saat nyerinya timbul; Kriteria Hasil : toleransi fisik saat 2. Menentukan
pasien mengatakan 1. Pergerakan melakukan batas gerak
nyeri saat bergerak; ekstremitas pergerakan yang akan
pasien takut melakukan meningkat 3. monitor frekuensi dilakukan
pergerakan pada area 2. Rentang gerak jantung dan 3. Memantau
sendi; pasien (ROM) tekanan darah kondisi pasien
mengatakan cemas saat meningkat sebelum sebelum
bergerak; pada saat 3. Nyeri menurun
melakukan atau memulai
bagun tidur,duduk 4. Kecemasan
terlalu lama pasien sulit menurun memulai mobilisasi
untuk bergerak karena 5. Kaku sendi mobilisasi Terapeutik
kekakuan sendi. menurun Terapeutik 1. Untuk
6. Gerakan 1. fasilitasi aktivitas membantu
terbatas mobilisasi dengan pasien saat
menurun alat bantu melakukan
2. fasilitasi mobilisasi
melakukan 2. Untuk
pergerakan, jika membantu klien
ada dalam
3. libatkan keluarga meningkatkan
untuk membantu 3. Agar keluarga
pasien dalam ikut membantu
meningkatkan meningkatkan
pergerakan mobilisasi
Edukasi pasien
1. Jelaskan tujuan Edukasi
dan prosedur 1. Agar pasien dan
mobilisasi keluarga dapat
2. Ajarkan memahami
mobilisasi alasan
sederhana yang pemberian
harus dilakukan latihan.
(mis, duduk di 2. Sebagai latihan
tempat tidur, mobiliasi untuk
duduk di sisi mempercepat
tempat tidur, fleksibel sendi
pindah dari tempat
tidur ke kursi)
Intervensi
Pendukung: Teknik
Latihan Penguatan Intervensi
Sendi Pendukung:
Observasi Teknik Latihan
1. Identifikasi Penguatan Sendi
keterbatasan Observasi
fungsi dan gerak 1. Untuk
sendi mengetahui
2. Monitor lokasi keterbatasan
dan sifat ketidak gerak sendi
nyamanan atau 2. Untuk
rasa sakit selama mengetahui
gerakan/aktivitas lokasi nyeri
Terapeutik Terapeutik
1. Lakukan 1. Pemanasan saat
pengendalian melakukan
nyeri sebelum latihan guna
memulai latihan untuk
2. Berikan posisi melenturkan
tubuh optimal sendi
untuk pergerakan 2. Agar pada saat
sendi pasif atau latihan
aktif pertahanan
3. Fasilitasi tubuh dapat
menyusun jadwal secara optimal
latihan rentang 3. Untuk
gerak aktif mempercepat
maupun pasif kelenturan
4. Fasilitasi gerak dengan adanya
sendi teratur jadwal latihan
dalam batas-batas yang dilakukan
rasa sakit, secara teratur
ketahanan dan Edukasi
mobilitas sendi 1. Agar pasien dan
Edukasi keluarga
1. Jelaskan pada mengetahui
pasien/ keluarga tujuan dari
tujuan dan latian yang akan
rencana latihan dilakukan
2. Anjurkan 2. Untuk
melakukan latihan mempercepat
rentang gerak kelenturan sendi
aktif dan pasif Kolaborasi
secara sistematis 1. Untuk
Kolaborasi mempercepat
1. Kolaborasi dengan kelenturan
fisioterapi dalam sendiri dan
mengembangkan mobilitas secara
dan melaksanakan mandiri
program latihan

4. Implementasi Keperawatan
No Dx Tanggal Jam Implementasi TTD
1. 12-09-2022 16.30 WIB 1. mengidentifikasi karakteristik nyeri
Respon : Klien mengatakan nyeri seperti
tertusuk tusuk dan kuat
16.35 WIB
2. memonitor Tanda-tada vital sebelum dan
sesudah diberi analgesic
Respon :
1) sebelum diberi analgesic
TD : 120/70
RR : 22x/menit
N : 125x/menit
Suhu : 36,7°C
2) sesudah diberi analgesic
TD : 120/60
RR : 20x/menit
N : 120x/menit
16.40 WIB
Suhu : 36,5°C
3. menjelaskan terlebih dahulu efek samping dari
obat
Respon : klien tahu dan paham mengenai efek
samping penggunaan obat
16.45 WIB 4. Mengontrol lingkungan yang memperberat nyeri
(meminimalisir kebisingan)
Respon : Klien mengatakan merasa lebih
nyaman jika jauh dari kebisingan
16.50 WIB
5. Memberikan obat piroxicam 20mg 3x1 per oral
Respon : klien mengatakan nyerinya sedikit
berkurang setelah meminum obat
2. 12-09-2022 16.55 WIB 1. mengidentifikasi adanya nyeri
Respon : klien mengatankan nyeri jika
mengangkat benda-benda berat.
17.00 WIB
2. memonitor/mengecek dahulu Tekanan Darah
sebelum dilakukan mobilisasi
Respon : TD : 120/70
17.05 WIB 3. memberikan penjelasan kepada keluarga pasien
agar lebih membantu pasien dalam melakukan
latihan retang gerak aktif dan pasif.
Respon : Keluarga klien tampak paham dan
mengerti

1. 13-09-2022 16.30 WIB 1. mengidentifikasi kembali rasa nyeri


Respon : klien mengatakan nyeri dipergelangan
tangannya sedikit berkurang
2. Memonitor kembali tanda-tanda vital.
16.35WIB
Respon: TD : 120/80
Suhu : 36°C
RR : 20x/menit
Nadi : 118x/menit
16.45 WIB 3. Memberikan obat piroxicam 20mg 3x1 per oral
Respon : klien mengatakan merasa lebih
nyaman setelah minum obat
16.50 WIB
4. Menanyakan keadaan pasien setelah diberi obat
analgesic.
Respon : klien mengatakan rasa nyeri nya
berkurang.
2. 13-09-2022 17.00 WIB 1. Mengidentifikasi kembali adanya nyeri
Respon :klien mengatakan nyeri berkurang dan
mulai bisa mengangkat benda disekitarnya
17.05 WIB 2. Memonitor kembali tekanan darah sebelum
dilakukan mobilisasi.
DO : TD : 120/80
Suhu : 36°C
RR : 20x/menit
Nadi : 118x/menit
3. Menanyakan kepada pasien tentang adanya
perubahan setelah melakukan gerakan pasif dan
aktif.
Respon: klien mengatakan lebih nyaman setelah
melakukan gerakan pasif dan aktif.
1. 14-09-2022 16.30 WIB 1. mengidentifikasi kembali rasa nyeri
Respon: klien mengatakan rasa nyerinya
berkurang dan bisa mengangkat beban.
16.36 WIB
2. memonitor kembali tanda-tanda vital
Respon : TD : 120/60
Suhu : 36,5°C
RR : 18x/menit
Nadi : 100x/menit
16.45 WIB 3. Memberikan obat piroxicam 10mg 3x1 per oral
Respon : klien mengatakan nyerinya sudah
berkurang
2. 12-09-2022 21.00 WIB 1. Mengidentifikasi kembali adanya nyeri
Respon :klien mengatakan nyeri nya sudah tidak
ada dan tidak ada keluhan fisik lainnya
2. Melibatkan keluarga untuk membantu klien
dalam meningkatkan pergerakan
Respon : keluarga klien tampak paham dan mau
membantu klien dalam meningkatkan
pergerakan.

5. Implementasi Keperawatan
No. Tanggal Dx Evaluasi TTD
Dan Jam
1. 12-09-2022 1 S :
(21.00 WIB) - klien mengatakan nyerinya sedikit berkurang setelah
meminum obat
- Klien mengatakan merasa lebih nyaman jika jauh dari
kebisingan
- Klien mengatakan nyerinya sedikit berkurang setelah
meminum obat

O:
- TD : 120/60
RR : 20x/menit
N : 120x/menit
Suhu : 36,5°C

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan
2 S:
- Klien mengatakan nyeri jika mengangkat benda-benda berat

O:
- TD : 120/70
- Keluarga klien tampak paham dan mengerti

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan
2. 13-09-2022 1 S :
(21.00) - Klien mengatakan nyeri dipergelangan tangannya sedikit
berkurang
- Klien mengatakan merasa lebih nyaman setelah minum obat
- Klien mengatakan rasa nyerinya berkurang.

O:
- TD : 120/80
Suhu : 36°C
RR : 20x/menit
Nadi : 118x/menit

A:
P:
2 S :
- Klien mengatakan nyeri berkurang dan mulai bisa
mengangkat benda disekitarnya.
- Klien mengatakan lebih nyaman setelah melakukan
gerakan pasif dan aktif.
O:
- TD : 120/80
Suhu : 36°C
RR : 20x/menit
Nadi : 118x/menit

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan
3. 14-09-2022 1 S :
(21.00) - Klien mengatakan rasa nyerinya berkurang dan bisa
mengangkat beban
- klien mengatakan nyerinya sudah berkurang

O:
- TD : 120/60
Suhu : 36,5°C
RR : 18x/menit
Nadi : 100x/menit

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan
2 S :
- Klien mengatakan nyeri nya sudah tidak ada dan tidak ada
keluhan fisik lainnya

O:
- Keluarga klien tampak paham dan mau membantu klien
dalam meningkatkan pergerakan.

A : Masalah teratasi

P :Intervensi dihentikan
BAB III
PENUTUP

Simpulan

Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan pada klien Artritis
Rheumatoid, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut
Pada pengkajian pada tinjauan kasus didapatkan keluhan utama pada pengkajian klien
mengalami nyeri di area lutut , nyeri di rasakan saat pasien dari posisi duduk lalu berdiri,
nyeri seperti tertusuk, terjadi kedua lutut kaki dengan skala 4 hilang timbul Pada Diagnosa
keperawatan prioritas yang diangkat yaitu nyeri dengan tujuan Setelah di lakukan dintakan
keperawatan 3 kali kunjungan maka nyeri bmenurun dengn kriteria hasil Klien dapat
menjelaskan penyebab nyeri, Klien melaporkan nyerinya berkurang,Klien dapat
mendemonstrasikan cara mengatasi nyeri, wajah tidak tampak menyeringai,Skala nyeri 1-3,
TTV dalam batas normal TD : 130/80-140/90 mmHg, N : 60-70x/mnt,RR : 14-16x/mnt, S :
36,4- 37,5oC. Menjelaskan penyebab pemicu nyeri, Menganjurkan memonitoring nyeri secara
mandiri,Mengajarrkan klien teknik nonfarkologi (Misalnya: teknik relaksasi, teknik distraksi
dan kompres air hangat),.mengajarkan ROM Aktif dan Pasif, Mengobservasi skala nyeri,
lokasi, penyebab, durasi, dan kualitas nyeri Diagnosa kedua yaitu deficit pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya informasi dengan tujuan Setelah dilakukan 1x kunjungan
maka pengetahuan menngkat dengan kriteria hasil:Klien mampu menyebutkan penyebab
artritis rheumatoid,Klien mampu menyebutkan tanda dan gejala artritis rheumatoid,Klien
mampu menyebutkna komplikasi dari artitis rheumatoid,Klien mampu menyebutkan
penanganan artritis rheumatoid, Klien tidak terlihat bingung. Pada akhir evaluasi semua
tujuan dapat di capai karena adanya kerja sama yang baik antara klien, keluarga. Hasil
evaluasi pada Ny.“W” sudah sesuai dengan harapan masalah teratasi.

Saran

1. Bertolak dari kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai berikut :


2. Untuk mencapai hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan hubungan yang baik
dan keterlibatan klien, keluarga dan tim kesehatan lainnya.
3. Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya mempunyai pengetahuan,
keterampilan yang cukup serta dapat bekerja sama dengan tim kesehatan klainnya
dengan memberikan asuhan keperawatan pada klien Artritis Rhuematoid .
4. Dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang profesional alangkah baiknya
memberikan informasi tentang bahaya penyakit Artritis Rheumatoid .
Pendidikan pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu ditingkatkan baik secara
formal dan informal khususnya pengetahuan dalam bidang pengetahuan ilmu
kesehatan.
5. Kembangkan dan tingkatkan pemahaman perawat terhadap konsep manusia secara
komprehensif sehingga mampu menerapkan asuhan keperawatan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani (2014. Buku Ajar Asuhan keperawatan Gerontik.Jakarta Trans Medika

Bawarodi, F., Rottie, J., & Malara, R. (2017). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Kekambuhan Penyakit Rematik Di Wilayah Puskesmas Beo Kabpaten Talaud. E-
Journal Keperawatan (e-Kp), 5(1). https://doi.org/10.4018/978-1-4666-2673-7.
Tanggal 20 Januari 2021 pukul 15.00 WIB

Budi, S. Herman. (2013). Pokok Pokok Hasil Riskesdas Provinsi Jawa Timur 2013. (& N.
Puspasari, Eds.) (Vol. 84). Jakarta: Lembaga Penerbitan Badan Litbangkes.
Retrieved

Dinda Eka, (2019). Aplikasi Parutan Jahe pada Lansia dengan Nyeri Kronik
RhuemtoidArtritisShttp://eprintslib.ummgl.ac.id/813/1/16.0601.0066_BA B
%20I_BAB%20II_BAB%20III_BAB%20V_DAFTAR%20PUSTAKA. pdf. Di
akses pada tangggal 10 Januari 2021 pada pukul 10.00 WIB

Ferawati. (2017). Efektifitas Kompres Jahe Merah Hangat dan Kompres Serai Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Arthritis Rematoid pada Lanjut Usia Di DesaMojoranu
Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Ilmu Keshatan MAKIA, 5(1), 1–
9 tanggal 07 Desember 2020 pukul 20.00 WIB

Haryono dan Setianingsih, (2013). Musuh-Musuh Anda Setelah Usia 40 Tahun. Jatirejo :
Gosyen Publising

Anda mungkin juga menyukai