RHEUMATOID ARTHRITIS
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 8
Tri Retno Handayani (7318003)
Irma Wahyuni (7318005)
Lisa Munika (7318008)
Tin Muntakhibah (7318036)
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk dan
rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan laporan mengenai “ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA RHEUMATOID ARTHRITIS” dengan baik dan tepat waktu. Laporan ini disusun
guna memenuhi tugas mata kuliah KEPERAWATAN KELUARGA.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu, kami harap pembaca dapat memberikan saran serta kritik yang dapat
memberikan wawasan bagi kami. Kritik yang baik dari pembaca sangat kami harapkan untuk
menyempurnakan makalah selanjutnya.
Semoga dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kami semua, dalam
hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai “ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
RHEUMATOID ARTHRITIS”.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan semakin meningkatnya usia seseorang, maka akan terjadi perubahan-
perubahan pada tubuh manusia. Perubahan-perubahan tersebut terjadi sejak awal kehidupan
hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada
semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan
timbulnya beberapa golongan rematik.
Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan tulang atau jaringan penunjang
sekitar sendi, golongan penyakit ini merupakan penyakit Autoimun yang banyak di derita oleh
kaum lanjut usia (usia 50 tahun ke atas). Penyakit ini lebih sering terjadi pada perempuan dan
biasanya menyerang orang yang berusia lebih dari 40 tahun (Arif Muttaqin). Rematik terutama
menyerang Sendi-sendi, tulang, ligamentum, tendon dan persendian pada laki-laki maupun
perempuan dengan segala usia.
Penderita Artritis Rhemathoid di seluruh dunia telah mencapai angka 355 juta jiwa,
artinya 1 dari 6 orang didunia ini menderita Rhemathoid. Diperkirakan angka ini terus meningkat
hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari 25% akan mengalami kelumpuhan (Depkes RI,
2009)
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2013), menunjukkan bahwa kecenderungan prevalensi
rematik di Indonesia tahun 2007-2013 pada usia lansia terdapat 30,3 % pada tahun 2007, dan
mengalami penurunan pada tahun 2013 yaitu menjadi 24,7%. Pada Tahun 2016 jumlah penderita
rematik adalah sebanyak 23,8%.
Gangguan yang terjadi pada pasien rheumatoid arthritis lebih besar kemungkinannya untuk
terjadi pada suatu waktu tertentu dalam kehidupan pasien. Kebanyakan penyakit rheumatoid
arthritis berlangsung kronis yaitu sembuh dan kambuh kembali secara berulang-ulang sehingga
menyebabkan kerusakan sendi secara menetap. Rheumatoid arthritis dapat mengancam jiwa
pasien atau hanya menimbulkan gangguan kenyamanan. Masalah yang disebabkan oleh penyakit
rheumatoid arthritis tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan
aktivitas hidup sehari-hari tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas yang dapat menimbulkan
kegagalan organ. Rheumatoid arthritis dapat mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan
mudah lelah, perubahan citra diri serta gangguan tidur. Dengan demikian hal yang paling buruk
pada penderita rheumatoid arthritis adalah pengaruh negatifnya terhadap kualitas hidup. Bahkan
kasus rheumatoid arthritis yang tidak begitu parah pun dapat mengurangi bahkan menghilangkan
kemampuan seseorang untuk produktif dan melakukan kegiatan fungsional sepenuhnya.
Rheumatoid arthritis dapat mengakibatkan tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari
seutuhnya (Gordon et al., 2002).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
1. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit,
ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
b) Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi synovial
a. Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
b. Catat bila ada krepitasi
c. Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
c) Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
a. Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
b. Ukur kekuatan otot
d) Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
e) Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
2. Riwayat Psikososial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pad
pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karena ia merasakan adanya kelemahan-
kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat
melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri
klien.
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ
lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau
remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
Pengkajian 11 Pola Gordon
1) Pola Persepsi Kesehatan - Pemeliharaan Kesehatan
a. Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi ?
b. Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya ?
c. Riwayat keluarga dengan RA
d. Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
e. Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
2) Pola Nutrisi Metabolik
a. Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak
mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)
b. Riwayat gangguan metabolic
3) Pola Eliminasi
a. Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
4) Pola Aktivitas dan Latihan
a. Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah saki
b. Jenis aktivitas yang dilakukan
c. Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
d. Tidak mampu melakukan aktifitas berat
5) Pola Istirahat dan Tidur
a. Apakah ada gangguan tidur?
b. Kebiasaan tidur sehari
c. Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
d. Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
6) Pola Persepsi Kognitif
a. Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
a. Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
b. Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?
8) Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
a. Bagaimana hubungan dengan keluarga?
b. Apakah ada perubahan peran pada klien?
9) Pola Reproduksi Seksualitas
a. Adakah gangguan seksualitas ?
10) Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
a. Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita ?
11) Pola Sistem Kepercayaan
a. Agama yang dianut?
b. Adakah gangguan beribadah?
c. Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif b/d kurangnya pengetahuan keluarga tentang
rheumatoid arthritis.
2. Nyeri akut b/d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
3. Resiko cedera b/d ketidakmampuan keluarga modifikasi lingkungan.
C. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi berdasarkan seberapa efektif intervensi yang dilakukan keluarga, perawat, dan
lainnya. Keberhasilan lebih ditentukan oleh hasil pada sistem keluarga dan anggota keluarga dari
pada intervensi yang diimplementasikan. Keluarga dengan rheumatoid arthritis sudah paham apa
itu rheumatoid arthritis, penyebab, faktor resiko, makanan yang baik untuk dikonsumsi dan
kontrol serta cara pencegahan yang baik untuk rheumatoid arthritis. Evaluasi disusun dengan
menggunakan SOAP secara operasional menurut Friedman (2010) :
S : Adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjectif setelah dilakukan
intervensi keperawatan rheumatoid arthritis.
O : Adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan intervensi
keperawatan pada rheumatoid arthritis.
A : Adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang terkait
dengan diagnosis rheumatoid arthritis.
P : Adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada tahapan
evaluasi rheumatoid arthritis.
D. Definisi Rheumatoid Arthritis
Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan kemerahan pada
daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011). Penyakit reumatik adalah penyakit
inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi
serta jaringan ikat sendi secara simetris (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi,
hal. 165).
Artritis adalah inflamasi dengan nyeri, panas, pembengkakan, kekakuan dan kemerahan
pada sendi. Akibat Artritis, timbul inflamasi 15 umum yang dikenal sebagai Artritis Rhemathoid
yang merupakan penyakit autoimun (Nugroho, 2012).
E. Anatomi Fisiologi Sendi
Sendi merupakan pertemuan dua tulang, tetapi tidak semua pertemuan tersebut
memungkinkan terjadinya pergerakan (Roger, 2002). Ada tiga jenis sendi pada manusia dan
gerakan yang dimungkinkannya yaitu, sendi fibrosa, kartilaginosa dan sinovial (Roger, 2002).
F. Klasifikasi
Klasifikasi Berdasarkan Gejalanya :
a. Kelas I : Masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan aktivitas olahraga.
b. Kelas II : Masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari tapi mulai terbatas dan kesulitan
melakukan olahraga.
c. Kelas III : Aktivitas sehari-hari sudah mulai terganggu.
d. Kelas IV : Aktivitas sehari-hari sudah sangat terbatas, apalagi aktivitas fisik lainnya.
G. Etiologi
Penyebab Artritis Rhemathoid masih belum diketahui. Faktor genetik dan beberapa
faktor lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya penyakit ini (Nugroho, 2012).
H. Patofisiologi
Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi dan degenerasi yang
terlihat pada penyakit rematik. Inflamasi akan terlihat pada persendian sebagai sinovitis. Pada
penyakit rematik inflamatori, inflamasi merupakan proses primer dan degenerasi yang terjadi
merupakan proses sekunder yang timbul akibat pembentukan pannus (proliferasi jaringan
synovial). Inflamasi merupakan akibat dari respon imun (Nugroho, 2012).
Artritis Rhemathoid merupakan manifestasi dari respon sistem imun terhadap antigen
asing pada individu-individu dengan predisposisi genetik (Nugroho, 2012).
Suatu antigen penyebab Artritis Rhemathoid yang berada pada membran sinovial akan memicu
proses inflamasi. Proses inflamasi mengaktifkan terbentuknya makrofag. Makrofag akan
meningkatkan aktivitas fagositosisnya terhadap antigen dan merangsang proliferasi dan aktivasi
sel B untuk memproduksi antibody. Setelah berikatan dengan antigen, antibody yang dihasilkan
akan membentuk komplek imun yang akan berdifusi secara bebas ke dalam ruang sendi.
Pengendapan komplek imun ini akan mengaktivasi sistem komplemen C5a (Nugroho, 2012).
Komplemen C5a merupakan faktor kemotaktik yang selain meningkatkan permiabilitas vaskuler,
juga dapat menarik lebih banyak polimorfonukler (PMN) dan monosit kearah lokasi tersebut
(Nugroho, 2012).
Fagositosi komplek imun oleh sel radang akan disertai pembentukan dan pembebasan
radikal oksigen bebas, leukotrin, prostaglandin yang akan menyebabkan erosi rawan sendi dan
tulang. Radikal oksigen bebas dapat menyebabkan terjadinya depolimerisasi hialuronat sehingga
mengakibatkan terjadinya penurunan viskositas cairan sendi. Selain itu radikal oksigen bebas
juga merusak kolagen dan proteoglikan rawan sendi (Nugroho, 2012).
Pengendapan komplek imun akan menyebabkan terjadinya degranulasi mast cell yang
menyebabkan terjadinya pembebasan histamin dan berbagai enzim proteolitik serta aktivasi jalur
asam arakidonat yang akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran
sinovial dan akhirnya terbentuk pannus (Nugroho, 2012).
Masuknya sel radang ke dalam membran sinovial akibat pengendapan komplek imun
menyebabkan terbentuknya pannus yang merupakan elemen yang paling destruktif dalam
pathogenesis Artritis Rhemathoid. Pannus merupakan jaringan granulasi yang terdiri dari sel
fibroblast yang berproliferasi, mikrovaskuler dan berbagai jenis sel radang. Secara histopatologis
pada daerah perbatasan rawan sendi dan pannus terdapatnya sel mononukleus, umumnya banyak
dijumpai kerusakan jaringan kolagen dan proteoglikan (Nugroho, 2012).
I. Pathways
J. Manifestasi Klinis
Menurut Nugroho (2012), ada beberapa manifestasi klinis yang lazim ditemukan pada
penderita Artritis Rhemathoid. Gejala ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan
oleh karena penyakit ini memiliki gambaran yang sangat bervariasi.
a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan demam.
Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
b. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi ditangan, namun
biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi artrodial
dapat terserang.
c. Kekakuan dipagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata tetapi terutama
menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada Osteoartritis,
yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1 jam.
d. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan
sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat pada radiogram.
e. Deformitas : kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit.
f. Nodula-nodula Rhemathoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga
orang dewasa penderita Artritis Rhemathoid. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini
adalah bursa olekranon (sendi siku) atau disepanjang permukaan ekstensor dari lengan.
g. Manifestasi ekstra-artikular : Artritis Rhemathoid juga dapat menyerang organ-organ lain
di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru- paru (pleuritis), mata dan pembuluh darah dapat
rusak.
K. Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering di jumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang
merupakan komplikasi utama penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat
pengubah perjalanan penyakit (disease modifying antirheumathoid drugs, DMARD) yang
menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada Artritis Rhemathoid (Nugroho,
2012).
Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas, sehingga sukar di
bedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan
meilopati akibat ketidakstabilan iskemik akibat vaskulitis (Nugroho, 2012).
L. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Nugroho (2012), tidak banyak berperan dalam diagnosis Artritis Rhemathoid,
namun dapat menyokong bila terdapat keraguan atau untuk melihat prognosis pasien. Pada
pemeriksaan laboratorium terdapat :
a. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien Artritis Rhemathoid terutama
bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada pasien Lepra, Tuberkulosis paru, Sirosis
Hepatis, Hepatitis Infeksiosa, Endokarditis Bakterialis, penyakit kolagen, dan Sarkoidosis.
b. Protein C-reaktif biasanya positif.
c. LED meningkat.
d. Leukosit normal atau meningkat sedikit.
e. Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik.
f. fTrombosit meningkat.
g. Kadar albumin serum menurun dan globulin naik.
Pada pemeriksaan rontgen, semua sendi dapat terkena, tapi yang tersering adalah sendi
metatarsofalang dan biasanya simetris. Sendi sakroiliaka juga sering terkena. Pada awalnya
terjadi pembengkakan jaringan lunak dan demineralisasi juksta artikular. Kemudian terjadi
penyempitan sendi dan erosi (Nugroho, 2012).
J. Penatalaksanaan
Setelah diagnosis Artritis Rhemathoid dapat di tegakkan, pendekatan pertama yang harus
dilakukan adalah segera berusaha untuk membina hubungan yang baik antar pasien dengan
keluargannya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa hubungan yang baik
ini agaknya akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam suatu
jangka waktu yang cukup lama (Nugroho, 2012).
Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang akan dilakukan
sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam jangka
waktu yang lama.
a. OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi.
b. DMARD digunakan untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat
Artritis Rhemathoid.
c. Riwayat penyakit alamiah
d. Pada umumnya 25% pasien akan mengalami manifestasi penyakit yang bersifat monosiklik
(hanya mengalami satu episode dan selanjutnya akan mengalami remisi sempurna). Pada
pihak lain sebagian besar pasien akan menderita penyakit ini sepanjang hidupnya dengan
hanya diselingi oleh beberapa masa remisi yang singkat (jenis polisiklik). Sebagian kecil
lainnya akan menderita Artritis Rhemathoid yang progresif yang disertai dengan penurunan
kapasitas fungsional yang menetap pada setiap eksaserbasi.
e. Rehabilitasi pasien Artritis Rhemathoid
f. Merupakan tindakan untuk mengembalikan tingkat kemampuan pasien Artritis Rhemathoid
dengan cara :
1. Mengurangi rasa nyeri
2. Mencegah terjadinya kekakuan dan keterbatasan gerak sendi
3. Mencegah terjadinya atrofi dan kelemahan otot
4. Mencegah terjadinya deformitas
5. Meningkatkan rasa nyaman dan kepercayaan diri
6. Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung kepada orang lain.
g. Pembedahan
Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta terdapat alasan yang
cukup kuat, dapat dilakukan pengobatan pembedahan. Jenis pengobatan ini pada pasien
Artritis Rhemathoid umumnya bersifat ortopedik, misalnya sinovektomi, artrodesis, total
hip replacement, memperbaiki deviasi ulnar, dan sebagainya.
BAB III
ANALISIS KASUS
A. Pengkajian
1. Data Umum Keluarga
a. Nama kepala keluarga : Bapak S
b. Umur : 64 Tahun
c. Pendidikan : SD
d. Pekerjaan : Tani
e. Alamat : Jl.Veteran N.230 Rt.03 Rw.01 Kubu Gulai Bancah Mandiangin Koto
Selayang
f. Komposisi Keluarga :
g. Tipe Keluarga :
Tipe keluarga Ibu J adalah tipe keluarga dengan tipe keluarga inti, dimana dalam satu
keluarga atau satu rumah terdapat ayah,ibu dan anak
h. Latar belakang Keluarga :
Keluarga Ibu J berasal dari keluarga suku Minang, dalam berkomunikasi sehari-hari baik
dirumah maupun dilingkungan sekitar menggunakan bahasa minang. Tidak ada
pantangan atau kebiasaan suku yang mengikat dalam keluarga, serta tidak ada
kepercayaan yang bertentangan dengan kesehatan.
i. Agama :
Baik Ibu J maupun anggota keluarga lainnya menganut agama islam dan dalam beribadah
keluarga ibu J melakukan sesuai dengan agama yang dianut yaitu sholat dan berdo’a.
j. Status Sosial Ekonomi :
Suami Ibu J bekerja sebagai petani dari penghasilan perkejaan suami Ibu J mendapatkan
uang Rp.1.000.000/bln. Dan ditambah dari uang perbulan yang diberi oleh anaknya dari
penghasilan anaknya. Dan dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari . Pengelolaan
keuangan dalam keluarga Ibu J yaitu Ibu J sendiri.
k. Aktivitas Rekreasi Keluarga :
Ibu J mengatakan jarang berekreasi dan bila ada waktu senggang digunakan untuk pergi
kesawah sebelum sakit. Semenjak sakit kegiatan Ibu J diwaktu senggang digunakan oleh
Ibu J hanya untuk berjalan-jalan namun hanya didepan pekarangan rumah dan menonton
Televisi.
B. Rencana Keperawatan
J perlindungan mengenal
Level 1
mengatakan masalah
Kelas 1 Domain 3: Perilaku
Ibu J
Kenyamanan Level 1 Memberikan dukungan fungsi
merasakan
fisik psikososial dan memfasilitasi
nyeri pada Domain 4 :
perubahan gaya hidup.
persendian Diagnosis Pengetahuan
kaki kesehatan dan Level 2
Nyeri Kronis
terutama perilaku Hasil Kelas S : Pendidikan pasien
(Artritis
dilutut. yang Intervensi untuk memfasilitasi
Rheumatoid)
- Keluarga Ibu menggambarkan pembelajaran.
(00133)
J sikap, Level 3 Intervensi : (5605)
rematik pengetahuan :
2000 nyeri.
- Ibu J
mengatakan
pernah
dirawat di
RST
Bukittinggi
selama 6
hari dengan
penyakit
Tifus.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis yang menyebabkan nyeri, kekakuan,
pembengkakan dan keterbatasan gerak serta fungsi dari banyak sendi. Rheumatoid arthritis dapat
mempengaruhi sendi apapun, sendi-sendi kecil di tangan dan kaki cenderung paling sering
terlibat. Pada rheumatoid arthritis kekakuan terburuk paling sering di pagi hari. Hal ini dapat
berlangsung satu sampai dua jam atau bahkan sepanjang hari. Kekakuan untuk waktu yang lama
di pagi hari tersebut merupakan petunjuk bahwa seseorang mungkin memiliki rheumatoid
arthritis, karena sedikit penyakit arthritis lainnya berperilaku seperti ini. Misalnya, osteoarthritis
paling sering tidak menyebabkan kekakuan pagi yang berkepanjangan (American College of
Rheumatology, 2012).
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa hipotesa
menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor : mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody)
seperti interaksi antara IGC dan faktor rematoid, gangguan Metabolisme, genetik, faktor lain :
nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial).
B. Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami mengenai
Rheumatoid arthritis (RA). Dengan demikian, diharapkan nantinya dapat melakukan pencegahan
terhadap GBS Cerebral palsy.
DAFTAR PUSTAKA