Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN OKSIGENASI PADA PASIEN EFUSI PLEURA DI RUANG

GATOTKACA RSUD JOMBANG

Disusun Oleh:

Brian Handika Rama Pangesti (7318040)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk dan

rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan “LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN OKSIGENASI PADA PASIEN EFUSI

PLEURA DI RUANG GATOTKACA RSUD JOMBANG” dengan baik dan tepat

waktu. Laporan ini disusun guna memenuhi tugas Praktik Keperawatan Dasar

Profesi (KDP), Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UNIPDU

Jombang.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada

laporan ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran

serta kritik yang dapat memberikan wawasan bagi penyusun. Kritik yang baik dari

pembaca sangat kami harapkan untuk menyempurnakan laporan selanjutnya.

Semoga dengan membaca laporan ini dapat memberi manfaat bagi kita

semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai “ASUHAN

KEPERAWATAN GANGGUAN OKSIGENASI PADA PASIEN EFUSI PLEURA”.

Jombang, 13 September 2022

Brian Handika Rama Pangesti


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Gangguan Oksigenasi Pada Ny.

E dengan Efusi Pleura di Ruang Gatotkaca RSUD Jombang

Nama Mahasiswa : Brian Handika Rama Pangesti (7318040)

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini telah disetujui dan disahkan

pada

Hari :

Tanggal :

Disetujui Oleh:

Pembimbing Ruang Gatotkaca RSUD Pembimbing Akademik


Jombang

_______________________________ Devin Prihar Ninuk, S.Kep.,Ns.,M.Kep.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh


tubuh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis atau psikologis
yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan
(Ernawati, 2012). Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas yang tertinggi diantara
semua kebutuhan dasar yang lain.Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa
kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan
fisiologisnya dibandingkan dengan kebutuhan yang lain (Ambarwati, 2014).
Menurut Henderson teori keperawatan mencakup seluruh kebutuhan
dasar seorang manusia. Kebutuhan dasar manusia menurut Henderson sering
disebut dengan 14 kebutuhan dasar Henderson, yang memberikan kerangka
kerja dalam melakukan asuhan keperawatan. Salah satu kebutuhan dasar dan
kebutuhan pertama yang diungkapkan oleh Henderson adalah kebutuhan
oksigenasi yaitu tentang bernapas yang normal. Dalam pemenuhan kebutuhan
oksigen, diperlukan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia (Potter & Perry, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa oksigen merupakan
hal yang sangat penting bagi manusia.
Penyebab terjadinya gangguan oksigenasi disebabkan oleh beberapa hal
yang mempengaruhi fungsi pernapasan, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor
penting, diantaranya adalah faktor fisiologis, status kesehatan, faktor
perkembangan, faktor perilaku dan lingkungan. Pernapasan dapat berubah
karena kondisi dan penyakit yang dapat mengubah kondisi dan struktur paru.
Otot-otot pernapasan, ruang pleura, dan juga alveoli sangat penting untuk
ventilasi, perfusi, dan juga pertukaran gas dalam pernapasan (Ambarwati, 2014).
Efusi pleura merupakan penimbunan cairan dalam rongga pleura (rongga
yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada)
timbunan cairan dalam rongga pleura akan menyebabkan desakan (penakanan)
paru-paru, atelektasis, penekanan pembuluh vena besar, dan menurunnya aliran
darah balik jantung, dan dapat terjadi akibat beberapa penyakit atau suatu
trauma. (Taqiyyah & Mohammad 2013).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) 2011 memperkirakan jumlah kasus
efusi pluera di seluruh dunia cukup tinggi menduduki urutan ke tiga setelah
kanker paru sekitar 10-15 juta dengan 100-250 ribu kematian tiap tahunnya.
Efusi pleura suatu disease entity dan merupakan suatu gejala penyakit yang
serius yang dapat mengancam jiwa penderita. Tingkat kegawatan pada efusi
pleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan dan tingkat
penekanan paru. (Pratama, 2012).
Penatalaksanaan untuk pengobatan efusi pleura pemasangan water-seal
drainage, pemberian obat pleurodesis, thorakosentesis, obat antibiotik, obat
nyeri, pemberian obat lainnya sesuai dengan diagnosa yang didapat
memposisikan semi fowler, Tirah baring, nafas dalam dan batuk efektif. (Ketut
& Brigita, 2019).
Dari uraian di atas maka penyusun berusaha untuk memahami dan lebih
mendalami kasus Efusi Pleura, sehingga dapat menerapkan asuhan keperawatan
secara optimal dan menyelesaikan laporan mengenai “Asuhan Keperawatan
Gangguan Oksigenasi Pada Pasien dengan Efusi Pleura di RSUD Jombang tahun
2022”.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan gangguan oksigenasi pada pasien dengan
Efusi Pleura di RSUD Jombang?
C. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan gangguan oksigenasi pada pasien
dengan Efusi Pleura di RSUD Jombang
D. Tujuan Khusus
a. Mengkaji keperawatan pada pasien Efusi Pleura di RSUD Jombang
b. Menentukan diagnosis keperawatan pasien Efusi Pleura di RSUD Jombang
c. Menyusun rencana keperawatan pasien Efusi Pleura di RSUD Jombang
d. Mengimplementasikan keperawatan pasien Efusi Pleura di RSUD Jombang
e. Mengevaluasi status kesehatan pasien Efusi Pleura di RSUD Jombang
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen

1. Pengertian
Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh
tubuh bersama dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen.
Oksigen merupakan unsur yang diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit ke
semua proses penting tubuh seperti pernapasan, peredaran, fungsi otak,
membuang zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, pertumbuhan sel dan
jaringan, serta pembiakan hanya berlaku apabila terdapat banyak oksigen.
Oksigen juga merupakan sumber tenaga yang dibutuhkan untuk metabolisme
tubuh (Atoilah & Kusnadi, 2013).
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam
sistem tubuh baik itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan
kedalam tubuh secara alami dengan cara bernapas. Pernapasan atau respirasi
merupakan proses pertukaran gas antara individu dengan lingkungan yang
dilakukan dengan cara menghirup udara untuk mendapatkan oksigen dari
lingkungan dan kemudian udara dihembuskan untuk mengeluarkan karbon
dioksida ke lingkungan (Saputra, 2013).
Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia
yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam
mempertahankan kelangsungan hidup dan berbagai aktivitas sel tubuh dalam
kehidupan sehari-hari. Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi oleh beberapa
factor seperti fisiologis, perkembangan, perilaku, dan lingkungan (Ernawati,
2012).
2. Sistem Tubuh yang Berperan Dalam Oksigenasi
Pemenuhan kebutuhan oksigen untuk tubuh sangat ditentukan oleh
adekuatnya berbagai sistem tubuh yaitu sistem pernapasan, sitem
kardiovaskuler, dan juga sistem hematologi (Tarwoto & Wartonah, 2011).
a. Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan atau respirasi memiliki peran sebagai penjamin
ketersediaan oksigen untuk proses metabolisme sel-sel dalam tubuh dan
pertukaran gas. Dalam sistem respirasi oksigen diambil dari atmosfir, dan
kemudian dibawa ke paru-paru sehingga terjadi pertukaran gas oksigen
dan karbon dioksida di dalam alveoli, selanjutnya oksigen akan di difusi
masuk ke kapiler darah untuk digunakan oleh sel dalam proses
metabolisme. Proses pertukaran gas di dalam tubuh disebut dengan proses
oksigenasi (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Proses oksigenasi merupakan proses yang dimulai dari pengambilan
oksigen di atmosfir, kemudian oksigen yang diambil akan masuk melalui
organ pernapasan bagian atas yang terdiri dari hidung atau mulut, faring,
laring, dan kemudian masuk ke organ pernapasan bagian bawah seperti
trakea, bronkus utama, bronkus sekunder, bronkus tersier, terminal
bronkiolus, dan kemudian masuk ke alveoli. Selain itu organ pernapasan
bagian atas juga berfungsi untuk pertukaran gas, proteksi terhadap benda
asing yang akan masuk ke organ pernapasan bagian bawah,
menghangatkan filtrasi, dan melembabkan gas. Sedangkan organ
pernapasan bagian bawah, selain tempat masuknya oksigen juga berfungsi
dalam proses difusi gas (Tarwoto & Wartonah, 2011).
b. Sistem Kardiovaskuler
Menurut Tarwoto & Wartonah (2011), Sistem kardiovaskuler ikut
berperan dalam proses oksigenasi ke jaringan tubuh yang berperan dalam
proses transfortasi oksigen. Oksigen ditransfortasikan ke seluruh tubuh
melalui aliran darah. Adekuat atau tidaknya aliran darah ditentukan oleh
normal atau tidaknya fungsi jantung. Kemampuan oksigenasi pada
jaringan sangat ditentukan oleh adekuatnya fungsi jantung. Fungsi jantung
yang baik dapat dilihat dari kemampuan jantung memompa darah dan
terjadinya perubahan tekanan darah. Sistem kardiovaskuler ini akan saling
terkait dengan sistem pernapasan dalam proses oksigenasi.
Menurut McCance dan Huether (2005) dalam Perry dan Potter
(2009), fisiologi kardiopulmonal meliputi penghantaran darah yang
teroksigenasi (darah dengan kadar karbon dioksida yang tinggi dari
oksigen yang rendah) kebagian kanan jantung dan masuk ke sirkulasi
pulmonal, serta darah yang sudah teroksigenasi (darah dengan kadar O2
yang tinggi dan CO2 yang rendah) dari paru ke bagian kiri jantung dan
jaringan. Sistem kardiovaskuler menghantarkan oksigen, nutrisi, dan
substansi lain ke jaringan dan memindahkan produk sisa dari metabolisme
seluler melalui vaskuler dan sistem tubuh lain (misalnya respirasi,
pencernaan, dan ginjal).
c. Sistem Hematologi
Sistem hematologi terdiri dari beberapa sel darah, salah satu sel
darah yang sangat berperan dalam proses oksigenasi adalah sel darah
merah, karena di dalam sel darah merah terdapat hemoglobin yang mampu
mengikat oksigen. Hemoglobin adalah molekul yang mengandung empat
subunit protein globular dan unit heme. Setiap molekul Hb dapat mengikat
empat molekul oksigen dan akan membentuk ikatan oxy-hemoglobin
(HbO2) (Tarwoto & Wartonah, 2011).
3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Oksigen
Menurut Ambarwati (2014), terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kebutuhan oksigen diantaranya adalah faktor fisiologis, status
kesehatan, faktor perkembangan, faktor perilaku, dan lingkungan.
a. Faktor Fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh pada kebutuhan
oksigen seseorang. Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi pernapasannya
diantaranya adalah:
1) Penurunan kapasitas angkut oksigen seperti pada pasien anemia atau
pada saat terpapar zat beracun
2) Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi
3) Hipovolemia
4) Peningkatan laju metabolic
5) Kondisi lain yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti
kehamilan, obesitas dan penyakit kronis.
b. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada
kondisi sakit tertentu, proses oksigenasi dapat terhambat sehingga
mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh seperti gangguan pada
sistem pernapasan, kardiovaskuler dan penyakit kronis.
c. Faktor Perkembangan
Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang
memengaruhi sistem pernapasan individu.
1) Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
2) Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
3) Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok.
4) Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,
dan stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
5) Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru
menurun.
d. Faktor Perilaku
Perilaku keseharian individu dapat mempengaruhi fungsi pernapasan.
Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi emosional dan
penggunaan zat-zat tertentu secara tidak langsung akan berpengaruh pada
pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
e. Lingkungan
Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen.
Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhinya adalah:
1) Suhu lingkungan
2) Ketinggian
3) Tempat kerja (polusi)
4. Proses Oksigenasi
Proses pernapasan dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu pernapasan
eksternal dan pernapasan internal. Pernapasan eksternal adalah proses
pertukaran gas secara keseluruhan antara lingkungan eksternal dan pembuluh
kapiler paru (kapiler pulmonalis), sedangkan pernapasan internal merupakan
proses pertukaran gas antara pembuluh darah kapiler dan jaringan tubuh
(Saputra, 2013).
Tercapainya fungsi utama dari sistem pernapasan sangat tergantung
dari proses fisiologi sistem pernapasan itu sendiri yaitu ventilasi pulmonal,
difusi gas, transfortasi gas serta perfusi jaringan. Keempat proses oksigenasi
ini didukung oleh baik atau tidaknya kondisi jalan napas, keadaan udara di
atmosfir, otot-otot pernapasan, fungsi sistem kardiovaskuler serta kondisi dari
pusat pernapasan (Atoilah & Kusnadi, 2013). Sel di dalam tubuh sebagian
besarnya memperoleh energi melalui reaksi kimia yang melibatkan
oksigenasi dan pembuangan karbondioksida. Proses Pertukaran gas dari
pernapasan terjadi di lingkungan dan darah (Ernawati, 2012).
a. Pernapasan Eksternal
Pernapasan eksternal dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu
ventilasi pulmoner, difusi gas, dan transfor oksigen serta karbon dioksida
(Saputra, 2013).
1) Ventilasi
Ventilasi merupakan pergerakan udara masuk dan kemudian keluar
dari paru-paru (Tarwoto & Wartonah, 2011). Keluar masuknya udara
dari atmosfer kedalam paru-paru terjadi karena adanya perbedaan
tekanan udara yang menyebabkan udara bergerak dari tekanan yang
tinggi ke daerah yang bertekanan lebih rendah. Satu kali pernapasan
adalah satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi. Inspirasi merupakan
proses aktif dalam menghirup udara dan membutuhkan energi yang
lebih banyak dibanding dengan ekspirasi. Waktu yang dibutuhkan
untuk satu kali inspirasi ± 1 – 1,5 detik, sedangkan ekspirasi lebih lama
yaitu ± 2 – 3 detik dalam usaha mengeluarkan udara (Atoilah, 2013).
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), ada tiga kekuatan yang
berperan dalam ventilasi, yaitu; compliance ventilasi dan dinding dada,
tegangan permukaan yang disebabkan oleh cairan alveolus, dan dapat
diturunkan oleh adanya surfaktan serta pengaruh otot-otot inspirasi.
a) Compliance atau kemampuan untuk meregang merupakan sifat
yang dapat diregangkannya paru-paru dan dinding dada, hal ini
terkait dengan volume serta tekanan paru-paru. Struktur paru-paru
yang elastic akan memungkinkan paruparu untuk meregang dan
mengempis yang menimbulkan perbedaan tekanan dan volume,
sehingga udara dapat keluar masuk paru-paru.
b) Tekanan surfaktan. Perubahan tekanan permukaan alveolus
mempengaruhi kemampuan compliance paru. Tekanan surfaktan
disebabkan oleh adanya cairan pada lapisan alveolus yang
dihasilkan oleh sel tipe II.
c) Otot-otot pernapasan. Ventilasi sangat membutuhkan otot-otot
pernapasan untuk megembangkan rongga toraks.
2) Difusi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), difusi adalah proses
pertukaran oksigen dan karbon dioksida dari alveolus ke kapiler
pulmonal melalui membrane, dari area dengan konsentrasi tinggi ke
area dengan konsentrasi yang rendah. Proses difusi dari alveolus ke
kapiler paru-paru antara oksigen dan karbon dioksida melewati enam
rintangan atau barier, yaitu ; melewati surfaktan, membran alveolus,
cairan intraintestinal, membran kapiler, plasma, dan membran sel
darah merah. Oksigen berdifusi masuk dari alveolus ke darah dan
karbon dioksida berdifusi keluar dari darah ke alveolus. Karbon
dioksida di difusi 20 kali lipat lebih cepat dari difusi oksigen, karena
CO2 daya larutnya lebih tinggi. Beberapa faktor yang memengaruhi
kecepatan difusi adalah sebagai berikut:
a) Perbedaan tekanan pada membran. Semakin besar perbedaan
tekanan maka semakin cepat pula proses difusi.
b) Besarnya area membrane. Semakin luas area membrane difusi
maka akan semakin cepat difusi melewati membran.
c) Keadaan tebal tipisnya membran. Semakin tipis maka akan
semakin cepat proses difusi.
d) Koefisien difusi, yaitu kemampuan terlarut suatu gas dalam cairan
membran paru. Semakin tinggi koefisien maka semakin cepat
difusi terjadi.
3) Transfor Oksigen
Sistem transfor oksigen terdiri atas paru-paru dan sistem
kardiovaskuler. Penyampaian tergantung pada jumlah oksigen yang
masuk ke dalm paru-paru (ventilasi), darah mengalir ke paru-paru dan
jaringan (perfusi), kecepatan difusi, serta kapasitas kandungan paru
(Perry & Potter, 2009).
Menurut Atoilah (2013), untuk mencapai jaringan sebagian besar (±
97%) oksigen berikatan dengan haemoglobin, sebagian kecil akan
berikatan dengan plasma (± 3 %). Setiap satu gram Hb dapat berikatan
dengan 1,34 ml oksigen bila dalam keadaan konsentrasi drah jenuh
(100 %). Ada beberapa faktor-faktor yang memengaruhi transportasi
oksigen, yaitu;
a) Cardiac Output
Saat volume darah yang dipompakan oleh jatung berkurang maka
jumlah oksigen yang ditransport juga akan berkurang.
b) Jumlah eritrosit atau HB
Dalam keadaan anemia oksigen yang berikatan dengan Hb akan
berkurang juga sehingga jaringan akan kekurangan oksigen.
c) Latihan fisik
Aktivitas yang teratur akan berdampak pada keadaan membaiknya
pembuluh darah sebagai sarana transfortasi, sehingga darah akan
lancar menuju daerah tujuan.
d) Hematokrit
Perbandingan antara zat terlarut atau darah dengan zat pelarut atau
plasma darah akan memengaruhi kekentalan darah, semakin
kental keadaan darah maka akan semakin sulit untuk
ditransportasi.
e) Suhu lingkungan
Panas lingkungan sangat membantu memperlancar peredaran
darah.
b. Pernapasan Internal
Pernapasan internal merupakan proses pertukaran gas antara
pembuluh darah kapiler dan jaringan tubuh. Setelah oksigen berdifusi ke
dalam pembuluh darah, darah yang banyak mengandung oksigen akan
diangkut ke seluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik. Di bagian ini
terjadi pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara kapiler sistemik ke
sel jaringan, sedangkan karbon dioksida berdifusi dari sel jaringan ke
kapiler sistemik (Saputra,2013). Pertukaran gas dan penggunaannya di
jaringan merupakan proses perfusi. Proses ini erat kaitannya dengan
metabolisme atau proses penggunaan oksigen di dalam paru (Atoilah &
Kusnadi, 2013).
5. Masalah Terkait Pemenuhan Kebutuhan Oksigen
Permasalahan yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi
tidak terlepas dari adanya gangguan yang terjadi pada sistim respirasi, baik
pada anatomi maupun fisiologis dari orga-organ respirasi. Permasalahan
dalam pemenuhan masalah tersebut juga dapat disebabkan oleh adanya
gangguan pada sistem tubuh lain seperti sistem kardiovaskuler (Abdullah,
2014).
Gangguan respirasi dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti adanya
peradangan, obstruksi, trauma, kanker, degenerative, dan lain-lain. Gangguan
tersebut akan menyebabkan kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak
terpenuhi secara adekuat. Menurut Abdullah (2014) secara garis besar,
gangguan pada respirasi dikelompokkan menjadi tiga yaitu gangguan irama
atau frekuensi, insufisiensi pernapasan dan hipoksia, yaitu:
a. Gangguan irama/frekuensi pernapasan
1) Gangguan irama pernapasan
a) Pernapasan Cheyne stokes Pernapasan cheyne stokes merupakan
siklus pernapasan yang amplitudonya mula-mula dangkal, makin
naik, kemudian menurun dan berhenti, lalu pernapasan dimulai lagi
dengan siklus yang baru. Jenis pernapasan Ini biasanya terjadi pada
klien gagal jantung kongestif, peningkatan tekanan intrakranial,
overdosis obat. Namun secara fisiologis jenis pernapasan ini,
terutama terdapat pada orang di ketinggian 12.000 – 15.000 kaki
diatas permukaan air laut dan pada bayi saat tidur.
b) Pernapasan Biot Pernapasan biot adalah pernapasan yang mirip
dengan pernapasan cheyne stokes, tetapi amplitudonya rata dan
disertai apnea. Keadaan ini kadang ditemukan pada penyakit
radang selaput otak.
c) Pernapasan Kussmaul Pernapasan kussmaul adalah pernapasan
yang jumlah dan kedalamannya meningkat dan sering melebihi 20
kali/menit. Jenis pernapasan ini dapat ditemukan pada klien dengan
asidosis metabolic dan gagal ginjal.
2) Gangguan frekuensi pernapasan
a) Takipnea
Takipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya meningkat dan
melebihi jumlah frekuensi pernapasan normal.
b) Bradipnea
Bradipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya menurun
dengan jumlah frekuensi pernapasan dibawah frekuensi
pernapasan normal.
b. Insufisiensi pernapasan
Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi tiga kelompok
utama yaitu:
1) Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti:
a) Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada poliomyelitis,
transeksi servikal.
b) Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma,
emfisema, TBC, dan lain-lain.
2) Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru
a) Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi berkurang
misalnya kerusakanjaringan paru, TBC, kanker dan lain-lain.
b) Kondisi yang menyebabkan penebalan membrane pernapasan,
misalnya pada edema paru, pneumonia, dan lainnya.
c) Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi yang tidak
normal dalam beberapa bagian paru, misalnya pada thrombosis
paru.
3) Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari
paru-paru ke jaringan
a) Anemia merupakan keadaan berkurangnya jumla total hemoglobin
yang tersedia untuk transfor oksigen.
b) Keracunan karbon dioksida yang menyebabkan sebagian besar
hemoglobin menjadi tidak dapat mengangkut oksigen.
c) Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan oleh curah
jantung yang rendah.
c. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi terjadinya kekurangan oksigen di dalam
jaringan. Hipoksia dapat dibagi kedalam empat kelompok yaitu
hipoksemia, hipoksia hipokinetik, overventilasi hipoksia, dan hipoksia
histotoksik.
1) Hipoksemia
Hipoksemia merupakan kondisi kekurangan oksigen didalam darah
arteri. Hipoksemia terbagi menjadi dua jenis yaitu hipoksemia
hipotonik (anoksia anoksik) dan hipoksemia isotonic (anoksia
anemik). Hipoksemia hipotonik terjadi jika tekanan oksigen darah
arteri rendah karena karbondioksida dalam darah tinggi dan
hipoventilasi. Hipoksemia isotonik terjadi jika oksigen normal, tetapi
jumlah oksigen yang dapat diikat hemoglobin sedikit. Hal ini dapat
terjadi pada kondisi anemia dan keracunan karbondioksida.
a) Hipoksia hipokinetik
Hipoksia hipokinetik merupakan hipoksia yang terjadi akibat
adanya bendungan atau sumbatan. Hipoksia hipokinetik dibagi
menjadi dua jenis yaitu hipoksia hipokinetik iskemik dan hipoksia
hipokinetik kongestif.
b) Overventilasi hipoksia
Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas
yang berlebihan sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih
rendah dari penggunaannya.
c) Hipoksia histotoksik
Hipoksia histotoksik yaitu keadaan disaat darah di kapiler jaringan
mencukupi, tetapi jaringan tidak dapt menggunakan oksigen
karena pengaruh racun sianida. Hal tersebut mengakibatkan
oksigen kembali dalam darah vena dalam jumlah yang lebih
banyak daripada normal (oksigen darah vena meningkat).

B. Konsep Dasar Efusi Pleura


1. Pengertian
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
antara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi
tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain (Huda,
2015). Efusi pleura adalah kondisi dimana udara atau cairan berkumpul di
rongga pleura yang dapat mneyebabkan paru kolaps sebagian atau seluruhnya
(Smelzer & Bare, 2017).
2. Etiologi
Efusi pleura di sebabkan oleh:
1. Hambatan rearbsorpsi cairan dari rongga pleura, karena adanya
bendungan seperti pada dekompresi kordis, penyakit ginjal, tumor
medastinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindrima kava superior.
2. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberkolosis,
pneumonia, virus). Bronkiektasisi, abses amuba yang menembus ke
rongga pleura, karena tumor yang menyebabkan masuknya cairan
berdarah dan trauma. Di Indonesia 80 % diakibatkan oleh tuberkolosis.
3. Patofisiologi
Didalam rongga pleura terdapat kurang lebih 5 ML cairan yang cukup
untuk membasahi seluruh permukaan pleura viseralis dan parietalis. Cairan
ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hidrostatik,
tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh
kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10- 20%) mengalir
kedalam pembuluh limfe sehingga posisi cairan disini mencapai 1 L sehari.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura di sebut efusi pleura, ini terjadi bila
keseimbangan antar produksi dan abrsorbsi terganggu misalnya pada
hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotik, peningkatan tekanan
vena (gagal jantung). Berdasarkan kejadiannya efusi di bedakan menjadi
transudat dan eksudat pleura. Transudat biasanya terjadi pada gagal jantung
karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik dan sirosis
hepatik karena tekanan osmotik koloid yang menurun. Eksudat dapat di
sebabkan oleh keganasan atau infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler
sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga
mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya
rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah (Smeltzr & Bare,
2012).
4. Manifestasi Klinik
1. Batuk.
2. Dispnea berfariasi.
3. Adanya keluhan nyeri dada.
4. Pada efusi pleura berat adanya penonjolan interkosta.
5. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang mengalami
efusi pleura.
6. Perkusi meredup diatas efusi pleura.
7. Fremitus fokal dan raba berkurang.
5. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan radiologik (rontgen dada)
Pada foto toraks postero anterior posis tegak maka akan di jumpai
gambaran sudut kostofenikus yang tumpul baik dilihat dari depan maupun
dari samping. Dengan jumlah yang besar, cairan yang mengalir bebas akan
menampakkan gambaran mniscuss sign dari foto toraks postero anterior
(Roberts Jr et all, 2014).
2. Ultrasonorgafi dada
USG toraks dapat mengintifikasi efusi yang terlokalisir, membedakan
cairan dari pelebaran pleura dan dapat membedakan lesi paru antara yang
padat dan yang cair (Roberts Jr et all, 2014).
3. Torakosentesisi/ pungsi pleura
Efusi pleura di katakan ganas jika pada pemeriksaan sitologi cairan pleura
di temukan sel-sel keganasan (Liu Y H et all, 2010).
4. Biopsi pleura
Biopsi jarum Abram hanya bermakna jika di lakukan didaerah dengan
tingkat kejadian tuberkolosis yang tinggi. Walaupun torakoskopi dan
biopsi jarum dengan tuntunan CT scan dapat di laukan untuk hasil
diagnostik yang lebih akurat (Havelock T et al, 2010).
6. Penatalaksanaan
1. WSD (water seal drainage) jika efusi menimbulkan gejala subyektif seperti
nyeri, dispneau dan lina-lain, maka cairan efusi sebanyak 1- 1,2 liter perlu
di keluarkan sesegera mungkin untuk mencegah terjadinya edema paru,
jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutnya
dilakukan 1 jam kemudian.
2. Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik.
3. Pleurodesis untuk mencegah terjhadinya efusi pleura setelah inspirasi.
4. Antibiotika jika terdapat emfisema.
5. Operatif
(Wuryanto, 2016)

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
Kaji data pasien meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
alamat, nomor registrasi.
b. Keluhan utama
Pada pasien dengan gangguan oksigenasi, keluhan utama yang biasa
muncul adalah sesak nafas, nyeri dada, batuk, dahak tidak bisa keluar,
dapat disertai demam
c. Riwayat penyakit sekarang
Kaji waktu mulai terjadinya sesak, penyebab terjadi sesak, serta upaya apa
yang dilakukan pasien untuk mengatasi keadaan tersebut.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat menderita asma, CHF, AMI, ISPA.
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya riwayat sakit yang sama pada keluarga, atau penyakit lain yang
berpotensi menurun pada anggota keluarganya.
f. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran: Kesadaran menurun
2) TTV: Peningkatan frekuensi pernafasan, suhu tinggi
3) Pemeriksaan Head to toe
a) Mata
- Inspeksi: Konjungtiva pucat (karena anemia), konjungtiva sianosis
(karena hipoksemia), konjungtiva terdapat petechie (karena emboli
atau endokarditis)
b) Mulut dan bibir
- Inspeksi: Membran mukosa sianosis, bernafas dengan mengerutkan
mulut, batuk, adanya sputum
c) Hidung
- Inspeksi: Pernafasan dengan cuping hidung
d) Dada
- Inspeksi: Retraksi otot bantu nafas, pergerakan tidak simetris antara
dada kanan dan kiri, frekuensi napas cepat
- Auskultasi: Terdapat suara napas tambahan
e) Ekstremitas
- Atas: Simetris, tidak ada edema, tidak terdapat gangguan
- Bawah: Ekstremitas bawah simetris, tidak terdapat gangguan
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan oksigenasi
adalah:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi

Anda mungkin juga menyukai