Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN STUDI KASUS SIKLUS KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK

KEBIDANAN PEMASANGAN OKSIGEN PADA TN. P DENGAN DYSPNE


DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT UNIVERSITAS
ANDALAS PADA TANGGAL 7 APRIL 2021

Kelompok 1
Anggota : Selly Widianti (2040322017)
Vania Dominica Dewasdinarti (2040322018)
Radilla Syafitri (2040322019)
Khadijah Ramadani Lubis (2040322027)
Iney Pive Enosentris (2040322028)
Meitiya Fariyanti (2040322030)

Preseptor Lapangan : Rahayu Syafitri, S.Tr. Keb


Preseptor Akademik : Henni Fitria, SST., M.Keb

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Pemasangan Oksigen Pada TN. P Dengan Dyspnea Di Rawat Inap Kebidanan
RS Universitas Andalas”, tak lupa shalawat beriring salam penulis persembahkan
kepada junjungan umat sedunia yakni Nabi Muhammad SAW.
Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
persyaratan akademik dalam siklus 1 (Keterampilan Dasar Kebidanan). Penulisan
laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis sadar tanpa bantuan
dan bimbingan dari banyak pihak khususnya Preseptor Lapangan, Ibu Rahayu
Syafitri, S.Tr. Keb,dan Preseptor Akademik, Ibu Henni Fitria, SST., M.Keb ,akan
sangat sulit untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh sebab itu, dalam kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak yang telah terlibat
dalam pembuatan laporan kasus ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih ada kekurangan dan


kelemahan karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua.

.
Padang, 7 April 2021

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemenuhan kebutuhan oksigenasi adalah bagian dari kebutuhan
fisiologis (Butterworth, 2013). Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses
kehidupan, oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh,
kebutuhan oksigen dalam tubuh harus dipenuhi apabila kebutuhan dalam
tubuh berkurang, maka terjadi kerusakan pada jaringan otak. Dan apabila hal
tersebut terjadi berlangsung lama akan mengakibatkan kematian (Loscalzp,
2016).
Proses metabolisme pada manusia sebagian besar melibatkan gas
oksigen (O2) untuk dapat menghasilkan energi yang akan digunakan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari melalui berbagai proses reaksi kimia. Dari
berbagai proses reaksi kimia tersebut nantinya akan dihasilkan pula gas
karbon dioksida (CO2) sebagai produk sisa yang perlu dikeluarkan oleh sel.
Respirasi atau pernapasan dapat didefinisikan sebagai proses pertukaran gas-
gas (memperoleh oksigen atau O2 untuk digunakan oleh sel-sel tubuh dan
mengeluarkan karbon dioksida atau CO2 yang dihasilkan oleh sel-sel tubuh)
antara organisme hidup dan lingkungan sekitarnya (Klabunde, 2015).
Terdapat dua macam respirasi pada manusia yaitu pertama, respirasi
internal dan kedua, respirasi eksternal. Respirasi internal adalah pertukaran
gas-gas (oksigen atau O2 dan karbon dioksida atau CO2) antara darah dan
jaringan. Pertukaran ini meliputi beberapa proses yaitu efisiensi
kardiosirkulasi dalam menjalankan darah kaya oksigen (O2), distribusi
kapiler, difusi (perjalanan gas ke ruang interstisial dan menembus dinding sel)
dan metabolisme sel yang melibatkan enzim (Loscalzp, 2016).
Respirasi eksternal adalah pertukaran gas-gas (oksigen atau O 2 dan
karbon dioksida atau CO2) antara darah dan udara sekitar. Pertukaran ini
meliputi beberapa proses yaitu ventilasi (proses masuknya udara sekitar dan
pembagian udara tersebut ke alveoli), distribusi (distribusi dan pencampuran
molekul-molekul gas intrapulmoner), difusi (proses masuknya gas-gas
menembus selaput alveolo-kapiler) dan perfusi (pengambilan gas-gas oleh
aliran darah kapiler paru yang adekuat) (Loscalzp, 2016).
Pada kondisi normal, manusia mampu menghirup udara atmosfir yang
mengandung sebanyak 21% oksigen (O2) dengan tekanan parsial sebesar 150
mmHg melalui sistem respirasi yang selanjutnya ketika sampai di alveoli
tekanan parsial-nya akan turun menjadi 103 mmHg akibat pengaruh tekanan
uap air yang terjadi pada jalan napas (Kasron, 2016). Pada alveoli, oksigen
(O2) akan segera berdifusi ke dalam aliran paru melalui proses aktif akibat
perbedaan tekanan. Di dalam darah, sebagian besar (97%) oksigen (O 2) akan
terikat dengan hemoglobin (Hb) dan sebagian kecil (3%) akan larut dalam
plasma yang selanjutnya akan diedarkan ke seluruh jaringan tubuh untuk
keperluan metabolisme.
Ada beberapa keuntungan dari terapi oksigen (O2), di antaranya dengan
pemberian konsentrasi oksigen (O2) yang tepat dapat mengurangi sesak napas
saat aktivitas, dapat meningkatkan kemampuan beraktivitas dan dapat
memerbaiki kualitas hidup. Keuntungan lainnya dari pemberian oksigen (O 2)
di antaranya dapat memperbaiki korpulmonal, meningkatkan fungsi jantung,
memerbaiki fungsi neuropsikiatrik dan pencapaian latihan, mengurangi
hipertensi pulmonal dan memerbaiki metabolisme otot. Tujuan dari
pembuatan tinjauan pustaka ini adalah memberikan pemahaman terkait
pengantaran oksigen (O2), hipoksia, indikasi, jenis pemberian dan efek terapi
oksigen (O2) serta perhatian dalam pemberian terapi oksigen (O2) sehingga
terapi oksigen (O2) tetap berada dalam batas aman dan efektif (Harigustian,
2016).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu definisi oksigenasi?
2. Apa saja indikasi pemberian oksigen ?
3. Bagaimana metode pemberian oksigen ?
4. Apa saja syarat pemberian oksigen?
5. Apa bahaya pemberian oksigen?
6. Bagaimana prosedur pemberian oksigen?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi oksigenasi?
2. Untuk mengetahui indikasi pemberian oksigen
3. Untuk mengetahuimetode pemberian oksigen
4. Untuk mengetahui syarat pemberian oksigen
5. Untuk mengetahui bahaya pemberian oksigen
6. Untuk mengetahui prosedur pemberian oksigen
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Oksigenasi


Oksigenasi adalah salah satu komponen gas dan unsure vital dalam
proses metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel
tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara
dalam setiap kali bernapas (Hidayat, 2012).
Terapi oksigen dianjurkan pada pasien dewasa, anak-anak dan bayi
(usia di atas satu bulan) ketika nilai tekanan parsial oksigen kurang dari 60
mmHg atau nilai saturasi oksigen kurang dari 90% saat pasien beristirahat
dan bernapas dengan udara ruangan. Pada neonatus, terapi oksigen dianjurkan
jika nilai tekanan parsial oksigen kurang dari 50 mmHg atau nilai saturasi
oksigen kurang dari 88% (Fishman, 2008).
Terapi oksigen dianjurkan pada pasien dengan kecurigaan klinik
hipoksia berdasarkan pada riwayat medis dan pemeriksaan fisik. Pasien-
pasien dengan infark miokard, edema paru, cidera paru akut, sindrom
gangguan pernapasan akut (ARDS), fibrosis paru, keracunan sianida atau
inhalasi gas karbon monoksida semuanya memerlukan terapi oksigen
(Harahap, 2004).
2.2 Indikasi Pemberian Oksigen
Terapi oksigen merupakan terapi pernafasan dalam mempertahankan
oksigenasi jaringan yang adekuat. Secara klinis tujuan utama pemberian
oksigen adalah untuk mengatasi keadaan hipoksemia, menurunkan kerja nafas
dan menurunkan kerja miokard (Harahap, 2004).
Indikasi pemberian oksigen berdasarkan tujuan terapi pemberian
oksigen adalah (Harahap, 2004):
a. Pasien dengan kadar oksigen rendah
b. Pasien dengan peningkatan kerja napas, dimana tubuh berespon terhadap
keadaan hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya pernapasan
serta adanya kerja otot-otot tambahan pernapasan.
c. Pasien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha untuk
mengatasi gangguan oksigen melalui peningkatan laju pompa jantung yang
adekuat.
Berdasarkan indikasi utama diatas maka terapi pemberian oksigen
dindikasikan kepada klien dengan gejala : sianosis, hipovolemi, perdarahan,
anemia berat, keracunan CO, asidosis, selama dan sesudah pembedahan, klien
dengan keadaan tidak sadar (Butterworth, 2013).
2.3 Metode Pemberian Oksigen
Berdasarkan harahap (2004), metode pemberian oksigen dapat dibagi
menjadi dua teknik, yaitu :
a. Sistem aliran rendah
Diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan. Contoh sistem
aliran rendah adalah :
1) Kateter nasal
Alat sederhana yang dapat memberikan oksigen secara continue dengan
aliran 1-6 L/menit dengan konsentrasi 24-44%.
Keuntungan: pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan
dan berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai
kateter penghisap.
Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 yang lebih dari
45%, tehknik memasukkan kateter nasal lebih sulit dari pada kanula
nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir
nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 L/mnt dapat menyebabkan nyeri
sinus dan mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah tersumbat.

Gambar 2.1 Kateter Nasal


Sumber: simdos.unud.ac.id
2) Kanul nasal
Alat sederhana yang dapat memberikan oksigen secara continue dengan
aliran 1-6 L/menit dengan konsentrasi 24-44%.
Keuntungan : Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju
pernafasan teratur, mudah memasukkan kanul dibanding kateter, klien
bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan
nyaman.
Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari
44%, suplai oksigen berkurang bila klien bernafas lewat mulut, mudah
lepas karena kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput lendir.

Gambar 2.2 Nasal Kanul


Sumber: simdos.unud.ac.id

3) Sungkup muka sederhana


Alat pemberian oksigen secara continue atau selang seling dengan
aliran 5-8 L/menit dengan konsentrasi 40-60%.
Keuntungan : Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari
kateter atau kanula nasal, sistem humidifikasi dapat ditingkatkan
melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam
pemberian terapi aerosol.
Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari
40%, dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.
Gambar 2.3 Sungkup Muka Sederhana
Sumber: simdos.unud.ac.id
4) Sungkup muka dengan kantong rebreathing
Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 60-80%
dengan aliran 8-12 L/menit.
Keuntungan : Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka
sederhana, tidak mengeringkan selaput lendir.
Kerugian : Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika
aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO 2, kantong
oksigen bisa terlipat.
5) Sungkup muka dengan kantong non rebreathing
Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi mencapai 99% dengan
aliran 8-12 L/menit dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan
udara ekspirasi.
Keuntungan : Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 100%,
tidak mengeringkan selaput lendir.
Kerugian : Kantong oksigen bisa terlipat.

Gambar 2.4 Sungkup Muka Rebreathing dan Nonrebreathing


Sumber: simdos.unud.ac.id
b. Sistem aliran tinggi
Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tepat dan teratur.
Contoh teknik sistem aliran tinggi yaitu sungkup muka dengan ventury.
Prinsip pemberian oksigen dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari
tabung akan menuju ke sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk
mengatur suplai oksigen sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya udara
luar dapat dihisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran
udara pada alat ini sekitar 4- 14 L/menit dengan konsentrasi 30-55%
(Fishman, 2008).

Gambar 2.5 Venturi Mask


Sumber: klikparu.com
2.4 Syarat Pemberian Oksigen
Syarat-syarat pemberian oksigen meliputi :
a. Konsentrasi O2 udara inspirasi dapat terkontrol
b. Tidak terjadi penumpukan CO2
c. Mempunyai tahanan jalan nafas yang rendah
d. efisien dan ekonomis
e. nyaman untuk pasien
Dalam pemberian terapi O2 perlu diperhatikan “Humidification”. Hal
ini penting diperhatikan oleh karena udara yang normal dihirup telah
mengalami humidifikasi sedangkan oksigen yang diperoleh dari tabung
oksigen merupakan udara kering yang belum terhumidifikasi, humidifikasi
yang adekuat dapat mencegah komplikasi pada pernafasan (Sudoyo, 2009).
2.5 Bahaya Pemberian Oksigen
Menurut Mangku (2017) Pemberian oksigen bukan hanya
memberiakan efek terapi tetapi juga dapat menimbulkan efek merugikan,
antara lain :
a. Kebakaran, oksigen bukan zat pembakar tetapi oksigen dapat
memudahkan terjadinya kebakaran, oleh karena itu klien dengan
terapi pemberian oksigen harus menghindari : Merokok, membuka
alat listrik dalam area sumber oksigen, menghindari penggunaan
listrik tanpa “Ground”.
b. Depresi Ventilasi, pemberian oksigen yang tidak dimonitor dengan
konsentrasi dan aliran yang tepat pada klien dengan retensi CO 2 dapat
menekan ventilasi
c. Keracunan oksigen, dapat terjadi bila terapi oksigen yang diberikan
dengan konsentrasi tinggi dalam waktu relatif lama. Keadaan ini dapat
merusak struktur jaringan paru seperti atelektasi dan kerusakan
surfaktan. Akibatnya proses difusi di paru akan terganggu.
2.6 Prosedur Pemberian Oksigenasi melalui Nasal Kanul
a. Persiapan alat dan bahan
1) Tabung oksigen dengan manometer, flowmeter (pengukur aliran),
humidifier (botol pelembab) yang diisi air aquades.
2) Selang oksigen (nasal kanul)
3) Sarung tangan bersih
b. Persiapan klien dan lingkungan
c. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
d. Jaga privasi klien
e. Beri klien posisi fowler di tempat tidur atau duduk di kursi, sampai
klien merasa nyaman
f. Mencuci tangan
g. Menggunakan sarung tangan
h. Sambung kanul ke selang oksigen dari humidifier
i. Putar tombol flowmeter sampai kecepatan yang diprogramkan dan
mencoba aliran pada kulit melalui ujung selang
j. Masukkan cabang kanul ke dalam lubang hidung klien ± 1-2 cm dan
kaitkan tali di belakang telinga klien, lalu rapatkan pengatur selang
oksigen di bawah dagu klien
k. Minta klien untuk menarik napas melalui hidung
l. Menanyakan kepada klien apakah sesaknya sudah berkurang
m. Mengobservasi status pernapasan klien
n. Memberitahukan kepada klien bahwa tindakan sudah selesai
o. Rapikan alat dank lien
p. Lepaskan sarung tangan
q. Menjelaskan kepada klien dan keluarga : tidak boleh merokok di
lingkungan klien
r. Tidak boleh mengubah flowmeter
s. Segera laporkan jika klien gelisah atau bertambah sesak
t. Mencuci tangan
u. Mendokumentasikan prosedur (catat jam, tanggal, nama petugas, cara
pemberian dan jumlah oksigen yang diberikan).
BAB 3
LAPORAN KASUS
DOKUMENTASI
PEMASANGAN OKSIGEN PADA TN. P DENGAN DYSPNEA DI
INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT UNIVERSITAS
ANDALAS PADA TANGGAL 7 APRIL 2021

Tanggal masuk : 7 April 2021 RS/PKM/RB : RS Universitas Andalas

Jam datang : 14.00 WIB No.MR :-

Jam registrasi : 14.15 WIB


Cara bayar : BPJS

Subyektif
Nama : TN. P
Umur : 18 th
Suku : Minang
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Padang

1. keluhan utama : Pasien mengatakan sesak nafas


2. Riwayat kesehatan
Pasien mengatakan tidak pernah dan tidak sedang memiliki penyakit mayor
seperti jantung, hipertensi, hepatitis B, HIV/PMS, ginjal.
3. Riwayat kesehatan keluarga
pasien mengatakan keluarga pasien tidak pernah dan tidak sedang memiliki
penyakit mayor seperti jantung, asma, hipertensi, hepatitis B, HIV/PMS, ginjal.
4. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a) Nutrisi
Makan
1) Frekuensi : 2 kali sehari
2) Jenis : Nasi, Lauk, Sayur, Buah
3) Porsi : 1 piring
4) Pantangan : tidak ada
5) Keluhan : tidak ada

Minum
1) Frekuensi : 3 gelas per hari
2) Jenis : air putih
3) Porsi : 1 gelas
4) Pantangan : tidak ada
5) Keluhan : tidak ada

b) Eliminasi
BAB
1) Frekuensi : 1x / 2 hari
2) Warna : kuning kecoklatan
3) Konsistensi : lunak
4) Keluhan : tidak ada

BAK
1) Frekuensi : 7 kali sehari
2) Warna : kuning jernih
3) Konsistensi : cair
4) Keluhan : tidak ada
c) Istirahat
Siang
1) Lama : 1-2 jam
2) Keluhan : tidak ada
Malam
1. Lama : 6 jam
2. Keluhan : tidak ada

d) Personal hygiene
1. Mandi : 1 kali sehari
2. Ganti pakaian : 1 kali sehari
3. Gosok gigi : 1 kali sehari
5. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan: klien mengatakan tidak merokok, dan
tidak pernah minum jamu dan minum minuman beralkohol.

Data Objektif
1. pemeriksaan umum
a) Keadaan Umum : Lemah
b) Kesadaran : Composmentis
c) Keadaan emosional : Baik
d) TTV
i. TD : 98/85
ii. N : 93x/menit
iii. R : 29x/menit
iv. T : 38,00C
e) BB : 55 kg
f) TB : 165 cm
g) LILA : 24 cm
2. Pemeriksaan fisik
a) Kepala : bersih, tidak ada ketombe dan tidak ada rambut rontok
b) Wajah : tidak ada cloasma dan oedema
c) Mata : conjungtiva pucat, koordinasi mata bagus, sclera putih
d) Hidung : bersih, tidak ada sekret dan tidak ada polip
e) Mulut : bersih, bibir simetris dan pucat, tidak ada pembengkakan
pada gusi, tidak ada karies pada gigi, tidak ada sariawan.
f) Telinga : bersih, tidak ada sekret
g) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembengkakan kelenjar limpa
h) Dada : ada tanda sulit bernafas
i) Abdomen : simetris dan tidak ada nyeri perut
j) Ekstremitas :
Tangan : simetris, tangan kanan dan kiri oedema, kuku pucat
Kaki : kaki kiri dan kanan simetris dan tidak oedema
k) Genitalia : bersih, tidak ada pembekakkan
Assesment
1. Diagnosa
Tn.P 18 tahun dengan Dyspnea
2. Diagnosa potensial: Tidak ada
3. Masalah potensial: Tidak ada
3. Tindakan segera: Pemberian oksigen
Planning
1. Informasikan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
2. Lakukan pemasangan oksigen 3lpm
3. Berikan pengobatan sesuai dengan resep dokter.
4. Pendokumentasian SOAP
ASUHAN KEBIDANAN
PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE PADA AN. J USIA 16 TAHUN
DENGAN PERITONITIS DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS ANDALAS
SELASA, 6 APRIL 2021

SUBJEKTIF OBJEKTIF ASSESMENT PLANNING


Hari/Tanggal : Rabu, 7 KU Pasien: Sedang Dx : Tn. P udia 18th dengan 1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada
April 2021 dyspnea keluarga, tekanan darah 98/85 mmHg,
Kesadaran : composmentis nadi 93x/menit, pernafasan 30x/menit,
Pukul : 14.00 WIB Dx. Potensial : suhu38,080C dan saturasi oksigen 98%.
TTV : E: pasien dan keluarga mengerti dengan
Keluhan : sesak nafas, TD : 98/85 mmHg Masalah : penjelasan mengenai kondisinya.
warna kekuningan) Nadi : 93x/menit
Suhu38,08 C Masalah potensial : 2. Kolaborasi dengan dokter jaga untuk
Tidak ada riwayat RR :30x/menit menentukan intervensi yang akan
asma/DM/ Kebutuhan : diberikan pada pasien
kardiovaskuler TB : 156 cm 1. Pemberian oksigen E: kolaborasi telah dilakukan pada jam
BB : 55 kg melalui nasal kanul segera 14.10 WIB dan mendapat beberapa
Pola kebiasaan sehari – sebanyak 3lpm advice dari dokter antara lain:
hari: Pemeriksaan fisik umum:  Pasang oksigen 3lmp
Makan : 2 kali sehari Palpasi : -
Minum : ±8 gelas sehari Inspeksi : Tidak ada 3. Menjelaskan prosedur tindakan yang
BAB : >5kali sehari kelainan akan dilakukan dan meminta
BAK : ±6 kali sehari persetujuan pasien/keluarga.
Pemeriksaan penunjang : E: Keluarga paham dan setuju
Keadaan psikis : baik EKG : dalam batas normal untukdilakukan tindakan
 Pasang oksigen 3lmp

4. Persiapan :
 Pasang oksigen 3lmp
E: Alat dan bahan telah disiapkan
dalam troli serta telah disusun secara
ergonomis

a. Jaga privasi klien


b. Beri klien posisi fowler di
tempat tidur atau duduk di
kursi, sampai klien merasa
nyaman
c. Mencuci tangan
d. Menggunakan sarung tangan
e. Sambung kanul ke selang
oksigen dari humidifier
f. Putar tombol flowmeter sampai
kecepatan yang diprogramkan
dan mencoba aliran pada kulit
melalui ujung selang
g. Masukkan cabang kanul ke
dalam lubang hidung klien ± 1-
2 cm dan kaitkan tali di
belakang telinga klien, lalu
rapatkan pengatur selang
oksigen di bawah dagu klien
h. Minta klien untuk menarik
napas melalui hidung
i. Menanyakan kepada klien
apakah sesaknya sudah
berkurang
j. Mengobservasi status
pernapasan klien
k. Memberitahukan kepada klien
bahwa tindakan sudah selesai
l. Rapikan alat dank lien
m. Lepaskan sarung tangan
n. Menjelaskan kepada klien dan
keluarga : tidak boleh merokok
di lingkungan klien
o. Tidak boleh mengubah
flowmeter
p. Segera laporkan jika klien
gelisah atau bertambah sesak
q. Mencuci tangan
r. Mendokumentasikan prosedur
(catat jam, tanggal, nama
petugas, cara pemberian dan
jumlah oksigen yang
diberikan).
BAB 4

KAJIAN ATAU ANALISIS KASUS

Pada tanggal 7 April 2021 dilakukan pengkajian subjektif dan


objektif pada Tn. P, Tn. P mengatakan sebelum datang ke rumah sakit sudah
mengalami sesak nafas meningkat 1 hari yang lalu, Tn. P juga mengatakan
tidak pernah menderita sesak nafas sebelumnya. Hasil pemeriksaan
menunjukkan bahwa tekanan darah 98/85mmHg, nadi 93x/I, suhu 38,0 0C,
pernafasan 30x/I dan pada dada Tn. P terlihat tanda sulit bernafas.
Pasien dengan sesak nafas membutuhkan bantuan pernafasan melalui
terapi oksigen. Pemenuhan kebutuhan oksigenasi adalah bagian dari
kebutuhan fisiologis ( Huraki Maslow). Kebutuhan oksigen diperlukan untuk
proses kehidupan, oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh,
kebutuhan oksigen dalam tubuh harus dipenuhi apabila kebutuhan dalam
tubuh berkurang, maka terjadi kerusakan pada jaringan otak. Dan apabila hal
tersebut terjadi berlangsung lama akan
Terapi oksigen yang diberikan pada Tn. P sebesar 3 L/i untuk
mengurangi sesak nafas pada Tn. P, serta untuk meningkatkan kemampuan
beraktivitas dan dapat memerbaiki kualitas hidup. Keuntungan lainnya dari
pemberian oksigen (O2) di antaranya dapat memperbaiki korpulmonal,
meningkatkan fungsi jantung, memerbaiki fungsi neuropsikiatrik dan
pencapaian latihan, mengurangi hipertensi pulmonal dan memerbaiki
metabolisme otot. Tujuan dari pembuatan tinjauan pustaka ini adalah
memberikan pemahaman terkait pengantaran oksigen (O2), hipoksia,
indikasi, jenis pemberian dan efek terapi oksigen (O2) serta perhatian dalam
pemberian terapi oksigen (O2) sehingga terapi oksigen (O2) tetap berada
dalam batas aman dan efektif. Selain pemberian oksigen untuk mengurangi
sesak nafas, Tn. P juga dilakukan pemeriksaan EKG dan pemeriksaan darah
dan diberikan terapi obat-obatan sesuai anjuran dokter.
Dalam pemberian terapi O2 perlu diperhatikan “Humidification”. Hal
ini penting diperhatikan oleh karena udara yang normal dihirup telah
mengalami humidifikasi sedangkan oksigen yang diperoleh dari tabung
oksigen merupakan udara kering yang belum terhumidifikasi, humidifikasi
yang adekuat dapat mencegah komplikasi pada pernafasan (Sudoyo, 2009).
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Terapi oksigen merupakan suatu intervensi medis berupa upaya
pengobatan dengan pemberian oksigen untuk mencegah atau memperbaiki
hipoksia jaringan dan mempertahankan oksigenasi jaringan agar tetap
adekuat. Dalam pemberian terapi oksigen harus mempertimbangkan kondisi
pasien yang membutuhkan oksigen, antara terapi oksigen jangka pendek atau
jangka panjang. Oksigen yang diberikan harus sesuai dengan usia dan
kebutuhan pasien, agar manfaat terapi dapat dirasakan dan menghindari
toksisitas. Kelebihan pemberian terapi oksigen dapat berakibat fatal, salah
satunya keracunan oksigen.
5.2 Saran
Diharapkan hasil laporan kasus ini menjadi bahan pembelajaran dan
evaluasi bagi penulis dan pihak RS UNAND dalam meningkatkan kualitas
pelayanan di lingkungan kerja rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Butterworth, J.F., et al. 2013. Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology. Edisi
V. New York. McGraw-Hill Companies.
Fishman, A.P,. 2008. et.al. Fishman’s Pulmonary Diseases and Disorders. Edisi
IV. New York. McGraw-Hill Companies.
Harahap, I. A. 2004. Terapi Oksigen dalam Asuhan Keperawatan. Diakses pada
25 September 2019
Harigustian, Y. et. all. 2016. “Pengaruh Latihan Otot Inspirasi Terhadap
Penurunan Skala Dispnea dan Peningkatan Kapasitas Fungsionak Pada
Pasien Gagal Jantung”. Indonesian Journal of Nursing Practices. Vol.I No. 1
Desember.
Hidayat, A. 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba
Medika.
Kasron. 2016. Buku Ajar Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: nuha
Medika.
Klabunde, R. E. 2015. Fisiologi Konsep Jantung. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteraan EGC.
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Situasi Kesehatan Jantung. Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI.
Loscalzp, J. 2016. Harisson Kardiologi dan Pembuluh Darah. Jakarta: EGC.
Mangku G, Senapathi TGE. 2017. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Edisi
II. Jakarta. Indeks.
Muttaqin, A. 2014. Asuhan Keperawaatan Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan
Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Nanda. 2016. Manajemen Keperawatan. Jakarta: CV Trans Info Medika
NIC. 2015. Nursing Intervension Classification. Singapore
Nirmalasari, N. 2016. “Deep Breathing Exercise Menurunkan Dyspnea pada
Pasien Congetive Heart Failure”. Nurseline Journal Vol. 2 No. 2 Novenber
p-ISSN 2540-7937 e-ISSN 2541-464X.
Sudoyo A.W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jakarta.
InternaPublishing.

Anda mungkin juga menyukai