Oleh:
ERLINA AYU BIRU PRAMESTI
23101041
Nama Mahasiswa :
(.....................................................) (.....................................................)
NIP/NIK. NIDN/NIK.
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Oksigen merupakan prasyarat respirasi sel manusia, dan
kemampuan sel menggunakan oksigen adalah penanda utama vitalitas sel.
Dengan prinsip ini, berbagai teknik telah dikembangkan untuk memantau
kadar oksigen dalam sel atau jaringan. Bila dapat dikuantifikasi, perubahan kadar
oksigen dapat dideteksi dan ditindaklanjuti dengan cepat untuk mencegah
kerusakan jaringan (Nindya Auerkari, 2023).
Sistem pernapasan berperan penting untuk mengatur pertukaran oksigen dan
karbondioksida antara udara dan darah. Saat bernapas tubuh mengambil O2 dari
lingkungan untuk kemudian diangkut keseluruh tubuh melalui darah untuk dilakukan
pembakaran. Selanjutkan,sisa pemakarana berupa CO2 akan kembali diangkut oleh
darah ke paru-paru untuk dibuat ke lingkungan, Pemenuhan kebutuhan oksigen ini
tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan
pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami
gangguan. Apabila lebih dari 4 menit seseorang tidak mendapatkan oksigen, maka
akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan kemungkinan
berujung fatal seperti meninggal (Naviani, 2019).
1.2 Etiologi
Menurut Ambarwati (2014) dalam N. Nurlitasari (2021) terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen, seperti faktor fisiologis, status kesehatan,
faktor perkembangan, faktor perilaku, dan lingkungan.
1. Faktor fisiologis
Penurunan kapasitas angkut oksigen
Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi
Hipovolemia
Peningkatan laju metabolik Kondisi lain yang mempengaruhi pergerakan
dinding dada seperti kehamilan, obesitas dan penyakit kronis.
2. Status kesehatan
Pada orang sehat, sistem pernapasan dapat menyuplai kadar oksigen yang cukup
untuk kebutuhan tubuh. Namun, pada saat kondisi sakit tertentu seperti gangguan
pada system pernapasan, kardiovaskuler dan penyakit kronik, proses oksigenasi
akan terganggu.
3. Faktor perkembangan
Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang memengaruhi
sistem pernapasan individu.
1) Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
2) Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
3) Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokokk
4) Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, dan
stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
5) Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi
4. Faktor Perilaku
Perilaku keseharian individu dapat mempengaruhi fungsi pernapasan. Status
nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi emosional dan penggunaan zat-zat
tertentu secara tidak langsung akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan
oksigen tubuh.
5. Lingkungan
Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen. Kondisi
lingkungan yang dapat mempengaruhinya adalah :
a. Suhu lingkungan
b. Ketinggian
c. Tempat kerja (polusi)
1.3 Klasifikasi
Menurut Ira MulyaSari (2022) Pemenuhan kebutuhan oksigenasi dalam tubuh terdiri
dari 3 tahapan, yaitu:
1) Ventilasi
Masuk keluarnya udara antara atmosfir dengan alveoli paru terjadi karena
adanya perbedaan tekanan udara yang menyebabkan udara bergerak dari tekanan
yang tinggi ke daerah yang bertekanan lebih rendah. Satu kali pernapasan adalah
satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi. Satu kali pernapasan adalah satu kali
inspirasi dan satu kali ekspirasi. Inspirasi merupakan proses aktif dalam
menghirup udara dan membutuhkan energi yang lebih banyak dibanding dengan
ekspirasi.
2) Difusi
Proses pertukaran O2 dan CO2 antara udara alveoli dengan darah di dalam
pembuluh darah kapiler paru. Proses difusi dari alveolus ke kapiler paru-paru
antara oksigen dan karbon dioksida melewati enam rintangan atau barier, yaitu
; melewati surfaktan, membran alveolus, cairan intraintestinal, membran
kapiler, plasma, dan membran sel darah merah
3) Transportasi
Pengangkutan O2 dan CO2 oleh system peredaran darah dari paru-paru ke
jaringan. Terdapat bebrapa faktor yang mempengaruhi tranportasi yaitu cardiac
output, jumlah eritrosit atau Hb dan latihan fisik.
1.4 Patofisiologis
Pola napas tidak Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 Manajemen Jalan Napas (I.03119)
efektif (D.0005) jam, masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil Observasi :
Pola Napas (L.01004) a. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
Indikator SA ST usaha napas)
Kapasitas Vital 2 5 b. Monitor bunyi napas tambahan (gurgling,
mengi, wheezing, ronkhi kering)
Dispnea 2 5 c. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Frekuensi Napas 2 5 Terapeutik :
a. Berikan minum hangat
Penggunaan alat bantu napas 2 5 b. Lakukan fisioterapi dada
Pemanjangan fase ekspirasi 2 5 c. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik
d. Berikan oksigen
Keterangan indikator : Edukasi :
1 = Menurun a. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari
2 = Cukup menurun b. Ajarkan teknik batuk efektif
3 = Sedang Kolaborasi :
4 = Cukup meningkat a. Kolaborasi pemberian bronkodilator
5 = Meningkat
Bersihan Jalan Nafas Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 Manajemen Jalan Napas (I.03119)
Tidak Efektif jam, masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil Observasi :
(D.0001) Pola Napas (L.01004) d. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
Indikator SA ST usaha napas)
Kapasitas Vital 2 5 e. Monitor bunyi napas tambahan (gurgling,
mengi, wheezing, ronkhi kering)
Dispnea 2 5 f. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Frekuensi Napas 2 5 Terapeutik :
e. Berikan minum hangat
Penggunaan alat bantu napas 2 5 f. Lakukan fisioterapi dada
Pemanjangan fase ekspirasi 2 5 g. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik
Keterangan indikator : h. Berikan oksigen
1 = Menurun Edukasi :
2 = Cukup menurun c. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari
3 = Sedang d. Ajarkan teknik batuk efektif
4 = Cukup meningkat Kolaborasi :
5 = Meningkat b. Kolaborasi pemberian bronkodilator
Gangguan pertukaran Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Manajemen Gangguan Makan (I.03111)
gas (D.0003) 2 x 24 jam, masalah dapat teratasi dengan Observasi :
kriteria hasil a. Monitor asupan dan keluarnya makanan dan
Pola Napas (L.01004) cairan serta kebutuhan kalori
Indikator SA ST Terapeutik :
Kapasitas Vital 2 5 a. Timbang berat badan secara rutin
b. Diskusikan perilaku makan dan jumlah
Dispnea 2 5 aktivitas fisik (termasuk olahraga) yang sesuai
Frekuensi Napas 2 5 c. Lakukan kontrak perilaku (mis, target berat
badan, tanggung jawab perilaku)
Penggunaan alat bantu napas 2 5 d. Rencanakan program pengobatan untuk
Pemanjangan fase ekspirasi 2 5 perawatan dirumah (mis, medis, konseling)
Edukasi :
a. Anjurkan membuat harian tentang perasaan
Keterangan indikator : dan situasi pemicu pengeluaran makanan (mis,
1 = Menurun pengeluaran yang disengaja, muntah, aktivitas
2 = Cukup menurun berlebihan).
3 = Sedang b. Ajarkan pengaturan diet yang tepat
4 = Cukup meningkat Kolaborasi :
5 = Meningkat Kolaborasi dengan ahli gizi tentang berat badan,
kebutuhan kalori dan pilihan makanan.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, D. P. (2022). Implementasi Batuk Efektif Pada Pasien Pneumonia Dengan Masalah Gangguan Oksigenasi. KM: Jurnal Keperawatan Merdeka,
2(1), 30-35.
Black, J. M. (2022). KMB: Gangguan Sistem Pernapasan dan Oksigenasi. Elsevier Health Sciences.
Saranani, M. R. (2019). Manajemen Kasus Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi pada Pasien Tuberkulosis Paru. . Health Information: Jurnal Penelitian,
11(1), 26-32.
Ira Mulya Sari, M. K. N. S. K. A. P. A. (n.d.). Asuhan Keperawatan Anak dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi. Penerbit Adab.
https://books.google.co.id/books?id=fU7HEAAAQBAJ
Naviani, N. S. K. (2019). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan oksigenasi Di Ruang Al Fajr Rsui Kustati Surakarta.
STIKes Karya Husada, 18.
Nindya Auerkari, A. (2023). Pengukuran Kadar Oksigenasi Otak: Teknik mana yang terbaik? Majalah Anestesia & Critical Care, 41(2), 67–68.
https://doi.org/10.55497/majanestcricar.v41i2.331