PENGKAJIAN (Ruangan)
3.1. MAN
A. Sumber daya manusia (M1- Man)
1) Ketenagaan
Struktur orginasasi.
Ruangan Mawar Rumah Sakit Abdoer Rahem Situbondo di pimpin oleh kepala
ruangan dan dibantu oleh 2 ketua tim, 13 perawat pelaksana, 3 administrasi serta
satu orang yang bertugas sebagai cleaning service (CS). Adapun struktur
organisasinya adalah :
PP 1 PP 2
1. Fala Defiayana, Amd.Keb
1. Ns. Perima Setiayudi, S.Kep
2. Ely Sri Laspru W, Amd. Kep
2. Ns. Nur Aisyah A, S.Kep
3. Ns.Rofi Lukman, S.Kep
3. Dewi Lestari, Amd.Kep
4. Elisa,Amd.Kep
4. Riomarta Andi Pasya, Amd. Kep
5. Ibnu Fajar Ghazali, S.Kep
5. Hatib Hasbullah, Amd. Kep
6. Ns. Hafida Nasar,S.Kep
7. Mega Febriyana, Amd.Keb
8. Roni Mashurianto, Amd.Kep
Admin
1. Nur Faizatul Amri,
Amd.Keb
73
2. Yusmar Hidayat
B. Jumlah tenaga di ruang mawar RSUD Abdoer Rahem Situbondo
Tabel 3.1 Latar Belakang Tenaga Kerja Ruang Mawar
Masa
Pendidika
No. Nama Jabatan tahun
n terakhir
(Kerja)
1. Ns. Indah Kurniasari, S.Kep KARU Ners 13 tahun
2. Ns.Endang Rahayu, S.Kep KATIM I Ners 15 tahun
3. Ns. Perima Setiayudi, S.Kep TIM 1 Ners 10 tahun
4. Ns. Nur Aisyah A, S.Kep TIM 1 Ners 10 tahun
5. Fala Defiayana, Amd.Keb TIM 2 D3 3 tahun
6. Dewi Lestari, Amd.Kep TIM 1 D3 11 tahun
Ely Sri Laspru W, Amd.
7. TIM 2 D3 12 tahun
Kep
Riomarta Andi Pasya, Amd.
8. TIM 1 D3 5 tahun
Kep
9. Ns.Rofi Lukman, S.Kep TIM 2 Ners 10 tahun
10. Hatib Hasbullah, Amd. Kep TIM 1 D3 6 tahun
11. Elisa,Amd.Kep TIM 2 D3 5 tahun
12. Ns. Hafida Nasar,S.Kep TIM 1 Ners 10 tahun
13. Ibnu Fajar Ghazali, S.Kep TIM 2 S1 8 tahun
14. Mega Febriyana, Amd.Keb TIM 1 D3 9 tahun
15. Lisa Karia, Amd.Kep KATIM D3 10 tahun
16. Roni Mashurianto, Amd.Kep TIM 1 D3 8 tahun
Nur Faizatul Amri,
17. ADMIN D3 8 tahun
Amd.Keb
18. Yusmar Hidayat ADMIN SLTA 18 tahun
Sumber : Data Primer di Ruang Mawar RSUD Abdoer Rahem, Maret 2019
1) Keperawatan
Tabel 3.1.1 Tenaga Keperawatan di ruang Mawar RSUD Abdoer Rahem
No Kualifikasi Jumlah Jenis
1. Ners 6 3 PNS
2. S1 Keperawatan 1 Kontrak
3. D3 Keperawatan 6 Kontrak
Sumber : Data Primer di Ruang Mawar RSUD Abdoer Rahem, Maret 2019
2) Non Keperawatan
Tabel 3.1.2 Komposisi Ketenagaan nonkeperawatan di ruang Mawar RSUD
Abdoer Rahem
No Kualifikasi Jumlah Jenis
1. D3 Kebidanan 3 Kontrak
2. SLTA 2 1 PNS
Sumber : Data Primer di Ruang Mawar RSUD Abdoer Rahem, Maret 2019
74
C. Kebutuhan tenaga
Penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan dapat diterapkan beberapa formula
yaitu: (1) Douglas, (2) Gillies, (3)Depkes
1) Douglas
Di ruang mawar RSUD Abdoer Rahem dirawat 18 orang pasien dengan
kategori sebagai berikut: 10 pasien dengan perawatan minimal, 7 pasien
dengan perawatan parsial, dan 1 pasien dengan perawatan total. Maka
kebutuhan tenaga keperawatan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kebutuhan Tenaga Perawat tiap shift berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien di ruang mawar RSUD Abdoer Rahem pada
tanggal 18 maret 2019.
Kualifikasi pasien Jumlah kebutuhan tenaga
Tingkat Jumlah Pagi Sore Malam
Ketergantungan pasien
Minimal 10 10 X 0,17 = 1,7 10 x 0,14 = 1,4 10x0,07= 0,7
75
RSUD Abdoer Rahem Bondowoso adalah sebanyak 13 orang Tenaga
keperawatan.
2) Gillies
Ruang mawar RSUD Abdoer Rahem Situbondo berkapasitas 23 tempat tidur,
jumlah pasien yang di rawat 18 orang per hari. Kriteria pasien yang di rawat
tersebut adalah 10 orang dapat melakukan perawatan mandiri, 7 orang perlu
diberika perawatan sebagian, dan 1 orang harus diberikan perawatan
total.Tingkat pendidikan perawat yaitu Ners, S1, dan D3 keperawatan. Hari
kerja efektif adalah 6 hari per minggu berdasarkan situasi tersebut maka dapat
dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawat di ruang tersebut adalah sebagai
berikut :
Tanggal 18 Maret 2019
Menentukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan pasien
perhari yaitu:
Keperawatan langsung:
Keperawatan mandiri 10 x 2 jam = 20 jam
Keperawatan sebagian 7 x 3 jam = 21 jam
Keperawatan total 1 x 6 jam = 6 jam
Jumlah = 47 jam
76
Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shif, yaitu
dengan ketentuan menurut Eastler (Swansburg, 1990).
Shif pagi 47% = 8,4 orang (8 orang)
Shif sore 36% = 6,4 orang (6 orang)
Shif malam 17% = 3 orang (3 orang)
Kombinasi menurut Abdellah dan Levinne adalah :
55% = 9,9 (10 orang) tenaga profesional
45% = 8,1 (8 orang) tenaga nonprofesional
77
Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shif, yaitu
dengan ketentuan menurut Eastler (Swansburg, 1990).
Shif pagi 47% = 7,0 orang (7 orang)
Shif sore 36% = 5,4 orang (5 orang)
Shif malam 17% = 2,5 orang (3 orang)
Kombinasi menurut Abdellah dan Levinne adalah :
55% = 8,2 (8 orang) tenaga profesional
45% = 6,7 (7 orang) tenaga nonprofesional
78
Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu
dengan ketentuan menurut Eastler (Swansburg, 1990).
Shif pagi 47% = 7,9 orang (8 orang)
Shif sore 36% = 6,1 orang (6 orang)
Shif malam 17% = 2,8 orang (3 orang)
Kombinasi menurut Abdellah dan Levinne adalah :
55% = 9,3 (9 orang) tenaga profesional
45% = 7,6 (8 orang) tenaga nonprofessional
Menurut Rumus Gilis Didapatkan hasil:
Jumlah kebutuhan perawat 18-03-2019 = 18 orang
Jumlah kebutuhan perawat 19-03-2019 = 15 orang
Jumlah kebutuhan perawat 20-03-2019 = 17 orang
Jumlah = 50
Rata-rata = 17 orang
Kesimpulan:
Ruang mawar RSUD Abdoer Rahem Situbondo berkapasitas 23 tempat tidur,
jumlah pasien yang di rawat 18 orang per hari. Tingkat pendidikan perawat yaitu Ners,
S1, dan D3 keperawatan. Hari kerja efektif adalah 6 hari per minggu berdasarkan situasi
tersebut didapatkan jumlah kebutuhan tenaga perawat dengan rumus Douglas didapatkan
hasil jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di Ruang Mawar RSUD Abdoer
Rahem Bondowoso adalah sebanyak 13 orang Tenaga keperawatan. Sedangkan dengan
rumus Gillies didapatkan hasil rata-rata tenaga keperawatan di ruang Mawar RSUD
Abdoer Rahem Situbondo adalah sebanyak 17 orang tenaga keperawatan. Di ruang
mawar terdapat 18 orang tanaga kerja, 13 orang tenaga kerja keperawatan, dan 5 orang
tenaga kerja non keperawatan. Disimpulkan bahwa menurut penghitungan gillies tenaga
keperawatan di Ruang Mawar RSUD dr. Abdoer Rahem kurang.
79
kosong)
2 Sore 6 bed (5 3 bed 12 bed (1 2 bed (1 16/23X100%=
kosong) (0 kosong) kosong) 69,5%
kosong)
3 Malam 6 bed (5 3 bed (1 12 bed (5 2 bed (1 11/23X100%=
kosong) kosong) kosong) kosong) 47,8%
Rata-rata 65,1%
Sumber : Data Primer di Ruang Mawar RSUD Abdoer Rahem, Maret 2019
Tabel 3.4 Bor pasien di ruang mawar RSUD Abdoer Rahem Tanggal 19 Maret
2019
No Shift Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Isolasi BOR
1 Pagi 6 bed (4 3 bed 12 bed (2 2 bed (1 16/23X100%=
kosong) kosong) kosong) 69,5%
2 Sore 6 bed (2 3 bed 12 bed (2 2 bed (1 18/23X100%=
kosong) kosong) kosong) 78,2%
3 Malam 6 bed (2 3 bed 12 bed (4 2 bed (2 15/23X100%=
kosong) kosong) kosong) 65,2%
Rata-rata 70,9%
Sumber : Data Primer di Ruang Mawar RSUD Abdoer Rahem, Maret 2019
Tabel 3.5 Bor pasien di ruang mawar RSUD Abdoer Rahem Tanggal 20 Maret
2019
No Shift Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Isolasi BOR
1 Pagi 6 bed (2 3 bed 4 bed (1 2 bed (2 18/23X100%=
kosong) kosong) kosong) 78,2%
2 Sore 6 bed (2 3 bed 4 bed 2 bed (2 19/23X100%=
kosong) kosong) 82,6%
3 Malam 6 bed (2 3 bed 4 bed 2 bed (2 19/23X100%=
kosong) kosong) 82,6%
Rata-rata 81,1%
Sumber : Data Primer di Ruang Mawar RSUD Abdoer Rahem, Maret 2019
Rata-rata BOR di ruang mawar dari tanggal 18-20 maret 2019 didapatkan hasil
72,3% yang artinya nilai parameter BOR di ruang mawar dalam kategori ideal.
Menurut depkes RI, 2005 nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85%.
Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnyapemanfaatan fasilitas perawatan RS
oleh masyarakat. Sedangkan angka BOR yang Tinggi (lebih dari 85%) menunjukkan
80
tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi sehingga perlu pengembangan rumah
sakit aatau penambahan tempat tidur
81
5,5 jam
Sumber : Data Primer di Ruang Mawar RSUD Abdoer Rahem, Maret 2019
Tabel diatas menunjukan bahwa frekuensi tertinggi kegiatan produktif langsung
shift pagi yaitu mengoplos obat, inejksi, memenuhi kebutuhan cairan, elektrolit,
dan nutrisi, mengukur TTV, Rawat luka, sedangkan kegiatan produktif tidak
langsung yaitu melakukan ECG dan perawatan jenazah.
Tabel 3.7 Pelaksanaan tindakan keperawatan tidak langsung pada shif pagi diruang
mawar RSUD Abdoer Rahem pada tanggal 18-20 maret 2019
No Tindakan Keperawatan Tidak Langsung Waktu (menit) Frekuensi
1 Pendokumentasian catatan medik 10 menit 48
2 Telekomunikasi dengan orang lain 2 menit 15
3 Timbang terima pasien 60 menit 9
4 Mendampingi visite dokter 10 menit 7
5 Konsultasi dengan dokter melalui telepon 5 menit 15
gengam
Total 87 menit 94
1,45 jam
Sumber : Data Primer di Ruang Mawar RSUD Abdoer Rahem, Maret 2019
Tabel diatas menunjukan bahwa frekuensi tertinggi kegiatan produktif tidak
langsung yaitu
c) Daily log
Tabel 3.8 Pelaksanaan kegiatan non produktif di ruang mawar (bedah) RSUD dr.
Abdoer Raheem Situbondo tannggal 18 Maret – 20 maret 2019
No Kegiatan non produktif Waktu (menit) Frekuensi
1. Ishoma 60 menit 15
2. Toilet 10 menit 24
3. Telepon pribadi 20 menit 30
4. Nonton TV 30 menit 9
5. Pergi dengan keperluan pribadi 60 menit 3
6. Duduk di ruang perawat 60 menit 90
Total 240 menit 171
82
4 jam
Tabel 3.9 Rekapitulasi pelaksanaan perawatan di ruang mawar (bedah) RSUD dr.
Abdoer Raheem Situbondo tannggal 18 Maret – 20 maret 2019
Jenis kegiatan keperawatan Pagi
Kegiatan produktif:
a. Langsung 5,5 jam
b. Tidak langsung 1,45 jam
Kegiatan non produktif 4 jam
Total 11,35
B. MONEY
Difokuskan pada berikut :
Sumber kesejahteraan pegawai berasal dari pendapatan rumah sakit, penentuan gaji
perawat di RSUD dr. abdoer raheem Situbondo dilihat dari golongan dan masa kerja
pegawai.Hal ini mempengaruhi jumlah gaji, jasa pelayanan dan jumlah tunjangan
yang di dapat.Status kepegawaian dibedakan menjadi pegawai tetap (PNS) dan
pegawai kontrak. Pegawai PNS ( pegawai negeri sipil ) memperoleh pendapatan atau
gaji dari pemerintah dan pendapatan dari jasa pelayanan. Besarnya pendapatan
pegawai PNS disesuaikan oleh golongan, lama kerja dan pendidikan
terakhir.Sedangkan pegawai kontrak memperoleh pendapatan dari RS dan jasa
pelayanan.Jasa pelayanan didapatkan dari 10% pendapatan Ruangan selain itu tidak
ada.Jasa diberikan dengan jumlah masing-masing orang yang berbeda satu sama lain.
Jumlah jasa pelayanan yang diberikan kepada perawat tergantung pada profesi di
rumah sakit, ruangan, pendidikan, resiko pekerjaan, seperti kegawatan dan penularan
penyakit.
C. MATERIAL
a. Penataan gedung atau lokasi dan denah ruangan
Lokasi penerapan proses managerial perawatan ini dilakukan pada ruang Mawar
RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo dengan uraian denah sebagai berikut :
1) Sebelah utara berbatasan dengan ruang Bougenvile
2) Sebelah selatan berbatasan dengan ruang Nifas
83
3) Sebelah barat berbatasan dengan ruang Hemodialisa
4) Sebelah timur berbatasan dengan Nusa Indah
b. Fasilitas
1) Fasilitas untuk pasien
Table 3.1 Daftar fasilitas untuk pasien ruang Mawar RSUD dr. Abdoer Rahem
Situbondo
Kondisi
Nama
No Jumlah Krg Rsk Usulan
Barang Baik
Baik Berat
1 Tempat Tidur 23 - - - -
2 Meja Pasien 22 - - - -
3 Kipas Angin 12 - - - -
4 Kursi Roda 6 3 1 2 Perlu ditambah
5 Branchart 1 1 - - Perlu ditambah
6 Jam Dinding - -
7 Timbangan 1 - - - -
8 Kamar Mandi
12 12 - - -
dan WC
9 Dapur 1 - - - -
10 Wastafle 2 - - - -
11 Film viewer
double slide 1 1 - - -
supertin
84
Jumlah tempat tidur di ruang Mawar RSUD dr. Abdoer Rahem – Situbondo
Kondisi
Kelas Jumlah Krg Rsk Keterangan
Baik
Baik Berat
I 6 6 - - Layak digunakan
II 1 1 - - Layak digunakan
III 3 3 - - Layak digunakan
3) Alat kesehatan yang ada di ruang Mawar RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo
Tabel 3.2 Daftar alat kesehatan di ruang Mawar RSUD dr. Abdoer Rahem
Situbondo
Kondisi
No Nama Barang Jumlah Krg Rsk Usulan
Baik
Baik Berat
1 Stetoscope 4 4 - - -
2 Lemari es 1 1 - - -
3 Tabung O2 5 5 - - -
4 Lemari besi 3 3 - - -
5 Bak injeksi 1 1 - - -
6 Tempat sampah
4 4 - - -
pasien
7 Lemari kaca 2 2 - - -
8 Infus pump 1 1 - - -
9 Tensi meter 2 1 1 - Perlu ditambah
10 Pinset anatomis 3 3 - - -
11 Pinset cirurgis 3 3 - - -
12 Gunting
2 2 - - -
nekrotomi
13 Gunting perban 3 3 - - -
14 Korentang 3 3 - - -
15 Bengkok 5 5 - - -
16 Suction 1 1 - - -
85
17 Telepon 1 1 - - -
18 Computer 1 1 - - -
19 Ala pemadam
2 2 - - -
kebakaran
20 Lemari obat 1 1 - - -
21 Meja instrumen 3 3 - - -
22 Standar infus 24 17 - 7 Perlu ditambah
23 Ambubagdewasa 1 1 - - -
24 Manometer O2
6 6 - - -
lengkap
25 Instrument
2 2 - - -
dressing table
26 Thermometer 2 2 - - -
27 Gunting AJ 14
2 2 - - -
cm
28 Blower 2 1 - 1 Perlu ditambah
29 Nald Vouder 14
3 3 - - -
cm
30 ECG 1 1 - - -
5) Administrasi penunjang – RM
No Nama Jumlah
1 Buku injeksi 1
2 Buku observasi (TTV) 2
3 Lembar dokumentasi 1
4 Buku laporan dinas (timbang terima) 1
5 SOP 1 bendel
6 Buku menu atau diit pasien 1
7 Buku registrasi pasien 1
86
8 Laporan askep 1
9 Buku SPDC (CSSD) 1
10 Buku SPDC (Rawat Jalan) 1
11 Buku SPDC (Rawat Inap) 1
12 Buku penitipan 1
13 Buku inventaris 1
14 Buku pemulangan pasien 1
15 Buku koding 1
16 Buku SPM 1
17 Buku BPJS 1
18 Buku rujukan 1
19 Lembar ELO 1
20 SKRN (Surat Keterangan Rawat Inap) 1
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah tata letak gedung ruangan sudah sesuai dengan standar √
pelayanan ?
2 Apakah fasilitas di ruangan anda sudah lengkap untuk perawatan √
pasien sesuai dengan standar yang berlaku ?
3 Apakah peralatan kesehatan di ruangan anda sudah lengkap untuk √
perawatan pasien ?
4 Apakah jumlah alat yang tersedia sesuai dengan rasio pasien ? √
apakah anda berencana untuk menambah peralatan perawatan ? -
5 Apakah semua perawat mengerti cara menggunakan semua alat-alat √
perawatan ?
6 Apakah persediaan consumable (ala habis pakai) selalu tersedia √
sesuai yang dibutuhkan pasien ?
7 Apakah administrasi penunjang yang dimiliki sudah memadai ? √
87
Berdasarkan table diatas pada point 1 tata letak ruang mawar sudah sesuai
dengan standar pelayananan.Pada point 2 fasilitas yang ada diruangan untuk
perawatan pasien sudah lengkap dan sesuai dengan standar.Pada point 3 peralatan di
ruangan sudah lengkap.Pada point 4 alat yang tersedia di ruangan sudah sesuai
dengan rasio pasien dan tidak perlu ditambah. Pada point 5 semua perawat memahami
cara menggunakan alat-alat perawatan yang ada di ruangan. Pada point 6 persediaan
consumable (ala habis pakai) selalu tersedia sesuai yang dibutuhkan pasien.Pada point
7 administrasi penunjang yang dimiliki ruangan sudah memadai.
D. METODE
Fokus pengkajian M4 (Methods) sebagai berikut :
No Metode Data Fokus yang dinilai
1 Penerapan MAKP Mekanisme pelaksanaan
a. Ketua Tim sebagai perawat profesional harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan
b. Komunikasi efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin
c. Anggota Tim harus menghargai kepepimpinan Ketua
Tim
Tupoksi (Tanggung jawab Ketua Tim)
a. Membuat perencanaan.
b. Membuat penugasan supervisi dan evaluasi.
c. Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat
menilai tingkat kebutuhan pasien.
d. Mengembangkan kemampuan anggota.
e. Menyelenggarakan konfrensi.
Tanggung jawab Anggota TIM
a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dibawah tanggung jawabnya.
b. Kerja sama dengan anggota tim dan antar tim.
c. Memberikan laporan.
88
Tanggung jawab Kepala Ruang
a. Perencanaan.
b. Pengorganisasian.
c. Pengarahan.
d. Pengawasan.
89
keperawatan a. Menentukan kasus dan topik.
b. Menentukan tim dan ronde.
c. Mencari sumber dan literatur.
d. Mempersiapkan pasien : informed consent.
e. Membuat proposal (studi kasus/ resum keperawatan).
Pelaksanaan.
a. Penjelasan/ penyajian tentang pasien oleh perawat
yang mengelola pasien.
b. Diskusi antara anggota tim tentang kasus tersebut.
c. Ke bed pasien, perawat lain/ konselor/ tim kesehatan
lainnya melakukan pemeriksaan/ validasi dengan
cara observasi : membaca status/ dokumen lainnya :
menanyakan.
Pasca di nurse station
a. Pemberian justivikasi oleh perawat tentang data,
masalah pasien, rencana, tindakan yang akan
dilakukan dan kriteria evaluasi.
b. Kesimpulan dan rekomendasi untuk asuhan
keperawatan selanjutnya oleh kepala ruang atau
pemimpin ronde.
90
Penyimpanan.
a. Mekanisme penyimpangan.
1. Obat yang diterima dicatat dalam buku besar
persediaan atau dalam kartu persediaan.
2. Periksa persediaan obat, pemisahan antara obat
untuk penggunaan oral dan obat luar.
5 Penerimaan pasien Persiapan.
baru Pelaksanaan.
Penjelasan tentang 3P
a. Pengenalan kepada pasien, tenaga kesehatan lain.
b. Peraturan rumah sakit.
c. Penyakit termasuk sentralisasi obat.
Penandatanganan penjelasan.
6 Discharge Pesiapan
planning a. Mengidentifikasi kebutuhan pemulangan pasien,
kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang
mugkin timbul pada saat pasien pulang, antara lain :
pengetahuan pasien/ keluarga tentang penyakit:
kebutuhan psikologis: bantuan yang diperlukan
pasien, pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-
hari seperti makan, minum, eliminasi, dan lain- lain:
sumber dan sistem yang ada di masyarakat: sumber
finansial: fasilitas saat dirumah: kebutuhan perawat
dan supervisi di rumah.
b. Pelaksanaan: dilakukan secara kolaboratif serta
disesuaikan dengan sumber daya fasilitas yang ada.
91
7 Supervisi Prasupervisi
a. .supervisi di lakukan oleh kepala ruang
terhadap kinerja dan (ketua dan anggota) dan
atau perawat primer dalam melaksanakan
ASKEP
b. Pelaksanaan supervisi dilihat aspek;tanggung
jawab ,kemampuan dan kepatuhan dalam
menjalankan delegasi
Pasca supervisi.3F;
a. Penilaian(fair)
b. Feedback dan klarifikasi
c. Rainforcement dan follow up perbaikan.
8 Dokumentasi Format model dokumentasi yang digunakan (pengkajian
dan asuhan keperawatan)
Pengsian dokumentasi :
legalitas,lengkap,akurat,relevan,baru(LLARB)
92
meberikan beban berat kerja bagi anda ?
4. Apakah model saat ini tidak meberatkan dala pebiayaan ?
5. Apakah model yang digunakan mendapat banyak kritikan dari pasien
pada ruangan ?
Pelaksanaan model asuhan keperawatan
1. Apakah telah terlaksana kounikasi yang adekuat antara perawat dan tim
kesehatan lain ? jelaskan
2. Apakah kontunuitas rencana keperawatan terlaksana ?
3. Apakah anda menjelaskan kegiatan sesuai tupoksi ?
Tanggung jawab dan pembagian tugas.
1. Apakah job description untuk anda selama ini sudah jelas ?
2. Jelaskan tugas anda sesuai dengan model asuhan kepeawatan yang saat
ini digunakan ruangan ?
3. Apakah anda engenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat
menilai tingakat kebutuhan ?
93
Angket M4-3 Sentralisasi Obat
Pertanyaan Jawaban
Pengadaan setralisasi obat
1. Apakah yang anda ketahui tentang sentralisasi obat ?
2. Apakah di ruagan anda ini terdapat sentralisasi obat ?
3. Jika Ya, apakah sentralisasi obat yang yang ada sudah dilaksanakan secara
optimal ?
4. Jika Tidak, menurut anda apakah di ruangan ini perlu diadakan
sentralisasi obat ? (Untuk yang menjawab, ini pertanyaan terakhir ?
5. Apakah selama ini anda pernah diberi wewenang dala urusan sentralisasi
obat
6. Apakah ada format daftar pengadaan tiap-tiap maca obat (oral-injeksi-
supositosia-infus-insulin-obat gawat darurat) ?
Efektivitas dan efisiensi model asuhan keperawatan
1. Apakah dengan menggunakan model saat ini menjadikan seakin pendek
laa rawat inap bagi pasien ? Rerata hari rawat berpa ?
2. Apakah terjadi peningkatan kepercayaan pasien terhadap ruangan ?
3. Apakah model yang digunakan saat ini tidak menyulitkan dan meberikan
beban berat kerja bagi anda ?
4. Apakah model saat ini tidak meberatkan dala pebiayaan ?
5. Apakah model yang digunakan mendapat banyak kritikan dari pasien
pada ruangan ?
Alur peneriaan obat
1. Apakah selama ini ada format persetujuan sentralisasi obat dari pasien /
keluarga pasien ?
2. Bagaimana proses penerimaan obat dari pasien / keluarga pasien ?
Cara penyimpanan obat
1. Apakah di ruangan ini terdapat ruangan khusus untuk sentralisasi obat ?
2. Bagaiamana kelegkapan sarana dan prasana pendukung sentralisasi obat ?
3. Apakah selama ini anda memisahkan kepemilikan antar obat-obat pasien
?
4. Apakah selama ini anda memberi etiket dan alamat pada obat-obat pasien
94
?
Cara penyiapan obat
1. Apakah selama ini sebelum meberikan obat kepada pasien anda selalu
menginformasikan jumlah kepemilikan obat yang telah digunakan ?
2. Apakah ada format tiap jenis obat sebelum anda memberikan obat ke
pasien ?
E. MUTU
1. Patient Safety (medication error, flebitis, decubitus, jatuh, restrains, injury, ILO,
INOS)
2. Kepuasan pasien
3. Kenyamanan
4. Kecemasan
5. Perawatan diri
6. Pengetahuan atau perilaku pasien
95
Keselamatan pasien (Patient Safety)
Berdasarkan sasaran keselamatan pasien (SKP) yang dikeluarkan oleh standar akreditasi
rumah sakit edisi satu (Kemenkes, 2011) dan JCI Acredition, maka sasaran tersebut
meliputi 6 elemen berikut :
1. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan secara
lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
2. Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan secara lengkap dibacakan
kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi perintah
atau hasil pemeriksaan tersebut.
4. Kebijakan dan prosedur mendukung praktik yang konsisten dalam melakukan
ferifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan melalui telepon.
Sasaran III : peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert medication)
96
1. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mengatur identifikasi, lokasi, pemberian
label, dan penyimpanan obat-obat yang perlu di waspadai.
2. Kebijakan dan prosedur di implementasikan.
3. Elekrolit konsentrat tidak berada di uni pelayanan pasien kecuali jika dibuuhkan
secara klinis dan indakan diambil unuk mencegah pemberian yang tidak sengaja
diarea tersebut, bila diperkenankan kebijakan
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan diunit diberi label yang jelas dan disimpan
dengan cara yang membatasi akses
Sasaran IV: kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang segera dikendali untuk identifikasi lokasi
operasi dan melibatkan pasien dalam proses penandaan pemberian tanda.
2. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk melakukan
verifikasi praoperasi tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan tepat- pasien dan semua
dokumen sert peralatan yang diperluka tersedia, tepat atau benar, dan fungsional.
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan an mencatat atau mendokumentasikan
prosedur sign in (sebelum induksi) : “sebelum insisi atau time-out” tepat sebelum
dimulainya suatu prosedur atau tindakan pembedahan dan sgin out (sebelum
meninggalkan kamar operasi).
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman proses guna
memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur dan
tindakan pengobatan gigi atau dental yang dilaksanakan diluar kamar operasi.
1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang
baru-baru ini diterbitkan dan sudah diterima secara umum (antara lain dari WHO
Patient safety)
2. Rumah sakit menerapkan program hand hygene yang efektif .
3. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mendukung pengurangan secara
berkelanjutan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.
97
1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko jatuh dan melakukan
pengkajian ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadinya perubahan kondisi
atau pengobatan.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang
pada hasil asesmen dianggap berisiko.
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, bila tentang keberhasilan pengurangan
cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara tidak disengaja.
4. Kebijakan dan atau prosedur mendukung pengurangan berkelanjutan dari risiko
cedera pasien akibat jatuh di rumah sakit.
98
A. Planning
FORMAT KAJIAN PLANING
Dilakukan
No Standart Metode Dokumen Keterangan
Ya Tidak
1 Pembuatan jadwal Studi Ada Pembuatan
dinas dokumentas jadwal dinas
i, dibuat oleh Ka
wawancara Ru dengan
mempertimbang
kan jumlah jam
kerja perawat.
2 Perencanaan Wawncara Tidak ada
koordinasi
Analisa Data
99
B. Organizing
FORMAT KAJIAN ORGINIZING
Dilakukan
No Standart Keterangan
Ya Tidak
1 Pembagian tugas
2 Pendelegasian tugas
3 Koordinasi tugas
4 Pengaturan/mannajemen waktu
5 Pengaturan dan pengendalian situasi tempat
praktek
6 Memberi wewenang kepada tata usaha untuk
mengurus adminitrasi klien
7 Pengembangan MPKP dengan MPM
A. Pelaksanaan tugas
1. Pelaksanaan tugas kepala ruang
keperawatan
2. Pelaksanaan tugas Primary Nurse
3. Pelaksanaan tugas Assosiated
Nurse
B. Hubungan profesional
1. Hubungan profesional antara staf
keperawatan dengan pasien
2. Hubungan profesional antara staf
keperwatan
3. Hubungan profesional/ kemitraan
antara staf keperawatan dengan
dokter/tim kesehatan lain
4. Hubungan profesional antara staf
keperawatan dengan peserta didik
dengan MPM
5. Pelaksanaan serah terima tugas jaga
(operan)
6. Pelaksanaan meeting morning
7. Pelaksanaan Pre Coferense
8. Pelaksanaan Post Coferense
9. Pelaksanaa komunikasi terapeutik
10. Pelaksanaan informasi pasien baru
Jumlah 16 3
Total (%) Ya: 84,2% Tidak: 15,7%
100
Analisa Data
C. Actuating
FORMAT PENGKAJIAN DATA ACTUATING
101
obat – obatan
Mendampingi visite Pengadaan peralatan
17 dokter dan mencatat wawancara direncanakan oleh
intruksi dokter dan KaRu, pengadaan
Mengelompokkan pasien observasi obat-obatan harian
dan mengatur KaRu dibantu oleh
penempatannya diruang PN/AN
rawat menurut tingkat
kegawatan, infeksi/ non Perawat dan KaRu
infeksi untuk kelancaran obseevasi mengikuti visite yang
18 pemberian asuhan dilakukan oleh dokter
keperawatan
Mengendalikan kualitas
sistem pencatatan dan
19 pelaporan asuhan wawancara Pengelompokan pasien
keperawatan berdasarkan ruang
Meneliti pengisian kelas perawatan dan
20 formulir sensus harin wawancara jenis kelamin klien
pasien di ruang rawat.
Meneliti/Memeriksa
pengisian daftar
permintaan makanan
21 pasien berdasarkan wawancara
macam dan jenis makan
22 pasien
Menyiapkan berkas wawancara
catatan medik
Membimbing
siswa/mahasiswa
keperawatan yang
menggunakan ruang
23 rawatnya sebagai lahan Observasisi
praktek memberi
24 penyuluhan kesehatan wawancara
Melakukan serah terima dan Selama pengkajian
pasien dan observasi dilakukan tim belum
Lain-lain pada saat mengamati kegiatan
pergantian dinas penyuluhankesehatan
diruangan
Jumlah 24/2
4*10
0%=
100
%
%
Analisa data
102
Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala ruangan dan observasi pelaksanaan actuating
didapatkan hasil sebesar 100 %.Secara keseluruhan item yang ada dalam actuating dilakukan
diruang Mawar. Namun, belum ada kegiatan penyuluhan kesehatan selama tim melakukan
kegiatan penyuluhan diruangan.
D. Controling
Dilakukan Keterang
No Standar Metode
Ya Tidak an
Pengawasan langsung melalui
1.
inspeksi
Pengawasan langsung melalui
2.
laporan langsung secara lisan
Pengawasan langsung melalui
3.
laporan tertulis
4. Pengawasan kelemahan yang ada
Pengawasan tidak langsung
5. dengan mengecek daftar hadir
perawat yang ada
Pengawasan tidak langsung
6. dengan membaca dan memeriksa
rencana keperawatan
Pengawasan dengan mendengar
7. laporan dari PN mengenai
pelaksanaan tugas
8. Evaluasi pelaksanaan
Membandingkan dengan rencana
9. keperawtan yang telah disusun
bersama dengan PN
Pengawasan yang dilakukan oleh
10. kepala ruang:
- Sosialisasi kebijakan
- Mengatur dan
mengendalikan
pelaksanaan kebijaksanaan
- Mengecek kelengkapan
inventaris peralatan
- Mengecek obat-obatan
yang tersedia
- Melakukan supervisi
- Menilai pelaksanaan
asuhan keperawatan yang
telah ditentukan
103
- Menilai siswa/mahasiswa
keperawatan
- Melakukan penilaian
kinerja tenaga keperawatan
- Menilai mutu asuhan
keperawatan sesuai standar
yang berlaku secara
mandiri atau koordinasi
dengan tim pengendalian
mutu asuhan keperawatan
Jumlah 18
Total Persentase 100%
Analisa Data
Keselamatan pasien (Patient safety) merupakan suatu variabel untuk mengukur dan
mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap pelayanan
kesehatan.Sejak malpraktik menggema diseluruh belahan bumi melalui berbagai media baik
cetak maupun elektronik mulai menaruh kepedulian yang tinggi terhadap isu keselamatan
pasien.
Program keselamatan pasien adalah suatu usaha untuk menurunkan angka kejadian tidak
diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada pasien selama dirawat dirumah sakit sehingga
sangat merugikan baik pasien itu sendiri maupun pihak rumah sakit. KTD bisa disebabkan
oleh berbagai faktor anatara lain beban kerja perawat yang tinggi, alat komunikasi yang
kurang tepat, penggunaan sarana kurang tepat dan lain sebagainya.
Indikator keselanmmatan pasien (IPS) bermanfaat untuk mrengidentifikasi area-area
pelayanan yang memperlukan pengamatan dan perbaikan lebih lanjut, misalnya untuk
menunjukkan:
1. Adanya penurunan pelayanan dari waktu ke waktu.
2. Bahwa suatu area pelayanan ternyata tidak memenuhi standart klinik atau terapi
sebagai mana diharapkan .
104
3. Tingginya variasi antar rumah sakit dan antar pemberi pelayanan .
4. Ketidaksepadanan unit pelayanan kesehatan (misalnya, pemerintah dengan swasta
atau urban dengan rural).
A. Angka Kejadian Dekubitus
Luka tekan (presure ulcer) atau dekubitus merupakan masalah serius yang sering
terjadi pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, cedera
tulang belakang atau penyakit degeneratif. Adanya dekubitus yang tidak ditangani dengan
baik dapat mengakibatkan masa perawatan pasien menjadi panjang dan peningkatan biaya
rumah sakit.Oleh karena itu, perawat perlu memahami secara komprehensif tentang
dekubitus agar dapat memberikan pencegahan dan intervensi keperawatan yang tepat
untuk pasien yang beresiko.
1. Fisiologi dekubitus
Dekubitus adalah kerusakan jaringan yang terlokalisir yang disebabkan karena
adanya kompresi jaringan yang lunak di atas tulang yang menonjol (bony
prominence) dan adanya tekanan dari luar dalam waktu jangka yang lama. Kompresi
jaringan akan menyebabkan gangguan pada suplai darah pada daerah yang tertekan.
Area yang paling sering terjadi dekubitus adalah yang sering mengalami tekanan
yaitu:
a. Pada posisi terlentang yaitu : daerah belakang, sakrum dan tumit.
b. Pada posisi duduk yaitu : daerah ischium.
c. Posisi lateral yaitu : pada daerah trochanter (trocanter).
2. Faktor resiko
Faktor-faktor resiko untuk terjadinya dekubitus.Ada dua hal utama yang
berhubungan dengan resiko terjadinya dekubitus, yaitu faktor tekanan dan toleransi
jaringan.Faktor yang mempengaruhi durasi dan intensitas tekanan di atas tulang yang
menonjol adalah imobilisasi, inakitifitas dan penurunan sensori persepsi.Sementara
itu, faktor yang mempengaruhi toleransi jaringan dibedakan menjadi dua yaitu faktor
ekstrinsik dan faktor instrinsik.Dibawah ini adalah penjelasan dari masig-masing
faktor dari penjelasan di atas adalah.
a. Mobilitas dan aktivitas
b. Penurunan sensori persepsi
105
c. Kelembapan
d. Tenaga yang merobek
e. Pergesekan
f. Nutrisi
g. Usia
h. Tekanan arteriolar yang rendah
i. Stres emosional
j. Merokok
k. Temperatur kulit
3. Stadium dekubitus
a. Stadium 1, tanda yang muncul adalah berdasarkan perubahan temperatur kulit
(lebih dingin/lebih hangat), perubahan konsistensi jaringan (lebih keras/lunak),
perubahan sensasi (gatal/nyeri).
b. Stadium 2, hilangnya sebagian lapisan kuli yaitu epidermis, dermis, atau keduanya
cirinya adalah lukanya superfisial, abrasi, melepuh, atau membentuk lubang yang
dangkal.
c. Stadium 3, hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau
nekrosis jaringan subkutan atau lebih dalam. Luka terlihat seperti lubang yang
dalam.
d. Stadium 4, hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan yang luas,
nekrosis jaringan, kerusakan pada otot, tulang atau tendon.
4. Pencegahan dan intervensi awal pasien dengan dekubitus
a. Kaji resiko individu terhadap kejadian dekubitus
b. Kaji faktor resiko pada saat pasien masuk ru ah sakit dan diulang dengan pola
yang teratur atau ketika ada perubahan yang signifikan pada pasien seperti pada
pembedahan.
c. Indentifikasi kelompok yang berisiko tinggi terhadap kejadian dekubitus.
d. Kaji keadaan kulit secara teratur setidaknya sehari satu kali kaji semua daerah
diatas tulang yang menonjol setidaknya sehari sekali.
e. Kaji setatus mobilitas untuk pasien yang lemah, lakukan perubahan posisi, ketika
menggunakan posisi lateral, hindari tekanan secara langsung pada daerah
trokanter.
106
f. Minimalkan terjadinya tekanan. Hindari menggunakan kasa yang berbentuk donat
di tumit, perawat di rumah sakit di indonesia masih sering menggunakan donat
yang dibuat dari kasa untuk mencegah dekubitus
g. Kaji dan minimalkan pergesekan dan tenaga yang merobe. Kulit yang lembap
mengakibatkan mudahnya terjadinya pergeseran dan perobekan jaringan.
h. Kajilah incontinensia. Kelembapan yang disebabpkan oleh incontensia dapat
menyebapkan meserasi.
i. Kaji setatus nutrisi. Pasien yang dekubitus biasanya memiliki serum albumin dan
hemoglobin yang rendah bila dibandingkan dengan mereka yang tidak terkena
dekubitus
j. Kajilah faktor yang menunda setatus penyembuhan. Penyembuhan luka sering kali
gagal karena adanya kondisi seperti malignans, diabetes, gagal jantung, gagal
ginjal, pnemonia.
k. Evaluasi penyembuhan luka. Dekubitus stadium 2 seharusnya menunjukan
penyembuhan luka dalam waktu 1- 2 minggu. Pengecilan luka setelah 2 minggu
juga dapat digunakan untuk mempredeksi penyembuhan luka bila kondisi luka
memburuk atau terjadi deterioasi pada luka, evaluasilah luka cepat mungkin.
107
Terbatas diikursi 2
Terbatas ditempat tidur 1
Mobilitas Penuh 4
Agak terbatas 3
Sangat terbatas 2
Tidak/sulit bergerak 1
Inkontinensia Tidak ngompol 4
Kadang kadang 3
Biasanya urine 2
Kencing dan kotoran 1
Total
Interpretasi :
Nilai maksimum 20
Nilai minimum 5
Pasien yang berisiko dekubetus jika nilai kurang 14.
B. Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial (INOS),adalah infeksi yang di dapat atau timbul pada waktu
pasien di rawat di rumah sakit. Rumah sakit merupakan tempat orang sakit di rawat dan di
tempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Di tempat ini pasien mendapatkan terapi dan
perawatan agar mendapatkan kesembuhan akan tetapi,rumah sakit dapat juga merupakan
depot bagi berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung
yang bersetatus pembawa (carier) mulai tahun 2001, dep kes Ri telah memasukkan
pengendalian infeksi nosokomial sebagai salah satu tolak ukur akreditasi rumah sakit.
Salah satu upayannya adalah penerapan universal precaution (perlindungan diri).
Akan tetapi peningkatan kejadian infeksi nosokomial tetap terjadi angka kejadian infeksi
nosokomial yang tinggi juga terjadi pada negara maju misalnya,di amerika serikat terjadi
20 ribu kematian setiap tahun akibat infeksi nosokomial,di seluruh dunia,10% pasien
rawat inap di rumah sakit mengalami infeksi yang baru selama di rawat atau sebesar 1,4
juta infeksi setiap tahun . di indonesia penelitian yang di lakukan di 11 rumah sakit
menunjukkan bahwa 9,8%pasien rawat inap mendapat infekdi yang baru selama di rawat.
Sebesar 0,0% hingga 12,06% dengan rata-rata keseluruhan 4,26%. Untuk lama
108
keperawatan berkisar 43-112 hari, dengan rata-rata keseluruhan 6,7 hari infeksi
nosokomial dapat menyebabkan pasien di rawat lebih lama sehingga dapat mengeluarkan
biaya lebih banyak. Kejadian infeksi nosokomial dapat berakibat kematian apabila tidak
mendapat penanganan yang tepat. Menurut dewan penasihat aliansi dunia untuk
keselamatan pasien,infeksi nosokomial menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di
seluruh dunia. Studi yang di lakukan WHO di 55 rumah sakit di 14 negara di seluruh
dunia juga menunjukkan bahwa 8,7% pasien rumah sakit menderita infeksi selama
menjalani perawatan di rumah sakit. sementara di negara berkembang di perkirakan lebih
dari 40% pasien di rumah sakit terserang infeksi nosokomial.
Universal precaution merupakan upaya pencegahan infeksi yang mengalami
perjalanan panjang,di mulai sejak di kenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi
ancaman bagi petugas kesehatan dan pasien (Depkes,2011) unsur universal precaution
meliputi cuci tangan,alat pelindung yang sesuai,pengelolaan alat tajam(di sediakan tempat
khusus untuk membuang jarum suntik, bekas botol ampul dan sebagainnya),
dekontaminasi,sterilisasi,disinfeksi dan penolan limbah.
Tenaga kesehatan bertanggung jawab dalam menggunakan sarana yang di sediakan
dengan baik dan benar serta memelihara sarana agar selalu siap di pakai dan dapat di
pakai selama mungkin (Kemenkes,2011). Perawat adalah tenaga profesional yang
perannya tidak dapat di kesampingkan dari garis terdepan pelayanan rumah sakit.
a. Konsep infeksi nosokomial
Infeksi adalah adannya organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang di sertai suatu
gejala klinis baik lokal maupun sistemis seorang pasien yang mengalami infeksi
nosokomial baru akan menunjukkan gejala infeksi setelah 24 jam di rumah sakit.
b. Faktor penyebab infeksi nosokomial
Pasien akan terpapar berbagai macam mikro organisme selama di rawat di rumah
sakit kemungkinan terjadi infeksi tergantung pada karakteristik mikro
organisme,resistensi terhadap zat anti biotik tingkat virulensi dan banyak nya materi
infeksius. Agen,bakteri,virus,parasit dan jamur.
109
jumlah pasien yang terkena KTD dalam pemberian obat
⨯ 100%
jumlah pasien pada hari tersebut
2. KNC dalam pemberian obat :
a. Salah pasien,
b. Salah nama, tidak sesuai dengan medical record
c. Salah waktu
Terlambat pemberian obat (30 menit setelah jadwal)
Terlalu cepat(30 menit sebelum jadwal)
Obat stop tetap dilanjutkan
d. Salah cara (rute); oral, IV, IM, SC,Supp, drip
e. Salah dosis; dosis yang diberikan menjadi berlebih atau kurang dari yang diresepkan
dokter
f. Salah obat; obat yang diberikan tidak sesuai dengan resep dokter
g. Salah dokumentasi
h. Dokumentasi tidak sesuai dengan yang dilaksanakan
Pasien dikategorikan resiko jatuh pasien apabila mempunyai satu atau lebih factor
beresiko jatuh pada saat pengkajian:
110
e. Call bell
f. Penggunaan alat bantu
g. Lama dirawat
Morcel fall scale (MFS) adalah metode yamg cepat dan sederhana untuk menilai
kemungkinan pasien jatuh. Sebagai besar perawat (82,9%) menilai sala ini cepat dan
mudah digunakan, dan 54% memperkirakan bahwa dibutuhkan kurang dari tiga
menit untuk menilai seorang pasien. MFS terdiri atas senam variabel yang cepat dan
mudah untuk penilaian, serta telah terbukti realibel dan memiliki validitas prediktif.
111
Angka kejadian cedera akibat pengekang (restraint) dapat diketahui dari formula
sebagai berikut:
1. Pengalaman lampau
Pengalaman sebelumnya dapat dicegah mengubah sensasi pasien terhadap nyeri
2. Lingkungan
3. Usia
4. Kebudayaan
5. Kepercayaan
6. Kecemasan dan stress
F. KECEMASAN
Kecemasan adalah reaksi pertama yang mundul atau dirasakan oleh pasien dan
keluarganya disaat pasien harus dirawat mendadak atau tanpa terencana begitu mulai
masuk rumah sakit. Kecemasan akan terus menyertai pasien dan keluarganya dalam setiap
tindakan perawatan terhadap penyakit yang diderita pasien.
1. Teori psikoanalisis
kecemasan merupakan konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian
yaitu id dan super ego.
112
2. Teori interpersonal
Kecemasan terajdi dari ketakutan dan penolakan interpersonal.Hal inin digunakan
dengan trauma pada masa pertumbuhan seperti kehingan atas perpisahan yang
menyebabkan seseorang tidak berdaya.
3. Teori perilaku
Kecemasan ini adalah hasil frustasi segala sesuatu yag mengganggu kemampuan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan para ahli perilaku mengatasi menganggap kecemasan
merupakan suatu dorongan yang menmpelajari berdasarkan keinginan untuk menghindari
kehilangan
4. Teori keluarga
Gangguan kecemasan dapat terjadi dan timbul secara nyata dalam keluarga biasanya
tumpang tindih antara gangguan cemas dan depresi
5. Teori biologi
Teori biologi menunjukan bahwa otak mengandung reseptor spesifik untuk
benzodiasepin
G. KEPUASAN PASIEN
1. Pengukuran dan analisis kepuasan
Survei kepuasan harus mempertimbangkan aspek apa saja yang dinilai pasien. Ada
beberapa aspek yang harus di ukur, antara lain atribut harapan pasien dan jasa layanan
kesehatan seperti : kompetensi klinik, empati, kesedihan menjawab keluhan,
responsif, keselamatan , perawatan, komunikasi, dan lain-lain
2. Teknik pengukuran
Beberapa teknik pengukuran ialah teknik rating, pengkuran kesenjanngan, dan indeks
kepuasan.
a. Teknik rating
Teknik ini menggunakan directly reported satisfaction, simple rating,
b. Teknik pengukuran langsung
Teknik ini menggunakan pengukuran langsung menyakan pasien atau pasien
tentang kepuasaan terhadap atribut.Teknik ini mengukur secara objektif dan
subjektif. Objektif bila stimuli sifatnya intangible dan sukit ditentukan,.Sehingga
lebih dikenal sebagai pengukuran persepsi.Instrumen ini meminta individu menilai
1) derajat kesukaan 2) pesetujuan 3) penilain 4) tingkat kepuasan yang dapat
113
dinyatakkan dalam teknik skala.Dalam penetapan banyaknya skla genap bisa 1
sampai 4,6,8 atau 10. Dalam hasil dengan skala dapat ditentukan atas nilai rerata
dan simpangan bahwanya dominan bila kurang dari nilai rerata.Prosedur metode
untuk skala directly reportesd statisfaction malalui langkah awal pertama, yaitu
tentukan sakala standart.
c. Metode berpasangan
Metode berpasangan menyediakan beberapa objek yang harus dimulai kemudian
individu tersebut disuruh memilih pasangannya.
H. KENYAMANAN
Fenomena nyeri timbul kaena adanya kema,puan sistem saraf untuk mengatasi
berbagai stimulus mekanis, kemia, ternal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan
ke sistem saraf pusat. Nyeri merupakan suatu mekanisme protektif yang tubuh yang akan
muncul bila jaringan tubuh rusak. Sehingga individu akan berbeda atau berespon untuk
menghilangkan mengurangi rangsangan nyeri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
114
115