Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BRONKOPNEUMONIA DENGAN

MASALAH KEPERAWATAN OKSIGENASI DI RUANG FLAMBOYAN LANTAI


2 DI RSUD Dr. R. SOEDJATI SOEMODIARDJO
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Stase Keperawatan Dasar Profesi

Disusun Oleh :
1. Aprilia Ika Pratiwi (SN221015)
2. Dodi Rahmat Hidayat (SN221038)
3. Indah Muarifah (SN221072)
4. Nis Septri Kumalasari (SN221117)
5. Sara Avela Astia Purwa (SN221146)
6. Septiana Widyasari (SN221149)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang
tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Menurut
Henderson teori keperawatan mencakup seluruh kebutuhan dasar seorang manusia.
Henderson mendefenisikan keperawatan bertugas untuk membantu individu yang
sakit dan yang sehat dalam melaksanakan aktivitas yang memiliki kontribusi
terhadap kesehatan dan penyembuhannya, kemampuan individu untuk
mengerjakan sesuatu tanpa bantuan bila seseorang memiliki kekuatan, kemauan,
dan pengetahuan yang dibutuhkan. Kebutuhan dasar manusia menurut Henderson
sering disebut dengan 14 kebutuhan dasar Henderson, yang memberikan kerangka
kerja dalam melakukan asuhan keperawatan. Salah satu kebutuhan dasar yang
diungkapkan oleh Henderson adalah kebutuhan kenyamanan yaitu tentang rasa
nyaman, terlindung dari ancaman psikologis, bebas dari rasa sakit terutama nyeri
(Purwanto dalam Karendehi, 2015).
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh.
Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan
setiap kali bernapas. (Wartonah Tarwanto, 2006. Dalam pelaksanannya
pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan tugas perawat tersendiri, oleh
karena itu setiap perawat harus paham dengan manisfestasi tingkat pemenuhan
oksigen pada klienya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan
pemenuhan kebutuhan tesebut. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan
kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh. Kebutuhan oksigen
akan mengalami gangguan bila salah satu organ sistem respirasi terganggu.
Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam
pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran
pernapasan diantaranya karena ada massa oleh karena pertumbuhan jaringan
yang tidak normal seperti tumor. Pada kondisi ini, individu merasakan
pentingnya oksigen (Kusnanto, 2016).
Dispnea adalah salah satu gejala yang sering ditemukan pada pasien yang
menderita penyakit yang berhubungan dengan sistem pernafasan dan
kardiovaskuler. Dispnea merupakan kondisi yang membutuhkan usaha lebih
untuk bernafas yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi respirasi
pernafasan >24 kali pada orang dewasa dalam satu menit, ditandai nafas
yang pendek dan adanya penggunaan otot-otot pernafasan, Fungsi pernafasan
menjamin tersedianya O₂ untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh serta
mengeluarkan CO₂ hasil metabolisme secara terus-menerus. Kemosreseptor
pada arteri karotid dan aorta sensitif terhadap hipoksemia atau kadar O₂
arteri yang rendah. Kadar oksigen arteri turun, reseptor ini memberi 5 tanda
pada otak untuk meningkatkan frekuensi dan kedalaman ventilasi (Price &
Wilson, 2016).

b. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan gangguan kebutuhan oksigenasi pada
pasien bronkopeneumonia di ruang Flamboyan lantai 2 di RSUD Dr. R.
Soedjati Soemodiardjo.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan gangguan kebutuhan kenyamanan
oksigenasi pada pasien bronkopeneumonia di ruang Flamboyan lantai 2 di
RSUD Dr. R. Soedjati Soemodiardjo.
b. Melakukan diagnosa keperawatan gangguan kebutuhan kenyamanan
oksigenasi pada pasien bronkopeneumonia di ruang Flamboyan lantai 2 di
RSUD Dr. R. Soedjati Soemodiardjo.
c. Melakukan penyusunan keperawatan gangguan kebutuhan kenyamanan
oksigenasi pada pasien bronkopeneumonia di ruang Flamboyan lantai 2 di
RSUD Dr. R. Soedjati Soemodiardjo.
d. Melakukan tindakan keperawatan gangguan kebutuhan kenyamanan
oksigenasi pada pasien bronkopeneumonia di ruang Flamboyan lantai 2 di
RSUD Dr. R. Soedjati Soemodiardjo.
e. Melakukan evaluasi keperawatan gangguan kebutuhan kenyamanan
oksigenasi pada pasien bronkopeneumonia di ruang Flamboyan lantai 2 di
RSUD Dr. R. Soedjati Soemodiardjo.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi oksigenasi
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem
(kimia atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak
berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai
hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi
penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan
memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel. (Wahit
iqbal Mubarak, 2018).
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme untukmempertahankan kelangsungan hidup seluruh
sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup
O2 ruangan setiap kali bernapas (Wartonah Tarwanto, 2017).
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia, dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolism
sel tubuh. Kekurangan oksigan bisa menyebabkan hal yangat berartibagi
tubu, salah satunya adalah kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu
dilakukan untuk mejamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar
terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanannya pemenuhan kebutuhan
oksigen merupakan garapan perawat tersendiri, oleh karena itu setiap
perawat harus paham dengan manisfestasi tingkat pemenuhan oksigen
pada klienya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait
dengan pemenuhan kebutuhan tesebut.
2. Anatomi dan Fisiologi pernafasan
Stuktur Sistem Pernafasan
1. Sistem pernafasan atas
Sistem pernafasan atas terdiri atas mulut, hidung, faring, dan
laring. Hidung, Pada hidung udara yang masuk akan mengalami
penyaringan, humidifikasi, dan penghangatan Faring. Faring
merupakan saluran yang terbagi dua untuk udara dan makanan.
Faring terdiri atas nasofaring dan orofaring yang kaya akan
jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan dan
menghancurkan kuman pathogen yang masuk bersama udara.
Laring, Laring merupakan struktur yang merupai tulang rawan
yang bisa disebut jakun. Selain berperan sebagai penghasil suara,
laring juga berfungsi mempertahankan kepatenan dan melindungi
jalan nafas bawah dari air dan makanan yang masuk.
2. Sistem pernafasan bawah
Sistem pernafasaan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru yang
dilengkapi dengan bronkus, bronkiolus, alveolus, jaringan kapiler
paru dan pleura. Trakea. Trakea merupakan pipa membran yang
dikosongkan oleh cincin kartilago yang menghubungkan laring dan
bronkus utama kanan dan kiri Paru. Paru-paru ada dua buah teletak
di sebelah kanan dan kiri. Masing-masing paru terdiri atas
beberapa lobus (paru kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus) dan
dipasok oleh satu bronkus. Jaringan-jaringn paru sendiri terdiri atas
serangkain jalan nafas yang bercabang-cabang, yaitu alveoulus,
pembuluh darah paru, dan jaringan ikat elastic. Permukaan luar
paru-paru dilapisi oleh dua lapis pelindung yang disebut pleura.
Pleura pariental membatasi toralk dan permukaan diafragma,
sedangkan pleura visceral membatasi permukaan luar paru.
Diantara kedua lapisan tersebut terdapat cairan pleura yang
berfungsi sebagai pelumas guna mencegah gerakan friksi selama
bernafas.
Berdasarkan tempatnya proses pernafasan terbagi menjadi dua dua yaitu:
a. Pernafasan Eksternal
Pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada
keseluruhan proses pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan
eksternal dan sel tubuh. Secara umum proses ini berlangsung dalam
tiga langakh, yakni:
1. Ventilasi pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses
ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan
eksternal dan alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh
beberapa factor, yaitu jalan napas yang bersih, system saraf pusat
dan system pernapasan yang utuh, rongga toraks yang mampu
mengembang dan berkontraksi dengan baik, serta komplians paru
yang adekuat.
2. Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen masuk alveolar, proses proses pernapasan
berikutnya adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah
pulmoner. Difusi adalah pergerakan molekul dari area
berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau
bertekanan rendah. Proses ini berlangsung di alveolus dan
membran kapiler, dan dipengaruhi oleh ketebalan membran serta
perbedaan tekanan gas.
3. Transpor oksigen dan karbon dioksida
Tahap ke tiga pada proses pernapasan adalah tranpor gas-gas
pernapasan. Pada proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju
jaringan dan karbon dioksida diangkut dari jaringan kembali
menuju paru.
b. Pernafasan Internal
Pernapasan internal (pernapasan jaringan) mengaju pada proses
metabolisme intra sel yang berlangsung dalam mitokondria, yang
menggunakan oksigen dan menghasilkan CO2 selama proses
penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses ini darah yang banyak
mengandung oksigen dibawa ke seluruh tubuh hingga mencapai
kapiler sistemik. Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara
kapiler sistemik dan sel jaringan. Seperti di kapiler paru, pertukaran ini
juga melalui proses difusi pasif mengikuti penurunan gradien tekanan
parsial
3. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan
oksigenasi menurut Herdman (2015), yaitu hiperventilasi, hipoventilasi,
deformitas tulangdan dinding dada, nyeri, cemas, penurunan energi/
kelelahan,kerusakan neuromuskular, kerusakan muskoloskeletal, kerusakan
kognitif atau persepsi, obesitas, posisi tubuh,imaturitas neurologis, kelelahan
otot pernafasan, dan adanya perubahan membrane kapiler alveoli.
Menurut Asmadi (2012):
a. Faktor Fisiologi
1) Menurunnya kemampuan mengikatO 2 seperti pada anemia
2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada Obstruksi
saluran pernafasan bagian atas
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan
terganggunya oksigen(O2)
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam luka, dll
5) kondisi yang mempengaruhi pergerakkan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskulur sekeletal yang abnormal, penyakit
kronis seperti TBC paru.
b. Faktor Perilaku
1) Nutrisi, misalnya gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat
oksigen
berkurang.
2) Exercise, exercise akan meningkatkan kebutuhan Oksigen.
3) Merokok, nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer
dan koroner.
4) Alkohol dan obat-obatan menyebankan intake nutrisi /Fe
mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi
pusat pernafasan.
5) kecemasan ; menyebabkan metabolisme meningkat.
4. Patofisiologi dan Pathway
a. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi difusi &
transportasi proses ventilasi. Apabila proses ini terdapat obstruksi maka
oksigen tidak dapat tersalur degan baik dan sumbatan tersebut akan
direspon jalan napas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran
mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang
terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain
kerusakan pada proses ventilasi difusi maka kerusakan pada transportasi
seperti perubahan volume, sekuncup, asfterload, preload,dan
kontraktilitas, miokard juga dapat mempengaruhipertukaran gas.
(williams, 2010).
b. Pathway
Faktor lingkungan (udara, bakteri, virus, jamur)
Masuk saluran saluran nafas atas

Terjadi infeksi dari proses peradangan

Hipersekresi kelenjar mukosa Kontraksi otot-otot polos


Saluran pernapasan

Akumulasi sekret berlebih Penyempitan saluran nafas

Sekret mengental di jalan nafas keletihan otot pernapasan

Gangguan penerimaan O2 obstruksi jalan nafas Dispnea


& Pengeluaran CO2

ketidakseimbangan ventilasi Batuk yang tidak efektif Gas darah arteri


dan perfusi abnormal
penurunan bunyi nafas
Dispnea Sputum dalam jumlah berlebih Hiperkapnia
Fase Ekspirasi memanjang Perubahan pola napas Hipoksemia
Ortopnea Suara napas tambahan Konfusi
(ronchi, wheezing,crackles)
Penurunan kapasitas paru Nafas cuping hidung

Pola nafas abnormal Bersihan Jalan Napas tidak efektif

Pola
napa
s
abno
rmal
Takipnea

Sianosis
Hiperventilasi

Pola
Napas
tidak
efektif
Pernafasan sukar
Gangguan pertukaran gas
1. Manifestasi klinik
a. Gangguan pertukaran gas :
1)
Dispnea
2)
PCO2 meningkat atau menurun
3)
PO2 menurun
4)
Takikardi
5)
pH arteri meningkat/menurun
6)
Bunyi napas tambahan
b. Bersihan jalan napas tidak efektif
1)
Batuk tidak efektif atau tidak mampu batuk
2)
Sputum berlebih atau obstruksi di jalan napas atau mekonium jalan
napas(pada neonatus)
3)
Mengi, wheezing, dan atau ronkhi kering.
c. Pola nafas tidak efektif
1)
Dispnea
2)
Penggunaan otot bantu pernapasan
3)
Fase ekspirasi memanjang
4)
Pola napas abnormal (mis takipnea, bradipnea, hiperventilasi,
kussmaul, chyene stokes)
(SDKI, 2016)Faktor Yang Mempengaruhi
a. Patologi
1. Penyakit pernafasan menahun (TBC, Asma, Bronkhitis)
2. Infeksi, Fibrosis kritik, influensa
3. Penyakit sistem syaraf (sindrom guillain barre, sklerosis, multipel
miastania gravis)
4. Depresi SSP/ Trauma kepala
5. Cedera serebrovaskuler (stroke)
b. Maturasional
1)
Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
Bayi dan taddler, adanya resiko infeksi saluran pernafasa dan merokok
2)
Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernafasan dan
merokoK
3)
Dewasa muda dan pertengahan. Diet yang tidak sehat, kurang aktifitas
stress
yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-parU
4)
Dewasa tua, adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arterios klerosis, elastisitasi menurun, ekspansi pann menurun.
Situasional (Personal, Lingkungan)
5)
Berhubungan dengan mobilitas sekunder akibat: pembedahan atau
trauma nyeri, ketakutan, ancietas, keletihan
6)
Berhubungan dengan kelembapan yang sangat tinggi atau kelembaban
rendah
c. Batasan Karakteristik
a.Mayor
1. Perubahan frekuensi pernafasan atau pola pernafasan (dari biasanya)
2. Perubahan nadi (frekuensi, Irama dan kualitas)
3. Dispnea pada usahan napas
4. Tidak mampu mengeluarkan sekret dijalan napas
5. Peningkatan laju metabolik
6. Batuk tak efektif atau tidak ada batuk
Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa Definisi Penyebab Gejala & Tanda Mayor Gejala& Tanda Minor
Keperaw
atan
Ganggua Kelebihan 1.Ketidakseimb DS : DO DS DO
n atau angan ventilasi Dispnea 1. PCO2 1. 1. Sianosis
pertukara kekuranga perfusi meningkat/ Penglihat 2. Diaforesis
n gas n 2. Perubahan menurun an Kabur 3. Gelisah
b.d oksigenasi membran 2. PO2 2. Pusing 4. Napas
ketidakse dan atau alveolus menurun cuping
imba eliminasi kapiler 3. Takikardi hidung
ngan karbondio 4. pH arteri 5. Pola napas
ventilasi ksi meningkat/ abnormal
perfusi da pada menurun (cepat/lamba
membran 5. bunyi t,
alveolus napas regular,/ireg
kapiler tambahan ular,
dalam/dangk
al)
Bersihan Ketidakm Fisiologis Tidak 1. 1. Dipsnea 1. Gelisah
jalan ampuan 1. Spasme jalan tersedia 1. batuk tidak 2. Sulit 2. Sianosis
napas nembersih napas efektif atau bicara 3. Bunyi napas
tidak ka 2. Hipersekresi tidak mampu 3. Ortopnea menurun
efektif n sekret jalan napas batuk 4. Frekuensi
b.d atau 3. Disfungsi 2. Sputum napas berubah
Respon obstruksi neuromuskular berlebih/obstru 5. Pola napas
alergi jalan 4. Benda asing ksi di jalan berubah
napas dalam jalan napas/
untuk napas mekonium di
memperta 5. Adanya jalan jalan napas(
han napas buatan pada neonatus)
kan jalan 6. Sekresi yang 3. Mengi,
napas tertahan wheezing, dan
tetap 7. Hiperplasia atau ronkhi
paten dinding jalan kering
napas
8. Proses infeksi
9. Respon alergi
10.Efek agen
farmakologis
Situasional
1. Merokok
aktif
2. Merokok
pasif
3. Terpajan
Polutan
Pola Inspirasi 1. Depresi pusat Dispnea 1.Penggunaan Ortopnea 1.Pernapasan
napas dan pernapasan otot bantu pursed-lip
tidak atau 2. Hambatan pernapasan 2. Pernapasan
efektif ekspirasi upaya napas 2.Fase cuping
b/d yang tidak 3. Deformitas ekspirasi hidung
Hambata memberik dinding dada 4. memanjang 3. Diameter
n upaya an Deformitas 3.Pola napas thoraks
napas ventilasi tulang dada abnormal anterior
adekuat 5. Gangguan (mis posterior
neuromuskular takipnea, meningkat
6. Gangguan bradipnea, 4. Ventilasi
neurologis hiperventilas semenit
7. Imaturitas i, kussmaul, menurun
neurologis cheyne 5. Kapasitas
8. Penurunan stokes) vital
energi menurun
9. Obesitas 6. Tekanan
10. Posisi tubuh ekspirasi
yang menurun
menghambat 7. Tekanan
ekspansi paru inspirasi
11. Sindrom menurun
hipoventilasi 8. Erkursi dada
12. Kerusakan berubah
inervasi
diafragma
13. Cedera pada
medula spinalis
14. Efek agen
farmakologis
15. Kecemasan
Intervensi Keperawatan
No. Dx Tujuan dan kriteria Intervensi
hasil
1. bersihan Bersihan jalan napas Manajemmen jalan
jalan napas (L01001) napas (I.101011)
tidak efektif -batuk efektif -monitor pola napas
-produksi sputum -berikan minum hangat
-mengi -ajarkan batuk efektif
-wheezing -kolaborasikan dengan
Mekonium pemberian bronkodilator
2. gangguan Pertukaran gas Terapi oksigen
pertukaran (L.01003) (I.101026)
gas -dipsnea -monitor kecepatan
-bunyi napas aliran oksigen
tambahan -pertahankan kepatenan
-pola napas jaan napas
-takikardia -ajarkan keluarga dan
pasien menggunakan
oksigen di rumah
-kolaborasikan
pemberian dosis oksigen
3. pola napas Pola napas membaik Pemantauan respirasi
tidak efektif (L1004) (I.01014)
-kapasitas vital -monitor frekuensi irama
-dipsnea dan kedalaman napas
-penggunaan otot -berikan terapi non
bantu napas farmakologi
-frekuensi napas -auskultasi bunyi napas
-pernapasancuping -informasi hasil
hidung pernapasan
Evaluasi
a.Gangguan Pertukaran Gas
S : Pasien mengatakan sesak napas berkurang
O: Pasien tampak lebih lega, bunyi napas tambahan tidak terdengar,
pernapasan cuping hidung tidak terdengar
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

b. Bersihan jalan napas tidak efektif


S : Pasien mengatakan sesak napas dan batuk sudah berkurang
O: Pasien tampak bisa mengeluarkan sputum, tidak terdengar
suara mengi
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
c.Pola napas tidak efektif
S : Pasien mengatakan frekuensi napas kembali normal
O: Pasien tampak tidak menggunakan otot bantu napas, tidak tampak
pernapasan cuping hidung, dan kedalaman napas pasien tampak
normal
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

Tanggal/Jam MRS : 07 november 2022 pukul 08.40 WIB


Tanggal/Jam Pengkajian : 07 november 2022 pukul 10.15 WIB
Metode Pengkajian : Autoanamnesa dan Alloanamnesa
Diagnosa Medis : Bronkopneumonia
No.Registrasi : 0057234xxxx

A. PENGKAJIAN
I. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama Klien : Tn.K
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Dalingan 4/4 tawangharjo
Umur : 63 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : Tidak sekolah
Pekerjaan : Tani
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama Klien : Ny.S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 60 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
Alamat : Dalingan 4/4 tawangharjo
Hubungan dengan klien : Istri
II. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan sesak napas

2. Riwayat penyakit sekarang


Keluarga pasien mengatakan 1 hari sebelum dibawa kerumah sakit pasien
mengeluhkan sesak napas dan juga mual muntah, lalu pasien dibawa ke IGD
pada jam 08.48 wib, pasien datang kerumah sakit dengan keluhan sesak
napas, mual dan muntah

3. Riwayat penyakit dahulu


Pasien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit.

4. Riwayat penyakit keluarga


Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit
menurun seperti DM, Hiprtensi, ataupun asma dan tidak ada yang
mempunyai penyakit menular seperti HIV

Genogram :

Tn.K

Keterangan:
vh : Laki laki : Tinggal 1 rumah
: Perempuan : Pasien
: Meninggal
III. PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR HENDERSON
1. Oksigenasi
Sesak Nafas : Tidak ( )
Ya ( √ )
Frekuensi : Konstan / Intermitten RR: 3
0x/menit
Kapan Terjadi :malam hari
Kemungkinan faktor pencetus :cuaca
Faktor yang memperberat : posisi tidur terlentang
Faktor yang meringankan :minum air putih hangat
Batuk : Ya
Sputum : Tidak ada, warna : -
Nyeri Dada : Tidak ada
Hal yang dilakukan untuk meringankan nyeri dada : -

Riwayat : Asma ( - )
penyakit TB ( - )
Batuk Darah ( - )
Chest Surgery / Trauma Dada ( - )
Paparan dengan penderita TB ( - )
Riwayat merokok : Pasif

2. Nutrisi
Frekuensi Makan : 3x1 hari, porsi 1 piring habi
s
BB / TB :

BB dlm 1 bulan : Tetap ( ya )


terakhir Meningkat ( - ) kg, alasan :-
Menurun ( - ) kg,
alasan :-
Jenis Makanan : Nasi,lauk,sayur,air putih

Makanan yang disukai : Sayur bayam, daging

Makanan pantang : Makanan manis

Alergi : Tidak ada

Nafsu makan : Baik ( √ )

Kurang ( - ), alasan :

Masalah pencernaan : Mual (√ )

Muntah ( √ )

Kesulitan menelan ( - )

Sariawan ( - )

Riwayat operasi / : Tidak ada


trauma GI

Diit RS :
Habis ( - )

½ porsi ( - )

¾ porsi ( - )

Tidak habis ( - ), alasan :

Kebutuhan pemenuhan ADL makan : mandiri


3. Cairan, elektrolit, dan asam basa
Frekuensi : 7-8 gelas/hari Kosumsi air/hari : 3 lt/hr
minum
Turgor Kulit : Tugor kulit men
urun
Support IV line : Tidak ada Jenis :-
Dosis : Tidak ada

4. Eliminasi bowel
Frekuensi : 1x sehari Penggunaan obat pencahar : tidak ada

Waktu : Pagi
Warna : Coklat kekuni Darah :tidak Konsistensi: lunak berben
ngan tuk
Gangguan eliminasi bowel : tidak ada gangguan Konstipasi (-)
eliminasi Diare (-)
Inkontinensia ( - )
bowel
Kebutuhan pemenuhan ADL Bowel :mandiri

5. Emilinasi Bladder
Frekuensi : 5-7 x Penggunaan pencahar : tidak
Warna : kuning Darah : tidak
Gangguan eliminasi : Nyeri saat BAK ( - )
bowel
Burning sensation ( - )
Bladder terasa penuh stl BAK ( - )
Riwayat dahulu : Penyakit Ginjal ( - )
Batu ginjal (- )
Injuri / trauma ( - )
Penggunaan kateter : Tidak
Kebutuhan pemenuuhan ADL bladder : mandiri

6. Aktivitas dan latihan


Pekerjaan : Petani
Olahaga rutin : Jalan pagi
Alat bantu : Walker (- )
Kruk ( - )
Kursi roda (- )
Tongkat ( - )
Terapi : Traksi ( - ), di :
Gips ( - ), di :
Kemampuan melakukan ROM : Aktif
Kemampuan ambulasi : mandiri

7. Tidur dan istirahat


Lama tidur : 4-6 jam
Tidur Siang : Ya
Kesulitan tidur di RS : Ya
Alasan : Karena batuk, sesak napas jadi sering terba
ngun
Kesulitan tidur : Menjelang tidur (√ )
Mudah / sering terbangun (√ )
Merasa tidak segar saat bangun ( √ )

8. Kenyamanan dan nyeri


Nyeri : Tidak
Paliatif / Provokatif : -
Quality : -
Region : -
Severity : -
Time : -
Ambulasi di tempat tidur : mandiri / tergantung / dengan bantuan

9. Sensori persepsi dan kognitif


Gangguan penglihatan : Tidak
Gangguan pendengaran : Tidak
Gangguan penciuman : Tidak
Gangguan sensasi taktil : Tidak
Gangguan pengecapan : Tidak
Riwayat penyakit : Eye surgery ( -)
Otitis media (- )
Luka sulit sembuh (- )
Persepsi klien terhadap penyakitnya :
Klien mengatakan bahwa penyakit pada dirinya sudah digariskan ol
eh Allah SWT

Respon klien mencari solusi untuk masalah kesehatannya :


Klien mengatakan jika tidak enak badan melakukan pemeriksaan di
klinik

10. Komunikasi
Hubungan klien dengan keluarga dan sekitarnya :
Klien mengatakan selalu berkomunikasi dengan keluarga dan tetang
ga sekitar rumah

Cara klien menyatakan emosi, kebutuhan, dan pendapat :


Klien mengatakan jika ada masalah selalu dibicarakan baik-baik

11. Aspek spiritual dan dukungan sosial


Kepercayaan klien dan aspek ibadah :
Klien mengatakan beragama islam, klien mengatakan sholat 5 waktu

Dukungan keluarga terhadap klien :


Klien mengatakan keluarga selalu mendukung keputusannya

12. Kebutuhan rekreasi


Klien mengatakan suka berjalan-jalan ketempat wisata
IV. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Lemah
a. Kesadaran : Composmentis
b. Tanda – Tanda Vital :
1) Tekanan Darah : 110/70 mmHg
2) Nadi : - Frekuensi : 114x/menit
- Irama : teratur
- Kekuatan : kuat
3) Pernafasan : - Frekuensi : 30x/menit
- Irama : cepat
- SPO2 : 98% dengan O2 nasal kanul
4) Suhu : 39,6oC

2. Pemeriksaan Head To Toe

a. Kepala

1) Bentuk Dan Ukuran Kepala : Lonjong, ukuran


normal
2) Pertumbuhan Rambut : pertumbuhan rambut
rata dan terdapat uban
(inspeksi)
3) Kulit Kepala : tidak ada luka, tidak
ada lesi
b. Muka

1) Mata

a) Kebersihan : bersih

b) Fungsi Penglihatan : sedikit kabur

c) Palpebra : baik
d) Konjungtiva : anemis

e) Sclera : tidak ikterik

f) Pupil : isokor

g) Diameter Ki/Ka : simetris

h) Reflek terhadap cahaya : baik

i) Penggunaan alat bantu penglihatan : tidak ada


2) Hidung

a) Fungsi Penghidu : terpasang O2 nasal


kanul 3 lt
b) Sekret : kuning kecoklatan

c) Nyeri Sinus : tidak ada

d) Polip : tidak ada

e) Nafas Cuping Hidung : ya

3) Mulut

a) Kemampuan Bicara : baik

b) Keadaan Bibir : kering

c) Selaput Mukosa : putih

d) Warna Lidah : merah muda

e) Keadaan Gigi : normal, ompong


bagian belakang
f) Bau Nafas : sedikit bau

g) Dahak : ada

4) Gigi : tidak utuh

a) Jumlah : ompong bagian


belakang
b) Kebersihan : bersih

c) Masalah : tidak ada

5) Telinga

a) Fungsi Pendengaran : baik

b) Bentuk : simetris ka/ki

c) Kebersihan : bersih

d) Serumen : tidak ada

e) Nyeri Telinga : tidak ada

c. Leher

1) Bentuk : simetris

2) Pembesaran tyroid : tidak ada

3) Kelenjar Getah Bening : tidak ada

4) Nyeri Waktu Menelan : tidak ada

5) JVP : tidak ada


pembesaran JVP
d. Dada (Thorax)

1) Paru – Paru

a) Inspeksi : simetris, tidak ada luka, maupun lesi

b) Palpasi : RR 30x/menit

c) Perkusi : redup

d) Auskultasi : suara napas ronkhi

2) Jantung

a) Inspeksi : simetris ka/ki

b) Palpasi : tidak ada pembengkakan atau nyeri tekan


c) Perkusi : pekak

d) Auskultasi : bunyi jantung normal lup dup

e. Abdomen

1) Inspeksi : simetris, tidak ada luka tidak ada lesi

2) Palpasi : tidak ada pembengkakan/nyeri tekan

3) Perkusi : tidak ada bunyi tambahan

4) Auskultasi : terdengar peristaltik usus 15x/menit

f. Genetalia : tidak ada kelainan

g. Anus Dan Rektum : tidak ada kelainan

h. Ekstermitas

1) Atas :

a) Kekuatan Otot Kanan Dan Kiri : 5/5 : :5/5

b) ROM Kanan Dan Kiri : :aktif/aktif

c) Perubahan Bentuk Tulang : :tidak ada

d) Pergerakan Sandi Bahu : :tidak ada

e) Perabaan Akral : : hangat

f) Pitting Edema : :< 2 detik

g) Terpasaang Infus : : terpasang infus di ekstr


emitas atas sebelah kana
n

2) Bawah
a) Kekuatan Otot Kanan Dan Kiri : :5/5

b) ROM Kanan Dan Kiri : :aktif/aktif

c) Perubahan Bentuk Tulang : : tidak ada

d) Varises : :tidak ada

e) Perabaan Akral : : hangat

f) Pitting Edema : :< 2 detik

i. Integumen : tidak ada kelainan

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan :
Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Satuan Hasil Ket.Hasil
Hemoglobin 13.2 - 17 38 g/dL / 16.3 1 Normal
Lekosit 00 - 10600 15 uL /u 6990 3 Tinggi
Trombosit 0000 - 40000 L 43000 Normal
0 70 -14
Glukosa darah sewa 0 mg/dL 140 Normal
ktu
2. Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal Pemeriksaan :
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan

- -

VI. TERAPI MEDIS


Hari / Jenis Terapi Dosis Golongan & Fungsi
Tanggal Kandungan
Aminofilin 30 tpm Bronkodilator Mengatasi sesak
napas
Infus ringer lakt 20 tpm Kalium, kalsiu Membantu mena
at m, laktat, natri mbah cairan dan
um potasium, k darah
lorida dan air

Oksigenasi 3 lpm Meningkatkan k


Analgesik atau adar oksigen
Paracetamol 3x500 mg pereda nyeri Menurunkan de
mam dan mered
Fluorokuinolon akan nyeri
Levofloxacin 1x500 mg Akibat infeksi b
Kortikosteroid akteri
Hidrokortison 2x1 amp Meredakan pera
Mukolitik dangan
Acetilcsystein 3x1 p.o Mengencerkan d
ahak
B. ANALISA DATA
Nama : Tn K No.CM :0057234xxxx
Umur : 63 tahun Diagnosa Medis :Bronchopneumonia

No. Hari/ Data Fokus Masalah Etiologi Diagnosis


Tgl/Jam
1 Senin, 7 Ds : Pasien Bersihan Hipersekresi Bersihan
november mengeluh sesak jalan napas jalan napas jalan
2022 nafas dan batuk tidak napas
dahak susah keluar efektif tidak
10.30 Do : - Ku lemah (D.0002) efektif
WIB - TTV : (D.0002)
TD : 110/70 mmHg berhubung
Nadi : 114x/menit an dengan
RR : 30x/menit hipersekre
SPO₂ : 98% si jalan
dengan O₂ nasal napas
kanul 3 liter/menit ditandai
dengan
batuk
tidak
efektif,
ronkhi,
dispnea,
frekuensi
napas
berubah
2 11.35 wib DS: Hiperterimi Proses Hipertermi
- Pasien a (D.0130) penyakit a (D.0130)
mengatakan berhubung
badanya hangat an dengan
dan lemah proses
DO : penyakit
- pasien tampak ditandai
lemah dan dengan
lemas suhu tubuh
- Suhu : 39,6℃ diatas nilai
- Akral teraba normal,
hangat kulit terasa
hangat.

C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan
napas ditandai dengan batuk tidak efektif, ronkhi, dispnea, frekuensi napas
berubah (D.0002)
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) ditandai dengan
suhu tubuh diatas nilai normal, kulit terasa hangat (D.0130)
D. RENCANA KEPERAWATAN / INTERVENSI
Nama : Tn. K No.CM : :0057234xxxx
Umur : 63 tahun Diagnosa Medis : :Bronchopneumonia

No. Tgl/Jam Dx.Kep Tujuan & Intervensi


Kriterial Hasil
1 7/11/2022 1 Setelah dilakukan Menejemen jalan napas
11.40 wib Tindakan (I.01011):
keperawatan 1. Observasi
selama 3x24 jam - Monitor pola napas
maka bersihan - Monitor bunyi napas
jalan napas tambahan
meningkat dengan - Monitor sputum
kriteria hasil 2. Terapeutik
(L.01001) : - Posisikan semi
-Batuk efektif fowler/fowler
meningkat - Berikan oksigenasi
-Produksi sputum - Berikan minuman
menurun hangat
-Dispnea 3. Edukasi
membaik - Ajarkan Teknik
-Frekuensi napas batuk efektif
membaik 4. Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
dokter pemberian
mukolitik
2 11.45 wib 2 Setelah dilakukan Manajemen hipertermia
Tindakan (I.03114)
keperawatan 1.Observasi
selama 3x24 jam Identifikasi penyebab
Termoregulasi hipertermia (mis.
membaik dengan Dehidrasi, terpapar
kriteria hasil lingkungan panas,
(L.14134) : pengggunaan incubator)
- Suhu tubuh 2.Terapeutik
membaik Berikan cairan oral
- Suhu kulit 3. Edukasi
membaik Anjurkan tirah baring
- 4.Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian terapi
medis pemberian cairan
dan elektrolit intravena,
jika perlu

E. TINDAKAN KEPERAWATAN / IMPLEMENTASI


Nama : Tn. K No.CM : 0057234xxx
Umur : 63 thn Diagnosa Medis : Broncopneumonia

Hari/Tgl/ No. Implementasi Respon Ttd


Jam Dx
Senin 1 memonitor pola napas S:
7/11/2022 O:
12.30 wib
12.35 wib 1 Memberikan oksigen
12.40 wib 1 Memonitor bunyi napas S:
tambahan O:
12.55 wib 1 Memonitor sputum S:
O:
14.00 wib 1 Memposisikan semi fowler S:
O:
16.00 wib 1 Pemberian obat obat S:
mukolitik O:
- acetilcsytein 3x1 p.o
- Aminofilin 30 tpm
- Levofloxacin 1x500mg
- hidrokartison
16.10 wib 2 Mengidentifikasi penyebab S:
hipertermi O:
16.15 wib 2 Berkolaborasi dengan S:
dokter untuk pemberian O:
terapi medis obat atau
cairandan elektrolit
melalui intravena
- Infus rl 20 tpm
- Parasetamol 3x500mg
8/11/2022 1 Memberikan oksigen 3
Lpm
1 Mengajarkan Teknik batuk
efektif
1 Berkolaborasi dengan
dokter untuk emberian
obat obat mukolitik
- acetilcsytein 3x1 p.o
- Aminofilin 30 tpm
- Levofloxacin 1x500mg
Hidrokartison 2x1 amp
1 Memberikan minuman
hangat
2 Berkolaborasi dengan
dokter untuk pemberian
terapi medis obat atau
cairandan elektrolit
melalui intravena
- Infus rl 20 tpm
- Parasetamol 3x500mg
2 Menganjurkan tirah baring
1 Memonitor pola napas
1 Memonitor bunyi napas
tambahan
1 Memonitor sputum
Berkolaborasi dengan
dokter untuk emberian
obat obat mukolitik
- acetilcsytein 3x1 p.o
- Aminofilin 30 tpm
- Levofloxacin 1x500mg
Hidrokartison 2x1 amp
1 Memberikan oksigenasi 3
lpm
1 Mengajarkan Teknik batuk
efektif
2 Berikan cairan oral
2 Menganjurkan tirah baring
Berkolaborasi dengan
dokter untuk pemberian
terapi medis obat atau
cairandan elektrolit
melalui intravena
- Infus rl 20 tpm
- Parasetamol 3x500mg

F. EVALUASI
Nama : Tn. K No.CM : 0057234xxx
Umur : 63 thn Diagnosa Medis : Broncopneumonia

No. Hari/Tgl/ Evaluasi Ttd


Dx Jam
1 Senin S : pasien mengatakan batuk dahak susah keluar dan
7/11/2022 sesak napas
17.25 O : pasien tampak sesak napas dan batuk
TD : 110/70 mmHg
RR30x/menit
N : 114X/menit
SPO2: 98%
A : Masalah bersihan jalan nafas tidak efektif belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor jalan napas
- Monitor bunyi napas tambahan
- Monitor sputum
- Berikan oksigen
- Berikan posisi semifowler
- Berikan minum hangat
- Berkolaborasi dengan dokter pemberian terapi
medis mukolitik
2 Senin S : pasien mengatakan badannya panas dan lemah
7/11/2022 O : kulit teraba hangat, pasien tampak pucat
17.30 - Suhu 37,8
A:
Masalah hipertermi belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Berikan cairan oral
- Anjurkan tirah baring
- kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
terapi medis obat atau cairandan elektrolit
melalui intravena
- Infus rl 20 tpm
- Parasetamol 3x500mg
1 Selasa S : pasien mengatakan sesak dan batuk dahak
8/11/2022 susah keluar
O : pasien tampak lemah dan sesak
TD
RR
ND
SPO2
A:
Masalah bersihan jalan nafas tidak efektif belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor jalan napas
- Monitor bunyi napas tambahan
- Monitor sputum
- Berikan oksigen
- Berikan posisi semifowler
- Berikan minum hangat
- Berkolaborasi dengan dokter pemberian terapi
medis mukolitik
2 Selasa S : pasien mengatakan badannya panas dan lemah
8/11/2022 O : kulit teraba hangat, pasien tampak pucat
- Suhu 37,2
A : Masalah hipertermi teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
- Berikan cairan oral
- Anjurkan tirah baring
- kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
terapi medis obat atau cairandan elektrolit
melalui intravena
- Infus rl 20 tpm
- Parasetamol 3x500mg
1 Rabu S :
8/11/2022 O:
A:
Masalah bersihan jalan nafas tidak efektif belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor jalan napas
- Monitor bunyi napas tambahan
- Monitor sputum
- Berikan oksigen
- Berikan posisi semifowler
- Berikan minum hangat
- Berkolaborasi dengan dokter pemberian terapi
mukolitik
2 Rabu S :Pasien mengatakan sudah tidak demam
8/11/2022 O:
- Pasien tampak sudah tidak pucat, akral teraba
tidak panas
- Suhu : 36℃
A:
Masalah hipertermi teratasi
P:
Hentikan intervensi
BAB 1V
PEMBAHASAN
Bab ini merupakan pembahasan asuhan keperawatan pada pasien
Bronchopneumonia di Bangsal Flamboyan Atas Rumah Sakit Dr. R. Soedjito
Soemodiardjo Purwodadi. Dalam bab ini akan membahas meliputi segi pengkajian,
diagnosa, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi
keperawatan mengenai kasus yang penulis angkat.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap pertama yang penulis lakukan di dalam proses
keperawatan. Pengkajian ini melalui pengkajian pola fungsional menurut
Gordon, pemeriksaan fisik dengan metode head to toe, dan pengumpulan
informasi atau data–data ini diperoleh dari wawancara dengan pasien dan
keluarga pasien, melakukan observasi, catatan keperawatan, dan pemeriksaan
fisik. Pengkajian keperawatan di gunakan untuk mengkaji kesehatan fisik secara
akurat dari seorang pasien. Dari pengkajian fisik di peroleh data data pasien
yang akan di lakukan dan di jalankan pada tahap selanjutnya.
Pada saat dilakukan pengkajian ditemukan data keluhan utama yaitu pasien
mengeluh sesak nafas. Dalam pengkajian riwayat kesehatan sekarang,
didapatkan data yaitu keluarga pasien mengatakan satu hari sebelum dibawa
kerumah sakit pasien mengeluhkan sesak napas dan juga mual muntah, lalu
pasien dibawa ke IGD pada jam 08.48 wib, pasien datang kerumah sakit dengan
keluhan sesak napas, mual dan muntah. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal
7 November 2022 keadaan umum pasien tampak lemah dengan tanda tanda vital
tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi nadi 114x/menit frekuensi nafas
30x/menit suhu 39,6°C dan SPO₂ 98% dengan O₂ nasal kanul 3 liter/menit
mukosa bibir kering dan terdapat suara tambahan ronchi pada pemeriksaan
auskultasi jantung. Didapatkan hasil pemeriksaan penunjang berupa hasil
pemeriksaan laboratorium hemoglobin 16,3 g/dL Leukosit 16990 /uL
Trombosit 343000 /uL Glukosa darah sewaktu 140 mg/dL.
Pada hasil pengkajian dari kasus tersebut diagnose utama yang dapat
diangkat dalam asuhan keperawatan yaitu gangguan pertukaran berhubungan
dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi ditandai dengan dispnea, pola napas
cepat, takikardi dengan gangguan oksigenasi. Hal ini sesuai dengan teori pada
buku SDKI (2017) yang dikatakan bahwa pasien dengan kondisi gangguan
pertukaran gas mengalami etiologi tersebut.
Penulis memprioritaskan diagnosa gangguan pertukaran gas karena
berhubungan dengan proses oksigenasi dan merupakan kebutuhan dasar manusia
yang harus dipenuhi. Dalam menentukan perioritas harus didasarkan pada
Konsep Hierarki Maslow yaitu kebutuhan fisiologis (Perry Potter, 2006).
Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi yaitu seseorang yang memiliki
beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi akan terlebih dahulu memenuhi
kebutuhan fisiologisnya, karena kebutuhan fisiologisnya adalah kebutuhan
mutlak yang paling mendasar dan harus dipenuhi oleh manusia untuk bertahan
hidup. Selain itu gangguan pertukaran gas dapat berpengaruh pada proses
ventilasi atau proses masuk dan keluarnya oksigen ke dalam paru – paru yang
apabila tidak segera ditangani akan mengakibatkan pasien mengalami
kekuarangan oksigen, dan mengalami kerusakan otak yang bersifat irefersibel
(Estyorini et al., 2021)
B. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan (SDKI,2016) tanda gejala dan etiologi yang muncul pada saat
pengkajian dapat diangkat dignosa keperawatam utama yaitu gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
(D.00003) didukung dengan gejala dan tanda mayor yang ada yaitu dipsnea,
takikardia, bunyi nafas tambahan. Diagnosa keperawatan kedua yang dapat
diangkat pada kasus yang telah didapatkan saat pengkajian adalah penurunan
curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung (D.0008)
ditandai dengan hasil pemeriksaan tanda tanda vital yang sudah dilaukan pada
saat pengkajian yaitu 114x/menit. Diagnosa keperawatan selanjutnya yang
penulis angkat adalah hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi)
ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai normal, kulit terasa hangat (D.0130)
didukung dengan data yang didapatkan saat pengkajian yaitu suhu tubuh 39,6°C
dan didapatkan hasil pemeriksaan laboratorium leukosit menunjukkan hasil 1699
0 /uL yang dengan nilai normal 3800 – 10600 /uL .

C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan dibuat berdasarkan prioritas masalah yang disesuaikan
dengan kondisi pasien saat ini. Sehingga untuk intervensi ini difokuskan pada
kriteria hasil dari masing-masing diagnosa agar dapat dicapai dan diukur kondisi
pasien tersebut. Pada kedua diagnosa yang diambil sesuai kasus terdapat kriteria
waktu 3 x 24 jam untuk mencapai kondisi pasien yang lebih baik.
Hasil
Perencanaan dibuat berdasarkan prioritas utama masalah yang disesuaikan
dengan kondisi klien pada saat ini, sehingga untuk intervensi ini difokuskan pada
kriteria hasil dari masing-masing diagnose agar dapat dicapai dan diukur kondisi
pasien tersebut.
Pembahasan
Menurut Amin & Hardhi (2016) dalam menentukan rencana pelaksanaan
adalah 3x24 jam dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasien, dalam hal ini
kurang efektif seharusnya dalam menentukan rencana pelaksanaan berlangsung
dalam jangka pendek 1x3 jam karena hal ini bertujuan untuk mengetahui koreksi
yang sangat cepat dan membahayakan serta mengurangi berbagai macam komplikasi
pada gangguan oksigenasi.
Perencanaan dibuat berdasarkan prioritas masalah yang disesuaikan dengan
kondisi pasien saat ini. Sehingga untuk intervensi ini difokuskan pada kriteria hasil
dari masing-masing diagnosa agar dapat dicapai dan diukur kondisi pasien tersebut.
Pada kedua diagnosa yang diambil sesuai kasus terdapat kriteria waktu 3 x 24 jam
untuk mencapai kondisi pasien yang lebih baik.
1. Diagnosis Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi ditandai dengan dispnea, pola napas cepat, takikardi (D.00003)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pertukaran
gas meningkat dengan kriteria hasil :
- Dispnea cukup meningkat (2) menjadi cukup menurun (4)
- Bunyi napas tambahan cukup meningkat (2) menjadi cukup menurun (4)
- Takikardia memburuk (1) menjadi sedang (3)
Terapi oksigen (I.01026)
1. Observasi
- Monitor kecepatan aliran oksigen
- Monitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan fraksi yang diberikan
cukup 2.Terapeutik
Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
3. Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen dirumah
4. Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis oksigen

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung


ditandai dengan takikardi, lelah, tekanan darah menurun, , batuk (D.0008)
Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan curah
jantung meningkat dengan kriteria hasil :
- Takikardia meningkat (1) menjadi sedang (3)
- Lelah cukup meningkat (2) menjadi cukup menurun (4)
- Dispnea meningkat (1) menjadi sedang (3)
Perawatan Jantung (I.02075)
1.Observasi
Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi dispnea,
kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea, peningkatan CVP)
2.Terapeutik
Posisikan pasien semi fowler atau fowler dengan kaki ke bawah atau posisi nyaman
3. Edukasi
Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) ditandai dengan suhu
tubuh diatas nilai normal, kulit terasa hangat (D.0130)
Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
termoregulasi membaik dengan kriteria hasil :
- Suhu tubuh memburuk (1) menjadi sedang (3)
Manajemen hipertermia (I.03114)
1.Observasi
Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
pengggunaan incubator)
2.Terapeutik
B0erikan cairan oral
3. Edukasi
Anjurkan tirah baring
4.Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat dan pasien (Riyadi, 2010). Implementasi keperawatan adalah
pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
7 november 2022
 Mengidentifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi :
dipsnea, kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea,
peningkatan CVP)
 Menyiapkan dan mengatur peralatan pemberian oksigen
 Memonitor kecepatan aliran oksigen
 Memonitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan fraksi yang diberikan
cukup
 Memposisikan pasien semi fowler atau fowler
 Memonitor suhu tubuh pasien
 Memberikan obat oral paracetamol
 Mengidentifikasi penyebab hipertermia (mis : dehidrasi, terpapar lingkungan
panas, penggunaan incubator
8 november 2022
 Memberikan cairan oral
 Menganjurkan tirah baring
 Memonitor kembali pola nafas pasien
 Memonitor suhu tubuh pasien
9 november 2022
 Mengkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
 Menganjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi
 Memonitor pola nafas pasien
 Memonitor kembali apakah ada penurunan curah jatung
 Mengajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen dirumahrkan
 Memonitor kembali suhu tubuh pasien

E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan
intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah
diberikan (Deswani, 2009). Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus
menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan
bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau
menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011). Untuk hasil evaluasi
setelah diberikan Tindakan kepearawatan selama 3x24 jam didapatkan hasil :
NO HARI RESPON
DX TGL
1 7 S : Pasien mengatakan sesak nafas, pemberian nasal kanul 3 lt
November O : pasien tampak sesak, terpasang o2 nasal kanul 3lt
2022 A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi ( monitor pola nafas)

S : pasien mengatakan badan terasa lemas


2 O : pasien tampak lemah (TD 84/56 mmHg)
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi (anjurkan beraktifitas fisik sesuai
toleransi, posisikan semi fowler)

S : pasien mengatakan badannya terasa panas


3 O : S 39,6OC, akral teraba hangat
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Berikan cairan oral
- Anjurkan tirah baring

8 S : Pasien mengatakan sesak nafasnya sedikit berkurang


1 November O : pasien tampak lebih nyaman, terpasang o2 nasal kanul 3 lt
2022 A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
-
S : pasien mengatakan badan masih lemas sedikit
O : pasien tampak lemas TD 110/70 N 103
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi ( anjurkan tirah baring dan
2 minimalisir aktivitas yg berlebih )

S : pasien mengatakan panas sudah menurun


O : akral hangat , S 36
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi ( monitor suhu tubuh pasien)
pemberian paracetamol

3 S : pasien mengatakan sesak sudah berkurang


O : pasien tampak lebih nyaman
A : masalah terasri
P : intervensi dihentikan

S: pasien mengatakan lemas semakin berkurang, pasien


1 9 november mengatakan bisa aktivitas kecil2an dikamar
2022 O : pasien tampak nyaman
A: masalah teratasi
P intervensi dihentikan

2 S : pasien mengatakan suhu badannya sudah menurun tidak


demam
O : akral hangat
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

3
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan fisiologis yang merupakan kebutuhan
dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh,
untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel.
Sistem pernapasan berperan dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi terdiri
atas saluran pernapasan bagian atas yaitu, hidung, faring, laring, epiglottis.
Dan saluran pernapasan bagian bawah yaitu, trakea, bronkus, bronkiolus, dan
paru-paru yang merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Proses
pemenuhan oksigenisasi dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan yaitu, ventilasi,
difusi dan transpor. Dimana tahapan-tahapan itu mempunyai prosedur-prosedur
tersendiri dalam mempraktekkanya. Selain itu, ada juga cara untuk dapat
mengatasi masalah kebutuhan oksigenasi yaitu dengan latihan napas, latihan
batuk efektif, pemberian oksigen, dan fisioterapi dada.

B. Saran
1. Tenaga Kesehatan
Dalam melakukan tindakan memberikan oksigenasi harus hati–hati dan
menjaga privasi klien serta lebih mengutamakan keselamatan dan kenyamanan
pasien.
2. Pasien
Bekerja sama dalam melakukan tindakan agar lebih mudah dalam
melakukan tindakan
3. Mahasiswa
Dalam melakukan tindakan,diharapkan mahasiswa lebih mampu
mengutamakan keselamatan pasien dan memenuhi kebutuhan pemberian
oksigenasi secara mandiri.

C. Daftar Pustaka
Mubarak, Wahit Iqbal., Lilis Indrawati., & Joko Susanto. (2015). Buku Ajar Ilmu
Keperawatan Dasar (hlm. 3-24). Jakarta: Salemba Medika
Asmadi. (2012). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi
13.Jakarta : EGC
Estyorini, H., Sutarmi, & Nuryanti, E. (2021). Asuhan Keperawatan pada Anak
Pneumonia dengan Fokus Studi Pengelolaan Pemenuhan Kebutuhan
Oksigenasi di Ruang Wijaya Kusuma RSUD Dr. R Soetijono Blora. Citation:
Estyorini, Herina; Sutarmi; Nuryanti, Erni. 2021. Asuhan Keperawatan Pada
Anak Pneumonia Dengan Fokus Studi Page 3 of 4 Pengelolaan Pemenuhan
Kebutuhan Oksigenasi Di Ruang Wijaya Kusuma RSUD Dr. R Soetijono
Blora. Jurnal Studi Keperawatan Vol.2, 2(1), 1–4. http://ejournal.poltekkes-
smg.ac.id/ojs/index.php/J-SiKep

Herdman, T.H & Kamitsuru, S . (2018). NANDA International Nursing Diagnoses


: definitions and classification. Jakarta : EGC
Kusnanto. 2016. Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan Oksigen.
Surabaya: Kampus C Unair Mulyorejo.
Price, S. & Wilson, L. (2016).Patofisiologi: Konsep Klinis Proses Proses
Penyakit.Volume 2.Edisi 6.Jakarta : EG
Tarwonto, wartonah.(2016). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan,
Edisi 3. Salemba: Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016). Standar diagnosis keperawatan
indonesia.Jakarta: DPP PPNI
Williams, Linda S, AND Paula D. Hopper (2010). Undestanding Medical Surgical
Nursing, Edisi 4. Us : F.A David Company

Anda mungkin juga menyukai