“DIABETES MELITUS”
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Pengampu : Ns.Martini., M.Kep
OLEH:
EGA NUR AFIDAH
SN211047
A. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Suyono, 2012). Diabetes Melitus
(DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter dengan tanda-tanda
hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun
kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer
terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolism
lemak dan protein (Waspadji, 2014). Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang
timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Yunir, 2011).
DM tipe I adalah DM yang disebabkan oleh reaksi autoimun dmana sistem
kekebalan tubuh menyerang sel beta penghasil insulin pancreas, sedangkan DM tipe II
adalah jenis DM yang paling umum, yaitu ketidakstabilan glukosa darah karena hasil dari
produksi insulin yang tidak stabil untuk digunakan oleh tubuh (IDF, 2017)
B. Etiologi
1. Diabetes tipe I
a. Faktor genetik Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA
b. Faktor-faktor imunologi Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut sebagai jaringan asing yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen
Faktor lingkungan, virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta (Waspadji, 2014)
2. Diabetes Tipe II
Penurunan progresif dalam fungsi sel β pankreas adalah karena penurunan massa sel
β yang disebabkan oleh apoptosis inimungkin merupakan konsekuensi dari penuaan,
kerentanan genetik, dan resistensi insulin itu sendiri (Unger & Parkin, 2010). Etiologi
DM tipe 2 adalah kompleks dan melibatkan faktor genetik dan gaya hidup.
(1) Faktor Genetik
Efek dari varian gen umum yang diketahui dalam menciptakan disposisi pra-DM
tipe 2 adalah sekitar 5% -10% (McCarthy, 2010), jadi tidak seperti beberapa
penyakit warisan, homozigot untuk gen kerentanan ini biasanya tidak
menghasilkan kasus DM tipe 2 kecuali faktor lingkungan (dalam hal ini gaya
hidup).
(2) Faktor gaya hidup / demografi
Obesitas jelas merupakan faktor risiko utama untuk pengembangan DM tipe 2
(Li, Zhao, Luan et al 2011), dan semakin besar tingkat obesitas, semakin tinggi
risikonya. Orang dengan obesitas memiliki risiko 4 kali lebih besar mengalami DM
tipe 2 daripada orang dengan status gizi normal (WHO, 2017).
(3) Usia
Usia yang terbanyak terkena DM adalah > 45 tahun yang di sebabkan oleh faktor
degeneratif yaitu menurunya fungsi tubuh, khususnya kemampuandari sel β dalam
memproduksi insulin untuk memetabolisme glukosa (Pangemanan, 2014).
(4) Riwayat penyakit keluarga
Pengaruh faktor genetik terhadap DM dapat terlihat jelas dengan tingginya
pasien DM yang berasal dari orang tua yang memiliki riwayat DM melitus
sebelumnya. DM tipe 2 sering juga di sebut DM life style karena penyebabnya
selain faktor keturunan, faktor lingkungan meliputi usia, obesitas, resistensi
insulin, makanan, aktifitas fisik, dan gaya hidup pasien yang tidak sehat juga
bereperan dalam terjadinya DM ini (Neale et al, 2014).
C. Klasifikasi
Terdapat beberapa jenis dari DM dan berikut adalah penjelasan klasifikasi DM menurut
International Diabetes Federation (IDF), 2017.
1) DM Tipe 1
DM Tipe 1 disebabkan oleh reaksi autoimun dimana sistem kekebalan tubuh
menyerang sel beta penghasil insulin dipankreas. Akibatnya, tubuh menghasilkan
insulin yang sangat sedikit dengan defisiensi insulin relatif atau absolut. Kombinasi
kerentanan genetik dan pemicu lingkungan seperti infeksi virus, racun atau
beberapa faktor diet telah dikaitkan dengan DM tipe 1.
Penyakit ini bisa berkembang pada semua umur tapi DM tipe 1 paling sering
terjadi pada anak-anak dan remaja. Orang dengan DM tipe 1 memerlukan suntikan
insulin setiap hari untuk mempertahankan tingkat glukosa dalam kisaran yang tepat
dan tanpa insulin
tidak akan mampu bertahan.
2) DM Tipe 2
DM tipe 2 adalah jenis DM yang paling umum, terhitung sekitar 90% dari semua
kasus DM. Pada DM tipe 2, hiperglikemia adalah hasil dari produksi insulin yang
tidak adekuat dan ketidakmampuan tubuh untuk merespon insulin secara sepenuhnya,
didefinisikan sebagai resistensi insulin. Selama keadaan resistensi insulin, insulin
tidak bekerja secara efektif dan oleh karena itu pada awalnya mendorong peningkatan
produksi insulin untuk mengurangi kadar glukosa yang meningkat namun seiring
waktu, suatu keadaan produksi insulin yang relatif tidak memadai dapat berkembang.
DM tipe 2 paling sering terlihat pada orang dewasa yang lebih tua, namun
semakin terlihat pada anak-anak, remaja dan orang dewasa muda. Penyebab DM tipe
2 ada kaitan kuat dengan kelebihan berat badan dan obesitas, bertambahnya usia serta
riwayat keluarga. Di antara faktor makanan, bukti terbaru juga menyarankan adanya
hubungan antara konsumsitinggi minuman manis dan risiko DM tipe 2 (IDF, 2017).
3) DM Gestasional
DM gestasional adalah jenis DM yang mempengaruhi ibu hamil biasanya
selama trimester kedua dan ketiga kehamilan meski bisa terjadi kapan saja selama
kehamilan. Pada beberapa wanita DM dapat didiagnosis pada trimester pertama
kehamilan namun pada kebanyakan kasus, DM kemungkinan ada sebelum kehamilan,
namun tidak terdiagnosis. DM gestasional timbul karena aksi insulin berkurang
(resistensi insulin) akibat produksi hormon oleh plasenta (IDF, 2017).
E. Komplikasi
Hal ini yang diungkapkan oleh Perkeni, 2011 bahwa pada diabetes mempunyai
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe Diabetes Melitus digolongkan sebagai akut
dan kronik :
1. Komplikasi Akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari
glukosa darah.
a) Ketoasidosis Diabetik (KAD)
KAD merupakan komplikasi akut DM yang di tandai dengan peningkatan kadar
glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dl), disertai dengan adanya tanda dan gejala
asidosis dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300-320
mOs/Ml) dan terjadi peningkatan anion gap (PERKENI,2015).
b) Hipoglikemi
Hipoglikemi ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah hingga mencapai
<60 mg/dL. Gejala hipoglikemia terdiri dari gejala adrenergik (berdebar, banyak
keringat, gemetar, rasa lapar) dan gejala neuro-glikopenik (pusing, gelisah,
kesadaran menurun sampai koma) (PERKENI, 2015).
c) Hiperosmolar Non Ketonik (HNK)
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200 mg/dl),
tanpa tanda dan gejala asidosis,osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380
mOs/ml),plasma keton (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat (PERKENI,
2015).
2. Komplikasi Kronik
a) Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner,
vaskular perifer dan vaskular selebral.
b) Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati) dan
ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau menunda
awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
c) Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta menunjang
masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
d) Ulkus/gangren
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
1) Grade 0 : tidak ada luka
2) Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
3) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4) Grade III : terjadi abses
5) Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
6) Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai
3. Komplikasi Jangka Panjang Dari Diabetes
Organ/jaringan
Yg terjadi Komplikasi
yg terkena
Pembuluh darah Plak aterosklerotik terbentuk Sirkulasi yg jelek
& menyumbat arteri menyebabkan penyembuhan
berukuran besar atau sedang luka yg jelek & bisa
di jantung, otak, tungkai & menyebabkan penyakit
penis. jantung, stroke, gangren kaki
Dinding pembuluh darah & tangan, impoten & infeksi
kecil mengalami kerusakan
sehingga pembuluh tidak
dapat mentransfer oksigen
secara normal & mengalami
kebocoran
Mata Terjadi kerusakan pada Gangguan penglihatan & pada
pembuluh darah kecil retina akhirnya bisa terjadi kebutaan
Ginjal Fungsi ginjal yg buruk
ginjal Gagal ginjal
Protein bocor ke dalam air
kemih
Darah tidak disaring secara
normal
Saraf Kerusakan saraf karena Kelemahan tungkai yg terjadi
glukosa tidak dimetabolisir secara tiba-tiba atau secara
secara normal & karena perlahan
aliran darah berkurang Berkurangnya rasa, kesemutan
& nyeri di tangan & kaki
Kerusakan saraf menahun
Sistem saraf Kerusakan pada saraf yg Tekanan darah yg naik-turun
otonom mengendalikan tekanan Kesulitan menelan &
darah & saluran pencernaan perubahan fungsi pencernaan
disertai serangan diare
Kulit Berkurangnya aliran darah ulkus
ke kulit & hilangnya rasa yg diabetikum)
menyebabkan cedera Penyembuhan luka yg jelek
berulang
Darah Gangguan fungsi sel darah Mudah terkena infeksi,
putih terutama infeksi saluran kemih
& kulit
akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot yang kemudian
luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah
mekanik terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang mengalami beban
sekitarnya.
Efek pada autonomi neuropati ini akan menyebabkan kulit menjadi kering,
G. Pemeriksaan penunjang
1. Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena,
serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode dengan deproteinisasi 5% lebih
tinggi daripada metode tanpa deproteinisasi
2. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-180% maka
sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam urin: + nilai ambang ini
akan naik pada orang tua. Metode yang populer: carik celup memakai GOD.
3. Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat cepat
didekrboksilasi menjadi aseton. Metode yang dipakai Natroprusid, 3-hidroksibutirat
tidak terdeteksi
4. Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah: (Kholesterol, HDL,
LDL, Trigleserid), fungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans (Notoatmojo, 2012)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam pengkajian perlu
dikaji biodata pasien dan data data untuk menunjang diagnosa. Data tersebut harus
seakurat akuratnya, agar dapat digunakan dalam tahap berikutnya, meliputi nama
1. Riwayat Kesehatan
a. Pola persepsi
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan
tatalaksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak
gangren pada kaki diabetik, sehingga menimbulkan persepsi negatif
terhadap diri dan kecendurangan untuk tidak mematuhi prosedur
pengobatan dan perawatan yang lama,lebih dari 6 juta dari penderita DM
tidak menyadari akan terjadinya resiko kaki diabetik bahkan mereka takut
akan terjadinya amputasi (Debra Clair,Jounal Februari 201)
b. Pola nutrisi metabolik
Akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin
maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan
keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan
menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengarui
status kesehatan penderita. Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor
kulit jelek , mual muntah.
c. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing(poliuri) dan pengeluaran glukosa
pada urine(glukosuria). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
d. Pola ativitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan dan bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
tidur,tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan
sampai terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahanotot otot pada
tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu melakukan aktivitas
sehari hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
e. Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif adanya poliuri,nyeri pada kaki yang luka,sehingga
klien mengalami kesulitan tidur
f. Kongnitif persepsi
Pasien dengan gangren cendrung mengalami neuropati/ mati rasa pada
luka sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami
penurunan, gangguan penglihatan.
g. Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh ,
lamanya perawatan, banyaknya baiaya perawatan dan pengobatan
menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada
keluarga (self esteem)
h. Peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita
malu dan menarik diri dari pergaulan.
i. Seksualitas
Angiopati daoat terjadi pada pebuluh darah diorgan reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi sek,gangguan kualitas maupun ereksi
seta memberi dampak dalam proses ejakulasi serta orgasme. Adanya
perdangan pada vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada
pria. Risiko lebih tinggi terkena kanker prostat berhubungan dengan
nefropatai.
j. Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan,perjalannya penyakit kronik, persaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reasi psikologis yang
negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung, dapat
menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping
yang kontruktif/adaptif.
k. Nilai kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka
pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi
mempengarui pola ibadah penderita.
3. Pemeriksaan fisik
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin
2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera fisik
3. Infeksi b.d peningkatan Leukosit
4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas
5. Resiko deficit nutrisi b/d psikologis
6. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d hiperglikemi
C. RENCANA KEPERAWATAN (SDKI, SLKI, SIKI)
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1 Ketidakefektifan gula darah Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen hiperglikemia
b.d resistensi insulin selama 1x 24 jam maka ketidakstabilan gula Observasi :
darah membaik
KH : - Identifikasi kemungkinan penyebab
hiperglikemia
Kestabilan kadar glukosa darah - Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
membaik (5)
Terapeutik :
Status nutrisi membaik (5)
Tingkat pengetahuan meningkat (5) - Berikan asupan cairan oral
Edukasi :
- Ajurkan kepatuhan terhadap diet dan
olah raga
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian insulin 6 Iu
5. Resiko deficit nutrisi b/d faktor Status nutrisi membaik (L. 03030) MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)
psikologis Tingkat makan membaik (5)
Indeks masa tubuh cukup (3) 1. Observasi
Identifikasi status nutrisi
Identifikasi alergi dan intoleransi
makanan
Identifikasi makanan yang disukai
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
nutrient
Identifikasi perlunya penggunaan
selang nasogastrik
Monitor asupan makanan
Monitor berat badan
Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
2. Terapeutik
Lakukan oral hygiene sebelum makan,
jika perlu
Fasilitasi menentukan pedoman diet
(mis. Piramida makanan)
Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
Berikan makan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
Berikan suplemen makanan, jika perlu
Hentikan pemberian makan melalui
selang nasigastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
3. Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
6 Kerusakan integritas kulit / Integritas kulit dan jaringan Perawatan integritas kulit :
jaringan 1. Elastisitas meningkat 1. Observasi :
2. HIdrasi meningkat Identifikasi penyebab gangguan integritas
3. Kerusakan lapisan kulit menurun kulit jaringan
4. Perdarahan menurun
2. terapeutik
Ubah posisi tiap 2 jam
Gunakan produk berbahan nuaman atau
minyak pada kulit kering
Hindari peroduk berbahan dasar alkoho
pada kulit
Perawatan luka
3. Edukasi
Anjurkan menggunakan pelembab
Anjurkan madi
D. EVALUASI
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
1. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan
2. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini
menggunakan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8. Penerbit RGC.
Jakarta.
Horton & Jeanne. 2011. Exercise in Patiens with type 2 Diabetes Melitus : Afundamental and
Perkeni. 2011. Konsensus Pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus type 2 di Indonesia. PB
Perkeni. Jakarta.
PPNI DPP SDKI Pokja Tim, 2018. Standar Diagnosia Keperawatan Indonesia
PPNI DPP SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
PPNI DPP SLKI Pokja Tim, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi
Suyono. 2012. Diabetes Melitus di Indonesia : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III Edisi V. Balai
Waspadji. 2014. komplikasi kronik Diabetes mekanisme terjadinya, diagnosis dan stategi pengelolaan
: Buku Ajar ilmu penyakit dalam jilid III Edisi V Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Yunir & Soebadi. 2011. Farmakoterapi pada pengendalian glikemia diabetes mellitus tipe 2 : Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Kedokteran. Jakarta