BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Diperoleh kemampuan dalam menerapkan dan menyajikan laporan studi
kasus serta pengalaman nyata dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan pada kasus gangguan kebutuhan oksigenasi?
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian pada pasien dengan masalah gangguan kebutuhan
oksigenasi
2) Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan
kebutuhan oksigenasi
3) Menyusun intervensi Keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan
kebutuhan oksigenasi
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
2.2.2.1 Trachea
Tracheaatau sering disebut batang tenggorok, memiliki panjang ± 9 cm
yang dimulai dari laring sampai kira-kira ketinggian vetebra torakalis ke 5.
Trachea tersusun atas 16-20 kartilago hialin berbentuk huruf C yang melekat pada
dinding trachea dan berfungsi untuk melindungi jalan udara, mencegah terjadinya
kolap atau ekspansi berlebihan akibat perubahan tekanan udara yang terjadi dalam
sistem pernafasan.
2.2.2.2 Bronkus
Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea yang
terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek dan lebar
dari pada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah, sedangkan
bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari lobus atas dan
bawah.
2.2.2.3 Brokhus Pulmonaris
berfungsi menghantarkan udara ketempat pertukaran gas di paru.
2.2.2.4 Duktus Alveolaris dan Alveoli
berfungsi sebagai tempat penyimpanan udara dan dimana udara (oksigen)
akan di suplai keseluruh tubuh dengan diikat oleh HB ( hemoglobin) dan di bawa
keseluruh tubuh, dan juga tempat keluarnya CO2 dari kapiler ke alveoli yang
dibawa oleh HB (Muttaqin, 2008).
2.3 Etiologi Oksigenasi
Etiologi yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan menurut
Potter dan Perry tahun 2005, yaitu:
2.3.1 Faktor fisiologis
Proses fisiologi yang mempengaruhi oksigenasi antara lain:
Proses Pengaruh Pada Oksigenasi
Anemia Menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen
Racun inhalasi Menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen
Obstruksi jalan Menghambat pengiriman oksigen yang diinsiprasi ke
napas alveoli
Tempat yang tinggi Menurunkan konsentrasi oksigen inspirator
Meningkatkan frekuensi metabolisme dan kebutuhan
Demam
oksigen di jaringan
Mencegah penurunan diafragma dan menurunkan
Pengaruh gerakan
diameter anteroposterior thoraks pada saat inspirasi,
dinding dada
menurunkan volume udara yang diinspirasi.
7
2.10 Pengkajian
2.10.1 Pengkajian Primer
2.10.1.1 Airway :
Batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot pernafasan,
oksigen, dan lain-lain.
2.10.1.2 Breathing :
Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal.
13
2.10.1.3 Circulation :
Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub jantung, anemia,
syok dan lain-lain. Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung, irama jantung, nadi
apical, bunyi jantung S3, gallop, nadi perifer berkurang, perubahan dalam
denyutan nadi juguralis, warna kulit, kebiruan punggung, kuku pucat atau
sianosis, hepar ada pembesaran, bunyi nafas krakles atau ronchi, oedema.
2.10.2 Pengkajian Sekunder
2.10.2.1 Aktifitas/istirahat
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah, dispnea saat
istirahat atau aktifitas, perubahan status mental, tanda vital berubah saat
beraktifitas.
2.10.2.2 Integritas ego : Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung.
2.10.2.3 Eliminasi
Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada malam
hari, diare / konstipasi.
2.10.2.4 Makanana/cairan
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB signifikan.
Pembengkakan ekstremitas bawah, diit tinggi garam penggunaan diuretic distensi
abdomen, oedema umum, dan lain-lain.
2.10.2.5 Hygiene : Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan kurang.
2.10.2.6 Neurosensori
Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah
tersinggung.
2.10.2.7 Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah.
2.10.2.8 Interaksi social : penurunan aktifitas yang biasa dilakukan
Pola nafas tidak Setelah dilakukan Asuhan 1. Kaji frekuensi pernafasan 1. Untuk mengetahui pola
15
16
efektif keperawatan selama 3 x 24jam : klien/R Mengetahui nafas sesak atau tidak
1. Menunjukkkan pola nafas frekuensi pernafasan 2. Untuk menghindari sesak
efektif dengan frekuensi paasien nafas
nafas 16-20 kali/menit dan 2. Tinggikan kepala dan bantu 3. Untuk mengurangi sesak
irama teratur. mengubah posisi/RDuduk nafas
2. Mampu menunjukkan tinggi memungkinkan 4. Untuk mnegurangi sesak
perilaku peningkatan fungsi ekpansi paru dan dan memberi pasien rasa
paru memudahkan pernafasan nyaman
3. Ajarkan teknik bernafas dan
relaksasi yang benar/Rdapat
memberikan pengetahuan
pada klien tentang teknik
bernafas
4. Kolaborasikan dalam
pemberian oksigen sesuai
kebutuhan/ Pengobatan
mempercepatpenyembuhan
dan memperbaiki pola nafas
Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Auskultasi dada untuk 1. Untuk mengetahui pola
Pertukaran Gas keperawatan selama 2 X 24 jam karakter bunyi nafas dan nafas sesak atau tidak
diharapkan pertukaran gas dapat adanya secret/RUntuk 2. Untuk menghindari sesak
dipertahankan dengan kriteria mengindikasi akumulasi nafas
hasil : sekret/ketidakmampuan 3. Untuk mengurangi sesak
1. Menunjukkan perbaikan membersihkan jalan napas nafas
ventilasi dan oksigenasi sehingga otot aksesori 4. Untuk mnegurangi sesak
jaringan digunakan dan kerja dan memberi pasien rasa
2. Tidak ada sianosis pernapasan meningkat. nyaman
2. Beri posisi yang nyaman
seperti posisi semi
fowler/RMemudahkan klien
untuk bernafas
17
16
18
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KELOLAAN
17
19
mg. Kemudian pasien di bawa ke ruang ICU karena pasien belum sadar dan perlu
penanganan yang intensif, dan diruangn di beri injeksi Cefotaxime 3x1 gr, kalnex
3x1 gr, vitamin K 3x1 ampul, sp dobutamin 250 mg dalam 50 ml.
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya
Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit lain
sebelumnya, dan pasien juga tidak pernah menjalani tindakan operasi.
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga.
3.1.2.5 Genogram Keluarga 3 Generasi
3.1.2.6 Genogram Keluarga
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
: HubunganKeluarga
ETT, pasien terpasang syringe pump, pasien tampak berbaring di tempat tidur dan
pasien tampak kurang bersih.
4.1.3.2 Status Mental
Mengalami penurunan kesadaran, ekspresi wajah tidak ada , bentuk badan
sedikit gemuk , posisi berbaring terlentang, penampilan cukup rapi
3.1.3.2 Tanda-tanda Vital
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengkajian pada Tn. S di dapat hasil
tekanan darah 72/31 mmHg, nadi 101 x/menit, suhu 35,3˚C pada axilla (ketiak),
dan respirasi 20 x/ menit.
Masalah Keperawatan : Hipotermi
3.1.3.3 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada pasien simetris, tipe pernasan dada dan perut, irama
pernapasan tidak teratur, terdapat sputum.
Keluhan lainnya : pasien terpasang on ventilator mekanik dengan pola SIMV PC
FiO2 100%, jalan nafas terpasang ETT , pasien terpasang OPA dan dilakukan
suction,sputum berwarna putih cair campur darah dengan dilakukan 5-6 kali
suction.
Masalah keperawatan :
- Gangguan Ventilasi spontan
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektf
3.1.3.4 Cardiovasculer (Bleeding)
Tidak ada nyeri dada, tidak ada kram kaki, pasien tampak pucat, tidak
clubbing finger, tidak sianosis, , tidak ada palpitasi,Capillary refill >2 detik, tidak
ada edema, tidak ada asites, ictus cordis tidak terlihat, tidak ada peningkatan vena
jugularis, suara jantung normal S1 S2 tunggal.
3.1.3.5 Persyarafan (Brain)
Nilai GCS tidak dapat dinilai, pasien mengalami penurunan kesadaran
masih dalam pengaruh obat, pupil Tn. S anisokor tidak ada kelainan, reflex
cahaya kanan dan kiri negatif.
Uji Syaraf Kranial :
Penilaian fungsi saraf kranial: syaraf kranial I (olfaktoris):dibawah pengaruh
obat tidak dapat dinilai. Syaraf kranial II (optikus): dibawah pengaruh obat tidak
21
dapat dinilai. Syaraf Kranial III (okulomotorius): dibawah pengaruh obat tidak
dapat dinilai. Syaraf kranial IV (trochlear): dibawah pengaruh obat tidak dapat
dinilai. Syaraf kranial V (trigeminus): dibawah pengaruh obat tidak dapat
dinilai.Syaraf VI (abdusen): dibawah pengaruh obat tidak dapat dinilai. Syaraf
kranial VII (fasialis): dibawah pengaruh obat tidak dapat dinilai. Syaraf kranial
VIII (vestibulokokhlearis): dibawah pengaruh obat tidak dapat dinilai. Syaraf
kranial IX (glosofaringeus): dibawah pengaruh obat tidak dapat dinilai. Syaraf
kranial X (vagus): dibawah pengaruh obat tidak dapat dinilai. Syaraf kranial XII
(hipoglosus) : dibawah pengaruh obat tidak dapat dinilai Uji Koordinasi:
Ekstrimitas atas dan ekstrimitas bawah dibawah pengaruh obat tidak dapat dinilai.
Keluhan lainnya:
Masalah keperawatan :
3.1.3.6 Eliminasi Uri (Bladder)
Pada pemeriksaan sistem eliminasi urin(bladder)ditemukan hasil yaitu,
produksi urine dengan output urine sekitar 250 cc/ 7 jam warna urine kuning dan
bau khas (amoniak). Tidak ada oliguri, poliuri, dysuri, tidak menetes, tidak ada
nyeri, tidak panas.
Tidak ada masalah keperawatan
3.1.3.7 Eliminasi Alvi (Bowel)
Pada pemeriksaan eliminasi alvi (bowel) ditemukan hasil yaitu, bibir
lembab, gigi lengkap dan tidak terdapat caries,, tidak ada peradangan dan
kemerahan pada gusi, tidak ada peradangan dan lesi pada lidah, mukosa bibir
lembab, tidak ada peradangan pada tonsil, tidak terdapat benjolan pada rektum,
tidak terdapat hemoroid.
Tidak ada masalah keperawatan
3.1.3.8 Tulang - Otot - Integumen (Bone)
Pada pemeriksaan tulang, otot, dan integumen(bone)ditemukan hasil yaitu,
kemampuan tidak ada pergerakan sendi , tidak ada parises, terdapat luka lecet di
kedua lulut kanan dan kiri, serta ukuran otot simetris, tulang belakang normaldan
uji kekuatan otot ekstremitas atas 1 1 dan ekstremitas bawah 1 1
Tidak ada Masalah Keperawatan
22
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : - Penurunan Kesadaran Gangguan
DO :
Ventilasi Spontan
- Pasien terpasang ventilator Intrakranial
mekanik dengan pola SIMV
PC, FiO2 100% Jaringan otak rusak
- Pasien terpasang OPA (kontusio, laserasi)
- Jalan nafas terpasang ETT
- Irama napas pasien tidak teratur Edema serebral
- Tanda-tanda vital
- TD : 72/31 mmHg Gangguan Ventilasi
N : 101 x/menit Spontan
o
S : 35,3 C
RR : 20 x/menit
DS : - Penurunan Kesadaran Bersihan jalan
DO :
nafas tidak efektif
- Pasien terpasang ventilator Intrakranial
mekanik dengan pola SIMV
PC, FiO2 100% Jaringan otak rusak
- Pasien terpasang OPA (kontusio, laserasi)
- Mengeluarkan sputum
berwarna putih bercampur Edema serebral
darah dengan dilakukan 5-6 kali
suction Bersihan jalan nafas
- Tanda-tanda vital
- TD : 72/31 mmHg tidak efektif
N : 101 x/menit
S : 35,3 oC
RR : 20 x/menit
DS : Penurunan Kesadaran syok
DO :
- Pasien mengalami Intrakranial
penurunan kesadaran
- Pasien terpasang ventilator Jaringan otak rusak
mekanik dengan pola (kontusio, laserasi)
SIMV PC, FiO2 100%
- Pasien terpasang OPA Edema serebral
- Jalan nafas terpasang ETT
- Irama napas pasien tidak Sidrom respon inflamsi
teratur sitemik
- Tanda-tanda vital
- TD : 72/31 mmHg
N : 101 x/menit
S : 35,3 oC
RR : 20 x/menit
27
Tidak mampu
menyesuian diri dari
suhu lingkungan yang
rendah
DS : - Penuruan Kesadaran Defisit perawatan
DO :
diri
- Pasien Pasien mengalami Intrakranial
penurunan kesadaran
- ADL sepenuhnya dibantu Jaringan otak rusak
perawat (kontusio, laserasi)
- Keadan umum pasien tampak
kurang bersih Kelemahan
- TD : 72/31 mmHg
N : 101 x/menit
S : 35,3 oC
RR : 20 x/menit
PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan Ventilasi Spontan berhubungan dengan kelelehan otot pernafanan
dibuktikan dengan Pasien terpasang ventilator mekanik dengan pola SIMV
PC, FiO2 100%, Pasien terpasang OPA, Jalan nafas terpasang ETT, Irama
napas pasien tidak teratur, Tanda-tanda vital TD : 72/31 mmHg, N : 101
x/menit, S : 35,3oC, RR : 20 x/menit
2. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan peningkatan mucus
dibuktikan dengan Pasien terpasang ventilator mekanik dengan pola SIMV
PC, FiO2 100%, Pasien terpasang OPA, Mengeluarkan sputum berwarna
putih campur darah dengan dilakukan 5-6 kali suction, Tanda-tanda vital TD :
72/31 mmHg, N : 101 x/menit, S : 35,3oC, RR : 20 x/menit.
3. Syok berhungan dengan Sidrom respon inflamsi sitemik dibuktikan dengan
Pasien terpasang ventilator mekanik dengan pola SIMV PC, FiO2 100%,
Pasien terpasang OPA, Jalan nafas terpasang ETT, Irama napas pasien tidak
teratur, Tanda-tanda vital TD : 72/31 mmHg, N : 101 x/menit, S : 35,3oC,
RR : 20 x/menit.
4. Hipotermia berhubungan dengan terpaparnya suhu lingkungan rendah
dibuktikan dengan Pasien menggigil, akral teraba dingin, Tanda-tanda vital
TD : 72/31 mmHg, N : 101 x/menit, S : 35,3oC, RR : 20 x/menit.
5. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan
Pasien mengalami penurunan kesadaran, ADL sepenuhnya dibantu oleh
perawat , keadaan umum pasien kurang bersih, Tanda-tanda vital TD : 72/31
mmHg, N : 101 x/menit, S : 35,3oC, RR : 20 x/menit.
6. Defisit Pengetahuan berhungan dengan kurangnya sumber pengetahuan
dibuktikan dengan Keluarga pasien tampak bingung, Keluarga pasien
bertanya-tanya mengapa pasien terpasang alat dimulut pasien dan apa
kegunaannya.
29
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. S
Ruang Rawat : ICU
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
1. Gangguan Ventalasi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pola napas dan 1. Suara napas abnormal
Spontan keperawatan selama 1 x 7 bunyi napas (frekuensi, mneggambarkan adanya
jam diharapkan ventilasi kedalaman, dan upayaa sputum di dalam jalan
spontan dengan kriteria hasil napas) napas pasien. Serta
: 2. Monitor adanya sputum frekuensi pernapasan dapat
- Volume tidal meningkat 3. Monitor saturasi oksigen menunjukan kemampuan
- Dispnea menurun 4. Jelaskan tujuan dan prosedur pasien dalam upaya
- Penggunaan otot bantu pemantauan bernapas
nafas menurun 5. Dokumentasi hasil 2. Karakterisitik sputum dapat
pemantauan berubah sesuai penyebab
atau etiologi penyakit
3. Mengetahui saturasi
oksigen
4. Mengetahui tujuan dan
prosedur
5. Sebagai catatan
perkembangan
30
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. S
Ruang Rawat : ICU
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
2. Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pola napas dan 1. Suara napas abnormal
efektif keperawatan selama 1 x 7 bunyi napas (frekuensi, mneggambarkan adanya
jam diharapkan bersihan kedalaman, dan usaha sputum di dalam jalan
jalan napas efektif dengan napas) napas pasien. Serta
kriteria hasil : 2. Monitor jumlah sputum frekuensi pernapasan dapat
- Frekuensi pernapasan pasien menunjukan kemampuan
dalam rentang normal 15- 3. Berikan posisi semifowler pasien dalam upaya
22 x/menit jika tidak ada kontraindikasi bernapas
- Produksi sputum menurun 4. Kolaborasi dalam 2. Karakterisitik sputum
- Tidak ada betuk berdarah pemberian oksigen dapat berubah sesuai
- Tidak ada bunyi napas penyebab atau etiologi
tambahan penyakit
- Mampu melakukan batuk 3. Memudahkan
efektif pemeliharaan jalan napas
dan mempermudah udara
masuk
4. Penumpukan sekret dapat
memnggangu jalan
pernapasan
5. Meningkatkan pemenuhan
kebutuhan oksigen
31
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. S
Ruang Rawat : ICU
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
3. syok Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pola napas dan 1. Suara napas abnormal
keperawatan selama 1 x 7 bunyi napas (frekuensi, mneggambarkan adanya
jam diharapkan syok dapat kedalaman, dan usaha sputum di dalam jalan
teratasi dengan kriteria napas) napas pasien. Serta
hasil : 2. Berikan posisi semifowler frekuensi pernapasan dapat
- Frekuensi pernapasan jika tidak ada kontraindikasi menunjukan kemampuan
dalam rentang normal 15- 3. Kolaborasi dalam pasien dalam upaya
22 x/menit pemberian oksigen bernapas
- Tidak terjadinya 4. Kolaborasi pemberian 2. Memudahkan
pendarahan transpusi darah pemeliharaan jalan napas
- Cairan dapat terpenuhi dan mempermudah udara
masuk
3. Penumpukan sekret dapat
memnggangu jalan
pernapasan
4. Meningkatkan pemenuhan
kebutuhan oksigen
32
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn.S
Ruang Rawat : ICU
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
5. Hipotermia Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui keadan
keperawatan selama 1 x 7 pasien, terutama suhu tubuh umum pasien serta
jam diharapkan suhu tubuh pasien. penimgkatan suhu pasien.
pasien kembali normal. 2. Berikan selimut yang tebal 2. Untuk meningkatkan suhu
dengan kriteria hasil: 3. Pasang baju yang sedikit tubuh pasien.
- Akral teraba hangat tebal. 3. Agar pasien merasa lebih
- Tidak menggigil 4. Hindarkan pasien dari hangat
- Suhu tubuh normal 36- pendingin ruangan seperti 4. Agar pasien tidak
37,5oC AC. kedinginan berlebihan.
33
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn.S
Ruang Rawat : ICU
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
6. Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi usia dan budaya 1. Mengindetifikasi
keperawatan selama 1 x 7 dalam membantu perawatan perawatan diri
jam diharapkan tidak ada diri 2. Mengetahui keadaan
deficit perawatan diri dengan 2. Monitor kebersihan tubuh kebersihan tubuh pasien
kriteria hasil : (mis. Rambut, mulut, kulit 3. Menambah pengetahuan
- Kemampuan mandi kuku) keluar
meningkat 3. Jelaskan manfaat mandi dan 4. Agar keluarga dapat
- Kemampuan mengenakan dampak tidak mandi ke menerapkan kepada pasien
pakaian meningkat keluarga pasien
- Kemampuan makan 4. Ajarkan kepada keluarga
meningkat cara memandikan pasien
- Minat melakukan
perawatan diri meningkat
34
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. S
Ruang Rawat : ICU
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
7. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1) Mengidentifikasi kesiapan 1) Melihat kesiapan
keperawatan selama 1 x 7
dan kemampuan menerima keluarga pasien dalam
jam diharapkan tidak ada
deficit perawatan diri dengan informasi menerima informasi yang
kriteria hasil :
2) Menyediakam materi dan akan diberikan perawat
1) Keluarga pasien tidak
media pendidikan kesehatan 2) Untuk mempermudah
tampak bingung
3) Menjadwalkan pendidikan memberikan pendidikan
2) Keluarga pasien tidak
kesehatan sesuai kesehatan
lagi bertanya tanya
kesepakatan 3) Untuk mempermudah dan
dengan perawat.
4) Memberikan kesempatan tidak mengganggu
3) Keluarga pasien
untuk bertanya istirahat pasien
mengerti akan kondisi
4) Melatih proses berpikir
pasien.
keluarga pasien
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Menurut Smeltzer, 2010 berbagai tanda dan gejala yang mungkin timbul
pada klien dengan ganguan oksigenasi adalah sesak napas, produksi sputum yang
berlebih, pola napas tidak teratur. Data temuan pada klien mengarah kepada
kondisi tersebut dimana hasil pengkajian terhadap kondisi Tn.S adalah klien
mengeluh batuk berdahak (5) yang di sebabkan oleh produksi sputum yang
berlebih.
Berdasarkan analisa penulis terhadap teoritis dan membandingkannya
dengan temuan masalah yang di alami Tn.S maka penulis mengambil kesimpulan
bahwa tidak ada kesenjangan antara data temuan pada klien dengan teoritis yang
diuraikan para ahli. Kesenjangan yang ditemukan tidak sesuai dengan teori yang
sudah dipaparkan, yaitu dalam tahap pengkajian pada Tn. S ditemukan masalah
bersihan jalan napas tidak efektif.
38
42
jaringan saraf dan proses inflamasi.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b/d peningkatan status metabolik akibat keganasan, efek radioterapi/kemoterapi
dan distres emosional.Risiko infeksi b/d ketidak-adekuatan pertahanan sekunder
dan efek imunosupresi radioterapi/kemoterapi.
Penulis membuat diagnosa keperawatan berdasarkan data temuan yang
dikumpulkan dari klien dan keluarganya: Gangguan Ventilasi Spontan
berhubungan dengan kelelehan otot pernafasan DS:- DO : Pasien terpasang
ventilator mekanik dengan pola SIMV PC, FiO2 100%, Pasien terpasang OPA,
Jalan nafas terpasang ETT, Irama napas pasien tidak teratur, Tanda-tanda vital TD
: 72/31 mmHg, N : 101 x/menit, S : 35,3oC, RR : 20 x/menit, Bersihan Jalan Nafas
Tidak Efektif berhubungan dengan peningkatan mucus DS :- DO : Pasien
terpasang ventilator mekanik dengan pola SIMV PC, FiO2 100%, Pasien
terpasang OPA, Mengeluarkan sputum berwarna putih campur darah dengan
dilakukan 5-6 kali suction, Tanda-tanda vital TD : 72/31 mmHg, N : 101 x/menit,
S : 35,3oC, RR : 20 x/menit. Hipotermia berhubungan dengan terpaparnya suhu
lingkungan rendah DS :- DO : Pasien menggigil, akral teraba dingin, Tanda-tanda
vital TD : 72/31 mmHg, N : 101 x/menit, S : 35,3oC, RR : 20 x/menit. Defisit
Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan DS :- DO : Pasien mengalami
penurunan kesadaran, ADL sepenuhnya dibantu oleh perawat , keadaan umum
pasien kurang bersih, Tanda-tanda vital TD : 72/31 mmHg, N : 101 x/menit, S :
35,3oC, RR : 20 x/menit. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan
DS :- DO : Pasien mengalami penurunan kesadaran, ADL sepenuhnya dibantu
oleh perawat.
Membandingkan kasus pada Tn. S dengan teori yang dipaparkan secara
teoritis terdapat beberapa diagnosa yang tidak diangkat mengingat tidak ada data
pendukung yang mengarah kepada hal tersebut.
Faktor penunjang dalam penegakkan diagnosa ini adalah petunjuk –
petunjuk yang diberikan selama pendidikan yang mengingatkan bahwa dalam
menegakkan suatu masalah tidak perlu terpaku pada teoritis. Yang terpenting
adalah bagaimana kita mampu mengembangkan teori yang ada berdasarkan
masalah yang ditemukan terlebih adanya dukungan yang sangat kooperatif dari
klien dan keluarganya.
43
4.5 Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan terhadap klien mengacu pada skala penilaian berupa tujuan dan
kriteria hasil yang ditetapkan dalam perencanaan keperawatan sebelumnya.
Evaluasi keperawatan pada diagnosa pertama di dapat klien merasa S : - O:
Pasien terpasang ventilator mekanik dengan pola SIMV PC, FiO2 100%, Irama
napas pasien tidak teratur, Tanda-tanda vital TD : 72/31 mmHg N : 101 x/menit
S : 36,6oC RR : 20 x/menit.
Evaluasi keperawatan pada diagnosa kedua di dapat S : - O : Pasien
terpasang ventilator mekanik dengan pola SIMV PC, FiO2 100%, Tanda-tanda
vital TD : 72/31 mmHg N : 101 x/menit S : 36,5oC RR : 20 x/menit.
Evaluasi keperawatan pada diagnosa ketiga di dapat S : - O : Kulit pasien
teraba hangat, Pasien tidak mengigil, Tanda-tanda vital TD : 72/31 mmHg N : 101
x/menit S : 36,5oC RR : 20 x/menit.
Evaluasi keperawatan pada diagnosa keempat S : - O : Pasien mengalami
penurunan kesadaran masih dalam pengaruh obat, Pasien tampak bersih dan rapi,
Tanda-tanda vital TD : 72/31 mmHg N : 101 x/menit S : 36,5oC RR : 20 x/menit.
Evaluasi keperawatan pada diagnosa kelima S : keluarga Pasien mengatakan
sudah mengerti dengan yang telah dijelaskan perawat O : Keluarga Pasien tampak
mendengarkan penjelasan dengan baik, Keluarga Pasien aktif bertanya, Keluarga
Pasien dapat mengulangi kembali penjelasan perawat.
46
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yag diuraikan dalam bab 4 maka di tarik beberapa kesimpulan
yaitu :
1.1.1 Proses Keperawatan
1) Pada pengkajian data yang dilakukan pada kasus Tn.S terdapat tanda dan
gejala yang mengarah kepada gangguan ventilasi spontan, bersihan jalan
napas tidak efektif.
2) Diagnosa keperawatan yang timbul pada kasus Tn. S semuanya berjumlah 5
(lima) diagnosa yaitu : gangguan ventilasi spontan, bersihan jalan napas
tidak efektif, hipotermia, deficit perawatan diri dan defisit pengetahuan.
3) Perencanaan Keperawatan dirancang berdasarkan kebutuhan aktual dengan
rasional tindakan yang mendasarinya, semua disusun bedasarkan
perbandingan teori dengan kondisi yang di alami klien dengan masalah
oksigenasi. Fokus utama dalam kasus ini adalah penanganan gangguan
ventilasi spontan, dan diagnosa yang lainnya di urutkan berdasarkan
prioritas.
4) Tindakan keperawatan pada Tn. S mengikuti perencanaan yang telah
disusun sebelumnya. Di laksanakan dengan dukungan peralatan dari
pendidikan.
5) Evaluasi menunjukkan efektifitas sebagian tindakan yang dilakukan pada
Tn. S terlihat adanya perbaikan yang positif selama perawatan yang
dilaksanakan.
43
47
klien, baik dengan klien maupun keluarga sendiri maupun dengan petugas
kesehatan lainnya dan bimbingan akademik.
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan adalah :
1) Bagi tenaga keperawatan :
Menumbuhkan kesadaran diri akan pentingnya mengembangkan pengetahuan
secara individu oleh perawat.
2) Bagi institusi Rumah Sakit
Pengembangan sarana dan pra sarana kesehatan dan standart acuan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan oksigenasi.
3) Bagi institusi Pendidikan
Lebih memaksimalkan metode pembelajarn yang membina respon kritis
mahasiswa dalam menetapkan masalah keperawatan yang sering ditemui
dilahan praktek, sehingga kemampuan analisa mahasiswa lebih baik.
4) Bagi perkembangan IPTEK
Studi kasus ini dapat mendorong adanya pengembangan – pengembangan
lebih lanjut terutama penelitian yang berhubungan dengan asuhan
keperawatan dengan oksigenasi.
48
DAPTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI