Anda di halaman 1dari 48

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh.
Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap
kali bernapas (Wartonah Tarwanto, 2014).Oksigen itu sendiri merupakan suatu
komponen yang sangat pentingdi dalam memproduksi molekul Adenosin Trifosfat
(ATP) secara normal. ATP adalah sumber bahan bakar untuk sel agar dapat
berfungsi secara optimal.ATP memberikan energi yang diperlukan oleh sel untuk
melakukan keperluanberbagai aktintra venaitas sebagai fungsi tubuh. Oksigen
adalah suatukomponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme.
Oksigenmemegang penting dalam semua proses tubuh secara fungsional, tidak
adanyaoksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami
kemunduranatau bahkan dapat menimbulkan kematian, oleh karena itu,
kebutuhanoksigen merupakan yang paling utama dan sangat vital bagi
tubuh(Fatmawati, 2009).
Oksigen merupakan zat yang tidak berwarna dan tidak berbau yangsangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel, dari hasil metabolismeterbentuklah
karbondioksida, energi, air. Penambahan karbondioksida yangmelebihi batas
normal dalam tubuh akan memberikan dampak yangberbahaya terhadap aktivitas
sel. Pernapasan atau respirasi adalah prosespertukaran gas antara individu dan
lingkungan, fungsi utama pernapasanadalah memperoleh oksigen agar dapat
digunakan oleh sel-sel tubuh danmengeluarkan karbondioksida yang dihasilkan
oleh sel. Tubuh mengambiloksigen dari lingkungan kemudian diangkut ke seluruh
tubuh melalui darahguna dilakukan pembakaran. Sisa pembakaran berupa
karbondioksida akandiangkut kembali melalui darah ke paru-paru untuk
dikeluarkan kembali ke lingkungan sebagai sisa metabolisme tubuh. Kapasitas
udara dalam paru-paru adalah 4.500-5000 ml (4,5-5 liter). Udara yang diproses
paru-paru hanyasekitar 10% atau kurang dari 500 ml, yakni yang dihirup saat
inspirasi danyang dihembuskan saat ekspirasi (Mubarak dan Chayatin, 2007).

1
2

Upaya yang paling penting dalam penyembuhan dengan perawatan yang


tepat merupakan tindakan yang utama dalam menghadapi pasien penderita asma,
untuk mencegah komplikasi yang lebih fatal dan diharap pasien dapat segera
sembuh kembali. Penanganan yang utama pada penderita asma adalah memenuhi
kebutuhan oksigen. Kerja sama dengan tim medis serta melibatkan pasien dan
keluarga sangat diperlukan agar perawatan dapat berjalan dengan lancar.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana pengkajian pada pasien dengan masalah gangguan kebutuhan
oksigenasi?
2) Apa saja Diagnosa Keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan
kebutuhan oksigenasi?
3) Bagaimana intervensi keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan
kebutuhan oksigenasi?
4) Bagaimana Implementasi keperawatan pada pasien dengan masalah
gangguan kebutuhan oksigenasi?
5) Bagaimana Evaluasi Keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan
oksigenasi?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Diperoleh kemampuan dalam menerapkan dan menyajikan laporan studi
kasus serta pengalaman nyata dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan pada kasus gangguan kebutuhan oksigenasi?
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian pada pasien dengan masalah gangguan kebutuhan
oksigenasi
2) Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan
kebutuhan oksigenasi
3) Menyusun intervensi Keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan
kebutuhan oksigenasi
3

4) Melakukan implementasi Keperawatan pada pasien dengan masalah


gangguan kebutuhan oksigenasi
5) Melakukan Evaluasi Keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan
kebutuhan oksigenasi

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan dari asuhan keperawatan ini adalah :
1.4.1 Teoritis
Laporan Studi Kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu
acuan dalam peningkatan kualitas pelayanan Asuhan Keperawatan dengan
masalah gangguan kebutuhan oksigenasi
1.4.2 Praktis
1.4.2.1 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Hasil studi ini dapat membuka wawasan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya ilmu keperawatan dan kesehatan pada umumnya,
dalam hal ini berkaitan dengan penyakit gangguan kebutuhan oksigenasi
1.4.2.2 Bagi Mahasiswa
Memberikan pengetahuan tentang ilmu keperawatan khususnya Asuhan
Keperawatan pada pasien dengangangguan kebutuhan oksigenasi
1.4.2.3 Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada pasien
denganSoft Tissue TumorMeningkatkan mutu pelayanan perawatan di
Rumah Sakit kepada pasien dengan gangguan kebutuhan oksigenasimelalui
Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan secara komphensif.
1.4.2.4 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan tentang gangguan kebutuhan oksigenasidan Asuhan
Keperawatannya.
4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Oksigenasi


Ketidak seimbangan cairan adalah isotonik dan osmolar. Kekurangan dan
kelebihan isotonik terjadi jika air dan elektrolit diperoleh atau hilang dalam
proporsi yang sama. Sebaliknya, ketidakseimbangan osmolar adalah kehilangan
atau kelebihan air saja sehingga konsentrasi (osmolalitas) serum dipengaruhi
(Potter & Perry, 2011).
Kekurangan volume cairan adalah keadaan ketika seorang individu yang
tidak menjalani puasa mengalami atau berisiko mengelami dehidrasi vaskular,
interstitial atau intravaskular (Lynda Juall, 2011 : 168). Kekurangan volume
cairan adalah penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/ atau intraseluler
yang mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan pada
natrium (Nanda, 2012 : 264).
Kelebihan volume cairan adalah keadaan ketika seseorang individu
mengalami atau berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial
(Lynda Juall, 2011 : 172). Kelebihan volume cairan merupakan peningkatan
retensi cairan isotonik (Nanda, 2012 : 265).
Risiko ketidakseimbangan elektrolit merupakan berisiko mengalami
perubahan kadar elektrolit serum yang dapat mengganggu kesehatan (Nanda,
2012 : 262).

2.2 Anatomi Fisiologi


Sistem oksigenasi/pernafasan terdiri dari 2 yaitu :
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur
kebutuhan cairan dan elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur
air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa
darah dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam. Proses pengaturan
kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian ginjal, seperti
glomerulus dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung
500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar.

4
5

Cairan yang tersaring (filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli


renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine
yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-
rata 1 ml/kg/bb/jam.
2.2.1.1 Hidung
Hidungterdiri atas dua Nostril yang merupakan pintu masuk rongga
hidung. Dilapisi mukosa respirasi serta epitel batang, besilia dan berlapis semu.
Mukosa berfungsi menyaring, menghangatkan dan melembabkan udara yang
masuk melalui hidung.
2.2.1.2 Sinus Pranasal
Sinus Pranasal berfungsi menyereksi mukus, membantu pengaliran air
mata melalui saluran nasolakrimalis, dan membantu dalam menjaga permukaan
hidung tetap berfungsi menyereksi mukus, membantu pengaliran air mata melalui
saluran nasolakrimalis, dan membantu dalam menjaga permukaan hidung tetap
bersih dan lembab.
2.2.1.3 Faring
Faring adalah pipa berotot yang bermula dari dasar tengkorak dan berakhir
sampai persambungannya dengan esophagus dan batas tulang rawan kriloid,
Faring terdiri dari tiga bagian yang dinamai berdasarkan letaknya, yakni
nasofaring (di belakang hidung), orofaring (di belakang mulut), laringofaring ( di
belakang laring)
2.2.1.4 Laring (tenggorokan)
terletak di ruang ke-4 atau ke-5 dan berakhir di ruang ke-6 vetebra
servikalis. Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas
bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran, terdiri atas
dua lamina yang bersambung di garis tengah.
2.2.1.5 Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu
menutup laring pada saat proses menelan.
2.2.2 Saluran Pernafasan bawah terdiri dari bagian-bagian yang terdapat di
dalam rongga dada. Saluran pernafasan bagian bawah berfungsi
mengalirkan udara dan memproduksi surfaktan, saluran ini terdiri dari :
6

2.2.2.1 Trachea
Tracheaatau sering disebut batang tenggorok, memiliki panjang ± 9 cm
yang dimulai dari laring sampai kira-kira ketinggian vetebra torakalis ke 5.
Trachea tersusun atas 16-20 kartilago hialin berbentuk huruf C yang melekat pada
dinding trachea dan berfungsi untuk melindungi jalan udara, mencegah terjadinya
kolap atau ekspansi berlebihan akibat perubahan tekanan udara yang terjadi dalam
sistem pernafasan.
2.2.2.2 Bronkus
Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea yang
terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek dan lebar
dari pada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah, sedangkan
bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari lobus atas dan
bawah.
2.2.2.3 Brokhus Pulmonaris
berfungsi menghantarkan udara ketempat pertukaran gas di paru.
2.2.2.4 Duktus Alveolaris dan Alveoli
berfungsi sebagai tempat penyimpanan udara dan dimana udara (oksigen)
akan di suplai keseluruh tubuh dengan diikat oleh HB ( hemoglobin) dan di bawa
keseluruh tubuh, dan juga tempat keluarnya CO2 dari kapiler ke alveoli yang
dibawa oleh HB (Muttaqin, 2008).
2.3 Etiologi Oksigenasi
Etiologi yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan menurut
Potter dan Perry tahun 2005, yaitu:
2.3.1 Faktor fisiologis
Proses fisiologi yang mempengaruhi oksigenasi antara lain:
Proses Pengaruh Pada Oksigenasi
Anemia Menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen
Racun inhalasi Menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen
Obstruksi jalan Menghambat pengiriman oksigen yang diinsiprasi ke
napas alveoli
Tempat yang tinggi Menurunkan konsentrasi oksigen inspirator
Meningkatkan frekuensi metabolisme dan kebutuhan
Demam
oksigen di jaringan
Mencegah penurunan diafragma dan menurunkan
Pengaruh gerakan
diameter anteroposterior thoraks pada saat inspirasi,
dinding dada
menurunkan volume udara yang diinspirasi.
7

Adapun kondisi yang mempengaruhi gerakan dinding dada:


2.3.1.1 Kehamilan
Ketika fetus mengalami perkembangan selama kehamilan, maka uterus
yang berukuran besar akan mendorong isi abdomen ke atas diagfragma.
2.3.1.2 Obesitas
Klien yang obesitas akan mengalami penurunan volume paru. Hal ini
dikarenakan thorak dan abdomen bagian bawah yang berat.
2.3.1.3 Kelainan musculoskeletal
Kerusakan muskulosetal di region thorak menyebabkan penurunan
oksigenasi.
2.3.1.4 Konfigurasi structural yang abnormal.
2.3.1.5 Trauma.
2.3.1.6 Penyakit otot.
2.3.1.7 Penyakit system persarafan.
2.3.1.8 Pengaruh penyakit kronis.
2.3.2 Faktor Perkembangan
2.3.2.1 Bayi Prematur
Bayi prematur berisiko terkena penyakit membrane hialin, yang diduga
disebabkan defisiensi surfaktan.
2.3.2.2 Bayi dan Todler
Bayi dan toddler berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan atas
(ISPA) hasil pemaparan dari anak-anak lain dan pemaparan asap dari rokok.
Selain itu, selama proses pertumbuhan gigi, beberapa bayi berkembang kongesti
nasal yang memungkinkan pertumbuhan bakteri dan meningkatkan potensi
terjadinya ISPA. ISPA yang sering dialami adalah nasofaringitis, faringitis,
influenza, dan tonsillitis.
2.3.2.3 Anak usia sekolah dan remaja
Anak usia sekolah dan remaja terpapar pada infeksi pernapasan dan faktor-
faktor resiko pernapasan, misalnya asap rokok dan merokok.
8

2.3.2.4 Dewasa muda dan dewasa pertengahan


Individu pada usia pertengahan dan dewasa muda terpapar pada banyak
faktor resiko kerdiopulmonar seperti diet yang tidak sehat, kurang latihan fisik,
obat-obatan
2.3.2.5 Lansia
Kompliansi dinding dada menurun pada klien lansia yang berhubungan
denganosteoporosis dan kalsifikasi tulang rawan kosta. Otot-otot pernapasan
melemahdan sirkulsi pemubuluh darah pulmonar menurun.
2.3.3 Faktor Perilaku
2.3.3.1 Nutrisi
Klien yang kekurangan gizi mengalami kelemahan otot pernapasan.
Kondisi ini menyebabkan kekekuatan otot dan kerja pernapasan menurun.
2.3.3.2 Latihan Fisik
Latihan fisik meningkatkan aktivitas metabolism tubuh dan kebutuhan
oksigen. Frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat, sehingga individu
mampu untuk mengatasi lebih banyak oksigen dan mengeluarkan kelebihan
karbondoksida.
2.3.3.3 Merokok
Dikaitkan dengan sejumlah penyakit termasuk penyakit jantung, penyakit
paruobstrukti kronis, dan kanker paru.
2.3.3.4 Penyalahgunaan Substansi
Penggunaan alkohol dan obat-obatan secara berlebihan akan menggganggu
oksigenasi jaringan. Kondisi ini sering kali memiliki asupan nutrisi yang buruk.
2.3.4 Faktor Lingkungan
2.3.4.1 Abestosis
Penyakit paru yang diperoleh dari tempat kerja dan berkembang setelah
individu terpapar asbestosis.
2.3.4.2 Ansietas
Keadaan yang terus-menerus pada ansietas berat akan meningkatkan laju
metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen akan meningkat.
9

2.4 Klasifikasi Oksigenasi


Proses pemenuhan oksigen di dalm tubuh terdiri atas tiga tahapan yaitu :
2.4.1 Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa faktor :
1) Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu
tempat, maka tekanan udara semakin rendah
2) Adanya kondisi jalan nafas yang baik
3) Adanya kemampuan thoraks dan alveoli pada paru-paru untuk
mengembang disebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah
kemampuan untuk mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru
2.4.2 Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran anatara O² adri alveoli ke kapiler paru-
paru dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini di pengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu :
1) Luasnya permukaan paru
2) Tebal membran respirasi/permeabilitasyang terdiri atas epitelalveoli
dan interstisial. Keduanya dapat memepengaruhi proses difusi apabila
terjadi proses penebalan
3) Perbedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi
sebagaimana O² dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi
karena tekanan O² dalam rongga alveoli lebih tinggi daripada tekanan
O² dalam darah vena pulmonalis
4) Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat Hb
2.4.3 Transportasi
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke jaringan
tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dapat di pengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu :
1) Curah jantung ( kardiak output), frekuensi denyut nadi
Kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah
secara keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb.
10

2.5 Patofisiologi Oksigenasi


Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke
paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat
tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan napas sebagai
benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran
oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan
ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi,
maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup,
afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi
pertukaran gas (Brunner dan Suddarth, 2002).

2.6 Manifestasi Klinis Oksigenasi


Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk
bernafas, pernafasan nafas faring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea, nafas
pendek, nafas dengan mulut, ekspirasi memanjang, frekuensi nafas kurang,
penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak
efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2015).Beberapa tanda
dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu :
1) Takikardi, adalah kondisi di mana detak jantung seseorang di atas normal
dalam kondisi beristirahat. Detak jantung orang dewasa sehat adalah 60
sampai 100 kali per menit saat istirahat. Detak jantung pada penderita
takikardia paling sedikit 100 kali per menit.
2) Kelelahan, suatu kondisi yang memiliki tanda berkurangnya kapasitas yang
dimiliki seseorang untuk bekerja dan mengurangi efisiensi prestasi, dan
biasanya hal ini disertai dengan perasaan letih dan lemah. Kelelahan dapat
akut dan datang tiba-tiba atau kronis dan bertahan.
3) Somnolen adalah kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat,
mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu menjawab verbal. Suatu
keadaan dengan rasa ngantuk yang dalam.
11

4) Hipoksia adalah kondisi dimana kadar karbon dioksida dalam tubuh


meningkat. Dari asal katanya, “hiper” berarti di atas nilai normal dan
“kapnia” berasal dari bahasa Yunani yang berarti asap atau dalam kimia
merupakan senyawa karbondioksida.
5) Sianosis adalah tanda fisik berupa kebiruan pada kulit dan selaput lendir,
seperti pada mulut atau bibir yang terjadi akibat rendahnya kadar oksigen
dalam sel darah merah.
6) Warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman),
7) Sakit kepala ketika bangun,
8) Abnormal frekuensi, irama dan kedalaman nafas (NANDA, 2015).

2.7 Komplikasi Oksigenasi


Komplikasi yang mungkin terjadi dari ganguan pemenuhan oksigen adalah :
1) Penurunan kesadaran
2) Hipoksia
3) Disorientasi
4) Gelisah
Dan kemungkinan komplikasi pada oksigenasi Obstruksi/sumbatan jalan nafas
atau gangguan pernafasan juga dapat mempengaruhi sistem organ lain terutama
sistem kardiovaskuler misalnya aritmia dan takhikardia.

2.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan diagnostik  yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan oksigenasi yaitu :
2.8.1 Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas
secara efisien.
2.8.2 Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler
alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
2.8.3 Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
12

2.8.4 Pemeriksaan sinar X dada


Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses
abnormal.
2.8.5 Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda
asing yang menghambat jalan nafas.
2.8.6 CT-SCAN
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.

2.9 Penatalaksanaan Medis


2.9.1 Pemantauan Hemodinamika Mengkaji status hemodinamik melalui
monitoring EKG, denyut nadi, Non infasif BP,  status mental, pulse
oksimetri dan produksi urine.
1) Pengobatan bronkodilator adalah kelompok obat yang bisa digunakan
untuk memperlancar pernapasan.
2) Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter,
misal: nebulizer, kanul nasal, masker untuk membantu pemberian
oksigen jika diperlukan.
3) Penggunaan ventilator mekanik adalah alat pernafasan bertekanan
negatif atau positif. yang dapat mempertahankan ventilasi dan
pemberian oksigen dalam waktu yang lama
2.9.2 Fisoterapi dada adalah Sejumlah terapi yang digunakan dalam kombinasi
untuk mobilisasi sekresi pulmonaria. Fisioterapi dada harus diikuti dengan
batuk efektif dan mencustion klien/klien yang mengalami penurunan
kemampuan untuk batuk

2.10 Pengkajian
2.10.1 Pengkajian Primer
2.10.1.1 Airway :
Batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot pernafasan,
oksigen, dan lain-lain.
2.10.1.2 Breathing :
Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal.
13

2.10.1.3 Circulation :
Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub jantung, anemia,
syok dan lain-lain. Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung, irama jantung, nadi
apical, bunyi jantung S3, gallop, nadi perifer berkurang, perubahan dalam
denyutan nadi juguralis, warna kulit, kebiruan punggung, kuku pucat atau
sianosis, hepar ada pembesaran, bunyi nafas krakles atau ronchi, oedema.
2.10.2 Pengkajian Sekunder
2.10.2.1 Aktifitas/istirahat
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah, dispnea saat
istirahat atau aktifitas, perubahan status mental, tanda vital berubah saat
beraktifitas.
2.10.2.2 Integritas ego : Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung.
2.10.2.3 Eliminasi
Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada malam
hari, diare / konstipasi.
2.10.2.4 Makanana/cairan
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB signifikan.
Pembengkakan ekstremitas bawah, diit tinggi garam penggunaan diuretic distensi
abdomen, oedema umum, dan lain-lain.
2.10.2.5 Hygiene : Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan kurang.
2.10.2.6 Neurosensori
Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah
tersinggung.
2.10.2.7 Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah.
2.10.2.8 Interaksi social : penurunan aktifitas yang biasa dilakukan

2.11 Diagnosa Keperawatan


2.11.1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
sputum ditandai dengan batuk produktif
2.11.2 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
14

2.11.3 Gangguan pertukaran gas berhubungna dengan adanya penumpukan cairan


dalam paru
15

2.12 Rencana Keperawatan


DIANGOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATA
N
Bersihan jalan Setelah dilakukan asuhan 1. Auskultasi dada untuk 1. Untuk mengetahui
nafas tidak efektif keperawatan selama 3x 24 jam karakter bunyi nafas dan adanya secret
klien menunjukkan : adanya secret/RPernafasan 2. Untuk mencair secret
1. Menunjukkan jalan nafas rochi, wheezing 3. Untuk menghindari sesak
bersih menunjukkan tertahannya nafas
2. Suara nafas normal tanpa secret obstruksi jalan nafas 4. Agar terhindar dari sesak
suara tambahan 2. Berikan air minum 5. Untuk memudahkan
3. Tidak ada penggunaan otot hangat/RMembantu pengeluaran secret
bantu nafas mengencerkan secret
3. Beri posisi yang nyaman
seperti posisi semi fowler /
R Memudahkan klien untuk
bernafas
4. Sarankan keluarga agar
tidak memakaikan pakaian
ketat kepada klien/R
Pakaian yang ketat
menyulitkan klien untuk
bernafas
5. Kolaborasi penggunaan
nebulizer/R Kelembapan
mempermudah pengeluaran
dan mencegah pembentukan
mucus tebal pada bronkus
dan membantu pernafasan

Pola nafas tidak Setelah dilakukan Asuhan 1. Kaji frekuensi pernafasan 1. Untuk mengetahui pola

15
16

efektif keperawatan selama 3 x 24jam : klien/R Mengetahui nafas sesak atau tidak
1. Menunjukkkan pola nafas frekuensi pernafasan 2. Untuk menghindari sesak
efektif dengan frekuensi paasien nafas
nafas 16-20 kali/menit dan 2. Tinggikan kepala dan bantu 3. Untuk mengurangi sesak
irama teratur. mengubah posisi/RDuduk nafas
2. Mampu menunjukkan tinggi memungkinkan 4. Untuk mnegurangi sesak
perilaku peningkatan fungsi ekpansi paru dan dan memberi pasien rasa
paru memudahkan pernafasan nyaman
3. Ajarkan teknik bernafas dan
relaksasi yang benar/Rdapat
memberikan pengetahuan
pada klien tentang teknik
bernafas
4. Kolaborasikan dalam
pemberian oksigen sesuai
kebutuhan/ Pengobatan
mempercepatpenyembuhan
dan memperbaiki pola nafas
Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Auskultasi dada untuk 1. Untuk mengetahui pola
Pertukaran Gas keperawatan selama 2 X 24 jam karakter bunyi nafas dan nafas sesak atau tidak
diharapkan pertukaran gas dapat adanya secret/RUntuk 2. Untuk menghindari sesak
dipertahankan dengan kriteria mengindikasi akumulasi nafas
hasil : sekret/ketidakmampuan 3. Untuk mengurangi sesak
1. Menunjukkan perbaikan membersihkan jalan napas  nafas
ventilasi dan oksigenasi sehingga otot aksesori 4. Untuk mnegurangi sesak
jaringan digunakan dan kerja dan memberi pasien rasa
2. Tidak ada sianosis pernapasan meningkat. nyaman
2. Beri posisi yang nyaman
seperti posisi semi
fowler/RMemudahkan klien
untuk bernafas
17

3. Anjurkan untuk bedrest,


batasi dan bantu aktivitas
sesuai kebutuhan/Runtuk
Mengurangi konsumsi
oksigen pada periode
respirasi.
4. Ajarkan teknik bernafas
dan  relaksasi yang benar/R
dapat memberikan
pengetahuan pada klien
tentang teknik bernafas

16
18

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KELOLAAN

3.1 Pengkajian Keperawatan


Nama Mahasiswa :Dewi Sartika
Ruang Praktek : Ruang ICU
Tanggal Praktek :27 Februari 2020
Tanggal Dan Jam Pengkajian :27 Februari 2020 Jam 08.00 WIB
3.1.1 Identitas Klien
Nama: :Tn. S
Umur: :23 Tahun
Jenis Kelamin :Laki-Laki
Suku Bangsa :Dayak/Indonesia
Agama: :Islam
Pekerjaan: : Swasta
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan :Belum Menikah
Alamat :PT DW Warna Karya
Tgl MRS :25 Februari 2020
Diagnosa Medis : DSS (Dengue Syok Sidrom)

3.1.2 Riwayat Kesehatan/Perawatan


3.1.2.1 Keluhan Utama
“Pasien mengalami penurunan kesadaran dengan GCS E : 1, V : ETT, M :
1”.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Keluarga pasien mengatakan kurang lebih 1 minggu pasien sudah demam
pasien hanya dirawat dirumah pada tanggal 25 Februari 2020 pasien tiba-tiba
mengalami penurunan kesadaran serta Mimisan darah dan mengeluarkan darah
dari mulutnya, lalu pasien di bawa oleh keluarga RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya. Di IGD pasien mendapat penanganan pemasangan infus NaCl 0,9
%, di injeksi obat ranitidine 2 mg, injeksi obat cefotaxime 1 gr, di I kalnex 500

17
19

mg. Kemudian pasien di bawa ke ruang ICU karena pasien belum sadar dan perlu
penanganan yang intensif, dan diruangn di beri injeksi Cefotaxime 3x1 gr, kalnex
3x1 gr, vitamin K 3x1 ampul, sp dobutamin 250 mg dalam 50 ml.
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya
Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit lain
sebelumnya, dan pasien juga tidak pernah menjalani tindakan operasi.
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga.
3.1.2.5 Genogram Keluarga 3 Generasi
3.1.2.6 Genogram Keluarga

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Meninggal

: HubunganKeluarga

: Tinggal Satu Rumah

3.1.3 Pemeriksaan Fisik


3.1.3.1 Keadaan Umum
Keadaan umum pasien mengalami penurunan kesadaran dalam pengaruh
obat terpasang SP Fentanil 5 ml/jam, lasofrazol 2 ml/jam, infus terpasang pada
tangan kiri RL drip adena 1 ampul /8jam, pasien terpasang on ventilator mekanik
dengan pola SIMV PC FiO2 100%, pasien terpasang OPA, jalan nafas terpasang
20

ETT, pasien terpasang syringe pump, pasien tampak berbaring di tempat tidur dan
pasien tampak kurang bersih.
4.1.3.2 Status Mental
Mengalami penurunan kesadaran, ekspresi wajah tidak ada , bentuk badan
sedikit gemuk , posisi berbaring terlentang, penampilan cukup rapi
3.1.3.2 Tanda-tanda Vital
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengkajian pada Tn. S di dapat hasil
tekanan darah 72/31 mmHg, nadi 101 x/menit, suhu 35,3˚C pada axilla (ketiak),
dan respirasi 20 x/ menit.
Masalah Keperawatan : Hipotermi
3.1.3.3 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada pasien simetris, tipe pernasan dada dan perut, irama
pernapasan tidak teratur, terdapat sputum.
Keluhan lainnya : pasien terpasang on ventilator mekanik dengan pola SIMV PC
FiO2 100%, jalan nafas terpasang ETT , pasien terpasang OPA dan dilakukan
suction,sputum berwarna putih cair campur darah dengan dilakukan 5-6 kali
suction.
Masalah keperawatan :
- Gangguan Ventilasi spontan
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektf
3.1.3.4 Cardiovasculer (Bleeding)
Tidak ada nyeri dada, tidak ada kram kaki, pasien tampak pucat, tidak
clubbing finger, tidak sianosis, , tidak ada palpitasi,Capillary refill >2 detik, tidak
ada edema, tidak ada asites, ictus cordis tidak terlihat, tidak ada peningkatan vena
jugularis, suara jantung normal S1 S2 tunggal.
3.1.3.5 Persyarafan (Brain)
Nilai GCS tidak dapat dinilai, pasien mengalami penurunan kesadaran
masih dalam pengaruh obat, pupil Tn. S anisokor tidak ada kelainan, reflex
cahaya kanan dan kiri negatif.
Uji Syaraf Kranial :
Penilaian fungsi saraf kranial: syaraf kranial I (olfaktoris):dibawah pengaruh
obat tidak dapat dinilai. Syaraf kranial II (optikus): dibawah pengaruh obat tidak
21

dapat dinilai. Syaraf Kranial III (okulomotorius): dibawah pengaruh obat tidak
dapat dinilai. Syaraf kranial IV (trochlear): dibawah pengaruh obat tidak dapat
dinilai. Syaraf kranial V (trigeminus): dibawah pengaruh obat tidak dapat
dinilai.Syaraf VI (abdusen): dibawah pengaruh obat tidak dapat dinilai. Syaraf
kranial VII (fasialis): dibawah pengaruh obat tidak dapat dinilai. Syaraf kranial
VIII (vestibulokokhlearis): dibawah pengaruh obat tidak dapat dinilai. Syaraf
kranial IX (glosofaringeus): dibawah pengaruh obat tidak dapat dinilai. Syaraf
kranial X (vagus): dibawah pengaruh obat tidak dapat dinilai. Syaraf kranial XII
(hipoglosus) : dibawah pengaruh obat tidak dapat dinilai Uji Koordinasi:
Ekstrimitas atas dan ekstrimitas bawah dibawah pengaruh obat tidak dapat dinilai.
Keluhan lainnya:
Masalah keperawatan :
3.1.3.6 Eliminasi Uri (Bladder)
Pada pemeriksaan sistem eliminasi urin(bladder)ditemukan hasil yaitu,
produksi urine dengan output urine sekitar 250 cc/ 7 jam warna urine kuning dan
bau khas (amoniak). Tidak ada oliguri, poliuri, dysuri, tidak menetes, tidak ada
nyeri, tidak panas.
Tidak ada masalah keperawatan
3.1.3.7 Eliminasi Alvi (Bowel)
Pada pemeriksaan eliminasi alvi (bowel) ditemukan hasil yaitu, bibir
lembab, gigi lengkap dan tidak terdapat caries,, tidak ada peradangan dan
kemerahan pada gusi, tidak ada peradangan dan lesi pada lidah, mukosa bibir
lembab, tidak ada peradangan pada tonsil, tidak terdapat benjolan pada rektum,
tidak terdapat hemoroid.
Tidak ada masalah keperawatan
3.1.3.8 Tulang - Otot - Integumen (Bone)
Pada pemeriksaan tulang, otot, dan integumen(bone)ditemukan hasil yaitu,
kemampuan tidak ada pergerakan sendi , tidak ada parises, terdapat luka lecet di
kedua lulut kanan dan kiri, serta ukuran otot simetris, tulang belakang normaldan
uji kekuatan otot ekstremitas atas 1 1 dan ekstremitas bawah 1 1
Tidak ada Masalah Keperawatan
22

3.1.3.9 Kulit-Kulit Rambut


Riwayat alergi pasien tidak pernah mengalami alergi obat, alergi makanan.
Suhu kulit Nn.Ateraba hangat , warna kulit pucat, turgor kulit menurun, jaringan
parut tidak ada, tekstur rambut lurus, dibubusi rambut merata, bentuk kuku
simetris tidak ada kelainan tidak ada masalah keperawatan.
3.1.3.10 Sistem Penginderaan
1) Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan pupil isokor 3 cm kiri kanan, reflek cahaya menurun,
reflek kornea menurun dan pasien mengalami penurunan kesadaran..
masalah keperawatan : tidak ada
2) Hidung/Penciuman
Fungsi penciuman hidung simetris tidak ada peradangan maupun kelainanan
yang di alami pasien.
3.1.3.11 Leher Dan Kelenjar Limfe
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba,
kelenjar tyroid tidak teraba, mobilitas leher bergerak bebas tidak terbatas.
3.1.3.12 Sistem Reproduksi
Reproduksi tidak ada mengalami kemerahan, gatal-gatal, perdarahan, tidak
ada kelainan padauretra, kebersihan cukup bersih.
Tidak ada masalah
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit
Pasien mengalami penurunan kesadaran sehingga koping-toleransi tidak
bias dinilai.
3.1.4.2 NutrisidanMetabolisme
Tinggi badan1620cm, berat badan sebelum sakit 70 kg, berat badan saat
sakit 70 kg. Diet sonde susu 6x100 ml
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 3x sehari 3x sehari
Porsi - 1 piring makan
Nafsu makan Berkurang Baik
23

Jenis Makanan Diet sonde susu Nasi, lauk, sayur


Jenis Minuman - Air putih, teh
Jumlah minuman/cc/24 jam 6x100 ml ±1200 cc/24 jam
Kebiasaan makan Pagi, siang, malam Pagi, siang,
malam
Keluhan/masalah - Tidak ada
Tabel 2.1 Pola Makan Sehari-hari Tn.S di Ruang ICU
3.1.4.3 Pola istirahat dan tidur
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit tidur pada malam hari 6-7 jam
sedangkan pada siang hari 1-2 jam. Saat sakit pasien tidak sadar.
3.1.4.4 Kognitif
Dibawah pengaruh obat kognitif tidak dapat dinilai
3.1.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, identitas diri, harga diri, peran)
Dibawah pengaruh obat konsep diri tidak dapat dinilai
Masalah Keperawatan: tidak ada
3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari
Keluarga pasien mengatakan aktivitas pasien sebelum sakit biasanya dapat
melakukan aktivitasnya secara mandiri dan mampu memenuhi ADL sendiri, saat
sakit pasien mengalami penurunan kesadaran semua ADL di bantu oleh perawat.
Masalah keperawatan : Defisit Perawatan diri
3.1.4.7 Koping –Toleransi terhadap Stress
Pasien mengalami penurunan kesadaran sehingga koping-toleransi tidak bias
dinilai.
Masalah Keperawatan: Tidak ada
3.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan
Keluarga pasien memeluk agama islam dan mengatakan semua tindakan
yang dilakukan oleh petugas kesehatan tidak ada yang bertentangan dengan pola
keyakinan.
Masalah Keperawatan: tidak ada
3.1.5 Sosial-Spritual
3.1.5.1 Kemampuan berkomunikasi
Pasien tidak dapat berkomunikasi karena pasien tidak sadar.
24

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah


3.1.5.2 Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan pasien sehari-hari, yaitu bahasa dayak dan
Indonesia.
3.1.5.3 Hubungan dengan keluarga
Keluarga pasien mengatakan pasien memiliki hubungan yang baik dengan
keluarga.
3.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Pasien mengalami penurunan kesadaran sehingga koping-toleransi tidak bias
dinilai.
3.1.5.5 Orang berarti/terdekat
Orang yang paling dekat dengan Tn. S adalah seorang anak
3.1.5.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang
Keluarga pasien mengatakan pasien mengunakan waktu yang luang dengan
berkumpul bersama keluarga.
3.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang lainnya)
3.1.6.1 Pemeriksaan Laboratorium 25 Februari 2020
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal
Glukosa-Sewaktu 168 mg/dl <200
Ureum 17 mg/dl 21-53
Kreatinin 0,58 mg/dl 0,17-1,5
Natrium 141 mmol/L 135-148 mmol/L
Kalium 3,4 mmol/L 3,5-5,3 mmol/L
Calcium 1,16 0,98-1,2 mmol/L
WBC 0,82 4.50-11.00
HGB 9 10.5-18.0
HCT 32.5 37.0-48.0
PLT 167 150-400

Tabel 2.2 Data Penunjang Tn. S


3.1.6.2 Penatalaksanaan Medis
Nama Obat Indikasi
Inf. NaCl 0,9 % 1000 cc/24 jam NaCl 0,9 % membantu mengganti cairan
tubuh pasien.
Inj. Cefotaxime 3x1 gr Obat yang digunakan untuk mencegah serta
mengobati mual dan muntah yang bisa
disebabkan oleh efek samping kemoterapi,
radioterapi, atau operasi
Inj. Kalnex 3x1 gr digunakan untuk mengobati dan mencegah
25

berbagai penyakit perut dan kerongkongan yang


disebabkan oleh terlalu banyak asam lambung,
misalnya erosive esophagitis dan refluks asam
lambung (gastroesophageal reflux disease,
GERD). 
Inj. Vitamin K 3x1 Amp adalah obat yang biasanya digunakan untuk
mengobati rasa sakit ringan hingga sedang,
mulai dari sakit kepala, nyeri haid, sakit gigi,
nyeri sendi, dan nyeri yang dirasakan selama
flu. Paracetamol juga bisa digunakan untuk
meredakan demam.
SP Dobutamin 250 mg dlm 50 ml obat yang digunakan untuk mengurangi tekanan
5 ml/j dalam kepala karena pembengkakan di otak.
SP Fentanyl 500 mg 2,5 ml/j Fentanyl adalah obat pereda nyeri yang
jam digunakan untuk meredakan rasa sakit yang hebat.
SP Lansoprzole 6 mg 2 ml/j obat golongan benzodiazepine yang diberikan
jam sebelum operasi, untuk mengatasi rasa cemas,
membuat pikiran dan tubuh menjadi rileks, serta
menimbulkan rasa kantuk dan tidak sadarkan
diri. 
26

ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : - Penurunan Kesadaran Gangguan
DO :
Ventilasi Spontan
- Pasien terpasang ventilator Intrakranial
mekanik dengan pola SIMV
PC, FiO2 100% Jaringan otak rusak
- Pasien terpasang OPA (kontusio, laserasi)
- Jalan nafas terpasang ETT
- Irama napas pasien tidak teratur Edema serebral
- Tanda-tanda vital
- TD : 72/31 mmHg Gangguan Ventilasi
N : 101 x/menit Spontan
o
S : 35,3 C
RR : 20 x/menit
DS : - Penurunan Kesadaran Bersihan jalan
DO :
nafas tidak efektif
- Pasien terpasang ventilator Intrakranial
mekanik dengan pola SIMV
PC, FiO2 100% Jaringan otak rusak
- Pasien terpasang OPA (kontusio, laserasi)
- Mengeluarkan sputum
berwarna putih bercampur Edema serebral
darah dengan dilakukan 5-6 kali
suction Bersihan jalan nafas
- Tanda-tanda vital
- TD : 72/31 mmHg tidak efektif
N : 101 x/menit
S : 35,3 oC
RR : 20 x/menit
DS : Penurunan Kesadaran syok
DO :
- Pasien mengalami Intrakranial
penurunan kesadaran
- Pasien terpasang ventilator Jaringan otak rusak
mekanik dengan pola (kontusio, laserasi)
SIMV PC, FiO2 100%
- Pasien terpasang OPA Edema serebral
- Jalan nafas terpasang ETT
- Irama napas pasien tidak Sidrom respon inflamsi
teratur sitemik
- Tanda-tanda vital
- TD : 72/31 mmHg
N : 101 x/menit
S : 35,3 oC
RR : 20 x/menit
27

DS : - penurunan kesadaran Hipotermi


DO :
- Pasien tampak menggil Intrakranial
- Akral terasa dingin
- TD : 72/31 mmHg Jaringan otak rusak
N : 101 x/menit (kontusio, laserasi)
S : 35,3 oC
RR : 20 x/menit kelemahan

Tidak mampu
menyesuian diri dari
suhu lingkungan yang
rendah
DS : - Penuruan Kesadaran Defisit perawatan
DO :
diri
- Pasien Pasien mengalami Intrakranial
penurunan kesadaran
- ADL sepenuhnya dibantu Jaringan otak rusak
perawat (kontusio, laserasi)
- Keadan umum pasien tampak
kurang bersih Kelemahan
- TD : 72/31 mmHg
N : 101 x/menit
S : 35,3 oC
RR : 20 x/menit

DS : Keluarga pasien mengatakan Kurangnya sumber Defisit


tidak pernah sebelumnya Informasi
Pengetahuan
dilakukan pemasangan alat di
mulut pasien (ETT)
DO:
- Keluarga pasien tampak
bingung
- Keluarga pasien bertanya-
tanya mengapa pasien
terpasang alat dimulut
pasien dan apa
kegunaannya.
28

PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan Ventilasi Spontan berhubungan dengan kelelehan otot pernafanan
dibuktikan dengan Pasien terpasang ventilator mekanik dengan pola SIMV
PC, FiO2 100%, Pasien terpasang OPA, Jalan nafas terpasang ETT, Irama
napas pasien tidak teratur, Tanda-tanda vital TD : 72/31 mmHg, N : 101
x/menit, S : 35,3oC, RR : 20 x/menit
2. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan peningkatan mucus
dibuktikan dengan Pasien terpasang ventilator mekanik dengan pola SIMV
PC, FiO2 100%, Pasien terpasang OPA, Mengeluarkan sputum berwarna
putih campur darah dengan dilakukan 5-6 kali suction, Tanda-tanda vital TD :
72/31 mmHg, N : 101 x/menit, S : 35,3oC, RR : 20 x/menit.
3. Syok berhungan dengan Sidrom respon inflamsi sitemik dibuktikan dengan
Pasien terpasang ventilator mekanik dengan pola SIMV PC, FiO2 100%,
Pasien terpasang OPA, Jalan nafas terpasang ETT, Irama napas pasien tidak
teratur, Tanda-tanda vital TD : 72/31 mmHg, N : 101 x/menit, S : 35,3oC,
RR : 20 x/menit.
4. Hipotermia berhubungan dengan terpaparnya suhu lingkungan rendah
dibuktikan dengan Pasien menggigil, akral teraba dingin, Tanda-tanda vital
TD : 72/31 mmHg, N : 101 x/menit, S : 35,3oC, RR : 20 x/menit.
5. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan
Pasien mengalami penurunan kesadaran, ADL sepenuhnya dibantu oleh
perawat , keadaan umum pasien kurang bersih, Tanda-tanda vital TD : 72/31
mmHg, N : 101 x/menit, S : 35,3oC, RR : 20 x/menit.
6. Defisit Pengetahuan berhungan dengan kurangnya sumber pengetahuan
dibuktikan dengan Keluarga pasien tampak bingung, Keluarga pasien
bertanya-tanya mengapa pasien terpasang alat dimulut pasien dan apa
kegunaannya.
29

RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. S
Ruang Rawat : ICU
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
1. Gangguan Ventalasi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pola napas dan 1. Suara napas abnormal
Spontan keperawatan selama 1 x 7 bunyi napas (frekuensi, mneggambarkan adanya
jam diharapkan ventilasi kedalaman, dan upayaa sputum di dalam jalan
spontan dengan kriteria hasil napas) napas pasien. Serta
: 2. Monitor adanya sputum frekuensi pernapasan dapat
- Volume tidal meningkat 3. Monitor saturasi oksigen menunjukan kemampuan
- Dispnea menurun 4. Jelaskan tujuan dan prosedur pasien dalam upaya
- Penggunaan otot bantu pemantauan bernapas
nafas menurun 5. Dokumentasi hasil 2. Karakterisitik sputum dapat
pemantauan berubah sesuai penyebab
atau etiologi penyakit
3. Mengetahui saturasi
oksigen
4. Mengetahui tujuan dan
prosedur
5. Sebagai catatan
perkembangan
30

RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. S
Ruang Rawat : ICU
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
2. Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pola napas dan 1. Suara napas abnormal
efektif keperawatan selama 1 x 7 bunyi napas (frekuensi, mneggambarkan adanya
jam diharapkan bersihan kedalaman, dan usaha sputum di dalam jalan
jalan napas efektif dengan napas) napas pasien. Serta
kriteria hasil : 2. Monitor jumlah sputum frekuensi pernapasan dapat
- Frekuensi pernapasan pasien menunjukan kemampuan
dalam rentang normal 15- 3. Berikan posisi semifowler pasien dalam upaya
22 x/menit jika tidak ada kontraindikasi bernapas
- Produksi sputum menurun 4. Kolaborasi dalam 2. Karakterisitik sputum
- Tidak ada betuk berdarah pemberian oksigen dapat berubah sesuai
- Tidak ada bunyi napas penyebab atau etiologi
tambahan penyakit
- Mampu melakukan batuk 3. Memudahkan
efektif pemeliharaan jalan napas
dan mempermudah udara
masuk
4. Penumpukan sekret dapat
memnggangu jalan
pernapasan
5. Meningkatkan pemenuhan
kebutuhan oksigen
31

RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. S
Ruang Rawat : ICU
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
3. syok Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pola napas dan 1. Suara napas abnormal
keperawatan selama 1 x 7 bunyi napas (frekuensi, mneggambarkan adanya
jam diharapkan syok dapat kedalaman, dan usaha sputum di dalam jalan
teratasi dengan kriteria napas) napas pasien. Serta
hasil : 2. Berikan posisi semifowler frekuensi pernapasan dapat
- Frekuensi pernapasan jika tidak ada kontraindikasi menunjukan kemampuan
dalam rentang normal 15- 3. Kolaborasi dalam pasien dalam upaya
22 x/menit pemberian oksigen bernapas
- Tidak terjadinya 4. Kolaborasi pemberian 2. Memudahkan
pendarahan transpusi darah pemeliharaan jalan napas
- Cairan dapat terpenuhi dan mempermudah udara
masuk
3. Penumpukan sekret dapat
memnggangu jalan
pernapasan
4. Meningkatkan pemenuhan
kebutuhan oksigen
32

RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn.S
Ruang Rawat : ICU
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
5. Hipotermia Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui keadan
keperawatan selama 1 x 7 pasien, terutama suhu tubuh umum pasien serta
jam diharapkan suhu tubuh pasien. penimgkatan suhu pasien.
pasien kembali normal. 2. Berikan selimut yang tebal 2. Untuk meningkatkan suhu
dengan kriteria hasil: 3. Pasang baju yang sedikit tubuh pasien.
- Akral teraba hangat tebal. 3. Agar pasien merasa lebih
- Tidak menggigil 4. Hindarkan pasien dari hangat
- Suhu tubuh normal 36- pendingin ruangan seperti 4. Agar pasien tidak
37,5oC AC. kedinginan berlebihan.
33

RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn.S
Ruang Rawat : ICU
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
6. Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi usia dan budaya 1. Mengindetifikasi
keperawatan selama 1 x 7 dalam membantu perawatan perawatan diri
jam diharapkan tidak ada diri 2. Mengetahui keadaan
deficit perawatan diri dengan 2. Monitor kebersihan tubuh kebersihan tubuh pasien
kriteria hasil : (mis. Rambut, mulut, kulit 3. Menambah pengetahuan
- Kemampuan mandi kuku) keluar
meningkat 3. Jelaskan manfaat mandi dan 4. Agar keluarga dapat
- Kemampuan mengenakan dampak tidak mandi ke menerapkan kepada pasien
pakaian meningkat keluarga pasien
- Kemampuan makan 4. Ajarkan kepada keluarga
meningkat cara memandikan pasien
- Minat melakukan
perawatan diri meningkat
34

RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. S
Ruang Rawat : ICU
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
7. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1) Mengidentifikasi kesiapan 1) Melihat kesiapan
keperawatan selama 1 x 7
dan kemampuan menerima keluarga pasien dalam
jam diharapkan tidak ada
deficit perawatan diri dengan informasi menerima informasi yang
kriteria hasil :
2) Menyediakam materi dan akan diberikan perawat
1) Keluarga pasien tidak
media pendidikan kesehatan 2) Untuk mempermudah
tampak bingung
3) Menjadwalkan pendidikan memberikan pendidikan
2) Keluarga pasien tidak
kesehatan sesuai kesehatan
lagi bertanya tanya
kesepakatan 3) Untuk mempermudah dan
dengan perawat.
4) Memberikan kesempatan tidak mengganggu
3) Keluarga pasien
untuk bertanya istirahat pasien
mengerti akan kondisi
4) Melatih proses berpikir
pasien.
keluarga pasien

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


35

Nama Pasien : Nn. A


Ruang Rawat : ICU
Diagnosa : Gangguan Ventilasi Spontan
Tanda Tangan dan
Hari / Tanggal / Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
Pukul 12.00 WIB
Kamis, 27-02-2020
S:-
Pukul 09.00-10.15 1. Monitor pola napas dan bunyi napas O :
WIB (frekuensi, kedalaman, dan upayaa - Pasien terpasang ventilator
napas) mekanik dengan pola SIMV PC,
2. Monitor adanya sputum FiO2 100%
3. Monitor saturasi oksigen - Irama napas pasien tidak teratur
- Tanda-tanda vital Dewi Sartika
TD : 72/31 mmHg
N : 101 x/menit
S : 36,6oC
RR : 20 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
36

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Nama Pasien : Nn. A
Ruang Rawat : ICU
Diagnosa : Bersihan jalan nafas tidak efektif
Tanda Tangan dan
Hari / Tanggal / Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
Pukul 12.00 WIB
Kamis, 27-02-2020
S:-
Pukul 09.00-10.30 1. Memonitor pola napas dan bunyi napas O :
WIB (frekuensi, kedalaman, dan usaha - Pasien terpasang ventilator
napas) mekanik dengan pola SIMV PC,
2. Memonitor jumlah sputum pasien FiO2 100%
3. Terpasang ventilator denga pola PSIV - Tanda-tanda vital
Dewi Sartika
dan dilakukan suction secara berkala TD : 72/31 mmHg
N : 101 x/menit
S : 36,5oC
RR : 20 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P :Lanjutkan intervensi
37

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Nama Pasien : Nn. A
Ruang Rawat : ICU
Diagnosa : syok
Tanda Tangan dan
Hari / Tanggal / Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
Pukul 12.00 WIB
Kamis, 27-02-2020
S:-
Pukul 09.00-10.30 1. Monitor pola napas dan bunyi napas O :
WIB (frekuensi, kedalaman, dan usaha - Pasien terpasang ventilator
napas) mekanik dengan pola SIMV PC,
2. Berikan posisi semifowler jika tidak FiO2 100%
ada kontraindikasi - Tanda-tanda vital
Dewi Sartika
3. Kolaborasi dalam pemberian oksigen TD : 72/31 mmHg
4. Kolaborasi pemberian transpusi darah N : 101 x/menit
S : 36,5oC
RR : 20 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P :Lanjutkan intervensi
38

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Nama Pasien : Nn. A
Ruang Rawat : ICU
Diagnosa : Hipotermia
Tanda Tangan dan
Hari / Tanggal / Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
Pukul 12.00 WIB
Kamis, 27-02-2020
S:-
Pukul 09.00-10.45 1. Monitor tanda-tanda vital pasien, O :
WIB terutama suhu tubuh pasien. - Kulit pasien teraba hangat
2. Memberikan selimut yang tebal - Pasien tidak mengigil
3. Memasang baju yang sedikit tebal. - Tanda-tanda vital
4. Menjauhkan pasien dari pendingin TD : 72/31 mmHg Dewi Sartika
ruangan seperti AC. N : 101 x/menit
S : 36,5oC
RR : 20 x/menit
A : Masalah teratasi
P : Hentika intervensi
39

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Nama Pasien : Tn. S
Ruang Rawat : ICU
Diagnosa : Defisit Perawatan Diri
Tanda Tangan dan
Hari / Tanggal / Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
Pukul 12.00WIB
Kamis, 27-02-2020
S:-
Pukul 08.00WIB 3. Mengentifikasi usia dan budaya dalam O :
membantu perawatan diri - Pasien mengalami penurunan
4. Menyeka pasien kesadaran masih dalam pengaruh
5. Mengantikan laken obat
- Pasien tampak bersih dan rapi
TD : 70/31 mmHg
N : 101 x/menit Dewi Sartika
S : 36,5oC
RR : 20 x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Mengentifikasi usia dan budaya
dalam membantu perawatan diri
2. Menyeka pasien
40

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Nama Pasien : Tn. S
Ruang Rawat : ICU
Diagnosa : Defisit Pengetahuan
Tanda Tangan dan
Hari / Tanggal / Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
Pukul 12.00WIB
Kamis, 27-02-2020
S : keluarga Pasien mengatakan sudah
Pukul 11.00WIB 1) Mengidentifikasi kesiapan dan
mengerti dengan yang telah dijelaskan
kemampuan menerima informasi
perawat
2) Menyediakam materi dan media
O:
pendidikan kesehatan
1) Keluarga Pasien tampak
3) Menjadwalkan pendidikan kesehatan
mendengarkan penjelasan
sesuai kesepakatan Dewi Sartika
dengan baik
4) Memberikan kesempatan untuk
2) Keluarga Pasien aktif bertanya
bertanya
3) Keluarga Pasien dapat
mengulangi kembali
penjelasan perawat
A : Masalah tertatasi
P : Hentikan intervensi
41

BAB 4
PEMBAHASAN

Proses perawatan ini merupakan rangkaian pengelolaan masalah dengan


cermat untuk diidentifikasi bagaimana pemecahan dari masalah – masalah yang
ditemukan dalam rangka memenuhi kebutuhan kesehatan serta keperawatan klien,
dalam pembahasan ini di uraikan kesenjangan antara konsep atau teori mengenai
asuhan keperawatan pada Tn. S di ruang ICU RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya yang akan dibahas berdasarkan tahap proses kesehatan yaitu :

4.1 Pengkajian
Menurut Smeltzer, 2010 berbagai tanda dan gejala yang mungkin timbul
pada klien dengan ganguan oksigenasi adalah sesak napas, produksi sputum yang
berlebih, pola napas tidak teratur. Data temuan pada klien mengarah kepada
kondisi tersebut dimana hasil pengkajian terhadap kondisi Tn.S adalah klien
mengeluh batuk berdahak (5) yang di sebabkan oleh produksi sputum yang
berlebih.
Berdasarkan analisa penulis terhadap teoritis dan membandingkannya
dengan temuan masalah yang di alami Tn.S maka penulis mengambil kesimpulan
bahwa tidak ada kesenjangan antara data temuan pada klien dengan teoritis yang
diuraikan para ahli. Kesenjangan yang ditemukan tidak sesuai dengan teori yang
sudah dipaparkan, yaitu dalam tahap pengkajian pada Tn. S ditemukan masalah
bersihan jalan napas tidak efektif.

4.2 Diagnosa keperawatan


Diagnosa merupakan penilaian klinik tentang respon – respon individu
terhadap masalah kesehatan yang aktual, resiko, potensial dari individu selama
perawatan. Perawatan secara legal untuk mengidentifikasi merencanakan tindakan
tertentu untuk mempertahankan dan mencegah gangguan ( Carpenito, 2000)
Menurut Muttaqin,dkk.,2011 beberapa diagnosa yaitu : Kecemasan b/d krisis
situasi (keganasan), ancaman perubahan status kesehatan-sosial-ekonomik,
perubahan fungsi-peran, perubahan interaksi sosial, ancaman kematian,
perpisahan dari keluarga.Gangguan harga diri b/d kelainan bentuk bagian tubuh
akibat keganasan, efek-efek radioterapi/kemoterapi.Nyeri b/d kompresi/destruksi

38
42

jaringan saraf dan proses inflamasi.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b/d peningkatan status metabolik akibat keganasan, efek radioterapi/kemoterapi
dan distres emosional.Risiko infeksi b/d ketidak-adekuatan pertahanan sekunder
dan efek imunosupresi radioterapi/kemoterapi.
Penulis membuat diagnosa keperawatan berdasarkan data temuan yang
dikumpulkan dari klien dan keluarganya: Gangguan Ventilasi Spontan
berhubungan dengan kelelehan otot pernafasan DS:- DO : Pasien terpasang
ventilator mekanik dengan pola SIMV PC, FiO2 100%, Pasien terpasang OPA,
Jalan nafas terpasang ETT, Irama napas pasien tidak teratur, Tanda-tanda vital TD
: 72/31 mmHg, N : 101 x/menit, S : 35,3oC, RR : 20 x/menit, Bersihan Jalan Nafas
Tidak Efektif berhubungan dengan peningkatan mucus DS :- DO : Pasien
terpasang ventilator mekanik dengan pola SIMV PC, FiO2 100%, Pasien
terpasang OPA, Mengeluarkan sputum berwarna putih campur darah dengan
dilakukan 5-6 kali suction, Tanda-tanda vital TD : 72/31 mmHg, N : 101 x/menit,
S : 35,3oC, RR : 20 x/menit. Hipotermia berhubungan dengan terpaparnya suhu
lingkungan rendah DS :- DO : Pasien menggigil, akral teraba dingin, Tanda-tanda
vital TD : 72/31 mmHg, N : 101 x/menit, S : 35,3oC, RR : 20 x/menit. Defisit
Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan DS :- DO : Pasien mengalami
penurunan kesadaran, ADL sepenuhnya dibantu oleh perawat , keadaan umum
pasien kurang bersih, Tanda-tanda vital TD : 72/31 mmHg, N : 101 x/menit, S :
35,3oC, RR : 20 x/menit. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan
DS :- DO : Pasien mengalami penurunan kesadaran, ADL sepenuhnya dibantu
oleh perawat.
Membandingkan kasus pada Tn. S dengan teori yang dipaparkan secara
teoritis terdapat beberapa diagnosa yang tidak diangkat mengingat tidak ada data
pendukung yang mengarah kepada hal tersebut.
Faktor penunjang dalam penegakkan diagnosa ini adalah petunjuk –
petunjuk yang diberikan selama pendidikan yang mengingatkan bahwa dalam
menegakkan suatu masalah tidak perlu terpaku pada teoritis. Yang terpenting
adalah bagaimana kita mampu mengembangkan teori yang ada berdasarkan
masalah yang ditemukan terlebih adanya dukungan yang sangat kooperatif dari
klien dan keluarganya.
43

4.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatanyang dirancang dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan ini disesuaikan dengan masalah dan etiologi yang telah penulis
analisa. Adapun perencanaan tersebut meliputi: Pada diagnosa yang diangkat
sesuai dengan data temuan yaitu Gangguan ventilasi spontan berhungan dengan
kelelahan otot pernafan Monitor pola napas dan bunyi napas (frekuensi,
kedalaman, dan upayaa napas), Monitor adanya sputum, Monitor saturasi oksigen,
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan, Dokumentasi hasil pemantauan
Diagnosa kedua, Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan produksi mucus Monitor pola napas dan bunyi napas (frekuensi,
kedalaman, dan usaha napas), Monitor jumlah sputum pasien, Berikan posisi
semifowler jika tidak ada kontraindikasi, Ajarkan pasien batuk efektif dan teknik
napas dalam bila pasien dalam keadaan sadar, Kolaborasi dalam pemberian
oksigen.
Diagnosa ketiga. Hipotermi berhungan dengan terpaparnya suhu
lingkungan yang rendah Monitor tanda-tanda vital pasien, terutama suhu tubuh
pasien, Memberikan selimut yang tebal, Memasang baju yang sedikit tebal,
Menjauhkan pasien dari pendingin ruangan seperti AC.
Diagnosa ke empat. Defisit perawatan diri berhubungan dengan
kelemahan, Identifikasi usia dan budaya dalam membantu perawatan diri, Monitor
kebersihan tubuh (mis. Rambut, mulut, kulit kuku), Jelaskan manfaat mandi dan
dampak tidak mandi ke keluarga pasien, Ajarkan kepada keluarga cara
memandikan pasien.
Diagnosa kelima defisit pengetahuan berhungan dengan kurang
terpaparnya sumber informasi Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi, Menyediakam materi dan media pendidikan kesehatan,
Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan, Memberikan
kesempatan untuk bertanya.
44

4.4 Implementasi Keperawatan


Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan intervensi yang
telah dibuat, dalam melakukan intervensi penulis di bantu oleh keluarga klien
serta bekerja sama dengan perawat lainnya.
Pada diagnosa 1, sejak tanggal 27 februari 2020 dilakukan tindakan;
Monitor pola napas dan bunyi napas (frekuensi, kedalaman, dan upayaa napas),
Monitor adanya sputum, Monitor saturasi oksigen, Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan, Dokumentasi hasil pemantauan
Pada diagnosa ke 2 pada tanggal 27 februari 2020 Monitor pola napas dan
bunyi napas (frekuensi, kedalaman, dan usaha napas), Monitor jumlah sputum
pasien, Berikan posisi semifowler jika tidak ada kontraindikasi, Ajarkan pasien
batuk efektif dan teknik napas dalam bila pasien dalam keadaan sadar, Kolaborasi
dalam pemberian oksigen
Pada diagnosa 3 pada tanggal 27 februari 2020 , Monitor tanda-tanda vital
pasien, terutama suhu tubuh pasien, Memberikan selimut yang tebal, Memasang
baju yang sedikit tebal, Menjauhkan pasien dari pendingin ruangan seperti AC.
Pada diagnosa ke 4 pada tanggal 27 februari 2020, Monitor kebersihan
tubuh (mis. Rambut, mulut, kulit kuku), Jelaskan manfaat mandi dan dampak
tidak mandi ke keluarga pasien, Ajarkan kepada keluarga cara memandikan
pasien.
Pada diagnose kelima pada tanggal 27 februari 2020 Mengidentifikasi
kesiapan dan kemampuan menerima informasi, Menyediakam materi dan media
pendidikan kesehatan, Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan,
Memberikan kesempatan untuk bertanya.
Dari penatalaksanaan yang telah dilakukan penulis menyimpulkan bahwa,
pelaksanaan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah direncanakan,
adapun rencana keperawatan yang tidak dilakukan mengingat waktu pada saat
dinas hanya 7 jam.
45

4.5 Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan terhadap klien mengacu pada skala penilaian berupa tujuan dan
kriteria hasil yang ditetapkan dalam perencanaan keperawatan sebelumnya.
Evaluasi keperawatan pada diagnosa pertama di dapat klien merasa S : - O:
Pasien terpasang ventilator mekanik dengan pola SIMV PC, FiO2 100%, Irama
napas pasien tidak teratur, Tanda-tanda vital TD : 72/31 mmHg N : 101 x/menit
S : 36,6oC RR : 20 x/menit.
Evaluasi keperawatan pada diagnosa kedua di dapat S : - O : Pasien
terpasang ventilator mekanik dengan pola SIMV PC, FiO2 100%, Tanda-tanda
vital TD : 72/31 mmHg N : 101 x/menit S : 36,5oC RR : 20 x/menit.
Evaluasi keperawatan pada diagnosa ketiga di dapat S : - O : Kulit pasien
teraba hangat, Pasien tidak mengigil, Tanda-tanda vital TD : 72/31 mmHg N : 101
x/menit S : 36,5oC RR : 20 x/menit.
Evaluasi keperawatan pada diagnosa keempat S : - O : Pasien mengalami
penurunan kesadaran masih dalam pengaruh obat, Pasien tampak bersih dan rapi,
Tanda-tanda vital TD : 72/31 mmHg N : 101 x/menit S : 36,5oC RR : 20 x/menit.
Evaluasi keperawatan pada diagnosa kelima S : keluarga Pasien mengatakan
sudah mengerti dengan yang telah dijelaskan perawat O : Keluarga Pasien tampak
mendengarkan penjelasan dengan baik, Keluarga Pasien aktif bertanya, Keluarga
Pasien dapat mengulangi kembali penjelasan perawat.
46

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yag diuraikan dalam bab 4 maka di tarik beberapa kesimpulan
yaitu :
1.1.1 Proses Keperawatan
1) Pada pengkajian data yang dilakukan pada kasus Tn.S terdapat tanda dan
gejala yang mengarah kepada gangguan ventilasi spontan, bersihan jalan
napas tidak efektif.
2) Diagnosa keperawatan yang timbul pada kasus Tn. S semuanya berjumlah 5
(lima) diagnosa yaitu : gangguan ventilasi spontan, bersihan jalan napas
tidak efektif, hipotermia, deficit perawatan diri dan defisit pengetahuan.
3) Perencanaan Keperawatan dirancang berdasarkan kebutuhan aktual dengan
rasional tindakan yang mendasarinya, semua disusun bedasarkan
perbandingan teori dengan kondisi yang di alami klien dengan masalah
oksigenasi. Fokus utama dalam kasus ini adalah penanganan gangguan
ventilasi spontan, dan diagnosa yang lainnya di urutkan berdasarkan
prioritas.
4) Tindakan keperawatan pada Tn. S mengikuti perencanaan yang telah
disusun sebelumnya. Di laksanakan dengan dukungan peralatan dari
pendidikan.
5) Evaluasi menunjukkan efektifitas sebagian tindakan yang dilakukan pada
Tn. S terlihat adanya perbaikan yang positif selama perawatan yang
dilaksanakan.

5.1.2 Faktor pendukung dan penghambat


Dalam pelaksanaan asuhan keperawtan pada Tn. S terdapat faktor
pendukung berupa : alat – alat keperawatan dari pihak rumah sakit yang sangat
membantu dalam pelaksanaan studi kasus dan adanya kerjasama serta respon yang
baik yang ditunjukkan oleh klien dan keluarga terhadap tindakan yang teah
dilakukan, literatur yang cukup memadai di Perpustakaan Stikes Eka Harap
Palangka Raya, kerjasama yang baik dalam penatalaksanaan keperawatan pada

43
47

klien, baik dengan klien maupun keluarga sendiri maupun dengan petugas
kesehatan lainnya dan bimbingan akademik.

5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan adalah :
1) Bagi tenaga keperawatan :
Menumbuhkan kesadaran diri akan pentingnya mengembangkan pengetahuan
secara individu oleh perawat.
2) Bagi institusi Rumah Sakit
Pengembangan sarana dan pra sarana kesehatan dan standart acuan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan oksigenasi.
3) Bagi institusi Pendidikan
Lebih memaksimalkan metode pembelajarn yang membina respon kritis
mahasiswa dalam menetapkan masalah keperawatan yang sering ditemui
dilahan praktek, sehingga kemampuan analisa mahasiswa lebih baik.
4) Bagi perkembangan IPTEK
Studi kasus ini dapat mendorong adanya pengembangan – pengembangan
lebih lanjut terutama penelitian yang berhubungan dengan asuhan
keperawatan dengan oksigenasi.
48

DAPTAR PUSTAKA

Barbara. (2014). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses Dan


Praktik Edisi 8 Volume 1. Jakarta: EGC.

Bilaus.(2017). Seri Kesehatan Bimbingan Dokter . Jakarta: Dian Rakyat.

Karyadi.(2017). Panduan Lengkap Untuk Keluarga Dan Profesional Medis.


Bandung: Qanita.

Tim Pokja SDKI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Awar, Saifuddin. 2016. MetodePenelitian, Yogyakarta: PustakaPelajar.


Black, J.M, et al, Luckman and Sorensen’s MedikalNursing : A Nursing Process
Approach, 4 th Edition, W.B. Saunder Company, 2018.
Brunner & Suddart, 2016, Keperawatan Medical Bedah, Edisi 8, EGC, Jakarta
Henderson, M.A, Ilmu Bedah untuk Perawat, Yayasan Essentia Medika,
Yogyakarta, 2019.
Ignatavicius, D. D., & Workman, m. L. 2016. Medical - Surgical Nursing: Clients
– Centered Collaborative Care. Sixth Edition, 1 &2 . Missouri: Saunders
Elsevier.
Mansjoer, Arif, et al, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, Medika Aesculapius
FKUI, Jakarta, 2017.
Mansjoer, Arif. 2017. KapitaSelektaKedokteranEdisi 3 Jilid II. Jakarta: Media
Aesculapius
Price, Evelyn C, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Gramedia, Jakarta
2018.

Anda mungkin juga menyukai