Disusun oleh:
RATNA SARI
202007037
Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas LAPORAN
PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
GANGGUAN OKSIGENISASI DENGAN DIAGNOSA BRONKIAL ASMA DI
RUMAH SAKIT BHAKTI ASIH CILEDUG “. Penyusunan laporan pendahuluan
ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Dasar Profesi. Saya
berharap laporan pendahuluan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
khususnya dalam bidang keperawatan, serta pembaca dapat mengetahui tentang
bagaimana dan apa saja yang yang harus dilakukan perawat disaat klien mengalami
gangguan oksigenisasi.
Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan laporan pendahuluan ini,
karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk
melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
selama proses penyusunan laporan pendahuluan ini
Penulis
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN OKSIGENIOSASI
A. Pengertian
Oksigen adalah salah satu kebutuhan yang paling vital bagi tubuh.
Kekurangan oksigen kurang dari lima menit akan menyebabkan kerusakan sel-sel
otak. Selain itu oksigen digunakan oleh sel tubuh untuk mempertahankan
kelangsungan metabolisme sel. Oksigen akan digunakan dalam metabolisme sel
membentuk ATP (Adenosin Trifosfat) yang merupakan sumber energi bagi sel
tubuh agar berfungsi secara optimal.
Pemberian oksigen berupa pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui
saluran pernafasan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen kepada
klien dapat melalui tiga cara yaitu melalui kateter nasal, kanul nasal dan masker
oksigen.Oksigen adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21% pada
tekanan 1 atmosfer sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
(Kristina, 2013 dalam Saryono dan Widianti, 2010).
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen kedalam system kimika dan
fisika. Oksigen ( O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang
sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel, sebagai hasilnya terbentuklah
karbondioksida, energy dan air. Penambahan karbondioksida yang melebihi batas
normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap
aktivitas sel ( Adityana, Rosi, 2012 dalam Mubarak dan Chayatin, 2017 ).
2. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk
memenuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2dengan cukup.
Biasanya terjadi pada keadaan atelektasis (kolaps paru). Tanda-tanda dan
gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan kesadaran,
disorientasi, kardiakdistritmia, ketidakseimbangan elektrolit, kejang dan
kardiak arrest.
3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2yang
diinspirasi atau meningkatkan penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia
dapat disebabkan oleh :
a. Menurunnya hemoglobin
b. Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung.
c. Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti pada keracunan sianida.
d. Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti pneumonia.
e. Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok.
f. Kerusakan/gangguan ventilasi.
Tanda-tanda hipoksia antara lain : kelelahan, kecemasan, menurunnya
kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam,
sianosis, sesak napas, dan clubbing.
b. Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus. Bronkiolus
mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang
membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas
c. Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang
tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia)
d. Bronkiolus respiratori
e. Duktus alveolar dan Sakus alveolar
f. Alveoli
1) Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
2) Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan
seluas 70 m2
3) Terdiri atas 3 tipe :
a) Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding
alveoli
b) Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan
mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam
dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)
c) Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel
fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan
g. Paru-paru
1) Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
2) Terletak dalam rongga dada atau toraks
3) Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan
beberapa pembuluh darah besar
4) Setiap paru mempunyai apeks dan basis
5) Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
6) Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
7) Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan
segmen bronkusnya.
h. Pleura
Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan
elastis, Terbagi mejadi 2 yaitu :
1) Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
2) Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang
berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama
pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-
paru. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal
ini untuk mencegah kolap paru-paru.
2. Difusi
Disfusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara
alveolus dan kapiler paru-paru.Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah
yang bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi
yang lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh
jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang
disebut membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi
membran respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien
tekanan oksigen antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal
sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler darah
e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli
3. Transpor
Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan
tubuh dan sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.
Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan
karbondioksida harus ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru.
Secara normal 97 % oksigen akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel
darah merah dan dibawa ke jaringan sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3 %
ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
a. Curah jantung (cardiac Output / CO)
b. Jumlah sel darah merah
1) Hematokrit darah
2) Latihan (exercise)
3) Keadaan pembuluh darah
2. Nasal Kanula
a. Pengertian
Pemberian oksigen pada klien yang memerlukan oksigen secara kontinyu
dengan kecepatan aliran 1-6 liter/menit serta konsentrasi 20-40%, dengan
cara memasukan selang yang terbuat dari plastik ke dalam hidung dan
mengaitkannya di belakang telinga. Panjang selang yang dimasukan ke
dalam lubang dihidung hanya berkisar 0,6 – 1,3 cm. Pemasangan nasal
kanula merupakan cara yang paling mudah, sederhana, murah, relatif
nyaman, mudah digunakan cocok untuk segala umur, cocok untuk
pemasangan jangka pendek dan jangka panjang, dan efektif dalam
mengirimkan oksigen. Pemakaian nasal kanul juga tidak mengganggu
klien untuk melakukan aktivitas, seperti berbicara atau makan. (Aryani,
2009:54)
b. Tujuan
1) Memberikan oksigen dengan konsentrasi relatif rendah saat kebutuhan
oksigenminimal.
2) Memberikan oksigen yang tidak terputus saat klien makan atau minum.
(Aryani, 2009:54)
c. Indikasi
Klien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal kanula
untuk memenuhi kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak).
(Suparmi, 2008:67)
d. Prinsip
1) Nasal kanula untuk mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau rendah,
biasanya hanya 2-3 L/menit.
2) Membutuhkan pernapasan hidung
3) Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi >40 %. (Suparmi,
2008:67)
e. Keuntungan
1) Toleransi klien baik
2) Pemasangannya mudah
3) Klien bebas untuk makan dan minum
4) Harga lebih murah
f. Kerugian
1) Mudah terlepas
2) Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%
3) Suplai oksigen berkurang jika klien bernafas lewat mulut
4) Mengiritasi selaput lender, nyeuri sinus
g. Cara pemasangan nasal canula :
1) Terangkan prosedur pada klien
2) Atur posisi klien yang nyaman(semi fowler)
3) Atur peralatan oksigen dan humidiflier
4) Hubungkan kanula dengan selang oksigen ke humidiflier dengan aliran
oksigen yang rendah,beri pelicin(jelly) pada kedua ujung kanula.
5) Masukan ujung kanula ke lubang hidung
6) Fiksasi selang oksigen
7) Alirkan oksigen sesuai yang diingiinkan.
3. Masker Oksigen
a. Pengertian
Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang dialiri
oksigen dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen
umumnya berwarna bening dan mempunyai tali sehingga dapat mengikat
kuat mengelilingi wajah klien. Bentuk dari face mask bermacam-macam.
Perbedaan antara rebreathing dan non-rebreathing mask terletak pada
adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi terinhalasi kembali. (Aryani,
2009:54)
Cara pemasangan :
a) Terangkan prosedur pada klien
b) Atur posisi yang nyaman pada klien (semi fowler)
c) Hubungkan selang oksigen pada sungkup muka sederhana dengan
d) Tepatkan sungkup muka sederhana, sehingga menutupi hidung dan
mulut klien
e) Lingkarkan karet sungkunp kepada kepala klien agar tidak lepas
f) Alirkan oksigen sesuai kebutuhan.
Keuntungan
a) Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari nasal kanula
b) System humidifikasi dapat di tingkatkan
Kerugian
a) Umumnya tidak nyaman bagi klien
b) Membuat rasa panas, sehingga mengiritasi mulut dan pipi
c) Aktivitas makan dan berbicara terganggu
d) Dapat menyebabkan mual dan muntah, sehingga dapat menyebabkan
aspirasi
e) Jika alirannya rendah dapat menyebabkan penumpukan karbondioksida
2) Rebreathing mask
Mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80% dengan kecepatan aliran
8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus mengembang baik, saat
inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari
sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantung reservoir, ditambah
oksigen dari kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong.
Udara inspirasi sebagian tercampur dengan udara ekspirasi sehingga
konsentrasi CO2 lebih tinggi daripada simple face mask.
(Tarwoto&Wartonah, 2010:37).Indikasi : klien dengan kadar tekanan
CO2 yang rendah. (Asmadi, 2009:33)
Cara pemakaian :
a) Terangkan prosedur pada klien
b) Hubungkan selang oksigen dengan humidiflier dengan aliran rendah
c) Isi oksigen kedalam kantong dengan cara menutup lubang antara
kantung dengan sungkup
d) Atur tali pengikat sungkup sehingga menutup rapat dan nyaman. Bila
perlu pakai kasa pada daerah yang tertekan.
e) Sesuaikan aliran oksigen, sehingga kantung akan terisi waktu ekspirasi
dan hampir kuncup waktu inspirasi
Keuntungan
a) Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari pada sungkup muka sederhana
b) Tidak mengeringkan selaput lendir
Kerugian
a) Kantung oksigen bisa terlipat
b) Menyebabkan penumpukan oksigen jika aliran terlalu rendah
3) Non rebreathing mask
Mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen sampai 80-100% dengan
kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak
bercampur dengan udara ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup
terbuka pada saat inspirasi dan tertutup saat pada saat ekspirasi, dan 1
katup yang fungsinya mencegah udara kamar masuk pada saat inspirasi dan
akan membuka pada saat ekspirasi. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)
Keuntungan
a. Pengertian
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau
seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi.
K. Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip penatalaksaan asma bronkial adalah sebagai berikut :
1. Diagnosis status asmatikus. Faktor penting yang harus diperhatikan :
a. Saatnya serangan
b. Obat-obatan yang telah diberikan (macam dan dosis)
2. Pemberian obat bronkodilator.
3. Penilaian terhadap perbaikan serangan.
4. Pertimbangan terhadap pemberian kortikosteroid.
5. Penatalaksanaan setelah serangan mereda
a. Cari faktor penyebab
b. Modifikasi pengobatan penunjang selanjutnya. (Soemantri, 2009)
dan kebutuhan oksigen (hipoksia) kelemahan.
5 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
laju metabolic, dispnea saat makan, kelemahan otot pengunyahan.
6. Ansietas berhubungan dengan keadaan penyakit yang diderita
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik
maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk
mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit,
dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang
masalahnya/penyakitnya.
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien
pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama
seharusnya mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio,
Skala, dan Time)
3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 - 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 - 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 - 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
4. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami
masalah / penyakit yang sama.
5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok,
pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
6. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
1. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
2. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
3. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
4. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi
7. Riwayat spiritual
8. Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna,
bengkak, eksudat, darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah
pada bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke
samping sehingga kedudukan trakhea dapat diketahui.
d. Thoraks
1) Inspeksi :
a) Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis
klavikulanya menjadi elevasi ke atas.
b) Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi
berbentuk bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama
dengan diameter tranversal (1 : 1). Pada orang dewasa perbandingan
diameter antero-posterior dan tranversal adalah 1 : 2
Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya :
(1) Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai dengan diameter
tranversal sempit, diameter antero-posterior membesar dan sternum
sangat menonjol ke depan.
(2) Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan ciri-ciri
berlawanan dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke
dalam dan diameter antero-posterior mengecil. Barrel chest ditandai
dengan diameter antero-posterior dan tranversal sama atau
perbandingannya 1 : 1.
Kelainan tulang belakang diantaranya :
(1) Kiposis atau bungkuk dimana punggung melengkung/cembung ke
belakang.
(2) Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau punggung
berbentuk cekung.
(3) Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu sisi.
c) Pola napas
(1) Eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 - 24 x/mnt,
klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya,
(2) Tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24
x/mnt, atau bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya
kurang dari 16 x/mnt
(3) Apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.
d) Kaji volume pernapasan
(1) Hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah udara dalam paru-paru
yang ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang
(2) Hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang
ditandai dengan pernapasan yang lambat.
e) Kaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu
pernapasan yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah
pernapasan perut yaitu pernapasan yang ditandai dengan
pengembangan perut.
f) Kaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau
irreguler,
(1) Cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi
lambat dan kadang diselingi apnea.
(2) Kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan
biot yaitu pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak
teratur dan diselingi periode apnea.
g) Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak
napas yang menetap dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah
ortopnea yaitu kemampuan bernapas hanya bila dalam posisi duduk
atau berdiri
h) Perlu juga dikaji bunyi napas
(1) Stertor/mendengkur yang terjadi karena adanya obstruksi jalan
napas bagian atas
(2) Stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring dan didengar saat
inspirasi
(3) Wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul,
(4) Rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar
saat inspirasi
(5) Ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di dengar saat
ekspirasi.
i) Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami
(1) Batuk produktif yaitu batuk yang diikuti oleh sekresi,
(2) Non produktif yaitu batuk kering dan keras tanpa sekresi
(3) Hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah
j) Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi
(1) Takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah
Bradikhardiyaitu denyut nadi kurang dari 60 x/menit. Juga perlu
dikaji tekanan darah
(2) Hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang tinggi
(3) Hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.
k) Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah
(1) Anoxia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam jaringan
kurang
(2) Hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam darah
kurang
(3) Hipoxia yaitu berkurangnya persediaan oksigen dalam jaringan
akibat kelainan internal atau eksternal
(4) Cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku
atau kulit akibat deoksigenasi yang berlebihan dari Hb
(5) Clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat
kekurangan oksigen dalam waktu yang lama.
2) Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa,
peradangan, kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus.
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem
bronkhopulmonal selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih
terasa pada apeks paru dan dinding dada kanan karena bronkhus kanan
lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa karena suara pria besar.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai respon pasien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialami (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2016). Diagnosa keperawatan pada penelitian ini adalah:
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas
ditandai dengan batuk tidak efektif , mengi, wheezing dan / atau ronkhi kering
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah berbagai perawatan berdasarkan penilaian
klinis dan pengetahuan yang dilakukan oleh seorang perawat untuk
meningkatkan hasil klien/pasien (Herdman,2015). Intervensi keperawatan
merupakan tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien
beralih dari status kesehatan saat ini ke status kesehatan yang diuraikan dalam
hasil yang diharapkan.(Perry & Potter, 2005).
Edukasi:
1. Anjurkan meminimalkan ansietas
yang dapat meningkatkan kebutuhan
oksigen
2. Anjurkan bernafas lambat dan dalam
3. Ajarkan menidentifikasi dan
menghindrai pemicu (mis. Debu,
bulu hewan, serbuk bunga, asap
rokok dsb)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator
sesuai indikasi (mis. Albuterol,
metoproterenol)
2. Kolaborasi pemberian obat tambahan
jika tidak responsif dengan
bronkodilator (mis. Prednisolone,
methylprednisole, aminophyline)
2 Pola nafas tidak Pola Nafas Manajemen jalan nafas
efektif b.d Setelah dilakukan intervensi Observasi
Hambatan upaya keperawatan selama … jam, 1. Monitor pola nafas
nafas d.d dispnea maka diharapkan pola nafas 2. Monitor bunyi nafas tambahan (mis.
klien membaik dengan kriteria gargling, mengi, wheezing, ronchi
hasil kering)
- Dispnea menurun (5) 3. Monitor sputum (jumlah, warna,
- Penggunaan otot bantu aroma)
napas menurun
- Pemanjangan fase ekspirasi Terapeutik:
menurun 1. Pertahankan kepatenan jalan napas
- Ortopnea menurun 2. Posisikan semi-fowler
- Pernapasanpursed-lip 3. Berikan minum hangat
menurun 4. Lakukan fisioterafi dada
- Pernapasan cuping hidung 5. Lakukan penghisapan lender
menurun 6. Lakukan hiperoksigenasi
- Ventilasi semenit meningkat 7. Keluarkan sumbatan benda padat
- Kapasitas vital meningkat dengan forsep
- Diameter thorax anterior- 8. Berikan oksigen jika perlu
posterior meningkat
- Tekanan ekspirasi Edukasi:
meningkat 1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
- Tekanan inspirasi meningkat 2. Ajarkan Teknik batuk efektif
- Frekuensi napas membaik
- Kedalaman napas membaik Kolaborasi
- Ekskursi dada membaik 1.Kolaborasi pemberian bronkodilator
jika perlu
Sumber : Tim Pokja SDKI DPP PPNI, Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, 2017, Tim Pokja
SIKI DPP PPNI, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, 2018, Tim Pokja SLKI DPP
PPNI, Standar Luaran Keperawatan Indonesia, 2019
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tindakan yang dilaksanakan dalam fase intervensi
yang telah ditetapakan sebelumnya (Tarwoto & Wartonah, 2015).Implementasi
terdiri dari tindakan dan mendokumentasikan hasil kegiatan (Perry & Potter,
2005). Pada pasien asma bronkhial dengan bersihan jalan napas tidak efektif
implementasi disesuaikan dengan intervensi atau rencana keperawatan yang telah
ditetapkan yaitu manajemen bersihan jalan napas tidak efekif (Maryam, dkk,
2013).
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan
untuk mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan
klien ke arah pencapaian tujuan (Perry & Potter, 2005). Evaluasi merupakan
suatu kegiatan yang terjadi pada setiap langkah dari proses keperawatan dan pada
kesimpulan (Herdman, 2015).
DAFTAR PUSTAKA