Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENISASI


DENGAN DIAGNOSA BRONKIAL ASMA DI
RUMAH SAKIT BHAKTI ASIH CILEDUG

Disusun oleh:

RATNA SARI
202007037

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMC BINTARO


PROGRAM STUDI PROFESI NERS EKSTENSI
TANGERANG SELATAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas LAPORAN
PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
GANGGUAN OKSIGENISASI DENGAN DIAGNOSA BRONKIAL ASMA DI
RUMAH SAKIT BHAKTI ASIH CILEDUG “. Penyusunan laporan pendahuluan
ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Dasar Profesi. Saya
berharap laporan pendahuluan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
khususnya dalam bidang keperawatan, serta pembaca dapat mengetahui tentang
bagaimana dan apa saja yang yang harus dilakukan perawat disaat klien mengalami
gangguan oksigenisasi.
Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan laporan pendahuluan ini,
karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk
melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
selama proses penyusunan laporan pendahuluan ini

Tangerang Selatan, Februari


2021

Penulis
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN OKSIGENIOSASI

A. Pengertian
Oksigen adalah salah satu kebutuhan yang paling vital bagi tubuh.
Kekurangan oksigen kurang dari lima menit akan menyebabkan kerusakan sel-sel
otak. Selain itu oksigen digunakan oleh sel tubuh untuk mempertahankan
kelangsungan metabolisme sel. Oksigen akan digunakan dalam metabolisme sel
membentuk ATP (Adenosin Trifosfat) yang merupakan sumber energi bagi sel
tubuh agar berfungsi secara optimal.
Pemberian oksigen berupa pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui
saluran pernafasan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen kepada
klien dapat melalui tiga cara yaitu melalui kateter nasal, kanul nasal dan masker
oksigen.Oksigen adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21% pada
tekanan 1 atmosfer sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
(Kristina, 2013 dalam Saryono dan Widianti, 2010).
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen kedalam system kimika dan
fisika. Oksigen ( O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang
sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel, sebagai hasilnya terbentuklah
karbondioksida, energy dan air. Penambahan karbondioksida yang melebihi batas
normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap
aktivitas sel ( Adityana, Rosi, 2012 dalam Mubarak dan Chayatin, 2017 ).

B. Tujuan/Manfaat Pemberian Oksigenisasi


Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dapat dilakukan dengan
pemberian oksigen dengan menggunakan kanula dan masker, fisioterapi dada,
dan cara penghisapan lendir (suction).
Tujuan :
1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi,
kardiovaskuler dan keadaan hematologi.

C. Indikasi Pemberian Oksigenisasi


1. Sumbatan jalan nafas
2. Henti nafas
3. Henti jantung
4. Nyeri dada/angina pektoris
5. Trauma thorax
6. Tenggelam
7. Hipoventilasi (respirasi < 10 kali/menit)
8. Distress nafas
9. Hipotermia
10. Syok
11. Stroke (Cerebro Vasculer Attack)
12. Keracunan gas
13. Pasien tidak sadar

D. Kondisi Perubahan Fungsi pernapasan


1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O 2 dalam paru-
paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan
karena:
a. Kecemasan
b. Infeksi/sepsis
c. Keracunan obat-obatan
d. Ketidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis metabolic
Tanda-tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, napas pendek, nyeri
dada (chest pain), menurunkan konsentrasi, disorientasi , tinnitus.

2. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk
memenuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2dengan cukup.
Biasanya terjadi pada keadaan atelektasis (kolaps paru). Tanda-tanda dan
gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan kesadaran,
disorientasi, kardiakdistritmia, ketidakseimbangan elektrolit, kejang dan
kardiak arrest.
3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2yang
diinspirasi atau meningkatkan penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia
dapat disebabkan oleh :
a. Menurunnya hemoglobin
b. Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung.
c. Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti pada keracunan sianida.
d. Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti pneumonia.
e. Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok.
f. Kerusakan/gangguan ventilasi.
Tanda-tanda hipoksia antara lain : kelelahan, kecemasan, menurunnya
kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam,
sianosis, sesak napas, dan clubbing.

E. Anatomi Sistem Pernafasan


1. Saluran Nafas Atas
a. Hidung
1) Terdiri atas bagian eksternal dan internal
2) Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung
dan kartilago
3) Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi
rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang
disebut septum
4) Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung
5) Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi
lendir secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh
gerakan silia
6) Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-
paru
7) Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru
8) Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghirup) karena
reseptor olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang
sejalandengan pertambahan usia.
b. Faring
1) Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang
menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring
2) Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring),
dan laring (laringofaring)
3) Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius
dan digestif
c. Laring
1) Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang
menghubungkan faring dan trakea
2) Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas:
a. Epiglotis,daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring
selama menelan.
b. Glotis, ostium antara pita suara dalam laring.
c. Kartilago tiroid, kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago
ini membentuk jakun (Adam's apple).
d. Kartilago krikoid, satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam
laring (terletak di bawah kartilago tiroid).
e. Kartilago aritenoid,digunakan dalam gerakan pita suara dengan
kartilago tiroid.
f. Pita suara, ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang
menghasilkan bunyi suara (pita suara melekat pada lumen laring).
Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya
vokalisasi.Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari
obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.
d. Trakea
1) Disebut juga batang tenggorok
2) Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina

2. Saluran Nafas Bawah


a. Bronkus
1) Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
2) Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2
bronkus)
3) Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus
lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental
4) Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus
subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri,
limfatik dan saraf.

b. Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus. Bronkiolus
mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang
membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas
c. Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang
tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia)
d. Bronkiolus respiratori
e. Duktus alveolar dan Sakus alveolar
f. Alveoli
1) Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
2) Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan
seluas 70 m2
3) Terdiri atas 3 tipe :
a) Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding
alveoli
b) Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan
mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam
dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)
c) Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel
fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan
g. Paru-paru
1) Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
2) Terletak dalam rongga dada atau toraks
3) Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan
beberapa pembuluh darah besar
4) Setiap paru mempunyai apeks dan basis
5) Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
6) Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
7) Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan
segmen bronkusnya.
h. Pleura
Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan
elastis, Terbagi mejadi 2 yaitu :
1) Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
2) Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang
berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama
pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-
paru. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal
ini untuk mencegah kolap paru-paru.

F. Fisiologi Sistem Pernafasan


Bernafas/pernapasan merupkan proses pertukaran udara diantara individu
dan 1 sistem pernapasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan
sebuah pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernapasan,
diafragma, isi abdomen, dinding abdomen, dan pusat pernapasan di otak. Pada
keadaan istirahat frekuensi pernapasan antara 12-15 kali per menit.
Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Ventilasi
Yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru
atau sebaliknya.Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada
perbedaan tekanan antara udara atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi,
dada,mengembang, diafragma turun dan volume paru bertambah. Sedangkan
ekspirasi merupakan gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
a. Tekanan udara atmosfir
b. Jalan nafas yang bersih
c. Pengembangan paru yang adekuat

2. Difusi
Disfusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara
alveolus dan kapiler paru-paru.Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah
yang bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi
yang lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh
jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang
disebut membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi
membran respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien
tekanan oksigen antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal
sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler darah
e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli
3. Transpor
Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan
tubuh dan sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.
Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan
karbondioksida harus ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru.
Secara normal 97 % oksigen akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel
darah merah dan dibawa ke jaringan sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3 %
ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
a. Curah jantung (cardiac Output / CO)
b. Jumlah sel darah merah
1) Hematokrit darah
2) Latihan (exercise)
3) Keadaan pembuluh darah

G. Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh


Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh system respirasi,
kardiovaskuler, dan keadaan hematologi.
1. Sistem kardiovaskuler
Kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat dipengaruhi oleh fungsi
jantung untuk memompa darah sebagai transport oksigen. Darah masuk ke
atrium kiri dari vena pulmonaris. Aliran darah keluar dari ventrikel kiri
menuju aorta melalui katup aorta. Kemudian dari aorta darah disalurkan ke
seluruh sirkulasi sistemik melalui arteri, arteriol, dan kapiler serta menyatu
kembali membentuk vena yang kemudian dialirkan ke jantung melalui atrium
kanan. Darah dari atrium kanan masuk dalam ventrikel kanan melalui katup
pulmonalis untuk kemudian dialirkan ke paru-paru kanan dan kiri untuk
berdifusi. Darah mengalir di dalam vena pulmonalis kembali ke atrium kiri
dan bersikulasi secara sistemik berdampak pada kemampuan transport gas
oksigen dan karbon dioksida.
2. Hematologi
Oksigen membutuhkan transport dari paru-paru ke jaringan dan karbon
dioksia dari jaringan ke paru-paru. Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa
eritrosit yang telah berikatan dengan hemoglobin (Hb) dan 3 % oksigen larut
dalam plasma. Setiap sel darah merah mengandung 280 juta molekul Hb dan
setiap molekul dari keempat molekul besi dalam hemoglobin berikatan
dengan satu molekul oksigenasi membentuk oksihemoglobin (HbO 2). Afinitas
atau ikatan Hb dengan O2 dipengaruhi oleh suhu, ph, konsentrasi 2,3
difosfogliserat dalam darah merah.Dengan demikian besarnya Hb dan jumlah
eritrosit akan memengaruhi transport gas.
H. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen
1. Faktor Fisiologi
a. Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
b. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran
napas bagian atas.
c. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport
O2 terganggu.
d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka,
dan lain-lain.
e. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyalit kronik
seperti TBC paru.
2. Faktor Perkembangan
a. Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
b. Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
c. Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok.
d. Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,
stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
e. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru,
gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet
b. Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan
koroner.
d. Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi/Fe
menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol, menyebabkan
depresi pusat pernapasan.
e. Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
4. Faktor Lingkungan
a. Tempat kerja
b. Suhu lingkungan
c. Ketinggian tempat dan permukaan laut.

Perubahan-perubahan fungsi jantung yang memengaruhi kebutuhan oksigenasi :


1. Gangguan kondisi seperti distritmia (takikardia/bradikardia).
2. Perubahan cardiac output, menurunnya cardiac output seoerti pada pasien
dekom menimbulkan hipoksia jaringan.
3. Kerusakan fungsi katup seperti pada stenosis, obstruksi, regurgitasi darah
yang mengakibatkan ventrikel bekerja lebih keras.
4. Myocardial iskhemial infark mengakibatkan kekurangan pasokan darah dari
arteri koroner ke miokardium.
I. PATHWAY
J. Macam-macam Pemberian Oksigenisasi
MACAM-MACAM PEMBERIAN OKSIGENISASI:
1. Nasal Kateter

Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 secara kontinu


dengan aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%.

Keuntungan: Pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara,


mudah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.

Kerugian: Tidak dapat memberikan konsentrasi O2yang lebih dari 45%,


tehnik memasuk kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi
distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran dengan
lebih dari 6 L/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa
hidung, kateter mudah tersumbat.

2. Nasal Kanula

a. Pengertian
Pemberian oksigen pada klien yang memerlukan oksigen secara kontinyu
dengan kecepatan aliran 1-6 liter/menit serta konsentrasi 20-40%, dengan
cara memasukan selang yang terbuat dari plastik ke dalam hidung dan
mengaitkannya di belakang telinga. Panjang selang yang dimasukan ke
dalam lubang dihidung hanya berkisar 0,6 – 1,3 cm. Pemasangan nasal
kanula merupakan cara yang paling mudah, sederhana, murah, relatif
nyaman, mudah digunakan cocok untuk segala umur, cocok untuk
pemasangan jangka pendek dan jangka panjang, dan efektif dalam
mengirimkan oksigen. Pemakaian nasal kanul juga tidak mengganggu
klien untuk melakukan aktivitas, seperti berbicara atau makan. (Aryani,
2009:54)
b. Tujuan
1) Memberikan oksigen dengan konsentrasi relatif rendah saat kebutuhan
oksigenminimal.
2) Memberikan oksigen yang tidak terputus saat klien makan atau minum.
(Aryani, 2009:54)
c. Indikasi

Klien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal kanula
untuk memenuhi kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak).
(Suparmi, 2008:67)

d. Prinsip
1) Nasal kanula untuk mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau rendah,
biasanya hanya 2-3 L/menit.
2) Membutuhkan pernapasan hidung
3) Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi >40 %. (Suparmi,
2008:67)
e. Keuntungan
1) Toleransi klien baik
2) Pemasangannya mudah
3) Klien bebas untuk makan dan minum
4) Harga lebih murah
f. Kerugian
1) Mudah terlepas
2) Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%
3) Suplai oksigen berkurang jika klien bernafas lewat mulut
4) Mengiritasi selaput lender, nyeuri sinus
g. Cara pemasangan nasal canula :
1) Terangkan prosedur pada klien
2) Atur posisi klien yang nyaman(semi fowler)
3) Atur peralatan oksigen dan humidiflier
4) Hubungkan kanula dengan selang oksigen ke humidiflier dengan aliran
oksigen yang rendah,beri pelicin(jelly) pada kedua ujung kanula.
5) Masukan ujung kanula ke lubang hidung
6) Fiksasi selang oksigen
7) Alirkan oksigen sesuai yang diingiinkan.

3. Masker Oksigen
a. Pengertian
Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang dialiri
oksigen dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen
umumnya berwarna bening dan mempunyai tali sehingga dapat mengikat
kuat mengelilingi wajah klien. Bentuk dari face mask bermacam-macam.
Perbedaan antara rebreathing dan non-rebreathing mask terletak pada
adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi terinhalasi kembali. (Aryani,
2009:54)

b. Macam Bentuk Masker :


1) Simple face mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-60%
dengan kecepatan aliran 5-8 liter/menit.

Cara pemasangan :
a) Terangkan prosedur pada klien
b) Atur posisi yang nyaman pada klien (semi fowler)
c) Hubungkan selang oksigen pada sungkup muka sederhana dengan
d) Tepatkan sungkup muka sederhana, sehingga menutupi hidung dan
mulut klien
e) Lingkarkan karet sungkunp kepada kepala klien agar tidak lepas
f) Alirkan oksigen sesuai kebutuhan.
Keuntungan
a) Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari nasal kanula
b) System humidifikasi dapat di tingkatkan
Kerugian
a) Umumnya tidak nyaman bagi klien
b) Membuat rasa panas, sehingga mengiritasi mulut dan pipi
c) Aktivitas makan dan berbicara terganggu
d) Dapat menyebabkan mual dan muntah, sehingga dapat menyebabkan
aspirasi
e) Jika alirannya rendah dapat menyebabkan penumpukan karbondioksida
2) Rebreathing mask
Mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80% dengan kecepatan aliran
8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus mengembang baik, saat
inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari
sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantung reservoir, ditambah
oksigen dari kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong.
Udara inspirasi sebagian tercampur dengan udara ekspirasi sehingga
konsentrasi CO2 lebih tinggi daripada simple face mask.
(Tarwoto&Wartonah, 2010:37).Indikasi : klien dengan kadar tekanan
CO2 yang rendah. (Asmadi, 2009:33)
Cara pemakaian :
a) Terangkan prosedur pada klien
b) Hubungkan selang oksigen dengan humidiflier dengan aliran rendah
c) Isi oksigen kedalam kantong dengan cara menutup lubang antara
kantung dengan sungkup
d) Atur tali pengikat sungkup sehingga menutup rapat dan nyaman. Bila
perlu pakai kasa pada daerah yang tertekan.
e) Sesuaikan aliran oksigen, sehingga kantung akan terisi waktu ekspirasi
dan hampir kuncup waktu inspirasi
Keuntungan
a) Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari pada sungkup muka sederhana
b) Tidak mengeringkan selaput lendir
Kerugian
a) Kantung oksigen bisa terlipat
b) Menyebabkan penumpukan oksigen jika aliran terlalu rendah
3) Non rebreathing mask
Mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen sampai 80-100% dengan
kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak
bercampur dengan udara ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup
terbuka pada saat inspirasi dan tertutup saat pada saat ekspirasi, dan 1
katup yang fungsinya mencegah udara kamar masuk pada saat inspirasi dan
akan membuka pada saat ekspirasi. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)

Indikasi pemberian Non Rebreting Mask : klien dengan kadar tekanan


CO2 yang tinggi. (Asmadi, 2009:34). Cara pemasangan sama dengan
sungkup muka kantong rebreathing.

Keuntungan

a) Konsentrasi oksigen hampir diperoleh 100% karena adanya katup satu


arah antara kantong dan sungkup, sehingga kantung mengandung
konsentrasi oksigen yang tinggi dan tidak tercampur dengan udara
ekspirasi.
b) Tidak mengeringkan selaput lender
c)
Kerugian
a) Kantung oksigen bisa terlipat
b) Berisiko untuk terjadi keracunan oksigen
c) Tidak nyaman bagi klien
4) Masker Venturi
Merupakan metode yang paling akurat dan dapat diandalkan untuk
konsentrasi yang tepat melalui cara non invasif. Masker dibuat sedemikian
rupa sehingga memungkinkan aliran udara ruangan bercampur dengan
aliran oksigen yang telah ditetapkan.Masker venturi menerapkan prinsip
entrainment udara (menjebak udara seperti vakum), yang memberikan
aliran udara yang tinggi dengan pengayaan oksigen terkontrol.Kelebihan
gas keluar masker melalui cuff perforasi, membawa gas tersebut bersama
karbondioksida yang dihembuskan.Metode ini memungkinkan konsentrasi
oksigen yang konstan untuk dihirup yang tidak tergantung pada kedalaman
dan kecepatan pernafasan.Diberikan pada pasien hyperkarbia kronik ( CO2
yang tinggi ) seperti PPOK yang terutama tergantung pada kendali hipoksia
untuk bernafas, dan pada pasien hypoksemia sedang sampai berat.
Keuntungan
a) Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan / tepat sesuai dengan
petunjuk pada alat.
b) FiO2 tidak dipengaruhi oleh pola ventilasi, serta dapat diukur dengan
O2 analiser.
c) Temperatur dan kelembaban gas dapat dikontrol.
d) Tidak terjadi penumpukan CO2.
Kerugian
a) Mengikat
b) Harus diikat dengan kencang untuk mencegah oksigen mengalir
kedalam mata.
c) Tidak memungkinkan makan atau batuk, masker harus dilepaskan bila
pasien makan, minum, atau minum obat.
d) Bila humidifikasi ditambahkan gunakan udara tekan sehingga tidak
mengganggu konsentrasi O2.
5) Bag and Mask / resuscitator manual digunakan pada pasien :
a) Cardiac arrest .
b) Respiratory failure
c) Sebelum, selama dan sesudah suction

Gas flows 12 – 15 liter, selama resusitasi buatan, hiperinflasi / bagging,


kantong resusitasi dengan reservoir harus digunakan untuk memberikan
konsentrasi oksigen 74 % - 100 %. Dianjurkan selang yang bengkok tidak
digunakan sebagai reservoir untuk kantong ventilasi.Kantong 2.5 liter
dengan kecepatan 15 liter/menit telah ditunjukkan untuk pemberian
oksigen yang konsisten dengan konsentrasi 95 % - 100 %.Penggunaan
kantong reservoar 2.5 liter juga memberikan jaminan visual bahwa aliran
oksigen utuh dan kantong menerima oksigen tambahan. Pengetahuan
tentang kantong dan keterampilan penggunaan adalah vital :

a) Kekuatan pemijatan menentukan volume tidal ( VT )


b) Jumlah pijatan permenit menentukan frekuensi
c) Kekuatan dan frekuensi menentukan aliran puncak

Hal – hal yang harus diperhatikan :

a) Observasi dada pasien untuk menentukan kantong bekerja dengan baik


dan apakah terjadi distensi abdomen.
b) Kemudahan / tahanan saat pemompaan mengindikasikan komplain paru.
c) Risiko terjadinya peningkatan sekresi, pneumothorak, hemothorak, atau
spasme bronkus yang memburuk.

Syarat-syarat Resusitator manual :

a) Kemampuan kantong untuk memberikan oksigen 100 % pada kondisi


akut.
b) Masker bila dibutuhkan harus transparan untuk memudahkan observasi
terhadap muntah / darah yang dapat mengakibatkan aspirasi.
c) Sistem katup yang berfungsi tanpa gangguan pada kondisi akut.
d) Pembersihan dan pendauran ketahanan kantong.
4. Ventilasi Mekanik (Ventilator)

a. Pengertian

Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau
seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi.

b. Indikasi Pemasangan Ventilator


1) Pasien dengan respiratory failure (gagal napas)
2) Pasien dengan operasi tekhik hemodilusi.
3) Post Trepanasi dengan black out.
4) Respiratory Arrest.
c. Penyebab Gagal Napas
1) Penyebab sentral
a) Trauma kepala : Contusio cerebri.
b) Radang otak : Encepalitis.
c) Gangguan vaskuler : Perdarahan otak, infark otak.
d) Obat-obatan : Narkotika, Obat anestesi.
2) Penyebab perifer
a) Kelaian Neuromuskuler : Guillian Bare Syndrome, Tetanus, Trauma
cervical dan Obat pelemas otot.
b) Kelainan jalan napas : Obstruksi jalan napas dan Asma broncheal
c) Kelainan di paru : Edema paru, atlektasis, ARDS
d) Kelainan tulang iga / thorak : Fraktur costae, pneumothorak dan
haemathorak.
e) Kelainan jantung : Kegagalan jantung kiri.
d. Kriteria Pemasangan Ventilator
Menurut Pontopi dan seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi mekanik
(ventilator) bila :
1) Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.
2) Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.
3) PaCO2 lebih dari 60 mmHg
4) AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.
5) Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB.
e. Macam-macam Ventilator.
Menurut sifatnya ventilator dibagi tiga type yaitu:
1) Volume Cycled Ventilator.
Prinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin
berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang
ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada
komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten.
2) Pressure Cycled Ventilator
Prinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan.
Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan
yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan
ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan
komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga
pada pasien yang status parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini
tidak dianjurkan.
3) Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan waktu
ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi
ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit).
Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2
f. Mode-Mode Ventilator.
Pasien yang mendapatkan bantuan ventilasi mekanik dengan
menggunakan ventilator tidak selalu dibantu sepenuhnya oleh mesin
ventilator, tetapi tergantung dari mode yang kita setting. Mode ventilator
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Mode Control.
Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan
pasien. Ini diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek,
lemah sekali atau bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol
pasien, pernafasan diberikan ke pasien pada frekwensi dan volume yang
telah ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk
mengawali inspirasi. Bila pasien sadar, mode ini dapat menimbulkan
ansietas tinggi dan ketidaknyamanan dan bila pasien berusaha nafas sendiri
bisa terjadi fighting (tabrakan antara udara inspirasi dan ekspirasi), tekanan
dalam paru meningkat dan bisa berakibat alveoli pecah dan terjadi
pneumothorax. Contoh mode control ini adalah: CR (Controlled
Respiration), CMV (Controlled Mandatory Ventilation), IPPV (Intermitten
Positive Pressure Ventilation)
2) Mode IMV / SIMV: Intermitten Mandatory Ventilation/Sincronized
Intermitten Mandatory Ventilation.
Pada mode ini ventilator memberikan bantuan nafas secara selang seling
dengan nafas pasien itu sendiri. Pada mode IMV pernafasan mandatory
diberikan pada frekwensi yang di set tanpa menghiraukan apakah pasien
pada saat inspirasi atau ekspirasi sehingga bisa terjadi fighting dengan
segala akibatnya. Oleh karena itu pada ventilator generasi terakhir mode
IMVnya disinkronisasi (SIMV). Sehingga pernafasan mandatory diberikan
sinkron dengan picuan pasien. Mode IMV/SIMV diberikan pada pasien
yang sudah bisa nafas spontan tetapi belum normal sehingga masih
memerlukan bantuan.
3) Mode ASB / PS : (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport)
Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien
yang masih bisa bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup karena
nafasnya dangkal. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk
bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk memicu trigger maka udara
pernafasan tidak diberikan.
4) CPAP : Continous Positive Air Pressure.
Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan
pada pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat. Tujuan pemberian
mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-otot
pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator.

K. Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip penatalaksaan asma bronkial adalah sebagai berikut :
1. Diagnosis status asmatikus. Faktor penting yang harus diperhatikan :
a. Saatnya serangan
b. Obat-obatan yang telah diberikan (macam dan dosis)
2. Pemberian obat bronkodilator.
3. Penilaian terhadap perbaikan serangan.
4. Pertimbangan terhadap pemberian kortikosteroid.
5. Penatalaksanaan setelah serangan mereda
a. Cari faktor penyebab
b. Modifikasi pengobatan penunjang selanjutnya. (Soemantri, 2009)
dan kebutuhan oksigen (hipoksia) kelemahan.
5 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
laju metabolic, dispnea saat makan, kelemahan otot pengunyahan.
6. Ansietas berhubungan dengan keadaan penyakit yang diderita
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik
maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk
mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit,
dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang
masalahnya/penyakitnya.
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien
pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama
seharusnya mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio,
Skala, dan Time)
3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 - 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 - 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 - 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
4. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami
masalah / penyakit yang sama.
5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok,
pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
6. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
1. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
2. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
3. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
4. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi
7. Riwayat spiritual
8. Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna,
bengkak, eksudat, darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah
pada bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke
samping sehingga kedudukan trakhea dapat diketahui.
d. Thoraks
1) Inspeksi :
a) Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis
klavikulanya menjadi elevasi ke atas.
b) Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi
berbentuk bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama
dengan diameter tranversal (1 : 1). Pada orang dewasa perbandingan
diameter antero-posterior dan tranversal adalah 1 : 2
Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya :
(1) Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai dengan diameter
tranversal sempit, diameter antero-posterior membesar dan sternum
sangat menonjol ke depan.
(2) Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan ciri-ciri
berlawanan dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke
dalam dan diameter antero-posterior mengecil. Barrel chest ditandai
dengan diameter antero-posterior dan tranversal sama atau
perbandingannya 1 : 1.
Kelainan tulang belakang diantaranya :
(1) Kiposis atau bungkuk dimana punggung melengkung/cembung ke
belakang.
(2) Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau punggung
berbentuk cekung.
(3) Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu sisi.
c) Pola napas
(1) Eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 - 24 x/mnt,
klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya,
(2) Tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24
x/mnt, atau bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya
kurang dari 16 x/mnt
(3) Apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.
d) Kaji volume pernapasan
(1) Hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah udara dalam paru-paru
yang ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang
(2) Hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang
ditandai dengan pernapasan yang lambat.
e) Kaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu
pernapasan yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah
pernapasan perut yaitu pernapasan yang ditandai dengan
pengembangan perut.
f) Kaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau
irreguler,
(1) Cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi
lambat dan kadang diselingi apnea.
(2) Kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan
biot yaitu pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak
teratur dan diselingi periode apnea.
g) Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak
napas yang menetap dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah
ortopnea yaitu kemampuan bernapas hanya bila dalam posisi duduk
atau berdiri
h) Perlu juga dikaji bunyi napas
(1) Stertor/mendengkur yang terjadi karena adanya obstruksi jalan
napas bagian atas
(2) Stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring dan didengar saat
inspirasi
(3) Wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul,
(4) Rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar
saat inspirasi
(5) Ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di dengar saat
ekspirasi.
i) Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami
(1) Batuk produktif yaitu batuk yang diikuti oleh sekresi,
(2) Non produktif yaitu batuk kering dan keras tanpa sekresi
(3) Hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah
j) Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi
(1) Takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah
Bradikhardiyaitu denyut nadi kurang dari 60 x/menit. Juga perlu
dikaji tekanan darah
(2) Hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang tinggi
(3) Hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.
k) Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah
(1) Anoxia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam jaringan
kurang
(2) Hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam darah
kurang
(3) Hipoxia yaitu berkurangnya persediaan oksigen dalam jaringan
akibat kelainan internal atau eksternal
(4) Cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku
atau kulit akibat deoksigenasi yang berlebihan dari Hb
(5) Clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat
kekurangan oksigen dalam waktu yang lama.
2) Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa,
peradangan, kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus.
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem
bronkhopulmonal selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih
terasa pada apeks paru dan dinding dada kanan karena bronkhus kanan
lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa karena suara pria besar.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai respon pasien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialami (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2016). Diagnosa keperawatan pada penelitian ini adalah:
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas
ditandai dengan batuk tidak efektif , mengi, wheezing dan / atau ronkhi kering
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)

C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah berbagai perawatan berdasarkan penilaian
klinis dan pengetahuan yang dilakukan oleh seorang perawat untuk
meningkatkan hasil klien/pasien (Herdman,2015). Intervensi keperawatan
merupakan tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien
beralih dari status kesehatan saat ini ke status kesehatan yang diuraikan dalam
hasil yang diharapkan.(Perry & Potter, 2005).

No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


Keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. Bersihan jalan Bersihan Jalan Nafas Manajemen Asma
nafas b.d Setelah dilakukan tindakan Observasi:
hipersekresi d.d selama ….jam diharapkan
batuk tidak efektif bersihan jalan napas 1. Monitor frekuensi dan kedalaman
membaik. Dengan kriteria nafas
hasil : 2. Monitor tanda dan gejala hipoksia
- Batuk efektif meningkat
3. Monitor bunyi nafas tambahan
- Produksi sputum menurun
4. Monitor saluran oksigen
- Mengi menurun
- Wheezing menurun
Terapeutik:
- Dispnea menurun
1. Berikan posisi semi fowler 30-45º
- Pola nafas membaik
2. Pasang oximetry nadi
3. Lakukan penghisapan lendir jika
perlu
4. Berikan O2 6-15 Liter via sunkup
untuk mempertahankan SpO2 >90%
5. Pasang IV line untuk memberikan
obat dan hidrasiAmbil sampel darah
untuk memeriksakan hitung darah
lengkap dan AGD

Edukasi:
1. Anjurkan meminimalkan ansietas
yang dapat meningkatkan kebutuhan
oksigen
2. Anjurkan bernafas lambat dan dalam
3. Ajarkan menidentifikasi dan
menghindrai pemicu (mis. Debu,
bulu hewan, serbuk bunga, asap
rokok dsb)

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator
sesuai indikasi (mis. Albuterol,
metoproterenol)
2. Kolaborasi pemberian obat tambahan
jika tidak responsif dengan
bronkodilator (mis. Prednisolone,
methylprednisole, aminophyline)
2 Pola nafas tidak Pola Nafas Manajemen jalan nafas
efektif b.d Setelah dilakukan intervensi Observasi
Hambatan upaya keperawatan selama … jam, 1. Monitor pola nafas
nafas d.d dispnea maka diharapkan pola nafas 2. Monitor bunyi nafas tambahan (mis.
klien membaik dengan kriteria gargling, mengi, wheezing, ronchi
hasil kering)
- Dispnea menurun (5) 3. Monitor sputum (jumlah, warna,
- Penggunaan otot bantu aroma)
napas menurun
- Pemanjangan fase ekspirasi Terapeutik:
menurun 1. Pertahankan kepatenan jalan napas
- Ortopnea menurun 2. Posisikan semi-fowler
- Pernapasanpursed-lip 3. Berikan minum hangat
menurun 4. Lakukan fisioterafi dada
- Pernapasan cuping hidung 5. Lakukan penghisapan lender
menurun 6. Lakukan hiperoksigenasi
- Ventilasi semenit meningkat 7. Keluarkan sumbatan benda padat
- Kapasitas vital meningkat dengan forsep
- Diameter thorax anterior- 8. Berikan oksigen jika perlu
posterior meningkat
- Tekanan ekspirasi Edukasi:
meningkat 1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
- Tekanan inspirasi meningkat 2. Ajarkan Teknik batuk efektif
- Frekuensi napas membaik
- Kedalaman napas membaik Kolaborasi
- Ekskursi dada membaik 1.Kolaborasi pemberian bronkodilator
jika perlu

3. Gangguan Pertukaran Gas Pemantauan Respirasi (I.11014)


pertukaran gas b.d Setelah dilakukan intervensi Observasi
ketidakseimbangan keperawatan selama… jam 1. Monitor frekuensi, irama, upaya dan
ventilasi perfusi diharapkan keseimbangan kedalaman nafas.
ventilasi perfusi meningkat 2. Monitor pola nafas
dengan kriteria hasil: 3. Monitor batuk efektif
- Tingkat kesadaran 4. Monitor adanya produksi sputum
meningkat 5. Monitor adanay sumbatan jalan
- Dispnea menurun nafas
- Bunyi nafas tambahan 6. Palpasi kesimetrissan ekspansi paru
menurun 7. Auskultasi bunyi nafas
- Takikardia menurun 8. Monitor saturasi oksigen
- Pusing menurun 9. Monitor nilai AGD
- Pengelihatan kabur menurun 10. Monitor hasil X-ray thorax
- Diaforesis menurun
- Gelisah menurun Terapeutik
- Nafas cuping hitung
menurun 1. Atur interval pemantauan respirasi
- PCO2 & PO2 membaik sesuai kondisi pasien
- pH arteri membaik 2. Dokumentasi hasil pemantauan
- Sianosis membaik
- Pola Nafas membaik
- Warna kulit membaik Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur


pemantauan
2. Infoemasikan hasil pemantauan

Sumber : Tim Pokja SDKI DPP PPNI, Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, 2017, Tim Pokja
SIKI DPP PPNI, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, 2018, Tim Pokja SLKI DPP
PPNI, Standar Luaran Keperawatan Indonesia, 2019

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tindakan yang dilaksanakan dalam fase intervensi
yang telah ditetapakan sebelumnya (Tarwoto & Wartonah, 2015).Implementasi
terdiri dari tindakan dan mendokumentasikan hasil kegiatan (Perry & Potter,
2005). Pada pasien asma bronkhial dengan bersihan jalan napas tidak efektif
implementasi disesuaikan dengan intervensi atau rencana keperawatan yang telah
ditetapkan yaitu manajemen bersihan jalan napas tidak efekif (Maryam, dkk,
2013).

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan
untuk mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan
klien ke arah pencapaian tujuan (Perry & Potter, 2005). Evaluasi merupakan
suatu kegiatan yang terjadi pada setiap langkah dari proses keperawatan dan pada
kesimpulan (Herdman, 2015).
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai