Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Tektonika erat kaitannya dengan seni pengolahan material, struktur dan


konstruksi, yang lebih menekankan pada aspek nilai estetika yang dihasilkan suatu
sistim struktur atau merupakan ekspresi dari suatu struktur yang lebih ditegaskan lagi
dengan aspek kemampuan penggunaan teknologi struktur-nya. Tektonika dalam
pemahaman arsitektur adalah merupakan dua sisi pandangan, pada satu sisi yang satu
berupa pengembangan struktur yang digunakan untuk membentuk ruang dan satu sisi
lainnya adalah berupa pengolahan sistim sambungan pada konstruksi sehingga akan
meningkatkan dan meningkatkan ekspresi pada bangunan dengan menghadirkan nilai seni.
Tektonika adalah pengetahuan tentang estetika sistem kontruksi bangunan (Potter, 2004).
Tektonika adalah “art of joining material” oleh karena itu karakteristik tektonika sangat
dipengaruhi oleh material yang digunakan. Tektonika ini sangat penting dipahami oleh para
arsitek karena dasar dari mendesain adalah bagaimana kita mengolah material, struktur, dan
kontruksi untuk menghasilkan ruang yang sesuai dengan yan dibutuhkan dan diinginkan.

Rumusan Masalah

Bagaimana pemahaman akan tektonika dalam arsitektur dapat menjadi dasar dalam sebuah
desain bangunan?
Bagaimana tektonika dalam arsitektur dapat menjadi landasan dalam konservasi arsitektur?

Tujuan Penelitian

Mendalami pemahaman tentang tektonika dalam arsitektur.


Memahami tektonika dalam arsitektur untuk menjadi dasar dan landasan dalam konservasi
arsitektur.

Sistematis Penulisan

Pada karya ilmiah ini, penulis akan menjelaskan hasil penelitian melalui studi literatur
dimulai dengan bab pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian serta sistematika penulisan. Bab selanjutnya, penulis melakukan
penelitian melalui studi literatur.

BAB 2
PEMBAHASAN

A. Tektonika dalam Arsitektur

Tektonika berperan sebagai mekanisme penyaluran beban dari gaya-gaya yang


bekerja pada elemen-elemen struktur dengan pengolahan bentuk yang menghasilkan
potensi ekspresi bentuk yang mempunyai nilai seni dan mengekspresikan simbolik
filosofis dari bangunan. Pemilihan struktur bangunan juga mencerminkan fungsi
didalamnya. Sebagai contoh di Bali bangunan ibadah masyarakat hindu yaitu pura
memiliki berbagai macam struktur yang terdapat di bangunan pura itu sendiri, sebagai
contoh meru bertumpang memiliki struktur yang berat dimana atapnya bisa
bertumpang dari 3 sampai 11 tumpangan. Dari penggunaan atapnya yang
bertumpamng meru ini memiliki karakter yang agung sesuai dengan fungsinya yaitu
untuk memuja dewa-dewa menurut keyakinan umat hindu di Bali.

Gambar 01. Meru tumpeng 11 yang berlokasi di Pura Danau Beratan, Bali
Sumber : https://www.tekla.com/sg/bim-awards/meru-tumpang-solas-gedong-ekadasa-
dewata-indonesia

B. Tektonika dalam Estetika Arsitektur

Tektonika dalam arsitektur merupakan sebuah seni pengolahan material,


struktur, dan kontruksi untuk menemukan atau mendapatkan estetika dalam sebuah
arsitektur. Tektonika, struktur, dan estetika didalam arsitektur memiliki keterkaitan
satu sama lain. Struktur banguanan dibuat sedemikian rupa dengan material yang di
aplikasikan bertujuan untuk memberikan nilai estetika atau nilai keindahan dan
karakter dalam arsitektur. Dengan adanya karakter ini sebuah karya arsitektur
khususnya di bangunan akan lebih mudah diingat dan dikenal oleh masyarakat atau
khalayak banyak. Sebagai salah satu contoh banguan gapura yang ada di Bali, gapura atau
yang lebih dikenal oleh masyarakat Bali dengan sebutan candi bentar ini memiliki kesan yang
kokoh dan terbuka seakaan menyambut siapapun yang ingin masuk ke areal tersebut.
Pemilihan struktur dan seni dalam pengaplikasian material membuat candi bentar ini
memiliki bentuk dan motif yang khas, sehingga masyarakat atau khalayak bayak sudah tahu
kalau mereka sedang di Bali saat melihat candi bentar tersebut.

Gambar 02. Gapura atau candi bentar di Handara Golf & Resort, Bali
Sumber : https://www.kintamani.id/melihat-keunikan-desain-arsitektur-serta-fungsi-candi-
bentar-di-bali/
C. Tektonika Menggunakan Material Kayu

Kayu merupakan material yang paling banyak digunakan pada arsitektur vernakular di
Indonesia atau di Bali. Penggunaan material kayu banyak digunakan karena material ini
banyak terdapat lingkunga tropis lembab seperti Indonesia. Selain itu kayu digunakan karena
material ini memiliki kekuatan dan keawetan yang dianggap cukup untuk dijadikan material
bangunan. Kayu yang digunakan dalam bangungan pada arsitektur Bali sudah dibentuk sesuai
dengan kebutuhan. Sudah jarang menemukan material kayu yang masih gelondongan atau
bulat. Hampir sebagian besar sudah diolah, dibentuk dan dibuat sesuai dengan dimensi yang
dibutuhkan dalam sistem kontruksi.

1. Sistem kontruksi purus dan lubang

Sistem sambungan purus dan lubang banyak ditemukan pada bangunan vernakular di
indonesia. Sistem sambungan ini merupakan salah satu sistem konstruksi yang digunakan
untuk menyatukan kolom dan balok sehingga membetuk sistem struktur yang rigid. Sistem
konstruksi ini dibuat dengan melobangi batang tegak/kolom/saka dan balok dimasukkan ke
dalam lubang. Sistem konstruksi kolom dilobangi di dua sisi kearah x dan y dan kolom
menjadi arah z.dan dengan sistem ini akan batang-batang akan membentuk poligon yang
tertutup sehingga struktur bangunan menjadi rigid/kaku.

Gambar 03. Sistem kontruksi kayu purus dan lubang


Sumber : http://www.tentangkayu.com/2008/01/sambungan-pen-lubang_06.html

Gambar 04. Penerapan sistem kontruksi purus dan lubang pada bangunan bali yaitu bale adat.
Sumber : Hasil observasi, 2021
D. Tektonika Menggunakan Material Bata

Bata merupakan salah satu material yang ada dari zaman kerajaan di Indonesia. Di Bali
sendiri khusunya bata merupakan material yang umum sering digunakan baik untuk
bangunan suci seperti pura dan bangunan komersil seperti rumah, perkantoran dan lainnya.
Bata merupakan material bangunan yang ramah lingkungan karena terbuat dari bahan alami
yaitu tanah liat yang dicetak dan dibakar. Untuk di Indonesia khusunya di Bali kontruksi bata
agak sedikit berbeda dengan negara barat dimana di Indonesia penjejeran dan penumpukan
bata dilakukan tanpa menambahkan spasi atau adukan sebagai bahan perekat bata, dan oleh
karna itu nyaris terlihat tidak ada sela atau jarak antara setiap bata yang dikontruksi.
Kontruksi batu bata pada dasarnya adalah menjejer dan menumpukkan batu bata, menjejer
untuk mendapatkan kontruksi yang memanjang dan menumpuk untuk mendapatkan kontruksi
yang meninggi. Pada saat menjejer dan menumpukkan bisa dilakukan variasi pemasangan
bata dengan penjorokan atau pasangan yang maju mundur. Dalam arsitektur Bali sendiri
terdapat salah satu tektonika pemasangan batu bata yang disebut Bebadungan. Dalam konteks
arsitektur bebadungan sering digunakan untuk menyatakan bentuk arsitektur yang
berkembang di wilayah Badung yang dominan menggunakan material batu bata. Pada
bebadungan batu bata di eksploitasi dengan melakukan permainan pemasangan batu bata,
sehingga tercipta bentuk arsitektur yang khas dan unik.

Gambar 05. Candi bentar Puri Kesiman, Denpasar


Sumber:https://repositori.unud.ac.id/protected/storage/upload/repositori/dae227ae3d2982da0
dcef8018cee9fe2.pdf

BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai