Anda di halaman 1dari 238

M

ARSITEKTUR
TRADISIONAL

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Arsitektur tradisional adalah suatu penekanan dalam
arsitektur yang memfokuskan pada pengungkapan
karakteristik dari bentuk bangunan yang merupakan hasil
senyawa dari nilai dan adat yang masih di anut oleh
masyarakat daerah setempat. Arsitektur tradisional merupakan
gambaran alam yang dituangkan dalam analogi – analogi, dan
menyatakan terjemahan prinsip – prinsip kehidupan tradisi
yang memberi gambaran totalitas kehidupan individu dan
masyarakat yang ritual. Arsitektur tradisional terutama
diklasifikasikan sebagai rumah bersejarah yang menampilkan
banyak karakter dan budaya yang melekat padanya untuk
memberikan penampilan yang unik.
Arsitektur tradisional Indonesia mencerminkan
keragaman bentuk dan teknologi yang mencerminkan ciri daerah
dan warisan sejarah. Ciri umum dalam arsitektur tradisional
Indonesia ini merupakan peninggalan nenek moyang
Austronesia. Ciri-ciri umum tersebut yaitu bentuk rumah panggung
dengan fondasi tiang kayu, pemanjangan bubungan atap, teknik
konstruksi dengan penggunaan bahan bangunan alami serta cara
menyusun tiang dan balok yang khas, dan gagasan rumah sebagai
perlambang tetap 1. Rumah panggung dapat ditemui di hampir setiap
daerah di Indonesia. Khusus di Jawa dan Bali, pengaruh India pada
zaman Hindu-Buddha mengubah bentuk rumah dengan fondasi
tiang menjadi rumah yang dibangun di atas lempeng batu yang
ditinggikan. Namun, sebuah relief di candi Borubudur menjadi bukti
adanya bangunan rumah panggung di pulau Jawa masa silam.
Penggunaan tiang sebagai fondasi rumah yang ditinggikan memiliki
kelebihan dalam iklim tropis. Tiang ini menyelamatkan rumah dari
bencana banjir. Selain itu, celah-celah pada lantai dapat berfungsi
sebagai ventilasi saat cuaca panas. Selanjutnya, api kecil yang
dinyalakan di bawah rumah berguna untuk mengusir nyamuk. Asap
yang keluar melalui atap ilalang mengawetkan lalang ini.
Membersihkan rumah juga dapat dilakukan dengan mudah karena

2
debu dan kotoran dapat disapu melalui lubang-lubang lantai tadi.
Ruang bawah tanah sering digunakan sebagai kandang hewan
peliharaan dan tempat menyimpan perkakas, serta menyediakan
tempat kerja yang teduh pada siang hari untuk berbagai kegiatan. Di
banyak daerah, tiang-tiang rumah tidak ditancapkan ke dalam tanah,
tapi bertumpu pada fondasi batu. Hal ini memberi keluwesan pada
rumah sehingga rumah dapat selamat dari gempa. Konstruksi ini
juga mempermudah pemilik apabila ia ingin pindah. Rumah tak
perlu dibongkar, tapi cukup diangkat dan dipindahkan ke tempat
baru.
Latar belakang masalah arsitektur tradisional melibatkan
perubahan zaman, teknologi, dan kebutuhan masyarakat yang
berkembang. Arsitektur Tradisional sering kali dihadapkan pada
tantangan untuk memadukan nilai-nilai warisan dengan kebutuhan
modern, sehingga menjaga identitas budaya sambal memenuhi
tuntutan fungsional dan estetika kontomporer. Dalam berberapa
kasus, perubahan ini menimbulkan dilema antara melesterikan
tradisi dan beradaptasi dengan perkembangan zaman. Beberapa
bangunana tradisional mungkin dirancang untuk kebutuhan dan
gaya hidup yang tidak lagi relevan. Pergeseran dalam kebutuhan
masyarakat memerlukan penyesuaian atau modifikasi. Perubahan
dalam arsitektur tradisional juuga mencakup partisipasi masyarakat.
Terkadang, masayarakat local dapat merasa diabaikan atau tidak
terlibat dalam pengambilan keputusan terkait perubahan arsitektur
yang mempengaruhi lingkungan mereka.
Selain itu, risiko terhadap pelestarian arsitektur
tradisional juga muncul akibat perubahan iklim, bencana alam, dan
tekanan bangunan. Tanpa upaya pelestarian yang tepat, banyak
warisan arsitektur tradisional bisa hilang atau mengalami kerusakan
serius. Oleh karena itu, penting untuk memahami dan mengatasi
tantangan ini guna melestarikan kekayaan budaya dan pengetahuan
arsitektur tradisional.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Arsitektur Tradisional mengambarkan identitas
budaya suatu masyarakat?
2. Apa saja prinsip desain yang mendasari arsitektur
3
tradisional dalam hal material dan struktur?
3. Bagaimana teknik konstruksi tradisional memengaruhi
ketahanan bangunan terhadap cuaca dan lingkungan local?
4. Sejauh mana arsitektur tradisional dapat diadopsi atau
disesuaikan dalam desain bangunan modern?
5. Bagaimana perubahan gaya hidup dan teknologi
memengaruhi pelestarian dan pengembangan arsitektur
tradisional?
6. Mengapa kepedulian terhadap pelestarian rumah adat sangat
kurang?
7. Mengapa transformasi suatu bangunan mulai kehilangan
elemen tradisional?
8. Apa dampak integrasi Antropometri dalam perancangan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana mengambarkan identitas
budaya suatu masyarakat
2. Untuk mengetahui apa saja prinsip desain yang mendasari
arsitektur tradisional dalam hal material dan struktur
3. Untuk mengetahui bagaimana teknik konstruksi
tradisional memengaruhi ketahanan bangunan terhadap
cuaca dan lingkungan local
4. Untuk mengetahui sejauh mana arsitektur tradisional dapat
diadopsi atau disesuaikan dalam desain bangunan modern.
5. Untuk mengetahui bagaimana perubahan gaya hidup dan
teknologi memengaruhi pelestarian dan pemgembangan
arsitektur tradisional.
6. Untuk mengetahui mengapa kepedulian terhadap pelestarian
rumah adat sangat kurang.
7. Untuk mengetahui mengapa pemahaman tentang konsep
tata spasial Arsitektur Tradisional sangat kurang.
8. Untuk mengetahui mengapa transformasi suatu bangunan
mulai kehilangan elemen tradisional.
9. Untuk mengetahui apa dampak kurangnya integrasi
4
Antropometri dalam perancangan

BAB II
TINJUAN PUSTAKA

Arsitektur tradisional adalah suatu penekanan dalam arsitektur


yang memfokuskan pada pengungkapan karakteristik dari bentuk
bangunan yang merupakan hasil senyawa dari nilai dan adat yang
masih di anut oleh masyarakat daerah setempat. Beraneka ragam
arsitektur tradisional di Indonesia menandakan Indonesia memiliki seni
budaya yang luas dan berbeda satu sama lainnya. Kebudayaan
merupakan bagian dari warisan budaya yang seharusnya tetap
dilestarikan sebagai modal dasar untuk identitas diri yang ada di
Indonesia. Sebuah Negara harus memiliki identitas diri dari sejarah dan
kebudayaannya. Negara yang baik yaitu Negara yang menghargai
sejarah dan kebudayaannya. Oleh karena itu perlunya diberikan
pendidikan pada generasi berikutnya agar lebih memahami tentang
Arsitektur Tradisional di Indonesia yang mengandung nilai-nilai
sejarah dan kebudayaan. Untuk itu perlu dikaji dan dipahami lebih dulu
tentang bagaimana Arsitektur Tradisional diterapkan dalam sebuah
bangunan. Dikarenakan perkembangan zaman modern maka
diperlukan pengkajian lebih lanjut bagaimana arsitektur tradisional
dalam sebuah konsep bangunan modern.
Menurut Mangunwijaya (1992), tata wilayah bangunan
arsitektur tidak diarahkan pertama kali untuk menikmati rasa dari
estetika bangunan, tetapi terutama demi kelangsungan hidup secara
kosmis. Berbeda dengan pendapat Santosa (2000) mengingat norma,
kaidah, dan tata nilai dalam masa kini masih banyak kemungkinan
berubah maka dalam usaha mencari identitas. Dalam suatu bangunan
arsitektur yang memiliki identitas tidak dipengaruhi oleh perubahan
norma dan tata nilai. Ciri-ciri ini dalam Arsitektur Tradisional ini dapat
diterapkan pada bangunan modern. Ciri arsitektur tradisional Indonesia
ini merupakan peninggalan nenek moyang yang merujuk pada
sekumpulan bahasa yang berhubungan. Sebagian daerah di Indonesia
bagian timur memiliki tradisi bahasa dan kebudayaan yang berbeda
(Santosa, 2000).
Ciri-ciri ini dalam Arsitektur Tradisional untuk diterapkan
pada bangunan, yaitu :

5
1. Bentuk Rumah Panggung, Ketinggian rumah panggung bervariasi,
tergantung dari lokasinya, penggunaan tiang sebagai fondasi
bangunan yang ditinggikan memiliki kelebihan dalam iklim tropis.
2. Pemanjangan Bubungan Atap, gaya pemanjangan atap ini
merupakan peninggalan peradaban kuno, lalu dibentuk dalam
bentuk yang berbeda. Bentuk atap ini dapat dimaknai sebagai
identitas perlambang pada suatu bangunan.
3. Material Bangunan, Dalam arsitektur tradisional hampir seluruhnya
terbuat dari bahan hayati. Bahan tersebut digunakan dengan cara
yang alami dan khusus untuk memberikan perlindungan terhadap
penghuninya
4. Bangunan sebagai Simbol, Dalam arsitektur tradisional tidak hanya
berfungsi sebagai tempat tinggal semata. Namun secara
keseluruhan maupun beberapa bagian menjadi suatu simbol dan
berkaitan erat dengan kepribadian dan pandangan hidup
penghuninya.

2.1 The Influence of Tradisional Aceh Architecture on


Government Buildings

Arsitektur Tradisional Aceh adalah cerminan dari budaya


pola hidup, dan nilai-nilai yang diyakini oleh masyarakat Aceh,
sehingga bentukan arsitektur tradisionalnya dapat terlihat pada
“Rumoh Aceh”. Unsur- unsur pada tradisional rumah Aceh terliahat
pada bentuk rumah panggung yang ditopang oleh tiang-tiang yang
diatur sejajar, orientasi menghadap utara dan selatan, sehingga
rumah membujur dari timur ke barat, menggunakan ornament/ukiran

yang menempel pada bangunan, dominan menggunakan material


6
kayu serta menggunakan teknologi tradisional dalam membangun
struktur dan konstruksinya.Rumah Aceh adalah sebuah rumah
dengan struktur panggung dengan tinggi 2,5 sampai dengan 3 meter
dari permukaan tanah. Keseluruhan rumah dibuat dari bahan kayu,
kecuali atapnya yang terbuat dari bahan daun rumbia atau daun enau
yang di anyam, serta lainnya yang dibuat dari bambu.

Tangga (reunyeun) pada tangga Rumoh Aceh berjumlah


ganjil yaitu mulai dari 7 hingga 9 tangga. Jumlah ini sesuai dengan
kepercayaan masyarakat Aceh, fungsi lain dari tangga ini juga
sebagai palng bagi selain keluarga atau kerabat dekat terutam abila
tidak ada penghuni pria di dalam rumah, sehingga tangga ini dapat
menjadi pengawas dalam social antar warga.
Bangunan rumah Aceh pada umumnya memiliki banayk
ukiran-ukiran sebagai ragam hias yang menempel pada bangunan,
ada beberapa macam ragam hias (ornamen) yang dipakai yaitu:

a. Motif keagamaan, yaitu ukiran- ukiran yang diambil dari ayat-


ayat al-qur’an
b. Motif flora, yaitu ukiran berbentuk stelirisasi tumbuh-
tumbuhan berbentuk daun, akar, batang, ataupun bunga-
bungaan.
c. Motif fauna, yaitu ukiran berbentuk binatang-binatang yang
sering dilihat dan disukai.
d. Motif alam, yaitu ukiran berbentuk langit dan awannya dan
binatang atau laut.
Konsep regionalisme berkembang sekitar tahun 1960,
sebagai salah satu perkembangan arsitektur modern yang
mempunyai perhatian besar pada ciri kedaerahan. Regionalisme
diharapkan dapat menghasilkan bangunan yang bersifat abadi,
melebur atau menyatu antara yang lama dan yang baru, antara
regional dan universal. Arsitektur tradisional mempunyai lingkup
regional sedangkan arsitektur modern mempunyai lingkup universal.
Dengan demikian yang menjadi ciri utama reginalisme adalah
menyatukan arsitektur tradisional dan arsitektur modern. Secara
prinsip, tradisional timbul sebagai reaksi terhadap
adanya tidak adanya kesinambungan antara yang lama dan yang baru.

7
Dengan demikian maka yang menjadi ciri utama Reginalisme adalah
menyatunya Arsitektur Tradisional dan Modern.
Arsitektur Modern gaya arsiektur yang berbentuk pada
akhir abad ke 18 akibat terjadinya revolusi industry dan demokrasi
yang mamaku terbentuknya modern age. Arsitektur Modern
menekankan pada kesederhanaan suatu desain dengan bentukan
platonic solid yang serba kotak, tak berdekorasi dan perulangan dan
perkembangan dalam teknologi, social dan kebudayaan yang
dihubungkan dengan revolusi industry pada tahun 1760-1863.

a. Bentuk bangunan kantor walikota lhokseumawe merupakan


penyatuan/peleburan antara Arsitektur Tradisoal Aceh
dengan Arsitektur yang berkembangan saat ini.
b. Kaitan antara Arsitektur Masa lalu pada Arsitektur masa kini
dilihat dari wujud (Orientasi Bangunan, Proporsi Bangunan,
Warna Bngunan dan Material Bangunan) Arsitektur Aceh
yang mempengaruhi bangunan kantor walikota dan elemen
fisik.

2.2 Arsitektur Rumah Tradisional Desa Pedawa, Buleleng, Bali


Tradisional di desa padewa, Buleleng, Bali. Mereka
menjelaskan tiga jenis rumah adat di Bali, yaitu rumah adat
Mesegali, Rumah Adat Bandung Rangki, dan rumah Adat sri
Dandan, serta bentuk dan fungsi ruang dari masing-masing rumah
tradisional tersebut. Penilitian ini menggunakan metode kualitatif
deskriptif dengan pendekatan etnosains dan teknit analisis data
domain dan taksonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memberikn gambaran mengenai rumah adat tradisional yang ada di
Desa Pedawa.

8
Selain itu, Parwata (2011) juga membahas tentang
arsitektur tradisional bali dari perspektif budaya dan antropometri.
Sementara itu, Adi, Sila, dan Sudita(2020) melakukan studi
arsitektur yang mendetail tentang rumah tradisional di Desa Pedawa,
Buleleng, Bali, dengan focus pada aspek Pendidikan seni dan
desain. Mereka menekankan pentingnnya melestarikan warisan
budaya.
Dari jurnal ini, dapat disimpulkan bahwa studi arsitektur
rumah tradisional di Bali telah memberikan kontribusi yang
signifikan dalam memahami dan melestarikan warisan budaya.

2.3 Transformasi Arsitektur Tradisional Rumah Adat Batak


Toba di Toba Samosir
Aron Samosir, seorang alumni Program Studi Antropologi
Sosial, melakukan penelitian tentang transformasi arsitektur
tradisional rumah adat Batak Toba di Kabupaten Tobasa, Provinsi
Sumatera Utara. Penelitiannya bertujuan untuk memberikan
pemahaman tentang keberadaan transformasi arsitektur tradisional
terhadap bangunan modern di lokasi penelitian. Penelitian ini
menggunakan pendekatan interdisiplin dengan metode kualitatif dan
mengumpulkan data melalui studi pustaka, observasi, wawancara,
dan dokumentasi. Penelitian ini juga mencakup latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan hasil penelitian
terkait transformasi arsitektur tradisional rumah adat Batak Toba.
Transformasi arsitektur dan kesenian tradisional Batak
Toba di kawasan Balige, Toba Samosir, memberi nilai tambah dan
apresiasi terhadap kesenian tradisional etnik Batak Toba. Bangunan
modern di kawasan tersebut menggunakan arsitektur tradisional dan
gorga (ornamen) pada bagian depan, namun bagian dalamnya tidak
memiliki sentuhan seni tradisional. Perubahan juga terjadi dalam
fungsi bangunan, geometri, material, dan penggunaan bahan

9
bangunan.
Meskipun terjadi transformasi, arsitektur tradisional tetap
dipertahankan sebagai karakteristik lokal. Transformasi arsitektur
rumah adat Batak Toba terlihat dalam bangunan modern yang
mengadopsi bentuk tradisional namun menggunakan bahan dan
teknik modern. Beberapa bangunan modern di Balige, Kabupaten
Toba Samosir, masih mempertahankan arsitektur tradisional,
tetapikebanyakan bangunan modern tidak mengadopsi arsitektur
tradisional. Hal ini disebabkan oleh perubahan pola pikir,
kelangkaan bahan kayu, dan faktor ekonomi dan teknologi.
Meskipun demikian, penting untuk memanfaatkan potensi seni
budaya tradisional untuk mengh

2.4 Eksplorasi shape grammar Arsitektur Tradisional Sasak


Studi ini membahas penggunaan shape grammar dalam
eksplorasi desain arsitektur tradisional Sasak untuk merancang
bangunan resor. Metode shape grammar memungkinkan untuk
menelusuri jejak tradisi dan menerjemahkannya menjadi aturan-
aturan rupa yang baku. Studi ini mencari gramatika bentuk
bangunan lumbung Sasak kemudian melalui simulasi parametrik
ditransformasikan menjadi bentuk lain. Hasilnya adalah identifikasi
bentuk tata bahasa lumbung dan aplikasinya dalam eksplorasi desain
bangunan publik seperti lobi, ruang pertemuan, ruang serbaguna,
klub siang, atau restoran.

10
Tata bahasa bentuk dalam arsitektur terdiri dari konsep
terminal dan perangkat aturan bentuk. Dalam konteks arsitektur
Indonesia, bentuk atap merupakan elemen kunci yang perlu
dipertahankan. Bentuk tata bahasa ditafsirkan dengan menggunakan
tata bentuk Sasak. Eksplorasi tata bahasa bentuk parametrik dalam
proses desain memungkinkan pengembangan arsitektur tradisional
dalam desain kontemporer tanpa mengurangi keasliannya.
Eksplorasi ini melibatkan identifikasi tata bahasa bentuk bangunan,
menafsirkannya dalam kanvas algoritma, dan mengeksplorasi
bentuk bangunan yang kompleks. Studi ini juga mengidentifikasi
tiga variabel transformasi dalam tata bahasa bentuk: menambahkan
aturan, mensubstitusi aturan kontekstual dalam kondisi baru yang
berakar pada aturan yang sudah ada, dan menganalogikan satu
bentuk ke bentuk lain dengan proporsi serupa.

2.5 Model Transfer Pengetahuan Arsitektur Tradisional Rumah


Gadang Minangkabau
Jurnal Fitriza (2018) memberikan gambaran tentang
arsitektur tradisional Rumah Gadang di Minangkabau dan transfer
ilmu pengetahuan dari pengrajin tradisional kepada generasi
penerus. Bab ini membahas proses transfer pengetahuan, yang
melibatkan tukang tuo mendemonstrasikan teknik dan melibatkan
pengrajin muda dalam proses konstruksi. Selain itu, artikel ini
mengeksplorasi teori pembelajaran sosial dan sosial budaya yang
terkait dengan transfer pengetahuan ini.
Teori pembelajaran sosiokultural menekankan bahwa
perubahan kognitif terjadi melalui proses ketidakseimbangan dalam
upaya penggunaan informasi baru. Konsep kunci dalam teori ini
11
meliputi hukum perkembangan genetik, zona perkembangan
proksimal, dan mediasi. Tahapan transfer ilmu arsitektur tradisional
Rumah Gadang Minangkabau selaras dengan tahapan pembelajaran
pada teori pembelajaran sosial Albert Bandura.
Proses transfer pengetahuan teknik arsitektur tradisional
Rumah Gadang dari tukang tuo kepada generasi berikutnya

menggunakan Teori Pembelajaran Sosial dan Teori


Pembelajaran Sosial Budaya. Tukang tuo bertindak sebagai model
dan memberikan bantuan serta masukan kepada pengrajin muda.
Internalisasi pengetahuan terjadi melalui pengulangan interpretasi
pengetahuan. Temuan penelitian ini dapat menjadi bahan penelitian
lebih lanjut untuk mendorong generasi muda di Sumatera Barat
mempelajari arsitektur tradisional Rumah Gadang.

2.6 Konsep dan Makna Arsitektur Tradisional Bali dan


Aplikasinya dalam Arsitektur Bali
Lokakarya 'Arsitektur Etnik dan Penerapannya dalam Arsitektur
Kontemporer' menggali arsitektur tradisional Bali dan relevansinya
dalam arsitektur modern. Ini mengeksplorasi makna yang rumit dan
beragam dari arsitektur tradisional Bali, yang berakar pada budaya
dan agama daerah tersebut, yang mencerminkan nilai-nilai dan
kepercayaan masyarakat. Teks tersebut membahas makna arsitektur
tradisional Bali yang kompleks dan beragam, yang diklasifikasikan
ke dalam tiga hierarki fungsi bangunan, yang masing-masing
memiliki makna tersendiri. Hal ini didasarkan pada agama Hindu
dan konsep filosofis seperti keseimbangan kosmos, catur lokapala,
sad winayaka, dan dewata nawa sanga, menjadi landasan

12
perencanaan dan perancangan arsitektur tradisional Bali. Selain itu,
teks ini mencakup penerapan konsep-konsep tersebut dalam
arsitektur Bali kontemporer, termasuk konsep keseimbangan
kosmis, Rwabhineda, Tribhuana-Triangga, dan keselarasan dengan
lingkungan, serta studi kasusnya.

Selain itu, teks tersebut berisi daftar referensi dan kutipan


terkait budaya, arsitektur, dan masyarakat Bali, yang mencakup
topik-topik seperti budaya tradisional, praktik keagamaan, keadilan
sosial, ideologi politik, dan pengembangan kawasan pariwisata di
Bali dan wilayah lain di Indonesia.

2.7 Arsitektur Rumah Tradisional Mbatangu di Kampung


Ratenggaro
Tujuan penelitian adalah untuk memperkaya
pengetahuan tentang arsitektur tradisional di kepulauan nusantara,
khususnya berfokus pada hubungan bentuk, ruang, dan makna pada
arsitektur rumah adat Mbatangu yang terletak di tepi pantai Sumba
Barat Daya. Penelitian ini bertujuan untuk merekam keunikan
arsitektur tradisional di Sumba yang terancam punah akibat
perkembangan modern.
Penelitian ini juga bertujuan untuk memberi manfaat
bagi berbagai pemangku kepentingan. Bagi masyarakat umum,
kajian ini diharapkan dapat menjadi catatan kekhususan arsitektur
tradisional Sumba, yang berpotensi membantu pariwisata, upaya
konservasi, dan tujuan terkait lainnya. Bagi akademisi dan institusi
pendidikan tinggi, penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi
pada pemahaman identitas arsitektur rumah Sumba, sehingga dapat
menjadi panduan untuk tujuan penelitian dan pendidikan
13
Rumah adat di Sumba terbagi menjadi tiga bagian yang
masing-masing memiliki struktur yang menyatu. Atap rumah ini
berbentuk limas sederhana dan didesain tanpa kasau atau tiang
penyangga untuk menopang ketinggiannya. Stabilitas atap tinggi di
daerah pantai dicapai dengan menambahkan penyangga pada setiap
kasau, yang diperlukan untuk menahan angin kencang dan beban
lateral.
Dari segi konstruksi, rumah adat Sumba menggunakan
sistem pondasi dengan sambungan sambungan terbatas, dimana
tiang-tiangnya ditancapkan sekitar 50 cm ke dalam
tanah kemudian diisi dengan batu agar tidak roboh. Pondasi jenis ini
merupakan solusi permasalahan struktural terkait gempa bumi.
Lantai rumah adat Sumba terdiri dari gabungan balok anak dan
induk yang terbuat dari kayu, dilapisi bambu, papan, atau balok
kayu, dan ditinggikan kurang lebih 100 cm dari permukaan tanah
sehingga memerlukan tangga bambu untuk mengaksesnya.
Kajian arsitektur rumah adat Mbatangu di desa Ratenggaro
yang dikenal dengan sebutan “rumah menara” bertujuan untuk
menyoroti solusi teknis yang mengatasi tantangan arsitektur yang
timbul dari keunikan struktur bangunan. Rumah terbagi menjadi tiga
bagian: bagian bawah (kali kambunga), bagian tengah (uma dei),
dan bagian atas (uma deta), masing- masing dengan sistem struktur
terpadu mulai dari pondasi hingga struktur atap, sehingga
memungkinkan rumah tersebut dibangun. berdiri dengan wujud
yang khas dan menjadi bagian dari warisan budaya masyarakat
Sumba Barat Daya.

14
2.8 Arsitektur Tradisional Rumah Betawi
Artikel ini membahas arsitektur tradisional rumah Betawi,
termasuk pola tapak, tata ruang dalam, sistem struktur, bentuk,
detail, dan ragam hias (Santoso, 2010). Rumah-rumah tersebut
masih dapat ditemukan di perkampungan masyarakat Betawi di
daerah Condet Kelurahan Balekambang, Jakarta Timur (Santoso,
2010). Pembuatan kayu untuk rumah tradisional Betawi melibatkan
pemilihan, penebangan, pengeringan, dan pengawetan (Santoso,
2010). Arsitektur tradisional rumah Betawi memiliki fungsi
struktural dan dekoratif (Santoso, 2010).

Rumah-rumah pada permukiman tradisional Betawi


memiliki pola tata letak yang berbeda dengan permukiman
tradisional lainnya (Santoso, 2010). Tata letak rumah dibangun di
atas lahan yang terpisah dari kebun, dan tidak ada norma adat yang
mengatur perkembangan rumah atau pola perkampungan (Santoso,
2010). Musyawarah merupakan cara penting untuk pengambilan
keputusan dalam membangun rumah, dan pengadaan bahan
bangunan dipengaruhi oleh lingkungan di mana masyarakat itu
berada (Santoso, 2010).
Rumah Betawi memiliki tiga bentuk utama: rumah
Gudang, rumah Joglo, dan rumah Bapang/Kebaya (Santoso, 2010).
Struktur atap dan bentuk rumah Betawi dipengaruhi oleh arsitektur
Jawa, Belanda, Cina, dan Arab (Santoso, 2010). Ragam hias juga
merupakan bagian penting dari arsitektur rumah Betawi,
menunjukkan pengaruh dari berbagai kebudayaan (Santoso, 2010).
Teks tersebut membahas tentang keberadaan arsitektur tradisional
rumah Betawi di daerah Condet Kelurahan Balekambang Jakarta
Timur yang telah ditetapkan sebagai daerah Cagar Budaya (Santoso,
15
2010).

2.9 Arsitektur Tradisional Tionghoa


Artikel ini membahas tentang identitas dan karakteristik
arsitektur tradisional Tionghoa. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi bagaimana Budaya Tionghoa dapat bertahan
dengan eksistensi nilai arsitektur bangunannya. Artikel ini juga
membahas tentang konsep dasar Budaya Tionghoa, hubungan
Budaya Tionghoa dengan arsitekturnya, dan elemen budaya yang
mempengaruhi arsitektur. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif- deskriptif dengan analisis perbandingan antara
karakteristik arsitektur Tionghoa di wilayah studi.

Budaya Tionghoa merupakan pola pikir masyarakat


Tionghoa yang membentuk kesatuan kepentingan dan
mencerminkan etnis Tionghoa. Masyarakat Tionghoa di China
memiliki sejarah panjang dan telah menyebar ke berbagai negara.
Mereka memiliki kepercayaan dan ajaran-ajaran seperti Daoism,
Confucianisme, dan Buddhism yang mempengaruhi budaya dan
identitas mereka. Arsitektur tradisional Tionghoa juga dipengaruhi
oleh kepercayaan mereka, seperti penggunaan kayu sebagai material
konstruksi utama dan konsep Feng Shui.
Feng Shui adalah metode yang digunakan masyarakat
Tionghoa dalam menentukan arah orientasi kota, rumah, atau gua
untuk memperoleh energi dari elemen georafis dan lansekap.
Praktek Feng Shui sudah ada sebelum ajaran Taoisme dan dianggap
sebagai manifestasi dari hidup harmoni dengan kekuatan alam. Pola
penataan ruang masyarakat Tionghoa menerapkan tata ruang dalam
16
yang dikenal dengan istilah “inner court” atau “courtyard”
merupakan penjabaran dari pemikiran Confusius. Arsitektur
tradisional Tionghoa di Indonesia dipengaruhi oleh penyebaran
masyarakat etnis Tiongkok di Pulau Jawa. Di Amerika Serikat,
masyarakat Tionghoa membentuk perkumpulan dan permukiman di
Chinatown atau Pechinan.

2.10 Arsitektur Regionalisme ( Tradisional Modern)


Dalam tinjauan pustaka yang dilakukan, terdapat beberapa
poin penting yang dapat disimpulkan. Pertama, Arsitektur
Tradisional Modern di Kalimantan Tengah mengadopsi aliran
Arsitektur Purna Modern dan Tradisionalisme Modern, dengan ciri-
ciri seperti menampilkan nuansa tradisional melalui estetika dan
sekaligus menggunakan struktur dan teknologi modern. Kedua,
pentingnya pemahaman puitis terhadap arsitektur tradisional,
identitas budaya, penggunaan ornamen tradisional yang didasari
oleh filosofi, serta pengaruh luar yang selektif dan positif dalam
desain arsitektur.
Selain itu, artikel juga menyebutkan bahwa arsitektur
tradisional modern memiliki perbedaan dengan arsitektur klasik,
namun tetap memperhatikan rambu-rambu desain arsitektur dengan
memperhatikan aspek dimensi sejarah, dimensi masa kini, dimensi
akan datang, dan nuansa yang dapat menyentuh rasa. Referensi yang
digunakan dalam artikel ini juga mencakup berbagai sumber, seperti
buku-buku tentang arsitektur Indonesia, seminar perwujudan
arsitektur tradisional Dayak di Kalimantan Tengah, serta karya-
karya dari para arsitek dan akademisi terkemuka.
Dengan demikian, tinjauan pustaka ini memberikan
gambaran yang jelas tentang ciri- ciri, pengaruh, dan pentingnya
pemahaman terhadap arsitektur tradisional modern, khususnya di
Kalimantan Tengah.

2.11 Arsitektur Tradisional Rumah Adat Sapo Jojong Suku


Pakpak di Kabupaten Pakpak Bharat
Jurnal ilmiah "MARKA" menerbitkan artikel penelitian
tentang arsitektur tradisional rumah adat Sapo Jojong Suku Pakpak
di Kabupaten Pakpak Bharat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi sejarah perkembangan dan karakteristik rumah
17
adat Sapo Jojong. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui survei,
wawancara, dan observasi lapangan. Hasil penelitian
menunjukkan perkembangan arsitektur Suku Pakpak dan karakteristik
Sapo Jojong. Penelitian ini penting untuk melestarikan warisan
budaya dan arsitektur tradisional Suku Pakpak.

Kota Salak adalah ibu kota Kabupaten Pakpak Bharat di


Provinsi Sumatera Utara. Perekonomian Pakpak Bharat berpusat
pada pertanian dan perkebunan. Kabupaten ini didirikan pada 28
Juli 2003 dan memiliki luas 1.121,830 km2. Sebagian besar
penduduknya adalah suku Pakpak. Rumah adat Sapo Jojong adalah
rumah tradisional suku Pakpak yang dibangun oleh pemerintah
untuk melestarikan kebudayaan suku Pakpak. Rumah adat ini
memiliki berbagai fungsi dan struktur yang khas.
Rumah adat Sapo Jojong Suku Pakpak adalah rumah
berpanggung dengan ciri khas terdapat Jojong yang ditempatkan di
tengah-tengah bubungan atap yang melengkung, dan memiliki
ornamen yang disebut gerga/okir. Namun, kurangnya kepedulian
pemerintah dan masyarakat mengancam kelestarian rumah adat ini.
Karakteristik rumah adat Sapo Jojong di Desa Penanggalen Binanga
Boang termasuk pola ruang, orientasi, struktur dan konstruksi, serta
ornamen yang digunakan. Beberapa penelitian terkait juga telah
dilakukan untuk memahami rumah adat dan arsitektur tradisional di
Indonesia.

2.12 Tata Spasial Suku Atoni di Kampung Tamkesi Pulau


Timor
18
Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri konsep tata
spasial arsitektur tradisional suku Atoni di kampung adat Tamkesi di
Pulau Timor. Metode yang digunakan meliputi menggambar ulang
secara dua dimensi dan tiga dimensi, analisis tampilan bentuk, dan
penguraian elemen-elemen bangunan (Sarwoko, 2019). Analisis ini

membahas tata spasial arsitektur tradisional suku Atoni, khususnya


di kampung adat Tamkesi. Dalam analisis ini, terlihat bahwa tata
spasial tersebut sangat terkait erat dengan konsep penciptaan ruang
luar dan relasi dengan ruang dalamnya. Pembentukan kampung
Tamkesi dimulai dari penyusunan ruang luar, ruang dalam, dan
boundary antar fungsi tradisi (Sarwoko, 2019).
Penelitian ini mengedepankan metode baru untuk
memahami arsitektur tradisional suku Atoni di Tamkesi, dengan
fokus pada klasifikasi anatomi dan prinsip orientasi arsitektur.
Konsep hirarki atas-bawah didasari oleh persaudaraan etnis/suku
dan relasi dengan alam, serta pengikat (datum) berdasarkan konsep
ketaatan tradisi, simbol budaya, dan religi/spiritual dalam wujud
upacara adat. Pemahaman mendalam tentang tata spasial arsitektur
tradisional suku Atoni di Tamkesi dapat digunakan sebagai rujukan
untuk merancang arsitektur kota, permukiman baru, dan bangunan
baru lainnya, dengan harapan dapat menciptakan arsitektur yang
mengikuti kemajuan zaman sekaligus fit dengan konteks budaya dan
alam lokalnya (Sarwoko, 2019).

2.13 Tradisional And Modern Archirectural Acculturation


In The Satya Budhi Klenteng Building In Bandung
Artikel penelitian membahas tentang akulturasi arsitektur
bangunan Satya Budhi Klenteng di Bandung, Indonesia yang
19
memadukan unsur tradisional dan modern. Penelitian bertujuan
untuk memahami dominasi arsitektur tradisional dan modern dalam
perancangan dan menggunakan metode deskriptif dan analitis untuk
menganalisis berbagai aspek bangunan. Hal
ini juga bertujuan untuk memberikan kontribusi pemahaman konsep
akulturasi arsitektur dalam perancangan bangunan ibadah.
Gedung Klenteng Satya Budhi di Bandung didirikan pada
tahun 1855 dan meliputi area seluas 14.000 M² dengan luas
bangunan 2.000 M² yang terdiri dari satu lantai. Arsitek bangunan
tersebut adalah Chui Tzu Tse & Kung Chen Tse. Bangunan ini
memadukan unsur tradisional dan modern dalam arsitekturnya,
meliputi konsep struktur massa, penataan ruang, struktur konstruksi,
ornamen, serta dominasi unsur tradisional dan modern. Ia juga
memasukkan unsur-unsur yang mewakili kepala, badan, dan kaki,
yang menggabungkan unsur tradisional dan modern.
Penelitian tersebut memberikan kontribusi terhadap
pengembangan ilmu arsitektur di kawasan tersebut dan memberikan
saran bagi perencanaan bangunan Klenteng. Hal ini menekankan
pentingnya penggunaan elemen tradisional untuk mewakili identitas
budaya lokal dalam bangunan keagamaan dan sosial yang ikonik
Teks yang disediakan adalah daftar artikel dan buku
akademis yang berkaitan dengan arsitektur dan kajian budaya,
khususnya yang berfokus pada arsitektur tradisional Jawa dan
adaptasinya terhadap pengaruh modern. Sumbernya mencakup
berbagai topik seperti akulturasi arsitektur, postmodernisme dalam
arsitektur abad ke-21, sintesis konsep arsitektur lokal dan non-lokal,
serta interpretasi ekspresi arsitektur pada bangunan representatif.
Mereka juga membahas pelestarian arsitektur berdasarkan arketipe
arsitektur dan dominasi akulturasi lokal-modern pada bangunan
tertentu

2.14 Simiotika Arsitektur Tradisional Sumbawa


Artikel ini membahas tentang semiotika arsitektur
tradisional Sumbawa, yang masih memiliki korelasi antara
rancangan tata susunan, tujuan-guna, dan makna-arti terhadap
masyarakat, lingkungan, dan budayanya (Santosa, 2018). Identitas
lokal dalam arsitektur tersebut memiliki makna tersembunyi baik
20
secara visual maupun non-visual (Santosa, 2018). Artikel juga
membahas pendekatan sintaksis, pragmatis, dan semantik dalam
membaca pesan yang terkandung dalam arsitektur tradisional
Sumbawa (Santosa, 2018). Selain itu, artikel juga membahas tentang
hubungan antara pemberi tanda, pesan yang terkandung dalam
tanda, dan fungsi tanda bagi pemakainya dalam konteks semiotika
arsitektur (Santosa, 2018).

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk


menggali obyek-obyek visual dalam kawasan studi yang menurut
pandangan masyarakat penduduk setempat memiliki tanda atau
simbol tertentu bagi lingkungan (Santosa, 2018). Metode penelitian
melibatkan observasi lapangan, wawancara dengan masyarakat asli
dan kun ci, serta rekonstruksi konfigurasi visual dalam skala rumah
tinggal, selubung luar bangunan, ruang dalam, dan detail ragam hias
yang ada di rumah tinggal tersebut (Santosa, 2018). Pembahasan
mencakup informasi historis tentang Kesultanan Sumbawa, seni
budaya masyarakat Sumbawa, dan rumah tinggal tradisional
Sumbawa (Santosa, 2018). Rumah tinggal tradisional Sumbawa
terbagi menjadi Dalam Loka, Bale Pekat, dan Bale Panggung,
masing-masing memiliki karakteristik arsitektur yang unik (Santosa,
2018)
Artikel ini membahas tentang analisis arsitektur rumah
tradisional Sumbawa, dengan fokus pada tiga strata bangunan:
Dalam Loka, Bale Pekat, dan Bale Panggung. Analisis
dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip semiotika, termasuk
kodebentuk, hirarki ruang, fungsi, dan nilai. Hasil analisis
menunjukkan perbedaan yang signifikasikan antara Dalam Loka,
Bale Pekat, dan Bale Panggung.
21
2.15 Arsitektur Rumah Tradisional Melayu Desa Ludai
Kabupaten Kampar
Artikel ini membahas tentang arsitektur rumah tradisional
Melayu di Desa Ludai, Kabupaten Kampar. Desa Ludai terletak di
hulu sungai Kampar dan merupakan salah satu desa tertua di
wilayah Kampar. Artikel ini juga membahas tentang pengaruh
geografis, iklim, dan budaya dalam pembentukan arsitektur rumah
tradisional di

desa Ludai. Metode penelitian yang digunakan adalah metode


penelitian historis interpretatif. Artikel ini juga membahas tentang
bentuk dan karakteristik rumah tradisional Melayu di desa Ludai,
serta kekhawatiran akan rusaknya bangunan-bangunan tersebut
karena usia bangunan yang sudah tua.
Selain itu, artikel ini juga menjelaskan tentang rumah Soko,
rumah Panjang, dan rumah Khalifa, beserta denah, ornamen, dan
karakteristik masing-masing rumah. Penelitian ini menunjukkan
bahwa bentuk bangunan rumah tradisional Melayu dipengaruhi oleh
budaya, geografi, dan iklim setempat.

2.16 Karakteristik Arsitektur Tradisisonal Papua


Penelitian ini membahas karakteristik arsitektur tradisional
Papua, dengan fokus pada suku-suku Maybrat, Imian, Sawiat,
Arfak, dan Mee. Metode pengumpulan data melibatkan penelusuran
literatur penelitian sebelumnya, dan metode analisis menggunakan
metode diskriptif analisis. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan
karakteristik arsitektur tradisional antara suku-suku tersebut, yang
dipengaruhi oleh letak geografis, pola permukiman, pemilihan
22
lokasi, bahan material, dan jenis massa bangunan.
Teks tersebut juga membahas karakteristik arsitektur
tradisional dari beberapa suku di Papua, termasuk Suku Mee, Suku
Tobati, Suku Dani, dan Suku Asmat. Analisis dilakukan berdasarkan
faktor geografis dan iklim yang mempengaruhi bentuk dan tatanan
massa di permukiman tradisional Papua.

Pola permukiman masyarakat tradisional Papua


dipengaruhi oleh faktor kondisi geografis dan iklim, serta faktor
sosio-kultural. Bangunan hunian masyarakat tradisional Papua
secara garis besar dibedakan menurut gender, yaitu adanya hunian
untuk laki-laki dan hunian untuk perempuan, serta adanya bangunan
untuk binatang ternak. Permukiman masyarakat tradisional Papua
pada umumnya mengelompok menurut garis keturunan dari pihak
ayah (patrilineal). Diperlukan kajian mendalam dan menyeluruh
tentang sosial budaya masing- masing suku untuk perbaikan dan
pembangunan rumah masyarakat tradisional Papua kedepannya.

2.17 Arsitektur Tradisional Bugis Makassar


Dalam penelitian ini, perubahan atap kantor dipengaruhi
oleh budaya, tradisi, kemampuan perencana, pelaksana, dan
keinginan pengguna bangunan. Meskipun atap arsitektur tradisional
Bugis Makassar memiliki ketinggian atap berdasarkan ukuran
antropometrik penghuni, bangunan perkantoran tidak dapat
menerapkan hal tersebut karena penggunaan material atap pabrikasi
dan fungsi bangunan sebagai perkantoran. Perubahan atap
kantor tidak dipengaruhi oleh strata sosial, melainkan dipandang dari
sisi estetika dan kemampuan perencana.
23
Selain itu, perubahan warna atap pada bangunan
perkantoran juga terjadi. Warna atap arsitektur tradisional Bugis
Makassar berasal dari warna dasar material atap yang diperoleh dari
alam, seperti atap daun nipa, alang-alang, dan daun rumbia berwarna
cokelat, serta atap daun lontar berwarna kuning muda tanpa
menggunakan pewarna buatan atau cat. Namun, perubahan warna
atap pada bangunan perkantoran dipengaruhi oleh penggunaan
material atap pabrikasi seperti atap seng, atap genteng, onduline,
dan atap metal.
Perubahan susunan timpalaja/sambulayang penutup atap
bagian depan dan belakang pada arsitektur tradisional Bugis
Makassar merupakan simbol stratifikasi sosial masyarakat Bugis
Makassar. Namun, perubahan susunan timpalaja pada bangunan
perkantoran tidak dipengaruhi oleh strata sosial, melainkan
dipandang dari sisi estetika dan kemampuan perencana.

Terakhir, perubahan bentuk atap pada bangunan


perkantoran juga terjadi. Bentuk atap kantor dipengaruhi oleh
budaya, tradisi, kemampuan perencana, pelaksana, dan keinginan
pengguna bangunan. Meskipun atap arsitektur tradisional Bugis
Makassar mengalami perubahan, tetap menganut prinsip-prinsip
budaya dan tradisi masyarakat Bugis Makassar.

2.18 Arsitektur Tradisional Masyarakat Masela, Maluku


Barat Daya
Penelitian ini merupakan sebuah tinjauan pustaka yang
membahas arsitektur tradisional masyarakat Masela, khususnya
24
rumah adat Im di Pulau Masela, Kabupaten Maluku Barat Daya.
Metode penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
konstruksi bangunan Im adalah berbentuk rumah panggung dan
terbagi atas susunan ruang atas, tengah, dan bawah. Rumah
tradisional Im juga memiliki nilai filosofis dan prinsip dasar yang
dipegang oleh masyarakat, serta mencerminkan eksistensi
masyarakat setempat. Konsep hidup atau mormoiy juga terkait
dengan prinsip hidup yang terekspresi dalam ungkapan limmukyo
kweunun limmoryo kweamam.

Rumah tradisional ini tidak hanya sebagai tempat tinggal


secara fisik, tetapi juga membentuk, mengarahkan, dan memberi ciri
khas bagi kehidupan penghuninya. Selain itu, rumah tradisional di
Masela juga memiliki tiang-tiang penyangga tinggi untuk mencegah
ancaman binatang liar, serta memiliki bagian-bagian dengan fungsi
masing-masing, seperti lewya yang berfungsi sebagai tempat
istirahat dan interaksi sosial, serta kilkawy yang merupakan tempat
tinggal tete-nene. Rumah tradisional ini juga menjadi tempat
penyelenggaraan seluruh kehidupan masyarakat, meliputi kehidupan
sosial dan ritual. Rumah tradisional ini, juga menjadi warisan budaya
masyarakat Masela yang memperkokoh ketahanan budaya bangsa.
Penelitian ini memberikan gambaran yang komprehensif mengenai
konsep arsitektur Im yang berhubungan dengan bentuk, makna, dan
fungsi Im dalam kebudayaan masyarakat Masela, Maluku Barat
Daya.

BAB III
25
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Bagaimana Arsitektur Tradisional Mengambarkan


Identitas Budaya Suatu Masyarakat
Arsitektur tradisional memiliki peran yang signifikan
dalam menggambarkan identitas budaya suatu masyarakat. Sebagai
contoh, penelitian yang dilakukan oleh Adi, Sila, dan Sudita (2020)
menunjukkan bahwa studi arsitektur rumah tradisional di Bali telah
memberikan kontribusi yang signifikan dalam memahami dan
melestarikan warisan budaya. Begitu pula dengan transformasi
arsitektur tradisional rumah adat Batak Toba di Toba Samosir, yang
memberikan nilai tambah dan apresiasi terhadap kesenian
tradisional etnik Batak Toba.
Dalam konteks ini, transformasi arsitektur rumah adat
Batak Toba terlihat dalam bangunan modern yang mengadopsi
bentuk tradisional namun menggunakan bahan dan teknik modern.
Meskipun terjadi transformasi, arsitektur tradisional tetap
dipertahankan sebagai karakteristik lokal. Hal ini menunjukkan
bahwa arsitektur tradisional tidak hanya mencerminkan identitas
budaya suatu masyarakat, tetapi juga dapat bertransformasi sesuai
dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan akar budayanya.
Selain itu, eksplorasi shape grammar dalam arsitektur
tradisional Sasak juga menunjukkan bagaimana bentuk atap
merupakan elemen kunci yang perlu dipertahankan dalam
menggambarkan identitas budaya suatu masyarakat. Melalui
eksplorasi tata bahasa bentuk parametrik, arsitektur tradisional dapat
dikembangkan dalam desain kontemporer tanpa mengurangi
keasliannya, sehingga tetap memperlihatkan identitas budaya
masyarakatnya.

3.2 Apa Saja Prinsip Desain yang Mendasari Arsitektur


Tradisional dalam Hal Material dan Struktur
Prinsip desain yang mendasari arsitektur tradisional dalam
hal material dan struktur mencakup penggunaan bahan-bahan lokal
yang tersedia di lingkungan sekitar dan pemanfaatan teknik
konstruksi tradisional yang telah terbukti kuat dan tahan lama.
Arsitektur tradisional juga cenderung mengutamakan keberlanjutan
dengan memanfaatkan bahan-bahan alami yang ramah lingkungan.
26
Sebagai contoh, dalam penelitian tentang arsitektur
tradisional Sumbawa, disebutkan bahwa arsitektur tradisional
tersebut memadukan unsur tradisional dan modern dalam struktur
konstruksi dan ornamen, serta memasukkan unsur yang mewakili
kepala, badan, dan kaki, yang menggabungkan unsur tradisional dan
modern. Selain itu, dalam eksplorasi shape grammar arsitektur
tradisional Sasak, penelitian menunjukkan bahwa tata bahasa bentuk
dalam arsitektur tradisional terdiri dari konsep terminal dan
perangkat aturan bentuk, yang memungkinkan pengembangan
arsitektur tradisional dalam desain kontemporer tanpa mengurangi
keasliannya
Dengan demikian, prinsip desain arsitektur tradisional
dalam hal material dan struktur mencerminkan keberlanjutan,
pemanfaatan bahan-bahan lokal, dan penggabungan unsur
tradisional dan modern untuk menciptakan bangunan yang kuat,
tahan lama, dan sesuai dengan lingkungan sekitar.

3.3 Bagaimana Teknik Konstruksi Tradisional Memengaruhi


Ketahanan Bangunan Terhadap Cuaca dan Lingkungan
Lokal
Teknik konstruksi tradisional memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap ketahanan bangunan terhadap cuaca dan
lingkungan lokal. Sebagai contoh, dalam penelitian yang dilakukan
oleh Aron Samosir tentang transformasi arsitektur tradisional rumah
adat Batak Toba di Toba Samosir, terlihat bahwa bangunan modern
di kawasan tersebut menggunakan arsitektur tradisional pada bagian
depan, namun bagian dalamnya tidak memiliki sentuhan seni
tradisional. Meskipun terjadi transformasi, arsitektur tradisional
tetap dipertahankan sebagai karakteristik lokal. Hal ini
menunjukkan bahwa teknik konstruksi tradisional, meskipun
mengalami transformasi, masih memengaruhi ketahanan bangunan
terhadap lingkungan lokal, karena karakteristik lokal tersebut tetap
dipertahankan.
Contoh lainnya adalah Bangunan Tradisional Sao Keda
Suku Ende Lio Desa Wolotolo. Bagi masyarakat Suku Ende Lio
Desa Wolotolo sao keda merupakan bangunan yang mempunyai
keunikan struktur konstruksi tersendiri dengan bangunan lainnya.
Ciri khas bangunan sao keda adalah bangunannya berbentuk persegi
panjang yang mempunyai empat sudut utama masing – masing.
27
Ukuran denah bangunan sao keda relatif kecil Cuma berukuran 6 x 4
meter yang memilki empat kolom sebagai struktur utama bangunan.
Bangunan sao keda tidak memiliki dinding sebagai pembatas ruang.
Ciri khas lain daripada di bagian depan dan belakang terdapat tenda
teo (teras kecil) yang letaknya lebih rendah dari bagian dalam ruang
sao keda berukuran 1 m x 4,6 m. Struktur bangunan sao keda adalah
teknologi strukturnya sangat sederhana seperti rumah tradisonal
pada umumnya yang ada di Indonesia. Hal itu ditunjukkan di Jurnal
RUAS, Volume 11 No 1, Juni 2013, ISSN 1693-3702 22 beberapa
sambungan kayunya yang tidak menggunakan paku maupun baut
baja, melainkan kayu.

Arsitektur tradisional sao keda Suku Ende Lio benar-benar


merupakan ungkapan dan cerminan sosial budaya masyarakatnya,
sebagaimana dijelaskan didalam bagianbagain strukur konstruksi
yang ada di permukiman adat desa Wolotolo. Sehingga setiap hasil
karya yang diciptakan tersebut benar-benar mempunyai landasan
yang kuat dan khas, baik strukturnya, bentuk, tata ruang, dan juga
pemakaian ornamenornamennya. Bentuk yang khas dan spesifik
tersebut mampu menampilkan bentuk yang selaras dengan
lingkungannya, walapun ada kontradiksi bentuk yang ditemukan
tetapi ada keserasian antara alam dan lingkungan binaan yang
diciptakan. Sehingga bentuk yang mempunyai dasar yang kuat dan
ciri khas tersebut mudah diingat dan dikenal orang pengamat

28
sao keda Suku Ende mempunyai keragaman struktur konstruksinya.
Mulai dari struktur leke lewu (pondasi), struktur maga (lantai),
struktur wisu (kolom), struktur leke raja, mangu (tiang noc) dan
struktur jara (kuda-kuda) semuanya merupakan bagain-bagian dari
struktur konstruksinya pada bangunan sao keda arsitektur Ende Lio
yang mempunyai karakteristik bentuk dan fungsinya masing –
masing.
Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan oleh Adi, Sila,
dan Sudita tentang rumah tradisional di Desa Pedawa, Buleleng,
Bali, terlihat bahwa teknik konstruksi tradisional juga memengaruhi
ketahanan bangunan terhadap cuaca dan lingkungan lokal. Mereka
menekankan pentingnya melestarikan warisan budaya, yang
mencerminkan bahwa teknik konstruksi tradisional memiliki
hubungan yang erat dengan kondisi lingkungan lokal dan kearifan
lokal dalam membangun bangunan yang tahan terhadap cuaca dan
lingkungan setempat.

3.4 Sejauh Mana Arsitektur Tradisional Dapat Diadopsi atau


Disesuaikan dalam Desain Bangunan Modern
Arsitektur tradisional dapat diadopsi atau disesuaikan
dalam desain bangunan modern dengan mempertahankan elemen-
elemen khas arsitektur tradisional, namun menggunakan bahan dan
teknik konstruksi modern. Contohnya, transformasi arsitektur rumah
adat Batak Toba terlihat dalam bangunan modern yang mengadopsi
bentuk tradisional namun menggunakan bahan dan teknik modern.
Meskipun beberapa bangunan modern di Balige, Kabupaten Toba
Samosir, masih mempertahankan arsitektur tradisional, kebanyakan
bangunan modern tidak mengadopsi arsitektur tradisional karena
29
perubahan pola pikir, kelangkaan bahan kayu, dan faktor ekonomi
dan teknologi.
Selain itu, eksplorasi shape grammar dalam arsitektur
tradisional Sasak juga menunjukkan bahwa tata bahasa bentuk dalam
arsitektur tradisional dapat diinterpretasikan dan diaplikasikan
dalam desain kontemporer tanpa mengurangi keasliannya. Melalui
identifikasi tata bahasa bentuk bangunan, penafsiran dalam kanvas
algoritma, dan eksplorasi bentuk bangunan yang kompleks,
arsitektur tradisional dapat diadaptasi ke dalam desain bangunan
modern. Dengan demikian, arsitektur tradisional dapat diadopsi dan
disesuaikan dalam desain bangunan modern dengan tetap
mempertahankan nilai-nilai budaya dan keaslian arsitektur
tradisional.

3.5 Bagaimana Perubahan Gaya Hidup Dan Teknologi


Memengaruhi Pelestarian Dan Pengembangan Arsitektur
Tradisional
Perubahan gaya hidup dan teknologi memiliki dampak
yang signifikan terhadap pelestarian dan pengembangan arsitektur
tradisional. Dalam konteks ini, beberapa mpenelitian telah
menyoroti perubahan tersebut.
Studi tentang transformasi arsitektur tradisional rumah adat
Batak Toba di Toba Samosir menunjukkan bahwa perubahan gaya
hidup, pola pikir, serta faktor ekonomi dan teknologi telah
memengaruhi adopsi arsitektur tradisional dalam bangunan modern.
Hal ini terlihat dari fakta bahwa sebagian besar bangunan modern di
daerah tersebut tidak mengadopsi arsitektur tradisional karena
kelangkaan bahan kayu dan perubahan pola pikir masyarakat.
Selain itu, penelitian tentang eksplorasi shape grammar
dalam arsitektur tradisional Sasak juga menyoroti bagaimana
teknologi memengaruhi pengembangan arsitektur tradisional.
Melalui penggunaan shape grammar dan simulasi parametrik,
teknologi memungkinkan pengembangan arsitektur tradisional
dalam desain kontemporer tanpa mengurangi keasliannya. Hal ini
menunjukkan bahwa teknologi dapat menjadi alat untuk
memperkuat dan mengembangkan arsitektur tradisional.

30
Dari kedua penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
perubahan gaya hidup dan teknologi memiliki dampak yang
kompleks terhadap pelestarian dan pengembangan arsitektur
tradisional. Sementara perubahan gaya hidup dan faktor ekonomi
dapat mengurangi adopsi arsitektur tradisional dalam bangunan
modern, teknologi juga dapat menjadi alat untuk mengembangkan
arsitektur tradisional dalam desain kontemporer.

3.6 Kurangnya Kepedulian Terhadap Pelestarian Rumah Adat


Kurangnya kepedulian terhadap pelestarian rumah adat
dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah
perubahan gaya hidup dan teknologi yang memengaruhi pandangan
masyarakat terhadap rumah adat. Dalam beberapa penelitian, seperti
yang dilakukan oleh Aron Samosir tentang transformasi arsitektur
tradisional rumah adat Batak Toba di Toba Samosir, terlihat bahwa
bangunan modern di kawasan tersebut menggunakan arsitektur
tradisional pada bagian depan, namun bagian dalamnya tidak
memiliki sentuhan seni tradisional. Hal ini menunjukkan bahwa
meskipun terjadi transformasi, arsitektur tradisional tetap
dipertahankan sebagai karakteristik lokal, namun tidak selalu
dengan kesadaran penuh akan pelestarian nilai-nilai budaya yang
terkandung di dalamnya.
Selain itu, kurangnya kepedulian terhadap pelestarian
rumah adat juga dapat disebabkan oleh kurangnya pemahaman akan
nilai-nilai budaya dan sejarah yang terkandung dalam rumah adat.
Dalam konteks ini, penelitian tentang kearifan lokal pada arsitektur
tradisional rumah adat Aceh menyoroti pentingnya meneruskan
kearifan lokal dalam arsitektur tradisional Indonesia untuk
mempertahankan identitas dan karakter bangsa. Namun, kurangnya
pemahaman dan kesadaran akan pentingnya pelestarian kearifan
lokal dapat menyebabkan kurangnya kepedulian terhadap pelestarian
rumah adat.
Dengan demikian, kurangnya kepedulian terhadap
pelestarian rumah adat dapat disebabkan oleh perubahan gaya hidup
dan teknologi yang memengaruhi pandangan masyarakat terhadap
rumah adat, serta kurangnya pemahaman akan nilai-nilai budaya dan
sejarah yang terkandung dalam rumah adat.

31
3.7 Transformasi Suatu Bangunan Mulai Kehilangan Elemen
Tradisional
Transformasi arsitektur tradisional menjadi arsitektur
modern seringkali mengakibatkan kehilangan elemen-elemen
tradisional yang penting. Sebagai contoh, dalam penelitian tentang
transformasi arsitektur rumah adat Batak Toba di Toba Samosir,
terlihat bahwa meskipun beberapa bangunan modern masih
mempertahankan arsitektur tradisional, kebanyakan bangunan
modern tidak mengadopsi arsitektur tradisional secara utuh. Hal ini
disebabkan oleh perubahan pola pikir, kelangkaan bahan kayu, serta
faktor ekonomi dan teknologi. Akibatnya, elemen-elemen
tradisional seperti tata ruang, material, dan teknik konstruksi
tradisional dapat hilang atau mengalami modifikasi yang signifikan.
Selain itu, dalam konteks transfer pengetahuan teknik
arsitektur tradisional Rumah Gadang Minangkabau, terdapat risiko
kehilangan elemen-elemen tradisional karena kurangnya
pemahaman dan kesadaran akan pentingnya pelestarian nilai-nilai
budaya lokal. Proses transfer pengetahuan dari tukang tuo kepada
generasi berikutnya dapat mengalami hambatan jika tidak dilakukan
dengan baik, sehingga elemen-elemen tradisional seperti teknik
konstruksi, tata ruang, dan material dapat terabaikan atau diubah
tanpa mempertimbangkan nilai-nilai budaya yang terkandung di
dalamnya.
Dari kedua penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
transformasi arsitektur tradisional ke arsitektur modern seringkali
mengakibatkan kehilangan elemen-elemen tradisional yang penting,
baik karena faktor ekonomi dan teknologi maupun kurangnya
pemahaman dan kesadaran akan pentingnya pelestarian nilai-nilai
budaya lokal.

3.8 Kurangnya Integrasi Antropometri Dalam Perancangan

Kurangnya integrasi antropometri dalam perancangan


arsitektur tradisional dapat menjadi hambatan dalam memastikan
kenyamanan dan keamanan pengguna bangunan. Dalam penelitian
tentang arsitektur tradisional Bugis Makassar, terdapat perubahan
atap kantor yang tidak mempertimbangkan ketinggian atap
berdasarkan ukuran antropometrik penghuni. Hal ini menunjukkan
32
kurangnya integrasi antropometri dalam perancangan, yang dapat
mengakibatkan ketidaknyamanan bagi penghuni bangunan. Selain
itu, perubahan susunan timpalaja/sambulayang penutup atap pada
arsitektur tradisional Bugis Makassar juga merupakan simbol
stratifikasi sosial masyarakat Bugis Makassar. Namun, perubahan
tersebut pada bangunan perkantoran tidak dipengaruhi oleh strata
sosial, melainkan dipandang dari sisi estetika dan kemampuan
perencana. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya integrasi
antropometri dalam perancangan juga dapat mengakibatkan
kehilangan nilai-nilai budaya dan tradisi masyarakat Bugis
Makassar.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari artikel ini, dapat disimpulkan bahwa:
1. Arsitektur Tradisional merupakan sesuatu yang berasal dari
daerah masyarakat setempat, yang mencerminkan ciri kedaerahan
masyarakat tersebut dan menjadi warisan yang diberikan secara
turun menurun. Dalam penerapan nilai-nilai tradisional pada
bangunan Pendidikan berkonsep Modern memang tidak cukup
terlihat dengan jelas. Dikarenakan modern itu sendiri tidak
seluruhnya menggunakan bahan material dari alam akan tetapi
menggunakan teknologi yang lebih baik untuk diaplikasikan
dalam sebuah bangunan.
2. Arsitektur tradisional memiliki keunikan tersendiri, yaitu dengan
menggunakan material bangunan dari alam sekitar terdekat kita
sesuai dengan kondisi alam di sekitarnya.
3. Studi arsitektur rumah tradisional di Bali, Batak Toba, dan
Pulau Masela memberikan kontribusi yang signifikan dalam
pemahaman dan pelestarian warisan budaya. Penelitian ini
memberikan pemahaman mendalam tentang ciri-ciri, pengaruh,
dan pentingnya pemahaman terhadap arsitektur tradisional
modern, serta pentingnya pelestarian warisan budaya dan
arsitektur tradisional.
4. Studi arsitektur rumah tradisional di Pulau Masela, Kabupaten
33
Maluku Barat Daya, menunjukkan bahwa rumah adat Im
memiliki nilai filosofis dan prinsip dasar yang dipegang oleh
masyarakat setempat. Konstruksi bangunan Im berbentuk
rumah panggung dengan susunan ruang atas, tengah, dan
bawah, serta memiliki fungsi yang meliputi aspek tempat
tinggal, interaksi sosial, dan penyelenggaraan kehidupan
masyarakat, termasuk kehidupan sosial dan ritual. Rumah
tradisional Im juga menjadi warisan budaya masyarakat Masela
yang memperkokoh ketahanan budaya bangsa.
5. Studi arsitektur rumah tradisional di Desa Pedawa, Buleleng,
Bali, menekankan pentingnya melestarikan warisan budaya.
Penelitian ini memberikan gambaran komprehensif mengenai
konsep arsitektur rumah tradisional di Bali yang berhubungan
dengan bentuk, makna, dan fungsi dalam kebudayaan
masyarakat Bali.
6. Selain itu, penerapan prinsip arsitektur tradisional Bali dalam
desain teater kontemporer di Bandung menunjukkan bahwa
integra si antara arsitektur tradisional Bali dan teater
kontemporer dapat meningkatkan potensional material dan
keselamatan pengguna. Hal ini menunjukkan bahwa prinsip
arsitektur tradisional dapat diadaptasi ke dalam desain modern
dengan tetap mempertahankan karakteristik lokal.

4.2 Saran
Adapula saran yang perlu dipertimbangkan:
1. Perlunya upaya yang lebih besar dalam mempertahankan
identitas dan karakter bangsa melalui pelestarian arsitektur
tradisional. Hal ini dapat dilakukan melalui pendekatan
interdisiplin yang melibatkan berbagai disiplin ilmu, seperti
antropologi, seni, dan desain. Selain itu, perlu juga dilakukan
upaya untuk mempertahankan karakteristik lokal arsitektur
tradisional, sambil tetap memperhatikan kebutuhan dan fungsi
bangunan yang sesuai dengan zaman modern. Dengan
demikian, pelestarian warisan budaya melalui studi arsitektur
rumah tradisional dapat memberikan kontribusi yang signifikan
dalam memperkokoh ketahanan budaya bangsa.
2. Selain itu, penelitian lebih lanjut juga dapat dilakukan untuk
menggali lebih dalam tentang transformasi arsitektur tradisional
34
di era modern, penerapan prinsip arsitektur tradisional dalam
desain kontemporer, serta eksplorasi shape grammar dalam
arsitektur tradisional. Dengan demikian, pengetahuan tentang
arsitektur tradisional di Indonesia dapat terus diperkaya, dan
identitas serta karakter bangsa dapat tetap terjaga.

35
M

II

ARSITEKTUR
KLASIK
Bab 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Arsitektur merupakan produk pemikiran manusia yang
mencerminkan hubungannya dengan konteks sosial dan
lingkungan sekitar, serta sebagai sarana ekspresi budaya untuk
menata kehidupan secara fisik, psikologis, dan sosial.
Arsitektur merupakan bagian dari peradaban manusia yang
berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan, seperti seni,
teknologi, ruang angkasa, geografi, dan sejarah. Dari sudut
pandang seni, arsitektur adalah seni bangunan, dilihat dari
bentuk dan ornamennya. Dari segi teknis, arsitektur dapat
diartikan sebagai suatu cara mendirikan suatu bangunan, yang
diwujudkan dalam proses perancangan, konstruksi, dan
struktur, serta nilai estetikanya. Dari segi keruangan, arsitektur
merupakan upaya pemenuhan kebutuhan ruang manusia untuk
berbagai aktivitas. Bangunan bersejarah yang merupakan
peninggalan atau peninggalan zaman kolonial Belanda di
Indonesia terkadang terancam kelestariannya akibat
perkembangan modern. Perkembangan sejarah arsitektur dapat
menunjukkan peranan yang sangat penting dalam
mengidentifikasi suatu objek yang berkaitan dengan arsitektur
atau bentukannya.
Arsitektur selalu berkembang dan maju dalam seni
bangunan dan ilmu struktur, sehingga mengakibatkan
munculnya ciri-ciri khas dari setiap gaya arsitektur, seperti
prinsip, konsep, dan ciri pengenal suatu gaya. Teori arsitektur
klasik dari Yunani hingga era Gotik telah menghadirkan
keindahan visual, seperti menghadirkan cahaya, bentuk jendela
mawar, meningkatkan sensasi persepsi, dan tingkat immaterial.
Indonesia telah mengalami perkembangan dalam
bidang arsitektur Indonesia, khususnya arsitektur gereja
Katolik, yang mengalami perkembangan baik dari segi bentuk
fisik, fungsi, dan maknanya. Arsitektur klasik mempunyai
bentuk fisik yang unik, seperti lengkungan runcing yang
diekspresikan sebagai simbol kesakralan, menjadikan Gereja
Katolik bagian dari estetika arsitektur Gotik.
Dunia arsitektur akan selalu mengalami perubahan
seiring dengan peralihan kualitas budaya manusia.
Perkembangan pembangunan yang terjadi hingga saat ini dapat
dijadikan sebagai indikator keberhasilan suatu bangsa dalam
bidang pembangunan dari masa ke masa. Hasil pembangunan
dapat dijadikan tolak ukur seberapa tinggi tingkat kebudayaan
pada periode tersebut. Bangunan yang sudah berdiri lama bisa
menjadi “saksi bisu” berbagai peristiwa atau kejadian di masa
lalu. Oleh karena itu, selain mempunyai nilai arsitektur dari
segi teknologi, konstruksi, ruang, keindahan, dan lain
sebagainya, bangunan kuno juga mempunyai nilai sejarah yang
tinggi.
Kualitas suatu karya arsitektur dapat dilihat dari unsur-
unsur dasar yang membentuk makna dan maknanya, yang dapat
dilihat dari warna, bentuk, garis, dan tekstur. Unsur-unsur
bangunan tersebut dapat dilihat pada fasad bangunan, sehingga
tampilan depan bangunan secara keseluruhan dapat
menggambarkan karakter arsitekturalnya. Apabila suatu
bangunan dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama, maka
bangunan tersebut dapat dijadikan sebagai bukti betapa
besarnya nilai sejarah dan budaya yang tersembunyi di
dalamnya. Hingga saat ini, banyak bangunan-bangunan yang
memiliki nilai arsitektur, budaya, dan sejarah tinggi yang
dihancurkan atau dibongkar dengan alasan yang tidak
sebanding dengan harga kehilangan bangunan tersebut.
Rendahnya apresiasi yang diberikan terhadap kedua nilai
tersebut menjadi pemicu berbagai pertimbangan untuk
menghancurkan bangunan bersejarah. Hal ini akan memberikan
dampak negatif yang merugikan generasi mendatang, karena
mereka akan kehilangan bukti sejarah yang berharga. Oleh
karena itu sudah sepatutnya kita menjaga peninggalan sejarah
yang masih ada.
1.2 Masalah
1. Pengaruh arsitektur klasik terhadap arsitektur Nusantara
dan kekayaan arsitektur lokal di Indonesia.
2. Pengaruh arsitektur klasik terhadap budaya dan sejarah
suatu bangsa.
3. Pentingnya gaya arsitektur yang berbeda dalam
arsitektur klasik Barat, termasuk Bizantium, Baroque,
Rococo, dan Arabesque.
4. Bagaimana pengaruh arsitektur klasik masih terlihat
dalam desain bangunan modern di Indonesia, dan apakah
ada upaya untuk menyatukan elemen-elemen klasik
dengan kebutuhan kontemporer.
5. Sejauh mana unsur-unsur budaya dan sejarah
mempengaruhi desain dan makna bangunan arsitektur
klasik.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja pengaruh arsitektur klasik
terhadap arsitektur Nusantara dan kekayaan lokal di
Indonesia.
2. Untuk mengetahui apa saja pengaruh arsitektur klasik
terhadap budaya dan sejarah suatu bangsa.
3. Untuk meningkatkan pemahaman kita tentang teori
arsitektur klasik, perkembangannya dari waktu ke waktu,
dan berbagai tipologi.
4. Sebagai upaya untuk menyatukan elemen-elemen klasik
dengan kebutuhan kontemporer sering melibatkan
referensi budaya lokal. Desainer mungkin memadukan
elemen klasik dengan motif atau ornamen tradisional
Indonesia untuk menciptakan desain yang unik dan
kontekstual dan juga beberapa proyek mungkin
melibatkan pemertahanan dan restorasi bangunan-
bangunan bersejarah yang memiliki elemen-elemen
klasik. Upaya ini mencerminkan kesadaran akan warisan
budaya dan sejarah.
5. Menciptakan bangunan yang mencerminkan dan
mempertahankan identitas budaya suatu masyarakat.
Desain arsitektur klasik dapat menjadi penjaga nilai-nilai
dan tradisi budaya yang diwariskan dari generasi ke
generasi dan Menciptakan simbolisme dari nilai-nilai
dan cerita budaya. Bangunan klasik sering kali menjadi
simbol visual yang merangkum sejarah dan identitas
suatu masyarakat.
Bab 2
Tinjauan Pustaka
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Arsitektur
Kata arsitektur berasal dari bahasa Yunani yaitu
’archi’ yang berarti kepala, ketua dan tecton yang berarti
tukang, sehingga architecton berarti kepala tukang, merujuk ke-
pada profesi, kemahiran dan keahlian menukang dalam hal
bangunan.Pekerjaan merancang dengan memperhitungkan
segala sesuatu yang berhubungan dengan rancang bangun,
sehingga menjadikan arsitektur sebagi ilmu pengetahuan yang
menggabungkan seni dan teknologi. Arsitektur adalah cerminan
dari kebudayaan, oleh Karena itu, dari sebuah karya arsitektur,
kita dapat mengetahui latar belakang budaya satu bangsa,
Hidayatun (2005).
Perkembangan karya arsitektur cukup beragam dan
telah menghasilkan ba-nyak karya yang cukup representatif,
misalnya memasukkan unsur desain arsitektur tradisional pada
bangunan modern. Dan Kecenderungan memakai kembali
keung-gulan strategi desain arsitektur klasik yang kemudian
menjadi inspirasi desain arsi-tektur modern adalah suatu usaha
untuk bertindak lebih baik terhadap lingkungan. Usaha ini
mendukung untuk menciptakan suatu desain yang baik di
Indonesia, hal ini umumnya diterapkan pada rancangan
bangunan kantor pemerintah, yang meru-pakan salah satu usaha
untuk mengangkat karya arsitektur.
Saat orang berpikir tentang arsitektur klasik, umumnya
mereka berpikir sebuah bangunan yang terbuat dari kayu, batu,
dan lainya. Dalam beberapa kasus hal tersebut benar, namun
arsi - tektur klasik juga banyak memiliki nafas modern dan
desain gedung yang rumit. Dalam beberapa alasan, jenis
arsitektur ini dibangun dengan tiga tujuan: sebagai tempat
berlindung (fungsi rumah tinggal) sebagai wadah penyembahan
Tuhan (fungsi rumah peribadatan) dan tempat perkumpulan.

2.1.2 Pengertian Arsitektur Klasik


Arsitektur Klasik merupakan ungkapan dan gambaran
perjalanan Sejarah arsitektur di Eropa yang secara khusus
menunjuk pada karya-karya arsitektur yang bernilai tinggi dan
“first class”. Disebutkan demikian karena karya-karya ini
memperlihatkan aturan atau pedoman yang ketat dan
pertimbangan yang hati-hati sebagai landasan berpikir dalam
menciptakan karya tersebut. (Maulana, 2013).
Predikat kata “Klasik” diberikan pada suatu karya
arsitektur yang secara inheren (terkandung dalam benda
tersebut yang secara asosiatif seolah-olah selalu melekat
dengannya) mengandung nilai-nilai keabadian disamping
ketinggian mutu dan nilainya. Teori Arsitektur Klasik dengan
demikian merupakan suatu perwujudan karya arsitektur yang
dilandasi dan dijiwai oleh gagasan dan idealisme Teori
Vitruvius khususnya pada suatu kurun waktu sesudah Vitruvius
sendiri meninggal dunia. Bangunan Parthenon di Athena dan
Pantheon di Roma merupakan contoh yang sangat baik
dariperwujudan teori arsitektur klasik yang dengan sikap
kehati-hatian dan seksama mempertimbangkan prinsip-prinsip
order. Geometri dan ukuran-ukurannya, disertai dengan
kehalusan seni “craftmanship”. Perlu diketahui bahwa
bangunan ini mengalami masa pembangunan yang lama, dari
saat awal konstruksi, revisi, perbaikan dan penyelesaian
berkali-kali hingga sampai pada bentuk akhirnya bisa mencapai
lebih dari 200 tahun. Tradisi berarsitektur yang diawali oleh
Vitruvius ternyata berlanjut terus dalam jaman Arsitektur
Klasik ini. Hal ini dapat kita jumpai dalam buku Ensiklopedi
Romawi yang disusun oleh Marcus T. Varro, dimana Isodore
dari Seville menguraikan dan mengembangkan teori Vitruvius
dalam tiga unsur/elemen bangunan yaitu DISPOSITIO,
CONSTRUCTIO dan VENUSTAS. Dispositio adalah kegiatan-
kegiatan yang berhubungan dengan survei lapangan ataupun
pekerjaan pada tapak yang ada, lantai dan pondasi. Venustas
adalah berhubungan dengan elemen-elemen yang ditambahkan
pada bangunan demi memenuhi hasrat akan rasa keindahan
melalui seni ornamen ataupun dekorasi. Uraian seperti ini
menunjukan sudah adanya pergeseran pandangan dari Teori
Vitruvius. (Maulana, 2013).
2.1.3 Ciri-ciri Arsitektur Klasik
Berikut merupakan beberapa ciri dari langgam arsitektur klasik
menurut buku arsitektur klasik eropa karya Yulianto Sumaryo:
 Strukturnya sederhana terdiri dari kolom dan balok,
pada zaman yunani bangunan khusunya banyak ditemukan
bangunan-bangunan yangsedeherhana sebagai salah satu contoh
yang dapat diamati adalah peninggalana pada zaman yunani
alah

Gambar Partheon Greek


(sumber Buku Arsitektur Klasik Eropa halaman 10 karya YuliantoSumaryo)
Dari beberapa gambar yang ada di Buku Arsitektur Klasik
Eropa karya Yulianto Sumaryo & Buku Perkembangan
Arsitektur Barat karya Putu Rumawan Selain pada bagian
pembahasan Arsitektur Yunani terdapat banyak gambar
bangunan seperti pharteon. Menurut saya kenapa bangunan
pada Zaman Yunani sederhana seperti ini karena pada Zaman
Yunani fungsi dari banguanan adalah yang diutamankan
sehingga variasi bentuk banguanan tidak dipermainkan. Selain
itu, alasan lain adalah teknologi yang dimiliki Bangsa Yunani
tidak secanggih pada Zaman Romawi. Berbeda dengan Bangsa
Romawi yang sudah memiliki teknologi yang lebih maju dari
Bangsa Yunani, mereka sudah mulai untuk menerapkan nilai
estetis pada bangunan sehingga bangunan Bangsa Romawi
terlihat lebih elegan dan megah.
 Bentuk bangunan dan denah dibuat simetris, sehingga
tampak dari bangunan dan susunan di dalam ruangan pada sisi
kiri dan sisi kanan.
Bentuk Bangunan
(sumber : Buku Arsitektur Klasik Eropa halaman 10 karya Yulianto Sumaryo)

Denah Bangunan
(sumber : Buku Arsitektur Klasik Eropa halaman 10 karya Yulianto Sumaryo)
Bentuk bangunan yang simetris menurut saya merupakan ciri
yang paling umum dari bangunan arsitektur klasik, dari gambar
yang saya lihat pada Buku Arsitektur Klasik Eropa karya
Yulianto Sumaryo & Buku Perkembangan Arsitektur Barat
karya Putu Rumawan Salain gambar bangunannya memiliki
sifat simetris sehingga dapat dikatakan bahwa sifat simetrislah
yang menciptaka keharmonisan bagian perbagian dari
bangunan arsitektur klasik.
 Terdiri dari elemen kepala, badan, dan kaki. Sama
seperti bangunan yang ada di Bali bangunan langgam klasik
juga mengaplikasikan elemen kepala, badan, dan kaki. Elemen
kepala adalah pada bagian atap, elemen badan adalah antara
bagian di bawah atap dan diatas pondasi, elemen kaki adalah
pada bagian pondasi.
Tampak Depan Pharteon
(sumber : http://paramita-waluyo.blogspot.com/2011/06/arsitektur-klasik.html)
Ciri ini merupakan ciri yang menarik menurut saya. Karena
kepala, badan, dan kaki ini juga diaplikan di Bali, Filosofi atap,
badann, dan kaki ini mengibaratkan bahwa bangunan adalah
replica dari manusia sehingga bangunan yang baik itu
merupakan bangunan yang memiliki unsur kepala, badan, dan
kaki. Menurut saya mungkin saja bangunan pada arsitektur
klasik juga menerapkan filosofi ini.

 Atap berupa kubah. Beberapa bangunan peninggalan


zaman romawi memiliki atap kubah, contohnya seperti basilika.
Dalam Buku Perkembangan Arsitektur Barat karya Putu
Rumawan Salain halaman 13 mengatakan bahwa basilika
adalah bangunan yang pada awalnya digunakan sebagai tempat
pengadilan, transaksi dagang. Pada perekembangan selanjutnya
bangunan ini menjadi cikal bakal bangunan gereja. Sering kita
melihat gereja-gereja atapnya mengaplikasikan bentuk kubah
ternyata bentuk itu datangnya dari arsitektur klasik romawi.
Bangsa romawi memiliki teknologi setingkat siatas bangsa
yunani karena bangsa romawi sudah mampu membuat
bentuk lengkung.
2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian mengenai Arsitektur Klasik banyak dibahas
oleh peneliti sebelumnya. Penulis juga memperoleh informasi
kepustakaan dari peneliti sebelumnya, antara lain :
1. Rezqy Aulia (2015). Dengan judul “Sejarah
Perkembangan Arsitektur Klasik”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi
arsitektur periode Renaisans, secara khusus berfokus pada
penggunaan elemen klasik dan pengembangan konsep
arsitektur. Bertujuan untuk memeriksa pengaruh arsitektur
klasik pada bangunan kontemporer dan adaptasi arsitektur
Renaisans di berbagai negara. Dan juga bertujuan untuk
menyoroti arsitek terkemuka Bramante dan kontribusinya untuk
memperluas penerapan arsitektur klasik dalam bangunan
kontemporer, seperti San Pietro di Montorio. Studi ini berusaha
untuk memahami perkembangan arsitektur Renaisans di Italia,
di mana ia muncul tanpa transisi yang signifikan dari gaya
Gotik sebelumnya karena pengaruhnya yang terbatas di negara
ini.
Perbedaan dari penelitian adalah penelitian ini secara
khusus berfokus pada arsitektur periode Renaisans, khususnya
penggunaan elemen klasik dan pengembangan konsep
arsitektur. Sedangkan penelitian sebelumnya bisa saja telah
mengeksplorasi berbagai gaya dan periode arsitektur yang lebih
luas, tanpa penekanan khusus pada Renaisans. Penelitian ini
bagaimana pengaruh arsitektur klasik pada bangunan
kontemporer dan adaptasi arsitektur Renaisans di berbagai
negara. Sedangkan Penelitian sebelumnya mungkin berfokus
pada arsitektur lain atau periode sejarah yang berbeda, tanpa
fokus khusus pada Renaisans dan pengaruhnya terhadap
arsitektur kontemporer.
Persamaan dari penelitian dan penelitian sebelumnya
bertujuan untuk memahami perkembangan gaya arsitektur dan
dampaknya terhadap bangunan kontemporer.
Secara keseluruhan, penelitian ini berfokus secara
khusus pada periode Renaisans dan pengaruhnya terhadap
arsitektur kontemporer, sedangkan penelitian sebelumnya
mungkin telah mengeksplorasi berbagai gaya dan periode
arsitektur yang lebih luas. Namun, kedua penelitian ini
memiliki tujuan yang sama untuk memahami perkembangan
dan dampak gaya arsitektur sepanjang sejarah.
2. Muh. Yusuf (2001). Dengan judul
“Perkembangan Arsitektur Klasik-Barat Terhadap
Pembangunan di Makassar”.
Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menyoroti
tantangan dan keterbatasan keberadaan arsitektur klasik Barat
di Indonesia, serta menekankan pentingnya memprioritaskan
dan melestarikan arsitektur budaya asli di negara ini. Penelitian
ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang
lambatnya perkembangan arsitektur klasik Barat di Indonesia
dan perlunya upaya kolektif, terutama dari para ahli budaya,
untuk mempromosikan dan menerapkan konsep arsitektur
klasik. Selain itu, penelitian ini berusaha untuk mengatasi tren
mendukung arsitektur Gaya modern atau Internasional di antara
beberapa individu terpilih, yang sering berasal dari latar
belakang elit, dan untuk mengadvokasi apresiasi yang
seimbang terhadap gaya arsitektur asli dan asing. Studi ini juga
mengakui evolusi arsitektur yang berkelanjutan sepanjang
sejarah manusia dan dampak teknologi, komunikasi, dan
transportasi terhadap perkembangan budaya.
Perbedaan penelitian sebelumnya berfokus pada
tantangan dan keterbatasan keberadaan arsitektur klasik Barat
di Indonesia, sementara penelitian ini menekankan bahwa
pentingnya memprioritaskan dan melestarikan arsitektur
budaya asli didalam negeri. Penelitian ini juga menyoroti peran
berbagai orang penting, terutama pakar budaya dalam
mempromosikan dan menerapkan konsep arsitektur klasik di
Indonesia.
Persamaan dari kedua penelitian ini mengakui evolusi
arsitektur yang berkelanjutan sepanjang sejarah manusia dan
dampak teknologi, komunikasi, dan transportasi terhadap
perkembangan budaya.
3. Al Mustakim (2019). Dengan judul “Sejarah
Perkembangan Seni Pada Estetika Klasik”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ciri khas
seni pada masa estetika klasik, tokoh-tokoh seni terkemuka,
dan contoh karya seni pada masa tersebut. Metode penelitian
menggunakan teknik pengumpulan data dari berbagai sumber.
Perbedaan dari penelitian ini dan sebelumnya adalah
fokus penelitian. Penelitian ini lebih fokus pada ciri khas seni
pada masa estetika klasik, tokoh-tokoh seni terkemuka, dan
contoh karya seni pada masa tersebut. Sementara itu, penelitian
sebelumnya lebih fokus pada sejarah perkembangan seni pada
estetika klasik yang didasari dengan pandangan dua tokoh
utama yaitu Plato dan Aristoteles.
Namun, persamaannya adalah keduanya menggunakan
metode pengumpulan data dari berbagai sumber. Selain itu,
keduanya juga memiliki tujuan untuk mengetahui ciri khas seni
pada masa estetika klasik dan tokoh-tokoh seni terkemuka pada
masanya.
4. Yusuf Zaenal Akbar, dkk (2014/2015). Dengan
judul “MULTIFUNGSIONALITAS DALAM TEORI
ARSITEKTUR KLASIK”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membahas
multifungsionalitas dalam teori arsitektur klasik, dengan fokus
pada arsitektur Yunani dan Romawi, serta nilai, preseden,
contoh, warisan, dan kepriofesian dalam arsitektur klasik.
Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menjelaskan asal
usul kata arsitektur dan perkembangannya, serta membahas
filsafat dan paradigma baru dalam arsitektur klasik Yunani.
Perbedaan dari penelitian ini adalah fokus pada
multifungsionalitas dalam teori arsitektur klasik, dengan
penekanan pada arsitektur Yunani dan Romawi, serta nilai,
preseden, contoh, warisan, dan kepriofesian dalam arsitektur
klasik. Sementara itu, persamaannya adalah pembahasan asal
usul kata arsitektur dan perkembangannya, serta pembahasan
filsafat dan paradigma baru dalam arsitektur klasik Yunani.

5. Krisnina Dohan Limantara, dkk (2021). Dengan


judul “Identifikasi Unsur Pembentuk Langgam Arsitektur
Klasik Pada Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi unsur pembentuk karakter langgam arsitektur
klasik pada Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria di
Surabaya. Penelitian ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai langgam arsitektur klasik
serta mengkategorikan gereja tersebut sebagai bangunan kuno
atau cagar budaya.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Agusintadewi, Prajnawrdhi, & Satria (2019) bertujuan untuk
mengidentifikasi karakter arsitektural bangunan kolonial
sebagai warisan budaya di Kota Singaraja. Mereka
menggunakan metode deskriptif analisis untuk mengidentifikasi
karakter arsitektur bangunan kolonial dengan mengacu pada
penerapan arsitektur klasik pada unsur bangunan. Penelitian
tersebut juga menggunakan metode kualitatif untuk
mendeskripsikan topik yang telah diteliti dengan maksud untuk
memperoleh data dan informasi secara deskriptif yang tersaji
dalam kata-kata tertulis secara konkret, dan tepat serta ilmiah.
Sementara itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi unsur pembentuk karakter langgam arsitektur
klasik pada Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria di
Surabaya. Penelitian ini juga menggunakan metode deskriptif
analisis dan metode kualitatif untuk mengidentifikasi karakter
arsitektur Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria
dengan melihat detail elemen-elemen arsitektural yang
mengadopsi dari arsitektur klasik. Tujuan penelitian ini juga
mencakup penambahan wawasan dan pengetahuan mengenai
langgam arsitektur klasik serta mengkategorikan gereja tersebut
sebagai bangunan kuno atau cagar budaya.
Perbedaan utama antara penelitian sebelumnya dan
penelitian ini terletak pada objek penelitian dan lokasi
penelitian. Penelitian sebelumnya fokus pada bangunan
kolonial di Kota Singaraja, sementara penelitian ini fokus pada
Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria di Surabaya.
Namun, kedua penelitian menggunakan metode deskriptif
analisis dan metode kualitatif untuk mengidentifikasi karakter
arsitektur bangunan. Kedua penelitian juga bertujuan untuk
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai langgam
arsitektur klasik. Selain itu, keduanya juga mencoba
mengkategorikan bangunan yang diteliti sebagai bangunan
kuno atau cagar budaya.
6. Lano Hapia Penta (2009). Dengan judul
“ARSITEKTUR KOLONIAL C.P WOLF SCHOEMAKER
SEBAGAI AKULTURASI ARSITEKTUR BARAT DAN
BUDAYA JAWA”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh
arsitektur klasik Eropa (barat) terhadap arsitektur modern di
Indonesia, khususnya pada masa kolonial Belanda, serta untuk
memahami bagaimana nilai dan esensi dalam perancangan
arsitektur mengalami pergeseran dari masa pra-kalsik hingga
post-modern yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan
peradaban manusia. Penelitian ini juga bertujuan untuk
memahami bagaimana arsitek Belanda C.P. Wolf Schoemaker
memadukan gaya arsitektur modern barat dengan pengaruh
budaya Jawa dalam rancangannya di kota Bandung, serta
bagaimana ia mengakomodir kearifan lokal dalam karyanya.
Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian
sebelumnya dalam hal membahas pengaruh arsitektur klasik
Eropa (barat) terhadap arsitektur modern di Indonesia, terutama
pada masa kolonial Belanda. Keduanya juga membahas
pergeseran nilai dan esensi dalam perancangan arsitektur dari
masa pra-kalsik hingga post-modern yang dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu dan peradaban manusia.
Namun, perbedaan utama antara penelitian ini dan
penelitian sebelumnya terletak pada fokusnya. Penelitian ini
lebih memfokuskan pada pengaruh arsitektur klasik Eropa
(barat) terhadap arsitektur modern di Indonesia, sementara
penelitian sebelumnya lebih menekankan pada konsep
kosmologi dan budaya Jawa serta akulturasi arsitektur barat
dengan teori. Selain itu, penelitian ini juga membahas karya
arsitektur kolonial khususnya karya arsitek Belanda C.P. Wolf
Schoemaker di Bandung, sementara penelitian sebelumnya
lebih umum membahas arsitektur kolonial Belanda di
Indonesia.
7. Doni Fareza, dkk (2021). Dengan judul “ANALISIS
GEOMETRI PROPORSI PASADE PORTICO PADA
BANGUNAN INSTITUSI NEGARA BERGAYA ARSITEKTUR
KLASIK DI JAKARTA".
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
konsistensi penerapan teori proporsi emas dalam gaya arsitektur
klasik pada bangunan di Jakarta, khususnya dalam desain fasad
portico. Penelitian ini bertujuan untuk memahami sejauh mana
teori proporsi emas diterapkan dalam bangunan-bangunan
tersebut untuk menciptakan desain yang estetis.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
terletak pada fokus penelitian dan obyek studi. Penelitian ini
fokus pada analisis konsistensi penerapan teori proporsi emas
dalam gaya arsitektur klasik pada bangunan di Jakarta,
khususnya dalam desain fasad portico. Sedangkan penelitian
sebelumnya mungkin memiliki fokus yang berbeda dan obyek
studi yang berbeda pula.
Namun, persamaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah penggunaan metode kualitatif dalam
menganalisis bentuk, denah, dan geometri fasade dari portico
bangunan yang dikaitkan dengan literatur teori proporsi. Selain
itu, kedua penelitian juga menggunakan hasil pengukuran yang
kemudian di tabulasi dan dianalisis untuk menarik kesimpulan
sebagai hasil penelitian.
Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa
penggunaan teori proporsi emas pada desain geometris fasade
bangunan bergaya arsitektur klasik untuk bangunan umum di
Indonesia dari jaman kolonial hingga jaman sekarang belum
secara penuh diterapkan. Ini menunjukkan bahwa penelitian ini
memiliki kesamaan dalam kesimpulan dengan penelitian
sebelumnya, yaitu menunjukkan bahwa penerapan teori
proporsi emas dalam arsitektur klasik belum sepenuhnya
konsisten.
8. Tri Yuniastuti, dkk (2009). Dengan judul “Gaya
Arsitektur Klasik Eropa : Yunani dan Romawi Pada Bangunan
Kraton Kesultanan Yogyakarta”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi
pengaruh kolonialisme terhadap gaya arsitektur Keraton
Kesultanan Yogyakarta, khususnya dalam hal pengaruh
arsitektur klasik Eropa, serta untuk mengklarifikasi persepsi
bahwa semua bangunan di Keraton Yogyakarta adalah murni
arsitektur Jawa.
Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah penelitian ini fokus pada pengaruh
kolonialisme terhadap gaya arsitektur Keraton Kesultanan
Yogyakarta, khususnya dalam hal pengaruh arsitektur klasik
Eropa, sementara penelitian sebelumnya mungkin lebih umum
atau tidak terfokus pada aspek kolonialisme. Persamaannya
adalah keduanya menggunakan metode pengumpulan data
primer dan sekunder.
Selain itu, penelitian ini juga menekankan pentingnya
untuk mengklarifikasi persepsi bahwa semua bangunan di
Keraton Yogyakarta adalah murni arsitektur Jawa. Ini
menunjukkan bahwa penelitian ini memiliki fokus yang lebih
spesifik dan tujuan yang lebih jelas dibandingkan dengan
penelitian sebelumnya.
9. Isma Mulya Hadi Wijaya (2021). Dengan judul
“ART PERFORMANCE BUILDING IN GROBOGAN WITH A
CLASSIC ARCHITECTURAL APPROACH GEDUNG
PERTUNJUKAN SENI DI GROBOGAN DENGAN
PENDEKATAN ARSITEKTUR KLASIK”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat
desain bangunan untuk tempat pertunjukan seni yang
mengutamakan ketenangan dan meminimalkan kebisingan dan
polusi udara. Desainnya menggabungkan beberapa elemen
untuk mencapai tujuan ini:
 Hal ini dipilih dengan cermat dan lingkungan
sekitarnya dianggap meminimalkan kebisingan dan polusi dari
sumber-sumber seperti jalan raya. Vegetasi digunakan sebagai
penghalang untuk mengurangi sinar matahari dan menyaring
polusi dari jalan.
 Desain bangunan terdiri dari beberapa zona persegi
panjang yang mengakomodasi berbagai kegiatan. Desain ini
memungkinkan integrasi yang tepat dari berbagai bentuk dan
massa.
 Secara keseluruhan, tujuan penelitian ini adalah untuk
menciptakan desain bangunan yang menyediakan lingkungan
yang damai dan nyaman untuk pertunjukan seni, sementara
juga mengatasi tantangan kebisingan dan polusi udara.
Perbedaan dari penelitian ini adalah penelitian ini berfokus
pada desain dan perencanaan gedung pertunjukan seni di
Grobogan, sementara penelitian sebelumnya mungkin berfokus
pada aspek yang berbeda seperti pelestarian budaya atau
analisis sejarah. Penelitian saat ini menggunakan pendekatan
arsitektur klasik, menekankan fasad simetris dan penggunaan
kolom besar dan tinggi, sementara penelitian sebelumnya
mungkin telah mengeksplorasi gaya atau pendekatan arsitektur
yang berbeda.
Persamaan dari penelitian ini adalah baik penelitian ini maupun
penelitian sebelumnya mengakui pentingnya seni dalam
kehidupan sehari-hari dan perannya dalam melestarikan
budaya. Kedua penelitian ini bertujuan untuk menciptakan
tempat pertunjukan seni yang dapat berfungsi sebagai tempat
berkumpul, fasilitas pelatihan, dan pusat kegiatan artistik.
Kedua penelitian mengakui perlunya berkolaborasi dengan
elemen modern sambil melestarikan dan mengintegrasikan
aspek budaya tradisional.
Secara keseluruhan, meskipun mungkin ada perbedaan
dalam fokus dan pendekatan, baik penelitian ini maupun
penelitian sebelumnya berbagi tujuan bersama untuk
mempromosikan dan melestarikan seni dan budaya di
Grobogan melalui desain dan perencanaan gedung pertunjukan
seni khusus.
10. Asyhadi Mufsi Sadzali (2022). Dengan judul
“KARAKTERISTIK ARSITEKTUR PERCANDIAN MASA
KLASIK DI DAS BATANGHARI”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki
karakteristik arsitektur candi klasik di DAS Batanghari. Para
peneliti bertujuan untuk mengeksplorasi persamaan dan
perbedaan dalam arsitektur dan teknik konstruksi candi ini,
terutama berfokus pada bahan yang digunakan dan ukuran batu
bata. Mereka juga bertujuan untuk membangun hubungan yang
kuat antara candi di daerah hulu dan hilir DAS Batanghari,
meskipun belum jelas siapa yang mempengaruhi siapa dan
bagaimana. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
karakteristik utama dan paling dominan dari candi klasik di
DAS Batanghari, termasuk gaya arsitektur, latar belakang
agama, dan periode keberadaannya.
Perbedaan dari penelitian ini berfokus pada
karakteristik arsitektur candi klasik di DAS Batanghari,
khususnya memeriksa bahan yang digunakan dan ukuran batu
bata.
Sedangkan Penelitian sebelumnya mungkin telah
mengeksplorasi berbagai aspek kuil, seperti signifikansi
historisnya, konteks budaya, atau praktik keagamaan, tanpa
secara khusus berfokus pada karakteristik arsitektur.
Persamaan dari penelitian ini maupun penelitian
sebelumnya mengakui adanya hubungan yang kuat antara candi
di daerah hulu dan hilir DAS Batanghari. Kedua penelitian
tersebut mengakui kesamaan dalam hal arsitektur bangunan,
latar belakang agama, dan periode peradaban klasik di situs
candi di daerah hulu dan hilir.

11. Ashadi (2018). Dengan judul “PENGANTAR


ARTOPOLOGI ARSITEKTUR”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan
pemahaman tentang manifestasi arsitektur sebagai bagian dari
budaya dan hubungan antara keduanya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengeksplorasi hubungan bentuk-fungsi-makna dalam
arsitektur dan posisi arsitektur dalam kerangka budaya. Ini
berusaha untuk menafsirkan hubungan antara bentuk, fungsi,
dan makna dalam arsitektur dan posisinya dalam diagram
manifestasi budaya. Studi ini juga bertujuan untuk memeriksa
berbagai aspek arsitektur, termasuk bentuk, fungsi, makna, dan
ide-idenya, dan bagaimana mereka berhubungan dengan
budaya fisik, perilaku sosial, sistem nilai, dan sistem konseptual
budaya.
Kesimpulan penelitian tidak disebutkan secara eksplisit dalam
sumber yang disediakan. Namun, berdasarkan informasi yang
diberikan, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bertujuan
untuk memahami manifestasi arsitektur sebagai bagian dari
budaya dan hubungan antara keduanya. Studi ini menemukan
bahwa arsitektur, sebagai bagian dari budaya, mencakup
berbagai aspek seperti bentuk, fungsi, makna, dan ide. Aspek-
aspek arsitektur ini saling berhubungan dengan budaya fisik,
perilaku sosial, sistem nilai, dan sistem konseptual budaya.
Studi ini menekankan pentingnya menafsirkan hubungan antara
bentuk, fungsi, dan makna dalam arsitektur dan posisinya
dalam diagram manifestasi budaya. Secara keseluruhan,
penelitian ini berkontribusi pada bidang Antropologi Arsitektur
dengan memberikan wawasan tentang peran arsitektur dalam
membentuk dan mencerminkan nilai-nilai dan praktik budaya.
12. Mata Kuliah Arsitektur Modern (2014). Dengan
judul “Arsitektur Klasik Byzantine”.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan data dan
informasi tentang kondisi umum dan keadaan arsitektur klasik
Bizantium di Eropa, yang dapat bermanfaat bagi berbagai
pemangku kepentingan, termasuk pemerintah provinsi Bali
Fokus khusus dari penelitian ini adalah
mengeksplorasi karakteristik dan fitur arsitektur klasik
Bizantium di Eropa, sementara penelitian sebelumnya mungkin
berfokus pada gaya arsitektur atau wilayah yang berbeda.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami peran arsitektur
dalam proses pembangunan, khususnya dalam arsitektur
modern, dan pengaruhnya terhadap praktik arsitektur
kontemporer di luar Bali. Penelitian sebelumnya mungkin
berfokus pada berbagai aspek atau pengaruh arsitektur.
Persaman ini maupun penelitian sebelumnya di bidang
arsitektur bertujuan untuk memberikan data dan informasi
tentang gaya arsitektur dan konsep budaya dan filosofisnya.
Kedua penelitian ini bertujuan untuk berkontribusi pada
pengetahuan dan pemahaman sejarah arsitektur dan dampaknya
terhadap praktik kontemporer.
Kedua studi mengakui pentingnya mempelajari
arsitektur sejarah untuk menginformasikan dan menginspirasi
desain arsitektur modern.
13. Sokriadi (2015). dengan judul “Arsitektur Klasik dan
Arsitektur Modern”.
Penelitian ini bertujuan untuk membahas
perkembangan arsitektur klasik dan modern, serta pengaruhnya
dalam arsitektur modern. Penelitian ini juga mencakup
perubahan dalam konsep ruang, struktur, dan bahan bangunan,
serta peran teknologi dan industri dalam arsitektur modern.
Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah bahwa penelitian ini lebih fokus pada
perkembangan arsitektur modern dan pengaruhnya, sementara
penelitian sebelumnya lebih menekankan pada ciri-ciri
arsitektur modern dan perbedaannya dengan arsitektur klasik.
Namun, persamaannya adalah keduanya membahas
tentang arsitektur klasik dan modern, serta pengaruhnya dalam
arsitektur modern. Keduanya juga mencakup perubahan dalam
konsep ruang, struktur, dan bahan bangunan, serta peran
teknologi dan industri dalam arsitektur modern.
14. Fanny Florencia Cussoy, dkk (2012) dengan judul
“Mengabdikan Arsitektur dalam rancangan gedung konser
musik klasik surabaya”.
Penelitian ini bertujuan untuk merancang Gedung
Konser Musik Klasik Surabaya dengan memperhatikan
keabadian dalam arsitektur, terutama dalam konteks lingkungan
bersejarah. Penelitian ini juga bertujuan untuk menunjukkan
bagaimana penggunaan metode rancang obscure dan pemilihan
bentuk bangunan yang sederhana dapat menghadirkan
keabadian dalam rancangan arsitektur.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah fokusnya pada merancang Gedung Konser Musik Klasik
Surabaya dengan memperhatikan keabadian dalam arsitektur,
terutama dalam konteks lingkungan bersejarah . Sementara itu,
penelitian sebelumnya lebih menekankan pada penggunaan
metode rancang obscure dan pemilihan bentuk bangunan yang
sederhana untuk menghadirkan keabadian dalam rancangan
arsitektur.
Namun, persamaan dari kedua penelitian ini adalah
bahwa keduanya menekankan pentingnya menghormati dan
memperhatikan lingkungan yang telah terbentuk sebelumnya
dalam proses perancangan . Selain itu, keduanya juga
menyoroti konsep keabadian dalam arsitektur dan bagaimana
hal tersebut dapat direpresentasikan melalui rancangan
bangunan.

15. Nirina Laudya dengan berjudul “Ilmu Desain Seni


dan Arsitektur Klasik Eropa’’
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi
keindahan, sejarah, dan signifikansi budaya seni dan arsitektur
Eropa klasik. Studi ini bertujuan untuk membawa pembaca
dalam perjalanan menawan ke dunia seni dan arsitektur Eropa
klasik, menampilkan inspirasi yang telah diberikannya bagi
generasi seniman, arsitek, dan penggemar seni. Ini membahas
periode-periode penting dalam sejarah seni Eropa, seperti
arsitektur Romawi Klasik, Renaisans, Barok, dan Rococo,
menyoroti seniman terkenal dan kreasi abadi mereka. Studi ini
juga bertujuan untuk menyelidiki prinsip-prinsip estetika yang
menerapkan seni klasik dan bagaimana hal itu mencerminkan
perubahan sosial, politik, dan agama pada masanya. Secara
keseluruhan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memberikan pemahaman yang komprehensif tentang seni dan
arsitektur Eropa klasik dan pengaruhnya yang berkelanjutan
dalam seni dan arsitektur kontemporer.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah penelitian saat ini berfokus pada mengeksplorasi
keindahan, sejarah, dan signifikansi budaya seni dan arsitektur
Eropa klasik, sementara fokus khusus dari penelitian
sebelumnya dapat bervariasi dan juga penelitian saat ini
bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif
tentang seni dan arsitektur Eropa klasik, termasuk pengaruhnya
terhadap seni dan arsitektur kontemporer, sedangkan penelitian
sebelumnya mungkin berfokus pada aspek atau periode tertentu
dari seni dan arsitektur Eropa klasik.
Persamaannya yaitu Baik penelitian saat ini maupun
penelitian sebelumnya mengakui pentingnya seni dan arsitektur
Eropa klasik dalam mencerminkan nilai-nilai budaya, estetika,
dan perubahan sejarah.

Bab 3
Analisa Dan Pembahasan

1. Pengaruh arsitektur klasik terhadap arsitektur


Nusantara dan kekayaan arsitektur lokal di Indonesia.
Arsitektur klasik memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap arsitektur Nusantara dan kekayaan arsitektur lokal di
Indonesia. Arsitektur Nusantara adalah sintesis hasil
penggabungan arsitektur klasik Indonesia dan konsep modern,
dengan arsitektur klasik berfungsi sebagai fondasinya.
Pengaruh ini terbukti dalam penggabungan elemen dekoratif
tradisional dalam arsitektur, yang dihasilkan dari perpaduan
seni klasik dan kontemporer. Arsitektur klasik juga
mempengaruhi konsep arsitektur Indonesia masa kini, di mana
pemikiran dan gerakan bersama diperlukan untuk menemukan
kembali jati diri arsitektur Indonesia. Kekayaan arsitektur lokal
di Indonesia dibentuk oleh prinsip-prinsip dan praktik yang
berasal dari arsitektur klasik. Hal ini sesuai dengan penelitian
Bakhtiar (2014), Judy O. Waani (2014), Joseph Rengkung
(2014).
2. Pengaruh arsitektur klasik terhadap budaya dan
sejarah suatu bangsa.
Arsitektur klasik telah memberikan dampak signifikan
pada budaya dan sejarah bangsa di sepanjang lintasan
sejarahnya. Pemanfaatan komponen arsitektur klasik, termasuk
kolom, pedimen, dan desain simetris, telah dikaitkan dengan
gagasan keteraturan, harmoni, dan keunggulan estetika, yang
telah sangat membentuk esensi budaya bangsa. Arsitektur
klasik sering digunakan sebagai simbol kekuasaan, otoritas, dan
prestise, dengan struktur megah seperti kuil, istana, dan
bangunan pemerintah yang berfungsi sebagai landmark ikonik
yang mewujudkan warisan dan warisan sejarah bangsa.
Selain itu, arsitektur klasik juga telah meninggalkan
jejak yang tak terhapuskan pada domain artistik lainnya, seperti
patung dan lukisan, menghasilkan bahasa visual yang koheren
yang mencerminkan prinsip-prinsip budaya dan aspirasi
bangsa.
Secara keseluruhan, arsitektur klasik telah mengambil
fungsi penting dalam membentuk identitas budaya, narasi
sejarah, dan topografi visual bangsa, sehingga memberikan
budaya dan sejarah mereka dengan warisan abadi. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rezqy Aulia
(2015).
3. Pentingnya gaya arsitektur yang berbeda dalam
arsitektur klasik Barat, termasuk Bizantium, Baroque,
Rococo, dan Arabesque.
Arsitektur klasik Barat mencakup berbagai gaya
arsitektur, termasuk Bizantium, Baroque, Rococo, dan
Arabesque.
1. Arsitektur Bizantium, yang berkembang dari arsitektur
Romawi, memiliki pengaruh yang kuat terhadap gereja-gereja
Kristen Timur dan menunjukkan kekayaan seni dan
keagamaan. Arsitektur Bizantum ditandai dengan penggunaan
kubah, mosaik, dan ornamen yang rumit, menonjol di
Kekaisaran Bizantium dan mempengaruhi gaya arsitektur
selanjutnya.
Arsitektur Byzantium
(sumber : https://arsitekturganteng.blogspot.com/2022/04/arsitektur-byzantium.html)
2. Arsitektur Baroque, yang muncul pada abad ke-17,
menonjolkan keindahan, gerakan, dan detail yang dramatis,
serta digunakan dalam bangunan gereja dan istana.

Arsitektur Baroque
(sumber : https://www.archdaily.com/965988/exploring-the-eccentric-decorations-that-
define-baroque-architecture)
3. Arsitektur Rococo, yang muncul pada abad ke-18,
menekankan pada ornamen yang indah, simetri, dan warna-
warna cerah, sering digunakan dalam desain interior istana dan
ruang-ruang pribadi. Arsitektur Racoco ini ditandai dengan
hiasan dan dekorasi halus, terlihat di gedung-gedung seperti
Istana Sanssouci di Potsdam.
Arsitektur Racoco
(sumber : https://www.pinhome.id/kamus-istilah-properti/arsitektur-rococo/)
4. Arsitektur Arabesque, yang dipengaruhi oleh seni
Islam, menampilkan ornamen geometris dan motif tumbuhan
yang rumit, sering ditemukan dalam seni dan arsitektur Islam.

Arsitektur Arabesque
(sumber :
Secara keseluruhan, gaya arsitektur ini telah
memainkan peran penting dalam membentuk arsitektur klasik
Barat, masing-masing dengan karakteristik dan pengaruhnya
yang unik. Hal ini sesuai dengan penelitian Ashadi (2020) dan
Rezqy Aulia (2015).
4. Bagaimana pengaruh arsitektur klasik masih
terlihat dalam desain bangunan modern di Indonesia, dan
apakah ada upaya untuk menyatukan elemen-elemen klasik
dengan kebutuhan kontemporer.
Pengaruh arsitektur klasik masih terlihat dalam desain
bangunan modern di Indonesia. Gaya arsitektur klasik, seperti
Bizantium, Baroque, Rococo, dan Arabesque, telah
memberikan inspirasi bagi arsitek Indonesia dalam
menciptakan desain bangunan yang mencerminkan kebutuhan
kontemporer. Sebuah penelitian dengan judul “PERGESERAN
DESAIN BANGUNAN DALAM MASA PERKEMBANGAN
ARSITEKTUR DI INDONESIA” menyatakan bahwa arsitektur
modern di Indonesia telah mengalami pergeseran dari masa ke
masa, dengan penekanan pada nilai lokalitas dan pertimbangan
dalam merespon kondisi lingkungan serta potensi setempat
yang memberikan ciri khusus dalam identitas arsitektur
Indonesia.
Elemen arsitektur klasik, seperti simetri, proporsi, dan
detail ornamen, dapat dilihat dalam desain bangunan
kontemporer. Dalam konstruksi modern tertentu di Indonesia,
ada upaya untuk memadukan elemen klasik dengan tuntutan
kontemporer. Hal ini dapat dilihat dalam penggabungan fitur
arsitektur klasik, seperti kolom, lengkungan, dan pedimen, ke
dalam desain bangunan yang memenuhi fungsi modern.
Perpaduan elemen klasik dan kontemporer menciptakan gaya
arsitektur unik yang mencerminkan warisan sejarah dan
kebutuhan masyarakat saat ini. Hal ini sesuai dengan penelitian
Qurratul Aini (2021).
5. Sejauh mana unsur-unsur budaya dan sejarah
mempengaruhi desain dan makna bangunan arsitektur
klasik.
Unsur-unsur budaya dan sejarah memiliki pengaruh
yang signifikan dalam desain dan makna bangunan arsitektur
klasik. Dalam telaah arsitektur, terdapat tiga unsur pokok, yaitu
konsep cara membangun, dan tampilan karya yang menyatu
dalam makna, tuntutan kebutuhan, dan kebudayaan yang
mempengaruhinya. Arsitektur klasik seringkali
menggabungkan unsur-unsur dari arsitektur Yunani dan
Romawi kuno, yang sangat berpengaruh dalam membentuk
gaya klasik. Elemen-elemen ini termasuk kolom, atap kubah,
dan fitur arsitektur lainnya yang telah diadopsi dan diadaptasi
dalam bangunan modern.
Desain dan makna bangunan arsitektur klasik
dipengaruhi oleh konteks budaya dan sejarah di mana mereka
diciptakan. Misalnya, bangunan klasik dapat dirancang untuk
mencerminkan nilai-nilai dan cita-cita masyarakat tertentu atau
untuk memperingati peristiwa sejarah penting.
Secara keseluruhan, elemen budaya dan sejarah memainkan
peran penting dalam membentuk desain dan makna bangunan
arsitektur klasik, dengan pengaruh mulai dari peradaban kuno
hingga masyarakat kontemporer. Hal ini ada didalam penelitian
Sokriadi (2015).

Bab 4
Kesimpulan Dan Saran

4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas mengenai arsitektur klasik di atas dapat
disimpulkan bahwa :
1. Arsitektur Klasik merupakan suatu perwujudan karya
arsitektur yang dilandasi dan dijiwai oleh gagasan dan
idealisme Teori Vitruvius khususnya pada suatu kurun waktu
sesudah Vitruvius sendiri meninggal dunia. Bangunan
Parthenon di Athena dan Pantheon di Roma merupakan contoh
yang sangat baik dari perwujudan teori arsitektur klasik yang
dengan sikap kehati-hatian dan seksama mempertimbangkan
prinsip-prinsip order, geometri, ukuran-ukurannya, dan
kehalusan seni "craftsmanship". Selain itu, tradisi berarsitektur
yang diawali oleh Vitruvius ternyata berlanjut terus dalam
jaman Arsitektur Klasik ini.
2. Arsitektur klasik telah memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap arsitektur Nusantara dan kekayaan
arsitektur lokal di Indonesia. Pengaruh ini terbukti dalam
penggabungan elemen dekoratif tradisional dalam arsitektur,
yang dihasilkan dari perpaduan seni klasik dan kontemporer.
Arsitektur klasik juga mempengaruhi konsep arsitektur
Indonesia masa kini, di mana pemikiran dan gerakan bersama
diperlukan untuk menemukan kembali jati diri arsitektur
Indonesia. Kekayaan arsitektur lokal di Indonesia dibentuk oleh
prinsip-prinsip dan praktik yang berasal dari arsitektur klasik.
3. Arsitektur klasik telah memberikan dampak signifikan
pada budaya dan sejarah bangsa di sepanjang lintasan
sejarahnya. Pemanfaatan komponen arsitektur klasik, termasuk
kolom, pedimen, dan desain simetris, telah dikaitkan dengan
gagasan keteraturan, harmoni, dan keunggulan estetika, yang
telah sangat membentuk esensi budaya bangsa. Arsitektur
klasik sering digunakan sebagai simbol kekuasaan, otoritas, dan
prestise, dengan struktur megah seperti kuil, istana, dan
bangunan pemerintah yang berfungsi sebagai landmark ikonik
yang mewujudkan warisan dan warisan sejarah bangsa.
4. Arsitektur klasik Barat mencakup berbagai gaya
arsitektur, termasuk Bizantium, Baroque, Rococo, dan
Arabesque. Masing-masing gaya memiliki karakteristiknya
masing-masing, tetapi semuanya berbagi dasar-dasar arsitektur
klasik, seperti penggunaan kolom, lengkungan, dan proporsi
yang harmonis.
5. Pengaruh arsitektur klasik masih terlihat dalam desain
bangunan modern di Indonesia. Gaya arsitektur klasik, seperti
Bizantium, Baroque, Rococo, dan Arabesque, telah
memberikan inspirasi bagi arsitek Indonesia dalam
menciptakan desain bangunan yang mencerminkan kebutuhan
kontemporer. Dalam konstruksi modern tertentu di Indonesia,
ada upaya untuk memadukan elemen klasik dengan tuntutan
kontemporer.
Secara keseluruhan, arsitektur klasik adalah warisan
yang kaya dan beragam yang telah memengaruhi budaya dan
sejarah bangsa di seluruh dunia. Pengaruhnya masih terlihat
dalam desain bangunan modern di Indonesia, dan upaya terus
dilakukan untuk menyatukan elemen klasik dengan kebutuhan
kontemporer.
4.2 Saran
Pada saat pembuatan makalah, penulis menyadari bahwa
banyak sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, penulis harapkan kritik dan sarannya mengenai
pembahasan makalah dalam kesimpulan.
M

III

ARSITEKTUR
MODERN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Arsitektur, sebagai kajian ilmu bangunan, terus
berkembang melalui berbagai pendekatan yang diperkaya oleh
pemikiran-pemikiran para ahli tentang bidang ini. Dalam dunia
arsitektur, kita dapat mengamati berbagai bentuk bangunan,
yang seringkali menampilkan keragaman desain yang unik. Di
Indonesia, arsitektur modern mengalami perkembangan pesat,
menjadi bagian integral dari perkembangan arsitektur
kontemporer di tanah air. Gaya arsitektur modern telah
memberikan dampak signifikan pada berbagai struktur
bangunan, terutama pada desain rumah-rumah di Indonesia,
yang kini cenderung mengarah ke arah modern.
Arsitektur modern di Indonesia muncul sebagai
modifikasi dari aliran desain bergaya modern. Desain modern
yang kompleks kemudian mengalami reduksi menjadi bentuk
yang lebih sederhana dan fungsional. Di Indonesia,
kecenderungan untuk memilih desain arsitektur modern
menjadi fenomena yang signifikan. Hal ini tidak hanya menjadi
respons terhadap kejenuhan terhadap model bangunan yang
monoton dan penuh ornamen, tetapi juga sebagai solusi praktis
yang mempermudah perawatan dan memberikan tampilan yang
bersih dan estetis.
Lebih dari sekadar tren desain, arsitektur modern di
Indonesia mencerminkan perpaduan antara arsitektur modern
Eropa dan tradisi arsitektur setempat. Terfokus pada iklim,
bahan bangunan, dan teknologi yang berkembang pada masa
itu, arsitektur modern menghasilkan bentuk yang memadukan
kekayaan arsitektur Nusantara dengan sentuhan modern. Istilah
ini merujuk pada bangunan yang menampilkan harmonisasi
antara unsur-unsur arsitektur Nusantara dan gaya modern yang
disesuaikan, menciptakan karya arsitektur yang unik dan
terkini.
Sejarah arsitektur di Indonesia juga tak terlepas dari
dampak kolonialisme Belanda. Bangunan-bangunan pada masa
tersebut seringkali terpengaruh oleh gaya arsitektur Eropa yang
diperkenalkan oleh penjajah. Meskipun demikian, arsitektur
modern di Indonesia menunjukkan evolusi dan adaptasi yang
menjadikannya tidak sekadar tiruan, tetapi suatu wujud inovasi
yang memadukan unsur-unsur lokal dengan konsep modern,
menciptakan warisan arsitektur yang kaya dan berkelanjutan.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa pengertian dari arsitektur modern?
 Bagaimana pengaruh perkembangan arsitektur modern
di Indonesia ?
 Bagaimana penerapan prinsip-prinsip arsitektur
modern?
 Apa fungsi esensial dari arsitektur modern ?

1.3 Tujuan
 Mengetahui pengertian dari arsitektur modern
 Mengetahui pengaruh perkembangan arsitektur
modern di Indonesia
 Mengetahui penerapan prinsip-prinsip arsitektur
modern
 Mengetahui fungsi esensial dari arsitektur modern

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam artikel ini, akan dibahas keragaman pustaka


mengenai arsitektur modern yang bersumber dari jurnal-jurnal
arsitektur modern yang akan memberikan pemahaman lebih
mendalam tentang konsep dan karakteristik arsitektur modern.
1. Salah satu jurnal yang dapat menjadi referensi adalah
karya Efit (2021) yang menulis jurnal dengan judul
“Perencanaan Bangunan Agro Techno Park Di Wonosobo
Dengan Konsep Arsitektur Modern” dalam penelitiannya
menjelaskan bahwa dengan adanya perencanaan bangunan agro
techno park di Wonosobo dengan konsep modern, menjadikan
masyarakat Wonosobo dan sekitarnya khususnya bagi para
petani dan peternak dapat menjadi lebih maju dan sukses.
Sehingga panennya lebih baik dan melimpah. Serta masyarakat
Wonosobo dan sekitarnya dapat belajar dan berlibur di kawasan
ini dengan nyaman, karna di kawasan tersebut sudah di
lengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang mendukung.

2. Jurnal karya Permana.R.A, dkk (2023) yang berjudul


“Analaisis Penerapan Konsep Modern Pada Bangunan Delipark
Mall di Medan” dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
bangunan Delipark Mall Medan menggunakan bentuk geometri
seperti persegi, yang menciptakan kesan estetika modern dan
bersih, sebagai elemen penting dalam desainnya. Lebih
menekankan penggunaan unsur garis-bidang-volume yang
sederhana. Bangunan Delipark Mall juga memanfaatkan
elemen seperti selasar dan zona tengah di Rivapark untuk
menciptakan kesatuan antara ruang luar dan ruang dalam. Hal
ini memungkinkan para pengunjung untuk menikmati suasana
luar sambil tetap merasa berada dalam lingkungan yang
nyaman dan terlindungi.
3. Jurnal karya Aristyawati.N.A, dkk (2021) yang
berjudul “CITY HOTEL BINTANG TIGA (***) DI KOTA
MALANG” dalam penelitiannya menjelaskan bahwa City
Hotel Bintang 3 di Malang dirancang untuk memberikan
akomodasi penginapan dan wadah bisnis khususnya bagi para
pelaku transit, bisnis maupun wisatawan, serta memfasilitasi
sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh pelaku kegiatan
tersebut. City Hotel Bintang 3 di Kota Malang menerapkan
tema Arsitektur Modern yang dirancang dengan ornamen-
ornamen sederhana tetapi tetap memberikan kesan yang elegan
pada bangunan. Ornamen yang akan sangat menonjol pada
rancangan ini ialah pada fasad bangunan karena full kaca.

4. Jurnal karya Hasbi.R.H dan Nimpuno.W.B (2019)


yang berjudul “Pengaruh Arsitektur Modern Pada Desain
Masjid Istiqlal” dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
bentuk bangunan dari arsitektur masjid Istiqlal sangat
memenuhi kaidah atau karakteristik dari arsitektur modern
dimana bentuk dari masjid Istiqlal merupakan bentukan yang
baru bagi sebuah masjid. Yang terlepas dari masa lalu dimana
kebanyakan masjid-masjid yang berkembang pada masa itu
adalah masjid yang banyak dipengaruhi oleh arsitektur Timur
Tengah.

5. Jurnal karya Danova.Y.A, dkk (2023) yang berjudul


“RUMAH SAKIT JIWA DI KEDUNGKANDANG KOTA
MALANG” dalam penelitiannya menjelaskan bahwa rumah
sakit jiwa yang dirancang dengan tema bangunan arsitektur
modern dengan susunan fungsi ruang yang terstruktur di semua
lantai. Kenyamanan dan akses pada bangunan sangat
diutamakan bagi penghuni rumah sakit terutama untuk para
pasien agar dapat memanfaatkan semua fasilitas yang memadai
di rumah sakit ini.
6. Jurnal karya Ashadi (2016) yang berjudul
“PERADABAN DAN ARSITEKTUR MODERN” Dalam
telaah yang mendalam, penelitian ini menggambarkan secara
rinci evolusi perkembangan gaya arsitektur sejak zaman
dahulu, dengan porsi khusus pada dampak yang signifikan dari
adopsi gaya arsitektur Eropa yang diperkenalkan oleh penjajah
Belanda ke Indonesia. Penelitian ini membongkar lapisan
sejarah yang kompleks, menyoroti transformasi dan perubahan
dalam dunia arsitektur Indonesia. Pentingnya penelitian ini
adalah dalam memberikan gambaran terperinci tentang
bagaimana arsitektur Indonesia telah mengalami perubahan
melalui berbagai periode sejarah, mulai dari pengaruh asli
hingga adopsi gaya Eropa selama masa kolonial. Melalui
pemahaman yang mendalam terhadap perubahan tersebut,
penelitian ini membedah secara cermat bagaimana elemen-
elemen arsitektur Eropa telah diterapkan dalam bangunan dan
desain lokal, menciptakan citra unik yang mencerminkan
persilangan budaya.

7. Jurnal karya Ashadi (2020) yang berjudul “TEORI


ARSITEKTUR ZAMAN MODERN” penelitian ini menyajikan
analisis yang mendalam tentang evolusi teori arsitektur dari
masa ke masa. Dengan memberikan rincian pergeseran dan
adaptasi konsep-konsep fundamental dalam ranah arsitektur,
penelitian ini membawa kita melalui perjalanan intelektual
yang mencakup berbagai aliran dan pemikiran arsitektural.
Melalui pendekatan ini, penulis menjelaskan bagaimana teori-
teori tersebut memberikan landasan untuk praktek arsitektur,
mempengaruhi desain bangunan, dan bahkan mencerminkan
perubahan budaya dan sosial yang terjadi di masyarakat.

8. Jurnal karya Kristhian Prasuthio dan J. A. R. Sondakh


(2011) yang berjudul “ARSITEKTUR TRANSISI ABAD-19
KE AWAL ABAD 20” Pada akhir abad ke-19, Indonesia masih
dipengaruhi oleh gaya arsitektur kolonial Belanda yang kental.
Pada awal abad ke-20, terjadi perubahan besar dengan
munculnya gaya arsitektur baru yang mencerminkan identitas
nasional dan kebebasan dari kolonialisme. Proses ini dapat
dilihat dalam bangunan-bangunan yang dibangun pada periode
ini, mencakup perubahan dalam penggunaan material, ornamen,
dan konsep desain.
9. Jurnal karya Maryam Utami Andi Hasan, Moh. Faisal
Dunggio, dan Heryati (2023) yang berjudul “PENERAPAN
ARSITEKTUR MODERN PADA RANCANGAN PUSAT
APRESIASI SENI DI GORONTALO” Dalam penelitiannya
yang ambisius, penulis memutuskan untuk mengadopsi
Arsitektur Modern sebagai pendekatan yang sesuai dengan
karakter masa kini. Metode penelitian yang diterapkan
mencakup kajian literatur yang mendalam dan pengumpulan
data survei, dengan tujuan utama merancang Pusat Apresiasi
Seni yang memadukan estetika modern dengan kebutuhan
kontemporer. Kajian literatur yang dilakukan mencakup telaah
mendalam terhadap teori-teori Arsitektur Modern, membuka
wawasan terhadap prinsip-prinsip desain yang memandu
langkah-langkah pembangunan pusat seni yang diinginkan.
10. Jurnal karya Ir. Suprayitno, MT. (2008) yang berjudul
“PENERAPAN ARSITEKTUR MINIMALIS PADA
BANGUNAN MODERN” menyatakan bahwa di dalam
Arsitektur minimalis, sebagai gaya global, mengutamakan
kesederhanaan tanpa mengesampingkan fungsi dan estetika.
Dalam merespons kebutuhan masyarakat akan rumah yang
sederhana dan praktis, konsep minimalis menekankan esensial
dan fungsionalitas. Penggunaan bentuk geometris tanpa
ornamen berlebihan menjadi ciri khas, didukung oleh material
inovatif seperti baja, beton, dan kaca. Standarisasi dan efisiensi
dalam konstruksi memastikan desain yang sederhana tetapi
optimal dalam kualitas dan fungsi ruang.
11. Jurnal karya Stephanie Jill Najoan dan Johansen
Mandey (2011) yang berjudul “TRANSFORMASI SEBAGAI
STRATEGI DESAIN” menjelaskan di dalam penelitiannya
bahwa Arsitektur, sebagai ilmu bangunan, berkembang melalui
pendekatan-pendekatan yang dipengaruhi oleh pemikiran para
arsitek. Bangunan-bangunan menampilkan beragam bentuk,
beberapa di antaranya unik. Transformasi bentuk dan ruang
menjadi kunci dalam pengembangan kreativitas dalam
perancangan arsitektur, dengan fokus pada mencerminkan
identitas para perancangnya. Konsep transformasi melibatkan
perubahan dimensi, pengurangan, atau penambahan bagian dari
bentuk awal. Strategi transformasi, seperti tradisional,
peminjaman, dan dekonstruksi, telah menjadi bagian integral
dalam dunia arsitektur sejak awal abad ke-20.
12. Jurnal karya Nirmala Hajaria dan Agus S. Ekomodyo
(2022) yang berjudul “ANDRA MARTIN KREATIVITAS
DALAM EKSPLORASI MATERIAL PADA KARAKTER
ARSITEKTUR MODERN” menyatakan dalam penelitiannya,
Andra Matin menciptakan gaya desain modern yang
mencerminkan kejujuran melalui penekanan pada materialitas,
seperti beton, bata, dan kayu. Proses kreatifnya melibatkan
eksplorasi materialitas, membentuk karakteristik unik dalam
setiap karyanya, dan artikel ini bertujuan untuk menganalisis
kreativitasnya dalam menghasilkan arsitektur modern yang
khas.

13. Jurnal karya Alda Nurulita, Breeze Maringka, dan


Ghoustanjiwani Adi Putra (2021) yang berjudul “GEDUNG
OLAHRAGA GANECA KOTA BATU TEMA:
ARSITEKTUR MODERN” menyatakan dalam penelitiannya
Kota Batu, selain sebagai destinasi wisata, juga memiliki
potensi sebagai kota olahraga. Meskipun pandemi, Koni Kota
Batu tetap menggelar latihan olahraga dengan protokol
kesehatan. Namun, atlet muda diutamakan dalam keputusan
terakhir, sementara atlet yang tidak berpotensi diabaikan. Untuk
mendukung olahraga dan kesehatan, Gedung Olahraga Ganeca
Kota Batu direncanakan dengan arsitektur modern. Solusi
pemulihan melibatkan pengembangan menjadi fasilitas modern,
dengan pemindahan untuk memberikan wajah baru sebagai
kota olahraga, mendukung perkembangan olahraga, dan
meningkatkan citra Kota Batu.

14. Jurnal karya Lo Angela Irena dan Dr. Bachtiar Fauzy,


Ir., MT. (2018) yang berjudul “MONUMENTALITAS
ARSITEKTUR MODERN PADA GEDUNG POLA DI
JAKARTA” menyatakan dalam penelitiannya Gedung Pola
merupakan manifestasi yang mengagumkan dari arsitektur
modern di Indonesia. Dengan tata letak yang monumental,
orientasi historis terhadap rumah Ir. Soekarno, dan tinggi
bangunan yang mendominasi, Gedung Pola menawarkan
perspektif unik terhadap perjalanan sejarah pasca kemerdekaan
1945. Lokasinya yang strategis di kawasan Menteng, Jakarta
Pusat, menambah nilai sejarah dan signifikansi pada desain
lansekap yang memandu pandangan menuju bangunan.
Penggunaan sistem struktur portal dan tangga kantilever
menciptakan elemen bangunan yang tidak hanya fungsional
tetapi juga estetis. Material beton yang mendominasi, tatanan
simetris pada fasad dan interior, serta irama yang dihasilkan
dari repetisi elemen-elemen bangunan, semuanya memperkuat
citra monumental dan keunikan arsitektur modern Gedung
Pola. Dengan pandangan yang mengagumkan dari berbagai
arah, Gedung Pola tidak hanya menjadi representasi fisik
arsitektur modern tetapi juga sebuah pernyataan monumental
yang memadukan kekayaan sejarah dan inovasi desain.
15. Jurnal karya Melani Cahyani dan Yeptadian Sari
(2020) yang berjudul “KAJIAN ARSITEKTUR MODERN
PADA BANGUNAN PUSAT MODE” menyatakan Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Arsitektur Modern adalah seni
dan ilmu merancang bangunan dengan memanfaatkan metode
terbaru dan selalu mengikuti perkembangan zaman. Studi kasus
pada Lassale Collega of the Arts di Singapura menunjukkan
penerapan prinsip-prinsip arsitektur modern, termasuk kontrast
dengan lingkungan sekitar, kejujuran pada bahan, keterkaitan
fungsi bangunan, pendekatan "Less Is More," nihilisme, dan
pemanfaatan kemajuan teknologi. Kesimpulan penelitian ini
menggarisbawahi pentingnya prinsip-prinsip arsitektur modern
dalam merancang bangunan pusat mode, termasuk
kesederhanaan bentuk, kejujuran dalam penggunaan bahan, dan
pemanfaatan teknologi. Penerapan prinsip-prinsip ini pada
Lassale Collega of the Arts memperlihatkan konsep arsitektur
modern yang unik dan kontras dengan lingkungan sekitarnya.
Diharapkan bahwa penelitian ini dapat memberikan wawasan
lebih lanjut tentang peng gunaan prinsip-prinsip arsitektur
modern dalam merancang bangunan yang efisien dan estetis.
16. Jurnal karya Uwaissal Qoron dan Sepli Yandri (2022)
yang berjudul “KAJIAN KONSEP ARSITEKTUR MODERN
PADA BANGUNAN KANTOR PERMATA KUNINGAN
OFFICE TOWER“ menyatakan hasil penelitian nya dilakukan
karena pentingnya jumlah kantor di Jakarta yang digunakan
sebagai fasilitas pendukung ekonomi. Pengembangan dan
penyempurnaan karakter bangunan kantor juga membutuhkan
sentuhan konsep arsitektur modern, yang dianggap penting
dalam menciptakan kesan menarik dan modern dalam sebuah
bangunan dengan tujuan meningkatkan semangat kerja
karyawan dan pengguna bangunan. Jurnal ini juga membahas
tentang ornamen pada interior bangunan Kantor Permata
Kuningan dan pendekatan arsitektur modern minimalis pada
bangunan perkantoran.
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengertian dari Arsitektur Modern


Secara umum, pengertian arsitektur modern dalam
konteks ini mencakup penerapan prinsip-prinsip desain yang
bersifat inovatif, fungsional, estetis, dan mengikuti
perkembangan zaman. Desainnya dapat mencakup penggunaan
bentuk geometri, material inovatif, dan penekanan pada
kesederhanaan dan fungsionalitas.
Gerakan arsitektur modern tumbuh di Jerman dengan
perwakilan dari arsitek seperti Otto Wagner dan Adolf Loose.
Deutsche Werbund, terbentuk pada 1907, menjadi wadah bagi
arsitek, pengrajin, dan seniman untuk berkarya modern. Dari
generasi Werkbund Jerman, Walter Gropius mendirikan
Bauhaus pada 1919, lembaga pendidikan yang menggabungkan
seniman, pengrajin, dan arsitek. Meskipun berlangsung selama
14 tahun, Bauhaus memiliki pengaruh global yang signifikan
dengan konsep work-shop dan learning by doing.
Konsep arsitektur Bauhaus menekankan aktivitas
tanpa simbolisme berlebihan, memadukan seni dengan produksi
industrial. Bangunan tinggi dengan kaca dan elevator menjadi
ciri khas Bauhaus. Pameran internasional pada 1927 dan buku
“the International Style” oleh Hitchcock mempopulerkan istilah
arsitektur modern.
Art Deco, muncul pada awal abad ke-20 setelah
Pameran Internasional Paris 1925, memadukan estetika baru
dengan produksi massal. Periode Art Deco mencakup dekoratif
pada 1920-an dan streamline pada 1930-an, dengan bentuk
geometris, warna beraneka, dan penggunaan kaca optimal
sebagai ciri khas. Definisi Arsitektur Modern sebagai
International Style mengikuti prinsip Form Follows Function,
dengan bentukan platonic solid yang serba kotak, tanpa
dekorasi berlebihan, menciptakan suasana degradatif.
Pendorong pertumbuhan arsitektur modern melibatkan
pendidikan formal, fungsi-fungsi kebutuhan baru, kemudahan
penggunaan bahan, promosi melalui pameran dan publikasi,
serta perencanaan bangunan yang dimulai dari kebutuhan dan
kegiatan. Perkembangan arsitektur modern dipengaruhi oleh
perubahan dalam teknologi, sosial, dan kebudayaan, terutama
terkait dengan Revolusi Industri.
Rapikan keinginan untuk mendongkak kembali
degradasi ini. Pendorong pertumbuhan arsitektur modern
melibatkan:
 Pendidikan Formal: Mengajarkan dan mendorong
pemikiran modern.
 Fungsi-fungsi Kebutuhan Baru: Mendesak untuk bangunan
seperti istana, puri, keagamaan, pabrik, kantor, stasiun,
dsb.
 Penggunaan Bahan: Mudah karena segala sesuatunya
direncanakan di dalam pabrik.
 Promosi: Melalui pameran, publikasi, dan perdebatan.
 Perencanaan Bangunan: Dimulai dari kebutuhan dan
kegiatan, bukan dari bentuk luar.
Arsitektur modern berkembang seiring perubahan dalam
teknologi, sosial, dan kebudayaan terkait Revolusi Industri
(1760-1863). Perubahan di bidang teknologi bangunan,
perkembangan kota-kota (1800-1909), dan perubahan dalam
kebudayaan, khususnya gaya neoklasik (1750-1900),
memberikan landasan bagi pertumbuhan arsitektur modern.
Pertumbuhan Arsitektur Modern:
1. Periode I (1900-1929):
 Pertentangan konsep arsitektur dan munculnya "free
plan" dan "universal plan."
 Penggunaan ekonomis bahan seperti kubus pada
bangunan tinggi.
 CIAM Congress (1930) menyatakan arsitektur modern
sebagai harmonisasi elemen-elemen modern.
2. Periode II (1930-1939):
 Arsitektur modern menyebar ke Eropa, Amerika, dan
Jepang dengan variasi lokal.
 Fokus pada hubungan erat dengan lingkungan dan bahan
setempat.
 Tokoh-tokoh seperti Alvar Aalto dan Oscar Niemeyer
menonjol.
3. Periode III (1945-1958):
 Pasca Perang Dunia II, dipengaruhi oleh kebutuhan
perumahan dan kerusakan infrastruktur.
 Munculnya aliran-aliran seperti Minimalism,
Functionalism, dan Organic Architecture.
 Tantangan terhadap konsep "Form Follows Function."
4. Periode III Fase I (1949-1958):
 Penekanan pada penyatuan karakter bangunan dengan
fungsi.
 Penggunaan baru material seperti baja dan beton
pracetak.
5. Periode III Fase II (1958-1966):
 Munculnya aliran "Brutalisme" dari penggunaan beton
kasar.
 Aliran "Formalisme" menekankan estetika dengan
pengaruh emosional arsitek.
 Perbedaan antara pandangan teknis dan estetika.
Arsitektur modern menampilkan keseragaman, fungsionalitas,
dan penggunaan material terbuka, tetapi perdebatan terus
berkembang seputar identitas dan estetika.

3.2 Pengaruh Perkembangan Arsitektur Modern di Indonesia


Arsitektur Modern di Indonesia
Arsitektur modern masuk ke Indonesia akibat
pengaruh dari kolonialisme, dimana pada masa itu banyak
warga asing terutama Eropa yang datang dan tinggal di
Indonesia. Pada masa penjajahan, pemerintah kolonial
menunjuk arsitek-arsitek dan ahli bangunan dari Eropa
terutama Belanda untuk mendesain bangunan-bangunan di
Indonesia. Beberapa arsitek Belanda pada masa itu adalah
Schuemaker, A.F. Albers, C.P. Wolf, Friedrich Silaban, dan
lainnya. Arsitektur ini juga banyak mendapat pengaruh dari
Amerika, seperti Le Corbusier dan Frank Lloyd Wright.
Beberapa arsitek dari Eropa ini menerapkan langgam arsitektur
modern pada bangunan yang didesain oleh mereka. Hal ini
tentu saja memberi pengaruh pada perkembangan arsitektur di
Indonesia dimana pada saat itu.
Pengaruh Gagasan Modernism dalam Arsitektur Modern
Arsitektur modern mendapat banyak pengaruh dari
gagasan modernism yang dikemukakan oleh Rene Descartes
yang menyatakan bahwa "kemampuan rasio adalah kunci
kebenaran pengetahuan dan kebudayaan modern" Gagasan ini
mempengaruhi perkembangan arsitektur modern dan
memberikan dorongan untuk menciptakan desain yang lebih
inovatif dan fungsional.
Kritik terhadap Arsitektur Klasik
Kemunculan arsitektur modern juga merupakan
sebuah reaksi terhadap desain arsitektur klasik yang dianggap
tidak memiliki wajah baru dan mulai stagnan serta kehilangan
kreativitasnya. Arsitektur klasik pada masa itu sudah menjadi
sebuah tradisi yang monoton sehingga tidak memunculkan
desain yang dianggap baru. Oleh karena itu, arsitektur modern
lahir sebagai sebuah kritik terhadap perkembangan arsitektur
klasik yang sudah mulai stagnan dan kehilangan kreativitasnya.

3.3 Penerapan Prinsip-Prinsip Arsitektur Modern


Ada beberapa pendapat atau paham arsitektur modern pada
masa 1900-1940 yaitu :
1. Arsitektur kubisme
Paham kubisme mulai dikenal sejak tahun 1910-1914
di Paris. Paham ini muncul karena kebosanan terhadap desain
klasik yang banyak menggunakan ornamentasi. Terinspirasi
oleh seni lukis, paham kubisme tidak hanya memperhatikan
bentuk dan warna dalam dimensi, tetapi juga fokus pada aspek
waktu. Dalam arsitektur, paham kubisme mengubah pandangan
bahwa bangunan hanya tentang selubung eksterior, tetapi juga
harus mempertimbangkan penataan ruang yang
dominan .Beberapa prinsip dasar arsitektur kubisme yang
diterapkan dalam desain atau karya arsitektur adalah sebagai
berikut:
 Keterhubungan antara ruang dalam dan ruang-ruang lainnya
seakan akan menyatu.
 Ruang-ruang yang terkait satu sama lain.
 Dinding, bukaan dan lantai merupakan elemen utama dalam
hubungan antar ruang
 Bukaan dalam sebuah bangunan mejadi media perantara
memasukan cahaya dan udara.
 Keterhubungan antar ruang dapat menimbulkan efisiensi
waktu dan menimbulkan kesinambungan.
 Jika dilihat semua sisi akan memiliki sebuah kesamaan.
2. Arsitektur De Stijl
Arsitektur De Stijl adalah gaya modern yang populer
pada tahun 1920-1930. Gaya ini muncul pada masa perang
dunia dan memiliki tujuan utama untuk menyatukan seni dalam
ruang. Contoh dari arsitektur De Stijl adalah proyek rumah
liburan De Vonk di Noordwijkhout yang dirancang oleh Theo
van Doesburg pada tahun 1924. Beberapa ciri dari arsitektur De
Stijl adalah:
 Menggunakan warna warna yang cerah.
 Mengaplikasikan garis yang kontras.
 Membentuk sebuah harmoni dalam menghasilkan sebuah
komposisi.
3. Gaya International
Gaya International berasal dari buku yang ditulis oleh
Henry-Russell Hitchcock dan Philip Johnson yang berjudul
"The International Style". Gaya ini mencerminkan karakteristik
umum dari modernisme di seluruh dunia. Beberapa prinsip
arsitektur gaya International adalah:
 Penyederhanaan bentuk.
 Penghilangan ornamen pada fasad, interior, dan struktur.
 Penggunaan struktur yang jujur.
 Penggunaan material fabrikasi atau sistem modul.
 Penggunaan bentuk geometri kubus sederhana.
 Fasade membentuk sudut 90°.
 Jendela membentuk bidang horizontal.
 Bentuk mengikuti fungsi.
Prinsip-prinsip arsitektur modern diambil berdasarkan
gabungan teori prinsip le cobuzier, sifat-sifat dan ciri-ciri
bangunan modern yang menurut peneliti mudah dimengerti
pada penerapannya yang akan dibagi pada tiga bagian yaitu
eksterior, interior dan material yang digunakan, berikut adalah
uraian prinsip-prinsip arsitektur modern diantaranya ialah :
1. Ekterior
 Fasad membentuk sudut 90°
 Bentuk sederhana yang tidak terdiri dari 3 bagian.
 The horizontal window / ribbon window.
 Roof (pemanfaatan area atap).
2. Interior
 Bukaan menjadi sebuah sirkulasi pencahayaan dan
penghawaan alami.
 Menggunakan warna cerah.
 Hubungan antar ruang seakan menyatu.
 Dinding, bukaan & lantai elemen utama dalam hubungan
anta ruang.
 Hubungan antar ruang yang baik dapat menimbulkan
efisiensi waktu.
 Ungkapan struktur yang jujur.
 Pilotis.
3. Bahan dan material
 Estetika pra-fabrikasi (material yang difabrikasi).
 Menggunakan sistem modul.
 Bahan dan material yang disesuaikan fungsi
penggunaanya.
3.4 Fungsi Esensial Arsitektur Modern
Dalam konteks arsitektur modern, teks tersebut
menjelaskan bahwa fungsi esensialnya adalah menciptakan
bangunan yang minimalis, fungsional, dan termanfaatkan
secara efisien. Konsep minimalis ini mencakup sikap dan
perilaku arsitek dalam berargumentasi, mengenali, dan
menuntun klien untuk mereduksi kebutuhan yang tidak penting.
Bangunan minimalis dihasilkan melalui proses yang
menekankan fungsi esensial, bukan sekadar tujuan akhir
bentuk, dan mencerminkan keberhasilan dalam memurnikan
fungsi tersebut.
Arsitektur minimalis dalam teks menekankan unsur-unsur
esensial dan fungsional, dengan bentuk geometris elementer
tanpa ornamen atau dekorasi yang menjadi karakteristiknya.
Fungsi esensial ini juga mencakup penggunaan unsur tropis,
terutama dalam bangunan minimalis di Medan, yang ditandai
dengan adanya teras. Teks juga menguraikan topik penelitian
terkait arsitektur minimalis, mencakup material, aplikasi pada
fasad bangunan, maksud, tujuan, dan batasan masalah.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Secara umum, arsitektur modern mencakup penerapan
prinsip-prinsip desain inovatif, fungsional, estetis, dan
mengikuti perkembangan zaman. Perkembangan arsitektur
modern dipengaruhi oleh gerakan-gerakan seperti Bauhaus dan
Art Deco, serta konsep International Style yang menekankan
form follows function. Perubahan dalam teknologi, sosial, dan
kebudayaan, terutama terkait Revolusi Industri, juga
memberikan landasan bagi pertumbuhan arsitektur modern.
Rapikan keinginan untuk mendongkrak kembali
degradasi ini. Pendorong pertumbuhan arsitektur modern
melibatkan pendidikan formal, kebutuhan baru, kemudahan
penggunaan bahan, promosi melalui pameran dan publikasi,
serta perencanaan bangunan yang dimulai dari kebutuhan dan
kegiatan.
Periode-periode dalam perkembangan arsitektur
modern menunjukkan evolusi dari konsep-konsep seperti “free
plan” hingga munculnya aliran-aliran seperti Minimalism,
Functionalism, dan Organic Architecture. Meskipun arsitektur
modern menampilkan keseragaman, fungsionalitas, dan
penggunaan material terbuka, perdebatan terus berkembang
seputar identitas dan estetika.

4.2 Saran
Penerapan prinsip-prinsip arsitektur modern dapat lebih
ditekankan pada:
 Untuk Pendidikan Formal: Mengintegrasikan pemikiran
modern dalam kurikulum arsitektur untuk mendorong
perkembangan ide-ide inovatif.
 Untuk Fungsi-fungsi Kebutuhan Baru: Mengutamakan desain
bangunan yang memenuhi kebutuhan kontemporer, seperti
perumahan yang efisien dan ramah lingkungan.
 Untuk Penggunaan Bahan: Terus menjelajahi material
inovatif dan ramah lingkungan dalam desain arsitektur
modern.
 Untuk Promosi: Meningkatkan promosi melalui platform
pameran, publikasi, dan perdebatan untuk memperluas
pemahaman masyarakat tentang arsitektur modern.
 Untuk perencanaan Bangunan: Tetap fokus pada perencanaan
yang dimulai dari kebutuhan dan kegiatan, sehingga
bangunan tidak hanya memenuhi estetika tetapi juga
fungsionalitasnya.
Pengaruh di Indonesia: Arsitektur modern masuk ke
Indonesia melalui pengaruh kolonialisme, di mana arsitek
Eropa berkontribusi pada desain bangunan. Selain itu,
muncul sebagai reaksi terhadap kebosanan terhadap desain
klasik yang dianggap stagnan. Pengaruh ini menciptakan
keragaman dalam arsitektur Indonesia, menampilkan
perpaduan antara modernitas dan elemen-elemen lokal.
M

IV
ARSITEKTUR
POST-MODERN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Arsitektur Post-Modern di latar belakangi adanya
“kegagalan” dari Arsitektur Modern, dimana muncul kebosanan
dalam keseragaman, tiada identitas diri pada lokasi, belenggu
ektivitas dan efisiensi dari produk massal serta pengaruh kuat
dari proses industrilisasi komponen bangunan.
Kegagalan bangunan tersebut membuktikan bahwa dasar
filosofi dan teori Arsitektur Modern sudah tidak relevan lagi
dengan tuntutan zaman. arsitektur post-modern terjadi pada
tahun 1960-an sebagai reaksi terhadap arsitektur modern yang
dianggap monoton dan tidak wajar.
Gerakan ini muncul sebagai reaksi kritis yang didorong
oleh arsitek dan tanggapan terhadap arsitektur modern yang
berlaku pada pertengahan abad ke-20, di mana arsitek post-
modern memiliki antarmuka yang kaku dan tanpa ruang yang
dibangun dengan bahan modern yang elegan seperti baja dan
kaca.
Arsitektur post-modern menggabungkan gaya arsitektur
tradisional dan non-tradisional, serta menggunakan dua unsur
dan bersifat double coding.
Beberapa tokoh arsitektur post-modern terkenal adalah Charles
Jenks, Venturi, Philip Johnson, dan Michael Graves. Mereka
berkembang lebih jauh dan mengelola berbagai aliran dengan
perbedaan pendekatan seperti hi-tech architecture, arsitektur
neo-klasik, dan gaya arsitektur dekonstruktivisme.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Arsitektur Post-Modern?
2. Apa saja ciri-ciri Arsitektur Post-Modern?
3. Apa saja aliran-aliran dalam Arsitektur Post-Modern?
4. Apa fungsi Arsitektur Post-Modern?
5. Siapa saja tokoh berpengaruh dalam Arsitektur Post-
Modern?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Arsitektur Post-Modern
2. Untuk mengetahui ciri-ciri Arsitektur Post-Modern
3. Untuk mengetahui aliran-aliran dalam Arsitektur Post-
Modern
4. Untuk mengetahui fungsi Arsitektur Post-Modern
5. Untuk mengetahui tokoh berpengaruh Arsitektur Post-
Modern.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. ARSITEKTUR POST-MODERN
Post Modern adalah reaksi dari ilmu pengetahuan,
konsentrasi manusia pada budaya rasionalisme yang
berkembang baik di Eropa maupun Amerika dalam beberapa
abad terakhir. Post modern merombak konsep modernisme
yang berusaha memutus hubungan dengan masa seni dan
arsitektur klasik. Terkadang post modern juga digambarkan
seperti menganjurkan untuk memperbaiki kembali nilai
arsitektur dengan kembali menghadirkan elemen-elemen
arsitektur konvensional dan menjadi lebih pluralistik dengan
memperluas perbendaharaan gaya dan bentuk yang tersedia
bagi perancang. Walaupun tidak sepopuler design arsitektur
lainnya, arsitektur post modern masih terus berkembang hingga
tahun 1990- an, di mana arsitek yang terkenal sebagai tokoh
arsitektur post modern adalah Charles Jenks, Venturi, Phillip
Jhonson dan Michael Graves.
Menurut Frank O. Gehry (1991), post modern merupakan
suatu perpaduan antara arsitektur modern dengan arsitektur
tradisional yang memiliki ciri ganda dan lebih berorientasi serta
menterjemahkan makna secara pribadi yang berupa teknologi,
bahan bangunan, kebudayaan, tatanan masyarakat, tingkat
sosial, nilai historis, langgam bangunan, serta lingkungan
sebagai salah satu bagian penting dari arsitektur. Post modern
selalu berusaha mempertahankan bangunan lama yang
memiliki nilai sejarah tinggi dengan cara membuatnya
berdampingandengan bangunan baru sehinga keduannya akan
saling mendukung.
2. Fenomena Post-Modernisme dalam Arsitektur Abad ke-
21
Jurnal ini membahas tentang fenomena Post-Modernisme
dalam arsitektur abad ke-21. Post-Modernisme adalah aliran,
pemikiran, dan filsafat yang mempengaruhi kebudayaan
manusia pada abad ke-21. Jurnal ini membahas pengaruh Post-
Modernisme pada berbagai aspek kehidupan manusia seperti
seni, arsitektur, sastra, komunikasi, fashion, gaya hidup, dan
teknologi. Selain itu, jurnal ini juga membahas latar belakang
lahirnya Post-Modernisme dalam bidang arsitektur, tokoh-
tokoh pemikir yang mempengaruhi lahirnya Post-Modernisme,
serta ciri-ciri utama kebudayaan manusia abad ke-21 yang
ditandai dengan berkembangnya era informasi.
3. UNSUR KOMUNIKASI DALAM ARSITEKTUR
POST-MODERN
Jurnal ini membahas tentang unsur komunikasi dalam
arsitektur post-modern. Di dalamnya terdapat informasi tentang
perkembangan gerakan arsitektur modern dan tahap-tahapnya,
serta arsitek-arsitek terkenal pada periode tersebut. Pada
arsitektur post-modern, bahasa tidaklah selalu tetap melainkan
berubah sesuai dengan waktu dan tuntutan zaman. Dua ciri
pokok Arsitektur Post-Modern adalah anti rasional dan neo-
sculptural, berbeda dengan Arsitektur Modern yang rasional
dan fungsional.
4. KONSEP SEMIOTIK CHARLES JENCKS DALAM
ARSITEKTUR POST-MODERN
Jurnal ini membahas tentang konsep semiotika arsitektur
postmodern oleh Charles Jencks. Jencks melihat arsitektur
postmodern sebagai tanda yang terdiri dari penanda dan
petanda. Penanda adalah bangunan itu sendiri, sedangkan
petanda adalah isi dari bentuk. Hubungan antara penanda dan
petanda memunculkan signifikansi arsitektural. Arsitektur
postmodern juga menganut hubungan kemiripan antara tanda
dengan yang diwakilinya (ikon), menganut hubungan
keterkaitan kausalitas (indeks), dan menganut konvensi atau
kesepakatan yang dibentuk secara bersama oleh pengguna
arsitektur (simbol). Jencks juga melihat arsitektur postmodern
sebagai sebuah teks yang harus ditafsirkan. Jurnal ini
membahas perbedaan antara arsitektur modern dan postmodern,
serta memberikan beberapa contoh arsitektur postmodern yang
mengadopsi konsep semiotika Jencks.
5. KONSEP ARSITEKTUR POST-MODERN DI FASAD
BANGUNAN KASUS: TEATER TAMAN ISMAIL
MARZUKI, CIKINI
Jurnal ini membahas tentang konsep arsitektur post-
modern yang dapat diaplikasikan pada fasad bangunan di
kawasan Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Jurnal ini membahas
teori post-modern, variabel yang terkait, dan teori dasar dari ciri
bangunan bersejarah yang berada di sekitar Taman Ismail
Marzuki. Selain itu, jurnal ini juga membahas langkah-langkah
studi yang dilakukan untuk mengeksplorasi fasad bangunan
bersejarah di sekitar Kawasan Taman Ismail Marzuki, Cikini
dan menghasilkan konsep bangunan post-modern yang telah
disesuaikan dengan Kawasan Cikini.
6. ARSITEKTUR “POST-MODERN” SEBAGAI SUATU
FENOMENA DAN INOVASI DALAM PROSES
PERKEMBANGAN ARSITEKTUR
Pokok bahasan utama jurnal ini adalah perkembangan
dan karakteristik arsitektur post-modern sebagai respon
terhadap arsitektur modern. Jurnal ini membahas kemunculan
arsitektur post-modern sebagai produk budaya dan
mengeksplorasi berbagai gerakan dalam post-modernisme.
Jurnal ini juga menggali konsep ambiguitas dalam arsitektur
post-modern dan dampaknya terhadap desain dan persepsi.
Secara keseluruhan, jurnal ini berfokus pada evolusi dan aspek
inovatif arsitektur post-modern.
7. Konsep Arsitektur Panti Rehabilitasi Ketergantungan
Narkotika & Psikotropika Di Makassar, Pendekatan
Arsitektur Postmodern Historiscm
Jurnal tersebut membahas tentang konsep desain
arsitektur pusat rehabilitasi kecanduan narkoba dan
psikotropika di Makassar, Indonesia. Tujuan dari pusat ini
adalah untuk menyediakan lingkungan pengasuhan bagi
individu untuk mengatasi kecanduan mereka dan kembali ke
keadaan semula. Gaya arsitektur postmodern-historisisme
diusulkan sebagai pendekatan perancangan bangunan yang
bertujuan untuk menciptakan suasana berbeda yang secara tidak
langsung mendukung proses pemulihan penghuni. Rencananya,
balai tersebut mencakup unit medis, unit rehabilitasi
psikososial, unit psikologi, unit keagamaan, dan unit
residensial. Bangunan tersebut direncanakan di atas lahan
seluas 4,3 hektar di Kecamatan Manggala, Kota Makassar.
Lokasi tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan perencanaan
kota untuk pelayanan sosial dan permukiman. Jurnal tersebut
juga membahas pentingnya memberikan pelayanan yang baik
dan perawatan intensif untuk mendukung kesembuhan warga.
Beberapa studi kasus pusat rehabilitasi disajikan, antara lain
Betty Ford Centre, Rehabilitasi Lido, Sunset Malibu, dan
Rehablitasi Baddoka. Konsep arsitektur pusat rehabilitasi ini
didasarkan pada gaya postmodern-historisisme, yang
melibatkan penggabungan elemen arsitektur bersejarah dan
penggunaan berbagai warna dan bahan. Jurnal tersebut juga
membahas pentingnya mempertimbangkan faktor non-
arsitektur, seperti fungsi sosial bangunan dan kebutuhan untuk
menciptakan suasana hangat dan monumental. Jurnal tersebut
lebih lanjut menjelaskan perlunya perencanaan ruang yang
cermat, termasuk sirkulasi dan orientasi, serta pemilihan warna
dan bahan yang mendukung lingkungan yang tenang dan
menyejukkan bagi penghuninya. Perancangannya juga
mempertimbangkan penggunaan elemen modular dan
pemilihan sistem struktur yang kuat, ekonomis, dan mudah
perawatannya. Jurnal ini diakhiri dengan daftar referensi untuk
bacaan lebih lanjut mengenai topik tersebut. Singkatnya, jurnal
ini memberikan gambaran komprehensif tentang konsep
arsitektur pusat rehabilitasi kecanduan narkoba dan
psikotropika di Makassar, Indonesia. Ini membahas
pertimbangan desain, termasuk gaya arsitektur, perencanaan
ruang, warna, bahan, dan sistem struktur. Jurnal ini juga
menekankan pentingnya menciptakan lingkungan yang
mendukung proses pemulihan warga dan memberikan rasa
hangat dan monumental.
8. PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR POST
MODERN PADA
PENGEMBANGAN BANGUNAN UNIVERSITAS
DUMOGA DI KOTAMOBAGU
Jurnal tersebut membahas tentang penerapan arsitektur
postmodern dalam pengembangan gedung Universitas Dumoga
di Kotamobagu. Kondisi gedung saat ini tidak memadai untuk
menampung jumlah siswa yang terus meningkat, dan lokasinya
yang berada di pusat kota penting untuk tujuan estetika.
Arsitektur postmodern digambarkan sebagai penolakan dan
koreksi terhadap kesalahan arsitektur modern. Pembangunan
gedung mempertimbangkan kebutuhan perbaikan fasilitas,
zonasi, fasilitas yang memadai, penataan ruang yang baik, area
parkir, dan ruang hijau. Desainnya juga memasukkan unsur
budaya Bolaang Mongondow dan arsitektur modern. Struktur
bangunan dirancang tahan gempa, dengan struktur bawah
menggunakan pondasi tiang pancang dan struktur atas
menggunakan balok dan kolom beton bertulang. Bagian dalam
bangunan menggunakan pencahayaan dan ventilasi alami,
sedangkan bagian luarnya mencakup ruang hijau dan area
untuk membaca dan berdiskusi. Bangunan ini juga
menggabungkan sistem utilitas seperti penerangan, ventilasi,
distribusi air, dan pengelolaan limbah. Jurnal ini menekankan
pentingnya mempertimbangkan aspek budaya dan estetika
bangunan selain bentuk fisiknya. Secara keseluruhan, dokumen
tersebut memberikan gambaran menyeluruh mengenai
penerapan arsitektur postmodern dalam pengembangan gedung
Universitas Dumoga.
9. KAJIAN PERKEMBANGAN ARSITEKTUR
POSTMODERN PADA BANGUNAN KOTA MEDAN
Seiring perkembangan kebudayaan, arsitektur pun mengalami
evolusi, menjadi produk budaya dan peradaban manusia dalam
bentuk bangunan. Awalnya berfungsi sebagai tempat
perlindungan sementara, arsitektur berkembang menjadi
lingkungan binaan dengan bentuk, struktur, fungsi, ragam hias,
dan cara pembuatan yang turun temurun. Penelitian ini
menitikberatkan pada perkembangan arsitektur post-modern di
Kota Medan, dengan fokus pada identifikasi bangunan yang
merespon tren tersebut. Melalui rumusan permasalahan,
penelitian ini bertujuan memberikan pemahaman mendalam
tentang evolusi arsitektur post-modern di Kota Medan dan
mengidentifikasi bangunan yang mencerminkan tren tersebut.
10. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
MASJID TRANSIT DENGAN GAYA ARSITEKTUR
POST MODERN DI SRAGEN
Dengan meningkatnya penggunaan transportasi darat,
terutama bus, di Indonesia, terutama pada waktu arus mudik
dan arus balik, serta pertumbuhan penduduk yang mayoritas
memeluk agama Islam, muncul kebutuhan akan sarana yang
dapat menampung para pengguna transportasi darat.
Pembangunan masjid transit dianggap sebagai solusi tepat
untuk mengatasi masalah ini, dengan memanfaatkan lahan
kosong yang belum dioptimalkan secara maksimal. Masjid ini
diharapkan dapat memberikan tempat istirahat sejenak bagi
para wisatawan atau pengguna transportasi darat,
memungkinkan mereka untuk melaksanakan kewajiban ibadah.
Dengan lahan yang strategis, masjid transit ini dapat
menampung bus-bus yang parkir, dilengkapi dengan taman-
taman untuk refreshing dan area rekreasi anak, serta fasilitas
pendukung seperti tempat berbelanja, restoran, dan bengkel
servis. Penelitian ini fokus pada jalur Solo-Ngawi, di mana
belum terdapat masjid transit dengan fasilitas yang memadahi,
dan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi musafir dan
penduduk setempat
11. KAJIAN KONSEP ARSITEKTUR
POSTMODERN PADA BANGUNAN GEDUNG 550
MADISON
Jurnal ini membahas tentang kajian konsep arsitektur
postmodern pada bangunan Gedung 550 Madison Avenue di
New York City. Metode penelitian yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif dengan pengambilan data studi literatur.
Tujuan dari penelitian jurnal ini adalah untuk memahami
penerapan konsep arsitektur postmodern pada bangunan
perkantoran serta dapat mendeskripsikan mengenai objek
penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data
yang berhubungan dengan topik penelitian, yaitu arsitektur
postmodern dan Bangunan Komersil. Data yang digunakan
berasal dari sumber literatur karena kondisi studi kasus yang
berada di luar Indonesia serta dengan kondisi pandemi covid-
19.
12. KAJIAN KONSEP ARSITEKTUR
POSTMODERN PADA BANGUNAN GEDUNG
PORTLAND
Postmodern muncul sebagai gabungan dari arsitektur modern
dan arsitektur tradisional dengan ciri gabungan yang berfokus
pada teknologi, kebudayaan, material bangunan, tatanan
masyarakat, nilai sejarah, gaya bangunan, dan lingkungan.
Arsitektur postmodern mengedepankan fungsionalisme.
Konsep postmodern menciptakan desain bangunan lama yang
modern dengan unsur elemen hias untuk memunculkan sisi
estetika bangunan. Bangunan komersil didirikan di lokasi
strategis dimana pusat kegiatan mengacu dan berorientasi pada
bangunan komersil, sehingga mudah dilihat, dicari dan
dijangkau. Untuk mempermudah pengunjung dalam
menjangkau visualnya, bangunan komersil dapat mendesain
fasad yang menarik dan membuat fungsi bangunan terlihat
jelas.
Bentuk bangunan komersil menekankan pada fungsi,
kejelasan identitas dan bersifat ekonomis sehingga penerapan
arsitektur postmodern muncul sebagai suatu gambaran yang
tepat dalam merealisasikan penerapan arsitektur postmodern.
Analisis berfokus pada Gedung Portland, yang berada di
Oregon salah satu negara bagian di Amerika Serikat, dari hasil
analisis bisa disimpulkan bahwa prinsip-prinsip arsitektur
postmodern jencks, mengacu pada keterkaitan diantaranya
dalam desain ada keharmonisan pada fasad, serta ada elemen
historical, serta mengedepankan fungsional dari bangunan
tersebut yang diperuntukan sesuai dengan fungsinya, serta ada
unsur keselarasan dari warna dan bentuk pada bangunan, tidak
luput dari penilaian eksterior dan interior pada bangunan. Hasil
kesimpulan akhir bahwa prinsip-prinsip arsitektur postmodern
ini bisa diterapkan pada bangunan komersil, dengan contoh
studi kasus gedung portland.
13. PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR
POSTMODERN PADAFASAD BANGUNAN MUSEUM
Berdasarkan ketiga sampel studi tersebut yang
membandingkan serta mengidentifikasi karakteristik fasad
museum dengan prinsip arsitektur postmodern,
makadiperoleh kesimpulan berdasarkan analisis penulis yaitu
penerapan prinsip ornamentasi dan dekorasi serta prinsip
improvisasi bentuk terwujudmelalui bentukatap,dinding, dan
sun shadingmuseum. Hal tersebut berfungsisebagai
penunjang penampilan pada eksterior bangunan sertaberfungsi
sebagai kenyamaman akustik,termal dan visual pada
interior bangunan. Prinsip kaya warna terwujud pada
seluruh elemen fasad bangunanyang berfungsisebagai
penunjang penampilan pada bangunan museumserta sebagai
penunjang kenyaman termal dan visual pada interior
bangunan. Penerapan prinsip komunikatif terwujud pada atap,
dinding, jendela, dan pintu masuk bangunanmuseum.Hal
tersebut berfungsi sebagai penunjang penampilanpada
eksterior,serta berfungsi sebagai penunjang kenyamaman
akustik,termal dan visual pada interior
bangunanmuseum.Prinsip representasi terwujudpada atap,
dinding, dan jendela bangunan sebagai penunjang
penampilanpada eksterior bangunan,serta sebagai penunjang
kenyamanan akustik,termal, dan visual pada interior
bangunan.Pada hasil analisis penerapan arsitektur
postmodern dalam kriteria perancangan fasad suatu
museumdiatas, tulisanini mendukung pernyataan Yunci Cai
(2009).Keberadaan museum postmodern dapat
menarikperhatianpengunjungmelalui tampilan bangunan yang
atraktif.Hal tersebut terwujud pada keseluruhan elemen fasad
bangunan (atap, dinding, jendela, pintu, sun shading) yang
memiliki keragaman bentuk,memiliki makna/arti yang
terkandung didalamnya serta menyesuaikan dengan karakter
lingkungan sekitar bangunan. Museum dengan pendekatan
arsitektur postmodern dapat menghilangkan citra museum
yang monoton menjadi museum yang baru serta atraktif
bagi pengunjung melalui karakter visual pada museum.
14. INTERAKSI SUFISME, EKOLOGI DAN
TEOLOGI DI ERA POSTMODERNISME: ANTARA
WAHDAT AL-WUJÛD IBN‘ARABI DAN SÛLUK AL-
GHAZALI
Era postmodernisme hadir sebagai kritik terhadap era
modern yang dianggap gagal dan mendatangkan pelbagai
masalah baru. Pergeseran wacana tersebut membuat pintu
kajian yang berbasis metafisika menjadi terbuka, dan ruang
lingkup kajian yang semakin dinamis. Kajian keislaman
mendapatkan kesempatan untuk bangkit dan mapan kembali,
sekaligus menepis pelbagai pengaruh dan serangan yang
bersinggungan dengan topik kajian keislaman sejak era modern
seperti paham postivisme, materialisme, liberalisme, sosialisme
dan marxisme yang secar tidak sadar telah bersinggungan
dengan persoalan akidah Islam. Ekosufisme dan konsep sufistik
sebagai metodologi bagi teologi Islam dapat menjadi langkah
awal dalam mengatasi pengaruh yang datang dari luar tersebut,
sekaligus membangun kemapanan akidah dari dalam melalui
konsep sulûk yang digagas oleh al-Ghazali. Integrasi tasawuf
dengan ekologi dan teologi menjadi suatu pergerakan yang
dapat menyeimbangkan peran muslim di era sekarang, serta
dapat menggerakkan kembali kepada spirit pengetahuan suci
yang sudah semakin kabur dan nyaris hilang pemaknaannya,
bahkan oleh umat Islam itu sendiri.
15. Konsep Arsitektur Post Modern pada
Perancangan Mall Pelayanan Publik dikota Malang Jawa
Timur
Dalam mendesain Mall Pelayanan Publik di Kota
Malang Jawa Timur ini terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan, terlebihmengenai penerapan Tema
IntegrasiSuperblok. Dalam mendesain bangunan tersebut
perlu dipertimbangkan secara matang,penerapan bentuk
dasar bangunan ini dari bentuk –bentuk dasar geometri yaitu
persegi atau persegi panjang karena bentuk tersebut merupakan
bentuk yang paling sesuai dengan aktifitas kegiatan
didalam ruangnya. Sehingga mudah dalam pembagian
ruangnya sehingga memiliki alur sirkulasi yang jelasdan saling
terhubung bangunan utama dengan bangunan pendukung.
Sedangkan untuk ruang, dengan tema IntegrasiSuperblok.
Sehingga ruang akan didesainsaling terhubung dengan ruang
lain nya jadi terintegrasi dengan baik. serta hubungan
antara ruang luar dengan ruang dalam harus selaras
sehingga kenyamanan ruang dapat tercapai pada rancangan
mall pelayanan publik.Pada desain tatanan lahan bangunan
yang terIntegrasidengan terminal arjosari sehingga
pengunjung dapat juga menggunakan transportasi umum
untuk mencapai Mall Pelayanan Publik, serta penataan massa
yang dibuat saling terhubung satu dengan massa bangunan lain.
Saran yang dapat disampaikan pada laporan Konsep Arsitektur
ini agar pencapaian dalam merancang Mall Pelayanan Publik
ini menjadi maksimal yakni perlu memberikan suatu desain
yang sesuai terhadap desain dengan memperhatikan aktifitas
fungsi dan tujuan bangunan tersebutserta penyesuaian tema
terhadap fungsi bangunan guna membuat bangunan tersebut
sesuai dengan tujuan perancangan. Ke depannya, dalam
perancanganMall Pelayanan Publik Kota Malang dapat
menerapkanKonsep Arsitektur Post Modernsecara maksimal,
melalui bentuk Tradisional dan penggunaan Material Modern
tersebut sesuai dengan tujuan dari konsep Arsitektur Post
Modern.

BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN

2.1 ARSITEKTUR MODERN


Arsitektur postmodern adalah gerakan abad ke-20
yang muncul sebagai reaksi terhadap arsitektur modern yang
dianggap monoton. Gerakan ini dicirikan oleh perpaduan gaya
klasik dan modern yang tidak wajar dan eklektik untuk
menciptakan karya arsitektur tunggal yang bercita-cita terlihat
tidak seperti sebelumnya-sebelumnya.
Arsitektur postmodern muncul pada tahun 1960-an
dan 1970-an sebagai reaksi kritis terhadap arsitektur modern
yang dianggap kaku dan tanpa ruang, serta sebagai upaya untuk
menciptakan "penampilan yang indah" dalam arsitektur.
Ciri-ciri utama arsitektur postmodern meliputi
perpaduan gaya arsitektur dan era, penggunaan keragaman
gaya, dan kontekstualitas dalam merespons konteks local.
postmodernisme mempengaruhi arsitektur kontemporer hingga
saat ini.
Seorang tokoh pencetus post modern, Charles Jenks,
menguraikan 3 alasan dasar lahirnya post modern, yaitu :
1. Berkembangnya kehidupan manusia dari kehidupan yang
serba terbatas menjadi kehidupan yang tanpa batas, akibat
canggihnya komunikasi dan tingginya daya tiru manusia
2. Kecanggihan teknologi telah memungkinkan produk-produk
pribadi dapat diproduksi lebih dari produksi massal dan
tiruan massal yang merupakan ciri khas modernisme
3. Kecendrungan untuk kembali kepada nilai-nilai tradisional

2.2 Karya Arsitektur Post Modern


1. National Bank of Georgia, Tbilisi, Georgia

Gedung yang dulu difungsikan sebagai kantor pusat


kementrian perhubungan ini terletak di ibu kota Georgia,
Tbilisi. Bangunan yang terletak di daerah berkontur
pegunungan dengan bukitnya yang curam ini dibangun oleh
para arsitek Georgia. Dengan luas bangunan 10.960 m2,
gedung ini memiliki 18 lantai dengan lima struktur horizontal
yang saling menumpuk satu sama lain.
2. Public Services Building, Portland, Oregon
Dibangun pada tahun 1980-1982 oleh seorang arsitek
asal Amerika Serikat Michael Graves, gedung ini menjadi
pelopor dan banyak memberikan inspirasi pada perkembangan
arsitektur post modern. Bentuk globalnya sangat sederhana,
menyerupai kotak atau blok, ada yang berpendapat gedung ini
menyerupai kotak kado natal raksasa, bahkan ada pula yang
berpendapat gedung oni seperti dadu.
3. Museum Tsunami Aceh, Banda Aceh,Indonesia

Museum yang menjadi salah satu icon Kota Banda


Aceh ini merupakan salah satu bangunan yang menerapkan
design post modern yang diadopsi dari bangunan Rumoh Aceh.
Lantai dasar dari Museum Tsunami Aceh ini mengambil
filosofi dari kolom Rumoh Aceh, di buat terbuka sebagai
antisipasi pada saat terjadi bencana.

2.2 TOKOH BERPENGARUH DALAM ARSITEKTUR


POST-MODERN
Arsitektur post-modern tidak berasal dari satu toko arsitektur
atau individu tertentu, tetapi merupakan gerakan dan
pandangan yang berkembang dalam komunitas arsitek dan
desainer selama abad ke-20. Beberapa arsitek dan karya-karya
mereka dapat diidentifikasi sebagai kontributor signifikan
dalam mengembangkan arsitektur post-modern. Namun, tidak
ada satu "toko" atau individu yang secara eksklusif
mencetuskan arsitektur post-modern. Berikut adalah beberapa
arsitek yang terkenal dalam konteks arsitektur post-modern:
1. Robert Venturi (1925-2018):

o Venturi dianggap sebagai salah satu arsitek utama dalam


pengembangan arsitektur post-modern.
o Karyanya yang terkenal termasuk "Complexity and
Contradiction in Architecture" (1966) yang
memperkenalkan konsep "disjunctive" dan perlawanan
terhadap prinsip-modernisme.
o Salah satu karya arsitektur post-modern venturi adalah
Vanna Venturi House - Philadelphia, Pennsylvania, AS:
Sebuah rumah tinggal yang dianggap sebagai salah satu karya
arsitektur post-modern paling ikonik. Dikenal dengan gaya
dekonstruksi dan penggunaan elemen arsitektur yang kontras.
2. Charles Jencks (1939-2019):

o Jencks adalah seorang kritikus arsitektur dan penulis yang


memainkan peran penting dalam mengartikulasikan dan
mengembangkan gagasan-gagasan post-modern.
o Buku-bukunya, seperti "The Language of Post-Modern
Architecture" (1977), menguraikan prinsip-prinsip dan
karakteristik arsitektur post-modern.
o Salah satu contoh karya arsitektur post-modern Jencks
adalah The Garden of Cosmic Speculation - Dumfries,
Skotlandia:

Sebuah taman yang mencakup elemen-elemen geometris dan


struktural yang menciptakan tampilan yang unik dan
konseptual.
3. Michael Graves (1934-2015):

o Sebagai seorang arsitek dan perancang produk, Graves


dikenal karena menciptakan karya-karya arsitektur post-
modern yang menonjol.
o Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah Denver
Public Library dan Humana Building di Louisville,
Kentucky.
Desain perpustakaan yang menciptakan tampilan yang menarik
dengan menggunakan bentuk-bentuk yang unik dan warna-
warna yang beragam.
4. Philip Johnson (1906-2005):

o Johnson adalah arsitek Amerika yang memiliki pengaruh


besar dalam perkembangan arsitektur abad ke-20.
o Karyanya mencakup AT&T Building di New York City,
yang merupakan salah satu contoh terkenal dari arsitektur
post-modern.
o Salah satu contoh karya arsitektur post-modern Johnson
adalah Sony Building (sekarang 550 Madison Avenue) -
New York City, AS:
Bangunan komersial lain yang menampilkan ciri-ciri post-
modern, seperti struktur yang berbeda-beda untuk setiap lantai
dan pemakaian elemen ornament mentasi.
5. Aldo Rossi (1931-1997):

o Rossi adalah seorang arsitek Italia yang memenangkan


Pritzker Prize pada tahun 1990.
o Karyanya mencerminkan pendekatan post-modernisme yang
menekankan pada kontinuitas sejarah dan identitas kultural.
o Salah satu contoh karya arsitektur post-modern Aldo Rossi
adalah Teatro del Mondo (Teater Dunia) - Venesia, Italia,
Bangunan ini adalah paviliun untuk Bienal Seni Rupa
Venesia dan mencerminkan pendekatan Rossi terhadap simbol
dan bentuk yang kuat. Meskipun individu ini berkontribusi
pada gerakan arsitektur post-modern, gerakan ini sebenarnya
adalah hasil dari kolaborasi dan interaksi di antara banyak
arsitek, teoretikus, dan pelaku industri arsitektur pada waktu
itu. Tidak ada satu toko atau individu tunggal yang dapat
dianggap sebagai pencetus eksklusif dari arsitektur post-
modern

2.3 CIRI-CIRI ARSITEKTUR POST-MODERN


Dalam perkembangannya, Arsitektur post modern
tidak terlepas dari arsitektur modern. Berbeda dengan arsitektur
modern yang mempunyai ciri-ciri rasional dan fungsional,
arsitektur postmodern mempunyai dua ciri utama: anti-rasional
dan neo-patung. Ciri pahatan bangunan ini sangat mencolok
karena dihiasi ornamen dari zaman Barok dan Renaisans.
Arsitektur postmodern sering disebut dengan arsitektur
Neomodern karena merupakan perpaduan gaya arsitektur
Modern dan arsitektur Neo- Klasik. Bangunan postmodern
mempunyai konsep tertentu, ciri-ciri dasarnya, dan tidak hanya
dapat digunakan sebagai gaya, tetapi juga sebagai abstraksi
untuk mengekspresikan sesuatu.
Secara visual ciri ini dapat dilihat pada bangunan post
modern hingga neo modern. Melalui penggunaan bentuk,
material, warna struktural, dan teknologi, arsitek
mengembangkan postmodernisme menjadi aliran berbeda
seperti plastisisme, supremasi, dan teknologi tinggi.
Menurut Budi Sukada dalam Agus Dharma edisi , ada
sepuluh ciri arsitektur postmodern. Namun apabila suatu karya
arsitektur mempunyai enam dari ciri tersebut, maka dapat
digolongkan sebagai arsitektur postmodern .
Kesepuluh ciri tersebut adalah:
1. Mengandung unsur-unsur komunikatif yang bersifat populer
2. Membangkitkan kembali historik
3. Memiliki konteks urban
4. Menerapkan kembali teknik ornamentasi
5. Bersifat representasional
6. Memiliki wujud metaforik
7. Dihasilkan dari partisipasi
8. Mencerminkan aspirasi umum
9. Memiliki sifat plural
10. Memiliki sifat eklektik
Charles Jencks , sebagai seorang pelopor arsitektur
modern, mengklasifikasikan ciri-ciri arsitektur postmodern
sebagai berikut:
a. Ideological adalah konsep yang memberikan arah agar
pemahaman postmodern terarah dan sistematis;
b. Stylist adalah suatu ragam (cara, ragam, rupa, bentuk, dan
sebagainya) yang khusus, gaya dalam arsitektur post
modern merupakan suatu pemahaman cara, rupa, bentuk dan
sebagainya yang khusus dalam arsitektur post modern; dan
c. Design Idea, Ide-ide desain dalam arsitektur post modern
adalah suatu gagasan perancangan yang mendasari
arsitektur post-modern.

2.4 ALIRAN-ALIRAN DALAM ARSITEKTUR POST-


MODERN
Pada akhir 1990-an, arsitektur modern berkembang
lebih jauh dan terbagi dalam beberapa aliran, di mana aliran-
aliran dalam arsitektur modern ini diklasifikasikan berdasarkan
konsep perancangan dan respon
design terhadap lingkungannya. Charles Jenks
mengelompokkan arsitektur post modern menjadi enam aliran
yang menurutnya sudah ada sejak tahun 1960-an, yaitu:
1. Historism, ditandai dengan pemakaian elemen-elemen klasik
pada bangunan yang digabungkan dengan pola-pola modern
2. Straight Revivalism, ditandai dengan kebangkitan kembali
langgam neo klasik ke dalam bangunan yang bersifat
monumental
3. Neo-Vernacularism, ditandai dengan penggunaan kembali
elemen tradisional dengan bentuk dan pola-pola bangunan
lokal
4. Contextualism atau sering juga disebut Urbanism, ditandai
dengan perhatian terhadap lingkungan dalam penempatan
bangunan sehingga didapatkan komposisi bangunan yang
serasi
5. Metaphor & Metaphisical, yaitu dengan mengekspresikan
baik secara eksplisit dan implisit ungkapan metafora dan
metafisika atau spiritual ke dalam bentuk bangunan
6. Post-Modern Space, yaitu memperlihatkan ruang dengan
megkomposisikan komponen bangunan itu sendiri
2.5 FUNGSI ARSITEKTUR POST-MODERN
Arsitektur post-modern memiliki berbagai fungsi dan
peran dalam dunia arsitektur dan masyarakat. Beberapa fungsi
utama arsitektur post-modern antara lain:
1. Ekspresi Kreativitas dan Kebebasan Artistik: Arsitektur
post-modern berfungsi sebagai platform untuk
mengekspresikan kreativitas tanpa batasan aturan atau gaya
konvensional. Ini memberikan kebebasan kepada arsitek untuk
merancang bangunan dengan pendekatan yang lebih inovatif
dan eksperimental.
2. Penggabungan Elemen Tradisional dan Modern: Salah
satu fungsi utama arsitektur post-modern adalah
menggabungkan elemen-elemen tradisional dengan unsur-unsur
modern. Ini menciptakan desain yang menghormati warisan
sejarah sambil menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman
kontemporer.
3. Penantang Norma-norma Konvensional: Arsitektur post-
modern berfungsi sebagai bentuk perlawanan terhadap norma-
norma dan aturan-aturan konvensional dalam arsitektur.
Melalui keberanian untuk melanggar batasan, arsitektur ini
menciptakan terobosan dalam konsep desain.
4. Pembentukan Identitas Lokal dan Global: Dengan
memadukan elemen-elemen lokal dan global, arsitektur post-
modern membantu membentuk identitas lokal sambil tetap
terhubung dengan tren dan ide global. Ini membawa keunikan
pada suatu tempat tanpa meninggalkan konteks global.
5. Pertimbangan Lingkungan dan Keberlanjutan:
Beberapa proyek arsitektur post-modern menekankan
pertimbangan lingkungan dengan mengadopsi teknologi ramah
lingkungan dan desain yang mendukung keberlanjutan. Ini
mencerminkan perhatian terhadap isu-isu lingkungan global.
6. Penekanan pada Pengalaman Pengguna: Fungsi
arsitektur post-modern mencakup penciptaan ruang yang
memberikan pengalaman pengguna yang unik dan memuaskan.
Fleksibilitas ruang, interaksi visual, dan permainan elemen
desain menjadi aspek penting yang memengaruhi kenyamanan
dan kepuasan penghuni.
7. Penciptaan Identitas Kota dan Landmark: Bangunan-
bangunan post-modern yang ikonik sering kali berfungsi
sebagai landmark dan menciptakan identitas visual untuk kota
atau wilayah tertentu. Mereka dapat menjadi ciri khas yang
mencirikan karakter suatu tempat.
8. Partisipasi dalam Dialog Budaya: Arsitektur post-modern
turut berkontribusi dalam dialog budaya global. Dengan
menanggapi dan mencerminkan kompleksitas masyarakat
modern, arsitektur ini menjadi medium untuk mengungkapkan
nilai-nilai dan persepsi budaya.
Dengan fungsi-fungsi ini, arsitektur post-modern memainkan
peran penting dalam membentuk bentuk fisik lingkungan
binaan kita, sambil memanifestasikan ide dan aspirasi
masyarakat pada suatu periode waktu tertentu.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Antara banyak arsitek dan desainer. Gerakan ini
mencerminkan variasi dan kekayaan dalam pendekatan
arsitektur, dan arsitek post-modern cenderung memiliki
pandangan yang beragam terhadap bentuk dan makna dalam
desain arsitektur. Arsitektur post-modern mengambil inspirasi
dari gaya arsitektur tradisional dan sejarah, serta
mengeksplorasi perpaduan gaya dan teknik modern.
Pendekatan ini menciptakan bangunan yang lebih beragam dan
ekspresif, yang merespons konteks lokal dan merayakan
kompleksitas serta kontradiksi.
Arsitektur post-modern memperkenalkan gagasan-
gagasan baru tentang estetika, kontekstualitas, dan ekspresi
identitas dalam desain arsitektur. Ini menyoroti keunikan setiap
proyek dan menolak keseragaman yang sering dikaitkan dengan
arsitektur modern. Gaya ini juga mencakup pemikiran kritis
terhadap konsep arsitektur modern dan menawarkan alternatif
yang lebih beragam.
Penting untuk dicatat bahwa arsitektur post-
modernisme memiliki dampak yang berkelanjutan pada desain
arsitektur kontemporer, dan banyak elemen dari gerakan ini
terus ditemukan dalam proyek-proyek masa kini. Konsep-
konsep seperti perpaduan gaya, kontekstualitas, dan interpretasi
kembali terus memengaruhi arsitek dalam menciptakan
bangunan yang unik dan bermakna.

B. Saran
 Teruslah Eksplorasi Kreativitas:
Arsitektur post-modern adalah panggung bagi kreativitas
tak terbatas. Teruslah eksplorasi dan berani mencoba hal-
hal baru. Pergunakan kebebasan ini untuk menghadirkan
desain-desain yang menyentuh batas-batas kreativitas.
 Libatkan Konteks Lokal:
Meskipun arsitektur post-modern menciptakan karya
yang seringkali bersifat universal, tetapi selalu
pertimbangkan konteks lokal. Libatkan elemen-elemen
lokal untuk memberikan identitas yang kuat pada desain
Anda.
 Perhatikan Keberlanjutan:
Dalam menghadapi isu-isu lingkungan, pertimbangkan
keberlanjutan dalam desain Anda. Manfaatkan teknologi
ramah lingkungan dan pertimbangkan dampak bangunan
terhadap lingkungan sekitar.
 Fokus pada Pengalaman Pengguna:
Prioritaskan pengalaman pengguna dalam desain.
Pergunakan ruang untuk memenuhi kebutuhan penghuni,
dan pertimbangkan kenyamanan serta fleksibilitas ruang
agar dapat diakses dan dinikmati dengan baik.
 Eksplorasi Bentuk dan Material:
Jangan takut untuk bereksperimen dengan bentuk dan
material. Kombinasikan unsur-unsur yang tidak
konvensional untuk menciptakan visual dan tekstur yang
menarik.
 Buka Ruang untuk Interaksi:
Desainlah bangunan-bangunan yang membuka ruang
untuk interaksi. Bangun hubungan dengan lingkungan
sekitar dan fokus pada konsep komunitas yang dapat
memperkaya kehidupan sehari-hari penghuni.
 Gunakan Pencahayaan Secara Efektif:
Berikan perhatian khusus pada pencahayaan. Manfaatkan
cahaya untuk menciptakan atmosfer yang dramatis dan
menyoroti elemen-elemen arsitektur yang penting.
 Pertimbangkan Aspek Emosional:
Fokus pada aspek emosional dalam desain. Bagaimana
ruang dapat membangkitkan perasaan dan menciptakan
pengalaman yang mendalam bagi pengguna?
Dengan mempertimbangkan saran-saran ini, arsitek
post-modern dapat terus menggali potensi kreativitas mereka
sambil menjaga relevansi dan keterhubungan dengan
masyarakat dan lingkungan sekitar.
M

ARSITEKTUR
ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Latar belakang Arsitektur karya umat Islam
merupakan hasil cipta, karsa, dan karya arsitektur muslim yang
dipadukan dengan rasa penghambaan diri sang arsitek kepada
Tuhan. Salah satu tujuan umat Islam berkarya dalam wujud
arsitektur adalah upaya memperbaiki peradaban.Kata arsitektur
berasal dari bahasa Yunani yaitu “architekton”, kata architekton
terdiri dari dua kata yaitu: arkhe dan tetoon. Arkhe berarti yang
asli, awal, utama, otentik dan tektoon berarti stabil, kokoh,
statis. Menurut James C. Snyder dan Antony J. Catanese
arsitektur adalah hasil dari faktor-faktor sosio budaya dan
dengan definisi tentang perancangan yang mencakup
Arsitektur Islam merupakan wujud perpaduan antara
kebudayaan manusia dan proses penghambaan diri seorang
manusia kepada Tuhannya, yang berada dalam keselarasan
hubungan antara manusia, lingkungan dan Penciptanya.
Perkembangan arsitektur Islam dari abad VII sampai abad XV
meliputi perkembangan struktur, seni dekorasi, ragam hias dan
tipologi bangunan. Daerah perkembangannya meliputi wilayah
yang sangat luas, meliputi Eropa, Afrika, hingga Asia tenggara.
1.2RUMUSAN MASALAH
1)Apa itu arsitektur islam
2)Bagian Arsitektur apa yang terpenting pada Masjid Agung
Darussalam Bojonegoro?
3)Bagaimana dampak dari unsur-unsur Budaya terhadap
Arsitektur Masjid Agung Darussalam Bojonegoro?.
4)Apa saja ciri ciri Arsitektur Islam?
5)Apa saja aliran aliran dalam arsitektur islam?
6)Siapa saja toko pencetus Arsiitektur Islam?
1.3TUJUAN
Tujuan pelelitian adalah rumusan kalimat yang
menunjukkan adanya yang akan diperoleh setelah penelitian
selesai, juga sesuatu yang akan dicapai atau ditangani dalam
suatu penelitian.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Aulia Fikriarini {2010}
“Arstitektur Islam :Seni Ruang dalam Peradaban Islam”
Tujuan dari jurnal "Arsitektur Islam: Seni Ruang
dalam Peradaban Islam" adalah untuk menjelaskan bagaimana
arsitektur Islam mencerminkan nilai-nilai dan etika Islam, serta
bagaimana seni ruang dalam arsitektur Islam menciptakan
harmoni dan keseimbangan yang mencerminkan ketaatan
manusia kepada Sang Pencipta. Jurnal ini juga bertujuan untuk
menyoroti keragaman arsitektur Islam di seluruh dunia, yang
semuanya bersatu dalam tujuan pengabdian kepada Allah.
Definisi arsitektur baru akan dapat dimengerti setelah
kita mengalami arsitektur atau berarsitektur. Berarsitektur
artinya berbahasa dengan ruang dan gatra, dengan garis dan
bidang, dengan bahan material dan suasana tempat.
Berarsitektur adalah berbahasa manusiawi; dengan citra unsur–
unsurnya, baik dengan bahan material maupun dengan bentuk
serta komposisinya. Dalam berarsitektur, seorang arsitek tidak
pernah lepas dari alam, lingkungan sekitar, dan budaya
setempat. Hal ini disebabkan karena arsitektur merupakan
bagian dari budaya yang menunjukkan tingkat peradaban
manusia. Budaya manusia tersebut sangat dipengaruhi oleh
alam, dan karenanya arsitektur dengan sendirinya juga
merupakan bagian dari alam, mampu membaca alam dan
menciptakan sebuah suasana.
Metode abstraksi dalam seni ruang Islami merupakan
transfigurasi terhadap alam, yang dibagi menjadi tiga kategori,
sebagai berikut:
a. Hiasan penutup (overlay): Hiasan penutup (overlay) juga
disebut dengan penutup bahan dasar. Teknik-teknik overlay
atau hiasan penutup dalam seni ruang merupakan unsur yang
sangat penting yang dipakai oleh sarjana muslim.
b. Transfigurasi bahan : Abstraksi yang dicapai dari
transfigurasi bahan dapat kita temukan pada struktur-struktur
ruang Islami. Bobot permukaan dinding secara visual diberi
kesan ringan dengan penempatan ceruk, pelengkung buntu,
jendela, pintu, dan pola-pola dekoratif lain seperti pilar-pilar
ramping yang memperkuat dinding, dan kubah dengan lubang
dan hiasan yang menyamarkan massa dan bobot bahanbahan
pembuatnya seperti bata, batu, atau beton. Selain dekorasi cat,
keramik, bata, atau relief plester yang bersifat dua dimensi,
juga terdapat hiasan penutup yaitu muqarnas yang berbentuk
tiga dimensi.

c. Transfigurasi
ruang tertutup
:Transfi gurasi ruang
tertutup merupakan salah
satu cara untuk
menonjolkan abstraksi. Hal ini tidak dilakukan dengan
menghilangkan dinding pembatas melainkan dengan
menghilangkan kesan solid dan terbatas pada ruang, dengan
penggunaan dinding terbuka, ceruk, kubah, maupun atap. Hal
ini berfungsi untuk membebaskan ruang untuk pergerakan
manusia serta persepsi estetik dalam ruang.

Arsitektur Islam Seni Ruang dalam Peradaban Islam


ini adalah menjelaskan tentang arsitektur Islam dan bagaimana
seni ruang dalam peradaban Islam tercermin dalam arsitektur.
juga tentang nilai-nilai Islam yang tercermin dalam arsitektur
Islam, serta bagaimana arsitektur Islam berbeda dari bentuk
arsitektur lainnya dalam hal simbolisme dan ornamen. Selain
itu, juga menyoroti keragaman arsitektur Islam di seluruh dunia
dan bagaimana mereka mencerminkan pengaruh budaya local.
Bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang arsitektur Islam dan bagaimana seni ruang dalam
peradaban Islam tercermin dalam arsitektur.
2. MUNICHY BACHROON EDREES {2010}
“Konsep Arsitektur Islam Sebagai Solusi Dalam
Perancangan Arsitektur”

Inti dari prinsip-prinsip ini adalah merancang


bangunan yang fungsional, efisien, dan sejalan dengan nilai-
nilai Islam. Prinsip-prinsip ini menekankan pentingnya
kesederhanaan, keterbukaan, keteraturan, dan integrasi dengan
lingkungan. Desain harus memprioritaskan kebutuhan
pengguna dan masyarakat, sekaligus mempertimbangkan aspek
ekonomi dan psikologis bangunan. Prinsip-prinsip ini juga
menekankan pentingnya menghindari kelebihan dan
pemborosan, serta mendesain bangunan yang aman dan
nyaman. Secara keseluruhan, prinsip-prinsip tersebut bertujuan
untuk menciptakan bangunan yang bermanfaat, tepat guna,
indah, dan tidak membahayakan lingkungan.
3. Arash Boostani {2018}
“Sebuah mahakarya arsitektur Islam awal: Masjid Noh-
Gonbad di Balkh, Afganistan”
Masjid Noh-Gonbad adalah salah satu contoh
arsitektur Islam tertua, dan tidak diragukan lagi masjid paling
kuno di Afganistan, dibangun pada tahun 794 M, beberapa
dekade setelah Hijrah Muhammad.Dengan teknologi bangunan
khusus dan dekorasi plesteran yang megah, bangunan ini
mewakili sebuah mahakarya. Dalam makalah ini, sebagian dari
proyek restorasi multidisiplin dilaporkan. Secara khusus,
penyelidikan komprehensif dilakukan untuk menentukan
karakteristik mekanik, fisik dan kimia bangunan materi
disajikan. Temuan-temuan utama yang tersedia dalam literatur
tentang kelahiran masjid adalah: disintesis dan dikaitkan
dengan bukti teknologi dan konstruktif yang dikumpulkan di
lokasi, yang menyarankan hal tersebut tujuan mewujudkan
bangunan sederhana namun tetap mengesankan. Menggunakan
data yang dikumpulkan di lapangan bersama-sama hasil
percobaan telah dimungkinkan untuk mengidentifikasi
konsistensi statis dari sistem arcade dan carry melakukan
penilaian kerentanan awal.
Pembahasan penting dalam sebuah mahakarya
arsitektur islam awal ( masjid noh gonbad di balkh adalah
tentang proyek restorasi Noh-Gonbad Mosque di Balkh,
Afghanistan. Sebagai sebuah mahakarya arsitektur islam awal
ini membahas hasil investigasi yang dilakukan antara tahun
2007 dan 2010, serta intervensi yang dimulai pada awal 2011.
Tujuannya adalah untuk memperkuat sistem arcade dan
konsolidasi dinding perimeter yang dimulai pada tahun 2015.
Jurnal ini juga membahas hasil survei langsung untuk
mendeteksi teknologi bangunan yang digunakan, karakterisasi
fisik dan kimia bahan, dan penilaian kerentanan seismik sistem
arcade. Selain itu, jurnal ini juga membahas sejarah dan evolusi
masjid, serta alasan mengapa masjid tersebut menjadi rusak.
Pembahasan penting lainnya adalah tentang multidisiplin
karakter proyek restorasi, yang melibatkan berbagai disiplin
ilmu seperti sejarah, arkeologi, geologi, teknik sipil, dan
arsitektur. Jurnal ini juga membahas pentingnya membangun
kebijakan yang sesuai untuk menjaga keamanan masjid yang
direstorasi.
4. Atefeh Zand Karimi {2012]
“Pengaruh Arsitektur Islam Iran di Rumah Adat Kashan”
Esai ini merupakan upaya untuk menemukan tempat
rumah tinggal dalam sejarah Iran dan budaya. Sebagai tempat
di mana mereka menghabiskan banyak waktu di sana,
seharusnya bisa memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani serta
memenuhi kebutuhan budaya dan agama aspek gaya hidup
mereka.Terutama berfokus pada kota Kashan yang terletak di
provinsi Isfahan, yang menjadi lokusnya arsitektur Islam. Kota
ini sendiri merupakan sebuah lapangan tempat dipamerkannya
jejak-jejak karya para arsitek yang dapat menemukan metode
yang cocok untuk mengatur ruang sedemikian rupa sehingga
dapat berfungsi sebagai a medium untuk menandakan
hubungan arsitektur landmark dan gaya hidup. Dengan melihat
banyak bangunan tua di seluruh dunia, terlihat adanya
hubungan yang wajar antara gaya hidup manusia dan arsitektur
tempat tersebut. Sebagai Alexander, yang merupakan penulis
buku arsitektur tentang identitas tempat, disebutkan: Identitas
bangunan tua berasal dari bagiannya masing-masing yang
menyatu dengan lingkungannya dan, dapat mengenalinya
kekuatan yang ada disekitarnya serta menaati prinsip
lingkungan hidup dan sifat manusia
1. Ada beberapa artikel yang diterbitkan tentang arsitektur
Islam Iran, namun hanya sedikit secara khusus berfokus pada
fungsi rumah tinggal. Ada kebutuhan untuk mempertanyakan
prinsip perancangan rumah tinggal di Kashan dari sudut
pandang budaya, agama dan tradisi serta kondisi lingkungan
dan iklim kota. Dua contoh utama dari rumah tradisional di
Kashan akan diselidiki. Sebagai pengenalan singkat tentang
rumah-rumah, Rumah Bafande dan rumah Shahyalani
merupakan dua rumah adat tertua di Kashan dan berdasarkan
laporan organisasi warisan budaya Iran, mereka termasuk
dalam Periode Qajar. Dinasti Qajar memerintah Iran dari
tahun 1795 hingga 1925.
2. Sebelum mulai fokus pada berbagai aspek desain rumah
Kashan, penting untuk melakukannya menggambarkan peran
seni dalam arsitektur Islam karena ada hubungan satu lawan
satu di antara keduanya arsitektur tradisional dan seni murni.
Seni Timur didasarkan pada spiritualitas. Ia lebih
memperhatikan tradisi-tradisi yang telah ada dibentuk oleh
masyarakat dalam masyarakat.
3. Seni tradisional Iran dapat tampil secara fungsional
sedemikian rupa cara yang bertujuan untuk menghibur jiwa
manusia .
4. sedangkan arsitektur berupaya menciptakan lingkungan
hidup yang sesuai dengan aspek-aspek tertentu kehidupan
manusia, yang menghormati keyakinannya dan ambisi
pribadi, pemikirannya dan semangatnya yang tinggi
5. Serta memberikan rasa aman dan pribadi. Selain pentingnya
isu spiritual dalam arsitektur, arsitek Islam juga memilikinya
menganggap iklim dan lingkungan sebagai salah satu faktor
terpenting yang menyebabkan a korelasi antara tuntutan
spiritual penduduk, lingkungan dan iklim, dan menerapkan
faktor-faktor ini untuk menciptakan bentuk formal.
6. Kota kuno Kashan, terletak di Iran tengah tempat sejarah
kehadiran manusia dibangun pada tahun 6.000 SM, kota ini
dapat dianggap sebagai salah satu fokus pertama
pembangunan Penerjemahan Budaya-Arsik melalui Jalur
Sutra Konferensi Internasional ke-2, Universitas Wanita
Mukogawa, Nishinomiya, Jepang, 14-16 Juli 2012 Proses 82
organisasi peradaban.
7. Terletak di daerah yang panas dan kering dengan musim
panas yang sangat terik dan musim dingin yang dingin.
Misalnya saja pada tahun 2010 suhu minimum pada musim
dingin adalah -5 Celcius dan Suhu maksimum di musim
panas adalah 45 Celcius .
8. Perbedaan antara siang hari dan suhu malam hari di Kashan
tinggi, Alasannya adalah kedekatannya dengan gurun Kavir.
9. Kekurangan sumber daya air, sedikit tanaman hijau dan angin
gurun yang menyebarkan pasir di dalamnya daerah tersebut,
10. adalah elemen utama yang bertanggung
jawab atas situasi sulit di sana. Untuk membuat a keselarasan
dalam kondisi iklim ini, arsitek vernakular telah menerapkan
beberapa hal strategi dalam menanggapi cuaca seperti itu,
sambil mendasarkan rancangannya pada masalah lingkungan
dan interaksi berkelanjutan antara manusia dan lingkungan
diamati. Arsitektur rumah hunian di Kashan didasarkan pada
beberapa prinsip merancang desain yang memenuhi
kebutuhan masyarakat.Inti dari jurnal ini adalah untuk
mengeksplorasi pengaruh arsitektur Islam Iran pada rumah
tradisional Kashan. Pertemuan ini membahas pentingnya
rumah tinggal dalam sejarah dan budaya Iran, dan bagaimana
rumah tersebut memenuhi kebutuhan fisik, spiritual, budaya,
dan agama. Jurnal ini berfokus terutama pada kota Kashan,
yang terkenal dengan arsitektur Islaminya, dan bagaimana
kota tersebut menjadi contoh sempurna tentang bagaimana
arsitektur dapat menandakan hubungan antara landmark dan
gaya hidup. Jurnal ini juga menyoroti pentingnya iklim dan
lingkungan dalam arsitektur dan bagaimana keduanya
dimasukkan ke dalam rumah tradisional Kashan.

5. GHASEMZADEH, Behnam1 ; FATHEBAGHALI


Atefeh2 ; & TARVIRDINASSAB, Ali3 {2013}
“Simbolis dan Tanda Dalam Arsitektur Islam”
Simbolis dan Tanda Dalam Arsitektur Islam dengan
mengeksplor simbol dan tanda dalam arsitektur Islam serta
makna dan signifikansinya. Selain itu, jurnal tersebut juga
menyoroti kualitas dan karakteristik unik dari arsitektur Islam,
serta mengatasi miskonsepsi tentangnya. Dilakukan analisis
semiotik terhadap berbagai jenis arsitektur Islam dan menyoroti
pengaruh arsitektur Islam terhadap budaya lain. simbolis
tersebut juga mereview literatur yang ada tentang arsitektur
Islam dan menyajikan tujuan penelitian, pertanyaan, dan
hipotesis. Salah satu fokusnya adalah pada Masjid Noh-Gonbad
di Balkh, Afghanistan, yang dijelaskan sebagai sebuah
masterpiece arsitektur Islam awal dengan dekorasi stuko yang
megah. Juga membahas kerentanan gempa dari masjid tersebut,
termasuk keruntuhan kubah akibat gempa. Masjid Noh-Gonbad
juga menjadi subjek investigasi multidisiplin tentang
signifikansi sejarah, teknologi bangunan, dan kerentanan
gempa. Selain itu, juga membahas pengaruh arsitektur Islam
pada desain, konstruksi, dan dekorasi bangunan di budaya lain.
6. Loai M. Dabbour{2012}
“Proporsi geometris: Struktur yang mendasari proses
desain pola geometris Islam”
Kata geometri mengacu pada ilmu tentang sifat-sifat
dan hubungan besaran seperti titik, garis, permukaan, atau
benda padat dalam ruang dan cara bagian-bagian suatu benda
tertentu saling menempel (Concise Oxford English Dictionary,
1999). Geometri dikenal berdasarkan dua kata Yunani “geo”
yang berarti bumi dan “metri” yang berarti mengukur. Jadi
geometri secara harfiah berarti “bumi yang dapat diukur” atau
“pengukuran duniawi”. Geometri, menurut Plato, dapat juga
merujuk pada ilmu stereometri atau “pengukuran spasial”.
Tradisi menyatakan bahwa, seperti yang terukir di pintu masuk
Akademi Plato, “Hanya dia yang akrab dengan geometri yang
boleh diterima di sini” (Critchlow, 1976).
Geometri telah ada di banyak bangunan dan bentuk
desain selama berabad-abad. Catatan pertama yang
dikonfirmasi tentang pengetahuan geometri dan hubungannya
dengan astronomi, manusia, dan musik dapat ditelusuri kembali
ke zaman Yunani kuno, khususnya Pythagoras dan Plato.
Namun, sebelum adanya Yunani, banyak peradaban kuno yang
telah meninggalkan jejak geometris yang jelas dengan
menerapkan geometri suci dalam konstruksinya. Batu-batu
berukir prasejarah yang ditemukan di Skotlandia
melambangkan Padatan Platonis.1 diperkirakan berumur lebih
dari seribu tahun lebih awal dari zaman Yunani.2 Bangsa
Yunani mungkin adalah orang pertama yang menawarkan
geometri kepada publik, namun mereka sama sekali tidak
artinya, orang pertama yang menyadarinya (Critchlow, 1987;
Hecht, 1988; Critchlow, 1987).Rasio dan proporsi geometris
ada dan digunakan dalam desain situs suci dan seremonial kuno
di semua peradaban tradisional. Mereka selalu dibangun
dengan dimensi yang menggabungkan angka matematika,
konstanta dan rasio seperti “rata-rata emas/suci”, dan
penggunaan geometri berdasarkan akar proporsional, persegi
panjang proporsional dan segitiga Pythagoras (Pennick, 1994).
Misalnya, katedral Kristen menggunakan geometri simbolik,
sedangkan desain candi Hindu dan Buddha didasarkan pada
geometri suci. Dalam seni Islam, elemen geometris telah
digunakan sejak awal dan digunakan untuk menciptakan
formasi geometris yang unik, yang berfungsi sebagai struktur
dasar proses desain Islam. Geometri atau geometri proporsional
adalah bentuk seni sakral karena keterkaitan mendasarnya
dengan hukum-hukum utama Penciptaan. Ekspresi visual dari
tatanan hukum-hukum ini paling baik direpresentasikan melalui
disiplin geometri. Geometri bersifat kuantitatif dan kualitatif.
Dimensi kuantitatifnya mengatur tatanan dan konstruksi bentuk
desain. Sifat kualitatifnya menetapkan proporsi bentuk desain
dan mewakili ekspresi keteraturan alam semesta sebagai
representasi visual dari kebenaran. Setiap figur atau bentuk
geometris jika dilihat dari makna simboliknya mewakili gaung
kesatuan dan cerminan nilai-nilai dan prinsip-prinsip dalam
bingkai yang lebih besar di luar kesatuan itu (kesatuan
universal) (Ardalan dan Bakhtiar, 2000). Seyyid Hossein Nasr
berpendapat bahwa geometri dan ritme mewujudkan doktrin
kesatuan yang merupakan inti Islam, di mana seni Islam
dikembangkan berdasarkan rasio dan proporsi matematis yang
mewakili inti Islam (Critchlow, 1976).
Geometri adalah cetak biru Penciptaan dan
pembangkit segala bentuk. Ini adalah ilmu yang mempelajari
bilangan dalam ruang pada empat tingkat dasar: yang pertama
adalah aritmatika (bilangan murni), yaitu pengukuran atau
proporsi apa pun adalah pengukuran geometris. Tingkat kedua
adalah angka-angka dalam ruang yang mewakili geometri
proporsional. Mereka mencerminkan makna dan “Ide”. Tingkat
ketiga adalah angka dalam waktu, yang merupakan dasar dari
musik. Tingkat keempat adalah angka-angka dalam ruang dan
waktu yang mewakili kosmologi alam semesta. Geometri
mengeksplorasi dan menjelaskan pola-pola yang menyatukan
dan mengungkapkan struktur Ciptaan dalam semua pola alami
pertumbuhan atau pergerakan dan kesesuaiannya dengan
bentuk-bentuk geometris. Semua bentuk kehidupan muncul dari
kode geometris yang tak lekang oleh waktu. Melihat dan
merenungkan kode-kode ini memungkinkan kita memahami
hikmah cara kerja batin alam semesta agar dapat memahami
dan mengapresiasi sepenuhnya keindahannya berdasarkan
konsep proporsi. Ikhwan Al-Safa menulis, “Salah satu tujuan
kami… adalah untuk menunjukkan dengan jelas bahwa seluruh
dunia tersusun sesuai dengan hubungan aritmatika, geometri,
dan musik. Di sana kami telah menjelaskan secara rinci realitas
keharmonisan universal” (Nasr, 1978).
Proporsi geometris dalam pola arsitektur mewakili
bahasa desain, seperti halnya kata-kata dalam bahasa lisan.
Mereka menentukan kerangka di mana unsur-unsur dapat
disusun menjadi suatu pola, hubungan antara satu unsur dengan
unsur lainnya, dan hubungan proporsional dalam satu unsur.
Mereka membahas dan mencerminkan hukum alam yang
mengatur keselarasan dasar alam, yang dapat dijelaskan melalui
matematika dan geometri.
Seni Islam menyukai geometri karena aspeknya
yang dapat dipahami. Geometri memiliki abstraksi dan
kemampuan untuk mengekspresikan dan mengungkapkan
kebenaran objektif dan spiritual yang tidak dapat diubah.
Geometri melibatkan proporsi dan akar prima yang dianggap
sebagai proporsi terindah (proporsi keindahan). Dengan
demikian, keindahan, bagi seniman Muslim, adalah objektif
dan ekspresi diri dari kebenaran, yang merupakan hakikat
keindahan seperti yang dikatakan Plato, “Kecantikan adalah
kemegahan kebenaran” (Burckhardt, 1987).
Bahasa desain Islam terutama muncul dari hal-hal
abstrak. Oleh karena itu, geometri pada umumnya dan proporsi
geometris pada khususnya mempunyai arti penting dalam
proses desain seni Islam, yang disajikan dalam unsur-unsur
utamanya, geometri, bentuk biomorfik, dan kaligrafi, yang
semuanya didasarkan pada dan diatur oleh hukum-hukum
geometris yang mendasarinya (proporsi). . Oleh karena itu
prinsip-prinsip desain Islam tercermin dalam geometri. Dengan
kata lain, geometri memainkan peran sentral dalam desain
Islam.
Makalah ini mengkaji desain pola Islam, yang dapat
dipandang sebagai metode kunci dalam mengekspresikan
estetika kosmologis Islam. Selain mewakili struktur kosmologis
dan filosofis pada tingkat bentuk, pola geometris juga dapat
dilihat sebagai representasi yang efisien dan kuat dari beberapa
konsep sentral yang menjadi ciri perdebatan Islam tentang
hakikat ketuhanan. Pola Islam dikembangkan sebagai alat
visual untuk merenungkan sifat matematis yang mendasari
alam semesta, mengarah pada sifat keindahan, berdasarkan
ciptaan Tuhan atas alam semesta (sifat ketuhanan itu sendiri).
Artikel jurnal membahas penggunaan proporsi
geometris sebagai alat desain dalam desain pola Islami, dan
bagaimana proporsi tersebut mengatur keteraturan dan
keragaman pola Islami. Hal ini juga mengeksplorasi kriteria
estetika dan evaluasi struktur spasial yang diintegrasikan ke
dalam proses desain. Artikel ini bertujuan untuk memberikan
wawasan tentang struktur dasar pola geometris Islam dan
proses desain di baliknya.
1.PRIA

“Tub
uh

manusia mengandung semua ukuran dan fungsi geodesik


geometris yang penting… proporsi manusia ideal berada di
pusat lingkaran hubungan kosmis yang invarian”
2. ALAM

Studi
tentang alam
dan materi ( Skinner, 2009 ). Banyak bentuk yang diamati di
alam dapat dikaitkan dengan geometri. Misalnya, kristal
kepingan salju dan sel madu membentuk geometri heksagonal.
7. Sameeha Abdussamad {2021}
“Perspektif Islam : An Alternatif dari Yang Ada Model
Keberlanjutan Sosial dalam Arsitektur”
Sejak awal, umat manusia selalu bergantung pada
alam lingkungan sekitar keberadaan manusia. Selama bertahun-
tahun, hubungan ini saling melengkapi; namun, penggunaan
sumber daya yang tidak rasional dan eksploitasi berlebihan
pada akhirnya menyebabkan terjadinya hal tersebut penipisan
yang tidak dapat diperbaiki lagi, membahayakan masa depan
planet kita dan generasi mendatang. Awal tahun 1960an
menandai perubahan dalam cara pemanfaatan sumber daya.
Silent Spring (1962) karya Rachel Carson mengungkap bahaya
bahan kimia tersebut industri, mempertanyakan keyakinan umat
manusia terhadap kemajuan teknologi, dan membantu
menyiapkan panggung untuk gerakan lingkungan.
1. Kebangkitan yang tiba-tiba ini terjadi sebagai “reaksi
terhadap konsekuensi berbahaya dari Gerakan Modern,”
2. yang melihat penggunaan lahan yang boros dan sumber daya
dengan menerapkan praktik konstruksi yang tidak efisien dan
tidak sehat serta ketergantungan yang berlebihan pada
teknologi berbasis fosil. Oleh karena itu, perhatian diberikan
kepada dampak berbahaya yang ditimbulkan oleh praktik
konstruksi terhadap lingkungan kita dan “kesadaran akan
pemikiran lingkungan holistik” dikembangkan.
3. Konsep pembangunan berkelanjutan dianggap sebagai
“respon terhadap kemanusiaanperlu menyeimbangkan
perlindungan lingkungan dengan pembangunan sosial-
ekonomi.”
4. Itu dimulai sebagai “penghijauan arsitektur,” yang bertujuan
untuk mengubah arsitektur modern menjadi pendekatan yang
berorientasi pada lingkungan. Kemudian, dari tahun 1980an
hingga 2000an, “gagasan tentang
5. hijau secara bertahap digantikan oleh keberlanjutan”
6. dan konsepnya berkembang menjadi bagaimana kita
mengetahuinya
7. itu hari ini. Kesadaran akan tekanan besar yang diberikan
umat manusia terhadap lingkungan memimpin organisasi-
organisasi dunia untuk mengambil tindakan, misalnya,
konferensi tingkat tinggi dunia yang diselenggarakan oleh

8. Haris Hidayatulloh {2020}


“Perkembangan Arsitektur Islam: Mengenal Bentuk
Arsitektur Islam di Nusantara”
Perkembangan arsitektur islam mengenai bentuk
arsitektur islam di nusantara tersebut adalah menjelaskan
tentang arsitektur Islam dan karakteristiknya, serta bagaimana
faktor geografis dan budaya lokal mempengaruhi bentuk
arsitektur Islam. Jurnal ini juga membahas sejarah kejayaan
Islam dan artefaknya di masa lampau, serta pentingnya
menghargai kearifan budaya dalam arsitektur Islam. Hal yang
penting dari jurnal ini adalah memberikan pemahaman yang
lebih dalam tentang arsitektur Islam dan bagaimana faktor-
faktor tertentu mempengaruhi bentuknya. Jurnal ini juga
menekankan pentingnya menghargai kearifan budaya dalam
arsitektur Islam, sehingga dapat memperkaya dan memperluas
pemahaman kita tentang seni dan budaya Islam.
Arsitektur Islam yang memiliki pendekatan konsep
Islam, merupakan salah satu gaya arsitektur yang menampilkan
keindahan yang kaya akan makna. Setiap detailnya
mengandung unsur simbolisme dengan makna yang sangat
dalam. Salah satu makna yang terbaca pada arsitektur Islam itu
adalah rasa kekaguman umat Islam terhadap keindahan dan
estetika dalam arsitektur tidak terlepas dari kepasrahan dan
penyerahan diri umat terhadap kebesaran dan keagungan Sang
Penciptanya yang diyakini memiliki segala keindahan.

9.TATA RUANG PERJALANAN MATAHARI DI


PONDOK PESANTREN PABELAN MUNGKID
MAGELANG JAWA TENGAH: PERSPEKTIF
ARSITEKTUR ISLAM
Pemaknaan karya Arsitektur Islam di tengah
masyarakat Muslim masih mengarah pada tipologi bentuk,
ornamentasi dan gaya tertentu tanpa pemahaman akan nilainilai
keislaman yang seharusnya ada dalam proses perancangannya.
Permasalahan tersebut menjadi kegelisahan peneliti untuk
menganalisis lebih jauh apa dan bagaimana penerapan prinsip
Arsitektur Islam dalam sebuah perancangan tata
ruangperjalanan matahari di Pondok Pesantren Pabelan,
kecamatan Mungkid, Magelang, Jawa Tengah. Perjalanan
Matahari merupakan karya Arsitektur Islam yang lahir dari
pemahaman Kiai Hamam Dja’far tentang Islam lewat sumber-
sumber Islam yaitu Al-Quran dan Hadist. Temuan tersebut
dibuktikan dengan ayat-ayat Al-Quran yang disematkan dalam
penggambaran tata ruang Perjalanan Matahari dan sesuai jika
diterapkan dalam 8 prinsip pengategorian Arsitektur Islam.
Perjalanan Matahari di Pondok Pesantren Pabelan dapat
dimaknai sebagai sebuah karya Arsitektur Islam karena
terwujud dari pengintegrasian model tata ruang Perjalanan
Matahari sebagai penggambaran kehidupan manusia, yang
tidak hanya sebatas perancangan fisik tanpa isi, melainkan
model tata ruang yang lahir dari pemahaman tentang nilai-nilai
Islam yang bersumber pada Al-Quran dan Hadist.
Perjalanan Matahari adalah sebuah karya Arsitektur
Islam yang lahir dari pemahaman Kiai Hamam tentang Islam
lewat sumber-sumber agamanya yaitu Al-Quran dan Hadist.
Berbagai elemen penyusun tersebut menunjukkan komposisi
yang rumit namun dapat menyatu dan terintegrasi. Penerapan
prinsip-prinsip Arsitektur Islam pertama terlihat jelas sebagai
prinsip pengingatan terhadap Tuhan. Bagian awal tata ruang
Perjalanan Matahari menarasikan bahwa manusia berkewajiban
untuk berilmu dan dituntut memiliki tanggung jawab terhadap
segala yang dilakukannya di dunia kepada Allah di hari akhir.

10.PONDOK PESANTREN MODERN DI SEMARANG


DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR ISLAM
Pondok Pesantren Modern yang akan saya rancang
menggunakan pendekatan arsitektur islam yang di peroleh dari
tapak, tata lingkungan, sosial, konsep, dan wawasan tentang
islam.
Ciri-ciri arsitektur islam adalah :
a. Arsitektur mempunyai bentuk ornamen yang senantiasa
mengingatkan penggunannya kepada Allah SWT.
b. Arsitekturnya tidak mengandung ornamen yang bergambar
makhluk hidup.
c. Interior arsitektur ditata untuk menjaga perilaku dan akhlak
yang baik.
d. Arsitektur biasanya dihiasi warna-warni alami yang
mendekatkan kepada Allah SWT.
e. Pembangunan arsitektur bukan bertujuan untuk riya atau
sombong
f. Toilet tidak boleh menghadap dan atau membelakangi kiblat
g. Keberadaan arsitektur bangunan tidak berdampak negatif
bagi orang lain
h. Pendirian arsitektur tidak merusak lingkungan alam.
Sehingga dalam merencanakan suatu bangunan perlu
adanya batas jumlah ruang untuk mengakomodir terlalu
banyaknya aktifitas, di dalam perencanaan Dormitory, Selain
itu pondok pesantren harus mempunyai 3 hal utama yaitu
Kyai/guru yang mendidik dan mengajar, santri dan santriwati
yang belajar, dan masjid/musholla untuk tempat mengaji.
2.1 Persyaratan Ruang Pondok Pesantren memiliki persyaratan
ruang sesuai dengan kebutuhan dan fungsi masing- masing.
Ruangan disesuaikan dengan kajian teori dan kajian arsitektural
yang sudah ada
2.1.1 Masjid Masjid memiliki pengertian sebagai tempat ibadah
umat Islam yang berfungsi sebagai tempat ibadah sholat dan
sebagai tempat beribadah secara luas sesuai dengan ajaran
agama islam.

2.1.2 Pondokan / Asrama Pondokan atau asrama merupakan


bentuk bangunan dan beberapa tempat tidur yang dapat
ditempati oleh beberapa penghuni di setiap kamarnya dengan
jangka waktu yang lebih lama di bandingkan losmen atau hotel.
Dalam pemenuhan fungsi ruangan di pesantren terdapat
beberapa type ruangan yang dapat dijadikan referensi.
2.1.3 Bangunan Gedung Sekolah Ketentuan mengenai
prasarana dan sarana bangunan gedung sekolah diatur dalam
peraturan kemendiknas no. 24 tahun 2007.
2.1.4 Tempat Aktifitas Sosial Ruang terbuka publik merupakan
tempat penunjang aktifitas social.
inti dari desain yang digunakan dalam perencanaan
pondok pesantren modern ini adalah pendekatan arsitektur
islam dengan tujuan menanamkan unsur-unsur agama yang
sudah lama terbentuk, dengan mengaplikasikan nilai nilai
arsitektur islam yang sudah ada kedalam desain sebuah pondok
pesantren modern akan menciptakan sebuah efek visual
arsitektur yang berbeda. Perencanaan dan perancangan pondok
pesantren modern ini memilih matrial untuk bahan bangunan
gedung pesantren dan penggunaan penutup kubah untuk setiap
bentuk bangunan.
11. Penerapan
Arsitektur Islam
Modern Pada Desain Muallaf Center di Kota Makassar
Konsep Arsitektur Islam modern merupakan
pendekatan arsitektur yang menerapkan nilai islam pada
perancangan
bangunan dengan
karakteristik yang
mudah dikenali
seperti ornament,
bukaan yang
sederhana. Metode
Eksplorasi desain
dan deskriptif kualitatif digunakan dalam membuat desain dan
penerapan aplikasi ornament pada bangunan. Tujuan penulisan
untuk menerapkan ornament arsitektur islam modern pada
fasad bangunan. Hasil desain menemukan penerapan desain
sesuai fungsi gedung muallaf yang lebih diterapkan pada fasad
berupa ornament dan bentuk bukaan. Suasana yang ditimbulkan
oleh pendekatan arsitektur Islam selaras dengan fungsi
bangunan sebagai wagah pembinaan dan prinsip-prinsip
arsitektur dalam islam yang dikolaborasikan dengan konsep
Arsitektur modern agar tercapai desain bangunan dengan
karakteristik tersendiri. Penerapan dapat dilakukan pada bentuk
tata massa dan bentuk fasad dengan bentuk bukaaan dengan
menggunakan ornament islami. Perlunya jenis-jenis ornament
islami yang bervariasi namun tidak menghilangkan identitas
yang berkesan Islami.
12. Unsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung
Darussalam, Bojonegoro
Masjid ini berdiri pada tahun 1825. Masjid Agung
Darussalam Bojonegoro terdiri atas bangunan desain Interior
dan Eksterior. Desain Interior terdiri dari
1. ruang shalat, Ruang shalat pada masjid agung Darussalam
Bojonegoro terdiri dari dua lantai. Lantai pertama dibagi
menjadi 3 wilayah, yakni wilayah mihrab, wilayah liwan
pria, dan liwan wanita. Adapun lantai 2 dipakai pula untuk
liwan wanita.
2. ruang wudhu,
3. serambi, Serambi masjid Agung Darussalam memiliki
bentuk persegi panjang dengan ruangan yang los dan dua
tiang penyangga atap.
Serta beberapa ornament desain Eksterior terdiri dari
atap kubah, menara, makam, serta ruangan-ruangan lainnya . .
Arsitektur Masjid Agung Darussalam Bojonegoro dipengeruhi
oleh 4 unsur budaya yaitu:
1. Kebudayaan Jawa
2. Kebudayaan Arsitektur Timur Tengah
3. Kebudayaan Arsitektur Eropa
4. Kebudayaan Arsitektur Cina
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Masjid Agung Darussalam Bojonegoro memiliki bagian-
bagian fungsi terpenting yang dibagi menjadi dua macam,
yaitu Interior bagian dalam masjid dan bagian luar masjid.
Interior masjid meliputi : mihrab, mimbar,bedug, , serambi
serta lampu sebagai penerang cahaya dalam masjid.
Sedangkan eksterior masjid meliputi: atap, menara, makam
dan ruangan lain sebagai fasilitas jama’ah
2. Masjid Agung Darussalam ini memiliki arsitektur Oriental
atau gaya Indo-CinaTimur TengahEropa serta ditambah
unsur-unsur budaya setempat.
3. Unsur-unsur budaya pada Arsitektur Masjid Agung
Darussalam Bojonegoro, yaitu :
 Empat tiang utama ( soko guru) yang terbuat dari Kayu Jati
dan dihiasi dengan bentuk pasak pada sudut-sudut tiang.
Masing-masing pasak tersebut menghubungkan antara
soko guru satu dengan soko guru lainnya, Pasak berbentuk
ujung tombak yang berhiaskan ukiran tumbuh-tumbuhan
menjalar dengan bentuk kubah kecil pada ujung tombak
tersebut. Di antara ke Empat soko guru tersebut ditengah-
tengah atap terdapat pasak yang berbentuk empat penjuru
mata angin yang di pusatkan pada bentuk koin yang
berhiaskan ukiran-ukiran bentuk bunga melingkar.
 Bentuk menara Masjid Agung Darussalam Bojonegoro
memiliki bentuk Spiral memutar ke atas, yang memiliki
kesamaan dengan menara atau minaret pada masjid
Samarra di Irak. Bentuk-bentuk lekung setengah lingkaran
melancip juga terdapat pada Serambi Masjid Agung
Darussalam Bojonegoro. Jika dilihat memiliki kesamaan
bentuk dengan kubah di Timur Tengah yakni mengikuti
aliran/madzab masjid Damaskus
 Sebuah lampu Kristal utama yang terletak di ruang shalat
serta hiasan lampu Kristal ini mengelilingi sepanjang
ruangan shalat utama dan serambi.
13. Salmon Priaji Martana, S.T., M.T.
” SEJARAH PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II
ARSITEKTUR ISLAM”
Arsitektur Islam merupakan terminologi arsitektur
yang membentang dan berevolusi dalam kultur muslim yang
membentang sepanjang sejarah Islam. Arsitektur Islam
mencakup bangunan religius, sebagaimana pula arsitektur
sekuler. Ekspresi yang dikedepankan pun bervariasi, dari
ekspresi klasik hingga modern. Arsitektur Islam klasik banyak
sekali memperoleh pengaruh dari arsitektur Persia. Oleh sebab
itu keduanya sering dikacaukan dalam pengertiannya, padahal
sesungguhnya secara esensi cukup banyak perbedaannya.
Secara khusus, arsitektur Islam dibangun segera setelah masa
Nabi Muhammad. Sejak awalnya, langgamnya berkembang
dari pengaruh Romawi, Mesir, Persia/Sasanid dan Bizantium.
Contohnya dapat ditelusuri hingga awal 691 M dengan
diselesaikannya pembangunan Qubbat al Sakrah (Dome of the
Rock) di Yerusalem. Bangunan ini menyertakan di dalamnya
interior yang dinaungi kubah bundar dikelilingi oleh ornamen
repetitif dekorasi Arab. Mesjid Raya Samarra di Irak yang
berdiri 847 M mengombinasikan arsitektur hypostyle deretan
kolom yang menopang basis datar di bagian atasnya, dimana
minaret berbentuk spiral dibangun.
1) Elemen Arsitektur Islam
Arsitektur Islam dapat diidentifikasi berdasarkan
elemen-elemen berikut, yang diwarisi dari bangunan masjid
pertama yang dibangun Nabi Muhammad SAW di Medina serta
elemen-elemen penyertanya yang datang dari masa pra Islam,
di adaptasi dari bangunan gereja dan sinagoga.
Layout masjid dengan courtyard di bagian tengahnya
 Courtyard besar yang kadang kala menyatu dengan ruang
sembahyang pusat (aslinya dapat dilihat di Masjid al-Nabawi).
 Menara atau minaret, aslinya merupakan menara pengawas
dilengkapi obor, seperti dapat dilihat di Mesjid Raya Damsyik
(Kini Damaskus). Berkaitan dengan fungsi asal, kata minaret
agaknya terambil dari nur, yang berarti Cahaya

Menara Kuwait
 Mihrab, relung di dinding dalam yang mengindikasikan arah
ke Mekkah. Dalam masa pra Islam, relung ini merupakan
tempat dari tabut perjanjian di Bait Allah Yahudi, atau haikal
dalam gereja koptik.
 Kubah, nampaknya dipengaruhi benar oleh arsitek-arsitek
Bizantium di Konstantinopel.
Mahan, Kerman, Iran. Dibangun 1300an.
 Penggunaan iwan sebagai perantara dua seksi yang berbeda.
 Bentuk geometrik dan seni yang repetitif.

Masjid Jami di Delhi.


 Penggunaan kaligrafi Arab.
 Simetri
 Warna terang
 Fokus pada interior, dibandingkan eksterior.
14. Muhammad Ahfadz Hikam,Nur Laela Latifah.
”Penerapan Tema Arsitektur Islam pada Rancangan
Sambas Islamic Center”
Sambas Islamic Center merupakan wadah bagi umat
Islam yang ingin menjalankan ibadahnya baik kepada Allah
S.W.T., sesama manusia, maupun alam sekitar. Kawasan
inidirancang senyaman mungkin dengan desain lanskapnya
menggunakan elemen air dan vegetasi agar terkesan
layaknya surga untuk mengingatkan rasa bersyukur hamba
terhadap Allah yang telah menciptakan alam dan seisinya.
Kewajiban umat muslim menjaga dan tidak merusak alam
agar tetap dapat menikmatinya pada masa yang akan
datang dapat dikaitkan dengan prinsip Pengingatan
Terhadap Tuhan dan Kehidupan Berkelanjutan. Penggunaan
material bangunan bersifat lokal dan alami merupakan
penerapan Pengingatan Terhadap Toleransi Kultural.
Tampilan warna cat putih pada bangunan yang
melambangkan kesucian dan bentuk bangunan persegi
panjang yang efisien merupakan penerapan prinsip Pengingatan
Akan Kerendahan Hati. Prinsip Pengingatan pada Ibadah dan
Perjuangan diterapkan melalui fungsi bangunan, dan prinsip
Pengingatan Terhadap Tuhan diterapkan juga melalui adanya
ornamen geometri, ornamen Arabesque, dan ornamen kaligrafi.
Plaza, taman, bukaan pada fasad bangunan, dan tidak adanya
pagar yang mengelilingi tapak merupakan penerapan
Pengingatan Tentang Keterbukaan.
Gambar berikutnya merupakan 3 bentuk ornamen Islam
yang diterapkan pada tampilanbangunan kawasan Sambas
Islamic Center yaitu ornamen geometri sebagai secondary
skin pada dinding, ornamen Arabesque pada railing tangga,
dan ornamen kaligrafi pada interior masjid.
15. Husna Desi, Lily Mauliani, Yeptadian Sari {2018}
“PENERAPAN ARSITEKTUR KONTEMPORER PADA
SEKOLAH MODEL DAN MODE MUSLIM DIAN
PELANGI”
Arsitektur kontemporer merupakan suatu bentuk
karya arsitektur yang sedang terjadi di masa sekarang, yang
mencirikan kebebasan berekspresi,keinginan untuk berperan
dalam dalam dunia mode. Menampilkan sesuatu yang
berbeda ,dan merupakan sebuah aliran baru atau
penggabungan dari beberapa aliran arsitektur.
Arsitektur kontemporer sangat dipengaruhi oleh
arsiteektur modern. Produk arsitektur kontemporer sangat
mewakili kekinian dalam gaya, langgam maupun tren tren
globalisasi, seperti arsitektur ramah lingkungan. Arsitektur
kontemporer bisa dikatakan sebagai arsitektur.
Arsitektur kontemporer dengan ciri rancangan Dian
pelangi.Memiliki kesamaan ciri dan karakter sehingga dapat
dipadukan menjadi satu fungsi dan menciptakan karakter
yang baru pada zamanya.
Tujuannya untuk membedakan sekolah mode dan
model ini dengan sekolah lain adalah dengan menerapkan
beberapa karakter yang digabungkan hal tersebut bertujuan
untuk menghasilkan desain sekolah model dan mode muslim
yang berkonsep arsitektur kontemporer.Dengan
mencerminkan karakter desain Dian Pelangi untuk sekolah
model dan mode muslim.

BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN
1.Apa itu arsitektur islam
Arsitektur Islam merupakan karya seni bangunan yang
mencakup gaya arsitektur yang terkait dengan Islam. Gaya
arsitektur ini mencakup gaya-gaya sekuler dan religius dari
awal sejarah Islam hingga saat ini, dan meliputi wilayah
geografis yang luas, dari Afrika Barat dan Eropa hingga Asia
Timur. Meskipun terdapat kesamaan dalam gaya arsitektur
Islam di berbagai wilayah, seiring waktu, berbagai wilayah
mengembangkan gaya mereka sendiri sesuai dengan bahan dan
teknik lokal, dinasti dan patron lokal, pusat produksi artistik
regional, dan kadang-kadang afiliasi agama yang berbeda.
Arsitektur Islam dipengaruhi oleh arsitektur Romawi,
Bizantium, Iran, dan Mesopotamia, serta arsitektur Tiongkok
dan India. Arsitektur Islam juga menekankan nilai-nilai
keislaman yang bersumber dari Al-Qur'an, As-Sunnah, dan
ijtihad ulama.
Arsitektur Islam menekankan aspek fisik lingkungan
binaan, sementara arsitektur Islami lebih menekankan pada
nilai-nilai keislaman yang bersumber dari Al-Qur'an dan Hadits
atau sunnah Rasulullah. Aspek dari arsitektur Islami yang perlu
dikembangkan meliputi efisiensi, kesetaraan, privasi, dan
kearifan lokal
. Arsitektur Islam merupakan wujud perpaduan antara
kebudayaan manusia dan proses penghambaan diri seorang
manusia kepada Tuhannya, yang berada dalam keselarasan
hubungan antara manusia, lingkungan, dan Penciptanya.
Arsitektur Islam mengungkapkan hubungan geometris yang
kompleks, hirarki bentuk dan ornamen, serta makna simbolis
yang sangat dalam. Arsitektur Islam juga mencakup nilai-nilai
Islam yang dapat diterapkan tanpa menghalangi pemanfaatan
teknologi bangunan modern sebagai alat dalam
mengekspresikan esensi tersebut
2.Bagian Arsitektur apa yang terpenting pada Masjid Agung
Darussalam Bojonegoro?
arsitektur yang terpenting pada Masjid Agung Darussalam
Bojonegoro. Namun, dari beberapa sumber yang ditemukan,
dapat disimpulkan bahwa Masjid Agung Darussalam
Bojonegoro memiliki keunikan pada desain interior dan
eksteriornya, seperti bentuk menara yang berbeda dengan
menara masjid pada umumnya, yaitu berbentuk spiral yang
memutar ke atas.Selain itu, pada serambi depan masjid terdapat
desain lekung setengah lingkaran yang melancip. Pada ruangan
untuk ibadah shalat, terdapat dua lantai yang telah dibagi
menjadi beberapa area, seperti area mihrab, area liwan pria,
serta liwan wanita. Pada bagian interior masjid, terdapat
ornament berupa lampu kristal yang mengelilingi ruangan
shalat utama dan menghiasi bagian serambi masji d Selain itu,
pada masjid ini juga terdapat ukiran kayu yang terdapat pada
mimbar, pintu utama, bedug, serta tiang soko guru yang telah
mengadopsi kebudayaanarsitekturkhasCina.
3.Bagaimana dampak dari unsur-unsur Budaya terhadap
Arsitektur Masjid Agung Darussalam Bojonegoro?.
masjid ini terletak di barat alun-alun Bojonegoro, Jawa Timur,
Indonesia. Arsitektur Masjid Agung Darussalam dipengaruhi
oleh empat unsur budaya, yaitu budaya Jawa, Timur Tengah,
Eropa, dan Cina. Unsur-unsur budaya tersebut tercermin dalam
desain interior dan eksterior masjid, seperti tiang empat soko
guru wolu, menara yang berbentuk spiral, lampu kristal, dan
bahan dasar bangunan dari. Dalam masjid ini juga terdapat
ragam hias dengan berbagai corak, seperti huruf kaligrafi, motif
geometris, motif alam, dan motif tetumbuh an Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagian arsitektur yang terpenting
pada Masjid Agung Darussalam Bojonegoro dan dampak dari
unsur-unsur budaya terhadap arsitektur masjid tersebut
4.Apa saja ciri ciri Arsitektur Islam?
Arsitektur Islam memiliki beberapa ciri khas yang
mencerminkan prinsip-prinsip Islam. Beberapa ciri tersebut
antara lain:
1. Kubah: Kubah menjadi ciri khas sebuah tempat
ibadah seperti masjid dan mushola. Kubah umumnya berbentuk
bundar dengan sedikit menjorok ke atas
2. Mihrab: Mihrab adalah bagian penting dari arsitektur
Islam. Mihrab pertama kali mewarnai khazanah arsitektur
masjid mulai tahun 88 Hijriyah atau 708 Maseh
3. Mimbar: Mimbar adalah tempat seorang khatib untuk
menyampaikan khutbah
4. Rumah Tak Bermegah-megahan: Kriteria rumah
idaman menurut Islam adalah menghindari sifat bermegah-
megahan
5. Arah Bangunan Menghadap Kiblat: Rumah seorang
muslim sangat dianjurkan untuk dibangun menghadap kiblat
kecuali tempat tertentu seperti WC atau toilet
6. Sirkulasi Udara Harus Baik: Sirkulasi udara dan air
menjadi aspek penting dalam kriteria rumah idaman menurut
Islam
Arsitektur Islam juga mencerminkan hubungan antara manusia,
lingkungan, dan Penciptanya, serta mengungkapkan hubungan
geometris yang kompleks, hirarki bentuk, dan ornamen, serta
makna simbolis yang dalam
.Dalam perancangan ruang, arsitektur Islam dapat dicapai
dengan melakukan pendekatan seperti kombinasi suksesif dan
transfigurasi struktur.
5. Siapa saja toko pencetus Arsiitektur Islam
Toko-toko pencetus arsitektur Islam tidak secara spesifik
disebutkan dalam hasil pencarian yang disediakan. Namun,
arsitektur Islam dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk
pemimpin Islam pertama, Khilafah Rashidun, dan Khalifah
Umayyah yang mempopulerkan arsitektur IslamArsitektur
Islam juga dipengaruhi oleh berbagai gaya arsitektur, seperti
arsitektur Fatimiyah yang berkembang dalam kekhalifahan
Fatimiyah di Afrika Utara.Meskipun demikian, informasi
spesifik mengenai toko-toko pencetus arsitektur Islam tidak
ditemukan dalam sumber yang disediakan.Dalam konteks
sejarah masuknya Islam ke Indonesia, terdapat beberapa teori
yang menerangkan bagaimana agama Islam masuk ke
Indonesia, seperti teori Gujarat yang menyatakan bahwa Islam
dibawa ke Indonesia oleh pedagang asal Gujarat, India
Barat.Selain itu, terdapat teori lain yang menerangkan
masuknya Islam ke Indonesia, seperti teori Mekkah, Persia, dan
China.Sejarah masuknya Islam ke Indonesia juga terkait
dengan perdagangan dan pelayaran antar benua yang
berlangsung berabad-abad lalu. Terdapat banyak teori yang
menerangkan masuknya Islam ke Indonesia, dan kebanyakan
teori tersebut menggambarkan Islam masuk pada masa awal-
awal Hijriah atau sekitar tahun 700 Masehi. Dalam konteks
filsafat Islam, filsafat Islam dimaksudkan sebagai filsafat dalam
perspektif pemikiran orang Islam, yang merupakan upaya
manusia untuk memahami secara radikal dan integral mengenai
Tuhan, alam semesta, dan manusia. Filsafat Islam juga
memiliki keberpihakan (komitmen) kepada keselamatan dan
kedamaian dalam konteks Islam

BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
Arsitektur Islam merupakan wujud perpaduan antara
kebudayaan manusia dan proses penghambaan diri seorang
manusia kepada Tuhannya, yang berada dalam keselarasan
hubungan antara manusia, lingkungan dan Penciptanya.
Perkembangan arsitektur Islam dari abad VII sampai
abad XV meliputi perkembangan struktur, seni dekorasi, ragam
hias dan tipologi bangunan. Daerah perkembangannya meliputi
wilayah yang sangat luas, meliputi Eropa, Afrika, hingga Asia
tenggara.
Arsitektur Islam: Seni Ruang dalam Peradaban Islam"
adalah untuk menjelaskan bagaimana arsitektur Islam
mencerminkan nilai-nilai dan etika Islam, serta bagaimana seni
ruang dalam arsitektur Islam menciptakan harmoni dan
keseimbangan yang mencerminkan ketaatan manusia kepada
Sang Pencipta. Jurnal ini juga bertujuan untuk menyoroti
keragaman arsitektur Islam di seluruh dunia, yang semuanya
bersatu dalam tujuan pengabdian kepada Allah.
Inti dari prinsip-prinsip ini adalah merancang
bangunan yang fungsional, efisien, dan sejalan dengan nilai-
nilai Islam. Prinsip-prinsip ini menekankan pentingnya
kesederhanaan, keterbukaan, keteraturan, dan integrasi dengan
lingkungan. Desain harus memprioritaskan kebutuhan
pengguna dan masyarakat, sekaligus mempertimbangkan aspek
ekonomi dan psikologis bangunan.
Masjid Noh-Gonbad adalah salah satu contoh
arsitektur Islam tertua, dan tidak diragukan lagi masjid paling
kuno di Afganistan, dibangun pada tahun 794 M, beberapa
dekade setelah Hijrah Muhammad.Dengan teknologi bangunan
khusus dan dekorasi plesteran yang megah, bangunan ini
mewakili sebuah mahakarya.
Simbolis dan Tanda Dalam Arsitektur Islam dengan
mengeksplor simbol dan tanda dalam arsitektur Islam serta
makna dan signifikansinya
Kata geometri mengacu pada ilmu tentang sifat-
sifat dan hubungan besaran seperti titik, garis, permukaan,
atau benda padat dalam ruang dan cara bagian-bagian suatu
benda tertentu saling menempel (Concise Oxford English
Dictionary, 1999).
Perkembangan arsitektur islam mengenai bentuk
arsitektur islam di nusantara tersebut adalah menjelaskan
tentang arsitektur Islam dan karakteristiknya, serta
bagaimana faktor geografis dan budaya lokal mempengaruhi
bentuk arsitektur Islam.
Pondok Pesantren Modern yang akan saya rancang
menggunakan pendekatan arsitektur islam yang di peroleh dari
tapak, tata lingkungan, sosial, konsep, dan wawasan tentang
islam.
Konsep Arsitektur Islam modern merupakan
pendekatan arsitektur yang menerapkan nilai islam pada
perancangan bangunan dengan karakteristik yang mudah
dikenali seperti ornament, bukaan yang sederhana. Metode
Eksplorasi desain dan deskriptif kualitatif digunakan dalam
membuat desain dan penerapan aplikasi ornament pada
bangunan. Tujuan penulisan untuk menerapkan ornament
arsitektur islam modern pada fasad bangunan
Masjid Agung Darussalam Bojonegoro memiliki
bagian-bagian fungsi terpenting yang dibagi menjadi dua
macam, yaitu Interior bagian dalam masjid dan bagian luar
masjid. Interior masjid meliputi : mihrab, mimbar,bedug, ,
serambi serta lampu sebagai penerang cahaya dalam masjid.
Sedangkan eksterior masjid meliputi: atap, menara, makam dan
ruangan lain sebagai fasilitas jama’ah.
Sambas Islamic Center merupakan wadah bagi umat Islam
yang ingin menjalankan ibadahnya baik kepada Allah S.W.T.,
sesama manusia, maupun alam sekitar. Kawasan inidirancang
senyaman mungkin dengan desain lanskapnya menggunakan
elemen air dan vegetasi agar terkesan layaknya surga
untuk mengingatkan rasa bersyukur hamba terhadap Allah yang
telah menciptakan alam dan seisinya.
Arsitektur kontemporer merupakan suatu bentuk
karya arsitektur yang sedang terjadi di masa sekarang, yang
mencirikan kebebasan berekspresi,keinginan untuk berperan
dalam dalam dunia mode. Menampilkan sesuatu yang
berbeda ,dan merupakan sebuah aliran baru atau
penggabungan dari beberapa aliran arsitektur.
M

VI

ARSITEKTUR
BAROK
BAB I
PENDAHULUAN
Abstrak – Arsitektur adalah proses dan produk
perencanaan, perancangan, dan konstruksi bangunan
yang hasilnya terkadang berpacu pada seni. Salah satu
gaya dari arsitektur ini sendiri adalah Barok. Barok
adalah gaya atau aliran seni yang berasal dari Eropa
yang menekankan gerakan, kontraks, dan detail yang
terlihat dalam suatu karya. Arsitektur Barok adalah gaya
bangunan, desain, dan seni yang sangat mewah yang
berasal dari Italia selama abad ke-17 dan menyebar ke
seluruh Eropa, dan akhirnya, AS. Arsitekturnya ditandai
dengan bentuk yang sangat detail, marmer, dekorasi
skala besar, dan warna cerah. Gaya Barok dimaksudkan
untuk mewakili kemuliaan Gereja Katolik Roma. Latar
belakang dari penelitian ini adalah mngetahui lebih
lanjut atau mendalam mengeai arsitektur barok. Metode
penelitian yang digunakan dalam hal ini adalah analisis
analogis, dengan mencari pendeskripsian arsitektur
barok. Kita dapat melihat hal yang membedakan gaya
arsitektur dapat menjadi tantangan, terutama jika
pembangun menggabungkan bentuk dari gaya yang
berbeda, motif dan dekorasi yang rumit, serta
arsitekturnya yang menarik perhatian.
Kata kunci-Arsitektur, arsitektur barok

1.1. LATAR BELAKANG


Penulis Jerman abad ke-18 Johann Wolfgang von
Goethe, yang sering dikenal dengan Faust-nya, pernah berkata
bahwa "arsitektur adalah musik yang membatu" (Soret, 1850,
p. 146). Goethe mengatakan bahwa mood yang diciptakan
oleh arsitektur mendekati efek musik. Dalam esai yang
diterbitkan di Architectural Review, Jencks menjelaskan
bahwa arsitektur dan musik memiliki hubungan yang sama
yang dapat digambarkan melalui keduanya: ritme, harmoni,
intensitas emosional, makna, aliran atau gaya, perkembangan
akord (atau perbandingan perjalanan arsitektur).
Menurut Jencks, keduanya masih memiliki banyak
kesamaan, namun Jencks menekankan bahwa musik dapat
menjadi aspek arsitektur atau urbanisme yang kurang
dihargai; tetapi juga bisa menjadi seni waktu yang
mengarahkan dan mengatur pengalaman dan perjalanan
penerimanya melalui ruang dan waktu. Kajian ini
mengungkap hubungan antara dua bidang, arsitektur dan
musik, dengan melihat sejarah keduanya. Pameran ini
bertujuan untuk mengembangkan pemahaman kita tentang
keterkaitan keduanya. Terakhir, pemahaman yang lebih
mendalam tentang kedua bidang tersebut dan sintesisnya
dalam bentuk Zeitgeist atau semangat zaman dapat membantu
kita sebagai manusia melestarikan budaya yang telah
berkembang selama berabad-abad dan memungkinkan kita
sebagai manusia untuk mencari hal-hal baru, seperti yang
dikatakan oleh arsitek Daniel Libeskind. telah melakukan . ,
yang menghasilkan arsitektur melalui hubungan antara dua
bidang tersebut. Kajian ini secara khusus membahas
hubungan analogi antara arsitektur barok dan musik, yaitu
pergerakan di Eropa pada abad ke-17 dan ke-18. Masa Barok
sering disebut sebagai awal mula pemikiran stilistika modern,
yang diawali dengan penemuan- penemuan ilmu pengetahuan
yang terus berkembang.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berikut adalah pertanyaan – pertanyaan yang akan
dijawab dalam penelitian ini.
 Apakah arsitektur dan musik Barok memiliki pola yang
dibangun dari konsep yang sama
 sehingga memiliki unsur-unsur yang secara analogis dapat
dikomparasikan? Bagaimana elemen-elemen arsitektur dan
musik Barok dapat dikomparasikan?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
 Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh pemahaman
tentang komparasi antara elemen arsitektural dan elemen
musikal Barok dengan pendekatan analogis, untuk
memberikan kedua bidang pandangan baru yang dapat
membantu keduanya untuk berkembang.
 Melihat hubungan arsitektur dan musik secara kualitatif.
 Untuk mengerti lebih dalam tentang zeitgeist atau the spirit
of the ages zaman barok, sehingga dapat ditemukan tema
yang berkepanjangan pada zaman ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Jevon Hosea Thenadi, Roni Sugiarto, Juli 2021 “STUDI


ANALOGIS ARSITEKTUR DAN MUSIK BAROK”
Tujuan dari penelitian jurnal tersebut adalah untuk
memperoleh pemahaman tentang komparasi antara elemen
arsitektural dan elemen musikal Barok dengan pendekatan
analogis, untuk memberikan kedua bidang pandangan baru
yang dapat membantu keduanya untuk berkembang.
Penelitian ini juga bertujuan untuk memperjelas zeitgeist atau
semangat zaman dari Barok baik dari segi arsitektur dan
musik, menambah pendekatan teori arsitektur, dan
mempromosikan musik dan arsitektur Barok yang kadang
kala tidak diperhatikan oleh masyarakat umum pada zaman
ini.
Kesimpulan dari jurnal ini adalah bahwa terdapat
korelasi yang kuat antara arsitektur dan musik Barok, yang
dapat ditemukan melalui analisis analogis. Kedua disiplin ini
memiliki pola bentuk, tekstur, dan artikulasi yang serupa,
yang mencerminkan estetika dan nilai-nilai budaya pada masa
itu. Penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih dalam
tentang seni dan gaya Barok, serta memberikan cara baru
berpikir melalui perenungan akan masa lalu.
Secara arsitektural, Hal ini ditunjukkan pada Piazza
del Polopo, Roma. Seperti telah dibahas, perbedaan ukuran
tapak gereja kembar, menyebabkan gereja pada tapak lebih
kecil dibuat menjadi oval sehingga terkesan memiliki ukuran
yang sama.
Gambar 1. Piazza Navona
Sumber :https://fr.wikipedia.org/wiki/Place_des_Victoires;
Nolberg-Schulz, 1986

Gambar 2. Place des Victoires


https://en.wikipedia.org/

B. Roni sugiarto, Maret 2019 “STUDI


ANALOGIS BENTUK ARSITEKTUR DAN MUSIK
BAROK”
Dalam jurnal tersebut, arsitektur Barok dijelaskan
sebagai suatu seni spatial yang berkulminasi dalam sintesis
dari volume-volume spatial plastis. Kesatuan dari ide-ide
spatio-plastis mencapai klimaksnya dalam interpenetrasi
antara ruang skulptural dari ruang arsitektural. Interpenetrasi
ini tercipta pada arsitektur Barok yang merangsang
pergerakan tubuh manusia dan mau tidak mau memaksa
umatnya melalui sikuens ritmis dari ruang-ruangnya.
Arsitektur Barok muncul di Italia sebagai reaksi terhadap
aturan ketat Renaissance dan dianggap sebagai tempat
kelahiran kekuatan seni Barok yang membentang sepanjang
abad ke-17 dan paruh pertama abad ke-18.
Kesimpulan dari jurnal tersebut adalah bahwa
terdapat keterhubungan analogis antara ruang arsitektural dan
musikal Barok. Pembentukan ruang arsitektur Barok memiliki

semangat spasialitas yang bersifat keibaan, emosional, dan


ekspresif, serta menyebabkan pergerakan ruang yang terus-
menerus seolah-olah mengesankan tidak mau berhenti,
dengan kata lain ruang arsitektur Barok sangatlah dinamis dan
terbuka. Demikian juga musik Barok, kualitas tatanan yang
tercipta sangat hidup, ekspresif, emosional dan memiliki pola
keberlanjutan tidak berhenti, letupan-letupan dinamika yang
membuat tatanan musik menjadi lebih dramatis, serta
memiliki banyak variasi. Sistem representasi menjadi kunci
dalam menghantarkan visi tatanan/ruang arsitektural serta
musikal Barok, sehingga dapat dicari kedekatan hubungan
antar masing-masing kekuatan seni.
Gambar 1.
Bentuk langit-langit gereja San Ivo della Sapienza yang berbentuk segi enam simbol
kebiaksanaan
Unsur-unsur yang menjadi analogi antara sensasi auditory dan
manifestasi wujud arsitektur dalam penelitian ini adalah bentuk,
material, tekstur, struktur, hirarki, dan sikuens.
Pendekatan konsep representatif dan analogis digunakan
dalam penelitian ini untuk mencari analogi antara sensasi
auditory dengan manifestasi wujud arsitektur. Dalam
penelitian ini, sistem representasi menjadi kunci dalam
menghantarkan visi arsitektur serta musik Barok yang bersifat
imajinatif dan ekspresif ke dalam perwujudan bentuk atau
suatu manifestasi. Analogi atributif yang bersifat elementer
dan terindra menggunakan unsur-unsur yaitu bentuk, ruang,
tekstur, ritme, dan ornamen dalam meng-komparasi-kan
kedua seni itu. Sementara analogi proporsionalitas
menggunakan sesuatu yang bersifat transendental.
C. Roni Sugiarto “DINAMIKA
KETERHUBUNGAN RUANG
ARSITEKTURAL DAN MUSIKAL BAROK”
Jurnal tersebut membahas tentang Dinamika
Keterhubungan Analogis Ruang Arsitektural dan Musikal
Barok. Inti dari jurnal ini adalah menjelaskan bagaimana
arsitektur dan musik Barok memiliki karakteristik seni yang
sama dalam mencari keindahan yang tiada akhir. Dalam jurnal
ini dijelaskan bahwa arsitektur Barok memiliki semangat
spasialitas yang bersifat keibaan, emosional, dan ekspresif,
serta menyebabkan pergerakan ruang yang terus-menerus
seolah-olah mengesankan tidak mau berhenti, dengan kata
lain ruang arsitektur Barok sangatlah dinamis dan terbuka.
Demikian juga musik Barok, kualitas tatanan yang tercipta
sangat hidup, ekspresif, emosional dan memiliki pola
keberlanjutan tidak berhenti, letupan-letupan dinamika yang
membuat tatanan musik menjadi lebih dramatis, serta
memiliki banyak variasi (Page 9). Kesimpulan dari jurnal ini
adalah bahwa terdapat keterhubungan analogis antara unsur-
unsur arsitektural dan musikal Barok, dan unsur aktivitas yang
di dalamnya terdapat unsur sosial budaya menjadi unsur yang
bersinggungan langsung dengan kosmologi, tempat dan
waktu.
Meskipun arsitektur dan musik Barok memiliki
karakteristik seni yang sama dalam mencari keindahan yang
tiada akhir, keduanya memiliki perbedaan wujud. Arsitektur
Barok memiliki semangat dan unsur pemikat yang kuat,
dengan garis lengkung yang kuat di bawah penetrasi cahaya
sehingga membuat efek solid-void yang unik, permainan
ritme pada struktur untuk menciptakan gerakan yang
terhubung dengan cahaya yang tercipta, dan kedinamisan
yang tidak berhenti muncul pada arsitektur Barok (Page 3).
Sementara itu, musik Barok menunjukkan. Kecenderungan
untuk menciptakan dekorasi yang berlebihan dengan melodi
panjang dan menerus serta berbagai ritme yang terbentuk.
Dalam menghantarkan visi tatanan/ruang arsitektural
serta musikal Barok, kunci utamanya adalah sistem
representasi. Sistem representasi ini menjadi kunci dalam
menghantarkan visi tatanan/ruang arsitektural serta musikal
Barok, sehingga diharapkan secara imajinatif dan ekspresif
perwujudan dinamika hubungan antara ruang arsitektural dan
musikal Barok dapat ditemukan.

D. Cevinita Nahany Nevia Nikita Becker, April 2023


“ANALISIS ESTETIKA MUSIK BAROK PADA "FEEL
MY RHYTHM”
Kesimpulan yang terdapat pada jurnal tersebut
bahwa penggunaan sampel musik zaman Barok "Air on the G
String" pada lagu populer "Feel My Rhythm" menunjukkan
eksplorasi musik yang muncul akibat peningkatan kreativitas
manusia dalam menghadapi perubahan zaman. Dalam
penggunaannya, terdapat penyesuaian struktur dan nada dasar,
progresi akor, kelincahan bass dan harmoni, serta intervensi
medium suara elektronik pada lagu "Feel My Rhythm"
melalui perspektif estetika musik Barok "Air on the G String."
Meskipun demikian, autentisitas estetika (karakteristik) musik
Barok masih hadir dan hanya diberikan peningkatan aspek
modernitas. Oleh karena itu, penggunaan sampel musik
zaman Barok pada lagu populer dapat memberikan sudut
pandang baru tentang bagaimana musik di era Barok dapat
tetap hadir dengan kompetitif dan menginspirasi musik
populer.
Terdapat hubungan yang erat antara musik Barok
dengan arsitektur Barok. Kedua seni tersebut muncul pada
periode yang sama, yaitu sekitar abad ke-17 hingga awal abad
ke-18 di Eropa. Arsitektur Barok ditandai dengan penggunaan
ornamen yang berlebihan, simetri yang kuat, dan penggunaan
cahaya dan bayangan yang dramatis. Sementara itu, musik
Barok ditandai dengan penggunaan ornamen yang rumit,
harmoni yang kompleks, dan penggunaan instrumen musik
yang beragam. Kedua seni tersebut juga memiliki ciri khas
yang sama, yaitu penggunaan gerakan yang dramatis dan
ekspresif. Selain itu, dalam arsitektur Barok, gereja dan istana
menjadi bangunan yang paling banyak dibangun, dan musik
Barok sering dimainkan di gereja dan istana. Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa musik Barok dan arsitektur Barok
saling mempengaruhi dan mencerminkan keadaan sosial dan
budaya pada masa itu.

Gambar 1. Sampul Album The ReVe Festival 2022–Feel My


Rhythm Versi Capriccioso Sumber: SM Entertainment, 2022

E. Caroline Sumarno, Nurhasanah ’’GAYA DESAIN


BAROQUE DAN ROCOCO PADA LEMARI
SCHEPENKAST DI MUSEUM SEJARAH JAKARTA’’
Jurnal tersebut membahas tentang Gaya Desain
Baroque dan Rococo pada Lemari Schepenkast di Museum
Sejarah Jakarta, dan menjelaskan tentang ornamen, bentuk,
dan warna yang digunakan pada lemari tersebut. Penulis juga
menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan,
seperti studi literatur, observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Selain itu, penulis juga melakukan analisis
terhadap hasil pengamatan dengan teori pustaka yang telah
dikumpulkan.
Lemari Schepenkast memiliki kaitan dengan
arsitektur Barok karena gaya desain Barok yang tercermin
pada lemari tersebut merupakan bagian dari gerakan seni dan
arsitektur Barok yang berkembang pada akhir abad ke-16 dan
awal abad ke-17. Gaya Barok ditandai dengan keberanian dan
solid pada bentuk, kaya akan warna kontras, dan
menggunakan material yang mahal dan eksotik. Ornamen
patung manusia yang ditemukan pada lemari Schepenkast,
baik pada bagian kiri dan kanan atas maupun di sisi samping
lemari, merupakan ciri khas dari gaya desain Barok yang
sering ditemukan pada arsitektur gereja-gereja dan istana pada
abad ke- 17.. Oleh karena itu, lemari Schepenkast dapat
dianggap sebagai contoh kecil dari pengaplikasian gaya
desain Barok pada furnitur dan memiliki kaitan dengan
arsitektur Barok yang lebih luas.
Jurnal tersebut membahas tentang Gaya Desain
Baroque dan Rococo pada Lemari Schepenkast di Museum
Sejarah Jakarta, dan menjelaskan tentang ornamen, bentuk,
dan warna yang digunakan pada lemari tersebut. Penulis juga
menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan,
seperti studi literatur, observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Selain itu, penulis juga melakukan analisis
terhadap hasil pengamatan dengan teori pustaka yang telah
dikumpulkan.

F. I Putu Zenit Arimbhawa “ARSITEKTUR BAROQUE”


Tujuan Penulisan tugas ini adalah menambah
wawasan tentang ragam arsitektur dunia serta untuk mengenal
lebih mendalam tentang arsitektur dunia khususnya pada era
arsitektur Baroque dengan memberikan gambaran-gambaran
sejarah yang memunculkan pergerakan ar-sitektur ini seta ciri
khas dari arsitektur Baroque yang membedakannya dengan
arsitektur di era yang lain. Dalam perkembangannya arsitektur
baroque yang menjadi tren di era itu menyebar luas ke
berbagai belahan eropa diantaranya :
 Spanyol
Arsitektur baroque di spanyol bisa dilihat pada fasad
bangunan Granada Catedral (oleh Alon- so Cano) dan Jaén
Cathedral (oleh Eufrasio López de Rojas). Karya-karya
tersebut menunjuk kan kefasihan seniman dalam
menggabungkan motif tradisional arsitektur katedral Spanyol
dengan chiaroscuro Baroque. Desain melibatkan permainan
elemen tektonik dan dekoratif dengan sedikit hubungan dengan
struktur dan fungsi.

Santiago de Compostela - Galicia – España a Grania de San Idetonso. Palacio Reall


Sumber : Wikipedia Sumber : Wikipedia

 Perancis
Perancis menjadi salah satu pusat arsitektur sekular
Baroque selain di Roma. Karya arsitektur Palais du
Luxembourg oleh Salomon de Brosse menjadi tanda
masuknya Baroque. De Brosse memadukan unsur-unsur
tradisional Perancis (misalnya atap mansard tinggi) dengan
nuki-lan/kutipan italianate (misalnya ubiquitous rustication,
berasal dari Palazzo Pitti di Florence).Langkah berikut dalam
pengembangannya arsitektur perumahan Eropa, dimana
melibatkan integrasi kebun dalam komposisi istana, (seperti
yang dicontohkan oleh Vaux-le-Vicomte), di mana arsitek
Louis Le Vau, desainer Charles Le Brun dan tukang kebun
André Le Notre me- lengkapi keahlian masing-masing.

Château de Maisons, di dekat Paris olen Francois


Sumber: Wikipedia

St. Georges Cathedral (dibangun antara Mansart (1642)


1736 dan 1774), Timisoara Sumber : Wikipedia
Dan masih banyak lagi penyebaran arsitektur
Baroque di negara lain seperti di Malta, Portugal, Hungaria,
Transylvania, Belanda, Inggris, Rusia, Ukraina, Scandinavia
dan Turki. Di ujung era baroque (abad ke-18) muncul gaya
Rococo sebagai kelanjutan dari pergerakan Baroque yang
terkesan lebih ringan, lebih anggun yang juga merupakan
versi yang lebih rumit dari Baroque. Sementara itu arsitektur
kembali mengalami pertentangan khususnya karena dampak
masa renaissance, rivalitas dan perbedaan. di Prancis mulai
ada gerakan seni yang kembali menjunjung bias klasik
(arsitektur neo-klasik) yang mengelaborasi arsitektur klasik
dan penerapan-penarapan desain di luar itu secara manerisme
namun masih sesuai dengan ketentuan klasik. Gaya arsitektur
neo-klasik ini cukup berjaya, memunahkan arsitektur barok
dan arsitektur rokoko, serta banyak diterapkan di banyak
negara bahkan di luar Eropa.

G. YohanesyMantiri, Wahyudi Siswanto. November 2013


’’EKSPOLARASI MUSIK DALAM MORFOLOGI
ARSITEKTUR’’
Kesimpulan dari jurnal tersbut bahwa musik dapat
mempengaruhi desain arsitektur dan interior melalui prinsip
estetika seperti harmoni, ritme, keseimbangan, penekanan,
tema, karakter, dan spesifik lainnya. Selain itu, popularitas
jenis maupun kelompok musik tertentu juga dapat
mempengaruhi desain arsitektur dengan menciptakan suasana
atau tema yang sesuai dengan karakteristik music tersebut.
Visualisasi musik dalam desain arsitektur dapat dilakukan
dengan menggunakan kepekaan akan prinsip estetika dan
kesan psikologis warna, bahan, dan konstruksi.
Kekuatan memori terhadap popularitas jenis maupun
kelompok musik tertentu dapat mempengaruhi desain
arsitektur. Contohnya, area-area publik seperti restoran dan
kafe bergaya retro dengan mengambil tema aliran musik
tertentu. Selain itu, menurut teks (Page 2), karakteristik musik
ataupun kelompok band yang diusung dapat menjadi sumber
inspirasi dari sebuah karya desain arsitektur. Tampilan grafis
pendukung image juga menjadi salah satu upaya penciptaan
'sense of place'. Oleh karena itu, popularitas jenis maupun
kelompok musik tertentu dapat mempengaruhi desain
arsitektur dengan menciptakan suasana atau tema yang sesuai
dengan karakteristik musik tersebut.
Prinsip estetika yang diperlukan dalam desain
interior dan arsitektur meliputi harmoni, ritme, keseimbangan,
penekanan, tema, karakter, dan spesifik lainnya. Prinsip-
prinsip ini dapat digunakan sebagai sumber inspirasi dalam
desain dan membantu menciptakan desain yang utuh dan
integral. Selain itu, dalam musik terdapat beberapa jenis nada,
irama, melodi, harmoni, dan ritme yang juga dapat
diaplikasikan dalam desain interior dan arsitektur.

H. Sri Sunarti, Ikaputra. April 2021 “SEMIOTIKA UNTUK


MEMAHAMI MAKNA ARSITEKTUR RAGAM HIAS”
Disebutkan bahwa pada masa Barok (Eropa abad 17-
18), para arsitek dan seniman menciptakan arsitektur untuk
membentuk teatrikalitas yang memukau. Bentuk bangunan,
patung penghias, lukisan dekoratif dan ornament dilebur
menjadi satu yang disebut Gianlorenzo Bernini sebagai “bel
composto” atau leburan yang indah. Disebutkan bahwa
Arsitektur Baroque adalah salah satu contoh arsitektur yang
memiliki ragam hias fasad yang kaya dan kompleks. Oleh
karena itu, arsitektur Barok memiliki kaitan dengan arsitektur
ragam hias dan dapat dipelajari melalui pendekatan semiotika
dalam memahami makna dari ragam hias dalam arsitektur.
Dapat saya sampaikan bahwa jurnal tersebut
membahas tentang pentingnya pemahaman terhadap makna
dari ragam hias dalam arsitektur, khususnya pada arsitektur
Barok. Jurnal ini juga membahas tentang pendekatan
semiotika dan fenomenologi kombinasi case study dalam
memahami makna dari ragam hias dalam arsitektur. Jurnal ini
dapat menjadi referensi yang berguna bagi para mahasiswa,
peneliti, dan praktisi arsitektur yang tertarik untuk
mempelajari lebih lanjut tentang semiotika dan fenomenologi
dalam arsitektur.
Dikatakan bahwa arsitektur Barok memiliki tujuan
untuk menciptakan bangunan yang indah, megah, dan
spektakuler dengan menggunakan ragam hias fasad yang kaya
dan kompleks serta teatrikalitas yang memukau. Selain itu,
arsitektur Barok juga memiliki tujuan untuk mengekspresikan
kekuasaan dan kemegahan dari pihak yang memerintah atau
membiayai pembangunan bangunan tersebut.

I. Taryadi, Bakhrudin Latif. April 2022 ’’INTERPRETASI


MUSIK BAROK PADA LAGU THE TRUMPET SHALL
SOUND KARYA HANDEL’’
Kesimpulan dari jurnal tersebut adalah bahwa
interpretasi musik pada era Barok memerlukan pemahaman
yang mendalam tentang aturan-aturan interpretasi musik pada
masa itu. Aturan-aturan ini tidak dimaksudkan untuk
membatasi pemain musik dalam menginterpretasikan sebuah
karya musik, tetapi untuk mempertahankan tradisi dan
memperkaya teknik dan pengalaman bermusik yang akhirnya
dapat membentuk musikalitas seseorang. Dalam penelitian
tersebut, analisis interpretasi musik Jaman Barok dilakukan
melalui aturan-aturan interpretasi musik Jaman Barok yang
terdiri dari metrik, slur, detached notes, unequal notes, dan
dinamika.
Tujuan dari jurnal tersebut adalah untuk memberikan
pemahaman yang lebih mendalam tentang interpretasi musik
pada era Barok, khususnya bagi pemain terompet dan
mahasiswa musik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
interpretasi musik pada era Barok dengan menggunakan
contoh lagu The Trumpet Shall Sound karya Handel. Dalam
penelitian ini, penulis ingin menunjukkan bahwa pemahaman
yang baik tentang aturan-aturan interpretasi musik pada era
Barok dapat membantu pemain musik untuk
menginterpretasikan karya musik dengan lebih akurat dan
sesuai dengan konteks waktu dan budaya pada masa itu.
Beberapa kelebihan dari jurnal tersebut adalah:
 Memberikan pemahaman yang mendalam tentang
interpretasi musik pada era Barok: Jurnal ini memberikan
penjelasan yang rinci tentang aturan aturan interpretasi
musik pada era Barok, sehingga pembaca dapat
memahami dengan lebih baik bagaimana cara
menginterpretasikan karya musik pada masa itu.
 Menggunakan contoh lagu yang spesifik: Jurnal ini
menggunakan contoh lagu The Trumpet Shall Sound karya
Handel untuk menganalisis interpretasi musik pada era
Barok. Hal ini membantu pembaca untuk memahami
secara lebih konkret bagaimana aturan-aturan interpretasi
musik pada masa itu dapat diterapkan dalam sebuah karya
musik.
 Menggunakan metode penelitian kualitatif: Jurnal ini
menggunakan metode penelitian kualitatif yang
melibatkan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Metode ini memungkinkan penulis untuk mendapatkan
data yang lebih mendalam dan detail tentang interpretasi
musik pada era Barok.
 Memberikan kontribusi bagi pemain terompet dan
mahasiswa musik: Jurnal ini memberikan kontribusi yang
signifikan bagi pemain terompet dan mahasiswa musik
yang ingin memahami interpretasi musik pada era Barok
dengan lebih baik. Dengan memahami aturan-aturan
interpretasi musik pada masa itu, pemain musik dapat
menginterpretasikan karya musik dengan lebih akurat dan
sesuai dengan konteks waktu dan budaya pada masa itu.

J. Eustachia Adventia Shinta Utami, Juli 2023 ’’PROFIL


GEREJA KATOLIK SANTA PERAWAN MARIA BUNDA
KRISTUS WEDI KLATEN’’
Kaitan dengan arsitektur braok pada jurnal tersebut
dijelaskan bahwa gaya desain Barok memberikan kesan klasik
pada gereja. Gereja pada zaman Barok dipenuhi ragam hias
dan ukiran rumit seperti zaman Renaisans. Ornamen sering
ditemukan dalam bentuk ukiran, relief, dan lukisan-lukisan.
Struktur bangunan kuat dan kokoh, kolom bangunan
menggunakan ornamen flora dengan susunan orde doric,
ionic, dan corinthian. Pada zaman Barok, menara memiliki
bentuk yang lebih sederhana dan jumlah yang lebih sedikit.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa arsitektur gereja
Barok memiliki ciri khas yang klasik dan penuh ornamen,
serta menampilkan struktur bangunan yang kuat dan kokoh.
Kesimpulan pada jurnal tersebut dengan
menggunakan gaya arsitektur Barok bahwa gaya desain Barok
memberikan kesan klasik pada gereja dan memiliki ornamen
yang rumit. Gaya desain Barok juga menampilkan struktur
bangunan yang kuat dan kokoh, serta menara yang lebih
sederhana dan jumlah yang lebih sedikit. Selain itu, arsitektur
gereja Barok juga menampilkan ornamen flora dengan
susunan orde doric, ionic, dan corinthian pada kolom
bangunan.
Kelebihan lain dari arsitektur gereja Barok adalah
kemampuannya untuk menciptakan suasana yang dramatis
dan spektakuler melalui penggunaan cahaya dan bayangan
yang dramatis, serta penggunaan warna-warna yang cerah dan
kontras. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kelebihan
dari arsitektur gereja Barok adalah kemampuannya untuk
menciptakan suasana yang dramatis dan spektakuler melalui
penggunaan ornamen yang rumit, struktur bangunan yang
kuat dan kokoh, serta penggunaan cahaya, bayangan, dan
warna yang dramatis.

K. Kays Mulki , Martinus Bambang Susetyarto, Sri


Tundono ’’BANGUNAN GEDUNG ISTANA WAKIL
PRESIDEN DI BEBERAPA NEGARA’’
Dari jurnal tersebut kita dapat melihat bahwa elemen
ikon dignity tersebut mencerminkan kemegahan, kewibawaan,
dan representasi gerakan bangsa, yang merupakan
karakteristik umum dari gaya arsitektur Barok. Oleh karena
itu, meskipun tidak secara eksplisit disebutkan dalam kutipan
tersebut, kita dapat melihat kaitan antara elemen ikon dignity
pada bangunan istana wakil presiden dengan konsep
kemegahan dan kewibawaan yang sering diungkapkan dalam
gaya arsitektur Barok.
Kaitan antara elemen ikon dignity pada bangunan
istana wakil presiden dengan gaya arsitektur Barok. Elemen
ikon dignity pada bangunan Palácio da Alvorada, misalnya,
mencerminkan kemegahan dan kewibawaan dengan
karakteristik yang khas dari latar belakang bangunan tersebut .
Hal ini sejalan dengan gaya arsitektur Barok yang sering
menekankan kemegahan, drama, dan rasa kewibawaan
melalui desainnya yang megah dan monumental . Meskipun
tidak secara eksplisit disebutkan dalam kutipan tersebut, kita
dapat melihat kaitan antara elemen ikon dignity pada
bangunan istana wakil presiden dengan konsep kemegahan
dan kewibawaan yang sering diungkapkan dalam gaya
arsitektur Barok.
Tujuan dari jurnal tersebut adalah untuk melakukan
penelitian komparatif terhadap karakteristik elemen ikon
dignity pada bangunan Istana Wakil Presiden di beberapa
negara. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi aspek
preseden yang akan dihadirkan pada desain perancangan
istana wakil presiden. Penelitian ini juga bertujuan untuk
memahami bagaimana elemen ikon dignity direpresentasikan
dalam struktur bangunan, estetika, dan sebagai lambang atau
simbol yang merepresentasikan gerakan bangsa.

L. Dr. Saraswati Dewi, Juni 2020. ’’SENI DALAM LIPATAN


PANDEMI’’
Kaitannya dengan arsitektur Barok adalah bahwa
seni Barok tidak hanya terbatas pada musik dan lukisan, tetapi
juga mencakup arsitektur. Arsitektur Barok ditandai oleh
penggunaan elemen-elemen dekoratif yang berlebihan,
ornamen yang rumit, dan penggunaan efek optik untuk
menciptakan kesan dramatis dan megah. Hal ini
mencerminkan pandangan filosofis dan estetika Barok yang
menekankan pada keindahan yang dramatis dan spektakuler,
serta pengaruh emosi manusia dalam menghadapi kesulitan
dan penderitaan. Arsitektur Barok juga mencerminkan
paradoks dunia yang penuh dengan konflik dan penderitaan
namun juga penuh dengan harapan dan keindahan.
Dalam konteks pandemi, seni Barok dapat dianggap
sebagai contoh bagaimana seni tetap menyala dalam situasi
yang gelap. Seni Barok mencerminkan pandangan filosofis
dan estetika yang menekankan keindahan dramatis dan
spektakuler, serta pengaruh emosi manusia dalam menghadapi
kesulitan dan penderitaan. Dalam hal ini, arsitektur Barok
juga dapat dianggap sebagai bagian dari seni yang tetap
relevan dalam menghadapi situasi sulit, karena penggunaan
elemen dekoratif yang berlebihan dan efek optik untuk
menciptakan kesan dramatis dan megah dapat menjadi sumber
inspirasi dan kekuatan dalam menghadapi pandemi.
Tujuan dari jurnal tersebut adalah untuk menggali
dan mendalami pengaruh seni Barok terhadap pandangan
filosofis, estetika, dan empati manusia dalam menghadapi
situasi zaman yang sulit, seperti peperangan, kelaparan, dan
wabah. Jurnal tersebut juga bertujuan untuk menyoroti
bagaimana seni Barok mencerminkan paradoks dunia yang
rawan celaka namun juga penuh harapan, serta bagaimana
seni tersebut menjadi wadah untuk mengekspresikan emosi
manusia dalam menghadapi kesengsaraan.

M. Bayu Nugroho Putra1, Antariksa, Abraham M. Ridjal.


2017 ’’PELESTARIAN BANGUNAN KOLONIAL
MUSEUM FATAHILLAH DI KAWASAN KOTA TUA
JAKARTA’’
Bangunan Museum Fatahillah dikaitkan dengan
arsitektur Barok karena memiliki karakteristik arsitektur
Barok Klasik yang kuat, terutama dari segi visual dan
struktural. Bangunan ini juga memperlihatkan pengaruh gaya
Neo Klasik dan Barok Klasik pada fasadanya. Selain itu,
strategi pelestarian yang tepat perlu ditentukan untuk
mempertahankan karakteristik arsitektur Barok Klasik dari
Museum Fatahillah [3] [4]. Dari segi visual, bangunan ini
memiliki kesan monumental yang sangat kuat, yang
merupakan ciri dari arsitektur Barok Klasik. Susunan jendela
yang berukuran besar diatur dengan kesimetrisan secara
horizontal, serta kolom-kolom penopang bergaya doric pada
fasad utara bangunan, memperkuat karakteristik arsitektur
Barok Klasik.
Strategi pelestarian bangunan Museum Fatahillah
yang memiliki karakteristik arsitektur Barok Klasik mencakup
tindakan preservasi, konservasi, dan rehabilitasi. Tindakan
preservasi melibatkan 74 elemen, konservasi melibatkan 12
elemen, dan rehabilitasi melibatkan 4 elemen untuk
mempertahankan karakter spasial, visual, dan struktural
bangunan
Berdasarkan jurnal tersebut, dapat disimpulkan
bahwa Museum Fatahillah memiliki karakteristik arsitektur
Barok Klasik yang kuat, terutama dari segi visual dan
struktural. Bangunan ini juga memperlihatkan pengaruh gaya
Neo Klasik dan Barok Klasik pada fasadanya. Selain itu,
strategi pelestarian yang tepat perlu ditentukan untuk
mempertahankan karakteristik arsitektur Barok Klasik dari
Museum Fatahillah.

N. Agus Heru Purnomo , Sumaryoto, Suparno. April 2020


’’STUDI PENGARUH GAYA ARSITEKTUR BANGUNAN
TERHADAP DAYA TARIK KUNJUNGAN WISATA DI
KOTA LAMA SEMARANG’’
Arsitektur Barok memiliki pengaruh yang signifikan
di wilayah Semarang, terutama dalam pembentukan daya tarik
wisata. Bangunan-bangunan dengan gaya arsitektur Barok,
seperti Gereja Blenduk/Imanuel, menjadi landmark yang
ikonik di kota lama Semarang. Arsitektur Barok memberikan
tampilan fasade bangunan yang kokoh melalui pilar-pilarnya
yang bergaya Ionic, sehingga memberikan daya tarik visual
yang kuat bagi wisatawan. Selain itu, gaya arsitektur Barok
juga memengaruhi pembentukan gaya arsitektur Indische
Empire Style yang merupakan perpaduan antara unsur Eropa
klasik dengan unsur lokal untuk mengadaptasi iklim tropis di
kota Semarang. Dengan demikian, pengaruh arsitektur Barok
turut berkontribusi dalam membentuk daya tarik wisata di
kawasan kota lama Semarang.
Tujuan dari penggunaan arsitektur Barok adalah
untuk menciptakan bangunan yang megah, kokoh, dan indah
secara visual. Gaya arsitektur Barok sering kali menampilkan
pilar-pilar yang kokoh, ornamen-ornamen yang indah, dan
tampilan fasade yang dramatis. Selain itu, arsitektur Barok
juga sering digunakan untuk menciptakan kesan kemegahan
dan keagungan, serta untuk menunjukkan kekuatan dan
kekayaan dari pemberi proyek tersebut. Dengan demikian,
arsitektur Barok memiliki tujuan untuk menciptakan bangunan
yang menarik secara visual dan mencerminkan kekuatan serta
kemegahan dari pemberi proyek tersebut.
Bangunan-bangunan dengan gaya arsitektur Barok di
wilayah Semarang memiliki beberapa karakteristik yang
mencolok. Salah satunya adalah penerapan konsep simetri
yang kuat pada tampilan fasade dan ruang dalam bangunan,
serta penggunaan elemen dekoratif berupa cornice dan
molding baik pada interior maupun eksterior bangunan. Selain
itu, bangunan-bangunan tersebut juga menampilkan pilar-pilar
bergaya Ionic yang memberikan tampilan fasade yang kokoh
dan megah. Karakteristik lainnya adalah adanya ornamentasi
yang kaya dan detail pada bagian interior bangunan, yang
sering kali menggunakan langgam "Pseudo Baroque" .
Dengan demikian, karakteristik bangunan dengan gaya
arsitektur Barok di wilayah Semarang mencakup simetri kuat,
pilar-pilar bergaya Ionic, ornamentasi kaya, dan detail-detail
dekoratif yang mencolok.
Dari jurnal tersebut, dapat disimpulkan bahwa gaya
arsitektur Barok memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
daya tarik wisata di kawasan kota lama Semarang. Bangunan-
bangunan dengan gaya arsitektur Barok, seperti Gereja
Blenduk, Kantor Asuransi Jiwa Sraya, dan Gedung Marba,
dinilai menarik oleh sebagian besar responden. Gaya
arsitektur Barok juga memberikan kontribusi pada tampilan
jalan di sekitarnya dan memiliki ciri khas seperti ornamen,
gable, nok acroteire, dan penggunaan dormer/lucarne pada
atap. Penelitian ini menunjukkan bahwa gaya arsitektur Barok
berperan penting dalam meningkatkan daya tarik wisata di
kawasan kota lama Semarang, dengan skor penilaian
responden mencapai 75%.

BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN

Dunia abad ke-17 yang baru pun menjadi dunia bagi


manusia yang memiliki pilihan untuk memilih berbagai
alternatif baik itu: baik itu alternatif religius, filosofis,
ekonomis, atau politis. Manusia pada zaman ini mencari
sekuritas yang absolut, mereka pun memiliki alternatif untuk
mendapatkan sekuritas ini, baik dari: gereja Katolik Roma
yang dipulihkan, gerakan Reformasi yang berkembang
menjadi Kristen Protestan, pemikiran filsafat yang dibangun
oleh Descartes, Spinoza, Leibniz, atau Hobbes, atau pada
monarki absolut. Oleh sebab itu, dapat disebut bahwa zaman
Barok bersifat pluralistik dengan kondisi manusia yang
memilih alternatif untuk menggantikan kosmos yang sudah
hilang.
Akibat dari pluralistik ini, abad ke-17 memiliki
sistem yang karakternya terbuka dan dinamis. Sebuah ide
yang tetap dapat dikembangkan secara infinit. Dengan begitu,
karakter Barok berbeda dari Renaisans yang karakternya
tertutup dan statik, Barok berkarakter terbuka dan dinamis.
Dengan karakter ini, kita akan melihat fenomena di mana
sistematitisme dan dinamisme membantu totalitas yang
bermakna; hal ini terlihat baik di dalam arsitektur dan musik
zaman Barok. Dlam hal ini terdiri dari beberapa poin yaitu
analogi arsitektur dan music, pola bentuk, tekstur dan
artikulasi.
Arsitektur dan Musik. Untuk menganalogikan
arsitektur dan musik, perlu ditemukan elemen-elemen dari
keduanya yang setimpal. Menurut Jencks, arsitektur dan
musik keduanya memiliki hubungan yang dapat dijabarkan,
contohnya: ritme, harmoni, intensitas emosional, makna,
aliran atau gaya, progresi chord (atau perbandingan terhadap
perjalanan arsitektur melalui ruang).
Pola Bentuk. Arsitektur dan musik keduanya
memiliki pola bentuk. Pola bentuk menentukan organisasi
terbentuknya arsitektur maupun. Pola bentuk dipilih sebagai
aspek karena pola bentuk menentukan secara keseluruhan
bagaimana arsitektur itu dibangun. Pola bentuk arsitektur
ditentukan oleh relasi spasialnya meliputi interaksi antara
dua ruang atau lebih yang ditentukan oleh bentuk yang dapat
membentuk axis, simetri, hirarki, ritme, dan datum.
Tekstur. Tekstur dalam arsitektur adalah kualitas
permukaan dari suatu bentuk atau ruang yang dapat
dipersepsikan. Tekstur terbentuk oleh kualitas- kualitas yang
terdapat pada ruang yang dapat dipersepsi oleh penglihat,
seperti material, cahaya, artikulasi dan aspek-aspek lainnya.
Artikulasi. Artikulasi pada musik adalah bagaimana suatu
nada atau peristiwa tertentu dibunyikan. Sedangkan artikulasi
pada arsitektur mengacu pada sikap apa permukaan dari
bentuk mendefinisikan wujud dan volum. Dalam arsitektur,
karakter spasial dari suatu bangunan diekspresikan oleh relasi
antara dalam dan luar, tapi definisi dari relasi ini tidak hanya
berasal dari sifat spasial saja, melainkan dari artikulasi yang
berada di pertemuan antara dalam dan luar tersebut, yakni
temboknya.
Tidak diketahui secara pasti dari mana asal kata
‘baroque’, namun diperkirakan berasal dari bahasa Spanyol
‘barrueco’ yang berarti permata dengan bentuk tak beraturan.
Arsitektur Baroque mulai berkembang pada abad ke-16, dan
umumnya timbul karena perkembangan yang terjadi pada
GerejaKatolik. Pada pertengahan abad ke-16 Gereja Katolik
membuat gerakan untuk melawan perkembangan
Protestanisme dan gerakan untuk lebih menyebarluaskan
propaganda tentang Gereja Katolik. Salah satucara untuk itu
adalah dengan menekankan pentingnya bentukan seni pada
Gereja. Di dalam Gereja,arsitektur dan patung, lukisan dan
musik digabungkan dengan cara baru yang teatrikal untuk
menekankankepentingan ajaran Katolik sehingga dapat
membuat pesan-pesannya lebih atraktif/menarik.
Cita rasa pergerakan yang menerus, yang terutama
diciptakan oleh permainan dinding-dindingcekung dan
cembung, adalah fitur yang paling jelas pada bangunan
Baroque. Kesan pertama dalammelihat bangunan Baroque
adalah seperti melihat sebuah teater. Ada drama, ada
pergerakan, ada efek pencahayaan yang jelas (striking) dan
akustik yang baik.Arsitektur Baroque, yang muncul pertama
kali di Roma, adalah gaya bangunan pada gereja, istana dan
bangunan umum (yang dirancang dalam skala besar). Pada hal
tertentu, arsitektur Baroque dapatdikatakan sebagai
perpanjangan dari arsitektur Renaissans. Keduanya
mempunyai kubah (dome), kolom, pilaster, entablature dan
komponen-komponen klasik lainnya. Yang berbeda pada
arsitektur Baroqueadalah kebebasan, kebebasan dalam
menggabungkan komponen-komponen tersebut, dimana saat
Renaisans kebebasan ini tidak dapat diterima (ada aturan-
aturan baku).
Gambar diatas merupakan salah satu fitur yang
menakjubkan dari gereja- gereja Baroque. Orderraksasa,
biasanya setinggi dua lantai, dan dinding raksasa
mendominasi eksterior. Tebing layar-nya bisa berbentuk
lengkung kurva, ataupun lengkung yang mengarah ke atas
bertemu pada puncaknya.Jendela-jendela besar berbentuk
persegi panjang, dan jendela yang lebih kecil, yang
mempunyai lebih banyak ornament, berbentuk lingkaran,
setengah lingkaran, atau oval (bulat telur). Bentuk oval juga
diterapkan pada bingkai pahatan dinding (frame wall carving).
Denah lantai dasar biasanya juga oval, yang merupakan
bentuk geometris paling ‘bergerak’ (fluid) dan yang
menciptakan rasa pergerakan (movement). Bentuk oval
digunakan di seluruh bangunan.Saat memasuki gereja kesan
teater menjadi lebih kuat. Para perancang gereja Baroque
menginginkanorang yang datang untuk beribadah untuk
merasakan bahwa mereka juga ikut dalamacara, agar mereka
dapat mendengar dan melihat si pendeta dengan baik. Karena
itu kebanyakan gerejaBaroque tidak mempunyai kolom-kolom
yang membagi gang samping (aisle) dan lorong tengah
(nave),namun digantikan dengan kapel-kapel di bagian
samping sepanjang dinding.
Banyak karakteristik yang ditemukan di gereja
Baroque dapat ditemukan di istana juga.Termasuk di
dalamnya adalah fasade bergelombang, garis-garis ‘hidup’
(fluid) baik dalam konstruksi dan dekorasi, dan kaya akan
dekorasi.
Membedakan gaya arsitektur dapat menjadi
tantangan, terutama jika pembangun menggabungkan bentuk
dari gaya yang berbeda. Cari elemen-elemen kunci ini dalam
arsitektur Barok. Kubah atau kubah besar. Kubah ini
umumnya diposisikan di tengah bangunan. Motif dan dekorasi
yang rumit. Detailnya sangat rumit, yang menambah
kemewahan dan kesucian ruangan. Patung berlapis emas di
interior dan eksterior. Patung-patung itu terbuat dari plester
atau marmer dan memiliki warna dan tekstur yang sangat
kontras. Fitur yang menarik perhatian. Ini mungkin termasuk
dinding melengkung, langit-langit yang dicat, langit-langit
berkubah, kolom, patung, lengkungan, relung, air mancur,
gulungan, pedimen rusak, dll. Banyak dari elemen ini
memberikan kesan gerak yang dikenal sebagai dinamisme.
Atap mansard miring ganda. Elemen atap ini adalah ciri
utama arsitektur Barok Prancis dan digabungkan dibanyak
kastil atau rumah pedesaan.
Fakta Menarik Arsitektur Barok memiliki beberapa
tumpang tindih dengan arsitektur Renaissance. Renaissance
berlangsung antara 1400 dan 1600, dan periode Barok
mengikuti setelahnya. Dengan demikian, arsitek Barok
mengadaptasi bentuk klasik dari Renaisans dan dari Roma.
Misalnya, Saint Peter’s Basilica adalah gereja Barok di Kota
Vatikan yang memiliki fitur-fitur terinspirasi Renaisans.Type
bangunan pada masa baroque berupa:
 Sebagai tempat ibadah, gereja
 Sebagai pusat pemerintahan istana
 Bangunan umum yang di rancang dalam skala besar, tempat
ziarah dan tempat pusat interaksikegiatan masyarakat baik
formal maupun informal.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Arsitektur barok adalah gaya bangunan, desain, dan


seni yang sangat mewah yang berasal dari Italia selama abad
ke-17 dan menyebar ke seluruh Eropa, dan akhirnya, AS.
Arsitekturnya ditandai dengan bentuk yang sangat detail,
marmer, dekorasi skala besar, dan warna cerah. Gaya Barok
dimaksudkan untuk mewakili kemuliaan Gereja Katolik
Roma. Membedakan gaya arsitektur dapat menjadi tantangan,
terutama jika pembangun menggabungkan bentuk dari gaya
yang berbeda. Cari elemen-elemen kunci ini dalam arsitektur
Barok. Kubah atau kubah besar. Kubah ini umumnya
diposisikan di tengah bangunan.
Motif dan dekorasi yang rumit. Detailnya sangat
rumit, yang menambah kemewahan dan kesucian
ruangan.Patung berlapis emas di interior dan eksterior.
Patung-patung itu terbuat dari plester atau marmer dan
memiliki warna dan tekstur yang sangat kontras.
Fitur yang menarik perhatian. Ini mungkin termasuk
dinding melengkung, langit-langit yang dicat, langit-langit
berkubah, kolom, patung, lengkungan, relung, air mancur,
gulungan, pedimen rusak, dll. Banyak dari elemen ini
memberikan kesan gerak yang dikenal sebagai dinamisme.
Atap mansard miring ganda. Elemen atap ini adalah ciri utama
arsitektur Barok Prancis dan digabungkan di banyak kastil
atau rumah pedesaan.
Penelitian ini juga membuka peluang untuk
membangun konsep perancangan kontemporer. Ide-ide
mengenai persuasi, objektifikasi dan vertical ascension
tentunya dapat digunakan di karya-karya arsitektur atau musik
sakral kontemporer. Selain itu, ide-ide musikal yang telah
ditampilkan di sini juga dapat menjadi referensi pula untuk
membangun konsep karya arsitektur yang konkret
Pembahasan spesifik terhadap setiap periodisasi
zaman Barok atau spesifik terhadap lokasi
perkembangannya juga sangat menarik karena dapat
memberikan gambaran perkembangan yang menyeluruh.
M

U
L

VII

ARSITEKTUR
GOTHIK
BAB 1
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Arsitektur merujuk pada seni dan ilmu merancang dan
membangun bangunan. Hal tersebut melibatkan perencanaan,
desain, dan konstruksi bangunan atau lingkungan fisik lainnya.
Arsitektur juga tidak hanya mencakup aspek estetika, tetapi
juga mempertimbangkan fungsi, keamanan, kenyamanan, dan
efisiensi dari suatu struktur.
Sehingga dapat dikatakan bahwa arsitektur
dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk budaya, agama,
teknologi, politik, dan perkembangan sosial dan dapat
menciptakan suatu gaya arsitektur yang mengacu pada ciri-ciri
atau karakteristik visual yang mendefinisikan suatu periode
atau kelompok tertentu dalam desain bangunan. Tidak hanya
memenuhi kebutuhan fungsional dan teknis saja, tetapi juga
mencerminkan nilai-nilai estetika dan budaya.
Gaya arsitektur adalah ciri khas yang ada pada suatu
kelompok bangunan berdasarkan masa atau letak geografis
tertentu, lahir dari sejarah masyarakat dan dirangkum dalam
bentuk sejarah arsitektur. Ada banyak gaya arsitektur yang
berkembang sepanjang sejarah dan di berbagai belahan dunia,
seperti arsitektur tradisional, klasik, past-modern, islam, barok,
Gothik dan neo klasik.
Namun, Setiap gaya arsitektur memiliki masanya dan
akan terus berubah seiring dengan perkembangan waktu. Gaya
baru terkadang hanya merupakan "pemberontakan" terhadap
gaya yang ada. Seperti Arsitektur Gothik yang sudah jarang
ditemukan karena perkembangan zaman dan teknologi yang
mempengaruhi perubahan dalam gaya arsitektur, sehingga
banyak arsitek yang lebih memilih untuk mengadopsi gaya
arsitektur yang lebih modern dan inovatif.
Oleh karena itu, meskipun penggunaan Gothik dalam
pembangunan baru mungkin menurun, gaya ini masih
memegang peran penting dalam pelestarian dan restorasi
bangunan bersejarah. Bangunan dengan gaya Gothik yang
sudah ada sering kali dianggap sebagai warisan budaya dan
tetap dihargai sebagai bagian dari sejarah arsitektur.
II. Rumusan Masalah
1. Apa yang menjadi latar belakang dari munculnya
Arsitektur Gothik?
2. Bagaimana Pengaruh Arsitektur Gothik pada
perkembangan zaman dan dampak serta kebermanfaatannya di
lingkungan sosial?
3. Bagaimana perbandingan fungsionalitas dan estetika
bangunan arsitektur Gothik dengan gaya Arsitektur lainnya?
4. Bagaimana prinsip Arsitektur Gothik pada bangunan
di Indonesi

III. Tujuan
1. Diperolehnya informasi terhadap Sejarah Arsitektur
Gothik itu sendiri.
2. Diperolehnya informasi terkait pengaruh Arsitektur
Gothik pada perkembangan zaman, dampak atau
kebermanfaatannya di lingkungan sosial yang telah
dikemukakan.
3. Diperolehnya informasi terkait fungsionalitas dan
estetika bangunan Arsitektur Gothik dengan gaya arsitektur
lainnya.
4. Diperolehnya informasi terkait prinsip-prinsip
Arsitektur Gothik pada bangunan Katedral di Indonesia.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan Arsitektur Dari Masa Ke Masa


Menurut Widiastuti (2013) dalam perkuliahannya,
peradaban arsitektur pertama kali diperkirakan berasal dari
bangsa Mesopotamia yang terletak diantara dua sungai, yakni
sungai Tigris dan sungai Euphrates yang saat ini merupakan
bagian dari negara Irak dan Syria bagian timur. Sejarah
Mesopotamia dimulai sekitar 3.000 SM dan kemudian
menyebar ke wilayah Mesir dan hampir sebagian benua Asia
hingga memasuki peradaban di Eropa. Perkembangan arsitektur
dari masa ke masa dapat dijabarkan dalam bentuk kronologi.
Seperti menurut Marvin Trachtenberg dan Isabelle Hyman
dalam kronologi mereka, perkembangan arsitektur dibagi dalam
4 tahap,yaitu (Widiastuti,2013).
Arsitektur Gothik berada pada sejarah arsitektur abad
pertengahan yang dimulai pada tahun 313 M ketika agama
kristen dinyatakan sebagai agama yang legal. Pada masa ini
ilmu pengetahuan dan kesenian dimanfaatkan untuk
kepentingan religi termasuk dalam menciptakan suatu
bangunan dan tempat-tempat umum selalu menyediakan ruang
untuk tempat memuja Tuhan.]

2.2 Arsitektur Gothik Secara Umum


Gothik adalah seni keindahan era medieval yang
sangat historis alias bersejarah. Gaya desain dan arsitektur
Gothik sangat populer dan digemari pada masanya. Gaya
Gothik menawarkan suasana yang elegan sekaligus misterius
dan sedikit mistik. Mulai berkembang pada 1700an di Eropa,
dan menjadi salah satu gaya desain interior dan arsitektur yang
sangat populer dan digemari banyak orang pada 1800an di
Amerika. Menurut beberapa sumber, gaya desain ini pada
masanya disebut juga sebagai gaya Perancis atau French style.
Arsitektur Gothik merupakan arsitektur agung
vertikalis yang namanya umum disematkan pada gaya
arsitektur abad pertengahan yang menonjol di Eropa Barat dari
abad ke-12 hingga ke-16. Awalnya dikembangkan khusus
untuk digunakan dalam pembangunan gereja, terutama
katedral. Beberapa alasan utama mengapa arsitektur Gothik
cenderung menjadi pilihan utama untuk gereja melibatkan
faktor sejarah, kebutuhan liturgis, dan aspirasi simbolis. Gereja
pada awalnya muncul di benua eropa pada abad pertengahan
dimana gereja memiliki bentuk yang megah dan besar serta
memiliki nilai estetika dengan tujuan untuk menunjukkan
kebesaran dan keindahan dari ciptaan tuhan. Bentuk bangunan
gereja yang megah dan besar tersebut dimasukkan ke dalam
arsitektur Gothik.
Menurut Laurens dan Petra tahun 2013 pada awalnya
Arsitektur Gothik masuk ke Indonesia memiliki bentuk
arsitektur Gothik di Eropa dimana bentuk atap pipih, lancip dan
menjulang tinggi (Laurens & Petra,n.d.).
Kemudian Alwin Suryono tahun 2012 menambahkan
bahwa bangunan Gothik memiliki selubung yang membuat
bangunan terkesan megah, sakral dan indah serta terdapat
menara lonceng yang menjulang tinggi (Architecture, 2012).
Sedangkan menurut Santoso tahun 2014 bahwa
arsitektur Gothik didominasi penggunaan unsur vertikal dan
penggunaan kaca patri dengan memanfaatkan cahaya alami dan
menampilkan perjalanan religious pada kaca patri (Santoso,
2014).
Wayan dan Nyoman tahun 2017 menambahkan bahwa gaya
arsitektur Gothik memiliki warna yang cerah pada umumunya
didominasi warna putih serta glamour (MUGI RAHARJAI
NYOMAN; EKA JAYA PUTRA, WAYAN, 2017).
Arsitektur Gothik menjadi satu hasil seni yang paling
spektakuler dalam perkembangan arsitektur Eropa accidental.
Hal ini tidak diragukan oleh para ahli Sejarah seni dan
arsitektur. Gothik berkembang dalam jaman akhir kehidupan
dalam benteng telah disebut di depan sehingga jaman
Romanesque.
Arsitektur Romanesque adalah gaya arsitektur abad
pertengahan Eropa ditandai dengan lengkungan setengah
lingkaran yang akan berkembang menjadi gaya arsitektur
Gothik. Tidak ada kesepakatan mengenai waktu berawalnya
gaya Romanesque karena pengusulan waktunya beragam mulai
dari abad ke-6 sampai abad kesepuluh, namun contoh-
contohnya dapat ditemukan di seluruh penjuru Eropa, sehingga
menjadikan arsitektur Romanesque sebagai gaya arsitektur pan-
Eropa pertama sejak Arsitektur Imperial Romawi. Periode
Romanesque merupakan jaman kegelapan “Dark Ages” dimana
tidak banyak terdapat hasil karya arsitektur yang benar-benar
mencirikan masa ini. Para arsitek hanya meniru karya-karya
lama pada masa Romawi dan mencampurnya dengan ide-ide
dari agama Kristen sehingga gaya arsitektur Romanesque dapat
dikatakan perpaduan antara fitur dari bangunan Romawi Barat
dengan gaya arsitektur Byzantium. Kolaborasi dua masa
tersebut menciptakan karakteristik bangunan berupa gereja
yang khas di masaromanesque, yakni :
a. Memiliki karakteristik busur lengkung, dapat ditemukan
pada pintu, jendela, gang-gang arcade, langit-langit dan
lain-lain.
b. Atap pada awal menggunakan kayu, karena mudah
terbakar maka penggunaan kayu digantikan dengan langit-
langit lengkung terbuat dari batu.
c. Penggunaan langit-langit batu mengakibatkan beban
gedung bertambah sehingga dinding dibuat lebih tebal
sebagai pendukung yang disebut buttress.
d. Terdapat dua menara tinggi di bagian depan (barat).
e. Denah berbentuk lingkaran, segi empat atau segi delapan.
f. Atap berbentuk kerucut meruncing ke atas.
g. Pahatan adalah fitur terpenting pada dekorasi pintu masuk
utama. Pintu masuk terletak di bagian dalam dinding yang
tebal (beberapa dinding tebalnya mencapai 6m). Di atas pintu
terdapat tympanum yang biasanya diisi dengan pahatan yang
berisi penggalan cerita Injil.

h. Jendela terlihat kecil dan sempit. Susunan kolom, busur dan


pahatan dekorasi di sekeliling jendela membuatnya terlihat
lebih besar.
Salah satu ciri utama arsitektur Romanesque berbentuk
benteng atau menara pengawas, karena kesenjangan ekonomi
dan sosial antara para tuan tanah (yang kemudian menjadi raja
atau penguasa), dengan petani miskin. Kekuasaan dan kekayaan
raja didukung oleh gereja, semakin melimpah, membuat
kecenderungan membangun gereja yang besar, megah, dan
mewah. Bentuk tinggi dari arsitektur Romanesque, kemudian
menjadi ekstrim pada arsitektur Gothik dengan runcing-
runcing, penuh dengan hiasan, mengacu semata-mata pada
keindahan dan kemegahan.
Ciri umum yang paling menonjol dari arsitektur
Gothik adalah bentuk runcing-runcing tersebut, pada hamper
semua bagian ujung atas, sehingga ada yang menyebut
arsitektur Gothik : “Arsitektur runcing” (“pointed
architecture”). Ciri Gothik lainnya yang menonjol dari segi
kontruksi atap adalah bentuk pelengkung silang-runcing disebut
“pelengkung iga” (“rib vault”) atau ponted arch. Dalam
arsitektur Gothik berkembang bentuk kolom di luar, atas dan
lepas disebut Flying buttress, menjadi cirinya pula. Bagian ini
juga diakui sebagai unsure dekorasi penambah kemegahan dan
keindahan Arsitektur Gothik.

2.3 Bangunan Gothik Dan Karakteristiknya


Arsitektur Gothik adalah perwujudan keyakinan Kristen
lebih moderen daripada periode-periode sebelumnya, dimana
bangunan Gothik yang paling dikenal adalah katedral. Katedral
merupakan bangunan yang penting bagi sebuah komunitas atau
suatu kota di Eropa pada abad pertengahan. Orang yang
membuat katedral bukan orang setempat atau penduduk asli
suatu kota, melainkan kelompok tukang batu profesional yang
mengerjakan proyek dari satu kota kekota lain.
Bangunan Gothik memiliki tiga karakteristik yang
membedakannya dari masa bangunan Romanesque, yakni
lengkungan runcing, kubah bergaris, dan penopang layang.
Perkembangan ini memungkinkan arsitek untuk membuat
gereja jauh lebih besar dan lebih cerah. Adapun katedral pada
masa Gothik yang paling terjaga adalah Katedral Laon (1190)
Dengan masih menggunakan unsur-unsur gereja
Gothik yang berupa tiga pintu masuk, jendela mawar dan
menara tinggi. Fitur utamanya busur lancip yang mengarah
vertikal ke atas. Bagian barat gereja adalah bagian yang paling
kaya ornamen. Umumnya terdapat tiga pintu masuk, pintu
masuk bagian tengah adalah yang paling besar.
Karakteristik lainnya dari bangunan arsitektur Gothik :
1. Struktur bangunan yang tinggi
Umumya memiliki tinggi yang jauh melebihi skala manusia.
Orientasi bangunan vertikal (ke atas), berbeda dengan
bangunan Roman yang berorientasi ke samping (horizontal).

2. Ukuran Kolom Besar


Ukuran kolom yang besar merupakan gabungan dari kolom
kolom kecil sehingga terlihat besar yang langsung menopang
rusuk-rusuk. Jajaran kolom yang tersusun dengan pola grid
merupakan struktur kolom utama bangunan Gothik.
3. Flying Buttress
Yaitu balok miring yang melayang dan menyalurkan
beban ke bawah, memperkuat bangunan sekaligus juga sebagai
unsur estetika, sangat tinggi (seringkali lebih dari 30 meter).
Fungsi dari flying buttress adalah untuk menyalurkan gaya
beban dari langit-langit yang menekan dinding ke tanah.
Karena dinding tidak lagi menopang beban yang banyak, maka
dinding dapat digantikan dengan jendela-jendela yang besar
dan tinggi. Jendela ini dihiasi dengan kaca mosaik (potongan-
potongan kaca yang dibentuk menjadi gambar/lukisan,
diwarnai, direkatkan satu sama lain. Penopang ini memperkuat
ekspresi struktur Arsitektur Gothik.
4. Busur Meruncing (Pointed Arch)
Penggunaan pointed arch pada bangunan Gothik
menjadi suatu karakteristik bangunan Gothik. berciri tinggi,
memiliki dimensi vertikal yang lebih, memiliki perbandingan
ukuran tinggi dan lebar yang mencolok. Busur lancip telah
lazim dipakai di beberapa wilayah Islam sebelum orang-orang
Eropa memakainya. Namun, di Abad Pertengahan busur lancip
ini dikembangkan dengan inovasi luar biasa dan variasi yang
sangat kaya sehingga Arsitektur Gothiksering disebut sebagai
Pointed Architectur.
5. Menara
Menara berfungsi sebagai pertanda bahwa bangunan
itu adalah
bangunan peribadatan. Menara yang menjulang tinggi tersebut
juga mempunyai fungsi sebagai tempat lonceng yang di
letakkan di atas menara tersebut.

Pada bagian depan terdapat dua menara utama di samping kiri


dan kanan. Di titik perpotongan nave dan transept (bagian
tengah denah salib) terdapat menara tengah yang biasanya
mempunyai atap yang sangat tinggi.
6. Pemakaian Bentuk Rib Vaults
Pembeda arsitektur Gothik dengan periode
sebelumnya yaitu sistem struktur kolom dan langit-langit.
Inovasi terpenting dalam penerapan pointed arch ini adalah
pengembangan ribbed vault (plengkung ber-rusuk). Dengan
ribbed vault orang bisa membuat persilangan berdenah persegi
panjang dengan lebar dan panjang yang berbeda (sedangkan
groinvault harus berdenah persegi). Ribbed vault juga
memungkinkan orang untuk membangun atap yang lebih ringan
dan berkesan menjulang sehingga bangunan dapat lebih tinggi
dan langsing.

7. Cahaya
Para pembangun Gothik terobsesi intuk
menghadirkan cahaya yang merupakanungkapan keilahian
(Divine Light) ke dalam ruangan. Untuk itu mereka membuat
bangunan yang sangat tinggi dengan selubung bidang-bidang
yang tipis berlubangsehingga dapat ditembus cahaya.
Dengan selubung yang berupa bidang-bidang
diafan (tembus cahaya tapi taktembus pandang) ini dibedakan
secara tegas dengan rangka strukturnya yangharus kokoh untuk
menegakkan bangunan yang sangat tinggi ini.

Dengan semakin berkembangnya gaya Gothik, rusuk


pada langit-langit juga makin beragam, makin dihias secara
dekoratif.
Pada beberapa daerah di Eropa, gaya arsitektur Gothik bertahan
sampai 4 abad. Periode Gothik dapat dibagi menjadi: Gothik
awal, Gothik puncak dan Gothik akhir. Fitur paling mudah
untuk membedakan adalah bentuk dan hiasan pada jendela
Gothik awal, mempunyai tipe jendela yang disebut jedela
lancet, dengan bagian atas jendela meruncing ke atas.
Gothik puncak mempunyai tipe jendela yang lebih
besar dengan bidang pembagi
lebih kecil, ukiran penghias jendela
dibuat mengikuti alur garis
lengkung jendela.
Gothik akhir mempunyai tipe jendela yang mirip
dengan sebelumnya, namun lebih kaya ornamen, dan masing-
masing daerah (negara) di Eropa memunculkan cirinya sendiri
pada bangunan.

BAB 3
ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1 Latar Belakang Munculnya Arsitektur Gothik


Arsitektur Gothik berkembang pada abad ke-12 di
Eropa dan termasuk ke dalam arsitektur abad pertengahan
(medieval Europe) yang dimulai pada abad ke-5 sampai abad
ke-15. Abad pertengahan dikenal sebagai abad dark ages (abad
kegelapan), dimana pada saat itu terjadi banyak peperangan,
kelaparan, dan pandemi wabah black death. Gereja menjadi
bagian yang penting ditengah banyaknya kesulitan yang
dihadapi oleh masyarakat Eropa, seperti peperangan, wabah,
dan kelaparan yang membuat masyarakat memberikan fokus
sepenuhnya kepada Tuhan. Arsitektur Gothik muncul sebagai
arsitektur gereja karena respon terhadap keagamaan yang
sangat berkembang dan penting. Konsep ketuhanan yang kuat
pada Arsitektur Gothik membuat gaya arsitektur ini memiliki
elemen khas, seperti kaca patri dan sculpture yang
menggambarkan kisah di Alkitab.
Sedangkan Istilah “Gothik” diciptakan di masa
Renaisans untuk menyebut seni akhir Abad pertengahan,
dengan arti negatif yang baru hilang di abad ke-19. Awalnya,
arsitektur Gothik dikenali sebagai “Opus Francigenum” atau
“Gaya Prancis” karena berkembang di Prancis sejak abad ke-
12. Julukan Gothik sebenarnya baru diberikan pada abad ke-16
oleh Giorgio Vasari dengan konotasi negatif. Istilah “Gothik”
tidak spesifik merujuk pada bangsa Goth maupun Ostrogoth,
namun merujuk pada peradaban non-Romawi/non-Jermanik,
yang dianggap barbar dan tidak berselera.
Arsitektur Gothik kemudian berakhir seiring dengan
berakhirnya masa kegelapan di Eropa dan perlahan-lahan
digantikan oleh Arsitektur Renaisans. Arsitektur Renaisans
dimulai pada tahun 1450 dan berlangsung sampai tahun 1700.
Pada abad ini ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan mulai
kembali, sehingga aspek keagamaan mulai pudar. Bagian yang
menjadi ciri dari Arsitektur Gothik, seperti ketinggian
bangunan yang ekstrim digantikan dengan perhitungan
matematis dari prinsip arsitektur, seperti hitungan proporsi
ideal dari bangunan. Era Renaisans memberikan konsep
manusia yang memiliki kekuatan. Era Renaisans berakhir dan
dimulai era barok dan rococo (tahun 1600 – 1775) karena
adanya protes terhadap gaya arsitektur geometris yang
menyampingkan seni. Arsitektur era barok dan rococo ditandai
dengan permainan light and shadow untuk menambah unsur
dramatis pada bangunan.

3.2 Pengaruh Arsitektur Gothik Terhadap Perkembangan


Zaman, Dampak dan Kebermanfaatannya di Lingkungan
Sosial
Bangunan arsitektur Gothik tidak hanya memiliki nilai
spiritual dan estetika, tetapi juga memberikan kontribusi positif
pada kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat di
sekitarnya.
Arsitektur Gothik memberikan pengaruh besar dan kontribusi
besar terhadap perkembangan gaya arsitektur selanjutnya.
Meskipun gaya ini berkembang pada Abad Pertengahan, namun
beberapa elemen dan prinsip desainnya diterapkan dalam gaya
arsitektur lain, terutama pada masa Renaisans. Termasuk juga
pada teknologi baru dalam konstruksi bangunan, seperti
penggunaan lengkungan runcing dan flying buttress kemudian
berkembang dan digunakan pada pengembangan bangunan-
bangunan modern.
Dampak Arsitektur Gothik dan tempat ibadah yang
sangat signifikan, baik secara sejarah, budaya, maupun
arsitektural. Beberapa dampak utamanya melibatkan berbagai
aspek kehidupan masyarakat pada masa itu dan berlanjut
hingga masa kini dalam pengalaman spiritual dan keagamaan.
Gereja dan katedral dirancang untuk menciptakan
pengalaman keagamaan yang mendalam. Tinggi langit-langit,
jendela lancet, dan desain ruang yang dramatis bertujuan
memberikan atmosfer yang khusuk dan mengesankan,
memperkuat pengalaman ibadah. Tidak hanya digunakan untuk
ibadah, tetapi juga sebagai tempat untuk pertemuan, perayaan,
pendidikan, dan pameran seni. sering juga dianggap sebagai
pusat edukasi dan kebudayaan karena menyimpan berbagai
artefak bersejarah, buku-buku kuno, dan seni rupa yang
mencerminkan perkembangan ilmu pengetahuan dan seni pada
masa lalu bahkan menjadi simbol identitas kota. Keberadaan
bangunan-bangunan dari Arsitektur Gothik menciptakan
warisan budaya yang kaya dan berkontribusi pada citra kota,
baik dalam konteks lokal maupun internasional.

3.3Perbandingan Fungsionalitas dan Estetika Bangunan


Arsitektur Gothik
dengan Gaya Arsitektur Lain
Perbandingan Arsitektur Gothik dibandingkan dengan
gaya arsitektur lainnya dapat dilihat dari berbagai aspek,
termasuk estetika, inovasi teknis, dan ekspresi keagamaan.
Contohnya :
1. Arsitektur Gothik dikenal karena menciptakan kesan
ketinggian dan vertikalitas yang luar biasa. Menara tinggi,
pinnacles, dan struktur bertingkat memberikan kesan spiritual
yang mengagumkan dan memperkuat fokus ke langit.
Dibandingkan dengan arsitektur lain, seperti Romawi atau
Bizantium yang cenderung lebih horisontal, Gothik
memberikan kemungkinan untuk mengekspresikan
keagungan dan kebesaran melalui tinggi bangunan.
2. Jendela lancet yang panjang dan roset besar memungkinkan
cahaya alami masuk ke dalam bangunan dengan cara yang
artistik. Sehingga menciptakan efek dramatis dan spiritual
pada ruang interior gereja Gothik. Dibandingkan dengan
arsitektur Romawi atau Bizantium yang cenderung memiliki
kubah dan dinding tebal, Gothik memaksimalkan
penggunaan cahaya alami untuk menciptakan atmosfer yang
unik.
2. Jendela lancet yang panjang dan roset besar memungkinkan
cahaya alami masuk ke dalam bangunan dengan cara yang
artistik. Sehingga menciptakan efek dramatis dan spiritual
pada ruang interior gereja Gothik. Dibandingkan dengan
arsitektur Romawi atau Bizantium yang cenderung memiliki
kubah dan dinding tebal, Gothik memaksimalkan
penggunaan cahaya alami untuk menciptakan atmosfer yang
unik.
3. Arsitektur Gothik membawa inovasi teknis seperti
penggunaan rivaults, flying buttresses, dan struktur yang
lebih ringan namun tetap kuat. Ini memungkinkan
pembangunan bangunan yang lebih tinggi dan megah.
Dibandingkan dengan arsitektur Romawi atau Bizantium
yang sering menggunakan dinding tebal dan kubah berat,
Gothik memberikan fleksibilitas dan efisiensi struktural yang
lebih besar.
4. Elemen dekoratif Gothik, seperti gargoyles, traceried
windows, dan ornamen-ornamen yang kaya, memberikan
estetika yang detail dan penuh makna simbolis.
Dibandingkan dengan arsitektur Renaisans yang mungkin
lebih menekankan pada proporsi dan harmoni, Gothik
menawarkan kekayaan dan kompleksitas dalam dekorasi.
5. Arsitektur Gothik sangat cocok untuk menyampaikan
ekspresi keagamaan dan spiritualitas. Bangunan-bangunan ini
menciptakan ruang untuk keibadatan dan merespon aspirasi
rohaniah masyarakat pada masa itu. Dibandingkan dengan
beberapa gaya arsitektur yang lebih fungsional atau praktis,
Gothik menonjolkan kepentingan dan kebesaran agama.
6. Proses pembangunan gereja Gothik melibatkan partisipasi
aktif dari berbagai anggota masyarakat, menciptakan ikatan
sosial dan kebersamaan dalam komunitas. Dibandingkan
dengan beberapa gaya arsitektur yang mungkin lebih terpusat
pada elit atau penguasa, Gothik menciptakan proyek-proyek
yang melibatkan seluruh komunitas.
Desainnya yang megah dan fokus pada estetika
keagamaan dapat mengorbankan aspek-aspek fungsionalitas
sehari-hari. Gothik terkait dengan kebutuhan liturgis dan
ekspresi keagamaan saja terutama katedral-katedral besar dan
praktis untuk fungsi-fungsi sehari-hari.
Estetika Gothik lebih sederhana dan simbolis, dengan
fokus pada vertikalitas dan elegansi. Namun kadang Struktur
tinggi dan lancip dari arsitektur Gothik dapat menciptakan
tantangan terkait penggunaan ruang interior. Dinding-dinding
yang miring dan langit-langit tinggi dapat membatasi
penggunaan ruang dan menciptakan rasa tertutup. Bahan
bangunan yang digunakan pada arsitektur Gothik, seperti batu,
mungkin rentan terhadap kerusakan akibat polusi dan erosi.
Beberapa bangunan Gothik juga dapat menjadi lebih sensitif
terhadap perubahan iklim dan cuaca. Hal ini disebabkan karena
adanya perubahan suhu ekstrem, seperti suhu yang naik tinggi
di siang hari dan turun drastis di malam hari, dapat
menyebabkan tekanan termal pada batu dan struktur lainnya.

Kondisi ini dapat mengakibatkan retak dan perubahan bentuk


pada bangunan, bahan bangunan yang umum digunakan pada
bangunan Gotik mungkin kurang tahan lama terhadap pengaruh
cuaca. Misalnya, kayu yang digunakan untuk struktur tertentu
dapat membusuk atau mengalami degradasi akibat kelembapan
dan serangan hama.

3.4Prinsip Arsitektur Gothik di Indonesia


Bangunan katedral di Indonesia umumnya
mencerminkan beragam gaya arsitektur, dan pengaruh Gothik
mungkin tidak sekuat di Eropa. Gaya arsitektur Gothik sendiri
lebih sering dijumpai di katedral-katedral di Eropa Barat.
Namun, beberapa prinsip arsitektur Gotik dapat ditemui dalam
beberapa bangunan gereja atau katedral di Indonesia, terutama
yang dibangun pada era kolonial Belanda.

Beberapa gereja di Indonesia yang memiliki pengaruh


arsitektur Eropa, termasuk elemen-elemen Gotik, antara lain:
1. Gereja Blenduk (Semarang)
Gereja Blenduk terletak di Kota Lama Semarang,
adalah salah satu gereja tertua di Indonesia. Meskipun lebih
menggabungkan gaya arsitektur Belanda dan Portugis,
beberapa elemen seperti jendela lancet mencerminkan pengaruh
Gotik.

2. Gereja Katolik St. Yusuf Gedangan

Merupakan salah satu bangunan bersejarah di Semarang yang


termasuk dalam daftar bangunan cagar budaya yang memiliki
langgam arsitektur Neo-Gotik, dengan sedikit pengaruh Gotik.
Ciri-ciri interior bergaya Neo-Gotik terlihat pada proporsi
ruang, bentuk plafon, kolom-kolom,
Perbedaan proporsi antara bagian menara dengan
badan gereja juga terlihat. Karena ketinggian menjadi lebih
rendah, maka antara badan gereja dan menara memiliki
perbedaan proporsi ketinggian yang jauh.
2. Katedral Jakarta
Katedral Santo Maria Pelindung di Jakarta adalah
gereja katedral Katolik yang juga mencerminkan pengaruh
arsitektur Eropa, meskipun lebih berfokus pada gaya arsitektur
Romawi namun masih terdapat makna gothic pada jendela
lancet dan kolomnya.
Hubungan antara prinsip arsitektur Gothik dan
bagunan Katedral di Indonesia sebagai tanda dengan makna
yang ada dibalik tanda tersebut. Prinsip arsitektur dalam hal ini
mencakup elemen-elemen arsitektur, yaitu elemen massa,
elemen ruang, dan elemen pelingkup ruang. Masing-masing
elemen ini berpotensi untuk menjadi tanda dan memuat suatu
makna. Makna dibalik tanda-tanda tersebut bisa berupa makna
pragmatik (makna yang didasari semata-mata oleh fungsi) dan
bisa juga lebih dari sekadar makna pragmatik.
Oleh sebab itu, dalam konteks arsitektur katedral di
Indonesia, prinsip arsitektur bisa merepresentasikan hakikat,
falsafah, dan nilai-nilai yang berlaku dari agama.
Prinsip dalam arsitektur katedral yang dilakukan
menyangkut beberapa hal, yaitu:
a. Bentuk dan Ruang
Tentang bentuk dan ruang mencakup pembentukan
ruang akibat fungsi dan aktivitas, tipe tatanan ruang dalam yang
berdampak pada ekspresi bangunan dan maknanya.
b. Pelingkup Ruang
Pelingkup ruang gereja (surface element) mencakup
berbagai elemen pelingkup ruang, yaitu dinding, lantai, dan
plafond. Elemen elemen pelingkup yang membentuk ruang
merupakan bagian dari bangunan yang potensial untuk dimuati
makna tertentu. Oleh sebab itu, perlu diteliti secara khusus.
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Arsitektur Gothik adalah gaya arsitektur yang
berkembang selama periode Abad Pertengahan. Gaya ini
berevolusi dari arsitektur Romanesque dan diteruskan oleh
arsitektur Renaissance. Arsitektur Gothik berasal dari abad ke-
12 sampai abad ke-16 di Perancis, sehingga arsitektur Gothik
dikenal selama periode sebagai “Gaya Perancis” (Opus
Francigenum) yang memiliki tiga karakteristik yang
membedakannya dari masa bangunan Romanesque, yakni
lengkungan runcing, kubah bergaris, dan penopang laying yang
tidak hanya memiliki nilai spiritual dan estetika tetapi juga
memberikan kontribusi positif pada kehidupan sosial, budaya,
dan ekonomi masyarakat di sekitarnya.

b. Saran
Dalam perkembangan Arsitektur gaya Gothik dan
upaya dalam Gaya arsitektur Gothik dapat memberikan

inspirasi untuk desain


bangunan modern. elemen-elemen seperti lengkungan khas
Gothik untuk memasukkan ke dalam desain modern agar tetap
terjaga nilai-nilai budayanya
M

VIII

ARSITEKTUR
NEO KLASIK
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Indonesia sedikit ketinggalan dalam mengeksplorasi
keterkaitan antara satu bidang seni dengan bidang seni lainnya
(Soekiman, 2014). Salah satu penyebabnya yang ditemukan
oleh peneliti adalah keterbatasan infrastruktur pendukung
pengamatan. Dalam dunia aristektur perkembangan dalam hal
gaya dan konsep arsitektur terus berkembang dan bertambah,
salah satu gaya arsitektur yang berembang adalah gaya
arsitektur neo klasik.
Arsitektur Neo Klasik adalah gaya arsitektur yang
berasal dari kebangkitan seni klasik di Eropa pada akhir abad
ke-18 dan awal abad ke-19. Gaya ini muncul sebagai reaksi
terhadap arsitektur Barok dan Rococo yang secara estetika
dianggap terlalu berlebihan dan tidak sesuai dengan prinsip-
prinsip seni klasik. Arsitektur Neo Klasik menekankan pada
penggunaan elemen-elemen dari seni klasik Yunani dan
Romawi antik, seperti kolumna, pilar, dan kapitel kunci,
bersamaan dengan unsur artistik dari Renaisans dan Barok.
Gaya Arsitektur Neo Klasik di Indonesia pertama kali
dikenalkan dan dikembangkan oleh Herman Willen Daendels
yang menjabat sebagai Gubenur Jenderal Hindia Belanda sejak
tahun 1808 hingga 1811. pada masa tersebut gaya arsitektur
Neo Klasik mengalami kemajuan yang sangat pesat di Perancis.
Hanya saja sebutannya tidak menggunakan nama Neo Klasik
melainkan Empire Style.

II. Rumusan Masalah


1. Bagaimana awal mula munculnya gaya arsitektur neo
klasik?
2. Proses apa yang terjadi dalam masuknya arsitektur neo
klasik ke Indonesia?
3. Apa perbedaan antara arsitektur neo klasik di Indonesia
dengan arsitektur neo klasik di Eropa?
4. Apa saja ciri-ciri arsitektur neo klasik dalam hal bentuk
bangunan?
5. Bagaimana ciri-ciri arsitektur neo klasik dalam hal material
yang digunakan?
6. pengaruh yang menjadi kelebihan arsitektur neo-klasik
dapat digunakan pada era modern dan kekurangan
arsitektur neo-klasik jika digunakan pada era modern ini

III. Tujuan
1. Menjelaskan awal mula munculnya gaya arsitektur neo
klasik
2. Menjelaskan Proses apa yang terjadi dalam masuknya
arsitektur neo klasik ke Indonesia
3. Mengetahui perbedaan antara arsitektur neo klasik di
Indonesia dengan arsitektur neo klasik di Eropa
4. Menguraikan ciri-ciri arsitektur neo klasik dalam hal
bentuk bangunan
5. Menguraikan ciri-ciri arsitektur neo klasik dalam hal
material yang digunakan
6. Memahami pengaruh apa yang menjadi kelebihan
arsitektur neo-klasik dapat digunakan pada era modern dan
kekurangan arsitektur neo-klasik jika digunakan pada era
modern ini

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Jalung Wirangga Jakti (2020). Dengan judul “LAHIRNYA


KEMBALI NEOKLASIKISME MELALUI BANGUNAN DI
YOGYAKARTA”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami
seni neoklasik dalam arsitektur di Kota Yogyakarta dan untuk
menemukan bagaimana pembangunan berbagai lokasi dengan
gaya neoklasik di Yogyakarta membawa kembali semangat
neoklasik sebagai pendorong kelahiran kembali gaya seni
dengan kemurnian. Penelitian ini penting dilakukan karena
belum ada penelitian yang mengkaji seni neoklasik dalam
arsitektur di Kota Yogyakarta. Penelitian ini juga dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
perkembangan arsitektur di Yogyakarta.
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa
bangunan-bangunan neoklasik di Yogyakarta memiliki
karakteristik yang mirip dengan bangunan neoklasik di Eropa,
yaitu:
 Penggunaan kolom-kolom yang simetris,
 Atap yang datar,
 Penggunaan dekorasi yang minim,
 Kesan monumental dan elegan.
Pada bangunan yang berdiri antara bangunan model
neoklasik, akan memiliki kecenderungan mengikuti bangunan
neoklasik tersebut, ini mencerminkan bahwa kecenderungan
manusia selalu ingin mengikuti atau menyesuaikan lingkungan
di mana ia tinggal. Hal ini akan mendorong terbentuknya suatu
daerah dengan konsep yang mirip dan sezaman. Asumsi ini
diperkuat dengan aturan/kebijakan Pemerintah Daerah yaitu
apabila bangunan lama dilakukan pemugaran maka, pemugaran
bangunan tersebut harus sesuai dengan zamannya (zaman di
mana bangunan tersebut dibangun). Inilah yang menjadi salah
satu pendorong untuk lahirnya kembali neoklasik dalam bentuk
bangunan di Yogyakarta.
Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian
sebelumnya dalam hal menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif untuk menganalisis data. Namun, penelitian ini
memiliki perbedaan dalam fokusnya, yaitu memusatkan pada
seni neoklasik dalam arsitektur di Kota Yogyakarta dan
bagaimana pembangunan berbagai lokasi dengan gaya
neoklasik di Yogyakarta membawa kembali semangat
neoklasik sebagai pendorong kelahiran kembali gaya seni
dengan kemurnian. Sementara penelitian sebelumnya lebih
menekankan pada analisis teori surplus value Marx dan
pandangan para pemikir neoklasik.

2.Muhammad Deny Wahyudi, Siti Azizah, Amir Mukmin


Rachim (2019). Dengan judul “DESAIN GEDUNG OPERA DI
SURABAYA DENGAN PENEKANAN PADA ARSITEKTUR
NEO KLASIK”.
Gedung Opera di Surabaya ini merupakan
tempat/wadah bagi penggiat seni pertunjukkan khususnya seni
opera yang berada di Kota Surabaya. Tidak hanya bagi
pemainnya tapi juga bagi masyarakat sekitar yang ingin
menonton sebuah seni pertunjukkan opera dengan fasilitas yang
cukup memadai. Penerapan konsep tata lahan adalah simetrikal
yang ditunjukkan dengan penataan lahan yang seimbang kanan
dan kiri, konsep bentuk adalah mewah yang ditunjukkan
dengan penggunaan skala yang besar, warna, kolom-kolom
yang tinggi dan besar dan ornamennya, serta konsep ruang
adalah megah yang ditunjukkan dengan ruang yang memiliki
langit-langit yang tinggi dan ruang yang bebas kolom.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya
karena fokus pada perancangan Gedung Opera di Surabaya
dengan penekanan pada arsitektur Neo Klasik. Penelitian
sebelumnya mungkin memiliki fokus yang berbeda, seperti
penelitian tentang pertunjukan opera yang sukses menarik
penonton. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan metode
deskriptif analisis untuk mendukung teori-teori yang
dikerjakan. Sementara itu, penelitian sebelumnya mungkin
menggunakan metode penelitian yang berbeda sesuai dengan
fokusnya.

3. Tasya Amartha Amalia, Adi Sasmito, Mutiawati


Mandaka (2021) Dengan judul “PELABUHAN FERRY
INTERNASIONAL ENGKU HAMIDA DENGAN
PENDEKATAN ARSITEKTUR NEOKLASIK”.
Pelabuhan Ferry Internasional merupakan pelabuhan
penumpang bertaraf internasional dengan tujuan Negara
tetangga terdekat yaitu Malaysia dan Singapore yang mana
dapat ditempuh dengan waktu 1-2 jam menggunakan kapal
ferry.Perencanaan pelabuhan ferry internasional ini sangat
diperlukan untuk menunjang infrastruktur dan transportasi
didaearah tersebut.
Perancangan bangunan ini menggunakan pendekatan Arsitektur
Neoklasik, karena menunjukkan kesan kekuasaan terhadap
lingkungan sekitarnya. Yang mana pelabuhan memiliki
kekuasaan terbesar di Indonesia.
Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian
sebelumnya dalam hal pendekatan arsitektur yang digunakan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan arsitektur neoklasik,
sedangkan penelitian sebelumnya mungkin menggunakan
pendekatan arsitektur lain seperti modern atau tradisional.
Namun, persamaannya mungkin terletak pada fokus penelitian
yang sama, yaitu pembangunan pelabuhan feri internasional.
Meskipun pendekatan arsitekturnya berbeda, keduanya
mungkin memiliki tujuan yang sama dalam hal meningkatkan
fasilitas pelabuhan feri internasional.

4. Ahmad Aziz Mulyantoro, Ashadi(2023) Dengan judul


“KONSEP ARSITEKTUR NEO KLASIK PADA BANGUNAN
MIX USED DA VINCI PENTHOUSE JAKARTA”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami konsep
arsitektur neo klasik, mengidentifikasi prinsip arsitektur neo
klasik pada bangunan mix used, dan memahami penerapan
gaya arsitektur neo-klasik pada bangunan mix used. Metode
penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan
pengumpulan data melalui observasi langsung, studi literatur,
dan wawancara. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
alternatif konsep gaya arsitektur dalam mendesain bangunan
mix used.
Dalam penerapan prinsip gaya aristektur neo klasik pada
analisis dapat diketahui beberapa hasil yaitu:
• Garis-garis bersih, elegan, penampilan yang rapih, hampir
diseluruh bagian bangunan Da Vinci Penthouse menerapkan
prinsip ini
• Bentuk dan Fasad Bangunan Simetris. dalam penerapannya Da
Vinci Penthousesudah baik dalam penerapannya namun hanya
pada bagian kepala saja yang masih kurang
• Kolom-Kolom Yang Berdiri Bebas / Tiang Menjulang Sampai
Atap Bangunan. , prinsip arsitektur neo klasik yag satu ini Da
Vinci Penthouse menerapkannya namun tiang yang berdiri
bebas tidak ada yang menjulang hingga ke atap bangunan,
kolom berdiri hanya sampai bagian atap podium (bagian kaki)
saja.
• Pedimen Segitiga. bangunan Da Vinci Penthouse menerapkan
prinsip arsitektur neo klasik yakni pediment segitga, pediment
segitiga pada bangunan Da Vinci Penthousediletakkan diatas
pintu main entrance
• Fungsi Dari Kolom Benar-Benar Untuk Menopang Struktur
Bangunan, Bukan Hanya Sekedar Dekorasi Dan Juga
Menopang Entablature. Da Vinci Penthouse tidak menerapkan
prinsip ini karena memang kolom pada bangunan ini tidak
untuk menopang bban utama dari bangunan dan terkesan
hanya untuk dekorasi pada fasad saja.
• Pada Sisi Interiornya Yakni Jendela Dan Pintu Kerap Diberi
Lapisan Warna Emas pada Da Vinci Penthouse tidak
ditemukannya penerapan prinsip ini.
• Diberi Aksen-Aksen Pada Ornament Yang Dapat Menguatkan
Kesan Klasik. Da Vinci Penthouse menerapkan prinsip
arsitektur neo klasik “Diberi Aksen-Aksen Pada Ornament
Yang Dapat Menguatkan Kesan Klasik” semua menerapkan
pada bagian- bagian tertentu namun mayoritas terdapat pada
bagian bawah banguanan (bagian kaki) yang hampir sering
dijumpai.
Penelitian ini memiliki perbedaan dan persamaan
dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan yang pertama
terletak pada fokus penelitian dan metode yang digunakan.
Penelitian ini berfokus pada konsep arsitektur neo klasik pada
bangunan mix used, sementara penelitian sebelumnya mungkin
memiliki fokus yang berbeda. Selain itu, metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
dengan pengumpulan data melalui observasi langsung, studi
literatur, dan wawancara. Sedangkan penelitian sebelumnya
mungkin menggunakan metode penelitian yang berbeda sesuai
dengan fokus dan tujuan penelitiannya. Namun, terdapat
persamaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
dalam hal penggunaan teori dan konsep yang relevan.
Keduanya menggunakan teori tentang mix used building,
apartemen, pusat perbelanjaan, dan arsitektur neo klasik
sebagai landasan untuk penelitian mereka. Selain itu, keduanya
juga menggunakan pendekatan deskriptif dalam analisis data
dan penarikan kesimpulan.

5. Muhammad Zakaria Umar, Arif Cahyadi(2021) Dengan


judul “DESAIN GEDUNG KANTOR BADAN NARKOTIKA
NASIONAL KABUPATEN (BNNK) MUNA DI RAHA DENGAN
PRINSIP-PRINSIP ARSITEKTUR NEOKLASIK”
Penelitian ini disimpulkan bahwa desain Gedung
BNNK Muna dirancang guna memenuhi kebutuhan BNN
Kabupaten Muna dalam menjalankan aktivitasnya. Hal ini
disebabkan selama ini Kabupaten Muna masih menggunakan
gudang Pusat Pengobatan Kantor Dinas Kesehatan. Hal ini
tentu akan mengurangi kinerja dari BNN dan Dinas Kesehatan.
Gedung Kantor BNNK Muna didesain dengan Bentuk
Berhakikat Ekspresif (Expressive Nature Form) antara lain
bentuk tapak luas, denah simetris dan berpanorama terbuka
potongan masif dan berskala besar; tampak simetris dan
bertiang dorik; berornamen profil pada dinding, tiang, serta
atap.
Dalam penelitian sebelumnya, Umar dan Cahyadi
(2019) juga menggunakan metode arsitektur dalam
perancangan gedung kantor BNNK Muna di Raha. Namun,
penelitian ini menambahkan pendekatan kualitatif dalam
metode penelitiannya. Selain itu, teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini juga mencakup observasi,
wawancara, dan dokumentasi, yang mungkin berbeda dengan
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
sebelumnya.

6. J Kawanua (2015) Dengan judul “TINJAUAN


PENERAPAN GAYA NEO KLASIK PADA ARSITEKTUR
GEDUNG INDONESIA MENGGUGAT BANDUNG”.
Tujuan penelitian ini yaitu, Mengetahui gaya yang
diterapkan pada elemen-elemen interior ruang sidang gedung
Indonesia Menggugat Bandung. Mengetahui kesesuaian sejarah
dengan desain dalam konteks konservasi gedung bersejarah
terutama pada ruang sidang pengadilan. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Metode ini digunakan untuk menggambarkan keadaan dari
gedung Indonesia Menggugat pada saat sekarang dengan fakta-
fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Sedangkan dalam
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif
dengan teknik pengumpulan data
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan
pemikiran bagi perkembangan ilmu kebudayaan, berupa
arsitektur bersejarah untuk dilestarikan keberadaannya sebagai
refleksi sejarah kebudayaan manusia juga hasil penelitian ini
dapat memberikan pemikiran bagi perkembangan ilmu desain
interior umumnya dan interior Gedung Indonesia Menggugat
Bandung khususnya yang dapat dijadikan bahan tinjauan untuk
awal melakukan penelitian di masa mendatang.

7. Khusnul Khatima, Nurasikin, Sutriani (2019) Dengan


judul “LANGGAM ARSITEKTUR MASJID BABUL FIRDAUS,
MASJID TERTUA DI MAKASSAR SEBAGAI INFILL
DESIGNT”
Masjid babul firdau menggunakan banyak macam
langgam arsitektur, namun secara umum masjid Babul firdaus
berlanggam arsitektur klasik dan modern. Dimana atap
berlanggam arsitektur tardisional nusantara. Jendela,Lantai, dan
dinding berlanggam arsitektur modern. Kolom, ornamen dan
mimbar berlanggam arsitektur klasik. Pintu berlanggam
arsitektur klasik dan Langgam Art Deco. Bangunan lama
masjid merupakan bangunan bersejarah dengan gaya arsitektur
nusantara yang masih kental dengan pengaruh hinduisme
ditandai oleh adanya kuburan dibelakang masjid. Gaya
bangunan tambahan dengan bangunan lama sangat kontras.
Bangunan tambahan dengan bangunan baru merupakan infill
design yang kontras namun masih relevan atau memiliki
kesamaan pada bagian dalam masjid, warna interior masjid
masih relevan antara bangunan lama dan bangunan tambahan.
Dimana warna yang digunakan pada bagian interiornya yaitu
warna gold, putih, dan warna hijau.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitik, yang
mengutamakan proses daripada hasil, bersifat induktif, dan
mengedepankan makna. Penelitian sebelumnya juga
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Namun, penelitian ini juga menggunakan metode komparasi
untuk membandingkan data dan mencapai kesimpulan baru.
Dalam hal objek penelitian, penelitian ini fokus pada
Masjid Babul Firdaus di Makassar, sedangkan penelitian
sebelumnya juga memfokuskan pada masjid yang sama.
Namun, penelitian ini lebih mendalam dalam menganalisis
arsitektur dan sejarah masjid, sementara penelitian sebelumnya
lebih menekankan perbedaan gaya arsitektur antara bangunan
lama dan baru.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa
masjid Babul Firdaus memiliki banyak macam langgam
arsitektur, baik klasik maupun modern, dengan atap
berlanggam arsitektur tradisional Nusantara dan jendela, lantai,
serta dinding berlanggam arsitektur modern. Sementara
penelitian sebelumnya menyoroti perbedaan gaya arsitektur
antara bangunan lama dan baru, namun masih memiliki
kesamaan pada bagian interior dengan warna yang relevan.
Dengan demikian, penelitian ini lebih mendalam
dalam menganalisis arsitektur dan sejarah masjid, sementara
penelitian sebelumnya lebih menekankan perbedaan gaya
arsitektur antara bangunan lama dan baru.

8. Djoko Pratikto (2018) Dengan judul “PENELUSURAN


BENTUK ARSITEKTUR BANGUNAN STASIUN KERETA API
JAMAN KOLONIAL DI YOGJAKARTA”.
Tujuan jurnal ini untuk mengeksplorasi bentuk-bentuk
arsitektur stasiun kereta api era kolonial di Yogyakarta dan
memberikan metode atau panduan untuk pelestarian bangunan
warisan budaya ini, menyelidiki bentuk arsitektur stasiun kereta
api era kolonial di Yogyakarta, khususnya dengan fokus pada
jalur Prambanan-Kedundang. Perubahan yang terjadi pada
bentuk arsitektur bangunan stasiun kereta api zaman kolonial di
Yogyakarta. Perubahan tersebut berupa:
 Perubahan fungsi, seperti dari bangunan transit menjadi
bangunan wisata.
 Perubahan gaya arsitektur, seperti dari Eropa klasik menjadi
gaya Eropa modern.
 Perubahan teknologi, seperti penggunaan material dan
metode konstruksi yang baru.
 Pengaruh gaya arsitektur Eropa terhadap bentuk arsitektur
bangunan stasiun kereta api zaman kolonial di Yogyakarta.
Pengaruh gaya arsitektur Eropa terhadap bentuk
arsitektur bangunan stasiun kereta api zaman kolonial di
Yogyakarta. Pengaruh tersebut dapat berupa:
 Pengaruh gaya arsitektur Eropa klasik, seperti penggunaan
kolom-kolom, pilar-pilar, dan ornamen-ornamen bergaya
klasik.
 Pengaruh gaya arsitektur Eropa modern, seperti penggunaan
bentuk yang lebih sederhana dan fungsional.
Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan
informasi mendalam mengenai bentuk arsitektur bangunan
stasiun kereta api zaman kolonial di Yogyakarta. Informasi dan
pemahaman tersebut dapat digunakan untuk berbagai tujuan,
seperti:
 Pelestarian bangunan stasiun kereta api zaman kolonial
sebagai warisan budaya.
 Pengembangan pariwisata di Yogyakarta, khususnya
pariwisata sejarah dan budaya.
 Pembelajaran arsitektur, khususnya arsitektur kolonial di
Indonesia.
Studi ini berfokus pada bentuk arsitektur stasiun kereta
api era kolonial di Yogyakarta, khususnya jalur Prambanan-
Kedundang, sementara penelitian sebelumnya mungkin telah
mengeksplorasi berbagai wilayah atau aspek stasiun kereta era
kolonial.
Analisis dalam penelitian ini meliputi pemeriksaan
bentuk pintu, jendela, dan ventilasi, serta penggunaan desain
atap tradisional Jawa, memberikan pemahaman yang
komprehensif tentang fitur arsitektur stasiun-stasiun tersebut.

9. Ryanty Derwentyana Nazhar|, Yosep Sulaeman Rosid


(2020) “Dengan judul PENYAJIAN RUANG PAMERAN
SEJARAH BERTEKNOLOGI AUGMENTED REALITY PADA
MUSEUM GEDUNG SATE BANDUNG”
Tujuan penelitian Penyajian Ruang Pameran Sejarah
Berteknologi Augmented Reality pada Museum Gedung Sate
Bandung yaitu, untuk mengetahui:
 Keberhasilan penerapan teknologi augmented reality (AR)
dalam penyajian ruang pameran sejarah di Museum Gedung
Sate Bandung.
 Efektivitas teknologi AR dalam meningkatkan pemahaman
pengunjung terhadap sejarah Gedung Sate Bandung.
 Pengaruh teknologi AR terhadap minat pengunjung untuk
mengunjungi Museum Gedung Sate Bandung.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Metode ini digunakan untuk menggambarkan
keadaan ruang pameran sejarah berteknologi AR di Museum
Gedung Sate Bandung pada saat sekarang dengan fakta-fakta
yang tampak. Sedangkan dalam pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data:
 Studi Literatur, yaitu dengan mempelajari bahan tertulis,
khususnya dari buku, artikel yang tercantum dalam media
cetak dan internet.
 Studi Lapangan, yaitu dengan observasi langsung di
Museum Gedung Sate Bandung dan mendokumentasikan
ruang pameran sejarah berteknologi AR tersebut secara
lebih detail berupa gambar foto dan video.
 Wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara mendalam
kepada pengelola Museum Gedung Sate Bandung dan
pengunjung ruang pameran sejarah berteknologi AR.
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan
perkembangan ilmu museum, khususnya bidang pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Selain itu, hasil
penelitian ini memberikan pemikiran bagi pengembangan
pariwisata di Bandung, khususnya pariwisata sejarah dan
budaya.

10.Novalinda Puspitasari, Antariksa, Abraham M. Ridjal


(…) Dengan judul “PELESTARIAN BANGUNAN KANTOR
POS BESAR SURABAYA”
Jurnal "Pelestarian Bangunan Kantor Pos Besar
Surabaya" menggunakan arsitektur neo klasik. Hal ini dapat
dilihat dari ciri-ciri bangunan Kantor Pos Besar Surabaya yang
disebutkan dalam jurnal tersebut, yaitu:
 Bentuk bangunan yang simetris
 Pemilihan material yang elegan, seperti batu bata, marmer,
dan besi
 Penggunaan ornamen-ornamen bergaya klasik, seperti
kolom-kolom, pilar-pilar, dan relief
Dalam jurnal tersebut, dijelaskan bahwa Kantor Pos
Besar Surabaya dibangun pada tahun 1880 dan didesain oleh
arsitek Belanda bernama J.F.L. Blanken. Bangunan ini
memiliki gaya arsitektur neo klasik yang dipengaruhi oleh gaya
arsitektur Indische Empire. Gaya arsitektur Indische Empire
merupakan gaya arsitektur yang berkembang di Hindia Belanda
pada abad ke-19. Gaya arsitektur ini merupakan perpaduan
antara gaya arsitektur Eropa dan gaya arsitektur lokal.
Pelestarian bangunan Kantor Pos Besar Surabaya
merupakan upaya untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai
sejarah dan budaya yang terdapat di bangunan tersebut. Nilai-
nilai tersebut dapat dilihat dari arsitektur bangunan yang
bergaya neo klasik.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi dan
menganalisis karakteristik bangunan Kantor Pos Besar
Surabaya serta menentukan arah pelestariannya. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif, evaluatif, dan development
untuk mengevaluasi karakteristik bangunan dan menentukan
potensi pelestariannya.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah fokusnya pada bangunan Kantor Pos Besar Surabaya,
sedangkan penelitian sebelumnya mungkin memiliki fokus
yang berbeda, seperti bangunan bersejarah lainnya atau topik
arsitektur yang berbeda. Persamaannya yaitu keduanya
menggunakan metode deskriptif dan evaluatif untuk
menganalisis karakteristik bangunan dan menentukan arah
pelestariannya.

11.Yemima Sahmura V, Sri Hartuti Wahyiningrum (2018)


Dengan judul “IDENTIFIKASI LANGGAM DAN
PERIODISASI ARSITEKTUR KOLONIAL NUSANTARA
PADA BANGUNAN CAGAR BUDAYA”
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-
eksploratif untuk menganalisis tipologi wajah arsitektur
kolonial Belanda pada Klinik Bethesda Semarang. Metode ini
memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi, dan
mengklasifikasikan berdasarkan aspek atau kaidah tertentu,
seperti fungsi, geometrik, dan langgam. Selain itu, penelitian
ini juga melibatkan observasi lapangan, identifikasi bangunan,
analisis detail elemen wajah bangunan, dan penarikan
kesimpulan dari analisis tersebut.
Perbedaannya, penelitian ini lebih fokus pada analisis
tipologi wajah arsitektur kolonial Belanda pada Klinik
Bethesda Semarang, sedangkan penelitian sebelumnya
mungkin fokus pada tipologi wajah bangunan arsitektur lain
atau menggunakan metode penelitian yang berbeda. Selain itu,
penelitian ini juga menitikberatkan pada pembahasan mengenai
posisi bangunan Klinik Bethesda dalam sejarah arsitektur
Indonesia.
Persamaannya, kedua penelitian mungkin sama-sama
menggunakan pendekatan tipologi untuk mengelompokkan atau
mengklasifikasikan berdasarkan aspek atau kaidah tertentu.
Selain itu, keduanya juga melibatkan analisis detail dari setiap
elemen wajah bangunan dan penarikan kesimpulan dari analisis
tersebut.
Tujuan dari jurnal "Identifikasi Langgam dan Periodisasi
Arsitektur Kolonial Nusantara Pada Bangunan Cagar Budaya"
yang ditulis oleh Yemima Sahmura V dan Sri Hartuti
Wahyiningrum (2018) adalah untuk:
 Mengidentifikasi langgam dan periodisasi arsitektur kolonial
Nusantara pada bangunan cagar budaya.
 Mengembangkan metode identifikasi langgam dan
periodisasi arsitektur kolonial Nusantara yang lebih
komprehensif dan akurat.
 Mendukung upaya pelestarian bangunan cagar budaya
arsitektur kolonial Nusantara.
Penelitian ini dilakukan dengan studi kasus pada
bangunan cagar budaya Poliklinik Metode ini terbukti dapat
memberikan hasil yang akurat dan komprehensif. Metode ini
juga dapat diterapkan pada bangunan cagar budaya arsitektur
kolonial Nusantara di berbagai daerah di Indonesia. Secara
keseluruhan, jurnal "Identifikasi Langgam dan Periodisasi
Arsitektur Kolonial Nusantara Pada Bangunan Cagar Budaya"
merupakan penelitian yang penting dan bermanfaat. Penelitian
ini memberikan gambaran umum tentang langgam dan
periodisasi arsitektur kolonial Nusantara, serta
mengembangkan metode identifikasi yang lebih komprehensif
dan akurat.

12.Gendro Keling (2019) Dengan judul “PENEGAKAN


HUKUM CAGAR BUDAYA DI INDONESIA”
Perbedaan dan persamaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
Perbedaan:
 Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif-analitik dengan pendekatan kualitatif, sementara
penelitian sebelumnya menggunakan metode deskriptif-
eksploratif.
 Fokus Penelitian: Penelitian ini berfokus pada tipologi wajah
arsitektur kolonial Belanda pada Klinik Bethesda Semarang,
sementara penelitian sebelumnya berfokus pada penegakan
hukum terkait perusakan bangunan cagar budaya di
Indonesia.
 Objek Penelitian: Penelitian ini memfokuskan pada bangunan
Klinik Bethesda, sementara penelitian sebelumnya
memfokuskan pada SMA 17 "1" Yogyakarta.

Persamaan:
 Pendekatan Kualitatif: Kedua penelitian menggunakan
pendekatan kualitatif dalam analisis data.
 Pengumpulan Data: Kedua penelitian menggunakan metode
pengumpulan data melalui studi pustaka.
 Tujuan Penelitian: Kedua penelitian memiliki tujuan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis objek penelitian yang
relevan

Dengan demikian, perbedaan utama terletak pada


metode penelitian, fokus penelitian, dan objek penelitian,
sementara persamaannya terletak pada pendekatan kualitatif,
pengumpulan data, dan tujuan penelitian.

Secara khusus, jurnal ini bertujuan untuk:


 Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi
dalam penegakan hukum cagar budaya di Indonesia.
 Menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
permasalahan tersebut.
 Menawarkan solusi-solusi untuk mengatasi permasalahan
tersebut.

Berdasarkan hasil penelitiannya, jurnal ini menemukan bahwa


penegakan hukum cagar budaya di Indonesia masih
menghadapi beberapa permasalahan, antara lain:
 Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
pelestarian cagar budaya.
 Rendahnya penegakan hukum terhadap pelaku perusakan
cagar budaya.
 Kurangnya anggaran untuk pelestarian cagar budaya.

Beberapa solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut antara


lain:
 Meningkatkan sosialisasi tentang pentingnya pelestarian
cagar budaya kepada masyarakat.
 Memperkuat penegakan hukum terhadap pelaku perusakan
cagar budaya.
 Meningkatkan anggaran untuk pelestarian cagar budaya.

13.Ani Bayu, Mudhofar (2020) Dengan judul “MORFOLOGI


RUMAH TINGGAL PANGERAN ARYA DENDA KUSUMA DI
DESA MANDALANGEN KOTA CIREBON”

Neo-Klasik adalah gaya arsitektur yang muncul pada


abad ke-18 di Eropa, terutama di Prancis. Gaya ini merupakan
interpretasi baru dari gaya klasik Yunani dan Romawi kuno,
namun dengan sentuhan modern yang lebih sederhana dan
simetris. Arsitektur neo-klasik sering kali menampilkan kolom-
kolom, pilaster, dan elemen dekoratif klasik lainnya. Gaya ini
juga dikenal dengan keanggunan dan proporsinya yang
harmonis. Pada abad 16 indonesia masih bernama Hindia
belanda dan berada pada kekuasaan VOC Selama periode ini
arsitektur kolonial kehilangan orientasinya pada bangunan
tradisional di Belanda
Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian
sebelumnya dalam hal metode penelitian yang digunakan.
Keduanya menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan
pengamatan langsung di lapangan dan wawancara untuk
mendapatkan data sekunder. Namun, penelitian ini memiliki
perbedaan dalam fokus penelitiannya. Penelitian sebelumnya
lebih menekankan pada morfologi dan unsur-unsur yang
diterapkan la hunian, sedangkan penelitian ini lebih fokus pada
perkembangan rumah dari masa ke masa yang disebabkan oleh
pertumbuhan keturunan yang ada.
Selain itu, penelitian ini juga mencatat adanya penambahan
fungsi berupa kamar tidur pada tahun 1970, 1990, 2007, dan
2013. Hal ini menunjukkan perubahan yang terjadi pada rumah
tinggal Pangeran Arya Denda Kusuma dari segi
fungsionalitasnya, yang tidak dicatat dalam penelitian
sebelumnya.

14.Adi Kurniadi, Tin Budi Utami (2016) Dengan judul


“TIPOLOGI FASAD BANGUNAN PADA PENGGAL JALAN
PERMUKIMAN PERKOTAAN”
Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian
sebelumnya dalam hal metode penelitian yang digunakan.
Kedua penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif-
deskriptif. Selain itu, keduanya juga menggunakan metode
pengumpulan data berupa pengamatan langsung dan
pengumpulan bahan dokumen. Namun, terdapat perbedaan
dalam fokus penelitian. Penelitian sebelumnya lebih
menekankan pada analisis tipologi fasad bangunan berdasarkan
asal-usul, fungsi, dan bentuk sederhana suatu bangunan.
Sementara penelitian ini lebih menekankan pada identifikasi
tata guna bangunan dan kondisi jumlah lantai bangunan di
kawasan studi. Dengan demikian, penelitian ini lebih
menitikberatkan pada karakteristik fisik dan tata guna bangunan
di kawasan studi, sedangkan penelitian sebelumnya lebih
menekankan pada analisis tipologi fasad bangunan berdasarkan
asal-usul, fungsi, dan bentuk sederhana suatu bangunan.
Tujuan dari jurnal ini adalah untuk mengidentifikasi,
mengkaji serta mengetahui tipologi fasad bangunan
permukiman perkotaan Kampung Arab Pekojan, Jakarta Barat.
Kampung Arab Pekojan merupakan kawasan permukiman yang
memiliki sejarah dan budaya yang penting. Namun, saat ini
kawasan tersebut mengalami gejala penurunan kualitas
kawasan yang mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan
bersejarah. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk
mempertahankan karakter kawasan tersebut, salah satunya
melalui identifikasi tipologi fasad bangunan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis
menyimpulkan bahwa Kampung Arab Pekojan saat ini
terbilang belum dapat menjadi kawasan permukiman yang
berkarakter. Hal ini dikarenakan jumlah keberadaan atau
kehadiran komunitas etnis Arab yang semakin sedikit dan
banyaknya temuan terkait dengan kehadiran bangunan baru
dengan menerapkan elemen fasad modern, sehingga terlihat
kontras dan berbeda dari fasad bangunan asli.
Untuk mewujudkan Kampung Arab Pekojan sebagai
kawasan permukiman yang berkarakter, perlu dilakukan upaya
untuk mempertahankan karakter fasad bangunan. Upaya
tersebut dapat dilakukan melalui cara, seperti:
 Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya
mempertahankan karakter fisik kawasan, termasuk karakter
fasad bangunan.
 Memberikan insentif kepada masyarakat untuk
mempertahankan karakter fasad bangunan.
 Mewajibkan pemilik bangunan untuk mempertahankan
karakter fasad bangunan

15. Failasuf Herman Hendra (2013). “Adaptasi Guna


Mencapai Kenyamanan Di Dalam Bangunan Kolonial Pada
Lingkungan Padat”
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif
untuk membuat pencandraan mengenai karakteristik bangunan
Rumah Indis di Kampung Kemasan, Kota Lama Gresik.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini
menekankan pada adaptasi bangunan yang memengaruhi
kenyamanan termal bagi penghuni. Sementara itu, penelitian
sebelumnya lebih fokus pada performa termal bangunan dan
faktor-faktor yang memengaruhi kenyamanan termal, seperti
perubahan perilaku penghuni dan pengoperasian bangunan.
Namun, terdapat persamaan antara penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya dalam hal menekankan
pentingnya adaptasi bangunan terhadap kenyamanan termal
bagi penghuni. Begitu juga, penelitian sebelumnya juga
menyoroti bahwa performa termal bangunan tidak hanya
ditentukan oleh desain konfigurasi bangunan, tetapi juga oleh
cara menghuni dan mengoperasikan bangunan. Oleh karena itu,
kedua penelitian ini menekankan pentingnya adaptasi bangunan
dalam mencapai kenyamanan termal bagi penghuni.
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN

1. SEJARAH MUNCULNYA ARSITEKTUR NEO


KLASIK
Gaya arsitektur yang dihasilkan oleh gerakan neo
klasik yang dimulai pada pertengahan abad ke 18. Gaya ini
mengadopsi gaya dari arsitektur klasik kuno, prinsip-prinsip
Vitruvian, dan karya arsitek Italia Andrea Palladio. Di
Eropa tengah dan timur, gaya ini biasanya disebut sebagai
Klasisisme (dalam Bahasa Jerman Klassizismus).
Banyak gambar grafis karya Boullée yang
menggambarkan arsitektur geometris Neo klasik muncul
sebagai keinginan untuk kembali merasakan “kemurnian”
dari seni Roma dan Yunani kuno, dengan persepsi yang
lebih jelas dan ideal. Banyak arsitek neo klasik pada awal
abad ke- 19 yang terpengaruh oleh gambar dan projek dari
Étienne-Louis Boullée dan Claude Nicolas dengan konsep
kekekalan alam semesta. LeDoux membahas konsep
arsitektur mengenai bangunan yang harus dapat
mengkomunikasikan fungsinya kepada orang yang melihat.
Arsitektur Neoklasik merupakan reaksi terhadap
gaya arsitektur Rococo dan Baroque. Banyaknya penemuan
dari peninggalan arsitektur Yunani dan Romawi juga
memicu munculnya gaya arsitektur neo klasik. Pada abad
ke-18 banyak orang yang tertarik untuk melakukan
penggalian pada situs-situs lama, terutama situs Yunani.
arsitektur neoklasik Itu adalah gaya arsitektur yang
dihasilkan selama abad ke-18 dan awal abad ke-19. Jenis
arsitektur ini, dalam bentuknya yang paling murni, dicirikan
oleh kebangkitan arsitektur klasik atau Yunani-Romawi.
Di sisi lain, arsitektur neoklasik banyak dikenal
karena menandai kembalinya ketertiban dan rasionalitas
setelah Baroque baru dan cahaya dekoratif dari Rococo.
Rasa baru untuk kesederhanaan kuno mewakili reaksi
terhadap ekses gaya Barok dan Rococo. selain itu, itu
ditandai dengan kebesaran skala, kesederhanaan bentuk
geometris, perintah Yunani (terutama Doric), penggunaan
dramatis kolom, detail Romawi dan preferensi untuk
dinding berwarna putih
Pada awal abad ke-19, hampir semua arsitektur
baru sebagian besar negara di Eropa, Amerika Serikat dan
Amerika Latin kolonial mencerminkan semangat neoklasik.
Saat ini, arsitektur neoklasik adalah salah satu gaya
konstruksi paling populer di dunia.
Menurut beberapa referensi, Revolusi Industri
adalah salah satu faktor yang paling berpengaruh untuk
perpanjangan arsitektur neoklasik pada abad ke-19;
perubahan gaya hidup pada masa itu mencapai gaya yang
diperluas oleh Eropa dan sebagian Amerika.

2. AWAL MULA MASUKNYA ARSITEKTUR NEO


KLASIK KE INDONESIA
Orang yang pertamakali mengenalkan dan
mengembangkan gaya Neo Klasik di Indonesia adalah Herman
Willen Daendels yang menjabat sebagai Gubenur Jenderal
Hindia Belanda sejak tahun 1808 hingga 1811. Mantan perwira
militer ini adalah salah satu orang kepercayaan Kaisar Perancis
Napoleon Bonaparte. Saat itu meski berkuasa di tanah air,
namun Belanda sendiri berada dibawah kekuasaan Perancis.
Pada masa tersebut gaya arsitektur Neo Klasik
mengalami kemajuan yang sangat pesat di Perancis. Hanya saja
sebutannya tidak menggunakan nama Neo Klasik melainkan
Empire Style. Lalu ketika ditugaskan di Indonesia, Deandels
segera melakukan perubahan terhadap gaya bangunan Indisch
yang sebelumnya sering digaungkan oleh Gubenur Jenderal
sebelumnya, Albertus Wiese.
Perubahan yang dilakukan oleh Daendels ini
mempunyai alasan khusus. Gaya arsitektur Indisch dianggap
kurang berhasil dalam memunculkan sifat kekuasaan yang
angkuh. Bahkan disebutkan gaya tersebut lebih sering
mengakomodasi gaya arsitektur lokal setempat terutama dari
Jawa.
Dalam perkembangan selanjutnya, gaya arsitektur
yang dikenalkan oleh Daendels tersebut sering dinamakan
sebagai gaya arsitektur Indische Empire Style. Beberapa ciri
utamanya antara lain pada dindingnya yang sangat tebal.
Lantainya dibuat dari bahan marmer dan plafonnya memiliki
ukuran lebih tinggi.
Ruang terbesar yang terletak di bagian tengah selalu
dihubungkan langsung dengan teras belakang dan teras
belakang. Bangunan sayap yang ada di sisi kiri dan kanan
bangunan utama difungsikan sebagai kamar tidur. Untuk
fasilitas yang lain, dibuatkan secara khusus di beberapa
bangunan yang didirikan secara terpisah.
Meski penampilannya terlihat anggun dan megah,
banyak yang menyebutkan jika arsitektur Neo Klasik yang
dikembangkan di Indonesia oleh Daendels ini punya
kelemahan. Salah satunya adalah kurang menyesuaikan diri
dengan alam tropis. Tapi dibalik itu semua, tetap saja gaya
arsitektur ini bisa menambah khasanah pengetahuan di tanah
air. Khususnya yang berhubungan dengan desain bangunan.

3. PERBEDAAN ANTARA ARSITEKTUR NEO KLASIK


DI INDONESIA DENGAN ARSITEKTUR NEO KLASIK
DI EROPA
Arsitektur neo klasik di Indonesia sangat dipengaruhi
oleh budaya lokal dari berbagai macam daerah, seperti budaya
Jawa, Bali, dan Sumatera. Hal ini dapat kita lihat dari
penggunaan elemen-elemen lokal, seperti ornamen-ornamen
tradisional di jawa, bali dan sumatera dan penggunaan bahan-
bahan bangunan lokal.
Arsitektur neo klasik di Eropa tidak dipengaruhi oleh budaya
lokal, karena gaya arsitektur ini muncul sebagai reaksi terhadap
gaya arsitektur barok dan rococo yang dianggap terlalu
berlebihan dan rumit. Gaya arsitektur neo klasik di Eropa
berusaha untuk kembali ke gaya arsitektur klasik Yunani dan
Romawi yang dianggap lebih sederhana dan rasional.
Di Indonesia Arsitektur neo klasik juga dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan, seperti iklim tropis dan ketersediaan
bahan bangunan. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan bahan-
bahan bangunan yang tahan lama dan tidak mudah rusak oleh
iklim tropis sedangkan Arsitektur neo klasik di Eropa tidak
dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya karena gaya arsitektur
ini berkembang di Eropa yang memiliki iklim yang dingin dan
memiliki ketersediaan bahan bangunan yang lebih bermacam-
macam.
Fungsi bangunan Arsitektur neo klasik Indonesia juga
berbeda dengan Arsitektur neo klasik eropa. Di Indonesia
banyak digunakan untuk membangun berbagai bangunan
penting, seperti gedung pemerintahan, gedung perkantoran, dan
bangunan-bangunan bersejarah kita bisa melihatnya pada
penggunaan elemen-elemen yang lebih fungsional. Di Eropa
Arsitektur neo klasiknya tidak dipengaruhi oleh fungsi
bangunan, karena gaya arsitektur ini berkembang di Eropa yang
memiliki fungsi bangunan yang lebih beragam.

4. CIRI- CIRI ARSITEKTUR NEO KLASIK DALAM


HAL BENTUK BANGUNAN

1. Bentuk bangunan yang geometris dan simetris


Bentuk bangunan yang geometris dan simetris adalah
salah satu ciri khas arsitektur neo klasik. bentuk-bentuk
geometris yang sering digunakan dalam arsitektur neo klasik
antara lain persegi panjang, segitiga, dan lingkaran.

2. Penggunaan pilar, kolom dan balustrade


Elemen-elemen ini digunakan untuk memperkuat
struktur bangunan, serta untuk menciptakan kesan elegan dan
megah.
 Pilar yaitu elemen yang dapat menopang struktur bangunan.
Pilar-pilar ini umumnya terbuat dari batu atau marmer dan
memiliki bentuk yang geometris. Pilar-pilar ini dapat berdiri
sendiri atau berpasangan, dan juga dapat digunakan untuk
menopang atap, balkon, atau teras. Berikut contoh gambar
pilar.

 Kolom yaitu elemen yang menopang struktur bangunan, dan


memiliki fungsi yang kurang lebih sama dengan pilar.
Kolom-kolom pada arsitektur neo klasik ini umumnya
memiliki bentuk yang lebih ramping dan elegan daripada
pilar. Pada arsitektur neo klasik, kolom-kolom biasanya
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Kolom Dorik adalah jenis kolom yang paling sederhana dan
tertua. Kolom Dorik memiliki bentuk yang ramping dan
sederhana, dengan kepala kolom yang berbentuk polos.
2. Kolom Ionia adalah jenis kolom yang memiliki bentuk yang
lebih rumit daripada kolom Dorik. Kolom Ionia memiliki
kepala kolom yang berbentuk volutes, yaitu hiasan yang
berbentuk spiral.
3. Kolom Korintian adalah jenis kolom yang paling rumit dan
mewah. Kolom Korintian memiliki kepala kolom yang
berbentuk acanthus, yaitu hiasan yang berbentuk daun.
Kolom-kolom pada arsitektur neo klasik umumnya dicat
dengan warna putih, sehingga menciptakan kesan yang
elegan dan bersih.
 Balustrade adalah elemen yang berfungsi sebagai pagar atau
pembatas. Balustrade pada arsitektur neo klasik umumnya
terbuat dari batu, marmer, atau logam, dan memiliki bentuk
yang geometris. Balustrade ini dapat digunakan untuk
membatasi balkon, teras, atau tangga. Berikut contoh gambar
Balustrade pada Museum Louvre di Prancis terbuat dari
logam, dan memiliki bentuk yang sederhana dan elegan.
Balustrade ini membatasi teras yang mengelilingi museum.

3. Penggunaan jendela-jendela yang besar dan tinggi


Arsitektur neo klasik juga dicirikan oleh penggunaan
jendela-jendela yang besar dan tinggi. Jendela-jendela yang
besar dan tinggi memungkinkan masuknya cahaya matahari ke
dalam bangunan. Istana Versailles di Prancis memiliki
jendela-jendela yang besar dan tinggi di fasadnya. Jendela-
jendela ini terbuat dari kaca patri, dan dihiasi dengan bingkai
yang terbuat dari batu atau marmer.

4. Penggunaan kubah atau atap yang berbentuk piramida


Arsitektur neo klasik juga dicirikan oleh penggunaan
kubah atau atap yang berbentuk piramida. Kubah atau atap
yang berbentuk piramida memberikan kesan keanggunan dan
kemegahan pada bangunan. Contoh Piramida Cestius di
Roma adalah makam berbentuk piramida yang dibangun pada
abad ke-1 SM. Piramida ini terbuat dari batu, dan memiliki
tinggi yang mencapai 27 meter.

5. Penggunaan ornamen-ornamen klasik


Ornamen-ornamen klasik, seperti pita, daun, atau
bunga, sering digunakan dalam arsitektur neo klasik. Ornamen-
ornamen ini digunakan untuk menambah kesan elegan dan
mewah pada bangunan.
5. CIRI-CIRI ARSITEKTUR NEO KLASIK DALAM HAL
MATERIAL
1. Penggunaan material yang solid dan kuat
 Batu digunakan untuk membangun fondasi, dinding,
kolom, dan pilar. Batu yang sering digunakan berupa batu
granit, batu marmer, dan batu kapur.
 Marmer adalah material yang digunakan untuk melapisi
dinding, lantai, dan pilar. Marmer memiliki permukaan
yang halus dan mengkilap, sehingga menciptakan kesan
yang elegan dan mewah.
 Logam adalah material yang kuat dan tahan lama,
sehingga cocok digunakan untuk membangun struktur
bangunan yang besar dan kompleks. Logam yang sering
yaitu besi dan perunggu.

2. Penggunaan material yang mahal


 Batu marmer adalah material yang paling mahal yang
sering digunakan pada arsitektur neo klasik. Marmer
memiliki permukaan halus dan mengkilap, sehingga
memberikan kesan yang elegan dan juga mewah.
 Batu granit adalah material yang kuat dan tahan lama,
sehingga sangat cocok digunakan untuk membangun
struktur bangunan yang besar dan kompleks. Granit sering
digunakan untuk membangun fondasi, dinding, dan
kolom.
 Logam, seperti besi dan perunggu juga merupakan
material yang kuat dan tahan lama, memiliki permukaan
yang halus dan mengkilap. Logam sering digunakan
untuk membuat jendela, pintu, atap, patung, dan ornamen.
3. Penggunaan material yang klasik
Arsitektur neo klasik juga menggunakan material yang
klasik, seperti batu dan marmer. Arsitektur neo klasik
terinspirasi dari gaya klasik Yunani dan Romawi sehingga
menggunakan material-material tersebut untuk menunjukkan
kekaguman terhadap budaya klasik Yunani dan Romawi.

6.PENGARUH YANG MENJADI KELEBIHAN


ARSITEKTUR NEO KLASIK DAN KEKURANGAN
ARSITEKTUR NEO KLASIK JIKA DIGUNAKAN PADA
ERA MODERN INI
Kelebihan arsitektur neo-klasik pada era modern:
 Menciptakan Kesan elegan dan mewah. Arsitektur neo
klasik dicirikan dengan menggunakan material yang solid
dan kuat, seperti batu, marmer, dan logam. Material-
material ini digunakan untuk menciptakan kesan yang
elegan, mewah, dan megah. Kesan ini masih dapat diterima
di era modern, bahkan dapat menjadi nilai tambah bagi
bangunan.
 Kesan kokoh dan tahan lama. Arsitektur neo klasik
menggunakan material yang kuat dan tahan lama, seperti
batu granit dan besi. Hal ini sangat penting dalam arsitektur
neo klasik karena menekankan pada kemegahan dan
keindahan yang abadi. Kesan ini juga masih dapat diterima
di era modern, bahkan dapat menjadi nilai tambah bagi
bangunan.
 Nilai sejarah dan budaya. Arsitektur neo klasik terinspirasi
dari gaya klasik Yunani dan Romawi. Gaya ini memiliki
nilai sejarah dan budaya yang tinggi, yang dapat menjadi
nilai tambah bagi bangunan.
Kekurangan arsitektur neo-klasik pada era modern:
 Biaya yang mahal. Penggunaan material yang solid dan
kuat, seperti batu, marmer, dan logam, membuat arsitektur
neo klasik menjadi mahal. Hal ini dapat menjadi
pertimbangan bagi pemilik bangunan di era modern yang
cenderung lebih mengutamakan efisiensi biaya.
 Pemeliharaan yang sulit. Material yang digunakan dalam
arsitektur neo klasik, seperti batu dan marmer, memerlukan
perawatan yang rutin untuk menjaga keindahan dan
keawetan. Hal ini dapat menjadi beban bagi pemilik
bangunan di era modern, yang cenderung lebih sibuk dan
tidak memiliki banyak waktu untuk merawat bangunan.
 Tidak cocok untuk semua jenis bangunan. Arsitektur neo
klasik lebih cocok untuk bangunan-bangunan besar dan
monumental, seperti istana, gedung pemerintahan, dan
museum. Hal ini dapat menjadi kendala bagi pemilik
bangunan di era modern, yang mungkin memiliki lahan
yang terbatas atau membutuhkan bangunan dengan fungsi
yang berbeda.
Berikut ini adalah beberapa contoh kelebihan arsitektur Neo
Klasik dalam penerapannya di Indonesia:

Gedung Sate merupakan salah satu bangunan bergaya Neo


Klasik yang paling terkenal di Indonesia. Bangunan ini
memiliki kesan monumental dan megah, yang melambangkan
kekuasaan dan kemegahan pemerintah kolonial Belanda.

Gedung Balai Kota Surabaya merupakan salah satu bangunan


bergaya Neo Klasik yang paling penting di Surabaya.
Bangunan ini memiliki kesan elegan dan klasik, yang menjadi
simbol kebanggaan kota Surabaya.
Gedung Gubernuran Medan merupakan salah satu bangunan
bergaya Neo Klasik yang paling megah di Indonesia. Bangunan
ini memiliki kesan kuat dan kokoh, yang melambangkan
kedaulatan pemerintah Indonesia.

BAB IV
KESIMPULAN

Pemeliharaannya yang sulit pada Material yang


digunakan dalam arsitektur neo klasik, seperti batu dan
marmer, memerlukan perawatan rutin untuk menjaga keindahan
dan keawetan. Hal ini dapat menjadi beban bagi pemilik
bangunan di era modern yang cenderung lebih sibuk. Tidak
cocok untuk semua jenis bangunan: Arsitektur neo klasik lebih
cocok untuk bangunan-bangunan besar dan monumental,
seperti istana, gedung pemerintahan, dan museum. Hal ini dapat
menjadi kendala bagi pemilik bangunan di era modern, yang
mungkin memiliki lahan yang terbatas atau membutuhkan
bangunan dengan fungsi yang berbeda. Selain itu, terdapat
saran terkait penggunaan arsitektur neo klasik, seperti
mempertimbangkan pemeliharaan yang diperlukan dan
kesesuaian jenis bangunan dengan gaya arsitektur tertentu.
Dalam konteks Indonesia, beberapa contoh kelebihan arsitektur
Neo Klasik dalam penerapannya di Indonesia antara lain
Gedung Sate, Balai Kota Surabaya, dan Gubernuran Medan.
Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa arsitektur neo klasik memiliki keindahan dan kekuatan
estetika yang megah, namun memerlukan perawatan yang rutin
dan lebih cocok untuk bangunan-bangunan besar dan
monumental. Saran yang dapat diberikan adalah
mempertimbangkan kebutuhan perawatan dan kesesuaian jenis
bangunan sebelum menerapkan arsitektur neo klasik

SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata
sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details
dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber -
sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung
jawabkan. Oleh sebab itu penulis harapkan kritik serta sarannya
mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan.
Good buildings
come from good people,
and all problems are
solved by good design
-Stephen Gardiner
GAYA ARSITEKTUR

PENUTUP
Dalam KBBI, arsitektur adalah seni dan ilmu
merancang serta membuat konstruksi bangunan, jembatan, dan
sebagainya; ilmu bangunan. Di sini kita mendapati bahwa
bidang ini dapat merancang berbagai bangunan lain selain
rumah atau gedung (bangunan yang dapat di huni).
Sementara itu pengertian arsitektur dalam Webster
Dictionary adalah seni atau praktik perancangan struktur
bangunan, terutama yang dapat di huni. Menjelaskan mengapa
bidang ini di mata publik identik dengan desain bangunan
hunian, karena memang kebanyakan ranahnya ada di sana.
Pengertian Asitektur Menurut Para Ahli
Tentunya, arsitektur juga memiliki pengertian yang
berbeda namun biasanya masih searah pemikiran berdasarkan
masing-masing pendapat ahli. Di bawah ini adalah beberapa
pengertian-pengertian arsitektur lainnya menurut para ahli.
1. Francis DK Ching (1979), Arsitektur membentuk suatu
tautan yang mempersatukan ruang, bentuk, teknik dan fungsi.
2. Amos Rappoport (1981), Arsitektur adalah ruang tempat
hidup manusia, yang lebih dari sekedar fisik, tapi juga
menyangkut pranata-pranata budaya dasar. Pranata ini
meliputi: tata atur kehidupan sosial dan budaya masyarkat,
yang diwadahi dan sekaligus mempengaruhi arsitektur.
3. Djauhari Sumintardja, Arsitektur merupakan sesuatu yang
dibangun manusia untuk kepentingan badannya (melindungi
diri dari gangguan) dan kepentingan jiwanya(kenyamanan,
ketenangan, dll.
4. J.B. Mangunwijaya (1992), Arsitektur sebagai vastuvidya
(wastuwidya) yang berarti ilmu bangunan. Dalam pengertian
wastu terhitung pula tata bumi, tata gedung, tata lalu lintas
(dhara, harsya, yana). Seni ini adalah ilmu dalam merancang
bangunan. Arsitektur juga dapat merujuk kepada hasil proses
perancangan tersebut.
Tidak hanya untuk membangun suatu konstruksi
bangunan yang fungsional, estetis dan kokoh. Arsitektur secara
umum berfungsi sebagai suatu tata bina yang ikut
menyeimbangkan lingkungan di sekitar, termasuk pada alam,
manusia dan faktor sosialnya. Di bawah ini adalah penjabaran
fungsinya.
1. Arsitektur sebagai kebutuhan tuntutan fungsional
badani, rohani, emosional (spiritual & intelektual).
2. Ssebagai jawaban atas tantangan: Iklim, teknologi,
masyarakat, kebudayaan.
3. Sebagai penyeimbang biologis dan psikologis dalam
artian berfungsi sebagai pembatas (filter) antara
tubuhnya dengan lingkungan alamnya.
4. Penyeimbang biologis dan psikologis yang merupakan
kelanjutan perilaku adaptasi manusia terhadap dunia.
5. Ruang tempat manusia hidup dengan berbagi. Ruang,
manusia, hidup, dan bahagia, kaitannya dengan
pengalaman kehidupan sehari-hari secara sederhana
dapat diwujudkan pula oleh arsitektur.
6. Sebagai binaan lingkungan secara keseluruhan, bukan
hanya sebagai obyek/produk, tapi juga sebagai
institusi/proses.
7. Objek dan proses budaya. Monumen-monumen kuno
dunia yang diagungkan hingga sekarang adalah produk
dari Arsitektur.
DATA PENYUSUN
KELAS A1 ARSITEKTUR UMI 2023

ARSITEKTUR TRADISIONAL

Nama : Muliyana (Yana)


NIM : 03420230006
TTL : Maros, 19 Mei

Nama : Ananda Ainun (Nanda)


NIM : 03420230017
TTL : Makassar, 4 Juli 2005

ARSITEKTUR KLASIK

Nama : Angelina Claudya Ayumi Pricilia (Angel)


NIM : 03420230023
TTL : Maros, 28 Maret 2005

Nama : Haslinda (Indah)


NIM : 03420230005
TTL : Pinrang, 11 Maret 2004
ARSITEKTUR MODERN

Nama : Aisyah Az-zikra Al Husaini (Aichi)


NIM : 03420230013
TTL : Makassar 12 Februari 2006

Nama : Zalfa Saskia (Zalfa)


NIM : 03420230014
TTL : Kolaka, 22 November 2005

ARSITEKTUR POST MODERN

Nama : Meuthia Taufik (Muti)


NIM : 03420230023
TTL : Polewali, 18 Mei 2005

Nama : Rusmiati Ramadhani (Niar)


NIM : 03420230030
TTL : Pinrang, 31 Oktober 2003
ARSITEKTUR ISLAM

Nama : Gladis Librayanti Seodewo (Didis)


NIM : 03420230010
TTL : Batam, 1 Oktober 2004

Nama : Hirma Walude (Hirma)


NIM : 03420230027
TTL : Bahoruru, 4 Desember 2004

ARSITEKTUR BAROK

Nama : Ainun Magfirah Nasrul (Gadis)


NIM : 03420230001
TTL : Sidrap, 1 November 2004

Nama : Nur Kalsum Alam (Kalsum)


NIM : 03420230016
TTL : Makassar, 17 Februari 2005
ARSITEKTUR GOTHIK

Nama : Lina Abdulraqeeb (Lina)


NIM : 03420230029
TTL : Yaman, September 2003

Nama : Syauqiah Salsabillah (Syau)


NIM : 03420230032
TTL : Kendari, 19 Mei 2005

ARSITEKTUR NEO KLASIK

Nama : Fausiyah Dinahkandy Akil (Uci)


NIM : 03420230025
TTL : Masamba, 26 Maret 2004

Nama : Syafiyyah Dzulaika T. Hamri (Cinta)


NIM : 03420230034
TTL : Makassar 10 Desember 2004

DAFTAR PUSTAKA
Arsitektur Tradisional
Vimy Seprahmi Chand, Majemul Wasad. “The
Influence of Tradisional Aceh Architecture on
Government Buildings”. Jl. Alue Naga Desa Tibang, Banda
Aceh, Indonesia
Kadek Agus Kuncoro Adi,Nyoman Sila,I ketut
sudita(2020). “Arsitektur Rumah Tradisional Desa
Pedawa, Buleleng, Bali”
Aron Soamosir “Transformasi Arsitektur
Tradisional Rumah Adat Batak Toba di Toba Samosir”
Primanizar. “Eksporasi Shape Grammar Arsitektur
Tradisional Sasak”
Renaldi Rozi Fitriza(2018). “Model Matematika
Arsitektur TradisionalRumh Gadang
Minangkabau”
Nyoman Susanta(2016). “Konsep dan Arsitektur
Tradisional Bali dan Aplikasinya Dalam Arsitektur Bali”
wayan Wiryawan
Sopiah Bela Winne,Frysa Wiriantari(2020).
“Arsitektur Rumah Adat Tradisional Mbatangu di
Kampung Ratenggaro
Suwardi di Alamsyah P(2009). “Arsitektur
Tradisional Rumah Betawi”
Hamdil Khaliesh. “Arsitektur Tradisional Tionghoa”
Doddy Soedigdo(2010). “Arsitektur
Regionalisme(Tradisional Modern)
Tumanggar,N.,Dafrina,A., Fidyanti, F., Sofyan,D.k.
(2023). “Arsitektur Tradisional Rumah Adat Jojomh Suku
Pakpak” di kabupaten Pakpak Bharat
Reginaldo Ch. Lake(2023). “Tata Spasial
Arsitektur Tradisional Suku Atoni di Kampung Tamkesi
Pulau Timor”
Hendra Hartarto Sugiono, Batchtiar
Fauzy(2022) “Tradisional and Modern
Architectural Acculturation In The Satya Budhi Klenteng
Building In Bandung”
Chairil Budiarto Amiuza, MSA(2017). “Semiotika
Arsitektur Tradisional Sumbawa”
A.Malik Abdul Aziz, R. Siti Rukyah, Wijayah
Wijayanti(2020). “Arsitektur Tradisional di Kawasan
Kampung Kapitan Palembang”. Bandung
Repi, Rose Rizal, Rika Cheris(2022). “Arsitektur
Rumah Tradisional Melayu Desa Ludai Kabupaten
Kampur”. Jl. Yos Sudarso km.8 Rumbai, Pekanbaru
Nur fauziah(2014). “Karekteristik Arsitektur
Tradisional Papua”.Nunung Weasley, Jl. Sutorejo, Surabaya
Rahmansah, Bakhrani Rauf(2014). “Arsitektur
Tradisional Bugis Makassar”
Mezak Wakim(2017). “Arsitektur Tradisional
Masyarakat Masela, muluku Barat Daya”. Jl. Ir. M
Putuhena Wailela Poka Rumahtiga Ambon
Mukhlis A. Mukhtar, Galih Widjil Pangarsa, dan Lisa
Dwi Wulandari (2013). Struktur Konstruksi Arsitektur
Tradisional Bangunan Tradisional Keda Suku Ende Lio Di
Permukiman Adat Wolotolo.

Arsitektur Klasik
Aini, Q. (2021). PERGESERAN DESAIN BANGUNAN
DALAM MASA PERKEMBANGAN ARSITEKTUR DI
INDONESIA (Vol. 8).
arsitektur kolonial bali utara perpaduan unsur
arsitektur klasik eropa dengan budaya lokal. (n.d.).
ART_PERFORMANCE_BUILDING_IN_GROBOGAN
_WITH_A_CLASSI. (n.d.).
Ashadi, A. (n.d.). TEORI ARSITEKTUR ZAMAN
KLASIK. https://www.researchgate.net/publication/341298107
Ashadi, A. (2018). PENGANTAR ANTROPOLOGI
ARSITEKTUR.
https://www.researchgate.net/publication/329554924
Buwono, H. (n.d.). Eropa terjadi di jarnan Sri Sultan.
Dan, B., & Jawa, B. (n.d.). ().
Fireza, D., & Nadia, A. (n.d.). ANALISIS GEOMETRI
PROPORSI FASADE PORTICO PADA BANGUNAN
INSTITUSI NEGARA BERGAYA ARSITEKTUR KLASIK
DI JAKARTA. In Journal of Architecture Innovation (Vol. 5,
Issue 2).
Hasbi, R. M., & Nimpuno, W. B. (2019). Pengaruh
Arsitektur Modern Pada Desain Masjid Istiqlal. Vitruvian, 8(2),
89. https://doi.org/10.22441/vitruvian.2018.v8i2.005
JELAJAH ARSITEKTUR KLASIK. (n.d.-a).
Limantara, K. D., & Roosandriantini, J. (2021).
Identifikasi Unsur Pembentuk Karakter Langgam Arsitektur
Klasik Pada Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria. In
JURNAL ARSITEKTUR (Vol. 11, Issue 2).
Mufsi, A., Karakteristik, S. :, Percandian, A., Klasik,
M., Das Batanghari, D., & Sadzali, A. M. (2022). Titian:
Jurnal Ilmu Humaniora KARAKTERISTIK ARSITEKTUR
PERCANDIAN MASA KLASIK DI DAS BATANGHARI the
architectural characteristics of classical temples in the
Batanghari watershed. 06(1).
https://online-journal.unja.ac.id/index.php/titian
Mustakim, A. (n.d.). SEJARAH PERKEMBANGAN
SENI PADA ESTETIKA KLASIK.
https://id.wikipedia.org/wiki/Plato
TUGAS I. (n.d.).

Arsitektue Modern
Efit. (2021). “Perencanaan Bangunan Agro Techno
Park Di Wonosobo Dengan Konsep Arsitektur Modern.”
https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/jebe/article/download/1762/10
77
Permana, R. A., dkk. (2023). “Analisis Penerapan
Konsep Modern Pada Bangunan Delipark Mall di Medan.”
https://j-innovative.org/index.php/Innovative/article/view/2971/
2102
Aristyawati, N. A., dkk. (2021). “CITY HOTEL
BINTANG TIGA ( ***) DI KOTA MALANG.”
https://ejournal.itn.ac.id/index.php/pengilon/article/view/3609
Hasbi, R. H., & Nimpuno, W. B. (2019). “Pengaruh
Arsitektur Modern Pada Desain Masjid Istiqlal.”
https://media.neliti.com/media/publications/289933-pengaruh-
arsitektur-modern-pada-desain-m-4c120757.pdf
Danova, Y. A., dkk. (2023). “RUMAH SAKIT JIWA
DI KEDUNGKANDANG KOTA MALANG.”
https://ejournal.itn.ac.id/index.php/pengilon/article/view/7236
Ashadi. (2016). “PERADABAN DAN ARSITEKTUR
MODERN.”
https://www.researchgate.net/publication/314307919_Peradaba
n_dan_Arsitektur_MODERN
Ashadi. (2020). “TEORI ARSITEKTUR ZAMAN
MODERN.” https://www.researchgate.net/profile/Ashadi-
Ashadi/publication/341298186_TEORI_ARSITEKTUR_ZAM
AN_MODERN/links/5eb9cce6299bf1287f7fb4ef/TEORI-
ARSITEKTUR-ZAMAN-MODERN.pdf
Kristhian Prasuthio & J. A. R. Sondakh. (2011).
“ARSITEKTUR TRANSISI ABAD-19 KE AWAL ABAD
20.”
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmm/article/view/338
Maryam Utami Andi Hasan, Moh. Faisal Dunggio, &
Heryati. (2023). “PENERAPAN ARSITEKTUR MODERN
PADA RANCANGAN PUSAT APRESIASI SENI DI
GORONTALO.”
https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jja/article/view/18921
Ir. Suprayitno, MT. (2008). “PENERAPAN
ARSITEKTUR MINIMALIS PADA BANGUNAN
MODERN.”
https://repositori.uma.ac.id/jspui/bitstream/123456789/13144/1/
Karya%20Ilmiah%20-%20Suprayitno%20-%20Penerapan
%20Arsitektur%20Minimalis%20pada%20Bangunan
%20Modern.pdf
Stephanie Jill Najoan & Johansen Mandey. (2011).
“TRANSFORMASI SEBAGAI STRATEGI DESAIN.”
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmm/article/view/330
Nirmala Hajaria & Agus S. Ekomodyo. (2022).
“ANDRA MARTIN KREATIVITAS DALAM EKSPLORASI
MATERIAL PADA KARAKTER ARSITEKTUR MODERN.”
https://www.researchgate.net/publication/366353366_Andra_M
atin_Kreativitas_dalam_Eksplorasi_Material_pada_Karakter_A
rsitektur_Modern
Alda Nurulita, Breeze Maringka, & Ghoustanjiwani
Adi Putra. (2021). “GEDUNG OLAHRAGA GANECA KOTA
BATU TEMA: ARSITEKTUR MODERN.”
https://ejournal.itn.ac.id/index.php/pengilon/article/view/4336
Lo Angela Irena & Dr. Bachtiar Fauzy, Ir., MT. (2018).
“MONUMENTALITAS ARSITEKTUR MODERN PADA
GEDUNG POLA DI JAKARTA.”
https://journal.unpar.ac.id/index.php/risa/article/view/2933/250
1
Melani Cahyani & Yeptadian Sari. (2020). “KAJIAN
ARSITEKTUR MODERN PADA BANGUNAN PUSAT
MODE.”
https://proceeding.unindra.ac.id/index.php/semnaskkbarsi/articl
e/view/5101

Arsitektur Post-Modern
Agus Dharma “UNSUR KOMUNIKASI DALAM
ARSITEKTUR POST-MODERN” (2019).
http://staffsite.gunadarma.ac.id/agus_dh/
Anggito Ariotejo, Ady R. Thahir, Sri Tundono
“PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR POSTMODERN
PADAFASAD BANGUNAN MUSEUM” 2 September 2020.
https://www.e-journal.trisakti.ac.id/index.php/sim/article/view/
8968/6301
Carlitos Boby Ismail Lubis ,Dedi Hantono “KAJIAN
KONSEP ARSITEKTUR POSTMODERN PADA
BANGUNAN GEDUNG 550 MADISON“ 2 November 2022.
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek/article/view/14694
Carlitos Boby Ismail Lubis, Dedi Hantono “KAJIAN
KONSEP ARSITEKTUR POSTMODERN PADA
BANGUNAN GEDUNG PORTLAND” Volume 7 No. 1,
Maret 2023. https://www.researchgate.net/profile/Dedi-
Hantono/publication/369467598_Kajian_Konsep_Arsitektur_P
ostmodern_Pada_Bangunan_Gedung_Portland/links/
641c59a9a1b72772e41e7585/Kajian-Konsep-Arsitektur-
Postmodern-Pada-Bangunan-Gedung-Portland.pdf
Ferry Mokoginta, Julianus A. R. Sondakh “Penerapan
Konsep Arsitektur Post Modern Pada Pengembangan Bangunan
Universitas Dumoga Di Kotamobagu” November 3, 2016.
https://www.neliti.com/publications/64042/penerapan-konsep-
arsitektur-post-modern-pada-pengembangan-bangunan-
universitas-d
Hidayat, Akbar “Konsep Arsitektur Panti Rehabilitasi
Ketergantungan Narkotika & Psikotropika Di Makassar,
Pendekatan Arsitektur Postmodern Historiscm” Volume 5
No.1, Maret (2020).
http://www.ojs.unanda.ac.id/index.php/jiit/article/view/601
Murdiati “KONSEP SEMIOTIK CHARLES JENCKS
DALAM ARSITEKTUR POST-MODERN” Volume 18 No.1,
April 2008. https://journal.ugm.ac.id/wisdom/article/view/3513
Putra, Winandari, Handjajanti “KONSEP
ARSITEKTUR POST-MODERN DI FASAD BANGUNAN
KASUS: TEATER TAMAN ISMAIL MARZUKI, CIKINI”
Volume 20 No.1, 2021.
https://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/dekons/article/view/
2905
Pawitro “FENOMENA POST-MODERNISME
DALAM ARSITEKTUR ABAD KE-21” Volume 14 No.1,
2010.
https://ejurnal.itenas.ac.id/index.php/rekayasa/article/view/52
RumÔh, “ARSITEKTUR POST-MODERN” Volume
9 No. 18, December 2019.
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?
article=2909898&val=25527&title=ARSITEKTUR%20POST-
MODERN
Restu Aulad Al’Fattaah, Muhammad Iqbal,
Muhammad Rusydi “INTERAKSI SUFISME, EKOLOGI
DAN TEOLOGI DI ERA POSTMODERNISME: ANTARA
WAHDAT AL-WUJÛD IBN‘ARABI DAN SÛLUK AL-
GHAZALI” Volume 22 No.1, Juni (2023). https://jurnal.uin-
antasari.ac.id/index.php/al-banjari/article/view/7671/3550
Risang Rizky Fajar Pratiwi, Randy Pratama
Salisnanda, Suci Ramadhan “Konsep Arsitektur Post
Modernpada Perancangan Mall Pelayanan Publik dikota
Malang Jawa Timur” Volume 3 No. 1, April 2022.
http://ejurnal.itats.ac.id/tekstur/article/view/2946/pdf#
Sumardjito “ARSITEKTUR “POST-MODERN”
SEBAGAI SUATU FENOMENA DAN INOVASI DALAM
PROSES PERKEMBANGAN ARSITEKTUR” Cakrawala
Pendidikan No.3 Tahun XV, November
1996.https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/download/92
44/pdf
Septian, Yusuf Rose (2010) “PROGRAM
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (P3A)
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN MASJID TRANSIT
DENGAN GAYA ARSITEKTUR POST MODERN DI
SRAGEN” https://eprints.ums.ac.id/8192/
Yeshi U. Utami Br Ginting, Imam Faisal Pane
“KAJIAN PERKEMBANGAN ARSITEKTUR
POSTMODERN PADA BANGUNAN KOTA MEDAN”
Volume 08 no. 01:Jurnal Koridor, JANUARI 2017.
https://talenta.usu.ac.id/koridor/article/view/1319/786

Arsitektur Islam
https://ejournal.uinmalang.ac.id/index.php/JIA/article/
viewFile/1712/3045

https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/94447077/
j.culher.2018.02.00120221118-1-mvas6a-libre.pdf?
1668762062=&response-content-disposition=inline
%3B+filename
%3DA_masterpiece_of_early_Islamic_architect.pdf&Expires=
1700830439&Signature=Cc~PWRqvlk8q6qW6c4zmczShLBY
ANrQobadGCmSJKW6AkYDUrsevm7LtsWfYo5TwpJYTiqZ
DOzOkCShcsnsA5vEAxBRi5MMnpNjJnrjiLT-
9Sdz2yLztTFr~wZZHSVccfVSt6TiLtJbZX4ylQpWxfX3Vut7
N9gURlZAEOMgEv0KsWo0XKBUdgly30vf8t7FDOhb8lQIh
34dM3OHFbA0ZLazZ2tGdDxuC4Es3tsZmtI-t0Uv1sSxIhla-
6aiWpEi6pHs~ZQa4PcVTgT~01yjFGgxErZkJfOwmXvbpnB~
V9BlgJCMIUmjZ2GbDkhfV0nAZ-N6xdZvuhE-
oMqzA__&Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA

https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/
S2095263512000635

https://www.hbku.edu.qa/sites/default/files/
islamicperspectivearchitecture.

https://www.hbku.edu.qa/sites/default/files/
islamicperspectivearchitecture.pdf

https://.archive.org/work/sjtfojxh3jcu7aaid3m54omqp4/
access/wayback/https://www.ejournal.iairm-ngabar.ac.id/
index.php/Ngabari/article/download/55/51
https://www.academia.edu/download/84720538/29474.pdf
http://jurnal.unpand.ac.id/index.php/AS/article/view/1604
https://doi.org/10.24252/timpalaja.v4i1a8
https://scholar.archive.org/work/
uvfvkbozubcajeac44cedtzr2m/access/wayback/https://
seminar.iplbi.or.id/wp-content/uploads/2017/06/
HERITAGE2017-A-547-554-Unsur-Unsur-Budaya-pada-
Arsitektur-Masjid-Agung-Darussalam-Bojonegoro.pdf
http://kuliahonline.unikom.ac.id/?listmateri/&detail=218
https://eproceeding.itenas.ac.id/index.php/fad/article/view/1293
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/purwarupa/article/view/2863

Arsitektur Barok

https://journal.unpar.ac.id/index.php/risa/article/view/4738
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmm/article/view/25260
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/70720209/pdf-
libre.pdf?1635869692=&response-content-
disposition=inline%3B+filename
%3DDinamika_Keterhubungan_Ruang_Arsitekt
ura.pdf&Expires=1701182916&Signature=BeriRUCIY8d3C5
dfuQx8NWg21Y84 g-SuaPtjIppZOcmK1WQ3d-
9mPCYlXwW8-Y9tu57Nghf2JaZd-
Z0y5VGE2vlmdqYQbM9CfO2C2d0DJGyXMUVBkY-
6MQtGEek2GYEUlEUJTk1OWqLP~WcLMuAEYQcPkf7Z
tFtTplc3yB1bGxNZ
39VMTd6G3lUf7GE3t6cotA5aEbFajA~xU8~VzAXuxO~su
KM2pvu1qEM85Z0 8I05hM~C0~VH8mA-W5-
U1LhJ9VYZFwBSEhIPis8NXJZxTyC3eiqmUCmoLqWZISFP
vNbBFjGwwfuxF
3PH3ePSE4QwdJPlOMX3dBT3ZgDh2J7eWnw &Key-Pair-
Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA
http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/tmmt/article/
view/12862
https://journal.untar.ac.id/index.php/mezanin/article/view/2950
https://id.scribd.com/doc/213650015/Arsitektur-Baroque
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmm/article/view/4121
https://atrium.ukdw.ac.id/index.php/jurnalarsitektur/article/
view/146
https://journal.isi.ac.id/index.php/resital/article/view/6758/0
https://e-journal.uajy.ac.id/29251/

http://publikasi.kocenin.com/index.php/teksi/article/view/
471
https://jurnalcikini.ikj.ac.id/index.php/jurnalcikini/article/
view/91
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?
article=631830&val=6478&t itle=Pelestarian
%20Bangunan%20Kolonial%20Museum%20Fatahillah
%20di%20 Kawasan%20Kota%20Tua%20Jakarta
https://jurnal.uns.ac.id/Arsitektura/article/view/36214

Arsitektur Gothik
RSIP Jurnal Arsitektur,Vol. 2, No.1, April2022: 62-71
THE APPLICATION OF GOTHIK
ARCHITECTURE IN THE CATHOLIC CHURCH OF
THE
BIRTH OF THE VIRGIN MARY IN SURABAYA
View of THE APPLICATION OF GOTHIK
ARCHITECTURE IN THE CATHOLIC CHURCH OF
THE BIRTH OF THE VIRGIN MARY IN SURABAYA
(unpand.ac.id)
HISTORY & THEORY OF ARCHITECTURE
EUROPEAN LEGACY: GOTHIK (MEDIEVAL)
ARCHITECTURE, EZHA AGHATA PUTRA
HISTORY & THEORY OF
ARCHITECTURE EUROPEAN LEGACY: GOTHIK
(MEDIEVAL) ARCHITECTURE | REZHA AGHATA
PUTRA - Academia.edu
Studi Komparasi Bentuk dan Makna Arsitektur Gereja
W.C.P Schoemaker
STUDI KOMPARASI BENTUK DAN MAKNA
ARSITEKTUR GEREJA (neliti.com)
GAYA GOTHIK (GOTHIK UMBRELLA)
6.-Perancangan-Payung-Yang-Dipadupadankan-
Dengan-Gaya-Gothik-Gothik-Umbrella.pdf
(esaunggul.ac.id)
Arsitektur Seni yang Berlogika by atpic (2010)
Periode Gothik ( Abad 13 – 14 M ) – ARSITEKTUR
(wordpress.com)
Milleni, CS Aly - Riset Arsitektur (RISA), 2023
Jurnal Arsitektur Archicentre Universitas Faletehan
BENTUK, FUNGSI DAN MAKNA PADA
ARSITEKTUR NEO GOTHIK
443778-none-4735780a.pdf (neliti.com)
Arfianty Hutuba “ARSITEKTUR GOTHIK”
ARSITEKTUR GOTHIK | Arfianty Hutuba -
Academia.edu
Angga Iswara, “Arsitektur Abad Pertengahan”
Arsitektur Abad Pertengahan | Angga Iswara -
Academia.edu
Sejarah Perkembangan Arsitektur Gotik
(PDF) Sejarah Perkembangan Arsitektur Gothik -
DOKUMEN.TIPS
ARSITEKTUR DAN PERADABAN MANUSIA,
ANEDYA WARDHANI, 2020
ARSITEKTUR DAN PERADABAN MANUSIA
(univpancasila.ac.id)
Pengaruh Interior Bergaya Arsitektur Neo-Gotik Terhadap
Kualitas Akustik Pada Gereja Katolik St. Yusuf Gedangan
Semarang,
Pengaruh Interior Bergaya Arsitektur Neo-Gotik Terhadap
Kualitas Akustik Pada Gereja Katolik St. Yusuf Gedangan
Semarang | Finka Soelistyo - Academia.edu
Konsep Arsitektur Gotik Dan Karakter Visualnya
Konsep Arsitektur Gotik Dan Karakter Visualnya | PDF
(scribd.com)

Arsitektur Neo Klasik


Ahmad Aziz Mulyantoro, Ashadi. (2023). Konsep
Arsitektur Neo Klasik Pada Bangunan Mix Used Da Vinci
Penthouse Jakarta. _Jurnal Arsitektur PURWARUPA, 7(2),
23-30. Diambil dari
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/purwarupa/article/downloa
d/16002/pdf
Amalia, Tasya Amartha, Sasmito, Adi, Mandaka,
Mutiawati. (2021). Pelabuhan Ferry Internasional Engku
Hamida Dengan Pendekatan Arsitektur Neoklasik. _Jurnal
Arsitektur, 1(1), 17-27_. Diambil dari
https://jurnal.arsip.unpand.ac.id/index.php/ARSIP/article/vie
w/3/4
Bayu, Ani, Mudhofar, dll. (2020). Morfologi Rumah
Tinggal Pengeran Arya Denda Kusuma Di Desa
Mandalangen Kota Cirebon. _Jurnal Arsitektur, 12(1), 1-27_.
Diambil dari https://doi.org/10.59970/jas.v12i1.68
Djoko Pratikto. (2018). Penelusuran Bentuk Arsitektur
Bangunan Stasiun Kereta Api Jaman Kolonial Di
Yogyakarta. _Jurnal Teknik Sipil Dan Arsitektur, 22(26), 1-
13_ . Diambil dari
https://www.ejournal.utp.ac.id/index.php/JTSA/article/downl
oad/680/741
Hendra, Failasuf Herman. (2013). Adaptasi Guna
Mencapai Kenyamanan Di Dalam Bangunan Kolonial Pada
Lingkungan Padat Studi Kasus : Rumah Indis di Kampung
Kemasan Kota Lama Gresik. Diambil dari
https://jurnal.itats.ac.id/wp-content/uploads/2013/01/adaptasi
-guna-kenyamanan-interior-Indis.pdf
J Kawanua. (2015). Tinjauan Penerapan Gaya Neo
Klasik Pada Arsitektur Gedung Indonesia Menggugat
Bandung
https://ojs.unikom.ac.id/index.php/wacaciptaruang/article/vie
w/1664/1124
Jakti, Jalung Wirangga. (2020). Lahirnya Kembali
Neoklasikisme melalui Bangunan di Yogyakarta. _Invensi:
Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni, 5(2), 101-112.
Diambil dari
https://journal.isi.ac.id/index.php/invensi/article/view/3859/1
915
Keling, Gendro. (2019). Penegakan Hukum Cagar
Budaya Di Indonesia: Studi Kasus SMA 17 "1" Yogyakarta.
_Jurnal Kebudayaan, 14(1), 1-14_. Diambil dari
https://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?
article=1264825&val=16214&title=PENEGAKAN
%20HUKUM%20CAGAR%20BUDAYA%20DI
%20INDONESIA%20STUDI%20KASUS%20SMA
%20171%20YOGYAKARTA
Khatima, Khusnul, Nurasikin, Sutriani. (2019).
Langgam Arsitektur Masjid Babul Firdaus, Mesjid Tertua di
Makassar Sebagai Infill Design. _Timpalaja: Jurnal Dosen
dan Mahasiswa Arsitektur, 1(1), 43-56_. Diambil dari
http://doi.org/10.24252/timpalaja.v1i1a6
Kurniadi, Ardi, & Utami, Tin Budi. (2016). Tipologi
Fasad Bangunan Pada Penggal Jalan Permukiman Perkotaan
Studi Kasus: Kampung Arab Pekojan, Jakarta Barat.
_Vitruvian: Jurnal Arsitektur, Bangunan, & Lingkungan,
5(3), 105-114_. Diambil dari
https://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?
article=494255&val=10109&title=TIPOL
Nazhar, Ryanty Derwentyana, Rosid, Yosep
Sulaeman. (2020). Penyajian Ruang Pameran Sejarah
Berteknologi Augmented Reality pada Museum Gedung Sate
Bandung. _Waca Cipta Ruang : Jurnal Ilmiah Desain
Interior, 6(1), 13-18_. Diambil dari
https://ojs.unikom.ac.id/index.php/wacaciptaruang/article/vie
w/4193/2171

Puspitasari, Novalinda, Antariksa, & Ridja, Abraham


M. (?). Pelesrarian Bangunan Kantor Pos Besar Surabaya.
Diambil dari
https://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?
article=631978&val=6478&title=Pelestarian%20Bangunan
%20Kantor%20Pos%20Besar%20Surabaya
Sahmura, Yemima, & Wahyuningrum, Sri Hartuti.
(2018). Identifikasi Langgam Dan Periodisasi Arsitektur
Kolonial Nusantara Pada Bangunan Cagar Budaya. _Modul,
18(2), 60-69_. Diambil dari
https://doi.org/10.14710/mdl.18.2.2018.60-69
Umar, Muhammad Zakaria, & Cahyadi, Arif. (2021).
Desain Gedung Kantor Badan Narkotika Nasional Kebupaten
(BNNK) Muna Di Raha Dengan Prinsip-Prinsip Arsitektur
Neoklasik. _Vitruvian: Jurnal Arsitektur, Bangunan, dan
Lingkungan, 11(1), 31-42_. Diambil dari
http://dx.doi.org/10.22441/Vitruvian.2021.v11i1.004
Wahyudi, Muhammad Denny, Azizah, Siti, Rachim,
Amir Mukmin. (2019). Desain Gedung Opera Di Surabaya
Dengan Penekanan Papa Arsitektur Neo Klasik. _Seminar
Teknologi Perencanaan, Perancangan, Lingkungan, dan
Infrastruktur FTSP ITATS, 169-177_. Diambil dari
http://ejurnal.itats.ac.id/stepplan/article/view/743

Anda mungkin juga menyukai