Anda di halaman 1dari 12

RUMAH ADAT GENDANG DI NUSA TENGGARA TIMUR

DISUSUN OLEH:
ARSENIUS GIOVANNI NCUREM
220211502019
KELAS 02(B)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERANCANGAN
FAKULATAS TEKNIK
UNIVERSITS NEGERI MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Rumah Adat Gendang Di Nusa
Tenggara Timur dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Arsitektur. Selain itu,
makalah ini bertujusn untuk menambah wawasan tentang Rumah adat Gendang di Nusa
Tenggara Timur menurut teori-teori Pengantar Arsitektur kepada pembaca dan juga bagi
penuliis.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak dosen Professor Dr. Mithen
Lullulangi,M.T dan Moe Hasnur, S.Pd., M.T sebagai dosen pengampuh Mata Kuliah
Pengantar Arsitektur. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu saran dan
kritik yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati. Penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................8
1.3 Tujuan.........................................................................................................................8
1.4 Manfaat.......................................................................................................................8
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................9
2.1 Rumah Adat dan Pengantar Arsitektur.......................................................................9
1. Pengartian Rumah Adat..........................................................................................9
2. Ciri-ciri Rumah Adat..............................................................................................9
3. Rumah Adat Manggarai menurut teori Pengantar Arsitektur...............................10
a. Konsep bangunan menurut metode Vitruvius...............................................10
b. Konsep bangunan menurut metode Form Follow Function..........................11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki banyak ragam rumah tradisional dari Sabang hingga Merauke dengan

memiliki gaya arsitektur yang khas dan unik yang menjadi ciri dari suatu daerah.

Dokumentasi dan inventarisasi tentang arsitektur tradisional harus dilakukan di berbagai

daerah atau suku bangsa Indonesia, karena masyarakat Indonesia dikenal sebagai

masyarakat yang majemuk atas keanekaragaman kebudayaannya. Aturan dalam hal

memiliki rumah itu antara lain menyangkut interior (desain) atau tata ruang, bahan dan

konstruksi bangunan. Secara analogi, apabila jika dilihat dari bentuk dan fungsi serta

lambang-lambang yang ada pada rumah limas setidaknya telah ada sejak trans-formasi

dari Jawa Budha ke jaman pengaruh Islam.

Kekuatan budaya di Nusa Tenggara Timur yang beragam itu, sampai saat ini memang

belum banyak di ankat ke permukaan, sehingga belum disadari dan belum dimanfaatkan

oleh masyarakat yang ada dimasa sekarang sebagai sumber inspirasi dan motivasi dalam

menumbuhkembangkannya. Sebenarnya, arsitektur tradisi kayu di Sulawesi Selatan sudah

dikenal sejak lama sesuai dengan keadaan alamnya yang kaya akan berbagai jenis kayu.

Pedoman dan peraturan seni bangunan ini pada zaman Islam telah disempurnakan dan

mencapai puncak perkembangan arsitektur kayu. Salah satu puncak perkembangan

arsitektur kayu ini adalah terciptanya hasil karya suatu bangunan rumah limas yang

sekarang merupakan bangunan tradisional.

Rumah tradisional di Palembang memiliki atap dengan teritisan (overhang) yang lebar,
sudut atap besar, bukaan yang memadai, lantai rumah tinggi, memiliki garang (teras) serta

sebagian besar bahan bangunan lokal dan teknik knock- down(bongkar pasang). Rumah

yang memiliki sudut atap besar dengan teritisan besar dapat meningkatkan kenyamanan

untuk iklim tropis, dapat mengurangi udara panas di siang hari serta tidak terlalu dingin

di malam hari. Bagi sebagian besar masyarakat di wilayah tropis, teras memiliki fungsi

sebagai tempat santai di siang hari maupun malam hari saat udara panas dan lembab. Di

teras, udara lebih dingin dan angin dapat berhembus sepoi-sepoi. Bukaan rumah tradisional

berupa pintu dan jendela relatif banyak dan cukup lebar, hal ini memungkinkan aliran udara

dan cahaya matahari bisa masuk ke dalam rumah sehingga pergantian udara bisa teratur.

Jika dinding transparan dan pintu dibuka penuh, maka ruang yang berada di dalam rumah

seolah– olah menyatu dengan ruang luar sehingga jika ada acara di dalam rumah, dapat juga

dinikmati oleh tamu yang berada di luar rumah. Tamu akan mendapatkan kedamaian dari

suatu keindahan arsitektur. keindahan adalah sesuatu yang mendatangkan rasa

menyenangkan bagi yang melihat.3 Kekuatan budaya di Sumatra Selatan yang beragam itu,

sampai saat ini memang belum banyak diangkat ke permukaan, sehingga belum disadari

dan belum dimanfaatkan oleh masyarakat yang ada di masa sekarang sebagai sumber

inspirasi dan motivasi dalam menumbuhkembangkannya.

Rumah limas di Wudi merupakan jenis rumah panggung yang memiliki adaptasi yang

sangat baik dengan kondisi alam Palembang yang merupakan datarantinggi serta sebagian

besar dipengaruhi bukit bukit tinggi. Aturan dalam hal memiliki rumah itu antara lain

menyangkut interior (desain) atau tata ruang, bahan dan konstruksi. Rumah panggung

biasanya dibangun di daerah dan dataran tinggi dengan ketinggian lantai diatas permukaan

tanah berdataran tinggi. Permukaan lantai di atas ketinggian tanah berdataran tinggi dapat

menghindarkan kerusakan atau kerugian karena tertimpah longsor atau banjir. Walaupun

terletak di daerah bukit, tiang pada rumah limas itu tidak hanya sekedar tertanam ke dalam
tanah tetapi di bagian bawah rumah limas tersebut juga diperkuat dengan batu datar yang

terletak dibawa tiang sebagai landasan atau dasar yang berfungsi semacam penyeimbang

bangunan. Arsitek harus sadar bahwa apa yang direncanakan dan dibangun merupakan suatu

yang nyata, yang selama bertahun-tahun akan mengambil tempat di tengah masyarakat.

Bangunan rumah limas yang berada di desa Wudi tersebut, merupakan salah satu wujud

bangunan yang konkrit serta mempunyai peranan yang begitu bermakna. Rumah limas ini

mengandung unsur seni dan keindahan. Untuk menerangkan kesenian saja itu sulit, tapi

barangkali dengan memberikan contoh karya-karya buatan orang yang sampai sekarang

diakui sebagai buah kesenian, akan dapat sedikit membuka tabir dunia kesenian sampai

bentuk kesenian tadi bisa terlihat. Kalau seorang seni atau pemahat membuat suatu barang

kesenian, maka sebenarnya buah kesenian tadi tidak lain dari jiwanya sendiri yang

kelihatan. Panca indra kita ini sebagai manusia memiliki kecenderungan tertarik pada

keindahan alam dan seni. Contoh kecilnya adalah: mata tertarik pada barang atau wujud

yang indah, baik menyenangkan dan sebagainya. Menurut model hermeneutik, pesan dalam

bahasa sumber yang akan diterjemahkan atau diterangkan dalam bahasa sasaran, harus

melaksanakan empat cara. Salah satunya adalah mendalami atau meresapi maknanya.

Makna disini adalah makna

dari hasil karya seseorang yang berupa hasil karya kesenian dan kreatifitas yang berupa

arsitektur tradisional rumah limas. Rumah tradisional limas seperti yang telah diungkapkan

di atas mengandung nilai budaya dan historis. Hal ini dapat dilihat dari bentuk arsitektur dan

ragam hias yang erat kaitannya dengan sistem kepercayaan, keperluan sosial,

lingkungan, dan cara hidup masyarakatnya. Dalam ukiran ragam hias, terlihat jiwa dari

seorang seni atau pengukir. Bila dilihat dari perjalanannya, maka dapat dikategorikan

sebagai rumah yang mengandung nilai historis. Demikian pula bila dilihat dari gaya
dalam penampilannya, tentu tidak dapat dipisahkan dengan faktor-faktor yang melibatkan

cara hidup, alam sekitar, iklim dan budaya. Lokasi yang disediakan untuk mendirikan rumah

dinamakan pekarangan. Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam

pengertian keindahan disebut nilai estetik. Dalam bidang filsafat, istilah nilai dipakai

sebagai suatu kata benda abstrak yang berarti keberhargaan (worth) atau kebaikan (good-

ness). Adapula yang mengatakan nilai adalah realita psikologi yang harus dibedakan

secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan kehendaknya

itu sendiri. Ketertiban sosial dalam kehidupan manusia, yang diturunkan tidak melalui

penurunan genetik, tetapi melalui pewarisan kebudayaan.

Pada sisi lain, rumah tradisional pada umumnya mempunyai nilai arsitektur yang tinggi

serta merupakan cerminan kearifan lokal. Hal ini bisa dimengerti karena rumah tradisional

sesuai dengan iklim tropis, berwawasan lingkungan serta sesuai dengan konteks setempat.

Rumah limas yang mereka ciptakan menunjukkan bahwa pemahaman mereka terhadap

rumah yang dikaitkan dengan lingkungan sangat komprehensif, berwawasan luas dan

bijaksana. Masyarakat setempat menyesuaikan kondisi rumah dengan lingkungannya selaras

dengan budaya setempat, sehingga rumah tetap terasa nyaman dan harmonis dengan

lingkungan di sekitarnya.

Dari latar belakang permasalahan di atas, maka penulisan mengenai arsitektur rumah

limas tradisional menjadi pokok utama dalam pengamatan perkembangan penulisan

sejarah. Hingga saat ini, penulisan sejarah lokal dirasakan masih kurang. Sedangkan sejarah

nasional merupakan kumpulan dari sejarah-sejarah lokal.

Dalam penulisan ini, yang bertemakan “Arsitektur Rumah Limas Nusa Tenggara

Timur Studi Pengantar Arsitektur Rumah Limas di Desa Sirah Pulaupadang, Kec.

Cibal Pulau Flores, Kab. Manggarai dengan Arsitektur Rumah Limas di Manggarai”

akan mengangkat suatu perbandingan antara rumah limas di desa Wudi dengan rumah limas
yang ada di Manggarai. Penelitian mengenai arsitektur rumah limas ini minim. Telah ada

karya ilmiah yang membahas tentang arsitektur rumah limas, akan tetapi pembahasannya

perlu diadakan kajian ulang yang lebih spesifik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka materi ini akan dibatasi pada permasalahan tentang

gaya arsitektur rumah limas di desa Wudi sesuai materi Pengantar Arsitektur. Bertitik tolak

dari batasan masalah yang ada, maka permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Apakah materi-materi atau metode Pengantar Arsitektur penting dalam membangun

sebuah bangunan Rumah adat tradisional?

2. Apakah kita bisa kaitkan Metode Pengantar Arsitektur dan metode Tradisional?

3. Bagaimana caranya supaya metode Pengantar Arsitektur tidak dapat mempengaruhi

ciri khas atau nilai badaya dari bangunan rumah adat tersebut?

1.3 Tujuan

2. Untunk bahwa dalam membuat sebuah bangunan Adat, Metode atau materi-materi

Pengantar Arsitektur juga penting.

3. Untuk mengetahui keterkaitan antara Pengantar Arsitektur dan banguna khususnya

bangunan tradisional

4. Untuk mengetahui cara atau metode supaya Pengantar Arsitektur tidak dapat

mempengaruhi nilai budaya dari rumah adat atau tradisional.

1.4 Manfaat

2. Dapat menambah waawasan tenntang pentingnya Pengantar arsitektur dalam


membangun sebuah bangunan khususnya bangunan tradisional

3. Dapat mengetahui metode- metode dalam hal merancang sebuah bangunan

tradisional melalui metode-metode Pengantar Arsitektur.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Rumah Adat dan Pengantar Arsitektur

1. Pengertian rumah adat

Rumah adat atau tradisional adalah rumah yang dibangun dengan cara yang sama

dari generasi kegenerasi dan tanpa dan dikit sekali mengalami perubahan. Rumsh

adat merupakan salah satu symbol kebudayaan dari daerah khas ruma adat atau

tradisional tersebut, seperti yang kita ketahui bahwa fungsi rumah itu adalah sebagai

tempat tinggal, begitu juga dengan reumah adat dibarbagai daerah di NTT atau

seluruh Indonesia. Namun rumah adat juga memiliki peran lebih penting dalam

kepercayaan

atau kebudayaan masing-masing.

2. Criri Rumah Adat Manggarai

1. Penggunaa Kayu
Seperti rumah adat pada umumnya rumah adat Manggarai juga didominasi oleh
kayu sebagai bahan material yang utama dipakai.
2. Atap limas
Diberbagai daerah lainnya rumah adat pasti memiliki atap berbentuk limas, sama
seperti rumah adat manngarai umunya juga menggunakan ijuk dan membentuk
limas
3. Berbentuk persegi
Pada rumah adat manngarai bangunannya berbentuk persegi, seperti yang terurai
pada penjelasan diatas bahwa bentuk persegi pada rumah adat manggarai ini
brdasarkan nilai budaya atau turun temurun.
4. Memiliki lembang yaitu Tanduk kerbau
Tenduk kerbau melambangkan sebuah sukun dalam suatu daerah, tanduk tersebut
terletak paling atas atap yang berbentuk limas pada bangunan.

3. Rumah Adat Gendang Mnggarai menurut teori Pengantar


Arsitektur
a. Konsep bangunan menurut metode Vitruvius
Dalam metode Virtuvius terdapat 3 konsep pembangunan yaitu Firmitas,
Venustas, dan Utilitas. Berikut konsep bangunan tradisional manggarai menurut
metode Vitruvius:
 Firmitas
Firmitas artinya kekokohan suatu bangunan. Firmitas yang dimaksud Vitrufius
mencakup penyaluran beban yang baik dan bangunan ke tanah dan juga
pemilihan material yang tepat. Dalam bahan yang disebutkan menurut konsep
ini salah satunya adalah Kayu, seperti yang dijelaskan pada bahwa rumah adat
Manggarai memiliki material utama yaitu kayu sebagai pembatas/ dinding
serta sebagai lantai. Kayu yang digunakan juga bukan sembarang kayu,
melainkan kayu yang memiliki tekstur yang keras dan kuat.
 Venustas
Venustas artnya aspek keindahan. Venustas mempelajari bagaimana
menciptakan sebuah komposisi, warna, bentik, proporsi, skala, tekstur, dan
wujud visual sebuah bangunan supaya enak dilihat. Rumah Adat Manggarai
juga memiliki konsep tersebut dimana pada sebuah bangunan rumah adat
tersebut memiliki keunikan dengan contoh atap yang berbentuk limas serta
memiliki skala yang cukup identic dengan rumah-rumah modern lainnya.
 Utilitas
Utilitas artinya Fungsi. Bagaimana suatu bangunan bisa memberikan
kenyamanan bagi penghuninya. Utilitas juga banyak mempelajari mengenai
efektifitas suatu ruang, akses, detail property dan hall lainnya yang
menunjang fungsi suatu bangunan. Tidak ada bangunan yang tidak
mempunyai konsep utilitas, begitupun Rumah Adat Manggarai, juga memiliki
konsep atau metode utilitas yang memiliki fungsi bangunnan pada umumnya
baik dari fondasi, bentuk serta fungi umum bangunan tersebut.

b. Konsep bangunan menurut metode Form Follow Function

Form Follow Function artinya bentuk yang mengikuti fungsi. Sesuai artinya
bahwa konsep bangunan tersebut dibangun sesuai fungsinya masing-masing.
Dalam rumah adat manggarai khususnya rumah ddat gendang desa wudi juga
memiiliki konsep atau metode form follow function yang dimana harus meiliki
fungsi atau tujuan dari bangunan tersebut. Pada rumah adat ini terdapat
beberapa fungsi dan juga tujuan pembangunannya, tujuan bangunan tersebut
dibangun adlah sebagai rumah para nenek moyang dalam syatu suku tertentu.
Seperti yang kita ketahui bahwa rumah adat pada umumnya dibangun dengan
tujuan sebagai penghormatan atau tanda bahwa keercayaan atau kebudayaan
masih ada. Meskipun begitu terapat juga berbagai fungsi bangunan tersebut
selain sebagai tempat tinggal seperti yang sudah dijelaskan.

Rumah adat desa wudi memiliki bentuk atap limas dibuat dengan tujuan
sebagai lambang rumah adat atau rumah umum dari zaman dimana Indonesia
belum dijajah. Dengan begitu atap limas sebagai salah satu ciri rumah adat
desa wudi yang tidak pernah diubah. Bagian dalam ruanagan diperluas sesuai
ukuran bangunan kecuali rumah adat tersebut dihuni, maka akan dibuatkan
pembatas serta ruangannya terbagi seperti halnya bengunan atau rumah pada
umumnya tetapi masih memiliki nilai kebudayaan dan reuangan utama yang
cukup luas sebagai ruang perkumpulan untuk upacara adat lainnya. Dibagian
depan atau halaman rumah adat sengaja tidak dibangun bangunan lainya
karena pada budaya manngarai rumah adat pada umumnya harus memiliki
lapangan atau halaman kosong dengan ukuran tiga kali lipat dari ukuran
bangunanya, itu berfungsi sebagai tempat atau panggung yang biasa digunakan
sebagai pementasan tarian adat manggarai atau upacara lainnya yang
mengandung nilai adat atau unsur kebudayaan lainya,

c. Konsep bnagunan menurut metode Fungsi Konsep Arsitektur

Dalam konsep ini tujuan utama seorang Arsitek adalah untuk memastikan
bangunan berfungsi engan baik dan tidak ada yang mengganggu kebugaranya
untuk memenuhi tujuannya.

Anda mungkin juga menyukai