DIS US UN O L E H : NAMA: RANG G A AMS ARI S APUT R A NIM: 21021150205 6 E L AS : C/ 3
PRO DI ARS IT E K TUR
FAK UL T AS T E K NIK UNIVE RS IT AS NE G RI MAK AS S AR 2021/ 2022 HUBUNGAN ANTARA ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN Arsitektur (dari bahasa Yunani) = arche dan tektoon. Arche berarti: yang asli, yang utama, yang awal; sedangkan tektoon menunjuk sesuatu yang berdiri kokoh, tidak roboh, stabil, dan sebagainya. Jadi kata arsitektur hanya punya sudut pandangan teknis statika bangunan belaka. Architectoon artinya pembangunan utama atau sebenarnya: tukang ahli bangunan yang utama. Di Eropa pada abad pertengahan, arsitek biasa disebut: magister operis (guru atau ahli karya) atau magister lapidum (guru atau ahli batu). Di India arsitek disebut Sthapati (chief architect, ahli bangunan, pemimpin bangunan, penasehat bangunan) atau Achariya, yakni direktur umum, atau Sutradhara (arsitek, seniman, pemahat). Kebudayaan berasal dari kata cultuure (Belanda) culture (Inggris) dan colere (Latin) yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan terutama pengolahan tanah yang kemudian berkembang menjadi segala daya dan aktifitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Dari bahasa Indonesia (Sansekerta) “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Pendapat lain “budaya” adalah sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi, karena itu mereka membedakan antara budaya dan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta,karsa dan rasa. Konteks kebudayaan dalam bentuknya yang akan tercermin dalam karya arsitektur meliputi: agama, sosial, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, estetika. Nilai sebagai salah satu perwujudan kebudayaan akan mencakup hal yang berkenaan dengan kebenaran (logika), kebaikan (etika), keindahan (estetika). Faktor fungsi dari kebudayaan dalam wujud arsitektur ditentukan oleh kebutuhan, teknologi, asosiasi, estetika, telesik (kesejamanan), pemakaian yang tepat. Budaya dan Arsitektur hal ini mempengaruhi dan mengakibatkan bervariasinya hasil- hasil budaya itu, antara lain adalah beragamnya kekhasan arsitektur yang mampu mencerminkan budaya daerah. Rumah dengan segala perwujudan bentuk, fungsi dan maknanya senantiasa diatur, diarahkan, dan ditanggapi atau diperlakukan oleh penghuni menurut kebudayaan yang mempengaruhi masyarakat yang bersangkutan. Rumah tradisional yang paling mudah di amati atau yang paling mudah terlihat adalah bentuk kaki, badan, kepala rumahnya dan juga berpengaruh pada budaya lokal di Indonesia sendiri terbentuk dari nilai-nilai agama, kebiasaan, warisan nenek moyang atau adat istiadat. Kita dapat melihat kedekatan manusia antara kebudayaannya. Metode yang di gunakan metode baru tapi tetap mencoba mempertahankan kearifan local di Indonesia. Kearifan lokal membawa arsitektur selaras dan akrab dengan alam yang kemudian akan menciptakan kesetimbangan hidup. Arsitektur tradisional merupakan representasi teknik membangun dari tradisi budaya bermukim masyarakat sesuai dengan nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut sekelompok budaya tertentu. Keragaman dan kekayaan sistem membangun berakar dari tradisi turun temurun dan menggambarkan perwujudan kehidupan yang dinamis sehingga tidak sedikit perubahan yang terjadi sejalan dengan perubahan dalam bermukim. Keragaman arsitektur tradisional dipengaruhi oleh logika, cita rasa maupun selera masyarakatnya. Keragaman tempat bernaung dari kondisi iklim dan geografis Nusantara yang membentang dari Barat ke Timur tampak dari berbagai kemampuan yang responsif terhadap kondisi tempat bermukim. Puslitbang Perumahan dan Permukiman membagi wilayah kajian dalam tiga zona yaitu wilayah Barat, Tengah dan Timur. Wilayah Barat dalam lingkup Balai Pengembangan Teknologi Perumahan Tradisional Medan (Balai PTPT Medan) mengkaji permukiman dan rumah tradisional di pulau Sumatera dan sekitarnya. Wilayah Tengah menjadi tugas Balai PTPT Denpasar dengan wilayah kajian Pulau Jawa, Bali, NTT, dan Kalimantan. Sedangkan Wilayah Timur dengan wilayah pengkajian Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Papua merupakan wilayah kajian Balai PTPT Makassar. Bidang kajian teknis yang telah dilakukan mencakup arsitektur, bahan bangunan, struktur dan konstruksi, kenyamanan termal, air bersih dan penyehatan lingkungan permukiman. Pengkajian non teknis mencakup kondisi sosial ekonomi, dan budaya bermukim masyarakat tradisional. Hasil kajian secara umum menunjukkan bahwa warisan pengetahuan tentang teknik membangun rumah dan penataan kawasan rumah tradisional sangat kaya akan nilai filosofi, budaya sehingga menghasilkan bentuk-bentuk bangunan yang sarat makna. Warisan bangunan tradisional juga mengajarkan kepada penerusnya penghargaan atas kekayaan alam melalui kearifan untuk memanfaatkan potensi alam dengan cara menjaga lingkungan agar tetap berkelanjutan dan memanfaatkan potensi tanpa merusaknya. Menyikapi perubahan bentuk dan makna yang dikandung dalam arsitektur tradisional, akibat keterbatasan yang dihadapi di masa kini, maka penerapan metode transformasi untuk mengkaji nilai-nilai arsitektural yang esensial dan permanen diterapkan pada bangunan masa kini agar tetap memiliki bentuk dan makna.