Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN ARSITEKTUR VERNAKULAR

ARSITEKTUR VERNAKULAR KALIMANTAN RUMAH LAMIN

NAMA : SEPTIANA ANISTA PUNGA


NIM : 1906090003
KELAS : B
DOSEN : THOMAS KURNIAWAN DIMA.,ST.,MT

UNIVERSITAS NUSA CENDANA


FAKUKTAS SAINS DAN TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
2021/2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa, atas berkat dan rahmatnya saya dapat
mengerjakan laporan Arsitektur Vernakular yang membahas mengenai arsitekektur Kalimantan
mengenai pola tata tapak, hingga sistem struktur yang dipakai dengan baik.

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk, menjelaskan apa saja pola tata
tapak yang digunakan dan diterapkan dalam arsitektur Kalimantan, keadaan sosial budaya
masyarakat, ruang arsitekturnya, serta struktur konstruksinya. saya mengucapkan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah membantu, memfasilitasi, memberi masukan, dan mendukung
penulisan laporan saya ini, sehingga selesai tepat pada waktunya.

Dalam penulisan laporan ini, saya menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca agar bisa
menyempurnahkan Laporan saya ini.

Sabtu, 13 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................. 3

BAB I ......................................................................................................... Error! Bookmark not defined.

PENDAHULUAN ....................................................................................... Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang .......................................................................... Error! Bookmark not defined.

1.2 Rumusan Masalah.................................................................... Error! Bookmark not defined.

1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB II ........................................................................................................ Error! Bookmark not defined.

PEMBAHASAN ......................................................................................... Error! Bookmark not defined.

2.1 Pola Tata Tapak arsitektur vernacular kalimantan rumah lamin........ Error! Bookmark not
defined.

2.2 Social Budaya Masyarakat Kalimantan timur ....................................................................... 7

2.3 Ruang Dalam Structural Arsitektur Kalimantan Rumah Lamin ............................................ 9

2.4 Struktur Konstruksi Pada Arsitektur Vernacular Kalimantan rumah lamin.......................12

BAB III ...................................................................................................................................................16

PENUTUP ............................................................................................................................................. 16

3.1 KESIMPULAN ........................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah merupakan bangunan yang dibangun dengan tujuan untuk dijadikan tempat
tinggal oleh manusia. Proses pembuatan rumah tak lepas dari penyesuaian antara kebiasaan
dan kegiatan dari manusia yang akan menghuninya dari waktu ke waktu. Di Indonesia, rumah
- rumah adat yang diturunkan oleh nenek moyang dapat dikatakan sebagai arsitektur
nusantara. Rumah-rumah tersebut memiliki ciri khas tersendiri sesuai dengan tata letak
geografisnya, sumber daya, adat, kepercayaan, kebiasaan dan budaya masyarakatnya.
Masyarakat Dayak memiliki sistem tersendiri dalam mengorganisir kelompok suku mereka
dalam hunian mereka. Suku Dayak pada umumnya menganut prinsip kekerabatan ambilineal.
Prinsip kekerabatan ini mengharuskan seseorang untuk tinggal bersama dengan kerabat -
kerabatnya dalam sebuah rumah. Studi ini difokuskan untuk mengidentifikasi pembagian
ruang pada rumah Lamin, yang mana pembagian ruang ini sangat dipengaruhi oleh sistem
adat yang berlaku. Tujuan artikel ini adalah untuk mengetahui Tipologi ruang dalam rumah
tradisional Lamin. Hasil studi tentang tipologi ruang dalam rumah Lamin dapat dijadikan
sebagai esensi pedoman bentuk Arsitektur rumah Lamin, yang akan memberikan kontribusi
terhadap keilmuan arsitektur nusantara.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pola tata tapak arsitektur Kalimantan rumah lamin?
2. Bagaimana social budaya masyarakat Kalimantan ?
3. Apa saja ruang dalam arsitektur Kalimantan rumah lamin?
4. Apa saja struktur dan konstruksi arsitektur rumah lamin?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengidentifikasikan pola tata tapak arsitektur Kalimantan rumah lamin.
2. Mengidentifikasikan social budaya masyarakat Kalimantan.
3. Mengidentifikasikan apa saja ruang dalam arsitektur rumah lamin.

4
4. Mengidentifikasikan apa saja struktur dan konstruksi arsitektur rumah lamin.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pola Tata Tapak Arsitektur Kalimantan Rumah Lamin.

Bentukan Arsitektur rumah tinggal umumnya tidak sekedar sebagai bangunan tempat
berlindung (shelter) saja, seiring perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu masyarakat
maka arsitektur rumah tinggalnya juga akan mengalami perkembangan bentuk, struktur dan
susunan ruang hingga bentuk fasade yang semakin kompleks, yang mengandung pesan-pesan
maupun ungkapan-ungkapan simbolik yang mengacu pada makna-makna, nilai, fungsi dan
peran tertentu. hal tersebut juga tidak luput terjadi pada Suku Dayak di Kabupaten Kutai Barat
kalimantan timur, secara umum suku dayak di Kutai Barat masih menghuni rumah-rumah lamin
adat. Arsitektural rumah lamin memiliki kekhasan yang unik dan menarik untuk dikaji lebih
dalam, antara lain bentuknya persegi panjang yang panjangnya rata-rata 200-400 m dengan
lebar antara 15 - 25 m, beratap pelana dan merupakan rumah panggung, dihiasi dengan
patung-patung yang berderet di depan rumah, terdapat ukiranukiran maupun lukisan-lukisan
khas motif dayak dengan warna-warna pokok dominan merah, kuning, hitam, putih dan dalam
satu lamin dihuni oleh banyak keluarga secara massal ( berkelompok).

5
Selain kondisi iklim dan lingkungan maka faktor Budaya adalah salah satu aspek yang
sangat mempengaruhi bentukan produk arsitektur ( Amos Rapoport 1969) Pada mulanya dalam
budaya suku Dayak untuk membangun sebuah rumah lamin harus dilakukan budaya ngayao
atau memotong kepala manusia dari suku lain, kemudian kepala tadi ditanam di bawah tiang
utama rumah lamin yang baru dibangun, hal inilah yang menimbulkan seringnya terjadi
peperangan antar suku, namun budaya ini mulai dilarang sejak jaman penjajahan belanda
masuk di Kalimantan (Emannuel, Laurentius Dyson 2012) pada pelaksanaannya rumah lamin
tidak hanya sebagai tempat tinggal namun sebagai pusat kehidupan dan kegiatan bersosialisasi
dalam satu kelompok suku Dayak yang dilandasi atas dasar nilai kebersamaan, sebagai tempat
membina keluarga, berkumpul, melakukan upacaraupacara ritual dan persembahan sekaligus
sebagai tempat berlindung dan bertahan dari serangan suku lain, sehingga bentuk arsitekturnya
tidak lepas dari unsur kondisi geografis, iklim dan budaya suku Dayak.

Kata Lamin sendiri mempunyai makna yakni rumah panjang. Melihat kondisi geografis
di Kalimantan Timur yang memiliki banyak aliran sungai, hal ini menjadi lokasi didirikannya
rumah Lamin tersebut. Bagi masyarakat Dayak rumah ini seperti sebuah desa yang seluruh
anggotanya hidup bersama membentuk sebuah komunitas. Rumah Lamin merupakan jenis
rumah adat yang berbentuk rumah panggung dan bisa menampung sekitar 100 orang atau 25-
30 kepala keluarga yang hidup secara berkelompok. Jenis rumah ini banyak sekali digunakan
sebagai tempat tinggal bagi suku Dayak. Ukuran bangunan rumah yang luas menjadi simbol
akan kuatnya sifat kekeluargaan dan kebersamaan pada masyarakat suku Dayak. Tidak hanya
asal buat, rumah adat ini memiliki nilai-nilai filosofis yang terletak pada setiap bagiannya.
Seperti ukiran khas pada bagian dinding, pagar, tangga, dan bagian rumah lainnya yang
mempunyai niali filosofis tuah sebagai penolak bala. Nilai filosofis lainnya yaitu ukuran
bangunan yang besar menunjukan bahwa masyarakat Dayak merupakan masyarakat yang
hidup secara bersamaan dan gotong royong.

6
2.2 Sosial Budaya Masyarakat Kalimantan

Kalimantan Timur yang didiami suku Dayak memiliki arsitektur rumah adatnya yang
sangat unik dan khas sebagai cerminan budayanya. Rumah adat tersebut biasa disebut rumah
Panjang atau Lamin. Kalimantan Timur, khususnya di Kabupaten Kutai Barat, terdapat suku
Dayak. Suku Dayak sebagian besar bermata pencaharian berburu binatang di hutan,
menangkap ikan di sungai, mencari madu, sarang burung walet, dan berladang. Sejarah tertua
yang tercatat pada suku Dayak di Kutai Barat dimulai ketika pada masa raja Aji Tulur Jejangkat
sekitar abad ke-14 Masehi, sedangkan rumah Lamin pertama kali dirancang oleh Mok Manor
Bulatn yaitu istri raja Aji Tulur Jejangkat.

Jika dilihat dari segi kebudayaannya, suku Dayak kurang mengenal budaya baca tulis dan
lebih mengutamakan cerita tutur secara lisan yang diwariskan secara turun temurun. Adapun
kepercayaan suku asli Kalimantan ini adalah animisme, yaitu percaya adanya roh-roh leluhur
yang baik maupun yang jahat. Kepercayaan suku Dayak itu membuat mereka melakukan
upacara adat atau ritual secara rutin. Mulai dari melaksanakan pengorbanan seekor kerbau
pada saat ada bayi yang lahir maupun ketika menjalankan upacara pernikahan. Selain itu, suku
Dayak juga percaya bahwa beberapa penyakit dapat disembuhkan melalui ritual adat tersebut.
di Kabupaten Kutai Barat sendiri terdapat beberapa kelompok suku Dayak yang menempatinya.
Kelompok tersebut meliputi Dayak Tonyooi, Benuaq, Bahau, Punan, Kenyah dan Aoheng.
Keenam kelompok suku Dayak itulah yang membuat rumah Lamin berperan sebagai rumah
tinggal bersama secara berkelompok atas dasar asas kebersamaan dan berfungsi sebagai
tempat kegiatan upacara ritual ataupun persembahan. Lewat alasan tersebutlah, rumah Lamin

7
dibangun dengan kapasitas yang cukup besar bahkan dikatakan dapat menampung kurang lebih
100 orang dalam satu bangunan.

Tak hanya digunakan sebagai tempat tinggal semata, rumah Lamin juga digadang-
gadang dapat dijadikan tempat berlindung bagi masyarakat Kalimantan Timur dari mara bahaya
ilmu hitam dan sejenisnya. Perlindungan ini diwujudkan dengan ragam corak ukiran yang
terpatri di luar dinding rumah ada tersebut.

Kemudian pada tahun 1967 silam, pemerintah akhirnya meresmikan Lamin sebagai rumah adat
tradisional dari Kalimantan Timur.

 Arsitektur Lamin Sebagai Rumah Adat Kalimantan Timur


Arsitektur rumah adat Lamin pada dasarnya dipengaruhi oleh kebudayaan suku
Dayak dan kondisi geografis di Kalimantan Timur. Rumah Lamin dirancang sangat baik
dalam mengantisipasi gangguan sebagai implikasi dari kondisi iklim dan lingkungan di
Kalimantan Timur yang berjenis tropis lembab. Penggunaan bahan-bahannya pun dapat
dikatakan sangat ramah lingkungan karena sepenuhnya dari hasil hutan sebagai bentuk
pemanfaatan Sumber Daya Alam sekitar. Rumah adat Lamin itu sendiri berjenis rumah
panggung yang terdapat tiang-tiang penyangga di bawahnya. Sama seperti rumah
panggung pada umumnya, rumah Lamin dibuat secara keseluruhan dari kayu.
Hal yang berbeda dari bahan pembangunan rumah Lamin adalah bahan dasarnya
yang merupakan kayu ulin. Kayu ulin ini terkenal sebagai bahan kayu yang tidak mudah

8
lapuk dan tahan lama. Apabila terkena air, maka kayu khas Kalimantan tersebut justru akan
menjadi lebih kuat lagi. Tak heran jika komposisi utama rumah Lamin sepenuhnya terbuat
dari jenis kayu yang satu ini. Sesuai dengan fungsinya, rumah adat Lamin bisa menampung
12 sampai 30 keluarga atau jika dihitung dalam satuan bisa mencapai 100 orang dalam satu
rumah. Itulah kenapa bangunan adat yang satu ini dibangun dengan cukup megah dan luas.
Rumah Lamin biasanya memiliki panjang 200 hingga 400 meter dengan lebar antara 15
hingga 25 meter.

Sama seperti rumah panggung pada umumnya pula, rumah Lamin memiliki tiang-
tiang penyangga di bawahnya dengan ketinggian dapat mencapai tiga meter,
sehingga space berupa kolong di bawah rumah yang begitu besar. Jumlah tiang-tiang
penyangga yang digunakan juga sangat banyak mengingat ukuran rumah Lamin yang
begitu besar dan penghuninya yang sangat banyak. Tiang penyangga tersebut memiliki
bentuk silinder di bawah rumah.

Hal yang menjadikan rumah Lamin ini unik adalah ukiran etnik yang terdapat pada
setiap bangunannya. Ragam ukiran tersebutlah yang membuat rumah Lamin lebih
menawan dan terlihat mewah. Motif ukiran yang tertera pada rumah adat Kalimantan
Timur yang satu ini biasanya dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan dan objek lainnya.
Masyarakat setempat memiliki kepercayaan bahwa ukiran etnik pada rumah Lamin
memiliki makna tersendiri, dimana ukiran ini dipercaya untuk menjaga seluruh penghuni
rumah dari ancaman ilmu hitam yang bisa menyerang mereka kapan saja.

9
2.3 Ruang Dalam Arsitektur Rumah Lamin.

Dahulu kala terdapat tradisi khusus yang digelar oleh suku Dayak ketika berhasil
menyelesaikan pembangunan rumah Lamin. Tradisi tersebut biasa dikenal dengan sebutan
Ngayau yang merupakan sebuah tradisi ekstrem dengan memotong kepala manusia dari suku
lain untuk ditanam pada bawah tiang rumah Lamin yang selesai dibangun. Merupakan tradisi
dari pembangunan rumah adat lamin yaitu tradisi nganyu.

Tradisi inilah yang kemudian sering memantik api konflik antara suku Dayak dengan suku
lain, hingga akhirnya tradisi ini mulai dilarang sejak zaman penjajahan Belanda yang saat itu
menguasai Nusantara termasuk provinsi Kalimantan Timur.

Rumah Lamin dibangun dengan beberapa tiang penyangga untuk menopang rumah. Tiang
penyangga rumah Lamin dibagi atas dua bagian, yakni tiang penyangga inti adalah tiang yang
menyangga atap rumah Lamin dan tiang penyangga lainnya adalah tiang yang menopang lantai-
lantai rumah lamin. Rumah Lamin bagi masyarakat Dayak seperti sebuah desa yang seluruh
anggota masyarakatnya hidup bersama dalam satu atap membentuk sebuah komunitas. Dalam
rumah Lamin terdapat beberapa ruangan yang terdiri dari bilik pribadi untuk tempat tinggal
sebuah keluarga dan ruangan bersama. Komunitas yang hidup dalam rumah Lamin biasanya
merupakan keluarga dekat, jika ada keluarga lain yang ingin bergabung maka akan dibangun
sebuah unit disalah satu ujung bangunan. Jika ada anggota yang ingin melepaskan diri maka

10
unit tersebut akan dibongkar. Dalam komunitas yang tinggal dalam rumah Lamin terdapat
seorang kepala adat sebagai pemimpin yang tinggal ditengah-tengah bangunan.

Secara umum, rumah adat Lamin ini terdiri dari setidaknya 3 ruang dasar yang utama
meliputi ruang tamu, dapur dan bilik. Tata ruang tersebut tidak dibuat secara asal-asalan,
melainkan dibangun sesuai dengan kebutuhan dan fungsinya yang akan dihuni oleh kelompok
individu dengan jumlah mulai dari 12 hingga 30 keluarga. Seperti yang telah disinggung
sebelumnya, rumah Lamin memang dibangun secara khusus agar dapat menampung banyak
orang sekaligus. Hal inilah yang menyebabkan tata ruang rumah adat Lamin dirancang supaya
tiap keluarga memiliki satu ruang dapur, satu bilik khusus bagi yang sudah menikah, dan satu
ruang tamu yang sebenarnya berfungsi sebagai ruang publik karena memanjang menjadi satu
ruang di sepanjang depan bilik-bilik keluarga. Selain sebagai ruang pertemuan, ruang tamu
maupun ruang keluarga juga berfungsi sebagai tempat tidur bagi anak-anak yang belum
berkeluarga.

 Makna Ukiran Lukisan Atau Ukiran Pada Rumah Adat Lamin

11
Rumah Lamin biasanya memiliki ukiran ataupun lukisan yang bermotif manusia,
hewan, maupun raksasa dengan warna-warna tertentu. Adapun makna dari warna-warna
yang dimaksud, misalnya warna kuning yang melambangkan kekayaan, keluhuran, dan
keagungan; warna merah melambangkan keabadian; warna putih melambangkan kesucian
dan kesederhanaan; serta warna hitam yang melambangkan penolak bala atau penolak
bencana. Rumah Lamin biasanya memiliki ukiran ataupun lukisan yang bermotif manusia,
hewan, maupun raksasa dengan warna-warna tertentu. Adapun makna dari warna-warna
yang dimaksud, misalnya warna kuning yang melambangkan kekayaan, keluhuran, dan
keagungan; warna merah melambangkan keabadian; warna putih melambangkan kesucian
dan kesederhanaan; serta warna hitam yang melambangkan penolak bala atau penolak
bencana.

2.4 Struktur Dan Konstruksi Arsitektur Rumah Lamin

1. Bentuk dan struktur arsitektur rumah lamin.

Secara Geografis wilayah Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur memiliki struktur tanah
gambut yang dibawahnya banyak kandungan mineralnya terutama batu bara, Kutai Barat
juga berada pada jalur garis katulistiwa, dengan kondisi lingkungannya yang mayoritas
mesih tertutup hutan hujan tropis yang lebat hal ini mengakibatkan kondisi iklim dan cuaca
yang sangat panas dengan tingkat kelembaban yang tinggi, sehingga Arsitektur rumah
lamin yang berupa rumah panggung, berbentuk kotak memanjang, yang menggunakan

12
dinding kulit kayu, dengan atap pelana dari sirap akan sangat sesuai dengan kondisi iklim
setempat, karena dapat menghindari panas lembab dari tanah, sirkulasi udara dalam ruang
lancar karena dinding dan lantai cukup berpori guna terjadinya sirkulasi udara, atap pelana
yang membujur dati timur ke barat juga sangat optimal dalam mengantisipasi radiasi sinar
matahari, sehingga tidak mengherankan ketika anda masuk kelamin akan terasa sejuk, dan
bahkan seluruh bangunan menggunakan bahan yang ramah lingkungan tanpa paku karena
seluruhnya mengandalkan tali temali yang diambil dan dibuat dari tanaman hutan.

Selain mengantisipasi kondisi iklim struktur panggung rumah lamin juga berfungsi
sebagai tempat pertahanan dari serangan binatang buas maupun serangan dari suku lain,
kolong rumah panggung ini biasanya juga difungsikan sebagai kandang babi, dan beberapa
ekor anjing yang biasa digunakan sebagai sensor keamanan dan dapat membantu dalam
berburu, tangga naik ke rumah lamin dibuat dari batang kayu yang utuh dimana satu sisi
dibentuk anak tangga dan sisi satunya tetap silinder dimana jika siang hari sisi anak tangga
di buat menghadap ke atas sebagai sarana naik-turun bagi penghuninya, namun pada
malam hari posisinya dibalik sehingga sisi silinder yang berada di atas sehingga binatang
merayap seperti ular tidak bisa naik ke lamin.

13
Tata ruang Rumah Lamin terdiri dari 3 tiga ruang pokok yaitu dapur, bilik dan ruang
tamu, karena rumah lamin dihuni secara berkelompok bisa ratusan kepala keluarga
sehingga tiap keluarga memiliki satu ruang dapur, satu bilik kusus bagi yang sudah menikah
dan satu ruang tamu yang cenderung sebagai ruang publik karena memenjang mejadi satu
ruang disepanjang depan bilik-bilik keluarga, selain sebagai ruang pertemuan, ruang tamu,
maupun ruang keluarga ruangan ini berfungsi sebagai tempat tidur bagi anak-anak yang
belum berkeluarga.

2. Fungsi, Peran dan Makna secara Budaya

Rumah Lamin Merupakan Rumah adat yang dihuni secara berkelompok yang
dilandasi atas dasar nilai-nilai kebersamaan hal ini terlihat ketika sedang dilaksanakan
upacaraupacara adat dimana seluruh penghuni terlibat dengan penuh antusias
mengikutinya, biasanya upacara selalu diawali dengan saling berbalas pantun, mulai dari
upacara beliatn (mengobati Orang Sakit) Upacara Kwangkai Pada Orang meninggal dsb.

14
Misalnya pada upacara perdamaian (upacara Tepung Tawar) dari seluruh pihak yang saling
berdamai akan saling mengoleskan tepung beras yang telah dicampur air kepada pihak
yang diajak berdamai, sedangkan pada upacara persembahan (Kehamilan, Kelahiran dan
Pernikahan) dilakukan dengan cara mengikat kerbau pada sebuah patung (biasa disebut
Blonthang) kemudian kerbau dibunuh dengan cara dilukai dengan lembing/tombak secara
beramai-ramai namun hanya boleh melukai pada bagian pantat belakang sebelah kiri
sampai mati, masyarakat Dayak meyakini semakin lama kerbau tersiksa semakin diterima
persembahannya, setelah upacara selesai patung blonthang dipindahkan dan ditanam di
depan rumah lamin, sehingga semakin banyak deretan blonthang di suatu lamin maka
status sosialnya semakin tinggi, karena telah banyak melakukan pengorbanan.

Ukiran Ataupun Lukisan Pada rumah Lamin Biasanya berbentuk stilasi dari manusia ,hewan
maupun raksasa menggunakan warna warna tertentu, misalnya warna kuning yang
melambangkan kekayaan, Keluhuran dan keagungan, warna merah melambangkan
keabadian, warna Putih melambangkan kesucian, dan kesederhanaan dan warna hitam
yang melambangkan penolak bala ( penolak bencana).

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Rumah Lamin sebagai rumah adat suku Dayak merupakan bentukan arsitektur yang sangat
baik dalam mengantisipasi kondisi iklim dan Lingkungan tropis lembab dan penggunaan bahan-
bahan bangunan yang bisa dikatakan 100% ramah lingkungan karena sepenuhnya dari hasil
hutan, penggunaan struktur tali temali yang dapat diadopsi dan dikembangkan. Rumah Lamin
banyak memuat tatanan dan ajaran yang baik bagi kehidupan bersama, hal ini dapat diadopsi
dan dikembangkan dalam kehidupan modern, berbangsa dan bernegara.

Secara umum, rumah adat Lamin ini terdiri dari setidaknya 3 ruang dasar yang utama
meliputi ruang tamu, dapur dan bilik. Tata ruang tersebut tidak dibuat secara asal-asalan,
melainkan dibangun sesuai dengan kebutuhan dan fungsinya yang akan dihuni oleh kelompok

16
individu dengan jumlah mulai dari 12 hingga 30 keluarga. Seperti yang telah disinggung
sebelumnya, rumah Lamin memang dibangun secara khusus agar dapat menampung banyak
orang sekaligus. Hal inilah yang menyebabkan tata ruang rumah adat Lamin dirancang supaya
tiap keluarga memiliki satu ruang dapur, satu bilik khusus bagi yang sudah menikah, dan satu
ruang tamu yang sebenarnya berfungsi sebagai ruang publik karena memanjang menjadi satu
ruang di sepanjang depan bilik-bilik keluarga. Selain sebagai ruang pertemuan, ruang tamu
maupun ruang keluarga juga berfungsi sebagai tempat tidur bagi anak-anak yang belum
berkeluarga.

DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/134936-ID-peran-fungsi-dan-makna-arsitektur-
rumah.pdf

https://rri.co.id/samarinda/sosbud/budaya/1183462/rumah-lamin-salah-satu-kekayaan-budaya-
kalimantan-timur

https://keluyuran.com/rumah-adat-kalimantan-timur/

http://jurnal.ubl.ac.id/index.php/ja/article/view/1634

https://www.kompas.com/skola/read/2021/01/21/171500969/rumah-lamin-rumah-adat-
kalimantan-timur

17
18

Anda mungkin juga menyukai