SUMATERA
Dosen Pengampu Mata Kuliah :
Pratiwi juniar, ST., M.Sc. / A. Muh. ikhsan, ST., M.Si.
OLEH :
Kelompok 3
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul "Arsitektur Tradisional Di Sumatera" tepat waktu.
Makalah "Arsitektur Tradisional Di Sumatera" disusun guna memenuhi tugas pada mata
kuliah "Sejarah Pengantar Arsitektur". Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang "Arsitektur Tradisional Di Sumatera" .
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada PRATIWI JUNIAR, ST., M.Sc. / A.
MUH. IKHSAN, ST., M.Si. selaku dosen mata kuliah " Sejarah Pengantar Arsitektur". Tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN PENULISAN
1.4 MANFAAT PENULISAN
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................6
2.1 ARSITEKTUR TRADISIONAL SUMATERA
2.2 ARSITEKTUR TRADISIONAL NANGGROE ACEH DARUSSALAM
2.3 ARSITEKTUR TRADISIONAL SUMATERA BARAT
2.4 ARSITEKTUR TRADISIONAL RIAU
2.5 ARSITEKTUR TRADISIONAL SUMATERA SELATAN
2.6 ARSITEKTUR TRADISIONAL KEPULAUAN RIAU
2.7 ARSITEKTUR TRADISIONAL JAMBI
2.8 ARSITEKTUR TRADISIONAL BANGKA BELITUNG
2.9 ARSITEKTUR TRADISIONAL LAMPUNG
2.10 ARSITEKTUR TRADISIONAL BENGKULU
BAB III PENUTUP....................................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................68
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ARSITEKTUR TRADISIONAL SUMATERA UTARA
Atap
Atap Rumah Bolon mengambil ide dasar dari punggung
kerbau, bentuknya yang melengkung menambah nilai
keaerodinamisannya dalam melawan angin danau yang kencang.
Atap terbuat dari ijuk, yaitu bahan yang mudah didapat
didaerah setempat. Suku batak menganggap Atap sebagai sesuatu
yang suci, sehingga digunakan untuk menyimpan pusaka mereka.
Badan Rumah
Badan rumah terletak dibagian tengah atau dalam mitologi
batak disebut dunia tengah, dunia tengah melambangkan tempat
aktivitas manusia seperti masak, tidur, bersenda gurau. Bagian
badan rumah dilengkapi hiasan berupa ipon ipon untuk menolak
bala.
Pondasi
• Pondasi rumah batak toba menggunakan jenis pondasi cincin,
dimana batu sebagai tumpuan dari kolom kayu yang berdiri
diatasnya.
• Tiang-tiang berdiameter 42 - 50 cm, berdiri diatas batu ojahan
struktur yang fleksibel, sehingga tahan terhadap gempa
• Tiang yang berjumlah 18 mengandung filosofi kebersamaan
dan kekokohan
• Mengapa memakai pondasi umpak karena pada waktu
tersebut masih banyaknya batu olahan dan kayu gelonggong
dalam jumlah yang besar. Dan belum ditemukannya alat
perekat seperti semen
Dinding
• Dinding pada rumah batak toba miring, agar angin mudah
masuk
• Tali-tali pengikat dinding yang miring disebut tali ret-ret, terbuat
dari ijuk atau rotan. Tali pengikat ini membentuk pola seperti
cicak yang mempunyai 2 kepala saling bertolak belakang,
maksudnya ialah cicak dikiaskan sebagai penjaga rumah, dan
2 kepala saling bertolak belakang melambangkan semua
penghuni rumah mempunyai peranan yang sama dan saling
menghormati.
d) Ornamen
e) Ciri Khas
Rumah Aceh dibuat tinggi di atas tanah dibangun dengan jumlah tiang-
tiang bulat besar yang beraturan. Rumah Aceh letaknya wajib memenuhi
syarat yang telah ditentukan, yaitu membujur dari Timur ke Barat dengan
arah utama kiblat (barat). Posisi demikian befungsi sebagai patokan untuk
para tamu yang datang, tanpa bertanya, sudah dapat meyakini arah kiblat.
Bahkan di wilayah tertentu, bukan hanya pengaturan posisi arah rumah saja
yang menghadap kiblat, hal yang berkaitan dengannya pun ditata dengan
maksud, yaitu pembangunan jalan, gang, semua tegak lurus menghadap
kiblat (Mirsa, Rinaldi, 2013; 18) Arsitektur Rumah Aceh merupakan hasil
karya cipta dari kearifan masyarakat Aceh dalam menyikapi alam dan
keyakinan (religius). Arsitektur rumah berbentuk panggung dengan
menggunakan kayu sebagai bahan dasarnya merupakan bentuk adaptasi
masyarakat Aceh terhadap kondisi lingkungannya. Struktur rumah tradisi
yang berbentuk panggung memberikan kenyamanan kepada penghuninya.
Atap
Sesuai dengan gambar bentuk rangka atap dan juga kuda-
kudanya. Struktur rangka atap berfungsi untuk menerima beban
dari atap seperti air hujan, angin, penutup atap, dan beban dari
kuda-kuda maupun rangka itu sendiri.Fungsi lainnya dari rangka
atap yaitu sebagai pembentuk bentuk dari atap itu sendiri.
Penutup Atap
- Kayu adalah bahan utama dari rumah ini, Kayu digunakan untuk
membuat tiang penyangga rumah.
· Papan yang digunakan untuk membuat dinding dan lantai
rumah.
· Bambu atau yang biasa disebut trieng digunakan untuk
membuat alas lantai.
· Temor atau yang biasa disebut enau digunakan sebagai bahan
cadangan untuk membuat dinding dan lantai selain bambu.
· Tali Pengikat atau yang biasa disebut dengan taloe meu-ikat
digunakan untuk mengikat bahan-bahan bangunan.
· Tali pengikat ini terbuat dari bahan rotan, tali ijuk, atau kulit
pohon waru.
· Keenam Daun Rumbia atau yang biasa disebut dengan oen
meuria yang digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat
atap rumah.
· Daun Enau digunakan sebagai bahan cadangan untuk
membuat atap, apabila daun Rumbia tidak ada.
· Pelepah Rumbia atau biasa disebut dengan peuleupeuk meuria
adalah bahan dasar untuk membuat dinding rumah dan juga
lemari.
d) Ornamen
1) Rinyeuen (tangga)
Biasanya terdapat dari bagian bawah
tangga sampai di bagian atas tangga. Biasanya
memanjang seperti ukiran busur panah, tali,
rantai dan sebagainya.
2) Kindang
(dinding paling
bawah dari
rumah aceh)
rumah aceh ini
sebagian besar
dikelilingi ukiran
berbentuk flora danfauna disepanjang dinding bawahnya.
e) Ciri Khas
Ide atau pemikiran yang mendasari bentuk atap gonjong antara lain :
a. Tanduk kerbau, karena kerbau merupakan hewan yang dianggap
sangat erat kaitannya dengan sejarah kemenangan masyarakat
Minangkabau dalam adu kerbau melawan pendatang yang ingin
menduduki wilayah mereka. (Ismael, 2007 : 52).
Gambar 3.6 Garis Lengkung Landaian dan Punggungan yang Menyiratkan Alam
Minangkabau yang Berbukit
Struktur Lantai
Struktur Atap
Sebutan lain
adalah Rumah
Pencalang atau Rumah
Lancang. Nama Lontik
diberikan menurut
bentuk perabung
atapnya yang lentik ke
atas, sedangkan nama
Gambar 4.1 Rumah Adat Riau
Pencalang dan Lancang diberikan karena bentuk hiasan kaki dinding
depannya mirip perahu.
Tangga
Anak tangga dibuat 5 tingkat,
jumlah ini ada kaitannya
dengan ajaran Islam, yakni
Rukun Islam Lima.
Dinding
Dinding rumah Lontik bentuknya
khusus, yaitu sebelah luar seluruhnya
miring keluar, sedangkan dinding
dalam tegak lurus.
Jendela
Bentuk jendela ada dua macam, pertama
sama seperti pintu, sedangkan kedua
bentuknya memanjang.
Atap
Atap bentuknya melengkung ke atas pada
kedua ujung perabungnya. Kaki atap juga
melengkung ke atas, tetapi tidaklah
sekuat lengkungan bubungannya.
d) Ornamen
Rumah adat ini dihiasi dengan corak dasar Melayu Riau yang umumnya
bersumber dari alam, yakni terdiri atas flora, fauna, dan benda-benda
angkasa.
Benda-benda itulah yang direka-
reka dalam bentuk-bentuk tertentu,
baik menurut bentuk asalnya
seperti bunga kundur, bunga hutan,
maupun dalam bentuk yang sudah
diabstrakkan atau dimodifikasi
sehingga tak lagi menampakkan
wujud asalnya, tetapi hanya
menggunakan namanya saja seperti itik pulang petang, semut beriring,
dan lebah bergantung.
e) Ciri Khas
Rumah tradisional limas sebagian besar terbuat dari kayu. Jenis kayu
yang digunakan dalam pembuatan rumah limas adalah jenis kayu
bermutu baik, misalnya: sebagai bahan tiang digunakan jenis
petanang, unglen besi dan tembesu; dan untuk lantai dan dinding
menggunakan kayu merawan.
Belah buluh. Belah buluh adalah bambu yang dibelah dua. Bahan ini
digunakan untuk membuat atap rumah.
Genteng. Selain belah buluh, genteng juga seringkali digunakan
sebagai atap.
d) Ornamen
Terdapat beberapa ciri khas dari rumah adat Limas ini yang
membedakan dengan rumah adat lainnya di Indonesia. Ciri khas tersebut
bukan hanya terletak pada segi bentuk bangunannya, namun juga dalam
nilai-nilai filosofis yang disimbolkan ke dalam aturan-aturan khusus.
1) Selasar. Selasar pada umumnya ada tiga macam, yaitu Selasar Luar,
Selasar Jatuh, dan Selasar Dalam. Selasar yang berada di depan
Rumah Induk disebut Selasar Luar. Jika lantai Selasar Luar lebih
rendah dari Rumah Induk maka disebut Selasar Jatuh; dan jika Selasar
menyatu dengan Rumah Induk disebut Selasar Dalam. Selasar
merupakan tempat anak-anak bermain, meletakkan alat pertanian
ataunelayan, dan tempat menerima tamu.
1) Bagian Bawah. Bagian bawah rumah Belah Bubung terdiri dari tiang,
rasuk, bendul, gelegar, dan lantai.
2) Bagian Tengah. Pembangunan bagian tengah rumah ditandai dengan
pemasangan balok-balok jenang, santo kusen, dan kasau. (proses
pembuatan bagian tengah rumah Belah Bubung dalam proses
pengumpulan data).
3) Bagian Atas. Pembangunan bagian atas rumah Belah Bubung ditandai
dengan pemasangan Tutup Tiang, Alang, Tunjuk Langit (ander), Kuda-
Kuda (skor), Kaki Kuda-Kuda (Kasau Jantan), Kasau Betina, Gulung-
Gulung (Gording), Tulang Bubung, Atap Perabung, dan Loteng. (proses
pembuatan bagian tengah rumah Belah Bubung dalam proses
pengumpulan data).
d) Ornamen
Flora. Hiasan yang menstilisasi
tumbuh-tumbunan banyak
digunakan. Secara umum,
penggunaan stilisasi tumbuh-
tumbuhan dapat dikelompokkan
ke dalam tiga kelompok induk,
yaitu: kelompok kaluk pakis, kelompok bunga-bungaan, dan kelompok
pucuk rebung. Kelompok kaluk pakis memiliki dua motif utama, yaitu
motif daun-daunan dan motif akar-akaran. Hiasan berbentuk daun
meliputi motif daun susun, daun tunggal dan daun bersanggit.
Sedangkan hiasan berbentuk akar-akaran meliputi motif akar pakis,
akar rotan, dan akar tunjang.
1. Pertama adalah bubungan atau atap. Bagian ini lazim juga dikenal
dengan nama Gajah Mabuk. Nama ini diambil dari pembuat rumah ini
yang konon katanya sedang dimabuk asmara namun tidak mendapat
restu. Bubungan atau atap ini kadang juga dikenal dengan nama Lipat
Kajang atau Potong Jerambah. Atap rumah ini biasanya dibuat dari
ijuk atau mengkuang. Ijuk ini dianyam dan selanjutnya dilipat menjadi
dua bagian.
2. Kasau Bentuk. Bagian ini merupakan atap rumah yang ada di ujung
paling atas. Kasau Bentuk ini ada di depan dan belakang rumah. Jika
diperhatikan, bentuknya miring. Adapun fungsinya unutk mencegah
air memasuki rumah di musim penghujan. Kasau Bentuk ini dibikin
dengan panjang 60 cm dan lebar yang mengikuti bubungan rumah.
3. Masinding. Bagian rumah yang satu ini berupa dinding. Umumnya
terbuat dari papan. Dinding ini dilengkapi dengan pintu. Uniknya,
rumah Kajang Lako ini mengenal 3 macam pintu antara lain pintu
masinding, pintu balik melintang serta pintu tegak. Masing-masing
pintu ini memiliki karakter masing-masing. Misalnya pintu tegak yang
terletak di sebelah kiri rumah. Ia memiliki fungsi sebagai pintu masuk.
Meski bernama pintu tegak, namun setiap orang yang melewati
bagian ini pasti akan menundukkan badan sebab memang pintu ini
dibuat sangat rendah. Alasannya, menundukkan kepala merupakan
penghormatan terhadap pemilik rumah. Dengan adanya pintu tegak
ini maka setiap yang memasuki rumah “dipaksa” untuk melakukan
penghormatan.
4. Tiang rumah Kajang Lamo. Umumnya jumlah tiang Kajang Lamo ini
berjumlah 30. Ia terdiri atas 6 riang palamban dan 24 tiang utama.
Tiang utama ini disusun dalam formasi enam, masing-masing
panjangnya sekitar 4,25 meter.
5. Lantai rumah Kajang Lako. Bagian ini dibuat bertingkat. Pada
tingkatan pertama dikenal dengan nama lantai utama. Ia merupakan
lantai yang ada pada ruang balik melintang. Ruangan ini tidak
ditempati orang sembarang utamanya pada upacara adat. Sementara
itu, lantai tingkat selanjutnya dikenal dengan nama lantai biasa. Ia
terletak di ruang balik manalam, ruang gaho, palamban dan ruang
tamu biasa.
6. Tabar Layar. Bagian rumah yang satu ini berfungsi sebagai dinding
sekaligus penutup rumah bagian atas agar terhindar dari tempias
hujan. Tebar Layar ini bisa dijumpai di sebelah kiri dan kanan
bangunan rumah. Bahan pembuatan Tabar Layar ini dari papan.
7. Panteh. Bagian rumah Kajang Lako ini merupakan tempat untuk
menyimpan benda-benda. Ia terletak di bagian atas bangunan rumah.
8. Pelamban. Merupakan bagian dair rumah adat Jambi yang letaknya
ada pada bagian paling depan rumah. Ia berada pada ujung sebelah
kiri. Palamban adalah bangunan tambahan. Sekilas ia mirip seperti
teras. Berdasarkan kepercayaan adat masyarakat Jambi, Palamban
ini seyogyanya difungsikan sebagai ruang tunggu untuk tamu yang
belum dipersilahkan unutk memasuki rumah.
2. Ruang gaho. Ruangan ini juga terletak di sebelah kiri bangunan tapi
dengan posisi memanjang. Ruang gaho berfungsi sebagai tempat
menyimpan barang, persediaan makanan, sekaligus dapur. Pada
ruangan ini kita dapat menemukan ukiran-ukiran motif ikan di
dindingnya.
5. Ruang balik menalam atau ruang dalam. Ruangan ini dibagi menjadi
beberapa kamar untuk ruang tidur anak gadis, ruang makan, dan
ruang tidur orang tua. Para tamu tidak diijinkan untuk memasuki
ruangan ini.
d) Ornamen
Adapun motif fauna yang digunakan dalam ragam hias adalah motif
ikan. Ragam hias yang berbentuk ikan sudah distilir ke dalam bentuk
daun-daunan yang dilengkapi dengan bentuk sisik ikan. Motif ikan
dibuat tidak berwarna dan diukirkan di bagian bendul gaho serta balik
melintang.
e) Ciri Khas/Tipologi
Rumah tinggal adat Jambi disebut Kajang Lako atau Rumah Lamo.
Bentuk bubungan Rumah Kajang Lako seperti perahu dengan ujung
bubungan bagian atas melengkung ke atas. Tipologi rumah Kajang Lako
berbentuk bangsal, empat persegi panjang dengan ukuran panjang 12 m
dan lebar 9 m. Bentuk empat persegi panjang tersebut dimaksudkan untuk
mempermudah penyusunan ruangan yang disesuaikan dengan fungsinya,
dan dipengaruhi pula oleh hukum Islam.
Sebagai suatu bangunan tempat tinggal, rumah Kajang Lako terdiri
dari beberapa bagian, yaitu bubungan/atap, kasau bentuk, dinding,
pintu/jendela, tiang, lantai, tebar layar, penteh, pelamban, dan tangga.
Tipologi
Rumah Panggung Kajang Leko adalah konsep arsitektur dari Marga
Bathin. Sampai sekarang orang Bathin masih mempertahankan adat
istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka, bahkan
peninggalan Kajang Leko masih bisa dinikmati keindahannya dan masih
dipergunakan hingga kini.
Tipologi Rumah Kajang Leko berbentuk bangsal, empat persegi
panjang dengan ukuran 12 meter x 9 meter. Keunikannya terletak pada
struktur konstruksi dan seni ukiran yang menghiasi bangunan.
Aturan ini membuat rumah adat Bangka Belitung ini tampak begitu
lusuh dan tidak enak dilihat. Kendati begitu, justru karena hal inilah ia
dianggap memiliki daya tarik tersendiri. Pada dinding rumah adat ini juga
terdapat banyak fentilasi yang mengatur pergantian udara di dalam rumah.
Adapun untuk bagian atap, rumah adat Panggung khas budaya Melayu
Bangka ini disinyalir memiliki desain hasil pembaruan desain atap rumah-
rumah Tionghoa. Bentuknya melengkung dan seperti terpancung layaknya
pelana kuda.
c) Bentuk dan Peruangan
Di ruang utama kita tidak akan menemukan kursi dan meja. Saat ada
tamu datang, pemilik rumah akan menghamparkan tikar sebagai tempat
duduknya. Dibanding bagian lainnya, ruang utama adalah yang paling
luas. Melewati ruang utama, kita akan masuk ke bagian yang bernama
Loss. Loss adalah ruangan pemisah antara ruang utama dan ruang
belakang. Di bagian ini terdapat pintu-pintu yang mengarah ke kamar-
kamar penghuni rumah. Dan ruangan terakhir adalah dapur. Di ruangan
inilah aktivitas masak memasak dilakukan. Kita juga dapat menemukan
sebuah meja makan, peralatan memasak, persediaan makanan, serta
alat-alat pertanian yang disimpan rapi.
d) Ornamen
a) Latar Belakang/Filosofi
Nuwou Sesat yang menjadi nama rumah adat Lampung berasal dari 2
kata, yaitu Nuwou yang berarti rumah dan sesat yang berarti adat. Nuwou
Sesat sebetulnya memiliki fungsi utama sebagai balai atau tempat
pertemuan bagi seluruh warga kampung (purwatin).
Nuwou Sesat secara struktur hampir sama dengan rumah adat suku
asli Sumatera lainnya. Rumah adat Lampung ini berbentuk panggung
dengan bahan utama berupa kayu atau papan.
Struktur rumah panggung pada rumah Nuwou Sesat pada masa silam
ditujukan sebagai upaya untuk menghindari serangan binatang buas bagi
penghuninya. Seperti diketahui bahwa dahulu hutan-hutan di Lampung
memang mengandung kekayaan hayati yang tinggi, sehingga
memungkinkan berbagai jenis binatang buas tinggal berdampingan
dengan manusia. Selain itu, struktur panggung juga sengaja digunakan
sebagai desain rumah tahan gempa. Sebagaimana diketahui, beberapa
daerah di Lampung juga dikenal berada di lempeng perbatasan antar
benua sehingga sering mengalami bencana gempa.
Dengan struktur rumah panggung, dibutuhkan sebuah tangga sebagai
akses keluar masuk rumah. Dalam adat Lampung, tangga tersebut
bernama Ijan Geladak. Tangga ini terletak di bagian depan rumah
sehingga sering kali dihiasi dengan ukiran-ukiran etnik Lampung untuk
mempercantik tampak depannya. Bagian depan rumah adat Lampung
umumnya juga akan dilengkapi dengan serambi kecil yang bernama
anjungan. Anjungan berfungsi sebagai tempat pertemuan kecil atau
sebagai tempat bersenda gurau.
Lantai
Nuwou Sesat berlantaikan bamboo atau bisa disebut khesi atau
papan yang berasal dari kayu klutum, bekhatteh dan belasa.
Dinding
Dinding rumah merupakan susunan papan-papan kayu yang
dipasang berjajar di setiap rangka rumah dalam posisi berdiri.
Bagian bagian dari bangunan ini disebut ijan geladak (tangga masuk
yang dilengkapi dengan atap), atap bangunan disebut Rurung Agung. Di
dalam bangunan ini terdapat anjungan (serambi yang digunakan untuk
pertemuan kecil, pusiban (ruang dalam tempat musyawarah resmi), ruang
tetabuhan (tempat menyimpan alat musik tradisional), dan ruang Gajah
Merem (tempat istirahat bagi para penyimbang).
Gambar 9.3 Rumah Adat Nuwou Sesat Lampung
d) Ornamen
Hal lain yang khas di rumah sesat ini adalah hiasan payung-payung
besar di atapnya (rurung agung), yang berwarna putih, kuning, dan merah,
yang melambangkan tingkat kepenyimbangan bagi masyarakat tradisional
Lampung Pepadun. Secara fisik, Nowou Sesat berbentuk rumah
panggung bertiang, sebagian besar materialnya terbuat dari papan kayu.
Dahulu, rumah Nuwou Sesat beratap anyaman ilalang, seiring
perkembangan jaman, sekarang atap rumah adat ini sudah menggunakan
genting. Setiap motif khas memiliki makna sekaligus pesan bagi
masyarakat Ulun Lampung. Pesan untuk menjaga kehidupan
bermasyarakat dan sikap bergotongroyong sangat terlihat dalam setiap
sisi Rumah Adat Lampung.
1. Bubungan Lima
2. Bubungan Limas
3. Bubungan Haji
1. Berendo
Tempat menerima tamu yang belum dikenal, atau tamu yang
hanya menyampaikan suatu pesan (sebentar). Selain itu juga
dipergunakan untuk relax pada pagi atau sore hari. Bagi anak-anak,
berendo juga sering dipergunakan untuk bermain congkak, karet, dll.
2. Hall
Ruang untuk menerima tamu yang sudah dikenal baik, keluarga
dekat,atau orang yang disegani. Ruangan ini juga digunakan untuk
tempat cengkrama keluarga pada malam hari, ruangan belajar bagi
anak-anak, dansewaktu-waktu ruang ini digunakan untuk selamatan
atau mufakat sanak family.
3. Bilik gedang
Bilik gedang atau bilik induk merupakan kamar tidur bagi kepala
keluarga(suami istri) serta anak-anak yang masih kecil.
4. Bilik gadis
Biasanya terdapat pada keluarga yang memiliki anak gadis,
merupaka nkamar bagi si anak gadis. Selain untuk tidur juga
digunakan untuk bersolak. Bilik gadis biasanya berdampingan dengan
bilik gedang, demi keamanan dan kemudahan pengawasan terhadap
anak gadis mereka.
5. Ruang tengah
Biasanya dikosongkan dari perabot rumah, dan di sudutnya
disediakan beberapa helai tikar bergulung karena fungsi utamanya
adalah untuk menerima tamu bagi ibu rumah tangga atau keluarga
dekat bagi si gadis.Di samping itu juga sering dipakai sebagai tempat
belajar mengaji. Bagikeluarga yang tidak memilki kamar bujang
tersendiri, kadang-kadang dipakai untuk tempat tidur anak bujang.
6. Ruang makan
Tempat makan keluarga. Pada rumah kecil biasanya tidak
terdapat ruang makan, mereka makan di ruang tengah. Bila ada tamu
bukan keluarga dekat, maka untuk mengajak tamu makan bersama
digunakan hal, bukandi ruang makan.
7. Garang
Tempat penyimpanan tempayan air atau gerigik atau tempat air
lainnya, juga dipakai untuk tempat mencuci piring dan mencuci kaki
sebelum masuk rumah atau dapur .
9. Berendo belakang
Serambi belakang, tempat istirahatbagi kaum wanita pada siang
atau sore hari.
d) Ornamen
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Brawijaya
https://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Bolon
https://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Gadang
https://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Krong_Bade#Bahan-bahan_bangunan
https://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Panggung
http://www.becaksiantar.com/2013/08/rumah-adat-batak-makna-dan-filosofi.html
http://melayuonline.com/ind/culture/dig/1919
http://budaya-indonesia.org/Rumah-Krong-Bade
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbaceh/2014/01/26/rumah-aceh-atau-
rumoh-aceh/
http://www.tradisikita.my.id/2015/10/rumah-adat-bangka-belitung.html