Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN SEMINAR

TIPOLOGI RUMAH MELAYU DARATAN DAN PESISIR DI


KABUPATEN LANGKAT

(Studi Kasus: Desa Gohor Lama Dusun Ampera Stabat Laman


Kec. Wampu)

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Program Studi Seminar Arsitektur

Disusun Oleh:

Syafrina Aldha Zain


(170160008)

Dibimbing Oleh: Soraya Masthura Hassan, S.T., M. Sc

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa atas semua
nikmat dan karunia-Nya hingga saya dapat menyelesaikan penelitian mengenai
Tipologi Rumah Tradisional Melayu Daratan dan Pesisir Sungai di Kabupaten
Langkat (Studi Kasus: Desa Gohor Lama Dusun Ampera Stabat Laman Kec.
Wampu) sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Seminar
Arsitektur yang kemudian berlanjut menuju skripsi. Selama penulisan laporan
penelitian ini penulis mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak,
penulis menyampaikan terimakasi kepada:

1. Ibu Yenny Novianty, ST., MT selaku dosen mata kuliah seminar arsitektur
yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran, dukungan serta
meluangkan waktu dalam proses penyusunan seminar proposal ini.
2. Ibu Soraya Masthura Hassan, S.T., M. Sc selaku dosen Pembimbing yang
telah memberikan arahan, bimbingan, saran, dukungan serta meluangkan
waktu dalam proses penyusunan seminar proposal ini.
3. Seluruh Bapak dan Ibu dosen staf pengajar Prodi Arsitektur, Universitas
Malikussaleh atas ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan.
4. Seluruh teman-teman Arsitektur, yang menjadi rekan seperjuangan. Keluarga
dan sahabat-sahabat terbaik yang telah memberikan dukungan kepada
penulis.

Pada proposal seminar ini masih terdapat banyak kekurangan dalam


penulisan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Semoga dengan ditulisnya laporan ini dapat
memberikan wawasan dan pengetahuan serta manfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan dan dapat memperluas informasi serta meningkatkan pengetahuan
khususnya dalam bidang Arsitektur

Stabat, April 2020

Syafrina Aldha Zain

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL........................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 3
1.3 Maksud dan Tujuan Masalah.......................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................... 4
1.5 Ruang Lingkup Pembahasan.......................................................... 5
1.6 Sistematika Pembahasan................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Tipologi........................................................................ 7
2.2 Arsitektur Melayu.......................................................................... 8
2.3 Karakteristik Rumah Tradisional Melayu...................................... 9
2.4. Kerangka Teori.............................................................................. 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Lokasi Penelitian............................................................................ 14
3.2 Jenis Penelitian............................................................................... 15
3.3 Tahapan Penelitian......................................................................... 16
3.3.1 Tahap Persiapan................................................................... 16

ii
3.3.2 Tahap Pengumpulan Data.................................................... 17
3.3.3 Tahap Pengambilan Sampel................................................. 19
3.4 Kerangka Penelitian....................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Nama-nama Informan di Desa Gohor Lama.................................. 19

Tabel 3.2. Nama-nama Informan di Dusun Ampera ...................................... 19

Tabel 3.3. Variabel Penelitian....................................................................... 20

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Motif Ornamen Melayu............................................................... 10

Gambar 2.2. Motif Ornamen Semut Beriringan............................................... 10

Gambar 2.3. Motif Ornamen Lebah Bergantung.............................................. 11

Gambar 2.4. Ilustrasi Pola Permukiman Terkait Aliran Angin........................ 12

Gambar 2.5. Kerangka Teori............................................................................ 13

Gambar 3.1. Peta Kecamatan Wampu.............................................................. 15

Gambar 3.2. Titik Lokasi Penelitian................................................................. 15

Gambar 3.3. Kerangka Penelitian..................................................................... 21

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1......................................................................................... Latar Belakang

Indonesia memiliki banyak sekali kekayaan suku dan budaya. Masing-


masing etnis memiliki ciri khas termasuk dalam hal rumah adat. Rumah
tradisional merupakan bangunan yang memiliki ciri khusus dan digunakan
sebagai hunian oleh suku bangsa tertentu, dapat melambangkan identitas suatu
etnik karena pada rumah tersebut mengandung nilai-nilai dan arti penting
sehingga Indonesia memiliki banyak rumah tradisional dari berbagai daerah yang
memiliki beragam hiasan dan ukiran yang indah.
Hingga saat ini masih banyak etnis yang mempertahankan rumah
tradisional sebagai usaha untuk membudidayakan dan memelihara nilai-nilai
kebudayaan, bentuk, struktur, fungsi ragam hias, tipologi dan cara membuatnya
diwariskan sehingga tidak luntur oleh waktu, dapat di wariskan kepada generasi
turun temurun dan tergeser oleh budaya modern serta dapat dimanfaatkan sebagai
tempat untuk melaksanakan segala aktifitas kehidupan. Rumah tradisional pada
awalnya berkembang dari suatu kebudayaan sebagai pedoman dan cerminan yang
menggambarkan kebudayaan masyarakat setempat sehingga adat dan istiadat serta
pola kehidupan sosial dapat dipegang dengan teguh.

Seperti di Kabupaten langkat, etnis Melayu merupakan orang-orang yang


pada awalnya mendiami daerah sepanjang pesisir timur pulau Sumatera dan
kemudian bermukim di sekitar Medan, Tebingtinggi, Binjai, dan Tanjung Balai
hingga julukan kelompok Melayu menjadi kelompok Melayu Deli atau Melayu
Langkat.

Menurut Sudarmin (seperti dikutip dalam Broadbent, 1985) menyebutkan


bahwa adat istiadat bukanlah semata-mata sebagai faktor pembentuk arsitektur
rumah tradisional. Ada faktor-faktor lain seperti iklim, sistem mata pencaharian,
lokasi dal lain lain. Seiring berkembangnya zaman, banyak masyarakat yang

1
menjadikan rumah tradisional sebagai budaya masyarakat dalam merespon
lingkungan disekitarnya. Seperti yang terjadi di Wampu, Dusun Ampera Stabat
Lama dan Desa Gohor Lama menjadi salah satu contoh banyaknya masyarakat
membangun rumah-rumah yang menerapkan arsitektur tradisional melayu sebagai
respon lingkungannya yang berada disekitar pesisir sungai maupun di daratan.

Menurut Rusdi (2019), jejak Kesultanan Melayu Langkat banyak tersebar


di beberapa kecamatan, seperti di Wampu terdapat makan Tuan Raja Wan Supan
yang berada di Dusun Ampera Stabat Lama . Hal ini menjadi bukti banyaknya
masyarakat etnis melayu di Dusun Ampera. Selain itu, Kabupaten Langkat
sebelumnya adalah sebuah Kerajaan dimana wilayahnya berbentang antara aliran
sungai Seruwai atau daerah Tamiang sampai ke daerah aliran anak Sungai
Wampu.

Admansyah (1988) menyatakan bahwa adapun Raja masa itu bernama


“Wam Fu” sewaktu diserang oleh Cola pusat Kerajaan yang berkedudukan di
Besitang hancur, maka Raja terpaksa mengadakan pengungsian bersama dengan
orang besarnya kedaerah Gohor Lama dekat dengan Kota Stabat sekarang. Itulah
sebabnya sungai dekat kota stabat dinamakan Sungai Wampu, yaitu mengambil
nama Raja tersebut. Adanya bukti pengungsian Raja Langkat kedaerah Gohor
Lama membuat sebagian masyarakat masih kental dengan adat da istiadat budaya
Melayu. Hal ini dapat dilihat dari adanya beberapa rumah di Gohor Lama yang
masih menggunakan rumah tradisional Melayu.

Suatu bangunan akan memiliki karakteristik yang unik dalam


mempertahankan budaya, adat dan istiadat begitu pula rumah ada yang ada di
daratan dan juga di pesisir yang masih mengunakan rumah tradisional Melayu.
Adapun dikarenakan kondisi lingkungan, terdapat beberapa penyesuaian yang
hingga kini dapat dilihat dari tipologi rumah yang berada di daratan maupun di
pesisir.

Di Langkat masih banyak persebaran bangunan rumah tinggal tradisional


yang berhubungan dengan lingkup budaya, masyarakat dan arsitektur. Potensi dari

2
pengurangan maupun penambahan baik itu pada fungsi ruang, geometri, struktur
maupun makna diyakini berhubungan dengan bidang keilmuan bidang arsitektur
bangunan rumah tradisional yang menerapkan konsep vernakular yang memiliki
karakteristik dan keunikan. Penyesuaian rumah tradisional ini diyakini memiliki
sistem pembangunan yang berkelanjutan atau bahkan ada sebagian yang masih
kokoh untuk menjaga keaslian bangunan tergantung bagaimana penghuni rumah
meanggapi hal ini sehingga masih mempertahankan aspek sosial, lingkungan dan
budaya.

Berangkat dari permasalahan yang diuraikan diatas, maka identifikasi


perlu dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang arsitektur rumah
tradisional melayu yang ada di Kabupaten Langkat, sehingga didapatkan tipologi
yang menjelaskan perbandingan diantara keduanya dengan judul penelitian
“Tipologi Rumah Melayu Daratan dan Pesisir di Kabupaten Langkat”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahn yang ada didalam
kawasan studi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana tipologi rumah tradisional Melayu di daratan ?
2. Bagaimana tipologi rumah Melayu di pesisir sungai ?
3. Apa perbandingan tipologi rumah tradisional di daratan dan di pesisir
sungai ?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang akan dicapai dalam
kajian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tipologi rumah tradisional melayu di daratan.
2. Untuk mengetahui tipologi rumah tradisional melayu di pesisir sungai.
3. Untuk mengetahui apa saja perbandingan tipologi rumah tradisional di
daratan dan di pesisir sungai.

3
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang didapatkan dari kajian ini, diharapkan dapat
dirasakan oleh semua pihak yang terlibat dalam penelitian ini.
1. Manfaat Untuk Pemerintah

Hasil kajian ini dihadapkan dapat menjadi pertimbangan dan masukan


bagi pemerintah Kab. Langkat, khususnya dalam mencapai tujuan
melestarikan dan membudayakan bangunan rumah tradisional Melayu.

2. Manfaat Untuk Masyarakat

Manfaat penelitian ini untuk masyarakat adalah menyadarkan


masyarakat untuk lebih memperhatikan, menjaga dan melestarikan adat
dan istiadat salah satunya dengan menjaga rumah tradisional Melayu yang
sudah menjadi ciri khas arsitektur etnis Melayu.

3. Manfaat Untuk Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota

Manfaat bagi ilmu pengetahuan lebih ditujukan pada usaha untuk


menambah wawasan keilmuan di bidang Perencanaan Wilayah dan Kota
terutama di bidang permukiman khususnya bagaimana pentingnya menjaga,
melestarikan dan turut menjaga kawasan rumah tradisional, khususnya
rumah tradisional melayu.

4
1.5. Ruang Lingkup Pembahasan
1. Ruang Lingkup Wilayah
Lokasi studi yang menjadi objek penelitian ini adalah wilayah Kota
Stabat tepatnya di Desa Gohor Lama dan Dusun Ampera Stabat Lama,
Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara.
2. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi dititik beratkan pada kajian mengenai
tipologi rumah tradisional. Dalam konteks itu, masalah yang diajukan
adalah tentang tipologi rumah tradisional melayu daratan dan pesisir
sungai sehingga mendapatkan titik terang dan mengetahui perbedaan
tipologi diantara keduanya. Walaupun telah banyak perubahan zaman dan
masing-masing karakeristik yang dipengaruhi oleh lingkungan, adat dan
istiadat sehingga berpengaruh terhadap perkembangan tipologi rumah
tradisional pada masyarakat, tepatnya di Desa Gohor Lama dan Dusun
Ampera Stabat Lama.

1.5.1. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup kajian ini berada di Kab. Langkat Provinsi Sumatera Utara
adapun batas wilayahnya sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Kota Secanggang


 Sebelah Timur: Kabupaten Deli Serdang
 Sebelah Selatan: Kota Binjai
 Sebelah Utara: Kota Wampu

5
1.6.......................................................................... Sistematika Pembahasan

Dalam kajian ini dilakukan dengan mengurut data sesuai dengan tingkat
kebutuhan dan kegunaannya, sehingga semua aspek yang dibutuhkan dalam
proses selanjutnya terangkum secara sistematis dalam studi ini, sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN
Mengemukakan tentang latar belakang rumusan masalah tujuan
dankegunaan lingkup pembahasan san sistematika pembahasan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


Mengemukakan tentang tipologi, rumah tradisional melayu,
Potensi dari konsep-konsep serta keberadaan bangunan rumah
tradisional.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN


Mengemukakan tentang lokasi penelitian, jenis dan sumber data,
metode pengumpulan data, sampel, metode analisa, definisi
operasional dan kerangka pikir.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN


Membahas tentang lingkungan permukiman wilayah studi kasus
melalui aspek lingkungan dan sosial masyarakat, meliputi
kebutuhan dan kebiasaan masyarakat. Dalam konteks itu, akan
dibahas mengenai tipologi rumah tradisional melayu baik itu di
daratan maupun di pesisir sungai sehingga mendapatkan hasil
akhir berupa perbandingan tipologi diantara keduanya.

BAB V : PENUTUP
Membahas kesimpulan dan saran.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Tipologi

Tipologi berasal dari dua kata yaitu ‘tipo’ yang berarti pengelompokan dan
‘logos’ yang mempunyai arti ilmu atau bidang keilmuan. Jadi tipologi adalah
bidang ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan suatu objek yang disajikan
dalam bentuk kelompok/mengelompokkan. Tipologi secara luas memiliki artian
yaitu suatu makna yang menunjukkan dan bisa diaplikasikan kedalam banyak hal
dan variasi dari gagasa-gagasan yang sama seperti, cetakan relief, model, matrik
maupun impressi.
Tipe merupakan penggabungan karakteristik yang memiliki kesamaan
karya arsitektur secara detail dan membedakannya satu dengan yang lainnya
(Mochsen, dalam Karen, 1994). Definisi tipologi memiliki dua kelompok yang
mengemukakan tentang gagasan terkait tipologi. Kelompok pertama yaitu
kelompok yang yang mengemukakan bahwa tipologi sebagai pengelompokan
properti bentuk geometris dan kelompok kedua mengemukakan bahwa tipologi
sebagai bentuk yang saling berhubungan dan dihubungkan dengan masing-masing
kegunaannya.
Tipologi geometri berguna untuk memahami ide-ide atau gagasan
mengenai arsitektur dan memberikan referensi tentang geometri denah, ruang dan
tampak dan tipologi dapat dijadikan sebagai metode untuk menganalisi suatu
objek. Dengan menerapkan tipologi suatu objek arsitektur maka dapat dianalisis
perubahan-perubahan yang berkaitan dengan bangun dasar, sifar dasar serta
proses perkembangan bangunan tersebut.
Menurut Prijotomo (1995), dalam diktat tentang tipologi geometri,
mengemukakan bahwa bentuk awal dari sebuah bentuk asal benda menjadi benda
yang telah memperlihatkan adanya perubahan-perubahan yang terjadi dari bentuk
benda pada awalnya. Perubahan tersebut memiliki dua macam kemungkinan,
yaitu; (1) Perubahan yang menjadikannya benda yang udah tidak memperlihatkan,

7
memiliki kesamaan pada bentuk benda aslinya dan (2) adanya perubahan suatu
benda namun tidak melupakan bentuk aslinya.
Perubahan bentuk dapat dibedakan menjadi 2 hal. Yang pertama
perubahan secara perlahan atau evolusioner yang termasuk kedalam arsitektur
klasik dan tradisional, perkembangan tersebut mengalami perubahan dari waktu
kewaktu bahkan hingga berpuluh atau ratusan tahun lamanya. Dan yang kedua
adalah perubahan secara cepat yang terjadi pada arsitektur modern, perubahan ini
biasanya berkembang dan berubah cepat, sejalan dengan kemajuan dan
perkembangan penduduk termasuk dalam bidang teknologi.
Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan secara garis besar sebagai
berikut: tipologi arsitektur adalah kegiatan mengelompokkan baik itu dari ciri-ciri
maupun kesamaan yang diciptakan oleh masyarakat atau kelas sosial. Kesamaan
ciri-ciri tersebut diantaranya:
1. Kesamaan bentuk dasar dan sifat dasar objek
2. Kesamaan fungsi objek
Kesamaan asal-usul sejarah/tema tunggal dalam suatu periode atau masa
yang terikat oleh kepermanenan dari karakteristik yang tetap/konstan.

2.2. Arsitektur Melayu

Arsitektur Melayu adalah sebuah langgam arsitektur tradisional di daerah-


daerah yang didominasi oleh komunitas Melayu, yaitu suatu komunitas etnis yang
berasal dari rumpun bangsa autronesia (Winandari, seperti dikutip dalam Amanati,
2010). Sedangkan menurut Effendi (seperti dikutip dalam Amantani, 2010)
mengatakan bahwa bangunan tradisional Melayu adalah suatu bangunan yang
utuh dan dapat dijadikan sebagai tempat kediaman keluarga, tempat
bermusyawarah, tempat berketurunan dan tempat berlindung bagi siapa saja yang
memerlukannya.

Menurut Husny (seperti dikutip dalam Rumiawati 2013), masyarakat Melayu


dahulunya membangun rumah mereka dengan alasan (1) penyelamatan terhadap

8
bahaya banjir/pasang surut, (2) melindungi dari serangan dan ancaman binatang,
(3) mengindari kelembaban dan (4) tempat menyimpan peralatan dan makanan.

Sebenarnya, penduduk asal Melayu sudah ada sejak lama yaitu sebelum
kedatangan pengaruh luar dan petunjuk modern, Melayu sudah memiliki sistem
dan konsep rumah yang sangat canggih, cantik dan serasi dengan kebutuhan dan
gaya hidup serta cocok untuk alam sekitar. Dengan bahan-bahan yang digunakan
merupakan sumber dari alam yang dapat terbaharui dengan berbagai jenis kayu-
kayuan, serta buluh rotan hingga daun pelepah sebagai pelindung atap.

Adapun makna rumah tradisional Melayu melambangkan simbol “Tiga


Tungku Sejerangan” yang artinya sesuatu yang hendak di perbuat hanya dapat
sempurna keadaannya ketika ada tiga tungku landasan yang mendukungnya. Hal
ini ditandai dengan tiga fungsi pembagian ruang, yaitu (a) ruang rumah induk, (b)
ruang serambi muka/tamu dan (c) ruang dapur/ serambi belakang (Husny , seperti
dikutip dalam Rumiati, 2013). Menurutnya, masyarakat Melayu dahulunya
membangun rumah mereka dengan alasan (1) menghindari bahaya banjir/pasang
surut, (2) melindungi ancaman dan serangan binatang buas, (3) menghindari
kelembaban dan (4) tempat menyimpan peralatan.

2.3. Karakteristik Rumah Tradisional Melayu

Menurut Husny (seperti yang dikutip dalam Rumiati, 2013) karakteristik


rumah Melayu dipengaruhi oleh aspek iklim setempat dan syarat agama. Pengaruh
iklim diterapkan dengan bentuk rumah panggung dan memiliki tiang/pilar yang
tinggi serta ditunjukkan dengan adanya banyak jendela yang ukurannya hampir
sama dengan tinggi pintu, banyaknya jendela dan lubang-lubang angin ini
memiliki tujuan untuk memberikan lebih banyak udara dan cahaya alami yang
cukup bagi penghuninya. Sementara syarat agama (Syariat Islam) mempengaruhi
arsitektur Melayu, diantaranya berupa pemisahan ruang lelaki dengan ruang kaum
perempuan (Sinar, 1993). Serta terlihat dari ukiran-ukiran dinding dan tiang yang
menghindari motif hewan ataupun manusia dengan dominan digunakan adalah

9
berbentuk bunga, daun, buah serta sayur-sayuran (Husny, seperti dikutip dalam
Rumiati, 2013).

Motif dasar dari ornamen arsitektur tradisional Melayu pada umumnya


bersumber dari alam, yaitu terdiri tas flora dan fauna dan benda-benda lainnya.
Benda-benda tersebut diubah menjadi bentu-bentuk tertentu, baik menurut bentuk
asalnya seperti bunga-bunga, maupun dalam bentuk yang telah di modifikasi
sehingga tidak terlihat lagi bentuk aslinya, tetapi dapat ditandai hanya dengan
menggunakan nama. Hal ini terdapat pada itik petang, itik sekawan, semut
beriringan dan lebah. Sedangkan motif bunga yaitu manggis, cengkih dan melur
sebagai motif flaura (Mudara, seperti dikutip dalam Lufika, 2018).

Gambar 2.1. Motif Ornamen Melayu


Sumber: Mudara, 2004

Menurut Mudara (seperti yang dikutip dalam Lufika, 2018) menyatakan


bahwa pada ornamen arsitektur Melayu juga terdapat motif hewan yang
mengandung sifat tertentu atau yang berkaitan dengan mitos atau kepercayaan
setempat. Contoh motif semut, motif ini tidak dibuat dalam bentuk semut aslinya
tetapi mengandung arti yang menggambarkan sifat semut yang rukun dan selalu
tolong-menolong yang mana sifat inilah yang menjadi dasar sifat-sifat orang
melayu. Hal ini juga berlaku pada motif lebah yang bergantung yang selalu
memakan sesuatu (bunga) uang bersih, kemudian mengeluarkannya untuk
dimanfaatkan oleh banyak orang (madu).

Gambar 2.2. Motif Ornamen Semut Beriringan


Sumber: Mudara, 2004

10
Gambar 2.3. Motif Ornamen Lebah Bergantung
Sumber: Mudara, 2004

Rumah tradisional melayu pada umumnya terdiri dari tiga jenis, yaitu rumah
tiang enam, rumah tiang dua belas dan rumah tiang enam serambi. Rumah
serambi dan rumah tiang dua belas pada merupakan rumah besar dengan tiang
induk sebanyak dua belas buah. Rumah tradisional melayu adalah rumah yang
memiliki panggung atau kolong dan memiliki tiang-tiang yang tinggi. Setiap
ruangan pada rumah Melayu memiliki nama dan fungsi tertentu. Selang depan
berfungsi sebagai ruangan untuk meletakkan barang-barang tamu, yang tidak
dibawa kedalam ruangan. Ruang serambi depan berfungsi sebagai tempat
penerima tamu pria, tetangga dekat, orang yang di tuakan dan orang-orang
terhormat. Ruang serambi tengah atau ruang induk berfungsi sebagai tempat
menererima tamu agung, dan orang yang di hormati.

Ruang selang samping berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan barang


yang tidak dibawa ke dalam ruang serambi belakang. Tempat ini merupakan jalan
masuk bagi tamu perempuan. Ruang dapur adalah ruang untuk memasak dan
menyimpan barang-barang keperluan dapur. Rumah dapur biasanya dipisahkan
tempat pembakarannya dikarenakan sebagai antisipasi terjadinya kebakaran dari
api masakan. Pemisahan rumah induk dengan rumah dapur ini juga bertujuan agar
api tidak langsung melahap rumah induk dengan mudah. Sedangkan wc dan
kandang ternak (ayam atau kambing) terletak di belakang rumah, namun tak
sedikit yang menggunakan kolong rumahs sebagai kandang ternak unggas.

Kerangka atau struktur rumah melayu menggunakan sistem pasak sehingga


tidak memerlukan paku. Rumah Melayu pada umumnya adalah rumah papan yang
memiliki sistem siap pasang sehingga rumah tersebut dapat di “buka-pasang” dan
dengan mudah di pindahkan ketempat lain. Selain itu, rumah yang tidak

11
menggunakan paku membuat rumah lebih fleksible terhadap gempa bumi
sehingga rumah akan mampu mengikuti getaran tanpa membuat kayu dan paku
terlepas serta merubuhkan rumah. Fleksible ini pun memiliki artian lain yaitu
mempermudah untuk diangkat dengan cara ‘gotong-royong’ dan dipindahkan ke
tempat lain.

Dari bentuk atau geometri rumah tradisional Melayu ini dapat dikatakan
canggih dan memiliki gaya hidup yang selaras dengan gaya hidup mengikuti adat
istiadat, syariat agama dan alam. Ciri-ciri pintar atau canggih ini terdapat pada
sistem penyejuk dan pengudaraan alami (natural vetilation), peneduh (shading),
keamanan serta keselamatan (safety and securiry) serta memiliki sifat privacy.

Karakter permukiman tradisional Melayu awalnya berupa pola sebaran


rumah yang berbanjar mengikuti sungai atau jalan. Jarak antara rumah yang satu
dengan yang lainnya tidak terlalu dekat dan kepadatan bangunannya rendah
dengan vegetasi alami rindang disekitarnya. Tidak seperti pola sebaran rumah
dipermukiman modern yang rigrid, pola sebaran rumah tradisional Melayu,
dibangun secara acak dan tidak berpola sehingga memungkinkan angin dapat
bergerak secara alami dengan bebas mengikuti alirannya tanpa terhalang oleh
bangunan rumah lainnya (Gambar 2.4). Selain itu, tidak ada batasan yang jelas
antara area lahan rumah yang satu dengan rumah yang lainnya. Terkadang tidak
semua rumah memiliki akses langsung terhadap jalan utama, namun harus melalui
perkarangan rumah tetangga yang ada didepannya (Yuan, seperti dikutip dalam
Rumiawati, 2013).

Gambar 2.4. Ilustrasi Pola Permukiman Terkait Aliran Angin


Sumber: Digambar Ulang dari Yuan (1987)

12
2.4. Kerangka Teori

Tipologi Rumah Tradisional


Melayu Daratan dan Pesisir di
Kabupaten Langkat

Penjelasan secara dasar tentang


Latar Belakang
topik penelitian

Rumusan Masalah

Bagaimana tipologi Bagaimana Bagimana


rumah tradisional tipologi rumah perbandingan
melayu di daratan? tradisional tipologi rumah
melayu di pesisir tradisional melayu
sungai? di daratan dan di
pesisir sungai?

Research Quetion

Analisis tentang Analisis tentang Analisi perbedaan rumah


lingkungan yang rumah tradisional tradisional Melayu yang
mempengaruhi melayu di kedua titik terdapat di kedua lokasi
bangunan lokasi penelitian penelitian

Feed back
1. Kondisi
2. Respon rumah
tradisional Melayu

Analisis

Menentukan perbedaan tipologi


yang tercipta dari perbedaan dua
titik lokasi penelitian yang ada di
Kabupaten Langkat

Gambar 2.5. Kerangka Teori


Sumber: Penulis

13
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi studi ini berada di Kab. Langkat, Sumatera Utara tepatnya berada
di dua titik lokasi yaitu Desa Gohor Lama dan Dusun Ampera Stabat Lama,
Kabupaten Langkat. Penetapan lokasi penelitian didasarkan pada beberapa
pertimbangan sebagai berikut:

1. Kelengkapan bangunan yang mendukung penelitian diantaranya adalah


banyaknya rumah tradisional yang saling terikat namun berada di letak
geografis yang berbeda.
2. Dari kedua titik lokasi tersebut terdapat dua tipologi yang ditemukan di
Kabupaten Langkat. Salah satunya berada di daratan dan yang lainnya
berada di pesisir sungai.
3. Rumah tradisional yang akan diteliti masing-masing sebagai berikut:
 Pada Desa Gohor Lama akan dilakukan observasi sebanyak tiga
unit rumah tradisional Melayu.
 Pada Dusun Ampera Stabat Lama akan dilakukan observasi
sebanyak 5 unit rumah tradisional Melayu.

a. Batasan Wilayah
Batasan Desa Stabat Lama Barat Kecamatan Wampu sebagai berikut:
Sebelah Utara : Desa Suka Jadi Kec. Hinai
Sebelah Timur : Sei. Wampu
Sebelah Selatan : Desa Stabat Lama
Sebelah Barat : Desa Jentera Stabat

14
GOHOR
DUSUN
LAMA
AMPERA

KEC.
WAMPU

Gambar 3.1. Peta Kecamatan Wampu


Sumber: Google Maps

GOHOR
LAMA
DUSUN
AMPERA

Gambar 3.2. Titik Lokasi Penelitian


Sumber: Google Maps

3.2. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa metode


fenomenatologis yaitu menyajikan dan mendokumentasikan berbagai peristiwa
maupun fenomena yang ditemukan dilapangan dan merupakan bukti kuat, fakta
dari cakupan kondisi eksisting maupun perubahannya. Metode ini didukung
dengan metode penelitian survey. Metode survey yaitu metode yang dilakukan
dengan cara mengumpulkan data melalui pengambilan sampel dari responden
(penduduk yang bermukim di wilayah tersebut) dengan menggunakan daftar
pertanyaan (kuesioner) (Masri Sangaribun dan Sofian Efendi, 1987).
3.3. Tahap Penelitian

15
Dalam pelaksanaan studi dari beberapa tahapan proses penelitian antara
lain tahapan persiapan, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan dan penyajian
data serta tahapan analisis. Tahapan kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan
data-data yang dibutuhkan, pelaksanaan analisis yang digunakan, hingga akhirnya
mendapatkan hasil atau output yang diinginkan sesuai tujuan studi.

3.3.1. Tahap Persiapan


Dalam tahapan ini merupakan tahapan awal untuk melakukan
penelitian, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan, seperti berikut:
 Perumusan masalah, tujuan dan sasaran
Kegiatan perumusan permasalahan, tujuan dan sasaran yang
telah ditemukan pada awal persiapan penelitian yang bertujuan
mengidentifikasikan tipologi rumah tradisional Melayu daratan dan
Pesisir Sungai di Kabupaten Langkat.
 Penentuan lokasi penelitian
Lokasi penelitian berada di dua titik wilayah yaitu Desa
Gohor Lama dan Dusun Ampera Stabat Lama, Kabupaten
Langkat.
 Inventarisasi Data
Data-data mengenai rumah tradisional Melayu yang masing-
masing memiliki perbedaaan yang terjadi akibat perbedaan lokasi.
Perbedaan lokasi daratan dan pesisir sungai menjadikan bagian-
bagian dari tumah Melayu mengalami perubahan, baik itu pada
struktur, fungsi, makna maupun penambahan ruang.
 Pengumpulan kajian literatur
Kajian literatur merupakan acuan atau panduan bagi
penulis untuk melakukan kegiatan analisis dalam pemecahan
masalah penelitian yang dilakukan oleh penulis.
 Pengumpulan penelitian pustaka
Penelitian pustaka merupakan kegiatan yang dilakukan
dalam penyusunan metode penelitian yang akan dilakukan.

16
Kegiatan ini dilakukan guna untuk mengetahui perbandingan
antara penelitian sebelumnya, sehingga meminimalkan tindak
plagiat.
 Penyusunan teknis pelaksanaan pengumpulan data
Tahap ini meliputi perumusan teknis pengumpulan data,
teknik pengambilan sample, dan format-format survei lain yang
dibutuhkan.

3.3.2. Tahap Pengumpulan Data


1. Jensi Data
Metodologi penelitian.Bahasan metode pengumpulan data adalah sangat
penting.Metode pengumpulan data adalah bagian instrumen pengumpulan data
yang menentukan berhasil atau tidaknya sebuah penelitian. Dalam penelitian
yang akan dilakukan akan menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu:
 Data Primer Data dikumpulkan melalui survai primer yang dilakukan
melalui:
 Pengamatan dan pengukuran atau penghitungan langsung tanpa
bantuan alat standar (observasi), pengamatan yang dilakukan
antara lain dengan cara sebagai berikut:
 Pengamatan Visual
Pengamata ini dilakukan dalam identifikasi tingkat
kepustakaan dan kebutuhan pengembangan kawasan studi.
 Rekaman Visual
Rekaman kondisi eksisting dengan foto atau sketsa-sketsa
dalam upaya merekam datadata kondisi lapangan.
 Pengukuran
Metode ini memiliki peran terpenting dalam menggali data
dan kondisi serta permasalahan lapangan secara
kuantitatif.Pengukuran ini harus dilaksanakan secara akurat
sehingga dalam penyajian peta ataupun gambar dapat
dilakukan secara tepat dan efisien.

17
 Quasioner adalah cara mendapatkan data lansung dari responden,
yang didapatkan dengan cara memberikan daftar pertanyaan
kepada responden (Nazir, 2014: 154), pertanyaan yang nanti akan
ditanyakan kepada responden dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
 Pertanyaan terkait fakta, berkaitan dengan responden itu
langsung
 Pertanyaan terkait pendapat, menanyakan pendapat
responden tentang faktor penyebab kumuh nya permukiman
mereka
 Pertanyaan terkait persepsi diri, beraitan dengan bagaimana
menilai perilaku mereka

Tujuan quasioner ini adalah untuk memperoleh informasi


permasalahan dan potensi kawasan saat ini serta untuk menggali persepsi
penghuni kawasan terhadap kondisi lingkungan mereka tinggal. Dengan
demikian diharapkan bahwa studi ini dapat dilakukan dengan
menggunakan kompilasi data yang didapatkan dari instansi terkait dan
masukan dari masyarakat setempat sehingga data yang diperoleh secara
keseluruhan menjadi lebih akurat.
Untuk memperoleh informasi-informasi yang terkait dan mendapatkan
beberapa jawaban yang menyangkut dengan penelitian dan bagaimana
tujuan dari beberapa objek penelitian ini, yang akan menghasilkan
kesimpulan dan saran terhadap kajian yang di bahas mengenai tipologi
rumah tradisional Melayu di Daratan dan Pesisir Sungai di Kabupaten
Langkat. Berikut adalah nama-nama informan di dua titik wilayah:

Tabel 3.1. Nama-nama Informan di Desa Gohor Lama


No. Nama Warga L/P Umur Pekerjaan

18
1. Eneng P 57 Pedagang Manisan
2. Silta P 21 Mahasiswa
3. Syafrizal L 51 Mekanik
4. Umi Kasum P 50 Pedagang Manisan
5. Uncu L 68 Wiraswasta

Tabel 3.2. Nama-nama Informan di Dusun Ampera


No. Nama Warga L/P Umur Pekerjaan
1. M. Nurdin L 72 Nelayan/ Pedagang Manisan
2. Ibrahim L 63 Nelayan/Pedagang Manisan
3. Syarifah P 51 Ibu Rumah Tangga
4. Nurfiana P 39 Pedagang Manisan
5. Zainal L 58 Guru

3.3.3. Tahap Pengambilan Sampel


 Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama 3 jam, setiap dua hari dalam
seminggu yaitu pukul 09.00-12.00/ 14.00-17.00 dimana pada jam-jam
tersebut banyak penghuni yang berkumpul dan bersosialisasi sehingga
hal tersebut memudahkan dalam pengambilan data.
 Variabel Penelitian
Variabel dapat diartikan ciri dari individu objek, gejala, peristiwa
yang dapat diukur secara kuantitatif ataupun kualitatif. Variabel
dipakai dalam proses identifikasi, ditentukan berdasarkan kajian teori
yang dipakai. Semakin sederhana suatu rancangan penelitian semakin
sedikit variable penelitian yang digunakan. Adapun variabel yang
digunakan dalam studi ini dapat dilihat pada tabel 3.3. berikut:

Tabel 3.3. Variabel penelitian

Tujuan Variabel Indikator Kebutuhan


Jenis Data Sumber
Penelitian Penelitian Penelitian Data
Atap Bentuk Atap Data sekunder
Dinding - Material
dan data
- Finishing

19
Mengidentifikasikan tipologi rumah tradisional Melayu sebagai daratan dan pesisir sungai di Kab. Langkat dan mengetahui
perbandingan keduanya

Tipologi Rumah Tradisional Melayu Daratan dan Pesisir Sungai

Ornamen

Pola Ruang
Rangka/Pilar

Bagian-
Struktur
- Pintu

ornamen

ruang
ruang
bangunan
pelapis

- Bentuk
- Jendela
dinding

- Susunan
bagian pada

yang terdapat

Fungsi Ruang Filosifi ruang


primer

Metode

Analisis
Analisis

Kualitatif
Survei Lapangan, instansi terkait, kuesioner dan wawancara

20
3.4................................................................................ Kerangka Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen


Lingkungan Tipologi rumah tradisional
Melayu daratan dan pesisir
sungai
Metode Analisis
Analisis Kualitatif Deskriptif

Berdasarkan Berdasarkan

Observasi Hasil observasi, wawancara dan


kuesioner yang telah dilakukan
Wawancara dan Kuesioner sebelumnya, sehingga akan
terlihat apakah perbandingan
yang terjadi pada rumah
tradisional Melayu daratan dan
pesisir

Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian


Untuk mengkaji informasi Untuk mengkaji informasi dari
dari responden mengenai responden apakah perbandingan
rumah melayu yang ada yang terdapat dari perbedaan
disekitar mereka atau bahkan lingkungan sekitar rumah
mereka huni tradisional melayu tersebut

Alat Analisis
Kamera dan catatan

Tujuan
Untuk mengetahui tipologi dari perbedaan kedua lingkungan yaitu
daratan dan pesisir sungai dan mengetahui perbedaan keduanya 21
Gambar 3.3. Ilustrasi Pola Permukiman Terkait Aliran Angin
Sumber: Penulis
DAFTAR PUSTAKA

Admansyah, Tengku. (1988). Butir-butir Sejarah Suku Melayu Pesisir Sumatera


Timur. Medan: Yayasan Karya Budaya Nasional.

Amanati, Ratna. (2010). Kearifan Arsitektur Melayu Dalam Menanggapi


Lingkungan Tropis. Seminar Nasional Fakultas Teknik-UR. Riau, Pekanbaru.

Husny, M. L. (1976). Bentuk Rumah Tradisional Melayu. Medan.


Lufika, M, T & Yulia, S. (2018). Nilai Dan Makna Kearifan Lokal Rumah
Tradisional Limas Plamebang Sebagai Kriteria Masyarakat Melayu. Jurnal
Langkau Betang, 5(1).
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta:
Rineka Cipta. Halaman 3.
Mochsen, M, S. (2005). Tipologi Geometri: Telaah Beberapa Karya Frank L.
Wright dan Frank O. Gehry. RONA Jurnal Arsitektur FT-Unhas, 2(1),69-83.
Nazir. (2014). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia
Prijotomo, Josef. (1995). Diktat Tipologi Geometri. Tidak di publikasikan

Rumiawati, A. (2013). Identifikasi Tipologi Arsitektur Rumah Tradisional


Melayu Di Kabupaten Langkat Dan Perubahannya. Jurnal Permukiman.
Pusat Litbang Perumahan Dan Permukiman, Badan Litbang, Kementerian
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat. Medan

Rusdi, Mhd. (2019). Membangun Wisata Budaya & Religi di Kabupaten Langkat.
Langkat

22
Sinar, T. L. 1993. Motif dan Ornamen Melayu. Lembaga Pembinaan dan
Pengembangan Seni Budaya Melayu. Medan.
Sudarmin. (2014). Pemetaan Rumah Tradisional Melayu Riau. Jurnal Arsitekur
Melayu dan Lingkungan, 1(2). Pekanbaru

23

Anda mungkin juga menyukai