Anda di halaman 1dari 7

MENGIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TRADISIONAL BARRU Adiguna kurnia

MENGIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TRADISIONAL KABUPATEN BARRU

Adiguna kurnia1, Alfiah2


Teknik Arsitektur UIN Alauddin Makassar
e-mail: adigunakurnia11@gmail.com

abstrak Arsitektur Tradisional kabupaten barru mempunyai kekhasan dan ciri tersendiri baik
dalam bentuk arsitekturalnya maupun filosofi yang dikandung bentuk bangunannya dan
mempunyai hubungan yang erat dengan sosial budaya masyarakat. Tujuan pembahasan dalam
jurnal ini mengenal bagain-bagian struktur konstruksi bangunan tradisional saoraja lapinceng
yang merupakan bangunan tradisional. Metode yang digunakan adalah metode diskriptif analisis,
yaitu dengan cara memaparkan berbagai data yang berkaitan dengan arsitektur tradisional
Saoraja lapinceng, serta kemudian menganalisisnya berdasarkan bagian-bagian struktur
konstruksi bangunan saoraja lapinceng sebagaimana satu kesatuan bangunan Sehingga dapat
dihasilkan suatu kesimpulan akhir tentang karakteristik arsitektur tradisional saoraja lapinceng
Suku bugis barru. Hasil analisis simpulkan bahwa arsitektur tradisional saoraja lapinceng Suku
bugis barru mempunyai keragaman struktur konstruksinya, mulai dari struktur leke lewu
(pondasi), struktur maga (lantai), struktur wisu (kolom), struktur leke raja, mangu (tiang noc) dan
struktur jara (kudakuda) semuanya merupakan bagian-bagian dari struktur konstruksi pada
bangunan saoraja lapinceng arsitektur bugis barru yang mempunyai karakteristik bentuk dan
fungsinya masing-masing.

Kata Kunci : Karakteristik, Arsitektur Tradisional, struktur konstruksi, Saoraja lapinceng.

Abstract
Traditional architecture of Barru district has its own peculiarities and distinctive features
Its architectural form and philosophy contained its form of building and
Have close relationship with social culture of society. Aim
The discussion in this journal knows the parts of the construction structure
Traditional building of saoraja lapinceng which is a traditional building.
The method used is descriptive method Analysis, that is by describing various data related to
Saoraja traditional architecture lapinceng, and then analyze it based Parts of construction
structures saoraja lapinceng buildings as a whole Building So as to produce a final conclusion
about the characteristics Traditional architecture saoraja lapinceng Bug bugru tribe. The results
of the analysis conclude that Traditional architecture saoraja lapinceng Buggy Barru has a
variety of structures Its construction. All of which are parts of the construction structures on
Building saoraja lapinceng architecture bugis barru which has characteristic shape and Their
respective functions.

Keywords: Characteristic, Traditional Architecture, construction structure, Saoraja lapinceng.

1 Mahasiswa Teknik Arsitektur UIN Alauddin Makassar angkatan 2013


2 Dosen Teknik Arsitektur UIN Alauddin Makassar
1
Halaman
MENGIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TRADISIONAL BARRU Adiguna kurnia

PENDAHULUAN

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, Istilah
ini mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu
perencanaan kota, perancangan perkotaan, lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan,
desain perabot dan desain produk.
Setiap manusia dalam menjalani kehidupannya; membutuhkan suatu tempat yang pada saat
tertentu dapat hidup tanpa diganggu oleh orang lain. Kebutuhan akan sebuah bangunan merupakan
salah satu motivasi untuk mengembangkan kehidupan yang lebih tinggi, di samping kebutuhan jasmani
lainnya, yaitu sandang, pangan dan kesehatan. Rumah merupakan suatu ruang yang betul-betul menjadi
milik seseorang yang bisa diatur menurut selera dan kehendak yang memilikinya.
Pada jaman dahulu, manusia purba menggunakan gua-gua sebagai rurnah, supaya terlindungi dari
binatang-binatang buas serta gangguan-gangguan alam lainnya, seperti misalnya hujan, angin, panas, dan
sebagainya. Dengan berkembangnya jaman, melalui berbagai tahapan arsitektur semakin berkembang,
bentuk rumah semakin berkembang juga, sehingga akhirnya mencapai tahap seperti sekarang,
mempunyai dinding serta atap yang kuat, sejalan dengan perkembangan fungsi dan teknologi, yang
merupakan cerminan dari budaya dan lingkungannya.

2
Halaman
MENGIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TRADISIONAL BARRU Adiguna kurnia

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi di dalam penelitian ini adalah
bangunan Rumah Adat Kabupaten Takalar yang menerapkan arsitektur tradisional suku
Makassar pada bangunannya tersebut. Sampel diambil secara sengaja (purpossive sampling)
yaitu Rumah Adat Kabupaten Takalar.

LOKASI DAN OBJEK

1. Lokasi penelitian ini berada di Dusun Bulu Dua, Desa Balusu, Kecamatan Balusu, Barru.

2. objek penelitian ini adalah rumah adat saoraja lapinceng 3


Halaman
MENGIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TRADISIONAL BARRU Adiguna kurnia

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

Saat memasuki ruang utama rumah Lapinceng yang lapang, terlihat balok berdiri tidak sama
tinggi. Balok itu, menandakan posisi strata sosial para tamu. Yang paling tinggi di sebelah kanan
kiri raja, paling rendah di dekat ruang keluarga menuju dapur.

Pada ruang utama itu, terdapat dua buah pintu geser. Satu menuju ruang keluarga, satu
berhubungan dengan kamar raja. Memasuki ruang tengah, terdapat tiga buah kamar. Kamar raja,
selir dan keluarga.

Secara keseluruhan, rumah Lapinceng menggunakan 35 tiang dengan 23 jendela. Tinggi rumah
dari permukaan tanah sekitar 6,5 meter, dengan tinggi keseluruhan tiang mencapai 15 meter
hingga pucuk atap.

Tiang dan dinding kayu rumah ini menggunakan kayu bitti berlantai bambu. Potongan bambu
untuk lantai diurut dengan begitu rupa, hingga semua ruas tulang benar-benar sejajar. Jika
menebang 100 bambu, bisa untuk lantai hanya 40 buah, karena tulang ruas harus benar-benar
seajajar, kata Ibrahim.

Kala berkunjung ke Lapinceng, penggunaan lantai bambu sudah tak ada lagi berganti papan
kayu. Ruas-ruas balok penyangga bambu hanya berjarak sekitar satu jengkal tetap dipertahankan.

Penggunaan nama Lapinceng diperkirakan karena proses pembangunan begitu lama. Pinceng
(penyebutan huruf e dalam Lapinceng seperti menyebut kata sehat) dalam bahasa Bugis
berarti piring kaca. Dari mulai pengadaan hingga pembangunan ada ratusan piring pecah.
Pecahan-pecahan piring berhamburan juga menunjukkan biaya. Maka lahirlah penyebutan
Lapinceng bukan rumah adat Balusu.

Rumah tradisional Bugis juga memiliki klimaks atau aksen diantaranya adalah:
1. Pemberian hiasan atau ukiran pada pintu dan jendela. Ukiran pada pintu terdapat pada ambang
atas pintu Dan daun pintu, sedang pada jendela terdapat pada ambang atas dan bawah serta daun
jendela.
2. Ukiran pada balok arateng dan pattoloq. Pemberian ukiran pada balok Arateng dan balok
pattoloq biasanya di setiap ujung balok yang berfungsi untuk memperindah setiap ujung balok
yang kelihatan.
3. Ukiran pada atap. Ukiran yang ditempatkan di puncak atap disebut Anjong yang mencerminkan
status sosial pemilik rumah. Anjong merupakan ukiran berpola bentuk naga atau ayam jantan
yang dipadukan dengan pola bunga parenreng.
4
Halaman
MENGIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TRADISIONAL BARRU Adiguna kurnia

4. Pemasangan terali (balok kayu atau papan) di lego-lego atau teras rumah dan sebagian juga
pada tangga yang dibentuk sedemikian rupa menjadi terali yang indah.

B. Pembahasan
1.1 Ciri-ciri arsitektur tradisional Bugis pada saoraja lapinceng
Di pulau Sulawesi sedikitnya terdapat tiga daerah yang dari segi perkembangan
kebudayaan memiliki ciri yang khas dan menjadi pusat perhatian, yaitu Minahasa, Toraja,
Bugis dan Makassar. Arsitektur tradisional suku Bugis dan Makassar dikenal dengan bentuk
rumah seperti panggung atau tiang. Dimana pengertian dari rumah tiang adalah bangunan yang
berdiri diatas tiang adalah suatu makna yang efektif dalam mengurangi bencana, meskipunini
adalah suatu hal yang bersifat primitive, dimana dapat menanggulangi resiko banjirdengan
mudah jika rumah didukung dengan penggunaan tiang dalam suatu perencanaan.
Adapun ciri-ciri arsitektur Bugis pada saoraja lapinceng yaitu :
a. Arsitektur tradisional Bugis pada umumnya dibangun di atas tiang pola lingkungan berbentuk
memusat atau berderet pada perkampungan desa
atau dalam benteng (istana).
b. Bentuk dasar denah selalu berbentuk empat persegi panjang, dan bentuk potongan vertikal
terdiri atas tiga bagian yaitu bagian bawah rumah (awa bola), bagian
tengah (alle bola) dan bagian atas (rakkeang).
c. Prosesi pembangunan rumah-rumah tradisional masih sangat kental dengan pengaruh
kosmologis yang dipercayai mampu memberikan yang terbaik dalam segala hal yang
berkaitan dengan kehidupannya.
d. Arsitektur tradisional Bugis dalam perkembangannya dipengaruhi faktor iklim, geografi, sosial,
budaya dan peradaban setempat.

Bentuk dari rumah tradisional saoraja lapinceng yang berdasarkan tiga dunia, yaitu dunia
bawah, dunia tengah, dunia atas. Ketiga dunia ini dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan
penghuni.

Gambar 6: Bentuk rumah tradisional Bugis-Makassar


5
Halaman
MENGIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TRADISIONAL BARRU Adiguna kurnia

1.2 Ciri-ciri rumah adat Bugis


a. Atap rumah adat yang bersusun (timpak laja)
b. Mempunyai simbol-simbol khusus pada badan rumah adat
c. Konstruksi rumah adat didasari dengan pemahaman atas struktur kosmos
d. Ornamen-ornamen pada rumah adat sesuai dengan khas daerah masing-masing. Biasanya
terdapat tiga macam, yaitu, ornament corak alam, ornament corak flora, dan ornament corak
fauna.
e. Terdapat tiang sebagai kolong rumah dan badan rumah.
f. Berbentuk rumah panggung

1.3 Rumah adat saoraja lapinceng


Saoraja La Pinceng sendiri dibuat pada tahun 1895 terletak di Dusun Lapasu atau Bulu Dua
Kabupaten Barru. Ukuran Ale Bola atau bangunan rumah induk berukuran kurang lebih 23,50 x
11 meter. Jumlah tiang Saoraja La Pinceng sebanyak 35 buah dengan panjang sekitar 6,50 meter,
dan lebar sekitar 5,50 meter. Selain itu, juga terdapat sembilan buah tiang dengan ukuran 3 x 3
meter. Bangunan rumah dapur memiliki panjang sekitar 11 meter dan lebar sekitar 8 meter,
dengan jumlah tiang 20 buah (5 x 4), ditambah dua buah tiang antara Ale Bola dengan rumah
dapur yang berfungsi sebagai penyambung dan tempat penyanggah tangga belakang. Selain itu,
di dalam lokasi Saoraja La Pinceng terdapat pula beberapa bangunan antara lain, rumah jaga
dengan ukuran sekitar 7,50 x 4 meter, bangunan panggung pementasan dengan ukuran sekitar
9,50 x 5 meter. Juga terdapat bangunan kamar mandi dan sumur dengan ukuran sekitar 8,50 x
6,20 meter. Luas lokasi secara keseluruhan sekitar 4.000 meter persegi.

KESIMPULAN

Karya seni tidak hanya menghasilkan sesuatu yang indah tetapi memiliki makna simbolis dan fungsional di
dalamnya. Hal tersebut nampak pada konstruksi rumah Bugis Bangunan rumah tersebut dibuat tidak hanya
memberi fungsi tetapi juga memberi nilai estetik yang pada dasarnya merupakan bentuk prilaku spiritual para
pemiliknya. Hal tersebut terlihat pada bagaimana mereka membuat ruang sesuai dengan pandangan kosmologis
mereka. Rumah Bugis dibangun memiliki makna simbolis yang sangat kuat, di mana konstruksi rumah dibangun
dalam tiga ruang yang mewakili tiga makna. Makna yang diwakili tersebut merupakan cerminan akan tiga dunia
yang diyakini manusia Bugis, yaitu dunia atas, dunia tengah dan dunia bawah.
6
Halaman
MENGIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TRADISIONAL BARRU Adiguna kurnia

DAFTAR PUSTAKA

Izarwisman, dkk., 1985. Arsitektur Tradisional Sulawesi Selatan. Inventarisasi dan


Dokumentasi Kebudayaan Daerah Sulawesi Selatan, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Anwar. J, 2005. Arsitektur dan Budaya Masyarakat Bugis-Makassar.
Rahmansah,2014. Arsitektur Tradisional Bugis-Makassar
Tato. 2008. Defenisi Arsitektur Tradisional Bugis-Makassar

Website :
https://barrunews.wordpress.com/2010/11/26/saoraja-la-pinceng-berdiri-balusu-
meninggalkan-kerajaan-gowa/

http://www.mongabay.co.id/2014/12/19/merawat-masa-lalu-menjaga-rumah-adat-
lapinceng/

https://selatan.sulselsatu.com/budaya-wisata/902.html

7
Halaman

Anda mungkin juga menyukai