Sejarah
Kata "Bugis" berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis atau
orang-orang pengikut dari La Sattumpugi (Raja pertama pada jaman
dulu)
Suku Bugis menggunakan bahas pengantar Bahasa " Ugi " dan telah
memiliki kesusasteraan tertulis sejak berabad-abad lamanya dalam
bentuk "Lontara". Huruf yang dipakai adalah "Aksara Lontara".
Sao Raja atau Salassa, yakni rumah besar yang didiami oleh keluarga
Anakkarung (bangsawan). Rumah ini memiliki tiang dengan tangga
beralas bertingkat di bagian bawah kemudian menggunakan Sapana
(atap di atasnya) dengan bubungan rumah bertingkat tiga atau lebih.
Sao Piti yakni rumah agak kecil yang didiami oleh keluarga To
maradeka tidak menggunakan sapana dan bubungannya hanya dua.
Saoraja
ZONING
Pembagian Ruang
1.Lego-lego
Berfungsi sebagai tempat duduk tamu sebelum masuk dan tempat
2.Dapureng (Dapur)
terletak di belakang atau samping yang berfungsi untuk ruang
Rakkiang
Atapnya berbentuk prisma, memakai tutup bubungan yang disebut TIMPA' LAJA
yang bertingkat-tingkat dari tiga sampai lima tingkat. Bentuknya berbeda antara
Saoraja dan Bola. Bagian ini merupakan sebagai kepala bangunan.
Pada Saoraja terdapat 'Timpa' Laja' Timpa' Laja yang bertingkat lima
menandakan rumah tersebut adalah kepunyaan bangsawan tinggi.
Bagi rakyat biasa dalam kelompok To Maradeka dapat juga memakai Timpa' Laja
pada rumahnya, tetapi hanya dibenarkan maksimal dua tingkat saja.
Pintu (Tange/Babang)
Misalnya bila ukuran rumah 7 depa maka pintu harus diletakkan pada
depa yang ke-6 atau ke-4 diukur dari kanan rumah.
Jendela (Tellongeng)
Hiasan (Belo-belo)
Ragam hias dari flora
berupa sulur-sulur bunga yang menjalar biasanya menggunakan teknik
pahat tiga dimensi yang membentuk lubang terawang. Bentuk demikian
selain menampakkan keindahan karena adanya efek pencahayaan yang
dibiaskan juga dapat menyalurkan angin dengan baik.
STRUKTUR
Bahan bangunan utama yang banyak digunakan umumnya kayu. Bahan bangunan yang
biasanya digunakan : Kayu Bitti, Ipi, Amar, Cendana, Tippulu, Durian, Nangka, Besi, Lontar,
Kelapa, Batang Enau, Pinang, Ilalang dan Ijuk.
Sistem struktur menggunakan rumah panggung dengan menggunakan tiang penyangga dan
tidak menggunakan pondasi.
Rumah tradisional yang paling tua, tiang penyangganya langsung ditanam dalam tanah.
Tahap yang paling penting dalam sistem struktur bangunan adalah pembuatan
tiang(aliri/aliri).Tiang utama ( alliri ), biasanya terdiri dari 4 batang setiap barisnya.
jumlahnya tergantung jumlah ruangan yang akan dibuat. tetapi pada umumnya, terdiri dari
3 / 4 baris alliri. Jadi totalnya ada 12 batang alliri.
Minimal memiliki empat petak atau 25 kolom (lima-lima) untuksaoraja/sao rjdan tiga petak atau 16 kolom (untukbola/bol)
lebar rumah.
Jika lebar rumah sembilandepa, maka pintu diposisikan pada depa ke8; artinya lebar rumah selelu ganjil dan pintu diletakan pada angka
genap.