Bentuk rumah adat orang Makassar terdiri dari tiga susun, yakni bagian atas rumah yang disebut
loteng/pammakkang, bagian tengah merupakan badan rumah (kale balla) dan pada bagian bawah
kolong rumah (passiringan).
Makna filosofi dari bentuk ulu balla yang berbentuk prisma segi tiga yang berstruktur tiga, tidak
terlepas dari pemaknaan angka tiga yang melambangkan stratifikasi sosial masyarakat Makassar
yang terdiri dari bangsawan (raja dan keturunannya), to maradeka (rakyat biasa), ata (masyarakat
jelata). Selain itu ulu balla juga bermakna religius. Manusia secara lahir batin ada bagian luar,
bagian dalam dan bagian inti, apabila segi tiga itu di lipat dua.
Sambung layang yang bertingkat lima tidak terlepas dari makna bahwa yang menghuni Balla
Lompoa adalah penguasa (raja). Kepala kerbau yang terletak pada kedua onjong rumah
menunjukkan bahwa pemilik rumah merupakan orang yang terhormat, berdasarkan stratifikasi
sosialnya. Kepala kerbau juga melambangkan persatuan yang berarti penghuni rumah tersebut
mampu mempersatukan atau mengayomi rakyat yang ada di bawahnya. Demikian pula ornamen
yang terdapat pada sambung layang yang berbentuk segi tiga terbalik, juga tidak terlepas dari
pemaknaan segi tiga yang telah disebutkan.