Anda di halaman 1dari 27

TUGAS MATA KULIAH ARSITEKTUR NUSANTARA

DOSEN PENGAMPUH Ir. PHILIPUS JERMAN,MT


(STUDI KASUS KAMPUNG ADAT NUNU NGONGO KECAMATAN
AESESA SELATAN KABUPATEN NAGEKEO )

OLEH
MAHASISWA :
1. SONIA AGUSTIN RAHMAWATI LOYA 22117074

2. ALBERTUS MEZE WULA 22117044

3. REX C. C. MBUILIMA 22117078

FAKULTAS TEKNIK-ARSITEKTUR
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
KUPANG
2018

1 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.Makalah ini
disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Arsitektur Nusantara.

Selesainya makalah ini, tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak.Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada Bapak Ir. Pilipus Jeraman,MT selaku Dosen Mata
Kuliah Arsitektur Nusantara, kepada orang tua, kakak - adik dan teman -
teman yang telah membantu penulis baik secara materil maupun non-
materil.

Penulis memohon maaf apabila pada makalah ini terdapat kesalahan


yang tidak disengajakan. Maka, kritik dan saran sangat penulis butuhkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Atas perhatian pembaca penulis mengucapkan terima kasih.

Kupang, 27 Agustus 2019

Penulis

2 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................
……………………

DAFTAR ISI..................................................…………...............………………….

1. Pendahuluan......................................................................................…

1.1 Latar belakang.........................................................................… ….

1.2 Tujuan...............................................................................…………

2. Lokasi Studi....................................................................................………

3. Fisik Dasar..........................................................................................….

3.1 Iklim..........................................................................…………
3.2 Topografi.......................................................................…….

4. Sosial
Budaya..........................................................................................

4.1 Asal Usul.................................................................................

4.2 Adat
Istiadat............................................................................

4.3 Kesenian..............................................................................…

4.4 Nilai Budaya………………………………………………………………………..

5. Arsitektur...............................................................................................

5.1 Tapak..........................................................................................

3 1
5.2 Tipologi Arsitektur.........................................................................

5.3 Filosofi bentuk...............................................................................

5.4 Stuktur dan Konstruksi....................................................................

5.5 Material..........................................................................................

6. Dinamika Perkembangan Sosial


Budaya.....................................................

7.Dinamika Perkembangan Arsitektur................................................

8. Kesimpulan dan Saran..........................................................................

8.1 Kesimpulan....................................................................................

8.2 Saran............................................................................................

9.Glosarium..............................................................................................

9.1 Terjemahan bagian rumah adat..................................

4 1
1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pada kesempatan ini penulis akan menjelaskan tentang kampung


adat Nunu Ngongo yang merupakan salah satu anak suku dari Rendu ola.
Yang mana, masyarakat kampung adat Nunu Ngongo masih memegang
teguh adat - istiadat serta kebiasaaan yang berasal dari nenek moyang
mereka secara turun - temurun.

Setiap makhluk hidup pastinya memerlukan tempat tinggal.


Termaksud dengan kampung adat Nunu Ngongo yang merupakan anak
suku dari suku Rendu yang dimana suku tersebut berasal dari Pulau
Sulawesi, Tanah Toraja Suku Goa.

Pada rumahnya material masih sangat bergantung pada alam hingga


saat ini. Dimana, pada saat membangun rumah adat menggunakan kayu
- kayu serta material lainnya yang berasal dari daerah tersebut.

Kebiasaan masyarakat kampung adat Nunu Ngongo juga masih


berpatokan pada nenek moyang. Dimana, apa yang dikerjakan, apa yang
ingin dibuat dan apa yang dibutuhkan juga harus berpatokkan pada
nenek moyang.

1.2 Tujuan

Untuk memberikan informasi kepada pembaca hal - hal mengenai


kampung adat nunu ngongo. Dimana kampung adat nunu ngongo sendiri
merupakan anak kampung dari Rendu Ola yang merupakan pusat dari
suku Rendu.

5 1
2. Lokasi Studi

Nama kampung adat “ Nunu Ngongo “ , kecamatan Aesesa Selatan,


kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Terletak pada bagian
tengah antara kecamatan boawae dan kecamatan Aesesa.

3. Fisik Dasar

3.1 Iklim

Negara Indonesia termasud pada negara yang beriklim tropis dimana


terdapat 2 musim yaitu musim hujan dan musim panas. Kampung adat nunu
ngongo sendiri merupakan kampung yang beriklim tropis dimana pada bulan
juli waktu penelitian terjadi musim panas atau kemarau. Cuaca pada
kampung adat nunu ngongo sendiri pada siang hari terasa panas dan pada
malam hari terasa dingin.

Jumlah hujan terbanyak selama tahun 2017 menurut Stasiun


Pengamatan di Kecamatan Aesesa selatan terjadi di bulan Januari yaitu
sebesar 17 hari.

( sumber : badan pusat statistik kecamatan aesesa selatan tahun 2017 )

6 1
3.2 Topografi

Struktur tanah pada kampung adat nunu ngongo termaksud tanah keras
dan kering. Pada orientasi rumah adatanya mengahap kearah utara dan
selatan dimana saling berhadapan.

( sumber : badan pusat statistik tahun 2017 )

4. Sosial Budaya ( asal-usul, adat-istiadat, kesenian, nilai budaya )

4.1 Asal - Usul

Pada kecamatan Aesesa Selatan terdapat 4 suku yaitu ; Suku


Rendu, Suku Isa , Isa Gaja Dan Keo O’a. Awal mula suku Redu berasal dari
Pulau Sulawesi, Tanah Toraja Suku Goa. Pindah ke Pulau Sumba Tanah Wio
Suku Jo tahun 633 sesudah masehi. Menetap disana selama 113 tahun.
Akibat perang antara Goa dan Jawa, mereka pindah ke pulau Mules
(Wolomali pada tahun 746, menetap disitu 7 hari terus pindah ke Flores
tanah Nusa di Labuan Bajo menetap disitu selama 40 tahun. Pindah dari
Labuan Bajo pada tahun 786 menuju ke Watudoa turun di Nangaraja dan

7 1
menetap di Marodaka Aeja selama 7 tahun. Pindah dari situ tahun 793
menuju ke Puta dan menetap disitu selama 7 tahun. Pindah dari Puta ke
Wolodhawe pada tahun 833 dan menetap disitu selama 40 tahun tempat
yang mereka tinggal itu namanya Ola Redu dekat dengan Ola Dhawe. Akibat
perang antara Lape dan Bare mereka pindah ke Kota Jogo -Nagelewa pada
tahun 873 dan Ebu Redu serta Ebu Dosa meninggal langsung kubur di
Ratedosa. Mereka menetap di Nagelewa selama 27 tahun. Pindah dari
Nagelewa ke Wolonara lewat Aemau pada tahun 900 dan menetap disitu
selama 20 tahun.
Pindah dari Wolonara tahun 920 menetap di Wolo Ki Ngeta menetap
disitu 23 tahun. Pindah dari Wolo Ki Ngeta ke Segho Redu tahun 943 dan
menetap disitu 50 tahun lamanya. Pindah dari Segho Redu ke Wari Ke’o pada
tahun 993 dan menetap disitu selama 113 tahun. Pindah dari Wari Ke’o ke
Sipi Dalu Kapa tahun 1106, Poma Rusa tahun 1116 disitu selama 10 tahun.
Pindah dari Poma Rusa ke Redu Wawo tahun 1116 dan menetap disitu
selama 998 tahun. Jumlah sampai sekarang 1448 tahun (450 tahun + 998
tahun). ( sumber : hasil wawancara dari Bapak Bernardus Geru, Bapak
Aloysius Kepa, Bapak Aloysius Tipa, Bapak Yohanes Ebo dan Bapak
Fransiskus Tenga )

Nama kampung adat nunu ngongo diambil dari zaman nenek moyang
dimana dulu terdapat satu pohon beringin besar yang terdapat lubang yang
terdapat dari pangkal sampai keatasnya sekitar 3 atau 4 m ( NUNU : Beringin
dan Ngongo : Lubang ). Namun, pada tahun 1872 pohon ini tumbang dimana
pada waktu itu terjadi letusan gunung Ebulobo. ( sumber : hasil wawancara
dari Bapak Aloysius Tipa )

Asal kampung adat Nunu Ngongo dari Rendu Ola. Dimana pusatnya yang
merupakan lambang persatuan yaitu Peo terdapat pada Rendu ola yang
merpakan pusat atau kepala dan ekor atau ujungnya yaitu pada Tutubhada.
Suku rendu memegang teguh semboyan yaitu “ Kolo Sa Toko Tali Sa Tebu”
yang berarti berbeda -beda tetapi tetap satu, yang ditandai dengan hanya

8 1
terdapat satu Peo pada suku Rendu. Masyarakat kampung adat Nunu
Ngongo ( pu’u koli raja api : diluar dari rendu ola atau sebagai cabang dari
peo) tetap sama dengan Rendu Ola yang berbeda hanya tempatnya serta
lamanya upacara adat dimana pada anak kampung menjalankan ritual hanya
21 hari sedangkan pada rendu ola yang merupakan pusat atau pu’u peo
menjalakan ritual selama 1 bulan penuh dengan rendu ola sendiri yang
membuka serta memulai ritual atau acara adat terlebih dahulu. Dimana, pada
upacra adat masing - masing anak kampung menyelenggarakkannya pada
kampung adat masing - masing. ( sumber : hasil wawancara dengan Bapak
Aloysius Tipa )

Terdapat 7 tokoh pahwalan Suku Rendu yaitu :

1. Mosa Ko’a Tuju Gugu dari Woe Ebu Tuza : penjaga pu’u peo berpusat di
Rendu Ola

2. Ture Aji dari Woe Ebu Dapa : pencari kutika atau tibo ( bambu yang baru
bertunas )

3. Jogo Sela dari Woe Ebu Wedho : raja eko tana ( Tutubhada )

4. Raja Tawa dari Woe Naka Lado : sebagai penyedia kutika atau tibo
dimana Ebu Dapa harus mencari kutika atau tibo di Naka Lado dengan
istilah Tana Tiba watu Gaka ( tampat pencari kutika ) dimana Woe Ebu
Dapa sebagai pencari kutika.

5. Paso Mango dari Woe Au Poma Naka Pole : sebagai humas atau Opas
adat

6. Laki Lengi dari Woe Nanga Lengi : sebagai penerima tamu

7. Iri Keo dari Woe Iri Keo : sebagai yang Membuka pintu atau kedha wesa
bisa diartikan sebagai penjaga pintu, apabila dari iri Keo tidak membuka
pintu maka tidak bisa dilaksanakan acara adat.

( sumber : hasil wawancara dari Bapak Aloysisus Tipa )

9 1
4.2 Adat - Istiadat

 Acara Ja yaitu acara pendewasaan yang dibermula dari msssembakar ubi


di bagian belakang rumah. Dimana pendewasaan dimulai dengan
membakar ubi apabila tidak dilaksanakan maka dinyatakan belum
dewasa.

 Membuat rumah adat yang diadakan setiap 7 tahun sekali dan akan
direnovasi setiap 2 tahun sekali

4.3 Kesenian

Kesenian pada kampung adat nunungongo yaitu:

 Seni Tari

 “ Sele Ae “ tarian yang ditampilkan pada saat acara sykuran pada


saat bulan Februari

 “ Iki Mea “ tarian yang ditampilkan pada saat panen pada bulan Mei

 “ Ana Detu “ tarian yang ditampilkan sebagai tanda kegembiraan

 “ Sara Kolo “ tarian yang ditampilan pada saat panen

 “ Ana Du’a “ tarian yang ditampilkaan pada saat upacara sunat dan
upacara pembuatan rumah adat

( sumber : hasil wawancara dari Bapak Aloysius Tipa )

Busana yang dikenakan pada tarian - tarian tersebut :

Laki - laki : baju putih , kain ragi mite ( sarung hitam ), kain woi
( sarung bunga ) dan selempang hitam dan bunga

10 1
Gambar : kain woi ( sumber : hasil foto dari kampung adat nunu
ngongo )

Perempuan : kain telopoi dan selempang telopoi

Gambar : kain Telopoi ( sumber : hasil foto dari kampung adat nunu
ngongo )

 Alat Musik

 Gong Gendang ( Sandan )

11 1
Gambar : Gong Gendang ( sumber : hasil foto dari kampung adat Nunu
Ngongo )

Gong Gendang digunakan pada upacara adat seperti :

 Membangun rumah adat

 “ Tau Nuwa “ ( sunat untuk anak dewasa )

 Membangun Peo

( sumber : hasil wawancara dengan Bapak Aloysius Tipa )

 Seni Kriya

 “ Kado Wati “ adalah jenis anyaman yang digunakan untuk tempat

nasi ini adalah kado wati yang


digunakan untuk tempat nasi
yang dipegang oleh istri ketua adat

 “ Sege “ adalah nyiru yang digunakan khusus waktu upacara adat

12 1
sege untuk ketua adat atau tuan
rumah

Sege untuk ana weta atau anak


perempuan yang keluar dai rumah

4.4 Nilai Budaya

Budaya yang ada pada kampung Adat Nunu Ngongo masih amat sangat
terjaga dan tetap dilestarikan hingga sekarang. Namun, ada beberapa
kendala yaitu terdapat panitia adat yang sebenarnya tidak di perlukan dan
panitia adat tersebut bukan merupakan tetua adat. Yang mana, mereka
kurang mengetahui tentang tradisi dan adat - istiadat. ( sumber :
berdasarkan pengamatan penulis ).

Pada umumnya juga masyarakat kampung adat Nunu Ngongo menganut


tradisi “ Nuka Sa’o “ dimana mempelai perempuan keluar dari rumahnya atau
tempat asalnya untuk masuk kedalam rumah mempelai pria.

5. Arsitektur

5.1 Tapak

lokasi kampung adat


nunu ( sumber : google maps ) ngongo

Lokasi untuk kecamatan Aesesa Selatan belum terlalu padat sehingga


dimanfaatkan masyarakat untuk daerah perkebunan.

5.2 Tipologi Arsitektur

13 1
( sumber : kampung adat Nunu Ngongo )

Bentuk rumah adat pada kampung adat Nunu Ngongo masih mengikuti pola
atau bentuk dari nenek moyang kampung adat Nunu Ngongo.

5.3 Filosofi Bentuk

( sumber : kampung adat Nunu Ngongo )

Bentuk rumah adat dengan atap yang menutupi pintu dengan maksud agar
tamu ataupun pendatang yang ingin mengujungi bisa tunduk sebagai simbol
untuk menghormati para leluhur sekaligus rumah adat tersebut

5.4 Struktur dan Konstruksi

14 1
( sumber : kampung adat Nunu Ngongo )

Fondasinya menggunakan fondasi yang mana baloknya ditanama didalam


tanah dan dimasukkan batu, kemudian ditumbuk untuk dipadakatkan bersaa
dengan tanah.

( sumber : kampung adat Nunu Ngongo )

Ini merupakan sambungan pada atap

15 1
( sumber : kampung adat Nunu Ngongo )

Ini merupakan sambungan yang ada pada kusen pintu dan balok atap

( sumber : kampung adat Nunu Ngongo )

Ini merupakan sambungan pada teras depan

16 1
( sumber : kampung adat Nunu Ngongo )

Ini merupakan struktur rangkaian atap

Struktur bangunan

( sumber : kampung adat Nunu Ngongo )

Teda molo mema merupakan tempat perhentian pertama untuk tamu atau
biasa disebut ruang tamu

( sumber : kampung adat Nunu Ngongo )

Nabe adalah tempat untuk para Tamu Fungsionaris ( Tetua Adat )

17 1
( sumber : kampung adat Nunu Ngongo )

Bela merupakan tempat tidur untuk orang tua

( Sumber : kampung adat Nunu Ngongo )

Zeta To’o merupakan ruang keluarga

( sumber : kampung adat Nunu Ngongo )

Ini merupakan tungku api. Namun, tidak diperbolehkan untuk membuat


dapur

18 1
5.5 Material

 Tiang utama

( sumber : kampung adat Nunu Ngongo )

Sebagai tiang utama yang menggunakan kayu rebu untuk tingkat yang sudah
dewasa.

( sumber : kampung adat Nunu Ngongo )

Untuk tiang bagi anak - anak atau yang belum dewasa menggunakan kayu
nila

19 1
 Tiang penunjang

( sumber : kampung adat Nunu Ngongo )

Ini menggunakan kayu lontar

( sumber : kampung adat Nunu Ngongo )

Untuk yang rumah adat yang masih anak - anak tetap menggunkan kayu nila
sebagai tiang penunjang.

 Lantai Bangunan

20 1
( sumber : kampung adat Nunu Ngongo )

Untuk lantai bangunan pada bangunan rumah adat menggunakan bambu


yang biasa disebut “ Beda Maze “ sebutan untuk lantai bangunan. Dimana
pada bangunan dewasa menggunakan 2 lapis bambu atau naja sedangkan
untuk anak - anak menggunakan 1 lapis bambu saja.

 Dinding

( sumber : kampung adat Nunu Ngongo )

Pada dinding menggunakan kayu wuwu untuk bangunan rumah adat dewasa

21 1
( sumber : kampung adat Nunu Ngongo )

Sedangkan pada bangunan rumah adat anak - anak menggunakan bambu

 Struktur atap atau Rangka Atap

( sumber : kampung adat Nunu Ngongo )

Untuk struktur atap untuk rumah adat dewasa mwnggunakan rangkaian


bambu

22 1
( sumber : kampung adat Nunu Ngongo )

Pada rumah adat anak - anak juga sama menggunakan rangkaian bambu
sebagai struktur atap

 Penutup Atap

( sumber : kampung adat Nunu Ngongo )

Atap rumah adat orang dewasa dan rumah adat anak - anak, sama - sama
menggunakan alang -alang

Adapun jenis - jenis kayu yang digunakan yaitu :

23 1
 Kayu nara

 Kayu wuwu

 Kayu rebu

 Kayu lontar

 Kayu nila

 Bambu

5.6 Ragam Hias

 Ragam hias yang dikembangkan oleh kampung adat Nunu Ngongo yaitu
setiap rumah adat terdapat “ Ana Deo “ ( laki - laki dan perempuan ).
Ana deo ini hanya bisa diduduki dekat dengan ketua adat atau tuan
rumah. Apabila ada yang menertawakan maka akan terjadi hal - hal
seperti sakit atau mati apabila tidak segera diberitahukan kepada ketua
adat.

( sumber : hasil wawancara dengan Bapak Aloysius Tipa )

Gambar Ana Deo Perempuan Gambar : Ana Deo laki - laki

( sumber : kampung adat Nunu Ngongo )

 Ata - ata merupakan hiasan pada teras rumah adat

24 1
 Tanduk kerbau dan rahang babi sebagai pembedaan tingkatan status
sosial pada kampung adat Nunu Ngongo

Gambar rahang babi Gambar tanduk kerbau

( sumber : kampung adat Nunu Ngongo )

6. Dinamika perkembangan sosial budaya

Pada umumnya, masyarakat kampung adat Nunu Ngongo masih berpatokkan


pada adat - istiadat dimana semua kegiatan yang menyangkut dengan religi
masih berdasarkan persetujuan atau ijin nenek moyang.

Perkembangan sosial budayanya yaitu para masyarakat kampung adat


Nunu Ngongo sudah banyak yang memiliki rumah diluar kampung adat Nunu
Ngongo yang digunakan sebagai investasi untuk masa depan.

7. Dinamika perkembangan arsitektur

25 1
Umumnya bangunan rumah adat kampung adat Nunu Ngongo masih sangat
tradisional dengan menggunakan bahan2 sederhana seperti pengikat rangka
atap yang menggunakan ijuk. Namun, adapun perkembangan arsitekturnya
yaitu dengan menggunakan paku pada beberapa sambungan.

8. Kesimpulan dan Saran

8.1 Kesimpulan

Kesimpulannya yaitu kampung adat Nunu Ngongo yang merupakan salah


satu anak kampung dari 17 anak kampung yang ada pada Suku Rendu Ola
dimana adat - istiadat serta kebiasaan yang masih tetap dipertahankan oleh
masyarakat kampung adat Nunu Ngongo untuk tetap dilestarikan sebagai
aset untuk Kabupaten Nagekeo

8.2 Saran

Sebaiknya tidak perlu ada panitia adat yang mana hanya akan menimbulkan
perpecahan karena kurangnya pengetahuan panitia adat.

9. Glosarium

9.1 Terjemahan bagian rumah adat

 Nabe : tempat untu para fungsionaris ( tetua adat )

 Teda Molo Mema : ruang tamu

 Zeta To’o : ruang keluarga

 Bela : tempat tidur orang tua

26 1
27 1

Anda mungkin juga menyukai