Anda di halaman 1dari 3

Rumah Adat Walewangko (Rumah Pewaris)

Walewangko adalah rumah adat Sulawesi Utara yang memiliki ciri yang khas, salah satunya
pada corak dan ornamennya. Ada tiga corak dan ornamen yang digunakan ialah corak alam,
corak flora dan corak fauna. Selain itu filosofis yang menonjol dari rumah adat suku.
Walewangko sendiri adalah nama sebuah desa di Kecamatan Langowan Barat, Sulawesi Utara.

Walewangko berasal dari kata Wale dan Bale, yang artinya rumah untuk melakukan berbagai
aktivitas bersama keluarga. Dalam bahasa Indonesia Walewangko artinya rumah Pewaris.
Bentuknya rumah panggung dengan tiang-tiang penompang yang kokoh dan kuat. Tiang
penyangga yang digunakan biasanya berjulah 16 sampai 18 tiang dengan 2 buah tangga di bagian
depan rumah.

Keunikan rumah adat warisan yang sangat berharga ini adalah tiang penyangga rumahnya tidak
boleh disambung. Awalnya rumah adat suku Minahasa ini hanya satu ruangan, kalaupun ada
ruangan lainnya harus dipisahkan dengan tali rotan atau tali ijuk lalu digantungkan tikar sebagai
sekat.

Pembagian Ruangan Rumah Adat Walewangko

Sama halnya dengan rumah adat lainnya, Walewangko juga memiliki beberapa ruangan
berdasarkan fungsinya, yaitu:

A. Bagian Depan Rumah


1. Lesar

Bagian depan rumah Walewangko disebut dengan istilah Lesar. Dilengkapi dinding sehingga
terlihat seperti beranda. Biasanya digunakan untuk para pemangku adat dan kepala suku yang
hendak berbicara atau memberikan maklumat kepada rakyat.

2. Sekay
Bagian depan lainnya adalah bagian serambi atau disebut dengan istilah Sekay. Berbeda dengan
Lesar, pada bagian Sekay letak dindingnya persis setelah pintu masuk rumah. Sekay difungsikan
sebagai ruang penerima tamu dan ruang tempat jejamuan jika diadakan acara.

3. Pores

Ruangan selanjutnya adalah Pores yang difungsikan sebagai tempat untuk menerima tamu yang
masih memiliki hubungan kekerabatan. Kadang digunakan sebagai tempat untuk menerima tamu
wanita dan tempat untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Biasanya Pores langsung bersambung
dengan dapur, tempat tidur, dan ruang makan.

B. Bagian Belakang Rumah

Sedangkan bagian belakang terdapat balai-balai untuk menyimpan alat makan dan alat memasak
serta mencuci. Di bagian atas terdapat loteng atau disebut Soldor yang fungsinya untuk
menyimpan hasil panen, seperti: padi, jagung, kelapa dan lain sebagainya.

C. Bagian Kolong Rumah

Di bagian kolong rumah biasanya digunakan untuk menyimpan alat-alat pertanian, gerobak,
papan, kayu, balok dan kandang hewan peliharaan atau hewan ternak.

Karena bentuknya panggung, rumah Pewaris ini memiliki tangga dibagian depan kiri dan
kanan. Tangga di depan rumah dipercaya dapat mengusir roh jahat. Apabila ada roh yang naik
melalui satu tangga maka ia akan turun lagi menggunakan tangga lainnya.

Rumah Adat Bolaang Mangodow

Selain rumah Walewangko, rumah adat lainnya di Sulawesi Utara adalah Bolaang Mangodow.
Bolaang Mongodow adalah salah satu wilayah di Sulawesi Utara yang masih memiliki rumah
adat asli yang dihuni oleh masyarakat yang berusia diatas 80 tahun. Rumah tersebut merupakan
peninggalan dari kakek neneknya sekitar 3 generasi di atas mereka.
Menariknya rumah adat asli dari zaman dulu ini masih terjaga dalam kondisi baik tanpa renovasi
atau rehab sedikit pun, kecuali bagian cat yang diperbaharui setiap tahunnya. Artinya, semua
bahan dan model rumah tersebut merupakan rumah asli buatan masyarakat Mongodow zaman
dulu.

Ciri khas rumah adat ini adalah bagian atapnya melintang dengan bubungan yang sedikit curam.
Perbedaan dengan Walewangko adalah bagian tangganya, Walewangko tangganya di bagian
kanan dan kiri depan rumah, sedangkan rumah Bolaang Mangodow tangganya ada di depan
rumah dengan serambi tanpa dinding dan di bagian belakang rumah.

Di dalamnya terdapat beberapa ruang, yaitu ruang induk dan ruang tidur. Ruang induk terdiri
dari ruang depan, ruang makan, ruang tidur dan dapur yang terletak di bagian belakang.

Penutup

Saat ini dengan adanya pengaruh dari budaya khususnya arsitektur luar, mempengaruhi bentuk
rumah yang mengalami perubahan. Begitu banyak kehidupan sosial yang tidak sesuai dengan
perkembangan saat ini mengalai perubahan.

Namun kita patut bersyukur karena masih ada warisan budaya daerah yang masih tetap
dipelihara dan dilestarikan, selain sebagai aset budaya rumah adat bisa menjadi pengetahuan
khususnya ilmu arsitektur dengan teknik dan bahan yang ramah lingkungan.

Namun daya tahannya tidak diragukan lagi. Selain itu, menariknya dari rumah-rumah adat adalah
mengandung nilai-nilai filosofis yang luhur yang sebenarnya bisa menunjang pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai