Anda di halaman 1dari 6

RUMAH ADAT SULAWESI UTARA

‘’WALEWANGKO”

BENTUK DAN FILOSOFI


Sama seperti kebanyakan rumah tradisional di Sulawesi, rumah adat Walewangko atau
biasa juga disebut rumah pewaris juga berstruktur panggung dan terbuat dari material
yang berasal dari alam. Tiang penopangnya dibuat dari kayu yang kokoh. Dua di antara
tiang penyanggah rumah ini, konon kabarnya, tak boleh disambung dengan
apapun. Kayu-kayuan digunakan untuk bagian tiang, lantai, dinding, dan perlengkapan
rumah lainnya. Sementara atapnya menggunakan bahan daun rumbia, meskipun
belakangan bahan dari seng atau genting tanah lebih sering digunakan.
Secara keseluruhan, desain rumah Walewangko bisa dikatakan sudah seperti desain
rumah modern. Sistem sirkulasi udara yang dimiliki dengan adanya jendela dan ventilasi
dalam jumlah banyak memungkinkan rumah adat ini begitu nyaman untuk dihuni.
Pada rumah walewangko terdapat susunan tangga yang berjumlah dua dan terletak di
bagian kiri dan kanan rumah. Konon kabarnya, dua buah tangga ini berkaitan erat
dengan kepercayaan suku Minahasa dalam mengusir roh jahat. Apabila roh tersebut
naik melalui tangga yang satu maka serta merta ia akan turun lagi melalui tangga
lainnya. Dan di setiap anak tanggamempunyai arti. Arti dari setiap anak tangga
di rumah Walewangko yaitu tingkatan jumlah harta untukmempelai wanita.
BENTUK DENAH DAN PEMBAGIAN RUANG

rumah adat Provinsi Sulawesi Utara ini dimasa lampau juga berfungsi sebagai tempat
tinggal bagi tetua adat. Untuk menunjang fungsi kepraktisannya tersebut, maka rumah
adat ini dibagi ke dalam beberapa bagian ruang utama, yakni yang disebut dengan Lesar,
Sekey, dan juga Pores.

 Lesar atau bagian depan Rumah Adat


Lesar atau bagian depan rumah adat merupakan ruangan yang digunakan oleh
para tetua adat dan juga kepala suku ketika hendak memberikan wejangan
ataupun maklumat kepada para warga. Bagian ini dapat juga disebut dengan teras
atau beranda, sebab tidak dilengkapi dengan dinding sehinggga bisa juga dipakai
sebagai tempat bersantai ataupun mengobrol sesama para anggota keluarga dan
juga tetangga.

 . Sekey atau Serambi depan


Berbeda halnya dengan Lesar yang tanpa menggunakan dinding, sekey ini justru
dilengkapi dengan dinding tertutup dan terbuat dari bahan dasar kayu. Letaknya
persis berada dibagian depan pintu masuk sesudah melewati Lesar. Fungsi dari
ruangan ini adalah sebagai tempat untuk menerima para tamu, mengadakan
musyawarah, ataupun sebagai tempat digelarnya upacara adat. Pada Sekey ini
terdapat berbagai macam hiasan dan juga pajangan etnik khas suku Minahasa.

 Pores
Pores merupakan ruangan yang terletak setelah melewati Sekey. Ruangan ini
difungsikan sebagai tempat menerima kerabat dekat dan juga sebagai tempat
bercengkrama bersama dengan keluarga. Pada saat sedang ada hajat ataupun
acara adat, maka ruangan ini selalu digunakan oleh para ibu-ibu untuk berkumpul
sementara itu para pria duduk dibagian ruang Sekey. Ruang ini juga menjadi
tempat penghubung langsung dengan beberapa ruang lainnya, seperti di ruang
dapur dibagian belakang, kamar tidur, dan tempat makan.

STRUKTUR DAN KONSTRUKSI


1. ATAP

Rumah dengan material penutup atap rumbia (bahan ijuk)

Sesuai penuturan penghuni rumah, umur atap rumbia adalah 10-15 tahun, dan
saat ini material atap rumbia sulit diperoleh dan kualitasnya menurun karena masa
pakainya hanya 1-3 tahun.
Karakteristik konstruksi Atap:
 Rangka atapnya adalah gabungan bentuk pelana dan limas.
 Atapnya berupa konstruksi kayu/ bambu batangan yang diikat dengan tali
ijuk pada usuk dari bambu.
 Badan bangunan menggunakan konstruksi kayu dan sistem sambungan
pen.
2. PONDASI
Seperti yang terdapat pada rumah panggung di Indonesia umumnya, bagian
pondasi(kolong) bangunan tetap menggunakan material batu, beton maupun
kayu/kayukelapa itu sendiri dengan dimensi yang tergantung volume bangunan
yangdipikulnya. Takikan pada pondasi beton bisa diganti dengan ikatan tulangan
betontersebut.
Konstruksi awal. Sambungan Tiang penyanggah dengan Kancingan dobel
Perubahan pondasi pada masa kini :

 Konstruksi kolom tidak lagi ada kancingan bawah dan rumah tidak diletakkan di
atas watulinei diganti dengan beton cor.

 Konstruksi kolom tidak lagi ada kancingan bawah/Bantalan bawah

3. TIANG
 Kolong bangunan terdiri dari 16-18 tiang penyangga.
 Ukuran ∅80-200 cm (ukuran dapat dipeluk oleh dua orang dewasa).

 Tinggi tiangnya 3-5 cm.


 Tiang tangga terbuat dari akar pohon besar atau bambu.
 Tiang (thn 1845-1945)
 Tiang penyanggah berukuran lebih kecil dan lebih pendek, , yaitu sebesar 30/30
cm atau 40/40 cm.
 Tinggi 1,5-2,5 meter
4. Tangga:

 Menurut kepercayaan nenek moyang Minahasa peletakan tangga tersebut


dimaksudkan apabila ada roh jahat yang mencoba untuk naik dari salah satu
tangga maka roh jahat tersebut akan kembali turun di tangga yang sebelahnya.
 Setiap anak tangga mengartikan tingkatan jumlah harta untuk mempelai
wanita.
·
Ornamen

 Ornamen hiasan banyak sekali menggunakan warna merah yang mengartikan


bahwa keberanian.
 Ornamen ada yang berbentuk naga di samping kanan dan kiri rumah,mengartikan
arti tak gentar tidak takut.
 Ornamen Naga berasal dari negara Cina begitu pun warana merah yang identik
dengan Cina.
CIRI KHAS

Ciri khas yang paling menonjol dari rumah kayu minahasa ini adalah Rumah Panggung
dengan 16 sampai 18 tiang penyangga. Pada zaman dahulu ada rumah tradisional
keluarga besar yang dihuni oleh enam sampai sembilan keluarga. Masing-masing
keluarga merupakan rumah tangga tersendiri dan mempunyai dapur atau mengurus
ekonomi rumah tangga sendiri.

Namun Kini, jarang dijumpai rumah kayu minahasa dengan adat ini. Secara garis besar
rangakaian rumah kayu minahasa ini terdiri atas emperan (setup), ruang tamu
(leloangan), ruang tengah (pores) dan kamar-kamar. Ruang paling depan (setup)
berfungsi untuk menerima tamu terutama bila diadakan upacara keluarga, juga tempat
makan tamu.

Disamping itu, pada bagian belakang rumah terdapat balai-balai yang berfungsi sebagai
tempat menaruh alat dapur dan alat makan, serta tempat mencuci. Di sisi atas rumah
atau loteng (soldor) yang berguna sebagai tempat menyimpan hasil panen seperti
jagung, padi dan hasil lainnya. Di bagian bawah rumah (kolong) biasanya digunakan
untuk gudang tempat menyimpan papan, balok, kayu, alat pertanian, gerobak dan hewan
peliharaan.

Yang unik adalah, rumah kayu di warga di Minahasa tidak beratapkan genteng. Karena
folosofi yang dianut adalah tak baik jika hidup di bawah tanah (genteng terbuat dari
tanah). Rata-rata rumah mereka beratapkan seng, daun, atau elemen besi lainnya.
Mereka beranggapan hanya orang meninggal saja yang bertempat tinggal di bawah
tanah. Sekali pun ada yang beratapkan genteng, umumnya rumah tersebut milik kaum
pendatang. Meskipun demikian, banyak juga rumah orang Minahasa yang beratapkan
seng namun didesain seperti genteng.

Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/10/rumah-adat-sulawesi-utara-
walewangko.html
https://www.scribd.com/document/359960714/Ciri-Khas-dan-Filosofi-Rumah-Adat-
Walewangko.
http://mediaindonesia.com/news/read/28720/keunikan-rumah-adat-minahasa/2016-02-
14

Anda mungkin juga menyukai