Anda di halaman 1dari 39

TUGAS UTAMA MATA KULIAH : ARSITEKTUR NUSANTARA

DOSEN PENGAMPUH MATA KULIAH : Ir. PILIPUS JERAMAN,MT.

ARSITEKTUR DAWAN
(KAJIAN KONSEP STRUKTUR DAN KONSTRUKSI PADA
ARSITEKTUR LOPO SILVESTER BASAN DI DESA
KAENBAUN,KECAMATAN MIOMAFFO TIMUR KABUPATEN TIMOR
TENGAH UTARA)

DISUSUN OLEH :

MUAMAR SARIFUDIN L.S SERAJAWA(22118108)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR-FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

KUPANG

2020
Kata Pengantar

Puji syukur dan ridho dari Tuhan Yang Maha Esa, sehingga Laporan Hasil
studi lapangan mata kuliah Antropologi Arsitektur Vernakuler,DI DESA KAENBAUN
Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dapat terselesaikan. Meskipun dalam
pengambilan data banyak kendala dan tantangan tetapi atas berkat bantuan dari
berbagi macam pihak yang mendukung dan membantu kami dalam pengambilan
data dan analisa ini,sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Terimakasih kepada setiap pihak yang terkait dan yang telah turut membantu
dalam proses pengambilan data ,Laporan Fakta dan Analisa ini sehingga berjalan
dengan lancar. Kami berharap adanya kritik, saran dan masukan yang dapat
menyempurnakan laporan ini.

Penyusun
Daftar Isi

Kata Pengantar............................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. I-1
1.1. LATAR BELAKANG................................................................................... I-1
1.2. MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN........................................................... I-5
1.2.1. Maksud......................................................................................... I-5
1.2.2. Tujuan.......................................................................................... I-5
1.2.3. Sasaran........................................................................................ I-6

BAB 2 ISI

2.1. Lokasi Studi...........................................................................................

2.2. Fisik Dasar (Iklim,Topofrafi,Dll)...............................................................

3.3. Sosial Budaya (Asal-Usul,Adat Istiadat,Kesenian,Nilai Budaya,Dll).............

3.4. Arsitektur (Tapak, Tipologi Arsitektur, Filosofi Bentuk, Struktur Dan


Konstruksi, Material, Ragam Hias,Dll)......................................................

3.5. Dinamika Perkembangan Sosial Budaya...................................................

3.6. Dinamika Perkembangan Arsitektur.........................................................

3.7. Kesimpulan Dan Saran...........................................................................

Daftar pustaka.............................................................................................

Lampiran-lampiran( foto dan gambar).......................................................

Glosarium ....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kata antopologi berasal dari bahasa yunani yaitu antrophos dan logos

Antropos artiya manusia dan logos artinya ilmu. Jadi antropolgi berarti ilmu
pengetahuan tentang manusia.

Selain itu antroplogi juga mempelajari perkembangan manusia dan


perkembangan kebudayaan.
Antropolgi digai atas dua yaitu antropologi fisik dan antropologi budaya.

 Antropologi fisik mempelajari manusia dari segi jasmaniah ( manusia purba


yaitu bentuk manusia, ras dan gen )
 Antropologi budaya mempelajari sejarah kebudayaan umat manusia,
perubahan dan perkembangan kebudayaan serta peranan kebudayaan umat
manusia pada setiap tempat dan waktu.

Proses pemaknaan dalam arsitektur tradisional menjadi mudah bagi


masyarakat setempat. Nenek moyang sebagai perancang, menggunakan
simbol-simbol terkait dengan tata nilai budaya yang telah familiar di
keseharian masyarakat setempat. Adanya kesamaan atau kesepakatan
bersama (konveksi) terhadap tanda atau lambang-lambang tertentu
menyebabkan kesamaan dalam bahasa arsitekturnya. Sedangkan proses
pemaknaan arsitektur tradisional menjadi sulit bagi masyarakat atau
pengamat luar daerah karena adanya perbedaan budaya dan bahasa.
Khususnya pemaknaan pada arsitektur tradisional di Indonesia, yang memiliki
keragaman budaya dan bahasa. Bangunan tradisional Lopo adalah salah satu
fenomena menarik dilihat dari wujud fisik serta segala hal yang
melatarbelakanginya. Bangunan multifungsi ini memiliki beragam makna
yang tersirat dalam pola ruang, bentuk bangunan, struktur konstruksi,
ornamen dan lain sebagainya. Penelitian mengenai makna tersebut dilakukan
dalam upaya menggali hal ikhwal yang belum terungkap dalam Arsitektur
Vernakular khususnya ragam arsitektur Atoni, Suku Dawan di Kampung Kaen
Baun,Kec.Mio Moffo Timur Kabupaten Timor Tengah Utara, Propinsi NTT.

Kabupaten Timor Tengah utara (TTU) merupakan sebuah kabupaten yang


berada di Pulau Timor. Suku Dawan sudah menetap di daerah tersebut dari
jaman dahulu dan menghasilkan kebudayaan salah satunya LOPO yang
merupakan tempat masyarakat Dawan menghabiskan sebagian besar waktunya
untuk, makan, beristirahat, berkumpul dengan keluarga, bahkan LOPO juga
digunakan sebagai tempat untuk mengambil keputusan secara musyawarah
didalam kebudayaan masyarakat Dawan khususnya Desa Kaen Baun,Kecamatan
Mio Maffo Timur .

Bangunan lopo yang dimiliki oleh masyarakat Dawan juga merupakan


suatu karya arsitektur lokal yang menjadi sumber kekayaan arsitektur di Nusa
Tenggara Timur. Bentuk dari rumah adat ini diilhami dari filosofi-filosofi hidup
masyarakat Dawan yang mengandung nilai-nilai antropologi. Filosofi-filosofi
tersebut mempengaruhi bentuk dari Lopo tersebut baik bentuk denah
maupun tampaknya. Pandangan-pandangan Antropologi tersebut merupakan
contoh dari filosofi masyarakat Dawan tentang sebuah Lopo. Namun,
sebenarnya bentuk denah, penggunaan material pada Lopo dapat ditinjau
fungsinya dari segi arsitektur tanpa disangkut pautkan dengan nilai-nilai
antropologi yang berkembang di masyarakat Dawan yang menempati Lopo.

Untuk itu, kami selaku mahasiswa Program Studi Arsitektur, Fakultas


Teknik, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang melakukan studi arsitektur
dan membahas tentang Rumah Masyarakat Atoni yang disebut Lopo, tentang
denah dan tampak serta bentuk yang mempengaruhi bentuk Lopo.
1.2. IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH

1.2.1. pengenalan karakteristik kebudayaan dan arsitektur.


 Bentuk denah dari Lopo serta akses masuk keluar dari rumah
tersebut serta penyesuaiannya dengan iklim.
 Aktivitas penghuni yang mempengaruhi bentuk dari rumah tersebut.
 Bentuk dan tampilan dari Lopo.

1.2.2. Dinamika perubahan kebudayaan dan arsitektur.

 Bagaimana bentuk denah Lopo dari Suku Atoni kususnya di Desa


Kaen Baun serta akses masuk keluarnya ?
 Bagaimana penyesuaian konsep Lopo dari Suku Atoni di desa Kaen
Baun dengan konsep iklim di daerah tersebut ?
 Bagaimana konsep bentuk dan tampilan dari Lopo suku Atoni di
desa Kaen Baun ?

1.3. MAKSUD,TUJUAN,DAN SASARAN

1.2.1. Maksud

Maksud dari penelitian Ini yaitu untuk mengetahui


filosofi,sejarah,kehidupan sosial budaya, yang berkembang di masyarakat
dawan timor khususnya diwilayah desa Kaenbaun,yang berkembang samapi
dengan sekarang.

1.2.2. TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mencari tahu dan mendalami
tentang bentuk arsitektur tradisonal yang ada di Timor Tengah
Utara,khususnya Lopo di desa Kaen Baun.
Tujuan yang berikut dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui nilai
kebudayaan dari arsitektur vernakular yang ada di desa Kaenbaun

1.2.3. SASARAN

Sasaran dari penelitian ini yaitu untuk mencari tau bangunan arsitektural
tradisional yang ada di timor tengah Utara khususnya di desa Kaenbaun,Lopo.

1.4. RUANG LINGKUP

1.4.1 Lingkup Materi

Ruang lingkup substansial yaitu sejarah perkembangan-perkembangan


apa saja yang terjadi pada Lopo di desa Kaen Baun, dan bagaimana
hubungan-hubungan antara bentuk, tampilan dan nilai kebudayaan
pada Lopo .

1.4.2 Lingkup Wilayah Studi

Ruang lingkup spasial yaitu berupa penerapan makna-makna dari adat


istiadat suku Atoni di desa Kaenbaun terhadap arsitekturnya.

1.5. METODE PENULISAN

1.4.1 Metode Pengumpulan Data

 Data Sekunder
Study ini di lakukan dengan mencari buku-buku yang berkaitan dengan
arsitektur suku Atoni terhadap bentuk, tampilan, iklim dan elemen
dekoratifnya, hal ini dimaksudkan untuk menambah wawasan dan
pemahaman dalam penulisan makalah ini dan untuk menamba
wawasan para mahasiswa supaya memahami adat istiadat yang masih
ada di tanah timur khususnya desa kaenbaun.
 Data Primer
Merupakan studi yang dilakukan dengan peninjauan langsung ke
Desa Kaenbaun, Kecamatan Mio Maffo Timur, Kabupaten Timor
Tengah Utara(TTU). Melakukan wawancara dengan narasumber,
peninjauan langsung Lopo serta mendokumentasikan gambar
gambar dari Lopo.

BAB. 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1. Arsitektur
Berdasarkan asal katanya, Arsitektur terbentuk dari dua kata yakni, Archi =
Kepala dan Techton = Tukang.Dalam koteks jaman, seorang kepala adalah
individu yang memiliki kepandaian cukup sempurna yang jauh diatas
bawahannya.Sedangkan techton juga berlaku terhadap keahlian menghasilkan
seni.Arsitektur dapat pula diartikan sebagai pengungkapan hasrat ke dalam
suatu media yang mengandung suatu keindahan.
Arsitektur pun memiliki beragam pengertian yang diantaranya adalah definisi
yang dipaparkan oleh para ahli sebagai berikut :

 Endrotomo Dkk : Arsitektur adalah kesatun yang padu dari bentuk (B),
Ruang (R), dan Isi (I),
 Van Romondt : Arsitektur adalah tempat hidup manusia dengan bahagia
( definisi konsional )
 O’Gorman : Arsitektur merupakan suatu wujud seni, yaitu arsitektur
menggunakan seni sebagai sesuatu yang penting untuk
digunakan sebagai interior.
 Hubungan arsitektur dengan kebudayaan sangat erat dan tidak dapat
dipisahkan.
Dengan demikian :
Arsitektur adalah produk/cermin kebudayaan.
Arsitektur merupakan karya budaya.
Arsitektur merupakan perwujudan nilai-nilai / norma-norma budaya.
Arsitektur merupakan Komitmen budaya.
Arsitektur merupakan simbol budaya.
Arsitektur merupakan ekspresi dari keberagaman budaya.(ekspresi
dari perbedaan )
Arsitektur merupakan simbol status ( manifestasi status social
masyarakat )
Arsitektur warisan budaya.
 Lalu apa konsekuensi dari cara pandang ini
1. Konteks budaya ( kebudayaan ) harus jelas :
 Tradisional
 Modern
 Kontemporer
2. Harus adanya keikhlasan untuk menerima perbedaan. ( konsep Bhineka
Tunggal Ika menjadi strategis ).
3. Arsitektur itu selayaknya menjadi identitas / jati diri yang mewakili suatu
kebudayaan atau bangsa.
4. Arsitektur menjadi suatu ‘benda’ yang hidup dan berkesinambungan
( masyarakat hidup )
5. Harus dapat menerima kekompleksitasan pemahaman budaya dan
arsitektur.

 Landasan Teoritik
Menurut Bruno Zevi ( 1974 ) dan Carsten serta Hugh-Jones ( 1995 )
Arsitektur adalah perwujudan dari suatu konsepsi kehidupan atau sebuah
gambar dari system kehidupan suatu masyarakat yang terikat dengan
lingkungannya dan mempunyai hubungan saling terbuka dalam inter-
aksinya.
Menurut Wiryoprawiro,(1986) Jadi wajah arsitektur yang hadir pada suatu
zaman mempunyai hubungan erat dengan manusia penghuninya.Oleh
Karena itu arsitektur dapat merupakan cermin kehidupan masyarakat pada
suatu jaman.
Menurut Wangsadinata dan Djajasudarma (1995) Factor utama yang
dianggap paling mempengaruhi terciptanya sebuah perwujudan arsitektur
adalah system budaya dan system teknologi.
 Dua aliran yang berpolarisasi dalam kebudayaan.
Dalam ilmu antropologi dewasa ini secara garis besar dikenal adanya 2 aliran
besar yang berpolarisasi dalam teori kebudayaan :
Aliran Kognitivisme
Aliran Behaviorisme
 Menurut Spradley ( 1972 ) dan Casson ( 1981 )
Kognitivisme adalah aliran yang bekeyakinan bahwa semua tindakan
manusia dipengaruhi oleh pengetahuan, keyakinan dan kepercayaan
yang dimilikinya.Jadi menurut penganut kognitivisme, Kebudayaan
merupakan kumpulan gagasan dari suatu kelompok masyarakat yang
membentuk dan mengatur perilaku.
Kumpulan gagasan ini dipelajari, diperlihatkan atau diwujudkan oleh
anggota kelompok social.Kumpulan gagasan / pikiran ini dapat
disebarkan dengan bebas dari generasi ke generasi.

 Menurut Harris ( 1979 ) aliran Behaviorisme lebih menekankan bahwa


tindakan dan pengetahuan manusia berjalan selaras secara secara
rasional. Disini yang dilihat adalah perilaku peran individual dalam suatu
kelompok. Jadi menurut penganut Behaviorisme adalah kumpulan
tindakan dan pikiran yang mempunyai kedudukan sejajar dan dapat
dipelajari atau dilakukan oleh anggaota kelompok social. Oleh karena itu,
pikiran tidak perlu dipelajari tersendiri, yang dipelajari adalah tindakan
rasional karena dari tindakan sekaligus mencakup pikiran seseorang.

 Secara rinci ( Harris, 1979 ) menguraikan bahwa yang perlu diperhatikan


dalam mengamati sebuah kebudayaan adalah model reproduksi dari
manusia melalui infrastruktur, struktur dan supra strukturnya.
 Dengan menggunakan kerangka berpikir dari salah satu aliran yang ada,
maka sebuah gejala arsitektur dapat mempunyai penjelasan yang
berbeda.
2.1.2. PENGERTIAN ANTROPOLOGI

Kata antropologi yaitu dari bahasa yunani,yaitu ANTRHOPOS berarti


manusia;LOGOS berarti ilmu pengetahuan tentang manusia.antropologi juga
mempelajari perkembangan manusia dan perkembangan kebudayaan (manusia
purba-modern),yaitu:

1.Antropologi fisik

Mempelajari tentang manusia purba dari segi jasmani dan bentuk manusia
purba,ras daN gen.

2.Anrtropologi budaya

Mempelajari tentang sejarah bebudayaan umat manusia atau cara hidupnya


dalam masarakat. antropologi budaya merupakan studi tentang praktik-
praktik sosial,bentuk ekspresif,dan penggunaan bahasa,dimana makna
diciptakan dan diuji sebelum digunakan oleh masarakat atau manausia.peran
kebudayaan umat manusia pada setiap tempat dan waktu adapun pendapat
dari para ahli tentang antropologi yaitu:

1. Menurut Armos Rapport Culture, 1969, mengatakan arsitektur yang


tumbuh dari segala macam tradisi dan mengoptimalkan atau
memanfaatkan potensi lokal seperti material,teknologi dan
pengetahuan
2. Menurut Bruno Zevi (1974) dan Carsten Hugh-Jones(1995) arsitektur
adalah perwujudan dari suatu konsepsi kehidupan atau suatu gambar
dari sistem kehidupan masarakat yang terikat dengan kehidupannya
dan mempunyai kehidupan atau mempunyai hubungan saling terbuka
dalam ilmu antropologi dewasa secara garis besar dikenal adanya dua
aliran besar yang berpolarisasi dalam teori kebudayaan yaitu:
-Menurut Spradley(1972) dan Cassan(1987), kogtisme adalah aliran
yang berkeyakinan bahwa semua tindakan manusia dipengaruhi oleh
pengetahuan,keyakinan dan kepercayaan yang di miliki
-menurut Harris (1979) aliran bahaviorisme lebih menekankan bahwa
tindakan dan pengetahuan manusia berjalan selaras dengan rasional
di sini diperlihat adalah perilaku,peran individual dalam suatu
kelompok.

2.1.3. PENGERTIAN ARSITEKTUR VERNAKULER

Arsitektur vernakuler adalah arsitektur yang terbentuk dari proses yang


berlangsung lama dan berulang-ulang sesuai perilaku atau kebiasaan dan
kebudayaan ditempat asalnya. kata vernakuler berasal dari kata(vernaculus) yang
berarti asli(native) bahasa daerah setempat,logat asli,dan bahasa rakyat. Maka
arsitektur vernakuler dapat diartikan sebagai arsitektur asli yang di bangun oleh
masarakat setempat.atau arsitektur vernakuler adalah arsitektur yang
perwujudannya sangaterat dengan seluruh kondisi setempat,adapun pendapat parah
ahli tentang arsitektur vernakuler yaitu:

1. menurut Turan dalam buku Vernakuler arsitekture adalah arsitektur tumbuh


dan berkembang dari arsitektur rakyat yang lahir dari masarakat etnik dan
berjangkar pada pada tradisi etnik ,serta dibangun oleh tukang berdasarkan
pengalaman (trial and error), menggunakan teknik dan material lokal serta
merupakan jawaban atas setting lingkungan setempat.

2. Menurut Romo Mangunwijaya dalam bukunya yang berjudul Towards a new


Architecture Arsitektur vernakular itu adalah pengejawentahan yang jujur
dari tata cara kehidupan masyarakat dan merupakan cerminan sejarah dari
suatu tempat.

3. Menurut Paul Olivier dalam bukunya yang berjudul Enclycopedia of


Vernacular Architecture of The World , mendefenisikan arsitektur vernakular
sebagai suatu kumpulan rumah dan penunjang lain yang sangat terikat
dengan tersedianya sumber-sumber dari lingkungan.

4. Menurut Yulianto Sumalyo dalam bukunya berjudul Arsitektur Modern,


vernakular artinya bahasa setempat; dalam arsitektur istilah ini dapat
digunakan untuk menyebutkan bentuk-bentuk yang menerapkan unsur-
unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat yang diungkapkan
dalam bentuk fisik arsitektural, seperti: tata letak, struktur, detail-detail
bagian ornamen, dan lain sebagainya (Jeraman, 2016:19).

2.2.1. Kebudayaan

1. Morphologi
 Koentjaraningrat (1974)
“ Kebudayaan “ berasal dari kata “ budidayah “ (sanserketa), jamak.
Tunggalnya “ Budhi “. Jadi kebudayaan = segala hal yang bersangkutan
dengan akal.
 Zoetmoelder (1952)
“ Budaya “ merupakan perkembangan dari kata majemuk “ Budidaya “ yang
berarti “ Dayanya Budi “ atau “ Dayanya akal “.
 M.M. Djojodigoeno (1958)
“ Budaya “ adalah “ Daya dari Budi “ yang berupa : Cipta, Karsa, dan Rasa.
 Bahasa Inggris
- “ Culture “ dari kata Latin “ Colere “ yang artinya mengolah atau
mengerjakan, yang terutama diartikan “ mengolah Tanah “.Artinya
berkembang menjadi ; “ mengolah dan merubah alam dengan Akal atau
Budi “
- Defenisi
Antropolog Jerman S.L. Krober dan C. Kluckhohn pada tahun 1952 telah
mengumpulkan 179 defenisi Kebudayaan yang pernah diterbitkan
orang.Ini bermakna bahwa pengertian tentang Kebudayaan amat luas
dan rumit.

2. Pengertian Kebudayaan Menurut “UNESCO”


“ Kebudayaan dapat dipandang sebagai keseluruhan kekayaan warisan sosial
yang didapatkan melalui suatu proses historis yang panjang, berupa semua
pandangan, pikiran, kebendahan, kemahiran, nilai-nilai hidup, dan organisasi
sosial tertentu yang didapatkan melalui suatu proses pengalaman dan proses
belajar, dan tidak karena sekedar naluri “(MARSETTO DS, SBY. POST, 24-07-
87).

3. Perubahan kebudayaan :
 Peradaban : zivilization
Biasanya digunakan untuk bagian-bagian dan unsure-unsur kebudayaan
yang halus dan indah, ( seperti kesenian, ilmu pengetahuan, sopan
santun dan system pergaulan ) yang kompleks didalam suatu
masyarakat dengan struktur yang kompleks, system teknologi, seni
bangunan, seni rupa, system kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang
maju dan kompleks.
 Adat : merupakan wujud ideal dari kebudayaan ( wujud tata kelakuan )
Adat berfungsi sebagai :
- Pengatur
- Pengendali
- Memberi arah

Dalam fungsinya adat terdiri atas beberapa lapisan ( abstrak – kongkrit )


1. system nilai budaya:
 Paling abstrak
 Idea-idea yang mengkonsepsikan hal-hal yang paling bernilai
dalam kehidupan masyarakat.
2. system norma :
 Lebih konkrit
 Nilai-nilai budaya yang sudah terkait pada peranan-peranan dari
manusia dalam masyarakat.
3. system hukum :
 Lebih konkrit lagi.
 Merupakan hokum yang berlaku dalam masyarakat ( baik
hokum tertulis maupun hokum adat ).
 Paling konkrit.
 Merupakan aturan-aturan khusus yang mengatur kegiatan yang
amat jelas dan terbatas dalam kehidupan mayarakat.
Contoh : aturan dan sopan santun.

Seperti yang telah diuraikan mengenai antropologi maupun


kebudayaan dapat disimpulkan bahwa antropologi merupakan koridor ilmu yang
menceritakan perjalanan kebudayaan suatu masyarakat. Hal ini sesuai dengan
pernyataan yang menjelaskan Antropologi, sebagai Suatu ilmu mengenai
pengetahuan tentang perkembangan kehidupan sosial masyarakat (termasuk
sikapnya). Di mana dari sikap dan perilaku sosial masyarakat tercipta sebuah
tatanan nilai dan norma yang menjadi suatu kebiasaan dan terus diwariskan
dari masa ke masa sebagai sebuah kebudayaan.
Beberapa warisan kebudayaan dari leluhur yang lahir merupakan hasil
dari ide dan gagasan bersama masyarakat terdahulu mengenai sebuah pola
tatanan hidup yang disepakati bersama. Ide dan gagasan ini melahirkan
sejumlah aturan yag bersifat mengikat dan mengatur kehidupan bermasyarakat
serta sejumlah kebiasaan lain, salah satunya dalam bidang seni. Hal ini
dibuktikan dengan adanya lagu-lagu daerah maupun tarian-tarian daerah dari
masing-masing wilayah di tanah air yang telah lama dikenal sebagai sebuah
warisan budaya.

Seni berarsitektur sudah lama dikenal sejak zaman leluhur, seni berarsitektur lahir
sebagai sebuah daya pemikiran manusia untuk memenuhi hasrat akan sebuah
tempat bernaung yang baik. Namun tentu saja oleh karena setiap daerah memiliki
karakteristik tatanan nilai dan norma yang berbeda dalam tradisinya, maka
bangunan hunian tiap daerah diciptakan sesuai dengan tradisi masyarakat setempat.
Dalam pengertian lain seni berarsitektur telah menjadi bagian dalam pola kehidupan
manusia tetapi yang membedakan dari segi vernakular itu sendiri adalah arsitektur
vernakularlahir dari masyrakat traditional. Dimana karya – karya arsitektur yang lahir
pada umumnya lahir dari warisan leluhur yang ada pada masa sebelumnya dengan
memanfaatkan pikiran serta daya cipta masyarakat setempat lewat pemanfaatan
teknologi maupun bahan material setempat yang diperoleh sebagai hasil dari
kekayaan alam lokal.

2.3.1. Modernisasi dan Globalisasi

“ Selama Westernisasi dan Modernisasi di persamakan satu sama lain dan


dipertimbangkan mennurut kriteria nilai Barat, maka bermacam-macam Budaya
Timur akan ditinggalkan sia-sia “. (KISHO KUROKAWA “ THE ARCH OF GREY “.
Ceramah di Riba, 15 oktober 1981).

1. Defenisi kebudayaan
 S. T. Alisyahabana ;
“Kebudayaan adalah penjelmaan cara berfikir dari sekumpulan manusia
pada suatu tempat satu ruang (dalam arti luas)” (KAFRAWI, 1957,03).
 Sidi Gazalba ;
“ Kebudayaan adalah cara berfikir dan cara merasa yang menyatakan diri
dalam seluruh segi kehidupan dari segolongan manusia yang membentuk
kesatuansosial dalam suatu ruang dan waktu “ (1962, 56).
 Koentjaraningrat “ Kebudayaan “ adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan
cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. (M.
SUPRIHADI S, 1984, 15).
 Supardi Suparlan ;
“ Kebudayaan “ adalah keseluruhan pengetahuan manusia yang dipunyainya
sebagai makhluk sosial digunakan untuk memahami dan menafsirkan
lingkungan yang di hadapinya, berupa : ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma,
peraturan yang bersifat abstrak

2.4.1. NORMA,GAGASAN,DAN BENTUK


1. NORMA
Norma adalah aturan-aturan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis
yang berlaku disuatu lingkungan tertentu.

- VALUE (NILAI).
Merupakan Inti atau pokok dari Kebudayaan.
- Idea (Ide).
Tata Nilai sifatnya Imaginer (Tidak Kelihatan) atau Tan Rinupa
dan ada didalam pikiran Manusia; misalnya : Ideologi ; Pancasila,
Liberalisme dan lain-lain.
2. GAGASAN
Gagasan yang berorientasi pada kebersamaan ini dimanifestasikan
dalam berbagai aspek kehidupan manusia (suku/Etnis) termasuk dalam
berarsitektur. Wujudnya didalam tata tapak (pola ruang luar) dan tata ruang
dalam Arsitekturnya.
Gagasan tersebut diekspresikan pada bentuk fisik arsitektur (pola ruang
luar, tata ruang dalam, struktur bangunan, ornament dan dekorasi, dll).
Dengan kata lain bentuk (fisik) Arsitektur merupakan ekspresi dari suatu
gagasan (arsitektur). Dengan demikian bentuk menjadi lambing atau
symbol dari gagasan.

Activity (Aktivitas atau kegiatan atau perilaku, merupakan


Aplikasinya. Dilihat atau kelihatan, berada pada diri Manusia, misalnya ;
Sekolah atau Kuliah dan program-program lainnya.

3. BENTUK
Merupakan hasil karya atau Kebudayaan Manusia.Dapat ditangkap
panca indera atau terwujud atau kelihatan atau rinupa, ada yang
menyebutnya :
Artefak, yakni ; Hasil karya Manusia yang mudah dipindah-
pindahkan;
Ekofak, yakni ; Hasil karya Manusia yang tidak dapat dipindah-
pindahkan;
Victure (Arsitektur), yakni ; Hasil Manusia yang mempunyai
Fungsi.

BAB 3
TINJAUAN ARSITEKTUR KAENBAUN

3.1.1. LOKASI STUDI

Sumber, dari google.

Desa Kaenbaun yang luasnya sekitar 1.000 ha terletak di kecamatan Miomaffo


Timur, Kabupaten Timor Tengah Utara. Letak desa tradisional ini cukup dekat
dengan ibukota Kecamatan, yakni kota Kefamenanu.
3.2.1. FISIK DASAR(IKLIM,TOPOGRAFI,DLL)

1. Iklim

Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) merupakan sebuah kabupaten


yang berada di Pulau Timor.iklim di kabupaten timor tengah utara tergolong
tipe A atau termasuk iklim equator dengan temperatur bulan terpanas lebih
dari 220º C. Sama seperti semua daerah di NTT Timor Tengah Utara memilki
2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada bulan desember-april
biasanya terjadi musim hujan sedangkan bulan mei-november biasanya
musim kemarau.

2. letak geografis

Kabupaten timor tengah utara terletak diantara 90 02’ 48’’ dan 90 37’
36’’ lintang selatan(LS) serta antara 1240 n 04’ 02’’ dan 1240 46’ 48’’ dan 90
37’ 36’’ bujur timur(BT).

Adapun batas-batas wilayah dari desa kaenbaun

Barat berbatasan dengan kabupaten kupang dan timor tengah selatan


Timur berbatasan dengan kabupten belu
Utara berbatasan dengan ambunu-RTDL dan laut sawu
Selatan berbatasan dengan kabupaten timor tengah selatan

3. topografi

Letak desa kaenbaun berada cukup dekat dengan ibu kota kecamatan yakni
kefamenanu,lingkungan fisik desa kaenbaun berbukit-bukit,permukiman
warga (kuan) memiliki luas 1.000 ha.

Desa kaenbaun terletak dibawah kaki bukit-bukit yang mengelilingi hampir


seluruh bagian desa,dengan kata lain desa kaen baun berada di lembah.

Sumber,dari; Internet

4. geologi

Jenis bebatuan penyusun tanah adalah karang dan batu kapur dengan
kandungan Litosol sehingga dikategorikan sebagai batuan non-vulkanis.

Sumber,dari:internet

5. hidrologi
Sumber-sumber air yang dipergunakan oleh penduduk di desa kaenbaun
berasal dari beberapa mata air dan sungai yang mengalir menembus
ditengah tanah adat desa yang tidak kering sepanjang tahun.

Sumber,dari :internet

3.3.1. SOSIAL BUDAYA

1. asal-usul tempat

Nama “Kaenbaun” diambil dari nama nenek-moyang mereka (Neon Kaenbaun) yang
sekaligus menjadi nama bukit tempat ia dimakamkan di puncaknya. Bukit Kaenbaun
(Bnoko Kaenbaun) adalah bukit batu karang terjal yang menjadi tempat bermukim
pertama kali empat suku utama (Basan, Timo, Taus dan Foni) ketika suasana
perang-suku masih berkecamuk di seluruh pulau Timor. Mereka dapat selamat
karena mendapat perlindungan secara fisik oleh bukit karang tersebut. Sebenarnya
ada tiga versi lain tentang nama Kaenbaun, yaitu (1) Kaenbaun artinya bertahan asli
atau taat kepada nenek-moyang, (2) Kaenbaun artinya belum pernah terkalahkan
dalam perangsuku, dan (3) Kaenbaun terkait dengan legenda adanya ”batu gong”
yang keramat di bawah bukit Kaenbaun (di dalam goa di bawah tanah pada Bnoko
Kaenbaun).

2. adat istiadat

Adat merupakan wujud ideal dari kebudayaan ( wujud tata kelakuan ),adat
istiadat berfungsi sebagai pengatur, pengendali , dan memberi arah kelakuan
manusia dalam masyarakat.

Dalam sejarah desa kaenbaun Suku Basan sebagai suku yang pertama kali
datang di tempat itu dianggap sebagai “suku raja”, oleh karena itu suku
Basan memilki pengaruh yang besar bagi suku-suku lain yang ada di desa
kaenbaun.

Adat sebagai pengatur yaitu adat memiliki peran mengatur tingkah laku
seseorang atau kelompok masyarakat dalam melakukan sesuatu,contohnya
semua suku selain suku Basan wajib menghargai,menghormati,dan mentaati
semua peratuan atau ketentuan serta kewajiban terhadap suku Basan yang di
sebut sebagai Raja (usi).

Adat sebagai pengendali yaitu memiliki peran mengendalikan perilaku atau


kelakuan dalam masyarakat,contohnya masyarakat di desa kaenbaun harus
menghargai suku Basan sebagai raja (usi),jadi apapun yang mau dilakukan
harus Raja (usi) didahulukan,contoh pada saat panen baru semua suku wajib
memberi upeti atau hasil panen kepada usi basan sebagai Raja.

Adat sebagai pemberi arah kelakuan dalam bermasyarakat yaitu adat


mengarahkan segala bentuk perilaku yang dilakukan dalam kehidupan
bermasyarakat, contohnya toleransi,gotong royong,saling membantu,saling
menghargai,saling menjaga satu dengan yang lain.Adat juga memberikan
suatu keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat. Bukti yang nyata yaitu
jika ada dari salah satu suku yang membutuhkan bantuan ingin
membersihkan kebun atau ladang,maka semua akan bersama-sama saling
membantu menyelesaikannya.

3. kesenian

Kesenian yang berkembang dimasyarakat di desa kaenbaun masi


dijaga dan dipertahan sampai dengan sekarang ini. Kesenian ini berupa
tarian,alat musik,dan seni krya.

Seni tari

Tarian yang masi dijaga oleh masyarakat kaenbaun beragam ragam,


tapi yang sering di pentaskankan yaitu tarian perang. Biasanya tarian
ini dipentaskan pada saat ada upacara adat,atau acara
pernikahan,atau untuk menyambut tamu,tari ini biasa dibawaka oleh
para laki-laki dan perempuan,dengan busana yang digunakan yaitu
pakian adat berupa selimut(beti)ikat pinggang dari uang perak(futu
noni),saku sirih(alu),penutup kepala(pilu/destar) dan parang(suni).tari
ini menceritakan para panglima perang yang berperang melawan

musuh.

Seni musik

Masyarakat dawan khususnya di desa kaenbaun juga mengenal


Kesenian khususnya alat musik yang masi ada dan dipertahankan
sampai dengan sekarang. Alat musik ini biasa digunakan untuk
mengiringi tarian Maekat.contoh alat musik yang biasa dijumpai yaitu
Heo

Sumber, dari:internet
Seni krya

Dalam kehidupan sehari-hari masyarak kaenbaun juga


mengembangkan kerajinan dalam bidang krya yaitu anyaman dan
tenunan yang masi ada sampai sampai sekarang oleh masyarakat
dawan amanuban.

 Anyaman
Anyaman yang masi di kembangkan sampai sekarang yaitu
tempat sirih pinang(oko), tudung(toben),nyiru (tupa), tempat
menyimpan kecang-kacangan,atau jagung (bakul/sau),tempat
menimpan beras atau jagung(tenasa).

Sumber,dari:penelitian

Anyaman ini biasa dibuat dengan bahan dari daun lontar.


Hasil anyaman ini biasa digunakan untuk keperluan sehari-
hari,ada juga yang biasa manjual hasil anyaman ini untuk
menambah penghasilan. kerajinan ini biasa disimpan di dalam
ume kbubu/ lopo.

 Tenunan

Tenunan juga salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat dawan amanuban,karna dalam kesaharian tenunan
pasti digunakan.
Sumber,dari:penelitian

Tenunan pada awalnya menggukan bahan yang tradisional yaitu


kapas (abas) untuk membuat benang,namun seiiring
perkembangan benang dapat diperoleh dengan membelinya di
toko. Sedangkan untuk pewarnaan,biasa menggunakan bahan
alam atau bahan toko mewarnai benang. Namun sekarang
masyarakt banxak menggunakan bahann toko yang murah dan
mudah dalam proses tenun.

Tenunan yang biasa dibuat yaitu selimut (beti) untuk laki,


sarung (tais) perempuan,selendang() laki-laki/perempuan.

4. nilai budaya

Nilai-nilai kebudayaan yang terdapat pada masyarakat kaenbaun yang


banyak diwariskan oleh pra nenek moyang dari zaman dulu sampai sekarang
masi dipertahankan sampai dengan saat ini. Meskipun dalam pelaksanaanya
ada yang telah hilang sejalan dengan perkembangan waktu namun ada
beberapa yang masih dipelihara sampai dengan sekarang.

Nilai kebudayaan yang masi dipelihara sampai dengan saat ini yaitu budaya
gotong-royong. Dimana jika ada yang membutuhkan bantuan baik materi
maupun tenaga pasti ada bantuan dari sesama, baik tetangga maupun sanak
saudara.

Selain itu nilai kebuyaan yang masi dipelihara yaitu toleransi antar sesama,
baik yang memiliki ras,etnik,atau suku yang sama maupun berbeda.

Budaya saling menghargai dan saling menghormati ini ditunjukan melalui


tutur kata,tingkah laku,dan perbuatan sehari-hari.
3.4.1.TAPAK

Pola tata letak bangunan tradisional tidak terlepas dari nilai budaya
(kepercayaan/keyakinan) yang berlaku dalam suatu masyarakat. Dalam
kepercayaan suku dawan khususnya di desa kaenbaun,letak bangunan atau
rumah adat baik ume kbubu maupun lopo harus menghadap ke arah
matahari terbit.

Bentuk pola pemukiman ini dipengaruhi oleh topografi serta lokasi


permukiman. disamping itu di pengaruhi juga oleh kebiasaan orang dawan
yang selalu berkumpul,dan melakukan berbagai macam kegiatan,baik ritual
maupun upacara_upacara adat.

Elemen-elemen utama tapak yaitu:

 pintu masuk(eno)
merupakan tempat masuk dan keluar kedalam lokasi rumah
adat atau lopo dalam pemukiman.posisinya biasa berada di
depan.

 rumah tinggal(ume)
yaitu tempat tinggal bagi masyarakat yang ada di desa
kaenbaun. Posisi rumah berada dibagian depan atau samping
dari ume kbubu atau lopo

 Lopo
posisi lopo biasanya berada di bagian belakang atau samping
dari rumah utama (ume),tergantung dari luas tanah atau posisi
rumah
utama.
 Hau monef
Posisi hau monef biasanya terdapat disamping tumah adat atau
lopo,biasanya digunakan sebagai tempat pemujaan atau tempat
melakukan ritual adat.

Pola tapak

Pola tata letak bangunan tradisional pada tapak tidak terlepas dari nilai
budaya (kepercayaan/keyakinan) yang berlaku dalam suatu
masyarakat.

Tata susunan dalam pola pemukiman masyarakat desa kaenbaun yaitu


pola mengelompok tanean (cluster),dimana bangunan rumah (ume)
berdampingan dengan rumah bulat(ume kbubu),Lopo dan tempat
pemujaan(hau monef).

Bentuk pola pemukiman ini dipengaruhi oleh topografi serta lokasi


permukiman. disamping itu di pengaruhi juga oleh kebiasaan orang
dawan yang selalu berkumpul,dan melakukan berbagai macam
kegiatan,baik ritual maupun upacara-upacara adat.

Orientasi

Dalam kepercayaan suku dawan khususnya di desa kaenbaun,letak


bangunan atau rumah adat baik ume kbubu maupun lopo harus menghadap
ke arah matahari terbit.
Posisi bangunan lopo biasanya berdampingan dengan rumah utama baik
berada di bagian belakang,samping,atau depan,hal ini depengaruhi oleh
kebiasaan orang dawan khususnya di desa kaenbaun yang selalu
berkumpul,dan melakukan berbagai macam kegiatan,baik ritual atau upacara-
upacara adat,atau sekedar berkumpul bersama anggota keluarga atau tamu
yang datang derkunjung.

3.5.1. ARSITEKTUR

1. tipologi

Tipologi atau corak dari bangunan yang terdapat dimasyarat dawan di desa
kaenbaun yaitu:

 Ukuran
Ukuran dari rumah adat maupun lopo yang terdapat di desa
kaenbaun berfariasi namun memilki persamaan yang pengaruhi
oleh status dari rumah adat tersebut.contoh ukuran lopo dari
suku laki-laki sedikit lebih besar dari pada suku perempuan.

 Fungsi
Secara fungsi,bangunan rumah adat dan lopo yang ada di desa
kaenbaun tidak berbeda dengan di daerah lain yang ada di
pulau timor,yakni birumah adat dan lopo biasa digunakan
sabagai tempat dilaksanakannya ritual adat,tempat berkumpul
atau sebagai tempat menyimpan bahan makanan.

 Bentuk
Dari bentuknya bangunan rumah adat yang ada di desa
kaenbaun juga tidak jauh berbeda dengan yang ada ditempat
lain khususnya di pulau timor. Bentuk denah lopo dan rumah
adat yang bulat, pada lopo terdapat 4 tiang induk dan atap yang
Cuma menutupi setengah bagian dari lopo,sedangkan rumah
adat ada yang memiliki 1 tiang utama dan ada juga yang 2 tiang
utama.

2. BENTUK DAN TAMPILAN

Filosofi bentuk
Bentuk bangunan tradisional suku dawan yaitu lopo memilki filosofi atau
sejarah yang menghasilkan bentuk. Material serta penataan ruang lopo
memilki makna yang mewakili dan menggambarkan cara
hidup,pengalaman,dan kepercayaan suku dawan khususnya di desa
kaenbaun. Tidak adanya sekat dalam lopo menjadi simbol yang
menggambarkan pengaturan kehidupan sehari-hari orang dawan dalam
memandang peran sosial,status sosial dan relasi gender.

 Lopo
Merupakan salah satu bangunan adat suku dawan yang ada di
desa kaenbaun,khususnya lopo bapak silvester basan (lopo
banuna) yang masih ada dan dipertahankan sampai dengan
sekarang ini. Lopo ini berfungsi sebagai tempat
berkumpul,menerima tamu,dan juga tempat melakukakan ritual
adat. Berbeda dengan ume suku atau lopo suku,lopo ini
merupakan lopo keluarga atau lopo cabang dari suku basan,jadi
secara fungsinya lebih diutamakan sebagai tempat berkumpuk
bagi keluarga. Lopo ini memiliki atap yang tidak menutupi
seluruh bagian atau Cuma setengah bagian, hal ini dikaitkan
dengan pribadi laki-laki yang lebih terbuka dan berani
menghadapi berbagai macam masalah dan tantangan yang
muncul dalam kehidupan. Pada saat penelitian
dilapangan,bagian atap masih belum dirapikan karena belum
dilakukan upacara adat kepada atoin mone(om/paman) dari istri
bapak silvester basan. Upacara tersebut bertujuan untuk
memberi penghormatan kepada atoin mone yang telah
membantu dalam proses pengerjaan lopo tersebut.

Lopo memilki ini denah yang bulat dan atap yang


memiliki bubungan yang rata karna terdapat 2 tiang utama(ni
enaf) pada bagian loteng atau lantai 2 dari lopo. Namun tetap
memiliki bubungan yang terdapat pada bagian atas dengan
makna yaitu “dalam mencari sebuah kata sepakat,orang dawan
berkumpul dan berdiskusi agar mendapatkan satu kata
sepakat,yang kemudian semua saling menjujung tinggi atau
menghormati setiap kesepakatan yang di buat”(bapak silvester
basan). Hal ini menjadi filosofi dari bentuk lopo.
Lopo juga biasa digunakan sebagai lumbung menyimpan
bahan makanan, atau hasil panen dari kebun,seperti
jagung,padi ladang,dan kacang-kacangan.

Ruang
 Ruang luar

ruang yang terdapat pada area luar lopo banuna adalah bagian
depan berhadapan engan jalan,bagian kanan berdampingan
dengan kebun dari bapak silvester,bagian kiri berdampingan
dengan rumah tinggal,sedangkan bagian belakang
berdampingan dengan area service(kamar mandi,bak air,dan
kandang hewan).

 Ruang dalam
Bagian dalam dari lopo banuna sebagian besar adalah tempat
duduk yang melingkar membentuk bulatan,namun ada bagian
yang dimanfaatkan untuk tempat menenun dan tempat
menjahit.
Pada bagian atas(loteng) atau lantai 2 dari lopo banuna ini
merupakan tempat menyimpan bahan makanan.
Skala

Pada bangunan lopo ini menggukan skala natural atau manusiawi yang
dimana lebih bertujuan ke fungsinya sebagai tempat berkumpul anggota
keluarga dan tempat beraktifitas,sehingga skalanya disesuaikan.

Proporsi

Bangunan lopo banuna memiliki ukuran yang proposional dimana pada bagian
atap dan badan lopo memilki keseimbangan,meskipun pada bagian badan
lopo tidak ditutupi oleh dinding namun terlihat proporsional dengan dadirnya
4 tiang utama pada bagian dalam yang menyokong bagian loteng dan atap
sehingga menciptakan suatu keseimbangan yang kokoh.

Komposisi

Penempatan elemen-elemen alam baik kayu,rumput,batu,dan


tanah,menciptakan sebuah komposisi yang membentuk ruang dalam maupun
ruang luar dari lopo,dengan fungsi nyamasing-masing. Namun dengan
komposisi yang seadanya tidak sengaja menciptakan sebuah kesan yang
natural dan alami dengan nilai budaya yang bgtu kental.

Penekanan
Dari bentuk fisik bangunan lopo ini lebih ditekankan pada bagian atap yang
menjulang dan menggunaka material alam,serta bagian denah yang
melingkar memberikan bentuk memiliki kesan dan nilai historis yang kuat.

Kesatuan

Penggunaan material alam,pemanfaatan ruang,dan pemodelan bentuk


menciptakan suatu kesatuan yang sangat memiliki ciri dan nilai budaya yang
kuat.

3. Struktur dan konstruksi

Stuktur
Lopo memiliki sruktur yaitu pada sistem struktur rangka memiliki bentuk,dan
bahan yang diadopsi dari alam. Dalam struktur rangka ini pembebanan dari
atap dan loteng lopo ditansferkan melalui tiang-tiang utama(ni enaf) kedalam
tanah, dihubungkan dengan balok-balok horisontal dan diperkaku oleh
rangkain atap pada bangunan. Pada lopo tiang induk bertumpu pada
umpak(baki) yaitu susunan batu alam yang melingkar mengelilingi bangunan
lopo.

 Tiang (ni)

Pada lopo banuna ini ter dapat 4 tiang pilar (ni),bergungsi


sebagai penyokong 2 balok loteng(suif)
Tinggi tiang utama yaitu 180 cm,dengan diameter 40 cm. Tiang
ini biasanya dibuat menggunakan kafu putih(hu’e) namun karna
susah didapat mereka menggunakan tiang dari beton.pada tiang
terdapat lempengan kayu/beton yang disebut (foko),berfungsi
mencegah hama seperti tikus atau ular yang ingin naik ke atas
loteng.ukuran foko 120 cm,dengan tebal 6 cm.

 Balok induk(suif)
Berfungsi sebagai tempat dudukan dari balok anak(tunis).suif
berjumlah 2 batang dangan panjang 3 m,tinggi 30 cm,dan tebal
20 cm.suif biasa terbuat dari kayu putih,namun telah diganti
dengan balok beton.

 Balok anak(nonof)
Berfungsi sebagai penahan dan pembentuk alas dasar dari lantai
loteng. Nonof berjumlah 4 batang dengan ukuran 6 x 12
cm,dan panjang 4 m.

 Balok lantai(tunis)
Berfungsi sebagai dudkan dari lantai loteng. Tunis berjumlah 6
batang dangan ukuran 6 x 8 cm,dan panjang 4 m.

 Lantai loteng
Berfungsi sebagai pijakan dari lantai 2, serta memberikan
bentuk dasar dari loteng.dengan jari loteng 2 m dan keliling 12
m². Lantai disusun oleh papan kayu yang membentuk lantai.

 Lantai dasar
Berfungsi sebagai bagian dasar atau alas dari lopo,luas lantai
disesuaikan dengan bentuk denah. Lantai ini biasa dibuat dari
susunan baru alam yang melingkar,namun telah dirubah dengan
lantai beton dan dibuat tempat duduk dari beton dengan
ketinggian dari tanah ke fondasi 45 cm dan dari fondasi ke
tempat duduk yaitu 60 cm, berfungsi menggantikan papan kayu
sebagai dudukan.

 Tangga
Berfungsi sebagai akses dari bwah ke atas loteng atau lantai
2.tangga biasanya terbuat dari kayu atau bambu dangan
panjang ± 3 m.
 Atap
Berfunfi sebagai penutup dari lopo. Biasanya atap dibuat dari
alang-alang dangan konstruksi atap dari kayu kasuari (busi)
untuk reng atau suaf dan bambu(o) atau pinang(puah) untuk
gording atau takpani.
Pada bagian bubungan atap tedapat 2 tiang (nete bifo)
berfungsi sebagai pembentuk bubungan atap dan tempat
bertemu ujung dari suaf

Konstruksi

Konstruksi dari lopo menggunakan sistem jepit(ditanam) dan


sistem sendi(umpak). Sedangkan untuk sistem perkuatan antar tiang
dan balok menggunakan sistem jepit(diikat atau pen,dan lubang).
Sistem ikat digukan untuk menyambung suaf dan takpani,takpani dan
hun(alang-alang). Sedangkan untuk menyambung tiang(ni) dan
balok(nonof) mengunakan sistem jepit.

4. material
Material bangunan yang digunakan dibagi menjadi 2 yaitu bahan
struktural dan non struktural. Bahan bangunan struktural yang biasa
digunakan yaitu kayu putih(hu’e) kayu kasuari(busi),batang
kelapa(noah),batang pinang(puah),batang bambu(petu/O),dan batu
alam(faut fui).

Bahan bangunan non struktural yaitu:


 alang-alang (hun)
sebagai elemen utama penutup atap, yang diperoleh dari alam.
 rotan (ue)
sebagai alat penyambung dala konstruksi atap,deperoleh dari
alam. Sebelum digunakan harus diraut sehingga menyerupai tali
baru digunakan.

Proses pengerjaan material bangunan ini menggunakan cara manual dengan


teknologi sederhana. Bahan-bahan ini pada saat diambil dari alam tidak
langsung digunakan nemun melalui beberapa proses sederhana sebelum
digunakan.

Bahan bangunan struktural yaitu:

 Kayu

Sebelum digunakan kayu melalui proses pembersihan dari kulit


luar dan untuk mendapatkan isi dalam dari kayu,dan juga
dibentuk sesuai fungsi dan bentuk yang dibutuhkan. Kayu yang
dipakai yaitu kayu kasuari,kayu putih,kayu jati/mahoni,kayu
nangka.

 Bambu dan batang pinang

Sebelum dipakai,kedua jenis batang ini dibelah dan dibersihkan


kemudian dibentuk sesuia kebutuhan dalam konstruksi atap

 Beton dan beton bertulang

Beton digunakan sebagai bahan pengganti dari beberapa


material alam,contoh lantai bawah.
Beron bertulang digukan untuk mengganti tiang pilar dan balok
penyokong.
 Ek tani(tali dari pelepah gewang)

Digunakan sebagai alat penyambung dari konstruksi


menggantikan rotan.

 Batu bata
Digunakan untuk mementuk tempat duduk pada lopo yang
kemudian ditutup dengan acian beton.

5. Ragam hias

Ragam hias pada lopo yang memiliki corak contoh nya pada bagian balok
induk(suif)awalnya dibuat ukuran dengan motif tumbuhan maupun binatang
namun setelah diganti dengan beton maka motif ini telah hilang. Pada bagian
tiang pilar (ni ) juga dipasang pelat kayu yang melingkar dibagian atas,pelat
ini berfungsi mencegah tikus atau hama naik keatas loteng. Pelat ini juga
berfungsi menambah corek pada tiang lopo.meskipun telah diganti dengan
beton tapi tetap memilki bentuk dan fungsi yang sama. Ragam hias yg lain
juga terdapat pada bagian pelapis yang telah menggukan cat untuk mewarnai
tiang,balok induk,dan dudukan.

Pada bubungan atap memiliki bentuk datar dandiasa memiliki dua cula
menyerupai tanduk yang berada di kiri dan kanan dari bubungan atap
lopo,inimenambah corak dan ragam hias pada lopo Banuna.

Bab 4

ANALISIS

Pengumpulan data dilakukan dengan cara: 1. Survey lapangan Survey lapangan


dilakukan untuk mengambil data tentang ume kbubu yang ada di Desa Kaenbaun.
Ume kbubu yang menjadi sampel dalam amatan adalah ume kbubu bertiang tunggal
karena memiliki nilai adat dan sakral bagi masyarakat Desa Kaenbaun. Selain
pengamatan, dilakukan juga wawancara langsung kepada pemilik ume kbubu dan
juga tua-tua adat yang ada di Desa Kaenbaun. 2. Survey literatur Survey literatur
dilakukan untuk mempelajari teori-teori yang berkaitan dengan karakteristik rumah
tradisional khususnya ume kbubu. Selain dari literatur, dilakukan juga browsing
lewat internet untuk mempermudah memperoleh datadata yang tidak diperoleh
lewat buku-buku yang ada.

2.2. Metode Analisis

Data-data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data dianalisis secara deskriptif
analitis. Analisis karakteristik yang dilakukan terhadap ume kbubu bertiang tunggal
meliputi ruang pada ke-empat jenis ume kbubu yang ada di Desa Kaenbaun.

3. PEMBAHASAN

Ume kbubu yang ada di Desa Kaenbaun terdiri dari empat jenis yaitu ume kbubu
dapur keluarga, ume kbubu anak laki-laki pertama, ume kbubu orang tua dan ume
kbubu induk suku. Ume kbubu-ume kbubu ini merupakan rumah yang berbentuk
bulat dengan atap berbentuk kerucut. Seluruh material ume kbubu menggunakan
material alami yang didapat dari lingkungan sekitar Desa Kaenbaun

Ume kbubu orang tua Ume kbubu orang tua merupakan ume kbubu yang dibuat
untuk menghormati dan mengenang orang tua. Ume kbubu ini digunakan oleh satu
rumpun keluarga berkumpul dan melakukan upacara adat. Ume kbubu orang tua
memiliki orientasi yang berbeda-beda sesuai dengan sukunya misalkan Suku Taus
yang berorientasi ke arah sumber mata air suci dan Suku Timo yang beorientasi ke
arah daerah asal mereka di daerah Biboki (salah satu kecamatan di Kabupaten
Timor Tengah Utara). Ruang pada ume kbubu hanya berjumlah satu ruang dengan
ukuran diameter sepanjang 5-6 meter dan tanpa sekat. Walaupun hanya memiliki
satu ruangan, namun berdasarkan aktifitas yang ada di dalam ume kbubu maka
terdapat beberapa teritori ruang. Teritori ruang yang terbentuk adalah dapur
sebagai tempat memasak di bagian belakang ruangan yang ditandai dengan adanya
batu tungku untuk memasak dan tempat beristirahat disebelah kiri ruangan ume
kbubu yang terdapat hala. Selain kedua area tersebut, terdapat juga area ruang
ditengah serta disebelah kanan ruangan sebagai area ritual adat sebagai tempat
melakukan upacara adat dan berkomunkasi dengan para leluhur yang ditandai
dengan adanya batu suci yang ada di bawah tiang induk. Pada saat upacara adat,
semua anggota keluarga duduk melingkari batu suci dan kemudian melakukan ritual
adat. Terdapat juga ruang luar yang berada di depan ume kbubu. Ruang ini
dibentuk dengan adanya hau monef yang digunakan pada saat upacara adat. Hau
monef ini merupakan altar altar bagi para leluhur yang meninggal secara tidak wajar
atau meninggal di luar rumah. Pada saat upacara adat tersebut, semua anggota
keluarga mengelilingi hau monef dan kemudian melakukan ritual adat. Selain kedua
ruang tersebut, terdapat sebuah ruang transisi yang berada di depan ume kbubu
(sebelum masuk kedalam ume kbubu).

Orang kaenbaun terkenal sebagai orang yang sangat hormat dan taat kepada
nenek moyang,antaralain karena selalu memulai dan mengakhiri kegiatan dengan
ritual adat, baik ritual silkus pertanian maupun silkus hidup. Hal ini menunjukan
bahwa nenek moyang terlibat stiap dalam setiap tindakan warga kaenbaun dari
skala desa hingga indivi. Hubungan dekat antara nenek moyang dan keturunan juga
tercermin nama orang kaenbaun,yang hampir slalu menggunakan nama nenek
moyang sebagai wujut hormat kepada mereka nama nenek moyang di berikan
kepada seseorang melalui tanda-tanda tertentu,entah melalui mimpi atau pengantar
fisik dan perilaku seseorangdapat di katakan,warga kaenbaun sangat hormat dan
taat kepada nenek moyang mereka(nenek moyang desa maupun nenek moyang
suku).ketaatan kepada tradisi tampaknya menjadi semacam paradigma dalam
kehidupan desa kaenbaun.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN


Konsep ruang ume kbubu dibentuk oleh aktifitas yang ada pada ume kbubu.
Ruang di dalam ume kbubu hanya berjumlah satu buah tanpa sekat, tanpa jendela
dan hanya memiliki satu pintu yang kecil dan rendah. Pada ke-empat jenis ume
kbubu ini terdapat beberapa konsep ruang yang selalu tetap yaitu area memasak
yang selalu berada dibagian belakang rumah, area istirahat yang berada dibagian
samping kiri atau kanan ruangan dan pada bagian tengah merupakan area ritual
adat. Pada bagian depan ume kbubu terdapat ruang transisi yang disebut maun nine
(teras) yang digunakan sebagai tempat untuk bersantai sebelum masuk kedalam
ume kbubu. Maun nine ini biasanya hanya terdapat pada ume kbubu orang tua dan
ume kbubu induk suku. Pada bagian depan ume kbubu terdapat ruang luar yang
ditandai dengan adanya hau monef sebagai altar bagi para leluhur yang meninggal
secara tidak wajar atau yang meniggal di luar rumah. Hau monef ini biasanya hanya
terdapat pada ume kbubu anak laki-laki pertama, ume kbubu orang tua dan ume
kbubu induk suku. Selain konsep teritori ruang pada ume kbubu tersebut, ume
kbubu juga memiliki arah orientasi ke arah asal setiap suku atau ke arah sumber
mata air suci dengan maksud agar lebih menghormati leluh

DAFTAR PUSTAKA

Serajawa, 2019. PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN TRADISION PERMUKIMAN


“NATAH” VOL. 1. Kartono, J Lukito. 2005. Konsep Ruang Tradisional Jawa Dalam
Konteks Budaya. Jurnal Dimensi Interior volume 3 no.2 Desember 2005: 124-136
Nas, Peter J.M., Martien de Vietter. 2009. Masa Lalu Dalam Masa Kini. Jakarta. PT.
Gramedia Pustaka Utama Purbadi, Y. D., 2010. Tata Suku dan Tata Spasial pada
Arsitektur Permukiman Suku Dawan di Desa Kaenbaun di Pulau Timor, Disertasi.
Program Study arsitektur fakultas teknik universitsa katolik widya mandira kupang.
Saunoah, Hendrikus. Tallan, J.M., Subani, Mathias.2019 LOPO SILVESTER BASAN
TTU. Kefamenanu. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Timor Tengah
Utara. Timo, Eben Nuban. 2005. Pemberita Firman Pencinta Budaya. Jakarta. BPK
Gunung Mulia. ur.
GLOSARIUM

Anda mungkin juga menyukai