ARSITEKTUR DAWAN
(KAJIAN KONSEP STRUKTUR DAN KONSTRUKSI PADA
ARSITEKTUR LOPO SILVESTER BASAN DI DESA
KAENBAUN,KECAMATAN MIOMAFFO TIMUR KABUPATEN TIMOR
TENGAH UTARA)
DISUSUN OLEH :
KUPANG
2020
Kata Pengantar
Puji syukur dan ridho dari Tuhan Yang Maha Esa, sehingga Laporan Hasil
studi lapangan mata kuliah Antropologi Arsitektur Vernakuler,DI DESA KAENBAUN
Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dapat terselesaikan. Meskipun dalam
pengambilan data banyak kendala dan tantangan tetapi atas berkat bantuan dari
berbagi macam pihak yang mendukung dan membantu kami dalam pengambilan
data dan analisa ini,sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Terimakasih kepada setiap pihak yang terkait dan yang telah turut membantu
dalam proses pengambilan data ,Laporan Fakta dan Analisa ini sehingga berjalan
dengan lancar. Kami berharap adanya kritik, saran dan masukan yang dapat
menyempurnakan laporan ini.
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. I-1
1.1. LATAR BELAKANG................................................................................... I-1
1.2. MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN........................................................... I-5
1.2.1. Maksud......................................................................................... I-5
1.2.2. Tujuan.......................................................................................... I-5
1.2.3. Sasaran........................................................................................ I-6
BAB 2 ISI
Daftar pustaka.............................................................................................
Glosarium ....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kata antopologi berasal dari bahasa yunani yaitu antrophos dan logos
Antropos artiya manusia dan logos artinya ilmu. Jadi antropolgi berarti ilmu
pengetahuan tentang manusia.
1.2.1. Maksud
1.2.2. TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mencari tahu dan mendalami
tentang bentuk arsitektur tradisonal yang ada di Timor Tengah
Utara,khususnya Lopo di desa Kaen Baun.
Tujuan yang berikut dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui nilai
kebudayaan dari arsitektur vernakular yang ada di desa Kaenbaun
1.2.3. SASARAN
Sasaran dari penelitian ini yaitu untuk mencari tau bangunan arsitektural
tradisional yang ada di timor tengah Utara khususnya di desa Kaenbaun,Lopo.
Data Sekunder
Study ini di lakukan dengan mencari buku-buku yang berkaitan dengan
arsitektur suku Atoni terhadap bentuk, tampilan, iklim dan elemen
dekoratifnya, hal ini dimaksudkan untuk menambah wawasan dan
pemahaman dalam penulisan makalah ini dan untuk menamba
wawasan para mahasiswa supaya memahami adat istiadat yang masih
ada di tanah timur khususnya desa kaenbaun.
Data Primer
Merupakan studi yang dilakukan dengan peninjauan langsung ke
Desa Kaenbaun, Kecamatan Mio Maffo Timur, Kabupaten Timor
Tengah Utara(TTU). Melakukan wawancara dengan narasumber,
peninjauan langsung Lopo serta mendokumentasikan gambar
gambar dari Lopo.
BAB. 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Arsitektur
Berdasarkan asal katanya, Arsitektur terbentuk dari dua kata yakni, Archi =
Kepala dan Techton = Tukang.Dalam koteks jaman, seorang kepala adalah
individu yang memiliki kepandaian cukup sempurna yang jauh diatas
bawahannya.Sedangkan techton juga berlaku terhadap keahlian menghasilkan
seni.Arsitektur dapat pula diartikan sebagai pengungkapan hasrat ke dalam
suatu media yang mengandung suatu keindahan.
Arsitektur pun memiliki beragam pengertian yang diantaranya adalah definisi
yang dipaparkan oleh para ahli sebagai berikut :
Endrotomo Dkk : Arsitektur adalah kesatun yang padu dari bentuk (B),
Ruang (R), dan Isi (I),
Van Romondt : Arsitektur adalah tempat hidup manusia dengan bahagia
( definisi konsional )
O’Gorman : Arsitektur merupakan suatu wujud seni, yaitu arsitektur
menggunakan seni sebagai sesuatu yang penting untuk
digunakan sebagai interior.
Hubungan arsitektur dengan kebudayaan sangat erat dan tidak dapat
dipisahkan.
Dengan demikian :
Arsitektur adalah produk/cermin kebudayaan.
Arsitektur merupakan karya budaya.
Arsitektur merupakan perwujudan nilai-nilai / norma-norma budaya.
Arsitektur merupakan Komitmen budaya.
Arsitektur merupakan simbol budaya.
Arsitektur merupakan ekspresi dari keberagaman budaya.(ekspresi
dari perbedaan )
Arsitektur merupakan simbol status ( manifestasi status social
masyarakat )
Arsitektur warisan budaya.
Lalu apa konsekuensi dari cara pandang ini
1. Konteks budaya ( kebudayaan ) harus jelas :
Tradisional
Modern
Kontemporer
2. Harus adanya keikhlasan untuk menerima perbedaan. ( konsep Bhineka
Tunggal Ika menjadi strategis ).
3. Arsitektur itu selayaknya menjadi identitas / jati diri yang mewakili suatu
kebudayaan atau bangsa.
4. Arsitektur menjadi suatu ‘benda’ yang hidup dan berkesinambungan
( masyarakat hidup )
5. Harus dapat menerima kekompleksitasan pemahaman budaya dan
arsitektur.
Landasan Teoritik
Menurut Bruno Zevi ( 1974 ) dan Carsten serta Hugh-Jones ( 1995 )
Arsitektur adalah perwujudan dari suatu konsepsi kehidupan atau sebuah
gambar dari system kehidupan suatu masyarakat yang terikat dengan
lingkungannya dan mempunyai hubungan saling terbuka dalam inter-
aksinya.
Menurut Wiryoprawiro,(1986) Jadi wajah arsitektur yang hadir pada suatu
zaman mempunyai hubungan erat dengan manusia penghuninya.Oleh
Karena itu arsitektur dapat merupakan cermin kehidupan masyarakat pada
suatu jaman.
Menurut Wangsadinata dan Djajasudarma (1995) Factor utama yang
dianggap paling mempengaruhi terciptanya sebuah perwujudan arsitektur
adalah system budaya dan system teknologi.
Dua aliran yang berpolarisasi dalam kebudayaan.
Dalam ilmu antropologi dewasa ini secara garis besar dikenal adanya 2 aliran
besar yang berpolarisasi dalam teori kebudayaan :
Aliran Kognitivisme
Aliran Behaviorisme
Menurut Spradley ( 1972 ) dan Casson ( 1981 )
Kognitivisme adalah aliran yang bekeyakinan bahwa semua tindakan
manusia dipengaruhi oleh pengetahuan, keyakinan dan kepercayaan
yang dimilikinya.Jadi menurut penganut kognitivisme, Kebudayaan
merupakan kumpulan gagasan dari suatu kelompok masyarakat yang
membentuk dan mengatur perilaku.
Kumpulan gagasan ini dipelajari, diperlihatkan atau diwujudkan oleh
anggota kelompok social.Kumpulan gagasan / pikiran ini dapat
disebarkan dengan bebas dari generasi ke generasi.
1.Antropologi fisik
Mempelajari tentang manusia purba dari segi jasmani dan bentuk manusia
purba,ras daN gen.
2.Anrtropologi budaya
2.2.1. Kebudayaan
1. Morphologi
Koentjaraningrat (1974)
“ Kebudayaan “ berasal dari kata “ budidayah “ (sanserketa), jamak.
Tunggalnya “ Budhi “. Jadi kebudayaan = segala hal yang bersangkutan
dengan akal.
Zoetmoelder (1952)
“ Budaya “ merupakan perkembangan dari kata majemuk “ Budidaya “ yang
berarti “ Dayanya Budi “ atau “ Dayanya akal “.
M.M. Djojodigoeno (1958)
“ Budaya “ adalah “ Daya dari Budi “ yang berupa : Cipta, Karsa, dan Rasa.
Bahasa Inggris
- “ Culture “ dari kata Latin “ Colere “ yang artinya mengolah atau
mengerjakan, yang terutama diartikan “ mengolah Tanah “.Artinya
berkembang menjadi ; “ mengolah dan merubah alam dengan Akal atau
Budi “
- Defenisi
Antropolog Jerman S.L. Krober dan C. Kluckhohn pada tahun 1952 telah
mengumpulkan 179 defenisi Kebudayaan yang pernah diterbitkan
orang.Ini bermakna bahwa pengertian tentang Kebudayaan amat luas
dan rumit.
3. Perubahan kebudayaan :
Peradaban : zivilization
Biasanya digunakan untuk bagian-bagian dan unsure-unsur kebudayaan
yang halus dan indah, ( seperti kesenian, ilmu pengetahuan, sopan
santun dan system pergaulan ) yang kompleks didalam suatu
masyarakat dengan struktur yang kompleks, system teknologi, seni
bangunan, seni rupa, system kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang
maju dan kompleks.
Adat : merupakan wujud ideal dari kebudayaan ( wujud tata kelakuan )
Adat berfungsi sebagai :
- Pengatur
- Pengendali
- Memberi arah
Seni berarsitektur sudah lama dikenal sejak zaman leluhur, seni berarsitektur lahir
sebagai sebuah daya pemikiran manusia untuk memenuhi hasrat akan sebuah
tempat bernaung yang baik. Namun tentu saja oleh karena setiap daerah memiliki
karakteristik tatanan nilai dan norma yang berbeda dalam tradisinya, maka
bangunan hunian tiap daerah diciptakan sesuai dengan tradisi masyarakat setempat.
Dalam pengertian lain seni berarsitektur telah menjadi bagian dalam pola kehidupan
manusia tetapi yang membedakan dari segi vernakular itu sendiri adalah arsitektur
vernakularlahir dari masyrakat traditional. Dimana karya – karya arsitektur yang lahir
pada umumnya lahir dari warisan leluhur yang ada pada masa sebelumnya dengan
memanfaatkan pikiran serta daya cipta masyarakat setempat lewat pemanfaatan
teknologi maupun bahan material setempat yang diperoleh sebagai hasil dari
kekayaan alam lokal.
1. Defenisi kebudayaan
S. T. Alisyahabana ;
“Kebudayaan adalah penjelmaan cara berfikir dari sekumpulan manusia
pada suatu tempat satu ruang (dalam arti luas)” (KAFRAWI, 1957,03).
Sidi Gazalba ;
“ Kebudayaan adalah cara berfikir dan cara merasa yang menyatakan diri
dalam seluruh segi kehidupan dari segolongan manusia yang membentuk
kesatuansosial dalam suatu ruang dan waktu “ (1962, 56).
Koentjaraningrat “ Kebudayaan “ adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan
cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. (M.
SUPRIHADI S, 1984, 15).
Supardi Suparlan ;
“ Kebudayaan “ adalah keseluruhan pengetahuan manusia yang dipunyainya
sebagai makhluk sosial digunakan untuk memahami dan menafsirkan
lingkungan yang di hadapinya, berupa : ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma,
peraturan yang bersifat abstrak
- VALUE (NILAI).
Merupakan Inti atau pokok dari Kebudayaan.
- Idea (Ide).
Tata Nilai sifatnya Imaginer (Tidak Kelihatan) atau Tan Rinupa
dan ada didalam pikiran Manusia; misalnya : Ideologi ; Pancasila,
Liberalisme dan lain-lain.
2. GAGASAN
Gagasan yang berorientasi pada kebersamaan ini dimanifestasikan
dalam berbagai aspek kehidupan manusia (suku/Etnis) termasuk dalam
berarsitektur. Wujudnya didalam tata tapak (pola ruang luar) dan tata ruang
dalam Arsitekturnya.
Gagasan tersebut diekspresikan pada bentuk fisik arsitektur (pola ruang
luar, tata ruang dalam, struktur bangunan, ornament dan dekorasi, dll).
Dengan kata lain bentuk (fisik) Arsitektur merupakan ekspresi dari suatu
gagasan (arsitektur). Dengan demikian bentuk menjadi lambing atau
symbol dari gagasan.
3. BENTUK
Merupakan hasil karya atau Kebudayaan Manusia.Dapat ditangkap
panca indera atau terwujud atau kelihatan atau rinupa, ada yang
menyebutnya :
Artefak, yakni ; Hasil karya Manusia yang mudah dipindah-
pindahkan;
Ekofak, yakni ; Hasil karya Manusia yang tidak dapat dipindah-
pindahkan;
Victure (Arsitektur), yakni ; Hasil Manusia yang mempunyai
Fungsi.
BAB 3
TINJAUAN ARSITEKTUR KAENBAUN
1. Iklim
2. letak geografis
Kabupaten timor tengah utara terletak diantara 90 02’ 48’’ dan 90 37’
36’’ lintang selatan(LS) serta antara 1240 n 04’ 02’’ dan 1240 46’ 48’’ dan 90
37’ 36’’ bujur timur(BT).
3. topografi
Letak desa kaenbaun berada cukup dekat dengan ibu kota kecamatan yakni
kefamenanu,lingkungan fisik desa kaenbaun berbukit-bukit,permukiman
warga (kuan) memiliki luas 1.000 ha.
Sumber,dari; Internet
4. geologi
Jenis bebatuan penyusun tanah adalah karang dan batu kapur dengan
kandungan Litosol sehingga dikategorikan sebagai batuan non-vulkanis.
Sumber,dari:internet
5. hidrologi
Sumber-sumber air yang dipergunakan oleh penduduk di desa kaenbaun
berasal dari beberapa mata air dan sungai yang mengalir menembus
ditengah tanah adat desa yang tidak kering sepanjang tahun.
Sumber,dari :internet
1. asal-usul tempat
Nama “Kaenbaun” diambil dari nama nenek-moyang mereka (Neon Kaenbaun) yang
sekaligus menjadi nama bukit tempat ia dimakamkan di puncaknya. Bukit Kaenbaun
(Bnoko Kaenbaun) adalah bukit batu karang terjal yang menjadi tempat bermukim
pertama kali empat suku utama (Basan, Timo, Taus dan Foni) ketika suasana
perang-suku masih berkecamuk di seluruh pulau Timor. Mereka dapat selamat
karena mendapat perlindungan secara fisik oleh bukit karang tersebut. Sebenarnya
ada tiga versi lain tentang nama Kaenbaun, yaitu (1) Kaenbaun artinya bertahan asli
atau taat kepada nenek-moyang, (2) Kaenbaun artinya belum pernah terkalahkan
dalam perangsuku, dan (3) Kaenbaun terkait dengan legenda adanya ”batu gong”
yang keramat di bawah bukit Kaenbaun (di dalam goa di bawah tanah pada Bnoko
Kaenbaun).
2. adat istiadat
Adat merupakan wujud ideal dari kebudayaan ( wujud tata kelakuan ),adat
istiadat berfungsi sebagai pengatur, pengendali , dan memberi arah kelakuan
manusia dalam masyarakat.
Dalam sejarah desa kaenbaun Suku Basan sebagai suku yang pertama kali
datang di tempat itu dianggap sebagai “suku raja”, oleh karena itu suku
Basan memilki pengaruh yang besar bagi suku-suku lain yang ada di desa
kaenbaun.
Adat sebagai pengatur yaitu adat memiliki peran mengatur tingkah laku
seseorang atau kelompok masyarakat dalam melakukan sesuatu,contohnya
semua suku selain suku Basan wajib menghargai,menghormati,dan mentaati
semua peratuan atau ketentuan serta kewajiban terhadap suku Basan yang di
sebut sebagai Raja (usi).
3. kesenian
Seni tari
musuh.
Seni musik
Sumber, dari:internet
Seni krya
Anyaman
Anyaman yang masi di kembangkan sampai sekarang yaitu
tempat sirih pinang(oko), tudung(toben),nyiru (tupa), tempat
menyimpan kecang-kacangan,atau jagung (bakul/sau),tempat
menimpan beras atau jagung(tenasa).
Sumber,dari:penelitian
Tenunan
Tenunan juga salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat dawan amanuban,karna dalam kesaharian tenunan
pasti digunakan.
Sumber,dari:penelitian
4. nilai budaya
Nilai kebudayaan yang masi dipelihara sampai dengan saat ini yaitu budaya
gotong-royong. Dimana jika ada yang membutuhkan bantuan baik materi
maupun tenaga pasti ada bantuan dari sesama, baik tetangga maupun sanak
saudara.
Selain itu nilai kebuyaan yang masi dipelihara yaitu toleransi antar sesama,
baik yang memiliki ras,etnik,atau suku yang sama maupun berbeda.
Pola tata letak bangunan tradisional tidak terlepas dari nilai budaya
(kepercayaan/keyakinan) yang berlaku dalam suatu masyarakat. Dalam
kepercayaan suku dawan khususnya di desa kaenbaun,letak bangunan atau
rumah adat baik ume kbubu maupun lopo harus menghadap ke arah
matahari terbit.
pintu masuk(eno)
merupakan tempat masuk dan keluar kedalam lokasi rumah
adat atau lopo dalam pemukiman.posisinya biasa berada di
depan.
rumah tinggal(ume)
yaitu tempat tinggal bagi masyarakat yang ada di desa
kaenbaun. Posisi rumah berada dibagian depan atau samping
dari ume kbubu atau lopo
Lopo
posisi lopo biasanya berada di bagian belakang atau samping
dari rumah utama (ume),tergantung dari luas tanah atau posisi
rumah
utama.
Hau monef
Posisi hau monef biasanya terdapat disamping tumah adat atau
lopo,biasanya digunakan sebagai tempat pemujaan atau tempat
melakukan ritual adat.
Pola tapak
Pola tata letak bangunan tradisional pada tapak tidak terlepas dari nilai
budaya (kepercayaan/keyakinan) yang berlaku dalam suatu
masyarakat.
Orientasi
3.5.1. ARSITEKTUR
1. tipologi
Tipologi atau corak dari bangunan yang terdapat dimasyarat dawan di desa
kaenbaun yaitu:
Ukuran
Ukuran dari rumah adat maupun lopo yang terdapat di desa
kaenbaun berfariasi namun memilki persamaan yang pengaruhi
oleh status dari rumah adat tersebut.contoh ukuran lopo dari
suku laki-laki sedikit lebih besar dari pada suku perempuan.
Fungsi
Secara fungsi,bangunan rumah adat dan lopo yang ada di desa
kaenbaun tidak berbeda dengan di daerah lain yang ada di
pulau timor,yakni birumah adat dan lopo biasa digunakan
sabagai tempat dilaksanakannya ritual adat,tempat berkumpul
atau sebagai tempat menyimpan bahan makanan.
Bentuk
Dari bentuknya bangunan rumah adat yang ada di desa
kaenbaun juga tidak jauh berbeda dengan yang ada ditempat
lain khususnya di pulau timor. Bentuk denah lopo dan rumah
adat yang bulat, pada lopo terdapat 4 tiang induk dan atap yang
Cuma menutupi setengah bagian dari lopo,sedangkan rumah
adat ada yang memiliki 1 tiang utama dan ada juga yang 2 tiang
utama.
Filosofi bentuk
Bentuk bangunan tradisional suku dawan yaitu lopo memilki filosofi atau
sejarah yang menghasilkan bentuk. Material serta penataan ruang lopo
memilki makna yang mewakili dan menggambarkan cara
hidup,pengalaman,dan kepercayaan suku dawan khususnya di desa
kaenbaun. Tidak adanya sekat dalam lopo menjadi simbol yang
menggambarkan pengaturan kehidupan sehari-hari orang dawan dalam
memandang peran sosial,status sosial dan relasi gender.
Lopo
Merupakan salah satu bangunan adat suku dawan yang ada di
desa kaenbaun,khususnya lopo bapak silvester basan (lopo
banuna) yang masih ada dan dipertahankan sampai dengan
sekarang ini. Lopo ini berfungsi sebagai tempat
berkumpul,menerima tamu,dan juga tempat melakukakan ritual
adat. Berbeda dengan ume suku atau lopo suku,lopo ini
merupakan lopo keluarga atau lopo cabang dari suku basan,jadi
secara fungsinya lebih diutamakan sebagai tempat berkumpuk
bagi keluarga. Lopo ini memiliki atap yang tidak menutupi
seluruh bagian atau Cuma setengah bagian, hal ini dikaitkan
dengan pribadi laki-laki yang lebih terbuka dan berani
menghadapi berbagai macam masalah dan tantangan yang
muncul dalam kehidupan. Pada saat penelitian
dilapangan,bagian atap masih belum dirapikan karena belum
dilakukan upacara adat kepada atoin mone(om/paman) dari istri
bapak silvester basan. Upacara tersebut bertujuan untuk
memberi penghormatan kepada atoin mone yang telah
membantu dalam proses pengerjaan lopo tersebut.
Ruang
Ruang luar
ruang yang terdapat pada area luar lopo banuna adalah bagian
depan berhadapan engan jalan,bagian kanan berdampingan
dengan kebun dari bapak silvester,bagian kiri berdampingan
dengan rumah tinggal,sedangkan bagian belakang
berdampingan dengan area service(kamar mandi,bak air,dan
kandang hewan).
Ruang dalam
Bagian dalam dari lopo banuna sebagian besar adalah tempat
duduk yang melingkar membentuk bulatan,namun ada bagian
yang dimanfaatkan untuk tempat menenun dan tempat
menjahit.
Pada bagian atas(loteng) atau lantai 2 dari lopo banuna ini
merupakan tempat menyimpan bahan makanan.
Skala
Pada bangunan lopo ini menggukan skala natural atau manusiawi yang
dimana lebih bertujuan ke fungsinya sebagai tempat berkumpul anggota
keluarga dan tempat beraktifitas,sehingga skalanya disesuaikan.
Proporsi
Bangunan lopo banuna memiliki ukuran yang proposional dimana pada bagian
atap dan badan lopo memilki keseimbangan,meskipun pada bagian badan
lopo tidak ditutupi oleh dinding namun terlihat proporsional dengan dadirnya
4 tiang utama pada bagian dalam yang menyokong bagian loteng dan atap
sehingga menciptakan suatu keseimbangan yang kokoh.
Komposisi
Penekanan
Dari bentuk fisik bangunan lopo ini lebih ditekankan pada bagian atap yang
menjulang dan menggunaka material alam,serta bagian denah yang
melingkar memberikan bentuk memiliki kesan dan nilai historis yang kuat.
Kesatuan
Stuktur
Lopo memiliki sruktur yaitu pada sistem struktur rangka memiliki bentuk,dan
bahan yang diadopsi dari alam. Dalam struktur rangka ini pembebanan dari
atap dan loteng lopo ditansferkan melalui tiang-tiang utama(ni enaf) kedalam
tanah, dihubungkan dengan balok-balok horisontal dan diperkaku oleh
rangkain atap pada bangunan. Pada lopo tiang induk bertumpu pada
umpak(baki) yaitu susunan batu alam yang melingkar mengelilingi bangunan
lopo.
Tiang (ni)
Balok induk(suif)
Berfungsi sebagai tempat dudukan dari balok anak(tunis).suif
berjumlah 2 batang dangan panjang 3 m,tinggi 30 cm,dan tebal
20 cm.suif biasa terbuat dari kayu putih,namun telah diganti
dengan balok beton.
Balok anak(nonof)
Berfungsi sebagai penahan dan pembentuk alas dasar dari lantai
loteng. Nonof berjumlah 4 batang dengan ukuran 6 x 12
cm,dan panjang 4 m.
Balok lantai(tunis)
Berfungsi sebagai dudkan dari lantai loteng. Tunis berjumlah 6
batang dangan ukuran 6 x 8 cm,dan panjang 4 m.
Lantai loteng
Berfungsi sebagai pijakan dari lantai 2, serta memberikan
bentuk dasar dari loteng.dengan jari loteng 2 m dan keliling 12
m². Lantai disusun oleh papan kayu yang membentuk lantai.
Lantai dasar
Berfungsi sebagai bagian dasar atau alas dari lopo,luas lantai
disesuaikan dengan bentuk denah. Lantai ini biasa dibuat dari
susunan baru alam yang melingkar,namun telah dirubah dengan
lantai beton dan dibuat tempat duduk dari beton dengan
ketinggian dari tanah ke fondasi 45 cm dan dari fondasi ke
tempat duduk yaitu 60 cm, berfungsi menggantikan papan kayu
sebagai dudukan.
Tangga
Berfungsi sebagai akses dari bwah ke atas loteng atau lantai
2.tangga biasanya terbuat dari kayu atau bambu dangan
panjang ± 3 m.
Atap
Berfunfi sebagai penutup dari lopo. Biasanya atap dibuat dari
alang-alang dangan konstruksi atap dari kayu kasuari (busi)
untuk reng atau suaf dan bambu(o) atau pinang(puah) untuk
gording atau takpani.
Pada bagian bubungan atap tedapat 2 tiang (nete bifo)
berfungsi sebagai pembentuk bubungan atap dan tempat
bertemu ujung dari suaf
Konstruksi
4. material
Material bangunan yang digunakan dibagi menjadi 2 yaitu bahan
struktural dan non struktural. Bahan bangunan struktural yang biasa
digunakan yaitu kayu putih(hu’e) kayu kasuari(busi),batang
kelapa(noah),batang pinang(puah),batang bambu(petu/O),dan batu
alam(faut fui).
Kayu
Batu bata
Digunakan untuk mementuk tempat duduk pada lopo yang
kemudian ditutup dengan acian beton.
5. Ragam hias
Ragam hias pada lopo yang memiliki corak contoh nya pada bagian balok
induk(suif)awalnya dibuat ukuran dengan motif tumbuhan maupun binatang
namun setelah diganti dengan beton maka motif ini telah hilang. Pada bagian
tiang pilar (ni ) juga dipasang pelat kayu yang melingkar dibagian atas,pelat
ini berfungsi mencegah tikus atau hama naik keatas loteng. Pelat ini juga
berfungsi menambah corek pada tiang lopo.meskipun telah diganti dengan
beton tapi tetap memilki bentuk dan fungsi yang sama. Ragam hias yg lain
juga terdapat pada bagian pelapis yang telah menggukan cat untuk mewarnai
tiang,balok induk,dan dudukan.
Pada bubungan atap memiliki bentuk datar dandiasa memiliki dua cula
menyerupai tanduk yang berada di kiri dan kanan dari bubungan atap
lopo,inimenambah corak dan ragam hias pada lopo Banuna.
Bab 4
ANALISIS
Data-data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data dianalisis secara deskriptif
analitis. Analisis karakteristik yang dilakukan terhadap ume kbubu bertiang tunggal
meliputi ruang pada ke-empat jenis ume kbubu yang ada di Desa Kaenbaun.
3. PEMBAHASAN
Ume kbubu yang ada di Desa Kaenbaun terdiri dari empat jenis yaitu ume kbubu
dapur keluarga, ume kbubu anak laki-laki pertama, ume kbubu orang tua dan ume
kbubu induk suku. Ume kbubu-ume kbubu ini merupakan rumah yang berbentuk
bulat dengan atap berbentuk kerucut. Seluruh material ume kbubu menggunakan
material alami yang didapat dari lingkungan sekitar Desa Kaenbaun
Ume kbubu orang tua Ume kbubu orang tua merupakan ume kbubu yang dibuat
untuk menghormati dan mengenang orang tua. Ume kbubu ini digunakan oleh satu
rumpun keluarga berkumpul dan melakukan upacara adat. Ume kbubu orang tua
memiliki orientasi yang berbeda-beda sesuai dengan sukunya misalkan Suku Taus
yang berorientasi ke arah sumber mata air suci dan Suku Timo yang beorientasi ke
arah daerah asal mereka di daerah Biboki (salah satu kecamatan di Kabupaten
Timor Tengah Utara). Ruang pada ume kbubu hanya berjumlah satu ruang dengan
ukuran diameter sepanjang 5-6 meter dan tanpa sekat. Walaupun hanya memiliki
satu ruangan, namun berdasarkan aktifitas yang ada di dalam ume kbubu maka
terdapat beberapa teritori ruang. Teritori ruang yang terbentuk adalah dapur
sebagai tempat memasak di bagian belakang ruangan yang ditandai dengan adanya
batu tungku untuk memasak dan tempat beristirahat disebelah kiri ruangan ume
kbubu yang terdapat hala. Selain kedua area tersebut, terdapat juga area ruang
ditengah serta disebelah kanan ruangan sebagai area ritual adat sebagai tempat
melakukan upacara adat dan berkomunkasi dengan para leluhur yang ditandai
dengan adanya batu suci yang ada di bawah tiang induk. Pada saat upacara adat,
semua anggota keluarga duduk melingkari batu suci dan kemudian melakukan ritual
adat. Terdapat juga ruang luar yang berada di depan ume kbubu. Ruang ini
dibentuk dengan adanya hau monef yang digunakan pada saat upacara adat. Hau
monef ini merupakan altar altar bagi para leluhur yang meninggal secara tidak wajar
atau meninggal di luar rumah. Pada saat upacara adat tersebut, semua anggota
keluarga mengelilingi hau monef dan kemudian melakukan ritual adat. Selain kedua
ruang tersebut, terdapat sebuah ruang transisi yang berada di depan ume kbubu
(sebelum masuk kedalam ume kbubu).
Orang kaenbaun terkenal sebagai orang yang sangat hormat dan taat kepada
nenek moyang,antaralain karena selalu memulai dan mengakhiri kegiatan dengan
ritual adat, baik ritual silkus pertanian maupun silkus hidup. Hal ini menunjukan
bahwa nenek moyang terlibat stiap dalam setiap tindakan warga kaenbaun dari
skala desa hingga indivi. Hubungan dekat antara nenek moyang dan keturunan juga
tercermin nama orang kaenbaun,yang hampir slalu menggunakan nama nenek
moyang sebagai wujut hormat kepada mereka nama nenek moyang di berikan
kepada seseorang melalui tanda-tanda tertentu,entah melalui mimpi atau pengantar
fisik dan perilaku seseorangdapat di katakan,warga kaenbaun sangat hormat dan
taat kepada nenek moyang mereka(nenek moyang desa maupun nenek moyang
suku).ketaatan kepada tradisi tampaknya menjadi semacam paradigma dalam
kehidupan desa kaenbaun.
BAB 5
DAFTAR PUSTAKA