Anda di halaman 1dari 28

Rumah Bubungan Tinggi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Rumah Ba'anjung Pisang Sasikat Muka Ba'atap Sindang Langit Babubungan Tinggi
disingkat Rumah Bubungan Tinggi di Desa Telok Selong.

Rumah Bubungan Tinggi Ba'anjung Jurai terdapat di Desa Telok Selong.

Pola umum denah rumah Bubungan Tinggi.


Kandang Rasi motif bunga dan gelang pada Rumah Bubungan Tinggi di Desa Telok Selong.

Hiasan samping atas ruang Palatar atau Pamedangan pada Rumah Bubungan Tinggi di Desa
Telok Selong.

Rumah Bubungan Tinggi adalah salah satu jenis rumah Baanjung yaitu rumah tradisional
suku Banjar (disebut rumah Banjar) di Kalimantan Selatan dan bisa dibilang merupakan
ikonnya Rumah Banjar karena jenis rumah inilah yang paling terkenal karena menjadi maskot
rumah adat khas provinsi Kalimantan Selatan. Di dalam kompleks keraton Banjar dahulu kala
bangunan rumah Bubungan Tinggi merupakan pusat atau sentral dari keraton yang menjadi
istana kediaman raja (bahasa Jawa: kedhaton) yang disebut Dalam Sirap (bahasa Jawa:
ndalem) yang dahulu tepat di depan rumah tersebut dibangun sebuah Balai Seba pada tahaun
1780 pada masa pemerintahan Panembahan Batuah.

Daftar isi
1 Ciri-Ciri

2 Konstruksi

o 2.1 Bagian Konstruksi Pokok

o 2.2 Ruangan

3 Ukuran

4 Tata ruang dan kelengkapan

5 galeri

6 Rujukan

7 Pranala luar

Ciri-Ciri
Menurut Tim Depdikbud Kalsel, ciri-cirinya :

1. Atap Sindang Langit tanpa plafon

2. Tangga Naik selalu ganjil

3. Pamedangan diberi Lapangan kelilingnya dengan Kandang Rasi berukir

Konstruksi
Konstruksi rumah adat Banjar atau rumah ba-anjung dibuat dengan bahan kayu. Faktor alam
Kalimantan yang penuh dengan hutan rimba telah memberikan bahan konstruksi yang
melimpah kepada mereka, yaitu kayu.

Sesuai dengan bentuk serta konstruksi bangunan rumah adat Banjar tersebut maka hanya
kayulah yang merupakan bahan yang tepat dan sesuai dengan konstruksi bangunannya.

Bagian Konstruksi Pokok

Konstruksi pokok dari rumah adat Banjar dapat dibagi atas beberapa bagian, yaitu :

1. Tubuh bangunan yang memanjang lurus ke depan, merupakan bangunan induk.

2. Bangunan yang menempel di kiri dan kanan disebut Anjung.

3. Bubungan atap yang tinggi melancip disebut Bubungan Tinggi.

4. Bubungan atap sengkuap yang memanjang ke depan disebut atap Sindang Langit.

5. Bubungan atap yang memanjang ke belakang disebut atap Hambin Awan.

Tubuh bangunan induk yang memanjang terus ke depan dibagi atas ruangan-ruangan yang
berjenjang lantainya.

Ruangan

Ruangan-ruangan yang berjenjang lantainya ialah :

1. Palatar (pendopo atau teras), ruangan depan yang merupakan ruangan rumah yang
pertama setelah menaiki tangga masuk. Ukuran luas ruangan ini adalah 7 x 3 meter.
Palatar disebut juga Pamedangan.

2. Pacira, yaitu ruang antara (transisi) yang terbagi dua bagian yaitu pacira dalam dan
pacira luar. Pacira Dalam berfungsi untuk menyimpan alat pertanian, menangkap ikan
dan pertukangan. Kedua pacira ini hanya dibedakan oleh posisinya saja. Pacira Luar
tepat berada di muka pintu depan (Lawang Hadapan).

3. Panampik Kacil, yaitu ruang tamu muka merupakan ruangan yang agak kecil setelah
masuk melalui Lawang Hadapan yaitu pintu depan. Permukaan lantainya lebih tinggi
daripada lantai palatar. Ambang lantai disini disebut Watun Sambutan. Luas ruangan
ini adalah 7 x 3 meter.

4. Panampik Tangah yaitu ruang tamu tengah merupakan ruangan yang lebih luas dari
panampik kacil. Lantainya juga lebih tinggi dari ruang sebelumnya. Ambang lantai ini
disebut Watun Jajakan.

5. Panampik Basar atau Ambin Sayup, yaitu ruang tamu utama merupakan ruangan yang
menghadapi dinding tengah (Banjar: Tawing Halat). Permukaan lantainya lebih tinggi
pula dari lantai sebelumnya. Ambang Lantainya disebut Watun Jajakan, sama dengan
ambang lantai pada Panampik Tangah. Luas ruangan 7 x 5 meter.

6. Palidangan atau Ambin Dalam, yaitu ruang bagian dalam rumah yang berbatas
dengan panampik basar. Lantai palidangan sama tinggi dengan lantai panampik basar
(tapi ada juga beberapa rumah yang membuat lantai panampik basar lebih rendah dari
lantai palidangan). Karena dasar kedua pintu yang ada di tawing halat tidak sampai ke
dasar lantai maka watun di sini disebut Watun Langkahan. Luas ruang ini 7 x 7 meter.
Di dalam ruangan Palidangan ini terdapat tiang-tiang besar yang menyangga
bubungan tinggi (jumlahnya 8 batang). Tiang-tiang ini disebut Tihang Pitugur atau
Tihang Guru.

7. Panampik Dalam atau Panampik Bawah, yaitu ruangan dalam yang cukup luas
dengan permukaan lantai lebih rendah daripada lantai palidangan dan sama tingginya
dengan permukaan lantai panampik tangah. Ambang lantai ini disebut pula dengan
Watun Jajakan. Luas ruang 7 x 5 meter.

8. Padapuran atau Padu, yaitu ruangan terakhir bagian belakang bangunan. Permukaan
lantainya lebih rendah pula dari panampik bawah. Ambang lantainya disebut Watun
Juntaian. Kadang-kadang Watun Juntaian itu cukup tinggi sehingga sering di tempat
itu diberi tangga untuk keperluan turun naik. Ruangan padapuran ini dibagi atas
bagian atangan (tempat memasak) dan salaian (tempat mengeringkan kayu api),
pajijiban dan pagaduran (tempat mencuci piring atau pakaian). Luas ruangan ini
adalah 7 x 3 meter.

Ukuran

Tampak Belakang Rumah Adat Banjar

Tentang ukuran tinggi, lebar dan panjang setiap rumah adat Banjar pada umumnya relatif
berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh karena ukuran pada waktu itu didasarkan atas ukuran
depa atau jengkal.
Ukuran depa atau jengkal tersebut justru diambil dari tangan pemilik rumah sendiri; sehingga
setiap rumah mempunyai ukuran yang berbeda.

Ada kepercayaan di sana yang mengatakan bahwa setiap ukuran haruslah dengan hitungan
yang ganjil bilangan ganjil.

Penjumlahan ganjil tersebut tidak saja terlihat di dalam hal ukuran panjang dan lebar, tapi
juga sampai dengan jumlah hiasan tangga, anak tangga, layang-layang puncak dan lain-lain.

Jikalau diukur, maka panjang bangunan induk rumah adat Banjar pada umumnya adalah 31
meter sedang lebar bangunan induk adalah 7 meter dan lebar anjung masing-masing 5 meter.

Lantai dari permukaan tanah sekitar 2 meter yaitu kolong di bawah anjung dan palidangan;
sedangkan jarak lantai terendah rata-rata 1 meter, yaitu kolong lantai ruang palatar.

Tata ruang dan kelengkapan

Pintu belakang dari Rumah Banjar

Tata ruang rumah tradisional Bubungan Tinggi membedakan adanya tiga jenis ruang yaitu
ruang terbuka, setengah terbuka dan ruang dalam.

Ruang terbuka terdiri dari pelataran atau serambi, yang dibagi lagi menjadi surambi muka
dan surambi sambutan.

Ruang setengah terbuka diberi pagar rasi disebut Lapangan Pamedangan.

Sedangkan ruang dalam dibagi menjadi Pacira dan Panurunan (Panampik Kacil), Paluaran
(Panampik Basar), Paledangan (Panampik Panangah) yang terdiri dari Palidangan Dalam,
Anjung Kanan dan Anjung Kiwa, serta Panampik Padu (dapur).

Secara ringkas berikut ini akan diuraikan situasi ruang dan kelengkapannya;

Surambi
Di depan surambi muka biasanya terdapat lumpangan tempat air untuk membasuh kaki. Pada
surambi muka juga terdapat tempat air lainnya untuk pembasuhan pambilasan biasanya
berupa guci.

Pamedangan

Ruangan ini lantainya lebih tinggi, dikelilingi pagar rasi. Biasanya pada ruang ini terdapat
sepasang kursi panjang.

Pacira dan Panurunan (Panampik Kacil)

Setelah masuk Pacira akan didapatkan tanggui basar dan tanggui kacil di arah sebelah kiri,
sedangkan arah sebelah kanan terdapat pengayuh, dayung, pananjak dan tombak duha. Di
sayap kanan ruangan terdapat gayung, sandal dan terompah tergantung di Balabat Panurunan.
Sebagai perlengkapan penerangan dalam ruangan ini terdapat dua buah lampu gantung.

Paluaran (Panampik Basar)

Ruangan ini cukup besar digunakan untuk berbagai kegiatan keluarga dan kemasyarakatan
apabila masih kekurangan ruang Tawing Halat yang memisahkan dengan Palidangan dapat
dibuka. Di bagian tengah di depan Tawing Halat ini terletak bufet. Di atasnya agak
menyamping ke kiri dan ke kanan terdapat gantungan tanduk rusa. Di tengah ruangan
terdapat dua buah lampu gantung. Lantainya diberi lampit dan kelengkapan bergerak seperti
paludahan, kapit dan gelas, parapen, rehal.

Palidangan (Panampik Panangah)

Ruangan ini terdiri dari Paledangan Dalam dan Anjung Kiwa - Anjung Kanan. Fungsi ruang
sama dengan Paluaran, namun biasanya diperuntukkan bagi kaum wanita. Di sini terdapat
kelengkapan lemari besar, lemari buta, kanap, kendi. Lantainya diberi hambal sebagai alas
duduk.

Anjung Kanan - Anjung Kiwa

Ruang Anjung Kanan merupakan ruang istirahat yang dilengkapi pula dengan alat rias dan
perlengkapan ibadah. Sedangkan Anjung Kiwa merupakan tempat melahirkan dan tempat
merawat jenazah. Di sini juga di beri perlengkapan seperti lemari, ranjang, meja dan lain-lain.

Padu (dapur)

Bagian Padu pada Rumah Bubungan Tinggi Desa Habirau


Di samping untuk tempat perlengkapan masak dan kegiatannya, ruang padu ini juga
digunakan untuk menyimpan bahan makanan. Perlengkapan umum yang terdapat di
dalamnya adalah dapur, rak dapur, pambanyuan, lemari, tajau, lampit dan ayunan anak.

Bentuk arsitektur dan pembagian ruang rumah tradisional Bubungan Tinggi mempunyai
kesamaan prinsip antara satu dengan lainnya, dengan perbedaan-perbedaan kecil yang tidak
berarti.

Dari sini dapat dilihat bahwa rumah tradisional Bubungan Tinggi tersebut mempunyai
keterikatan dengan nilai tradisional masyarakatnya.

Jadi meskipun pada awalnya bentuk tersebut dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan fungsi
dan adaptasi terhadap lingkungan, tetapi karena sifatnya yang berulang-ulang kemudian dari
bentuk fungsional tersebut berubah menjadi bentuk yang tradisional.

Gambar Kerja Rumah Adat Banjar Gajah Baliku

Dosen pembimbing: J.C. Heldiansyah


Mata kuliah: Menggambar Arsitektur 2
Tugas: Ujian Tengah Semester 2
Judul gambar: Membuat Gambar Kerja Rumah Adat Banjar Gajah Baliku
Tanggal pengumpulan: 2 Mei 2013
Nilai: 95
Deskripsi bangunan:
-Terletak di desa Teluk Selong, Martapura.
-Gajah Baliku adalah rumah adat suku Banjar yang mana urutan tingkatannya ke dua setelah
Bubungan Tinggi.
-Gajah Baliku adalah kediamanan para pangeran atau putri dari raja, sedangkan raja tinggal di
rumah Bubungan Tinggi.
Catatan: gambar ini diarsipkan
Pada tanggal 22 April 2013, mahasiswa-mahasiswi Arsitektur melaksanakan kunjungan ke
rumah adat Banjar Bubungan Tinggi dan Gajah Baliku di Teluk Selong. Proses kegiatan
penelitian ini dikepalai oleh Pak J.C. Heldiansyah selaku dosen pembimbing MK
Menggambar Arsitektur 2. Kegiatan ini pun berbarengan dengan kegiatan membuat gambar
ornamen rumah adat Banjar pada MK Arsitektur Vernakular yang dibimbing oleh Bu
Naimatul Aufa.

Untuk MK Menggambar Arsitektur 2 para mahasiswa dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu


kelompok NIM-nya genap dan NIM-nyaganjil. Pada kelompok genap meneliti rumah Gajah
Baliku, sedangkan kelompok ganjil meneliti rumah Bubungan Tinggi. Aku yang ber-NIM
H1B112052 masuk ke kelompok genap.

Tugas penelitian ini dimaksudkan untuk mengerjakan tugas membuat gambar kerja rumah
adat Banjar. Tugas-tugas tersebut yaitu membuat denah, tampak (depan, kanan, kiri,
belakang), potongan (A-A dan B-B), perspektif (1 eksterior dan 2 interior), dan 3 detail
ornamen.

Beginilah foto proses penelitian tersebut...


Setelah meneliti dan mencatat data-datanya, inilah gambaran sketsa kasar dari rumah Gajah
Baliku yang kubuat...
Waktu pengerjaan tugas gambar kerja 13 lembar ini diberikan waktu 10 hari sampai tanggal 2
Mei 2013. Kami para mahasiswa-mahasiswi sangat sibuk mengerjakan tugas ini karena
berbarengan dengan tugas MK lainnya. Begadang tiap malam merupakan sebuah rutinitas
sampai-sampai mata menjadi bengkak.
Akhirnya pada deadlinenya aku bisa menyelesaikan tugas ini dengan finishing yang bagus.
Inilah hasil dari gambar kerja rumah adat Banjar, Gajah Baliku oleh Khairul Umam Al-
Banjari...

Orang Banjar di Kalimantan Selatan sesungguhnya mempunyai jiwa seni yang tinggi. Salah
satunya tercermin dari seni rupa sebagaimana terlihat pada berbagai ornamen atau hiasan
yang ditemukan pada rumah-rumah adat/tradisional Banjar,di samping terdapat pada ornamen
mesjid dan sarana lain, seperti kain tradisional sasirangan, dinding airguci, kain (tapih) sarung
wanita; nisan, tutujah (alat menanam padi), ranggaman (ani-ani), panginangan (tempat kapur
sirih), gayung mandi, dll.

Ornamen dalam arsitektur tradisional Banjar dikenal dengan istilah Tatah dalam bentuk:(1)
Tatah surut (ukiran berupa relief); (2) Tatah babuku (ukiran dalam bentuk tiga dimensi); (3)
Tatah baluang (ukiran bakurawang).

Ornamen pada rumah Banjar dapat ditemui antara lain pada beberapa tipe bangunan, seperti
Rumah Bubungan Tinggi (Rumah Baanjung), Gajah Baliku, Gajah Manyusu, Palimasan,
Palimbangan, Balai Laki, Balai, Bini, Tadah Alas, Cacak Burung/Anjung Surung. Ornamen
sebagai karya seni pahat dalam arsitektur Banjar ini memiliki kekhususan pada setiap tipe
rumah Banjar, karenanya ragam hias yang terdapat pada tipe rumah bubungan tinggi tidak
selalu sama ragam hiasnya dengan yang terdapat pada tipe rumah palimbangan.
Begitu pula ornamen pada tipe rumah Gajah Baliku, juga memiliki perbedaan dengan
ornamen yang ada pada rumah tipe Cacak Burung atau Anjung Surung.
Namun demikian terdapat pula ragam hias seni pahat itu yang bersifat netral, artinya terdapat
penempatan ornamen ragam bias tersebut yang bersamaan pada hampir semua tipe rumah
tradisional Banjar. Terdapat 11 (sebelas) bagian bangunan yang biasa diberi ukiran, sebagai
berikut:
(1) Pucuk Bubungan
Pada rumah tradisional tipe Bubungan Tinggi terdapat pada pucuk bubungan tinggi yang
lancip, yang disebut Layang-layang. Layang-layang dalam jumlah yang ganjil (lima)
dengan ukiran motif tumbuhan paku alai, bogam, tombak atau keris.
Pada rumah tipe Palimasan ornamen berbentuk sungkul dengan motif anak catur, piramida
dan bulan bintang.
Ukiran Jamang sebagai mahkota bubungan terdapat pada rumah tipe Palimbangan, Balai
Laki, Balai Bini dan tipe Cacak Burung. Jamang dalam bentuk simetris itu biasanya dengan
motif anak catur dengan kiri-kanannya paku alai, halilipan atau babalungan ayam.

Ornamen juga ditemukan pada tawing layar (tampuk bubungan) rumah-rumah tipe Bubungan
Tinggi, Palimbangan dan Cacak Burung.
Ornamen yang terdapat pada tawing layar ini selalu dalam komposisi yang simetris.
(2) Pilis atau Papilis
Pilis atau Papilis terdapat pada tumbukan kasau yang sekaligus menjadi penutup ujung kasau
bubungan tersebut. Juga pada banturan (di bawah cucuran atap) serta pada batis tawing (kaki
dinding) bagian luar.
Banyak motif yang dipergunakan dalam ukiran lis ini, antara lain motif rincung gagatas,
pucuk rabung, tali bapintal, dadaunan, dalam berbagai kreasi, kumbang bagantung (distiril),
paku alai, kulat karikit, gagalangan, i-itikan, sarang wanyi, kambang cangkih, teratai, gigi
haruan, dll.
(3) Tangga
Sebagai sarana penting dalam bangunan terdepan dan pertama ditemukan saat akan
memasuki rumah, maka tangga diberi ragam hias yang menarik.
Pada puncak pohon tangga umumnya terdapat ornamen dengan motif buah kanas (nenas).
Terdapat juga dengan motif kembang melati yang belum mekar, tongkol daun pakis,
belimbing, payung atau bulan sabit.
Pada panapih tangga biasanya terdapat motif tali bapintal, dadaunan, buah mingkudu dan
sulur-suluran.
Pada pagar tangga biasanya dipergunakan ukiran tali bapintal atau garis-garis geometris.
Berbagai motif dalam ragam hias yang banyak terdapat pada kisi-kisi pagar tangga,
dipergunakan motif bogam melati, galang bakait, anak catur, motif huruf S, geometris dan
berbagai kreasi campuran dari motif-motif tersebut.
(4) Palatar
Palatar merupakan bagian depan rumah yang cukup menarik bialamana diberikan ragam hias
dengan ukiran-ukiran. Ragam hias tersebut terdapat pada jurai samping kin dan kanan atas.

batis tawing dan kandang rasi.


Ornamen pada jurai biasanya mengambil motif hiris gagatas, pucuk rabung, daun paku atau
sarang wanyi.
Pada batis tawing (kaki dinding) ornamen mengambil motif dadaunan, sulur-suluran atau
buah mengkudu.
Kandang rasi yang berfungsi sebagai pagar pengaman, pada lawang atasnya dihiasi dengan
ragam sulur-suluran, sementara kisi-kisinya biasanya sama dengan motif kisi-kisi yang
terdapat pada kandang rasi tangga, yaitu motif anak catur, geometris, bogam melati,
gagalangan dan pelbagai kreasi campuran bebarapa motif tersebut.
Kandang rasi yang sederhana dengan lis-lis reng yang sejajar, reng bersilang atau bersilang
ganda yang dapat membentuk gambaran rencong gagatas.
(5) Lawang
Lawang atau pintu utama terdapat di ruang belakang palatar pada watun sambutan. Dua buah
lawang kembar terletak pada samping kiri dan kanan tawing halat. Ketiga buah lawang ini
biasanya diberikan ornamen yang indah.

Bagian-bagian lawang tersebut adalah :


Dahi lawang dengan ukiran tali bapintal dalam bentuk lingkaran bunder telur. Komposisi
bagiannya dilengkapi dengan motif sulur-suluran dan bunga-bungaan dengan kaligrafi Arab,
antara lain dengan tulisan Laa ilaaha illallah, Muhammadar rasulullah, Allah dan
Muhammad.
Jurai lawang berbentuk setengah lingkaran atau bulan sabit dengan kombinasi tali bapintal,
sulur-suluran, bunga-bunga dan kaligrafi Arab. Tulisan dengan bentuk berganda dengan
komposisi arah kiri ke kanan dan arah kanan ke kiri.
Daun lawang selalu menempatkan motif tali bapintal, baik pada pinggiran kusen pintu
tersebut, maupun hiasan bagian dalam. Tali bapintal pada bagian dalam berbentuk bunder
telur atau hiris gagatas. Pada keempat sudut daun lawang tersebut banyak dipergunakan
ornamen dengan motif pancar matahari dengan kombinasi dadaunan, di antaranya motif daun
jaruju.
(6) Lalungkang
Lalungkang atau jendela pada umumnya menempatkan ornamen sederhana, yang berada pada
dahi lalungkang tersebut. Ukiran sederhana tersebut berupa tatah bakurawang dengan motif
bulan penuh, bulan sahiris, bulan bintang, bintang sudut lima, daun jalukap atau daun jaruju.

Kadang-kadang tatah bakurawang tersebut


ditempatkan pada daun lalungkang bagian atas dan tidak diperlukan lagi pada dahi
lalungkang.
(7) Watun
Watun sebagai sarana pinggir lantai terbuka, yang diberikan ornamen adalah pada
panapihnya, yaitu dinding watun tersebut. Ornamen tersebut biasanya untuk panapih watun
sambutan, watun jajakan dan watun langkahan yang ada pada ruangan panampik kacil,
panampik tangah dan panampik basar. Terdapat ukiran dengan motif tali bapintal, sulur-
suluran, dadaunan, kambang taratai, kacapiring, kananga, kambang matahari, buah-buahan.
(8) Tataban
Tataban terletak pada sepanjang kaki dinding bagian dalam ruang panampik basar. Ukiran
yang terdapat disitu adalah pada panapih tataban tersebut. Pada umumnya sepanjang tataban
tersebut mempergunakan ornamen dengan motif tali bapintal pada posisi pinggirnya. Motif
lain terdapat dadaunan dan sulur-suluran dalam ujud yang kecil sepanjang jalur tataban
tersebut.
(9) Tawing Halat
Tawing Halat sebagai dinding pembatas yang utama merupakan bagian yang penting
bersama-sama dengan dua buah lawang kambar pada kiri kanannya. Ornamen tawing halat
ini hars seimbang dengan ragam hias yang terdapat pada kedua lawang kambarnya.

Biasanya tidak pernah ketinggalan motif tali bapintal, buah dan daun-daunan dengan
kombinasi kaligrafi Arab, seperti tulisan Laa ilaaha illallah, Muhammadar rasulullah, Allah,
Muhammad, Bismillahir rahmanir rahim. Terdapat pula kaligrafi Arab Dua Kalimah Syahadat
atau nama-nama para sahabat Nabi, Abu Bakar, Umar, Usman dan AIi, serta ayat-ayat suci Al
Quran, antara lain tertulis Pallahu khairan khapiza wahua arkhamur raahimin (Maka Allah
adalah sebaik-baik Pemelihara dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang).
(10) Sampukan Balok
Rumah Banjar tidak mengenal adanya sarana plafon, sehingga tampak adanya pertemuan
balok pada bagian atas. Pertemuan balok tersebut antara lain pada sampukan ujung tiang atau
turus tawing dengan bujuran (tiwa-tiwa). Pada pertemuan dua atau tiga ujung balok tersebut
diberikan ukiran dalam motif dedaunan dan garis-garis geometris.
(11) Gantungan Lampu
Rumah Banjar pada waktu dahulu belum mengenal adanya listrik, dipergunakan lampu
gantung sebagai alat penerangan pada malam hari. Balok rentang yang ada di atas pada posisi
tengah dipasang pangkal tali untuk gantungan lampu. Pada sekeliling pangkal gantungan
lampu tersebut diberi ukiran bermotif dedaunan dan bunga dalam komposisi lingkaran
berbentuk relief (Dikutip dari isi buku Urang Banjar dan Kebudayaannya).

http://umamalbanjari.blogspot.co.id/2013/05/rumah-adat-banjar-gajah-baliku.html

Filosofi-Filosofi Rumah Adat Kalimantan


Selatan

Dwitunggal Semesta
Maharaja Suryanata Manifestasi dewa Matahari (Surya).

- Rumah Bubungan Tinggi merupakan lambang mikrokosmos dalam makrokosmos.

- Rumah Bubungan Tinggi melambangkan berpadunya Dunia Atas & Dunia Bawah.

Puteri Junjung Buih Lambang air & kesuburan tanah.

Pohon Hayat & Payung


- Atap rumah Banjar Bubungan Tinggi yang menjulang ke atas merupakan citra dasar sebuah
Pohon Hayat yang merupakan lambang kosmis (pencerminan dimensi-dimensi dari
kesatuan semesta).

- Atap rumah Banjar Bubungan Tinggi yang menjulang ke atas merupakan citra dasar sebuah
Payung yang menunjukkan satu orientasi kekuasaan ke atas (lambang kebangsawanan
yang biasa menggunakan Payung Kuning).

Simetris

- Wujud bentuk rumah Banjar Bubungan Tinggi yang simetris terlihat pada bentuk sayap
bangunan atau anjung yang terdiri atas Ajung Kanan dan Anjung Kiwa.

- Filosofi simetris (seimbang) dalam pemerintahan Kerajaan Banjar, yang membagi


kementerian menjadi Mantri Panganan (kelompok menteri kanan) dan Mantri Pangiwa
(kelompok menteri kiri).

- Konsep simetris tercermin pada rumah Bubungan Tinggi.


Kepala - Badan - Kaki

- Bentuk rumah Bubungan Tinggi diibaratkan tubuh manusia yang terbagi menjadi bagian
secara vertikal yaitu:

1. Kepala

2. Badan

3. Kaki

- Anjung diibaratkan sebagai tangan kanan dan tangan kiri.


Tawing Halat
- Ruang dalam rumah Banjar Bubungan Tinggi terbagi menjadi ruang yang bersifat private
dan semi private.

- Diantara ruang Panampik Basar yang bersifat semi private dengan ruang Palidangan yang
bersifat private dipisahkan oleh Tawing Halat artinya dinding pemisah.

- Tawing Halat ini bagian tengahnya dapat dibuka sehingga seolah-olah suatu garis pemisah
transparan antara dua dunia (luar dan dalam) menjadi terbuka.
Denah Cacak Burung

- Denah rumah Banjar Bubungan Tinggi berbentuk tanda tambah yang merupakan
perpotongan dari poros-poros bangunan yaitu dari arah muka ke belakang dan dari arah
kanan ke kiri yang membentuk pola denah Cacak Burung yang sakral.

- Ruang Palidangan merupakan titik perpotongan poros-poros bangunan. Secara kosmologis


maka disinilah bagian paling utama dari rumah Banjar Bubungan Tinggi.

- Tawing Halat melindungi area dalam yang merupakan titik pusat bangunan yaitu ruang
Palidangan.

Tata Nilai Ruang


Pada rumah Banjar Bubungan Tinggi (istana) terdapat ruang Semi Publik yaitu Serambi atau
surambi yang berjenjang letaknya secara kronologis terdiri dari surambi muka, surambi
sambutan, dan terakhir surambi Pamedangan sebelum memasuki pintu utama (Lawang
Hadapan) pada dinding depan (Tawing Hadapan ) yang diukir dengan indah. Setelah
memasuki Pintu utama akan memasuki ruang Semi Private. Pengunjung kembali menapaki
lantai yang berjenjang terdiri dari Panampik Kacil di bawah, Panampik Tangah di tengah dan
Panampik Basar di atas pada depan Tawing Halat atau "dinding tengah" yang menunjukkan
adanya tata nilai ruang yang hierarkis.

- Ruang Panampik Kecil tempat bagi anak-anak,

- Ruang Panampik Tangah sebagai tempat orang-orang biasa atau para pemuda,

- Ruang Panampik Basar yang diperuntukkan untuk tokoh-tokoh masyarakat, hanya orang
yang berpengetahuan luas dan terpandang.

Hal ini menunjukkan adanya suatu tatakrama sekaligus mencerminkan adanya pelapisan
sosial masyarakat Banjar tempo dulu yang terdiri dari lapisan atas adalah golongan berdarah
biru disebut Tutus Raja (bangsawan) dan lapisan bawah adalah golongan Jaba (rakyat) serta
diantarakeduanya adalah golongan rakyat biasa yang telah mendapatkan jabatan-jabatan
dalam Kerajaan beserta kaum hartawan.

Diposkan oleh Isal_liv8 di 08.05


1 komentar:

1.

Wujudkan Rumah Impian Anda17 November 2010 16.36

Wujudkan Rumah Impian Anda

JASA KONSULTAN ARSITEK KONTRAKTOR DAN DESAIN INTERIOR

Untuk anda yang membutuhkan jasa arsitek dan kontraktor berpengalaman. Silahkan
hubungi kami untuk mewujudkan rumah impian anda.

Kunjungi> http://www.konsultan-arsitektur.com/

Apapun itu jenis hunian yang ditawarkan, seperti:


1. Rumah Mewah / Villa
2. Hotel / Apartement
3. Mall, Ruko / Rukan / Kantor
4. Cafe / Restaurant / Playland

Untuk memenuhi keinginan klien & owner, harga yang terjangkau di tengah pasar
yang kompetitf dengan tetap dapat mengurangi biaya desain & pembangunan apabila
anda menggunakan jasa arsitek & kontraktor dari kami.

Dengan produk jasa yang akan diterima, yaitu:


1. Design Architecture + Estimation Cost (RAB)
2. Prespektif Warna 3Dimensi
3. Sub Drawing
4. Project Supervising
5. Design & Build
6. Landscaping
Hubungi segera :
PT. Diorindo Graha Perkasa
Jl. Harapan Mulia Raya no.1B
Kemayoran-Jakarta
Telp: (021) - 4287 6180
Mobile: (021) - 9138 6230
Email: elevenstudios@yahoo.co.id
Untuk konsultasi silahkan klik di sini...

Anda mungkin juga menyukai