TINJAUAN PUSTAKA
mereduksi
tenaga
yang
harus
dikeluarkan
dari
tubuh
dalam
e. Insulasi Pakaian
Jenis dan bahan pakaian yang dikenakan juga dapat mempengaruhi
kenyamanan termal. Salah satu cara manusia untuk dapat beradaptasi dengan
keadaan termal di lingkungan sekitarnya adalah dengan cara berpakaian.
Misalnya, mengenakan pakaian tipis di musim panas dan pakaian tebal di
musim dingin. Pakaian juga dapat mengurangi pelepasan panas tubuh.
f. Aktivitas
Aktivitas yang dilakukan manusia akan meningkatkan metabolisme tubuhnya.
Semakin tinggi intensitas aktivitas yang dilakukan, maka semakin besar pula
peningkatan metabolisme yang terjadi di dalam tubuh, sehingga makin besar
energi dan panas yang dikeluarkan.
Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi kenyamanan termal
ruangan dari segi arsitektural (Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan
Oswald P.M. Siahaan, 2013), yakni :
a. Desain Bangunan
Pada iklim tropis, fasad bangunan yang berorientasi Timur-Barat merupakan
bagian yang paling banyak terkena radiasi matahari (Mangunwijaya, 1980).
Oleh karena itu, bangunan dengan orientasi ini cenderung lebih panas
dibandingkan dengan orientasi lainnya. Selain orientasi terhadap matahari,
orientasi terhadap arah angin juga dapat mempengaruhi kenyamanan termal,
karena orientasi tersebut dapat mempengaruhi laju angin ke dalam ruangan
(Boutet, 1987) (Gambar 2.1). Dimensi dan bentuk dari suatu bangunan juga
dapat mempengaruhi lebar bayangan angin (Boutet, 1987) (Gambar 2.2).
Gambar 2.1 Orientasi bangunan persegi terhadap arah angin (Boutet, 1987 dalam Latifah,
Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013)
Gambar 2.2 Pengaruh dimensi dan bentuk dari bangunan terhadap ukuran bayangan angin
(Boutet, 1987 dalam Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M.
Siahaan, 2013)
NO.
Tipe Konstruksi
Transmitan, U
(W/m2DegoC)
1.
3,24
2.
2,67
3.
2,44
4.
3,58
Gambar 2.3 Pengaruh perletakan massa bangunan terhadap aliran udara (Boutet, 1987 dalam
Latifah, Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013)
b. Desain Bukaan
Perletakan dan orientasi inlet berada pada zona bertekanan positif, sedangkan
outlet berada pada zona bertekanan negatif. Inlet dapat mempengaruhi
kecepatan dan pola aliran udara di dalam ruangan, sedangkan pengaruh outlet
hanya pengaruh kecil saja (Mclaragno, Michele, 1982 dalam Latifah, N.L.,
Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013) (Gambar
2.4). Bukaan berfungsi untuk mengalirkan udara ke dalam ruangan dan
mengurangi tingkat kelembaban di dalam ruangan. Bukaan yang baik harus
terjadi cross ventilation, sehingga udara dapat masuk dan keluar ruangan
(Gambar 2.5).
Gambar 2.4 Pengaruh perletakan dan orientasi bukaan terhadap angin(Sumber: Melaragno,
Michele, 1982, dalam Latifah, Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald
P.M. Siahaan, 2013)
Gambar 2.5 Pengaruh lokasi bukaan terhadap pola aliran udara dalam ruang (Sumber:
Melaragno, Michele, 1982, dalam Latifah, Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan
Oswald P.M. Siahaan, 2013)
Semakin besar perbandingan luas outlet terhadap inlet, maka kecepatan angin
di dalam ruangan lebih tinggi sehingga ruangan lebih sejuk (Latifah, N.L.,
10
Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013). Tipe
bukaan yang berbeda akan memberikan sudut pengarah yang berbeda pula
dalam menentukan arah gerak udara dalam ruang (Gambar 2.6).
Gambar 2.6 Tipe bukaan (Sumber: Beckett, 1974 dalam Latifah, Latifah, N.L., Harry Perdana,
Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013)
c. Pengaruh Luar
Perletakan vegetasi di area sekitar bangunan dapat mengurangi radiasi panas
matahari ke bangunan baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut
White R.F (dalam Egan, 1975 dalam Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung
Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013), semakin jauh jarak pohon dari
suatu bangunan, maka pergerakan udara di dalam bangunan yang tercipta akan
menjadi lebih baik (Gambar 2.7).
Gambar 2.7 Jarak pohon terhadap bangunan dan pengaruhnya terhadap ventilasi alami
(Sumber: Egan, 1975 dalam Latifah, Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan
Oswald P.M. Siahaan, 2013)
11
Gambar 2.8 Jenis - jenis solar shading devices sebagai pelindung terhadap radiasi matahari
(Sumber: http://www.bembook.ibpsa.us/index.php?title=Solar_Shading)
dalam
yang
sehat
berdasarkan
MENKES
12
Temperatur Efektif
(TE)
Kelembaban / RH
(%)
Sejuk Nyaman
20,5C TE 22,8C TE
50%
Ambang Atas
24C TE
80%
Nyaman Optimal
22,8C TE 25,8C TE
Ambang Atas
28C TE
Hangat Nyaman
25,8C TE 27,1C TE
70%
60%
Ambang Atas
31C TE
13
yang
Mempengaruhi
Kenyamanan
Termal
Pada
Manusia
Menurut Levin (1995), tingkat kenyamanan termal pada manusia berbedabeda, sehingga tidak mungkin membuat semua orang merasa nyaman sesuai
dengan tingkat kenyamanan termal masing-masing orang. Hal ini merupakan
tantangan bagi arsitek, insinyur, dan operator bangunan adalah untuk merancang
dan memelihara bangunan dengan kondisi kenyamanan termal yang hanya
14
sebagian kecil saja penghuni yang merasa tidak nyaman. Para desainer harus
menentukan rentang kondisi termal yang dapat diterima dan kemudian
memutuskan bagaimana untuk mempertahankan kondisi tersebut. Dalam
menentukan rentang yang dapat diterima, penting untuk mengetahui berapa
banyak penghuni yang akan merasa tidak nyaman pada setiap suhu tertentu dan
berapa banyak akan merasa tidak nyaman bahkan pada suhu optimal. Faktorfaktor yang mempengaruhi kenyamanan termal pada manusia dibagi menjadi tiga
faktor utama (Auliciems dan Szokolay, 2007), yaitu :
a. Lingkungan
Kenyamanan termal di lingkungan sekitar manusia dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu temperatur udara, pergerakan angin, kelembaban, serta radiasi.
Temperatur udara merupakan faktor lingkungan yang paling penting.
Temperatur ini merupakan temperatur udara kering (dry bulb temperature)
yang akan menentukan penyaluran panas bersama dengan pergerakan udara.
Pergerakan udara yang diukur dengan kecepatannya (v, dalam m/s) dapat
membantu agar permukaan tubuh dapat beradaptasi terhadap kenaikan suhu
lebih cepat dan mempengaruhi penguapan air dari kulit, sehingga memberikan
efek pendinginan. Kelembaban udara juga mempengaruhi tingkat penguapan.
Hal ini dapat dinyatakan dengan kelembaban relatif (RH,%). Pertukaran
radiasi akan bergantung pada suhu rata-rata dari permukaan sekitarnya, yang
disebut sebagai suhu radiasi rata-rata (MRT) atau adanya radiasi satu arah
yang kuat, misalnya dari matahari.
b. Individu
Setiap manusia mengeluarkan panas. Panas yang keluar dari dalam tubuh
manusia dipengaruhi oleh tingkat metabolisme tubuh dan jenis pakaian yang
dikenakan. Tingkat metabolisme merupakan panas yang dihasilkan di dalam
tubuh selama beraktivitas. Semakin banyak melakukan aktivitas fisik, semakin
banyak panas yang dihasilkan. Semakin banyak panas yang dihasilkan tubuh,
semakin banyak panas yang perlu dihilangkan agar tubuh tidak mengalami
overheat. Metabolisme diukur dalam MET (dimana 1 MET=58 W/m2).
Manusia dewasa normal memiliki luas permukaan tubuh 1,7 m2, dan orang
15
dalam kenyamanan termal dengan tingkat aktivitas 1 MET akan memiliki heat
loss kira-kira 100 W. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, pengukuran
tingkat metabolisme tubuh sebaiknya dilakukan paling lama 1 jam terakhir.
Berikut adalah tingkat metabolisme dari beberapa aktivitas berdasarkan
ASHRAE (2009) (Gambar 2.10).
Gambar 2.10 Nilai MET berbagai aktivitas untuk orang dewasa, dimana luas permukaan
tubuh orang dewasa 70 kg = 1,7 m2(Sumber: ASHRAE, 2009)
16
Jenis Pakaian
Celana dalam
0.06 clo
Baju dalam
0.06 clo
Baju
0.09 clo
0.11 clo
Kaos kaki
0.03 clo
Sepatu
0.01 clo
Total
0.43 clo
ada
faktor-faktor
lain
yang
turut
berkontribusi
dalam
17
Gambar 2.12 Grafik hubungan antara PMV dan PPD (Sumber: ASHRAE, 2009)
18
PPD
(Predicted
Percentage
Dissatisfied)
merupakan
banyaknya orang (dalam persentase) yang tidak puas terhadap keadaan termal di
lingkungan sekitar. Orang diasumsikan tidak puas terhadap keadaan termal
19
20
21
22