Anda di halaman 1dari 36

PERANCANGAN ARSITEKTUR – 1

ECO-HOUSE

DISUSUN OLEH:
1. Dorothy S.A.R. Sinurat (170406120)
2. Alberta L. Aritonang (170406123)
3. Nadya Silitonga (170406125)
4. Theo Fidelis (170406134)

KELAS: B2
DOSEN PEMBIMBING: NOVI RAMADHANI ST, MT,

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Manusia merupakan pihak yang paling bertanggung jawab atas kondisi alam yang
memprihatinkan Salah satu masalah besar yang tengah dihadapi umat manusia di bumi ini
adalah masalah lingkungan hidup. Kerusakan alam yang semakin parah, telah memicu dan
memacu pemanasan global. Akibatnya bukan saja bencana alam yang terjadi bertubi-tubi,
melainkan juga cuaca yang menjadi sukar diprediksi. Yang lebih mengkhawatirkan lagi,
ketidakpedulian terhadap alam juga seolah-olah sudah menjadi gaya hidup hampir sebagian
manusia saat ini. Namun ternyata tidak semua manusia punya sikap seperti itu, ada beberapa
orang / kelompok yang sudah mulai sadar mengenai tanggung jawab terhadap lingkungan ini.
Dalam perancangan bangunan, sering kali keselarasan desain dengan alam kurang
diperhatikan, dalam hal pemanfaatan sumber daya alam dan penggunaan teknologi yang tidak
ramah terhadap alam. Oleh karena itu, perancangan bangunan ternyata juga mempunyai andil
besar memicu pemanasan global dan berakibat pada turunnya kualitas hidup manusia. Dari
semua gejala alam yang sudah terjadi, kini sudah saatnya perancangan bangunan, lebih
memahami alam melalui pendekatan dan pemahaman terhadap perilaku alam lebih dalam
agar tidak terjadi kerusakan alam yang lebih parah. Sasaran utama dari upaya ini adalah tidak
memperparah pemanasan global, melalui upaya rancangan arsitektur yang selaras dengan
alam serta memperhatikan kelangsungan ekosistem, yaitu dengan pendekatan ekologi. Frick
(1998) banyak menjelaskan mengenai konsep arsitektur ekologis atau disebut juga eko-
arsitektur. Eko-arsitektur tidak menentukan apa yang seharusnya terjadi dalam arsitektur,
karena tidak ada sifat khas yang mengikat sebagai standar atau ukuran baku. Namun, eko-
arsitektur mencakup keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya.
Pendekatan ekologi merupakan cara pemecahan masalah perancangan bangunan
dengan mengutamakan keselarasan rancangan dengan alam, melalui pemecahan secara teknis
dan ilmiah. Pendekatan ini diharapkan menghasilkan konsep-konsep perancangan bangunan
yang ramah lingkungan, ikut menjaga kelangsungan ekosistem, menggunakan energi yang
efisien, memanfaatan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui secara efisien,
menekankan penggunaan sumber daya alam yang dapat diperbarui dengan daur ulang. Semua
ini ditujukan bagi kelangsungan ekosistem, kelestarian alam dengan tidak merusak tanah, air
dan udara, tanpa mengabaikan kesejahteraan dan kenyamanan manusia secara fisik, sosial
dan ekonomi secara berkelanjutan. Bangunan didirikan berdasarkan rancangan yang dibuat
oleh manusia yang seringkali lebih menekankan pada kebutuhan manusia tanpa
memperhatikan dampaknya terhadap alam sekitarnya. Seharusnya manusia sadar betapa
pentingnya kualitas alam sebagai penunjang kehidupan, maka setiap kegiatan manusia
seharusnya didasarkan pada pemahaman terhadap alam termasuk pada perancangan
arsitektur. Pemahaman terhadap alam pada rancangan arsitektur adalah upaya untuk
menyelaraskan rancangan dengan alam, yaitu melalui memahami perilaku alam, ramah dan
selaras terhadap alam. Keselarasan dengan alam merupakan upaya pengelolaan dan menjaga
kualitas tanah, air dan udara dari berbagai kegiatan manusia.
Sebuah rumah yang ditumbuhi rerimbunan pohon bukan berarti sudah layak langsung
disebut sebagai rumah ramah lingkungan. Kehadiran pepohonan ataupun taman di sekeliling


STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
rumah, terutama di halaman depan memang hampir selalu diidentikkan dengan rumah ramah
lingkungan. Anggapan ini semakin menguat tatkala pemerintah dan berbagai pihak
menggalakkan penanaman pohon di sekitar rumah dan lingkungan untuk menahan laju
pemanasan global. Belum lagi adanya aturan mengenai persyaratan ruang terbuka hijau untuk
hunian. Persepsi di atas kadang bisa menjadi keliru tatkala konsep rumah ramah lingkungan
hanya berkutat pada penyediaan ruang terbuka hijau dan penanaman pohon saja. Belum lagi
adanya pemikiran bahwa membangun rumah ramah lingkungan lebih sulit dan lebih mahal
biayanya menyebabkan banyak orang menjadi keliru terhadap pemahaman rumah ramah
lingkungan itu sendiri. Perlu adanya dorongan dan sosialisasi terus menerus mengenai konsep
ramah lingkungan yang dapat mendatangkan keuntungan, sebagai modal untuk menggugah
dan membangkitkan semangat untuk lebih mencintai lingkungan melalui pembangunan yang
berwawasan lingkungan, sehingga diharapkan dapat menimbulkan keinginan dan kegairahan
untuk mengadopsi konsep hunian ramah lingkungan.
Dari sekian banyak jenis bangunan, rumah / hunian merupakan bangunan yang paling
dekat dan paling banyak memiliki pengaruh dalam kehidupan manusia. Dalam rangka upaya
mengurangi dampak pemanasan global, dan menciptakan keharmonisan dengan alam, perlu
makin digalakkan pembangunan hunian yang lebih hijau dan ramah lingkungan, yang
kemudian lebih banyak dikenal sebagai konsep rumah ramah lingkungan (eco friendly-
house). Perlu adanya kajian dan pedoman mengenai konsep rumah ramah lingkungan (eco
friendly-house) dalam rangka membantu sosialisasi mengenai konsep rumah ramah
lingkungan.


STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pengertian dan Definisi Eco-House
Eco-house atau rumah ramah lingkungan merupakan salah satu cara untuk ikut andil
menjaga lingkungan kehidupan. Mendesain eco-house sudah menjadi ketentuan umum ketika
berencana membangun rumah. Eco-house berarti mendesain rumah dari segala aspek baik
luar maupun dalamnya yang dalam operasi, konstruksi, hingga memaintance rumah tidak
akan berdampak buruk bagi lingkungannya. Beberapa hal yang terkait dalam eco-house
adalah bangunan yang sustainable dari segi ketahanan, ekonomi, kebutuhan, serta
kenyamanan dalam rumah.
Metode dari hunian eco-house adalah membuat rumah yang dapat menyimpan energi
untuk membuat lingkungan lebih asri. Dengan kondisi lingkungan sekarang, para arsitek
professional pun menerapkan desain eco-house karena hal tersebut adalah tanggung jawab
mereka, dimana mereka harus membangun rumah yang tidak merusak lingkungan.
Penggunaan material yang baik untuk lingkungan akan menghemat biaya pengeluaran. Eco-
house juga membuat rumah lebih nyaman dengan desain yang tetap memperhitungkan
estetikanya. Berikut adalah cara mendesain rumah yang ramah lingkungan (eco-house).

Ecolodge di Bukit Lawang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara


STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
2.2.Penerapan 3R (Reduce, Reuse, Recyle)
Penerapan sistem 3R (reuse, reduce, dan recycle) menjadi salah satu solusi dalam
menjaga lingkungan di sekitar kita yang murah dan mudah untuk dilakukan di samping
mengolah sampah menjadi kompos atau meanfaatkan sampah menjadi sumber listrik
(Pembangkit Listrik Tenaga Sampah). Selain itu, penerapan 3R ini juga dapat dilakukan oleh
setiap orang dalam kegiatan sehari-hari. 3R terdiri dari reuse, reduce, dan recycle. Reuse
berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama
ataupun fungsi lainnya. Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan
sampah. Dan recycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau
produk baru yang bermanfaat. Sebenarnya ketiga hal ini sudah menjadi kebiasaan-kebiasaan
dasar seseorang yang peduli lingkungan.
Reduce. Bangunan hijau mengutamakan penggunaan material local yang dibiarkan alami
atau dipoles dengan material ramah lingkungan untuk mengurangi jejak karbon dan zat racun
yang dihasilkan proses transportasi serta finishing. Bangunan hijau mengutamakan ventilasi
yang baik dan pencahayaan yang optimal sehingga mengurangi pemakaian listrik. Bangunan
hijau juga mengutamakan efisiensi utilitas dan pemipaan,menghemat pemakaian air,terutama
air tanah,dengan membuat banyak penghijauan dan memanfaatkan air hujan sebagai salah
satu sumber airnya.
Reuse. Menggunakan ulang. Memakai kembali dan memperpanjang usia manfaat dari
berbagai benda yang sudah dipakai. Ini dengan sendirinya mengurangi jumlah sampah dan
limbah bangunan. Dalam kasus-kasus renovasi,bangunan hijau akan memakai kembali secara
optimal material dari bangunan lama seperti kusen,genteng,penutup lantai,dan teralis.
Recycle. Mendaur ulang. Merupakan usaha penggunaan ulang barang atau bahan yang
sudah digunakan dengan menambahkan bahan lain dan menggunakan teknologi sehingga
menghasilkan suatu benda atau bahan yang baru untuk digunakan kembali. Bangunan hijau
ikut memperbarui energy dengan memanfaatkan teknologi panel surya yang memakai panas
matahari sebagai sumber energinya-demikian juga energi air dan angin.


STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
2.3. Hunian Hijau yang Menjadi
2.3.1. Konservasi Air
Sang arsitek merancang skema pemafaatan air hujan dan air bekas untuk menghemat
penggunaan air tanah. Sebuah struktur untuk menampung dan menyaring air dirancang dan
diletakkan di atap untuk kemudian dialirkan ke bawah. Limbah air kotor (grey water dan
black water) sedapat mungkin diolah sehingga tidak mencemari lingkungan. Peletakan area
basah yang strategis membuat sistem pemipaan dan utilitas menjadi sederhana.
Konsep konservasi air yang diterapkan:
1. Air hujan ditampung untuk mandi dan mencuci pakaian
2. Pengolahan greywater dengan kolam dan tanaman air (fitomediasi) sehingga dapat
digunakan untuk menyiram kloset,tanaman,dan mencuci mobil
3. Penggunaan bio-septik tank agar air limbah bias langsung diresap tanah
4. Menyediakan 62,5% dari lahan sebagai kolam peresapan.

Salah satu produk limbah terbesar dari sebuah rumah adalah air dan sementara
beberapa dari ini tidak dapat digunakan untuk hal lain karena alasan yang jelas, ada sejumlah
cara yang mengejutkan bahwa air dapat didaur ulang. Skema seperti itu sudah diiklankan ke
supermarket dan bisnis besar lainnya tetapi bagaimana rumah yang bisa dibangun sendiri
memasukkan daur ulang air ke dalam desain mereka?
 Greywater Recycling
Grey water adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan air yang berasal
dari mesin cuci, pancuran, bak mandi, dan bekas cucian tangan. Memiliki air yang keruh. Air
tersebut berada diantara air putih dan air hitam atau air limbah. Grey water dapat
mengandung bahan kimia seperti sabun atau deterjen serta mikroba dan bahkan lemak jika
wastafel dapur disertakan. Tetapi ini tidak berarti bahwa itu tidak dapat didaur ulang dalam
beberapa cara.
Tiga cara mudah untuk mendaur ulang grey water termasuk menyiram kebun,
mencuci mobil dan menyiram toilet. Sebuah sistem terpisah dapat dipasang yang
mengumpulkan greywater yang memungkinkannya untuk digunakan kembali untuk
keperluan lain.


STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
Ada beberapa produk yang harus dihindari jika berencana untuk menggunakan sistem
daur ulang grey water. Ini termasuk bekas air mandi, pemutih, zat kaustik dan pewarna kimia
serta pelarut, asam kuat dan alkali. Apa pun yang mungkin berbahaya bagi tanaman atau
satwa liar atau bersifat korosif tidak boleh digunakan dalam sistem yang menampilkan daur
ulang greywater.
 Mengumpulkan air hujan
Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis dan curah hujan yang tinggi.
Pemanfaatan air hujan tentunya sangat penting dalam penerapan arsitektur eco-house. Air
hujan menjadi pilihan populer untuk digabungkan dengan bangunan baru. Idenya ini
bukanlah ide baru karena tukang kebun menggunakan tangki air untuk mengumpulkan hujan
selama berabad-abad dan kemudian mendistribusikannya kembali ke taman bila diperlukan.
Sistem rumah tangga digunakan untuk mendaur ulang air hujan dengan cara yang lebih
kompleks. Sebagai contoh, sistem atap dapat mengumpulkan hujan dan kemudian
menggunakannya untuk menyiram toilet. Sistem ini untuk rumah dengan tiga atau empat
kamar tidur dapat berharga sekitar £ 2.000 dengan sistem yang lebih rumit menjadi lebih
mahal.
 Daur Ulang Black water
Bentuk daur ulang air yang paling mutakhir dan paling rumit adalah air hitam atau air
limbah. Jelas, ini mengandung bakteri yang tidak sehat dan berbahaya dan zat jahat lainnya.
Tetapi sistem telah dikembangkan yang memungkinkan black water untuk mengumpulkan
dalam tangki dan mengendap. Mikroba khusus memecah padatan di dalam tangki dan setelah
sekitar 24 jam, kemudian melewati ke tangki penjernihan.
Setelah ini, ada pilihan berbeda tergantung pada produk akhir yang diinginkan. Aerasi
dapat bekerja dengan bakteri di dalam air untuk memecah bahan kimia, diikuti oleh
pengendapan lebih lanjut. Kemudian tergantung pada kualitas air, lalu dapat digunakan
sebagai grey water.


STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
 Menyimpan Air
Menyimpan air dari semua kelas adalah elemen lain yang perlu dipertimbangkan
dengan properti yang dibangun sendiri. Sering dilakukan di bawah tanah, sistem ini kadang-
kadang menggunakan unit desinfeksi UV untuk mencegah pertumbuhan bakteri di dalam air.
Sistem baru diluncurkan setiap waktu yang bertujuan untuk mendaur ulang air dengan lebih
baik dari semua tingkatan, yang berarti bahwa dalam waktu dekat, kita semua bisa jauh lebih
ekonomis dengan penggunaan air.
2.3.2. Energi terbarukan
Tantangan yang paling sulit bagi setiap arsitek dalam membangun rumah hijau adalah
bagaimana mengurangi penggunaan energi. Rumah ini,bukan saja mengurangi pemakaian
energy,tapi juga memberi solusi untuk memperbarui energy. Agung menggunakan teknologi
panel surya dengan generator turbin bertenaga angin(vertical axis wind turbin) untuk aliran
listriknya. Sedangkan biogas digunakan untuk kebutuhan memasak di dalam rumah.
Penggunaan energy terbarukan di Indonesia khususnya di daerah Sumatera Utara
sangatlah kurang karena biaya yang mahal pada perangkat dan pembuatannya. Ccontohnya
panel surya. Bisa dilihat bahwa hunian di Indonesia khususnya Sumatera Utara di daerah
perkotaan, pegunungan maupun pesisir pantai hanya dimiliki oleh orang – orang kaya.
Adapun penggunaan energy terbarukan seperti panel surya, turbin, dan lainnya dikelola oleh
pemerintah

Rumah satu lantai ini dibangun dengan gaya modern nan stylish. Atapnya menggunakan
panel surya agar panas matahari bisa menggantikan energi listrik. Terasnya didesain untuk
bisa mengakomodir setiap kebutuhan; mulai dari parkir, berkebun, dan aktivitas lainnya.


STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
Kincir angin di Pantai Baru, Bantul, Yogyakarta sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid

Indonesia dapat menghasilkan lebih dari 60 persen dari pasokan listriknya dari
sumber-sumber energi terbarukan pada tahun 2050 sehingga ketergantungan terhadap bahan
bakar fosil impor dapat berkurang dan dapat menyediakan listrik yang lebih murah, demikian
menurut laporan terbaru hasil kerja sama Greenpeace, Engineering Center Universitas
Indonesia dan Dewan Energi Terbarukan Eropa.


STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
2.3.3. Bahan Bangunan Ramah Lingkungan
Fakta akibat pemanasan global mendorong lahirnya berbagai inovasi produk industri
terus berkembang dalam dunia arsitektur dan bahan bangunan. Konsep pembangunan
arsitektur hijau menekankan peningkatan efisiensi dalam penggunaan energi dan material
bangunan.
Desain bangunan hemat energi, membatasi lahan terbangun, layout sederhana, ruang
mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi bahan, dan material ramah lingkungan. Atap-
atap bangunan dikembangkan menjadi taman atap (roof garden, green roof) yang memiliki
nilai ekologis tinggi (suhu udara turun, pencemaran berkurang, ruang hijau bertambah).
Pemilihan material yang ramah lingkungan dapat dijabarkan menjadi dua hal yakni
dari sisi teknologi dan penggunaan. Dari sisi teknologi, pemilihan bahan sebaiknya
menghindari adanya toksin atau racun dan diproduksi tidak bertentangan dengan alam.
Sebagai contoh, minimalkan penggunaan material kayu, batu alam ataupun bahan bangunan
yang mengandung racun seperti asbeston. Sedangkan dari sisi penggunaan, pemilihan
material yang ramah lingkungan misalnya menggunakan lampu hemat energi seperti lampu
LED yang rendah konsumsi listrik, semen instan yang praktis dan efisien, atau pun memilih
keran yang memakai tap yang hanya mengeluarkan air dalam volume tertentu.
Pemanfaatan material bekas atau sisa untuk bahan renovasi bangunan juga dapat
menghasilkan bangunan yang indah dan fungsional. Selain itu, pemanfaatan material bekas
kembali dapat menghebat biaya dan material yang diambil dari alam sehingga dapat lebih
melestarikan alam. Kusen, daun pintu atau jendela, kaca, teraso, hingga tangga dan pagar besi
bekas masih bisa dirapikan, diberi sentuhan baru, dan dipakai ulang yang dapat memberikan
suasana baru pada bangunan.
Material ramah lingkungan memiliki kriteria sebagai berikut;
 tidak beracun, sebelum maupun sesudah digunakan
 dalam proses pembuatannya tidak memproduksi zat-zat berbahaya bagi lingkungan
 dapat menghubungkan kita dengan alam, dalam arti kita makin dekat dengan alam
karena kesan alami dari material tersebut (misalnya bata mengingatkan kita pada
tanah, kayu pada pepohonan)
 bisa didapatkan dengan mudah dan dekat (tidak memerlukan ongkos atau proses
memindahkan yang besar, karena menghemat energi BBM untuk memindahkan
material tersebut ke lokasi pembangunan)
 bahan material yang dapat terurai dengan mudah secara alami
 dapat didaur ulang atau digunakan kembali


STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
Perpustakaan di Bandung yang menggunakan limbah es krim pada material bangunan
Material yang ramah lingkungan menurut kriteria diatas misalnya; batu bata, semen,
batu alam, keramik lokal, kayu, dan sebagainya. Ramah lingkungan atau tidaknya material
bisa diukur dari kriteria tersebut atau dari salah satu kriteria saja, seperti kayu yang makin
sulit didapat, tapi bila dipakai dengan hemat dan benar bisa membuat kita merasa makin
dekat dengan alam karena mengingatkan kita pada tumbuh-tumbuhan.
Semen, keramik, batu bata, aluminium, kaca, dan baja sebagai bahan baku utama
dalam pembuatan sebuah bangunan berperan penting dalam mewujudkan konsep bangunan
ramah lingkungan.
Untuk kerangka bangunan utama dan atap, kini material kayu sudah mulai digantikan
material baja ringan. Isu penebangan liar (illegal logging) akibat pembabatan kayu hutan
yang tak terkendali menempatkan bangunan berbahan kayu mulai berkurang sebagai wujud
kepedulian dan keprihatinan terhadap penebangan kayu dan kelestarian bumi. Peran kayu pun
perlahan mulai digantikan oleh baja ringan dan aluminium. Baja ringan dapat dipilih
berdasarkan beberapa tingkatan kualitas tergantung dari bahan bakunya. Rangka atap dan
bangunan dari baja memiliki keunggulan lebih kuat, antikarat, antikeropos, antirayap, lentur,
mudah dipasang, dan lebih ringan sehingga tidak membebani konstruksi dan fondasi, serta
dapat dipasang dengan perhitungan desain arsitektur dan kalkulasi teknik sipil.
Kusen jendela dan pintu juga sudah mulai menggunakan bahan aluminium sebagai
generasi bahan bangunan masa datang. Aluminium memiliki keunggulan dapat didaur ulang
(digunakan ulang), bebas racun dan zat pemicu kanker, bebas perawatan dan praktis (sesuai
gaya hidup modern), dengan desain insulasi khusus mengurangi transmisi panas dan bising
(hemat energi, hemat biaya), lebih kuat, tahan lama, antikarat, tidak perlu diganti sama sekali
hanya karet pengganjal saja, tersedia beragam warna, bentuk, dan ukuran dengan tekstur
variasi (klasik, kayu).

10 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
Bahan dinding dipilih yang mampu menyerap panas matahari dengan baik. Batu bata
alami atau fabrikasi batu bata ringan (campuran pasir, kapur, semen, dan bahan lain)
memiliki karakteristik tahan api, kuat terhadap tekanan tinggi, daya serap air rendah, kedap
suara, dan menyerap panas matahari secara signifikan.
Kehalusan permukaan dan warna bahan bangunan sangat menentukan iklim mikro di
sekitar bangunan, warna cerah dan permukaan licin adalah pemantul sinar matahari yang baik
dan menaikkan suhu sekitar. Warna gelap dan permukaan kasar akan membantu meredam
dan menyerap sinar dan panas matahari. Bahan bangunan berpori mudah meluncurkan panas
dan meluncurkannya kembali jika suhu udara disekitarnya menurun. Sangat bijaksana jika
memanfaatkan bahan-bahan bangunan alami seperti aslinya untuk pelapis dinding dan lantai
luar.
Berikut adalah contoh pemanfaatan bahan bangunan alami (ramah lingkungan):
 Genteng Sejuk
Genteng semen ijuk adalah genteng beton yang dibuat dengan campuran pasir, semen
dan ijuk sebagai bahan pengisi.
Manfaat:
1. Menunjang program pembangunan RS/RSS dan Rusun
2. Digunakan sebagai penutup atap

Genteng dari bahan ijuk di Bali, Indonesia


 Panel Serat Tebu
Pengembangan bahan bangunan dari limbah tebu menjadi papan serat tebu
Manfaat:
1. Menunjang program pembangunan RS/RSS dan Rusun
2. Mengurangi pencemaran lingkungan
3. ꞏDigunakan untuk langit-langit dan dinding partisi non-struktural

11 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
Panel Serat Tebu
 Panel Sekam Padi
Salah satu pengembangan bahan bangunan dari limbah sekam padi menjadi Papan Sekam
Padi
Manfaat:
1. Menunjang program pembangunan RS/RSS dan Rusun
2. Mengurangi pencernaran lingkungan
3. Digunakan untuk langit-langit dan dinding partisi non-strukutral
Proses Pembuatan:
Sekam padi direndam dalam air atau dapat langsung digiling, dicampur dengan
semen,dicetak dengan alat manual. Proporsi campuran = 1 semen : 4 sekam padi atau
maksimum 20%

Panel Sekam Padi

12 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
 Sawit Block
Pengembangan bahan bangunan dari limbah SAWIT menjadi Conblock.
Manfaat:
1. Menunjang program pembangunan RS/RSS dan Rusun
2. Mengurangi pencemaran lingkungan
3. Digunakan untuk dinding partisi non-struktural

Sawit Block
 Papercrate (kertas bekas sebagai bahan dinding)
Kertas bekas yang dimaksud disini adalah berupa kertas yang mempunyai tekstur
kasar seperti kertas Koran atau kardus, yang dihancurkan menjadi semacam bubur kertas dan
diolah lagi menjadi bata kertas agar dapat digunakan untuk penggunaan lebih lanjut sebagai
material bahan bangunan.
Spesifikasi kertas bekas (papercrete):
1. Mempunyai massa dan berat yang sangat ringan
2. ꞏBersifat lembek, sehingga mudah dibentuk
3. ꞏCukup kuat dalam menahan gaya vertikal
4. Mempunyai bentuk yang ramping, sehingga memudahkan dalam pengemasan dan
distribusinya
Kelebihan penerapan kertas bekas (papercrate) pada dinding:
1. Mampu menyerap panas
2. Meredam suara / kebisingan
3. Tidak mengandung racun
4. Biaya produksi murah
5. Daya kering yang cepat
6. Penggunaan semen yang sedikit.

13 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
Bahan ini dipergunakan sebagai komponen dinding rumah. Dibuat dari bubur kertas lalu
dicetak menjadi bentuk block

 Linoleum (Bahan Pelapis Lantai Ramah Lingkungan)


Bahannya elastis, tersusun dari material anorganik dan organik. Terbuat dari bahan alami
yang terukur dan dihasilkan dari sumber daya yang bisa diperbaharui. Terdapat setidaknya
enam bahan utama, linseed oil, rasin, woodfloor, limestone, pigment, jute . Linoleum pada
produk lantai terbagi menjadi tiga bentuk produk, yakni marmoleum yang menampilkan
motif-motif warna dan corak alami, artoleum yang menampilkan corak kayu, dan Walton
yang menghasilkan corak-corak yang memiliki tekstur.
Produk ini bisa menjadi alternatif bahan untuk lantai rumah kita, lantai area komersial,
bahkan rumah sakit karena mudah dipasang, dirawat, dan dibersihkan. Untuk memasangnya
hanya butuh permukaan rata seperti lantai semen, lalu diberi perekat khusus. Sebagai bahan
lantai, jika tak lagi dibutuhkan, Linoleum mudah diurai kembali oleh tanah. Inilah yang
menjadi salah satu kelebihannya. Ada satu hal penting juga yang menjadi keunggulan, yaitu
daya tahannya terhadap panas, dan tahan terhadap api lebih baik dari plastik dan kain.

Ilustrasi 3D Linoleum

14 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
Contoh material Linoleum untuk lantai
 Temurung Kelapa
Salah satu bagian pohon kelapa yang pada saat ini belum banyak digunakan adalah
tempurung kelapa (batok) kelapa. Tempurung kelapa yang banyak dijumpai di pasar-pasar
tradisional dari sisa pemecahan buah kelapa saat ini sebagian besar digunakan sebagai bahan
bakar. Sebenarnya, tempurung kelapa (atau sisa berupa pecahan-pecahan) dapat ditingkatkan
kualitasnya menjadi bahan yang lebih bermanfaat dibanding hanya sebagai bahan bakar saja.
Oleh karena itu melalui rekayasa yang tepat, maka tempurung kelapa dapat dibentuk menjadi
mozaik ubin bahan bangunan yang antik, unik, alami dan menarik
Spesifikasi tempurung kelapa:
 Mempunyai bentuk asli berupa serat – serat serabut
 Cukup empuk dan hangat
 Bersifat sedikit tembus pandang sehingga terlihat pengisinya
 Mampu menyerap panas
 Cukup baik untuk aplikasi akustik (menyerap bunyi karena rongga pada serat)
 Tahan air

Tempurung kelapa dijadikan material pada dindin


Konsep bangunan ramah lingkungan atau green building mendorong pengembangan
properti saat ini. Bangunan ramah lingkungan berkontribusi menahan laju pemanasan global

15 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
dengan membenahi iklim mikro. Dalam pemanasan global, hal yang perlu diperhatikan
adalah dengan penghematan air dan energi serta penggunaan energi terbarukan.
Green architecture (dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang
berkelanjutan) adalah salah satu wujud nyata proses pembangunan yang bertanggung jawab
terhadap lingkungan dan lingkungan di sekitarnya: dari tapak untuk desain, konstruksi,
operasi, pemeliharaan, renovasi, dan dekonstruksi. Tujuan umumnya adalah bahwa bangunan
hijau dirancang untuk mengurangi dampak keseluruhan dari lingkungan yang dibangun pada
kesehatan manusia dan lingkungan alam oleh:
* Efisien menggunakan energi, air, dan sumber daya lain
* Kesehatan penghuni
* Mengurangi limbah, polusi dan degradasi lingkungan

Hunian hijau di Jakarta yang ramah lingkungan

2.3.4. Memanfaatkan Cahaya Matahari dan Hujan

Merancang rumah dengan atap sebagai sumber energi listrik di rumah. Cahaya
matahari dijadikan sumber energi listrik oleh panel surya yang dipasang di seluruh bidang
atap. Permukaan bidang yang cukup luas diharapkan mampu menghasilkan dan memenuhi
kebutuhan listrik hunian ini secara mandiri.
Panel surya saat ini memang masih dianggap mahal,tapi sang arsitek melihat pada
masa depan pemanfaatan seluruh bidang atap untuk menyerap energy matahari akan menjadi

16 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
ide yang banyak diaplikasikan. Yang perlu dipikirkan, fasilitas ini memerlukan area untuk
baterai charge conotroller dan inverter yang tidak boleh mengganggu aktivitas rumah tangga.
Atap dimanfaatkan juga sebagai alat yang mendukung proses penyediaan air bersih di
rumah dengan memanfaatkan air hujan. Air hujan diolah menjadi air siap minum melalui
proses penyaringan,pengendapan,dan proses disinfeksi bakteri atau fotokatalisis. Proses
fotokatalisis dalam mengolah air bersih menjadi ari siap minum menggunakan radiasi sinar
matahari dan katalis titanium oksida(TiO2) yang dilapisi batu apung dalam bak fotokatalisis.

Penggunaan penampungan tangki air dan panel surya pada hunian eco-house

Panel surya menjadi sumber energy bagi hunian dari panasnya sinar matahari

17 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
2.3.5. Menyiasati Panasnya Lingkungan (Roof Garden)
Taman atap yang menyejukkan di lahan menambah area hijau ke dalam lingkungan
rumah. Kehadirannya dapat menambah asupan oksigen dan sebagai elemen estetis yang
mengulangi hawa panas. Selain itu usaha mengatasi udara panas di dalam bangunan juga
dilakukan dengan memberi jarak antara penutup atap dengan plafond. Cara ini
memungkinkan aliran udara dapat mengeluarkan panas matahari yang masuk ke ruangan.
Selain menguranginya hawa panas, atap bias dijadikan sebagi lahan untuk bercocok tanam.
Tetapi hanya tanaman tertentu saja. Ini juga bias membantu kelangsungan hidup penghuni
yang tinggal di hunian tersebut.
Pembuatan taman diatas atap (roof garden) memang tidak murah dan membutuhkan
struktur dan konstruksi atap yang spesifik. Bahkan untuk hasil yang optimal, konstruksi atap
untuk taman didesain sejak awal, sebelum gedung itu dibangun. Namun investasi ini bisa
kembali dalam beberapa tahun kemudian, karena biaya untuk listrik pendingin udara
berkurang, serta nilai ekonomis bangunan bertambah.
Sebuah rumah sakit swasta di Singapura berhasil menurunkan konsumsi listrik sampai
50 persen, setelah membuat taman diatas atap (roof garden). Meskipun taman atap itu hanya
berupa tanaman tomat, yang diletakkan di dalam pot menutupi seluruh atap. Keuntungan lain,
rumah sakit itu tidak perlu membeli tomat lagi.

Atap digunakan sebagai media bercocok tanam


Selain menambah keteduhan, taman diatas atap (roof garden) juga bisa dimanfaatkan
untuk menyerap gas-gas beracun. Misalnya bambu atau palem dapat menyerap gas formalin
dan bensin. Sedangkan tanaman bakung, selain menyerap gas formalin dan bensin, juga
menyerap alkohol dan aseton yang dihasilkan cat dan sebagainya. Tanaman rambat juga
berfungsi untuk menyerap gas asetat, amonia, dan gas lainnya. Karena fungsi ini, tanaman
rambat banyak dipakai untuk taman diatas atap (roof garden) di luar negeri seperti Singapura
dan Jepang.
 Cara Membangun Taman Diatas Atap
Sebelum membuat taman di atas gedung, pertimbangkan dulu konstruksi atap
bangunan. Apakah memang didesain untuk mendukung beban media tanam berupa tanah dan

18 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
pepohonan yang akan ditanam di atasnya atau tidak. Pasalnya, taman diatas atap (roof
garden) harus didukung struktur dan konstruksi atap yang kuat.

Skema membangun taman di atas atap


Keberadaan taman diatas atap (roof garden) akan menimbulkan bertambahnya beban.
Timbunan tanah dan tanaman akan menambah beban mati, beban angin, dan tambahan beban
air pada atap bangunan. Gedung tersebut harus memiliki sistem drainase yang berfungsi baik.
Jika jenis tanaman perdu yang akan ditanam, dia memperhitungkan beban atap akan
bertambah sekitar 650 Kg/m2. Ditambah lagi untuk beban hidup sesuai aktivitas pada taman
atap itu. Misalnya, 400 Kg/m2 untuk olahraga, 500 Kg/m2 untuk pesta dan dansa, serta 250
Kg/m2 untuk restoran.

Jenis rerumputan yang bisa ditanam pada atap


Untuk menanam pohon berukuran besar, pelat lantai lokasi harus didukung kolom
struktural agar pelat beton tidak runtuh. Selain itu, perlu dibuat dinding penahan tanah karena
pohon memerlukan ketebalan tanah yang cukup, atau membuat lubang pada atap bangunan,
di bawah pohon.

19 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
Tanaman yang ditanam pada atap rumah
Konstruksi atap rawan kebocoran, sehingga harus dilengkapi saluran pembuangan air.
Lapisan drainase seperti kerikil, pasir, dan batu apung perlu ditambahkan agar air mudah
mengalir ke lubang saluran pembuangan. Filter terbuat dari geo textile atau ijuk berfungsi
mengalirkan air ke bawah tetapi menahan butiran tanah agar tidak menyumbat lubang
pembuangan.
Untuk mencegah kerusakan lapisan kedap air (water proof layer), lapisan penahan
harus ditambah agar akar tanaman tidak merusak lapisan kedap air dan beton di bawahnya.

Karena tanaman diatas atap terkena sinar matahari secara langsung dan tiupan angin
yang lebih kencang, penyiraman harus dilakukan secara berkala. Sehingga perlu
penyemprotan air bisa dilakukan secara manual atau otomatis.

20 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
2.4.Studi Kasus (Desain Rumah Heinz Frick yang Ramah Lingkungan dan Terjangkau)
Gunawan Tanuwidjaja, Lo Leonardo Agung Mulyono, Devi Calista Silvanus Dosen
Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra ,Mahasiswa Jurusan Arsitektur Universitas
Kristen Petra gunte@peter.petra.ac.id
2.4.1. Abstrak
Desain Rumah karya Dr. Heinz Frick, Semarang, memiliki fitur – fitur desain yang
ramah lingkungan sekaligus tetap terjangkau. Dibangun dengan menggunakan tenaga dan
material lokal, material bangunan bekas, dan material ramah lingkungan. Rumah ini didesain
secara sangat fungsional dengan ukuran ruang yang sesuai dengan kebutuhan aktivitas di
dalamnya, pemandangan yang menarik serta pencahayaan yang memadai. Kemudian juga
dibangun untuk menciptakan tentang kesadaran masyarakat tentang Desain Berkelanjutan,
walaupun belum berhasil sepenuhnya karena hambatan ekonomi dan sosial masyarakat
Indonesia. Strategi memaksimalkan sirkulasi udara silang dan mengurangi kelembaban
diterapkan dalam desain, yang dilakukan dengan desain bukaan seperti: jendela - jendela
nako, lubang – lubang ventilasi dan pintu – pintu jalusi, yang dilengkapi dengan kawat kasa.
Terakhir, strategi penghematan air juga diterapkan dengan pemanfaatan air hujan untuk
penggunaan air yang tidak diminum. Sementara, air dari Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) masih digunakan untuk minum dan memasak. Dapat disimpulkan bahwa desain
Rumah Dr. Heinz Frick merupakan solusi yang tepat untuk Indonesia karena desainnya yang
tepat guna dan terjangkau.
2.4.2. Pendahuluan
Rumah karya Dr. Heinz Frick yang terletak di Jalan Srinindito, Simongan, Semarang
menerapkan prinsip desain ramah lingkungan sekaligus tetap terjangkau. Dengan luas 140
meter persegi (luas bangunan 88 m2 dan luas teras 43.6 m2) yang terletak di atas lahan seluas
350 meter persegi tersebut, rumah ini telah menjadi perhatian publik karena desainnya yang
ramah lingkungan dan unik. Dibangun pada tahun 1999, biaya pembangunan rumah
mencapai Rp. 150 juta.
Hal ini menunjukkan bahwa desain rumah yang ramah lingkungan dan terjangkau
menjadi jawaban bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas merupakan masyarakat
menengah ke bawah. Selain itu juga menunjukkan bahwa kebijaksanaan lokal (local wisdom)
dan teknologi tepat guna dapat menghasilkan desain rumah ramah lingkungan yang
terjangkau.
2.4.3. Studi Literatur
Secara garis besar, desain ramah lingkungan / ekologi dapat didefinisikan sebagai
merancang sebuah desain untuk memastikan masyarakat yang mampu memenuhi
kebutuhannya tanpa mengurangi kesempatan generasi mendatang. Ini mencakup segala
bentuk desain yang meminimalkan dampak merusak lingkungan dengan mengintegrasikan
dirinya secara fisik, secara sistemik dan temporal dengan proses hidup lingkungan alam
(Yeang, K., 2008). UIA atau International Union of Architect merekomendasikan untuk
mengurangi dampak perubahan iklim dan kerusakan lingkungan melalui “Sustainable by
Design Strategy” atau “Strategi Desain Berkelanjutan” pada Deklarasi Copenhagen pada 7
Desember 2009. 3 Adams, W.M. (2006) dalam "The Future of Sustainability: Re-thinking

21 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
Environment and Development in the Twenty-first Century " mengungkapkan bahwa
terdapat 3 aspek yang saling terkait dari keberlanjutan yaitu Ekonomi, Sosial dan Lingkungan
dan untuk mencapai keberlanjutan, ketiga aspek tersebut harus terpenuhi.

Gambar 1. Teori Pembangunan Berkelanjutan yang terdiri


dari 3 Aspek Ekonomi, Sosial dan Lingkungan (Sumber: Adams, W.M., 2006).

Untuk bisa menerapkan strategi desain yang berkelanjutan, diperlukan sebuah


rekomendasi yang lebih detail seperti LEED for Homes yang merupakan sebuah strategi
desain yang meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya dengan integrasi prinsip ramah
lingkungan dalam proses desain – konstruksi rumah.Ada 8 kriteria yang dibahas dalam
guideline di antaranya ialah:
1. Proses Inovasi dan Desain (Innovation and Design Process/ ID) membahas
tentang metode desain, pengaruh kawasan sekitar (regional) dalam sistem
penilaian dan contoh level performa;
2. Lokasi dan hubungan (Location and Linkages/ LL) membicarakan
penempatan rumah secara sosial dan lingkungan yang berdampak pada
komunitas yang lebih luas;
3. Pengelolaan Tapak yang Berkelanjutan (Sustainable Sites/ SS) membahas
penggunaan lahan dengan memperhatikan pencegahan dampak kepada tapak;
4. Efisiensi Air (Water Efficiency/ WE) membahas praktek untuk menggunakan
air secara efisien baik di dalam atau di luar rumah;
5. Energi dan Atmosfir (Energy and Atmosphere/ EA) membahas efisiensi
energi dari segi desain selubung bangunan serta sistem pemanasan dan
pendinginan;
6. Material dan Sumber Daya (Materials and Resources/ MR) membahas
tentang efisiensi penggunaan material, pemilihan material ramah lingkungan
serta pengurangan limbah pada saat konstruksi;

22 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
7. Kualitas Udara Dalam Ruangan (Indoor Environmental Quality/
EQ)membicarakan peningkatan kualitas udara dengan mengurangi polusi dan
kesempatan paparan dengan polutan;
8. Kesadaran dan Pendidikan (Awareness & Education/ AE) membahas
pendidikan pemilik, penyewa dan manajer bangunan mengenai operasi dan
pemeliharaan dari elemen bangunan ramah lingkungan dari rumah yang
bersertifikat LEED.
Berdasarkan literatur di atas, maka dilakukan sebuah telaah terhadap Rumah Dr. Heinz Frick.
2.4.4. Metodologi
Riset diawali dengan pengumpulan data – data sekunder tentang Rumah Dr. Heinz
Frick. Kemudian, dilakukan dua kali kunjungan untuk melakukan wawancara dengan
penghuni dan dokumentasi foto. Ibu Regula Frick juga memberikan data tambahan tentang
rumah ini. Terakhir, analisa final dan penulisan laporan dilakukan.
2.4.5. Diskusi
Ternyata Rumah Heinz Frick berhasil; mencapai desain yang berkelanjutan karena mengikuti
kriteria strategi desain yang ramah lingkungan (LEED for Homes) dengan memenuhi aspek
ekonomi seperti: meningkatkan kualitas hidup warga lokal; fungsionalitas dan efektivitas dan
efisiensi biaya (Tanuwidjaja dan Lo, 2011).8 Ini yang merupakan hal yang baru yang
ditemukan dalam desain rumah yang berkelanjutan.

Gambar 2. Denah Rumah Dr. Heinz Frick


Sumber: Dokumentasi pribadi Dr. Heinz Frick

23 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
Selanjutnya untuk memudahkan digambarkan berbagai aspek sesuai kriteria LEED
for Homes
sebagai berikut:
1. Proses Inovasi dan Desain (Innovation and Design Process/ ID). Langkah awal
yang seharusnya dilakukan dalam setiap desain yang ramah lingkungan / Ecodesign
adalah menghindari kerusakan yang lebih lanjut dan memberikan solusi desain untuk
mempertahankan lingkungan tersebut. Rumah Dr. Heinz Frick terletak di atas bukit
Simongan dekat sebuah kawasan industri di sisi Selatan Semarang. Bukit Simongan
memiliki jenis tanah yang kurang subur sehingga ideal menjadi tempat tinggal bagi
Dr. Heinz Frick, karena tidak mengurangi lahan produktif pertanian. Di sisi lain,
sebagian bukit telah terpapras untuk reklamasi pantai Semarang. Kondisi tersebut
ternyata mengancam kelangsungan komunitas yang tinggal di bukit itu. Sehingga,
rumah ini memang dibangun untuk melakukan advokasi untuk komunitas dalam
mempertahankan lingkungan.
2. Lokasi dan hubungan (Location and Linkages/ LL). Pembangunan rumah oleh
Dr. Frick merupakan usaha mempromosikan kepada masyarakat tentang pentingnya
desain berkelanjutan (promotion of people awareness for sustainable design).
Ternyata banyak penduduk yang makin mengerti dan menyukai desain rumah
ekologis tetapi kesulitan untuk menerapkan konsep karena faktor keuangan.

Gambar 3. Lingkungan Rumah Dr. Heinz Fric

24 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
3. Pengelolaan Tapak yang Berkelanjutan (Sustainable Sites/ SS). Pemanfaatan
lahan miring telah dipikirkan dalam desain bangunan dengan lantai satu dan dua.
Sebaliknya, sebagian lahan tetap dipertahankan untuk daerah hijau yang digunakan
untuk kebun (80m2), tempat pengolahan kompos, tempat penampungan air hujan,
septic tank, tempat parkir kendaraan dan tanaman – tanaman, serta untuk penyerapan
air hujan
4. Efisiensi Air (Water Efficiency/ WE). Efisiensi Air diterapkan dalam bangunan
dengan didasari pengalaman Dr. Frick selama 6 tahun tinggal di Kalimantan. Solusi
penyediaan air bersih ditawarkan dengan pemanfaatan air hujan untuk penggunaan air
yang tidak diminum, seperti untuk mandi, menyiram kloset, mencucimengepel dan
menyiram tanaman. Sedangkan, air minum tetap diambil dari Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM), biasanya digunakan untuk minum, memasak dan kebutuhan dasar
lainnya jika tidak terjadi hujan. Air hujan dari atap dikumpulkan dengan talang
vertikal dan disalurkan oleh talang horizontal ke dua bak air di permukaan tanah.
Kemudian, sebuah pompa digunakan untuk memompa air hujan ke bak air hujan
ketiga di sisi Utara Rumah. Dari bak tersebut, air hujan disalurkan dengan prinsip
gravitasi ke kamar mandi, tempat cuci dan kran – kran lainnya.

Gambar 5. Talang horisontal dan vertikal pengumpul air hujan

Gambar 6. Bak penampungan air hujan pertama (volume 12m3)


Bak kedua berada di sisi Timur rumah (di depan Teras Tempat Makan) dengan tutup
saringan kawat kasa untuk menyaring kotoran dari atap dan menghindari nyamuk bersarang.

25 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
Gambar 7. Bak penampungan air hujan kedua (volume 2m3)
Sebagai tambahan, pemanfaatan Air PDAM juga digunakan. Air PDAM ditampung
dalam tangki air, di sisi Utara rumah, sebelum didistribusikan ke Dapur. Tangki berkapasita
1m3. Strategi penghematan air dilakukan dengan penggunaan shower pada Kamar Mandi,
penghematan air ketika mencuci, dan lain – lain

Gambar 8. Bak penampungan air hujan ketiga (1m3) dan bak penampungan air PDAM (1m3)

5. Energi dan Atmosfir (Energy and Atmosphere/ EA). Penghematan energi juga
dilakukan dengan menghemat pemakaian listrik. Hal ini dilakukan dengan desain
bukaan pintu, jendela, dan ventilasi yang memungkinkan pencahayaan dan
penghawaan alami. Dengan demikian, energi listrik yang dipakai dapat diminimalkan
terutama pada siang hari. Solar panel juga digunakan di rumah ini sebagai penyedia
listrik untuk perangkat komputer pada rumah ini. Konsep pencahayaan alami diadopsi
dengan desain bukaan pada sisi utara, selatan dan timur. Cahaya langit bisa
menjangkau hampir semua bagian sehingga dapat menghemat penggunaan listrik
hingga 50% dari tetangga – tetangga lainnya

26 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
Konstruksi dinding Rumah ini menggunakan con-block (tebal 10 cm). Sedangkan,
pada bagian yang menghadapi sinar matahari, digunakan lapisan batu alam setebal 20 cm.
Penggunaan lapisan batu alam memperlambat radiasi panas matahari ke dalam ruangan
selama 8.5 jam. Maka radiasi matahari barat pada sore hari baru mencapai bagian dalam
ruangan pada malam hari.17 Strategi ini dilakukan untuk memenuhi Aspek efektivitas dan
efisiensi biaya (cost effectiveness & efficiency).
Pada bagian sisi rumah barat yang paling panas terdapat jendela dengan menggunakan
sirap sehingga panas matahari tidak masuk ke dalam bangunan secara langsung. Tetapi sirip –
sirip ini juga teptai mengijinkan terjadinya ventilasi silang.

6. Material dan Sumber Daya (Materials and Resources/ MR). Penggunaan bahan
material bangunan sebagian besar adalah material bekas seperti: kayu bekas bekisting,
ubin bekas, limbah kertas, limbah kayu, besi beton, tiang listrik bekas, pegangan pintu
bekas, panel listrik bekas. Material ramah lingkungan juga diterapkan seperti cat dan
pembersih.Ini juga merupakan strategi yang berhasil untuk Aspek efektivitas dan
efisiensi biaya (cost effectiveness & efficiency). Kayu bekisting yang digunakan
dalam pengecoran rumah berasal dari Kalimantan. Kayu usuk Bangkirai (5x7cm) dari
sumber yang sama dimanfaatkan untuk konstruksi rangka langit-langit dan pagar teras

Gambar 10. Pagar Teras Tempat Makan

27 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
Pecahan keramik dari UNIKA digunakan ulang secara kreatif untuk finishing dinding
dan lantai Kamar Mandi Tamu.

Gambar 11. Penggunaan keramik bekas pada Kamar Mandi Tamu


Langit – langit rumah didesain dengan banyak material bekas. Papan – papan akustik
dari Vermiculit, yang dibongkar oleh Pelatihan Industri Kayu Atas (PIKA) dari tempat lain,
dimanfaatkan sebagai langit-langit di dapur, teras tempat makan dan ruang keluarga. Papan
bekas peti kemas digunakan untuk langit – langit selasar. Kayu – kayu bekas PIKA juga
digunakan untuk membuat lubang penghawaan pada langit – langit Dapur.

Gambar 12. Papan – papan akustik dari Vermiculit dipasang di Dapur, Teras Tempat Makan
dan Ruang

Gambar 13. Kayu peti kemas bekas yang dipasang di selasar Ruma
Tangga pada teras barat, yang menuju ke tangki air atas, dibangun menggunakan tiang
listrik bekas sebagai balok tangga, lempengan besi sebagai anak tangganya, dicor dengan
beton dan difinishing dengan batu alam. Semua pegangan pintu Rumah ini digunakan
kembali dari rumah yang lain dari Swiss

28 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
.

Gambar 14. Tangga pada Teras Barat Rumah dari bahan tiang listrik bekas

Gambar 15. Pegangan pintu Rumah


Kerja sama antara UNIKA dan AKIN sejak 1995 menghasilkan cat perekat dari
tepung tapioca, 5% minyak pinus (untuk mengurangi hama dan lumut/cendawan kelabu),
litopon (pigmen putih), kaolin serta talkum (bahan pengisi). Campuran bahan-bahan tersebut
menghasilkan cat ramah lingkungan yang diaplikasikan dua kali sehingga permukaan dinding
benar tertutup dan tidak mudah tergores
7. Kualitas Udara Dalam Ruangan (Indoor Environmental Quality/ EQ). Semarang
terletak pada 06º59’S 110º23’B, dengan 3 m di atas muka laut, sehingga termasuk
iklim tropis lembab. Temperatur harian antara 24-32ºc, curah hujan bulanan antara
60-430mm/bulan, kelembaban siang hari 82-90%, kelembaban malam hari 5978%,
kecepatan angin rata - rata 6-11 mph.Data – data tersebut mendasari konsep
penghawaan alami secara silang pada bangunan, yang dimaksimalkan dengan adanya
bukaan seperti: jendela tipe nako, lubang ventilasi di atas jendela dan pintu jalusi.
Bukaan tersebut memaksimalkan sirkulasi udara yang masuk dan mengurangi
kelembaban dalam ruang. Kemudian, untuk mengurangi dampak serangga
pengganggu maka dipasanglah kawat kassa pada jendela dan lubang angin.

29 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
Gambar 16. Jendela nako pada Perpustakaan yang dilengkapi dengan sirip

Gambar 17. Lubang angin di atas jendela pada Kamar Tidur

Sebagai elemen estetika dan penghijauan vertikal (vertical greenery), tanaman –


tanaman rambat ditanam pada sisi Barat dan Selatan Rumah. Efek dari tanaman vertikal ialah
menyejukkan suasana rumah

30 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
Gambar 19. Tanaman rambat pada dinding eksterior

8. Kesadaran dan Pendidikan (Awareness & Education/ AE). Dr. Frick beserta
keluarganya benar-benar sadar akan pentingnya rumah yang ramah lingkungan. Hal
ini dapat dilihat dari penerapan hemat energi, yakni dengan meminimalisasi
penggunaan perangkat listrik. Selain itu pemakaian air hujan dengan system yang
dirancang oleh Dr. Frick, masih diterapkan hingga sekarang. Tidak hanya oleh
keluarga saja, kesadaran tersebut juga diajarkan kepada keluarga yang membantu Dr
Frick dan saat ini meninggali Rumah ini. Sebagai catatan ada beberapa Aspek
Ekonomi, yang dipenuhi dalam Rumah ini seperti:
 Meningkatkan Kualitas Hidup Warga Lokal terutama Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (Improving Quality of Live especially Local Poor).
Dicapai dalam desain dengan menggunakan tenaga lokal dan material lokal
seperti material batako, batu alam, kayu daur ulang, atap genteng serta baja.
Selain itu limbah daur ulang juga digunakan.
 Fungsionalitas (Functionality). Aspek fungsio- nalitas (functionality)
dilakukan dengan membuat fungsi bangunan yang optimal. Sebuah kamar
tidur utama, 2 kamar tidur tamu, 2 kamar mandi, teras barat merupakan bagian
bangunan yang termasuk zona privat (privat zone). Kemudian dapur, teras
tempat makan, ruang tinggal, perpustakaan dan tempat kerja serta teras selatan
merupakan zona semi-privat (semiprivate zone).

31 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
Gambar 20. Ruang Tidur Utama

Gambar 21. Kamar Mandi Tamu

Gambar 22. Dapur

32 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
 Efektivitas dan Efisiensi Biaya (Cost Effectiveness & Efficiency). Aspek
efektivitas dan efisiensi biaya (cost effectiveness & efficiency) tercapai
dengan penggunaan struktur bangunan yang efektif secara biaya dan material
bangunan, serta finishing yang efisien. Sistem struktur yang efektif
diterapkan dengan penggunaan pondasi lajur beton yang berundak. Lantai
bangunan merupakan lantai beton yang dilapisi lapisan aspal untuk
melindungi bangunan dari kelembapan dan iklim tropis. Elemen bangunan
terdiri dari pondasi lajur, sloof, kolom, balok, dinding, lantai serta atap.
Pondasi yang dipilih oleh Dr. Frick ialah pondasi batu kali (cyclopean
concrete). Tanah pada lokasi merupakan tanah keras (harus digali dengan
linggis). Karena itu, pondasi selebar 50 cm dan tinggi 40 cm sudah dapat
menanggung beban yang ada. Selain itu sloof (beton bertulang) berukuran 20
cm x 30 cm diletakkan untuk mengikat kolom satu sama lain. Konstruksi pelat
lantai berkubah con-block dengan bentang sebesar 3 m diterapkan di atas
bengkel dan bak penampung air hujan. Tujuannya adalah untuk menghemat
biaya konstruksi karena pelat lantai berkubah dapat menyebabkan
pengurangan tulangan baja. Tulangan beton tetap diterapkan pada ring balk
yang menerima beban horisontal yang cukup besar. 34 Penelitian Dr. Frick
menemukan bahwa konstruksi pelat lantai berkubah con-block ini dapat
menahan beban sebesar 4 kN/m2 selama 24 jam tanpa terjadinya retak atau
penurunan yang berarti. Sehingga, konstruksi yang sama juga diterapkan di
atas kamar – kamar Tidur untuk mengurangi juga radiasi thermal

2.4.6. Kesimpulan
Desain Rumah karya Dr. Heinz Frick, Semarang, merupakan desain yang ramah
lingkungan sekaligus tetap terjangkau. Hal ini dibuktikan dengan terpenuhinya aspek-aspek
strategi desain LEED for Homes yang memiliki 8 poin utama. Selain itu dari aspek ekonomi
menggunakan acuan kerangka desain arsitektur berkelanjutan di Indonesia. Dapat
disimpulkan bahwa desain Rumah Dr. Heinz Frick ini merupakan solusi yang tepat untuk
Indonesia karena desainnya yang tepat guna dan terjangkau

33 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
BAB III
KESIMPULAN
3.1.Kesimpulan
Penggunaan arsitektur eco-house pada hunian sangatlah berdampak postif bagi hunian,
pengguna, dan alam yang disekitarnya. Memanfaatkan alam sekitar seperti penggunaan
material dan pengelolahan barang – barang bekas, material bangunan sisa, penggunaan
material yang ramah lingkungan dapat mengurangi limbah yang dihasilkan oleh manusia.
Akan tetapi, pembangunan dan perangkat yang mendukung akan arsitektur eco-house
sangatlah mahal seperti panel surya. Tidak semua orang bisa menmbeli perangkat tersebut
dengan mudah. Tetapi arsitektur eco-house bukanlah tentang penggunaan teknologi yang
muktahir seperti panel surya tetapi penggunaan atau pemanfaatan pembangunan dari alam
sekitarnya yang membuat ramah hunian tersebut nyaman dan ramah lingkungan.
3.2.Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan detail dalam menjelaskan tentang studi literature dengan sumber – sumber yang
lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan

34 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Adams, W.M. (2006). "The Future of Sustainability: Re-thinking Environment and
Development in the Twenty-first Century." Report of the IUCN Renowned Thinkers
Meeting, 29–31 January 2006. Retrieved on: 2009-02-16.
Akmal Imelda, dkk. 2011. 31 Desain Terbaik Hasil Lomba Desain Rumah Mungil Hijau.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Frick, H., Suskiyatno FX.B.. (1998), Dasar-dasar Eko-Arsitektur. Yogyakarta: Kanisius,
1998.
Frick,H., (2000), Laporan pembangunan rumah ekologis di Semarang 1999, tidak diterbitkan
Oetomo, W.R., (2008), Serial Rumah: Rumah Nyaman, Ramah Lingkungan. Jakarta: PT
Prima Infosarana Media.
Tanuwidjaja G., Lo L., (2011), Sustainable Architectural Design in Indonesia: Responding
the Current Environmental Challenges, The 12th International Conference on Sustainable
Environment and Architecture (SENVAR), Malang- Indonesia, November 10th -11th 2011
Yeang, K., (2008), Ecodesign: A manual for ecological design,
John Wiley and Son, UK. Yusita Kusumarini, Sri Nastiti Nugrahani Ekasiwi, Muhammad
Faqih, (2011), A Contextual Theory and Application of Eco-Interior In Indonesia, Australian
Journal of Basic and Applied Sciences, 5(11): 383-388, 2011, ISSN 1991-8178. p 384

Websource:
http://archnet.org/library/sites/onesite.jsp?site_id=9723
http://greenhomeguide.com/askapro/topic/12
http://greenhomeguide.com/askapro/topic/12http://w
ww.thejakartapost.com/news/2008/06/27/howbuild-a-healthy-inexpensive-home.html
http://www.thejakartapost.com/news/2008/06/27/ho w-build-a-healthy-inexpensive-
home.html
http://www.uiaarchitectes.org/image/PDF/COP15/COP15_Declaration_EN.pdf
http://www.uia-architectes.org/texte/england/Menu7/3-bibliotheque.html
http://www.usgbc.org/ www.weatherbase.com

35 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR-1

Anda mungkin juga menyukai