DAN STRUKTUR
129
RUANG DAN STRUKTUR
Ruang dan struktur dan ‘social geometry’ kita te-
keduanya merupakan media lah mengamati bahwa sebuah
dalam arsitektur. Karena objek dan manusia, berada
struktur merupakan alasan secara perorangan dan dalam
berdirinya suatu gedung. sebuah kelompok. Dalam ar-
Struktur juga mengambil sitektur ada hubungan - hub-
peran penting dalam proses ungan vital antara geometri-
pengorganisasian ruang men- geometri ini: kadang-kadang
jadi tempat. Hubungan antara ada ketegangan; beberapa kali
ruang dan struktur tidak selalu mereka dapat diselesaikan
sederhana dan sejalan. Hal menjadi harmoni; kadang-ka-
tersebut memiliki pendekatan dang mereka dapat di-overlay
yang berbeda. tetapi secara konseptual,
Dalam hal sikap, mereka tetap terpisah.
seseorang dapat memilih dan Terdapat sebuah kom-
membiarkan strategi plikasi tambahan bahwa be-
struktural untuk menentukan gitu strategi struktural ditetap-
tempat yang ingin dibuat, atau kan, ia dapat memengaruhi
seseorang dapat memutuskan (tidak hanya merespons) or-
tempat dan, dengan cara, me- ganisasi spasial.
maksa struktur untuk menga- Cara di mana arsitek
tasinya. Yunani kuno mengevolusi
Dengan demikian, ter- tempat teater dalam ruangan
dapat tiga kategori besar hub- adalah ilustrasi yang baik ten-
ungan antara ruang dan tang bagaimana organisasi
struktur yaitu: tatanan spasial dapat bertentangan
struktural dominan; tata ruang dengan struktur, dan
yang dominan; dan hubungan bagaimana ini dapat
harmonis antara keduanya, di diselesaikan dengan kom-
mana tatanan spasial dan promi dari berbagai jenis,
struktural tampak dalam kese- pada keduanya.
pakatan. Dalam sejarah arsi- Amfiteater Yunani
tektur, telah ada juara dari ke- klasik adalah formasi geome-
tiga hubungan, seperti contoh tri dari geometri social di-
di bawah ini. mana orang-orang yang
Ada juga protagonis un- duduk di lereng bukit
tuk kategori hubungan yang menonton pertunjukan. Ben-
keempat, di mana organisasi tuk tiga dimensi adalah
spasial dikatakan terpisah dari perpaduan geometri sosial,
struktur, sehingga mereka geometri ideal, dan letak
dapat hidup berdampingan, tanah. Keadaannya yang
masing-masing mematuhi Tanpa atap tersebut tidak ha-
logika bebasnya sendiri dari rus memperhitungkan geome-
kendala yang terkait dengan tri struktur.
Halaman sebaliknya: yang lain.
Di pondok ini, yang disebut Seperti yang sudah kita
Llainfadyn, tujuan struktur bahas sebelumnya pada bab
bangunan adalah untuk Geometry in Architecture,
mengatur sebagian ruang, tentang ‘The geometry of
mengidentifikasinya sebagai making’, struktur cenderung
tempat tinggal. Struktur dan pada geometrinya sendiri.
ruang berada dalam 'simbio- pada bagian bab tersebut ten-
sis' - hubungan yang saling tang ‘The geometry of being'
menguntungkan.
An a lysing Arch itectu re
131
dalam ruang untuk mengu- ruang persegi. Pada area per-
rangi bentang kayu atap, tujukan terdapat kisi kolom
tidak diposisikan di 'titik ke- biasa untuk mendukung atap.
tiga' di mana mereka akan
membagi lebar aula menjadi
tiga bentang yang sama ,
tetapi ditempatkan lebih
dekat ke dinding luar se-
hingga tidak menghalangi
pandangan dari kursi.
Pada bangunan awal
yang mencoba membuat ru-
ang luas beratap yang sangat
memerlukan kolom. Ini ada-
lah aula 'hypostyle' Mesir
kuno, dari kuil Ammon di
Karnak yang berasal dari
akhir abad keempat belas
SM. Hal ini tentunya
menghalangi pandangan
semua orang untuk melihat
yang sedang terjadi di lantai
pertunjukan tersebut.
Pada denah selanjutnya
– the thersilion di Megalopo-
lis (abad keempat SM) - tam-
paknya memiliki banyak ko-
Arsitek Renaisans, Andrea lom obstruktif yang serupa,
Palladio, yang ingin mem- kecuali pada pandangan per-
bangkitkan semangat teater tama, mereka tampaknya ter-
kuno, harus menggunakan sebar secara tidak teratur di
kecerdikan untuk lantai.
merancang ampiteater oval
ini di dalam Teatro
Olimpico (1584 M). Di au- Untuk fungsi apapun
ditorium, ketidaksesuaian ruang yang digunakan , harus
antara tempat duduk berselisih dengan hutan ko-
melengkung dan dinding lom besar, yang ukuran
luar adalah ditutupi oleh ru- terkecil saja memiliki diame-
ang kolom non struktural. ter lebih dari tiga meter.
Pengaturan panggung ter- Orang Mesir kuno
masuk menggabungkan ade- mungkin baru saja terkesan
gan canggih merupakan oleh ruang yang diisi dengan
perspektif yang salah. kolom besar, tetapi
pengaturan yang sama akan
menjadi masalah dalam ru-
ang untuk pertunjukan. Namun, jika seseorang
menempatkan interpretasi
Inilah yang terjadi da- grid dari struktur atap,
lam telesterion di Eleusis, seseorang dapat melihat
yang dibangun pada abad bahwa kolom-kolom
keenam SM sebagai tempat tersebut berkisar dengan
pertunjukan 'Misteri' rahasia. spasial tertentu.
Tempat ini memiliki kursi
penonton di sekitar pinggiran
132
An a lysing Arch itectu re
struktur; tempat-tempat di
dalam bangunan diidentifikasi
oleh struktur; tempat suci itu
sendiri diidentifikasi dari luar
oleh struktur kubah.
133
Hagia Sophia dan katedral dari batu. Jarak relatif an-
abad pertengahan dibangun tara kolom di Le Rainey
di atas batu, tetapi hubungan jauh lebih besar daripada di
intim antara struktur dan or- Rheims karena alasan yang
sama. Namun kejelasan
ganisasi spasial yang mereka
struktural dan spasial di
tunjukkan juga terjadi pada
kedua gereja itu sama. Di
struktur material lain. gereja Perret semua tempat
Arsitek dan pelopor diidentifikasi oleh struktur:
Perancis dalam penggunaan posisi altar utama, posisi
beton bertulang, Auguste altar sekunder, mimbar,
Perret, menerjemahkan ke- font, dan sebagainya,
jelasan struktural dan spasial semuanya ditentukan oleh
gereja-gereja abad pertenga- ruang yang ditentukan oleh
han ke dalam struktur beton. struktur.
Ini adalah Persyaratan
perencanaan ruang untuk
bangunan keagamaan bi-
asanya cukup sederhana:
tempat-tempat yang akan di-
identifikasi dapat dengan
mudah ditampung dalam
susunan struktur geometris
yang juga memperkuat
tatanan spiritual yang dita-
warkan oleh agama. Tetapi
dalam arsitektur domestik
hubungan antara tatanan
struktural dan organisasi spa-
sial bisa lebih penuh. Hub-
ungan antara ruang dan
struktur dalam rumah sel
tunggal sederhana adalah
langsung: semua tempat
yang akan ditampung terjadi
di
134
An a lysing Arch itectu re
136
An a lysing Arch itectu re
Rumah ini juga mem- lantai utama. Meskipun lan- untuk memungkinkan
iliki rencana yang saling tai utama didefinisikan oleh struktur bagian dalam men-
mengunci. Ini adalah Casa struktur enam kolom yang gidentifikasi suatu tempat.
Romanelli, dirancang oleh diposisikan secara teratur, di Keduanya bereksperimen
arsitek Italia Angelo Masieri seluruh perencanaan tidak dengan jarak antara bidang
dan dilaksanakan oleh Carlo ada keharusan tentang horizontal.
Scarpa di kota Udine, Italia bagaimana lantai harus ditata
Utara pada tahun 1955. Mes- untuk membuat ruang Gam-
kipun, seperti dalam bar disamping menunjukkan
perencanaan Scharoun, ge- bagaimana itu ditata; dinding
ometri rumah ini adalah sal- tidak sebagai pemikul. Sekat
ing mengunci, organisasi yang dapat digerakkan mem-
spasial ini merupakan hasil berikan ruang tidur sedikit
yang lebih dari lapisan ge- privasi yang disekelilingnya
ometri yang berbeda untuk diselimuti, tidak kolom, tapi
menciptakan suatu hub- talang air
ungan. Pengaturan tempat Rumah Kocher dan
tidak langsung mengarahkan Frey ini adalah contoh yang
desain, melainkan bantuan mengikuti prinsip yang
untuk pengaturan antara ditetapkan oleh Le Corbusier
dinding dan kolom. Mes- sekitar dua puluh tahun sebe-
kipun pola structural rumit, lumnya dalam ide ' Dom-Ino
itu adalah petunjuk dan dii- '. Ini adalah salah satu diagram
kuti oleh organisasi spasial Le Corbusier yang memper-
Beberapa arsitek telah debatkan manfaat gagasan
mencoba untuk memisahkan Dom-Ino dalam arsitektur de-
susunan struktural dari or-
ganisasi spasial dan pemben- sain rumah.
tukan ruang
Ada sebuah rumah
kecil di Long Island, New Dia menyarankan
York, dirancang oleh arsitek bahwa perencanaan
Kocher dan Frey dan bangunan dapat dibebaskan
dibangun pada tahun 1935. dari pembatasan geometri
Semua kebutuhan utama be- struktural dengan
rada di lantai pertama, yang menggunakan kolom yang
berdiri sekitar dua setengah mendukung bidang horizon-
meter di atas tanah terdiri tal
dari enam kolom,
Le Corbusier
F.R.S.Yorke- TheModern
merancang sejumlah rumah
menggunakan ide Dom-Ino. House, ( 6th edition )
dan dicapai oleh sebuah Mies Van der Rohe juga 1948, p.218.
tangga spiral; di atas adalah bereksperimen dengan mem-
teras dengan atap. Ini adalah isahkan organisasi spasial
rencana tata letak struktural dari tatanan struktural. Na-
mun keduanya cenderung
137
S pa ce an d S tructure
Di rumah Tugendhat di
Brno, (1931), Mies Van der
138
139
PEMBAHASAN STRUKTUR DAN RUANG
Stuktur dan Ruang, pembahasan mengenai kedua topik ini merupakan hal yang sejalan da-
lam pengimplementasiannya. Struktur ikut berpengaruh dalam proses desain, pengorganisasian
ruang , dan hal lain. Begitu juga sebaliknya, selain untuk memperkokoh sebuah bangunan,
komponen dalam strukutur yg didalamnya terdapat pondasi, kolom, beam, dan atap, dibeberapa
keadaan juga harus mempertimbangkan fungsi dan jenis ruang yang ada pada desain. sehingga
ruang – ruang yang berada didalam sebuah bangunan pun dalam proses disainnya mengikuti
grid struktur / pola lantai yang ada. Contohnya pada penggunaan kolom untuk memperkokoh
atap, penggunaan kolom pada bangunan dengan fungsi yang tidak khusus tentunya merupakan
hal biasa, tetapi lain hal nya dengan bangunan dengan fungsi khusus seperti tempat pertun-
jukan, area olahraga, yang dimana membutuhkan area yang luas tanpa halangan dalam
kegunaannya. Sehingga dikembangkanlah teknologi bentang lebar untuk menjawab permasa-
lan tersebut. Dibeberapa contoh bangunan yang disebutkan pada tulisan Simon Unwin dalam
“Analysing Architecture” kolom – kolom pada fungsi ruang public seperti amphiteather men-
jadi masalah bagi penonton yang sedang menonton pertunjukan, bentuk amphitheater pun dif-
ikirkan sedemikian rupa agar penonton tidak merasa pandangannya terhalangi. Dari pembaha-
san dalam buku tersebut pula laporan ini diibuat sebagai perbandingan dan dasar acuan dalam
menganalisi Rumah Adat Batak Toba dan Rumah Adat Batak Karo Di Provinsi Sumatera
Utara.
1
Gambar. Alaman sebagai ruang untuk menaungi kegiatan diluar rumah.
Alaman tidak memiliki atap dan kolom, sehingga jika ada pertunjukan / acara..struktur
bukanlah menjadi sebuah permasalahan. Pernyataan ini bisa dilihat dari posisi penonton /
pengunjung acara pada kegiatan adat batak toba, seperti acara upacara pernikahan.
Tempat untuk berkumpul lainnya yaitu sopo. Sopo juga digunakan untuk tempat per-
temuan. Hanya saja partisipan yang bisa ditampung tidak sebanyak yang bisa ditampung pada
alaman. secara garis besar, struktur sopo seperti kolom ditempatkan ditempat yang sesuai dan
tak menghalangi pandangan. Pembahasan lebih dalam mengenai stuktur dalam sopo akan diba-
has pada paragraph selanjutnya.
Kepercayaan masyarakat Batap Toba bahwa dunia merupakan aspek kesatuan yang ter-
atur (kosmos). Dunia tersusun atas dunia atas (banua ginjang), dunia tengah (banua tonga) dan
dunia bawah (banua toru). Dunia atas merupakan tempat tinggal para dewa atau sebut saja
sebagai makhluk adikodrati, sedangkan dunia tengah merupakan tempat tinggal manusia dan
2
juga roh-roh orang yang sudah meninggal. Dunia bawah merupakan tempat tinggal dewata
jahat. Dalam kaitannya dengan rumah adat, bagian atap (bagian langitlangit ke atas) mel-
ambangkan dunia atas. Bagian tengah, tempat menusia tinggal melambangkan dunia tengah.
Bagian kolong (kandang) melambangkan dunia bawah. Karena kepercayaan tersebut, masyara-
kat Batak Toba menerapkan ketiga aspek tersebut dalam membangun rumah.
Kelebihan dari rumah berkolong adaalah menghindari kelembaban tanah dan mengatur sir-
kulasi udara sehingga membuat suasana yang nyaman di dalam rumah. Sedangkan kerugian
dari rumah berkolong ini, karena lantai tidak berada di atas permukaan tanah, keelastisannya
(goyangan) semakin besar. Dari penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa disini, struktur berperan
sebagai pembagi ruang vertikal.
Masyarakat Batak Toba dalam membangun rumah dilakukan dengan gotong royong
menggunakan bahan dengan kayu pilihan terbaik. Masyarakat saat memilih kayu adalah
dengan mengetuknya, dipercaya kayu yang berbunyi nyaring itulah kayu yang baik. Pondasi
yang digunakan adalah berbentuk segi empat dengan dipadukan dinding dan tiang yang kuat.
Maknanya adalah kerja sama atau gotong royong saat memikul beban yang berat. Bagian atas
3
rumah ditopang dengan tiang yang sering disebut ninggor. Ninggor ini berbentuk lurus tan
tinggi yang bermakna kejujuran.
Selain hal tersebut, masyarakat juga percaya terhadap filosofi-filosofi atau petuah lelu-
hur mereka dalam melakukan sesuatu. Oleh sebabnya masyarakat dalam membangun rumah
juga banyak mempertimbangkan nasihat-nasihat leluhur. Seperti dalam pembuatan struktur
bangunan. Modul yang digunakan dalam rumah Batak Toba adalah grid, hal ini bertujuan
untuk mempermudah pembagaian ruang dalam rumah. Berikut struktur dalam membangun ru-
mah trsidional batak toba :
Pondasi
Dalam pemilihan kayu pondasi, pondasi haruslah kuat, pengertian ini terangkum dalam
falsafah yang mengatakan hot di ojahanna dan hal ini berhubungan dengan pengertian Batak
yang berprinsip bahwa di mana tanah di pijak disitu langit jungjung. Pondasi dibuat dalam
formasi segi empat dengan beberapa tiang penopang. Tiang yang berdiameter sekitar 42-50 cm
berdiri diatas batu ojahan yang strukturnya fleksibel. Sehingga rumah adat batak dapat tahan
terhadap gempa. Tiang pada rumah adat batak yang berjumlah 18 memiliki filosofi kebersa-
maan dan kekokohan.
Tiang Rumah
Pada bangunan tradisional ini terdapat 28 tiang, tetapi hanya 16 tiang yang berfungsi
sebagai struktur utama (pemikul beban) sedangkan 12 tiang lainnya hanya berfungsi se-
bagai penopang balok lantai.
4
Gambar : Tiang Rumah
Dinding rumah
Dalam hal ini ada ungkapan yang mengatakan hot di batuna jala ransang di ransang-
ransangna dan hansing di hansing-hansingna, yang artinya bahwa dasar dan landasan telah
dibuat dan komponen lainnya juga dapat berdiri dengan kokoh. Ini dimaknai untuk menunjuk-
kan eksistensi rumah tersebut, dan dalam kehidupan sehari-hari. Dimaknai juga bahwa setiap
penghuni rumah harus selalu rangkul merangkul dan mempunyai pergaulan yang harmonis
dengan tetangga.
5
Gambar : Dinding rumah
Atap Rumah
Rangka bagian atas yang disebut bungkulan ditopang oleh tiang ninggor. Agar tiang niggor
dapat terus berdiri tegak, ditopang oleh sitindangi, dan penopang yang letaknya berada di de-
pan tiang ninggor dinamai sijongjongi. Dalam pemaknaannya tiang ninggor selalu disimbolkan
sebagai simbol kejujuran. Dibawah atap bagian depan ada yang disebut arop-arop. Merupakan
simbol dari adanya pengharapan akan penghidupan yang layak.
Atap dibuat melengkung yang mengandung filosofi keagungan dan kekuatan spiritual yang
kuat.
6
Gambar : Bukkulan dan Balok Angin
Atap dibuat melengkung yang mengandung filosofi keagungan dan kekuatan spiritual yang
kuat. Kondisi lingkungan dengan kecepatan angin yang cukup tinggi tidak akan merusak atap
yang dibuat cukup aerodinamis. Bentuk atap yang melengkung yang pada ujung atap sebelah
depan, terkadang dilekatkan tanduk kerbau, sehingga rumah tampak seperti kerbau. Punggung
kerbau adalah atap yang melengkung, kaki-kaki kerbau adalah tiang- tiang pada kolong rumah.
Dalam adat Batak Karo rumah terbagi atas dua bagian, yaitu ruma dan sopo (lumbung
padi). Keduanya dipisahkan oleh pelataran luas yang berfungsi sebagai ruang bersama hal ini
karena masyarakat Batak Toba ingin memisahkan anatar ruang untuk aktivitas di siang hari
yaitu sopo dan ruang untuk aktivitas malam (tidur) yaitu ruma.
1. Ruma
Struktur pada denah rumah Batak Toba (Rumah Bolon) tidak memiliki dinding
pembatas, karena sifat dari masyarakat Batak Toba yang suka musyawarah, gotong
7
royong, suka berterus terang, sifat terbuka, dinamis dan kreatif. Meskipun demikian
ruangan rumah terbagi atas 4 bagian, yaitu:
1. Jabu Bona ialah daerah sudut kanan di sebelah belakang dari pintu masuk rumah,
daerah ini biasa di tempati oleh keluarga tuan rumah.
2. Jabu Soding ialah daerah sudut kiri di belakang pintu rumah. Bahagian ini di tem-
pati oleh anak anak yang belum akil balik (gadis)
3. Jabu Suhat ialah daerah sudut kiri dibahagian depan dekat pintu masuk. Daerah ini
di tempati oleh anak tertua yang sudah berkeluarga, karena zaman dahulu belum
ada rumah yang di ongkos (kontrak) makanya anak tertua yang belum memiliki
rumah menempati jabu suhat.
4. Jabu Tampar Piring ialah daerah sudut kanan di bahagian depan dekat dengan
pintu masuk. Daerah ini biasa disiapkan untuk para tamu, juga daerah ini sering di
sebut jabu tampar piring atau jabu soding jolo-jolo.
8
Sopo
Menurut fungsinya sopo bisa dikelompokkan dalam tiga jenis yaitu: sopo-sopo, sopo
dan sopo godang. Sopo-sopo dalam bahasa Indonesia bisa diterjemahkan sebagai gubuk. Ka-
rena itu sopo-sopo merupakan bangunan yang sangat sederhana, sekedar bisa digunakan untuk
berlindung dari sengatan matahari dan guyuran hujan. Sopo-sopo biasanya didirikan di ladang
yang jauh dari perkampungan. Sopo-sopo berfungsi sebagai tempat istirahat sementara, namun
bisa ditempati berhari-hari manakala mereka membutuhkan waktu ekstra untuk mengerjakan
lading, karena menjadi tidak hemat waktu jika harus pulang dan pergi ke rumah dengan jarak
yang jauh.
Sopo (lihat keterangan sebelumnya) adalah rumah adat Batak Toba yang berfungsi se-
bagai tempat untuk penyimpanan padi (bagian atas), sebagai tempat untuk menenun, menyu-
lam (bagian tengah), dan sebagai kandang hewan (bagian bawah). Bentuk bangunan sopo tidak
jauh berbeda dengan bentuk bangunan rumah tinggal. Sopo dibangun tidak jauh dari rumah
tinggal.
Sopo godang dalam bahasa Indonesia bisa diterjemahkan sebagai gedung serbaguna.
Bangunan ini digunakan untuk pertemuan komunal adat. Bangunan sopo godang lebih banyak
terdapat di daerah perkotaan dan lebih banyak digunakan untuk keperluan adat misalnya
perkawinan, yang mau tidak mau menghadirkan kerabat-kerabat pihak penyelenggara pesta.
9
RUANG PADA RUMAH TRADISIONAL BATAK KARO
Pengaturan ruang pada Rumah Tradisional Batak Karo erat hubungannya dengan sistem
kekerabatan yang terjadi didalam rumah. Artinya ruang tersebut terbentuk karena pengalaman
manusia yang berada didalam dengan lingkungan yang ada didalam rumah.
Dimana hubungan kekerabatan tersebut membentu sebuah space yang memiliki fungsi dan
pengaturannya masing – masing dan memberikan reaksi sehingga terbentuk space “ruang”
didalam rumah tradisional tersebut
Masyarakat Karo menganut sistem kekerabatan patrilineal, yang menarik garis keturunan
dari pihak ayah. Otomatis marga orang Karo diturunkan dari ayah.
Pembagian ruang ini erat kaitannya dengan hubungan dengan rakut sitelu. Rakut Sitelu atau
sangkep nggeluh (kelengkapan hidup) dalam masyarakat Karo merupakan suatu sistem
kekeluargaan yang dimana terdiri dari 3 kelompok yaitu kalimbubu, anak beru, dan senina.
10
Sangkep Geluh atau Rakut Sitelu
Sumber: Editing dari Jejak Warisan Urung Lingga (Kajian
Fenomenologi Arsitektur Karo) oleh Saragih, Jhon Tuah Aditya
Rumah tradisional memilik empat inti jabu yang menggambarkan hubungan kekerabatan
ini, yaitu Jabu Benana Kayu, Jabu, Ujung Kayu, Jabu Lepar, Benana Kayu, Jabu Lepar Ujung
Kayu.
Menurut Ir. Myrtha Soeroto (2003) dalam buku Dari Arsitektur Tradisional Menuju Arsi-
tektur Indonesia, Nama, Posisi dan Peran Jabu dalam Rumah Adat Karo (Rumah Siwaluh
Jabu):
11
ada permasalahan di dalam rumah atau di Kuta seperti terjadi pencurian atau akan terjadi
perang, maka Jabu Lepar Bena Kayu harus menyelidikinya terlebih dahulu kemudian menga-
barkannya kepada Jabu Bena Kayu.
12
Merupakan kedudukan bagi Guru (dukun/ tabib). Jabu Sedapuren Lepar Ujung Kayu juga
disebut Jabu Bicara guru (yang mampu mengobati). Jabu Sedapuren Lepar Ujung Kayu ber-
peran sebagai penasehat spiritual bagi penghuni Jabu Bena Kayu, mengumpulkan ramuan-
ramuan dari alam untuk pembuatan obat-obatan bagi seisi rumah, menilik hari baik dan buruk,
menyiapkan pagar (tolak bala) bagi seisi rumah, selain itu dia juga berperan dalam pelaksanaan
upacara terhadap leluhur (kiniteken pemena) dan upacara-upacara yang menyangkut dengan
kepercayaan pada masyarakat karo jaman dahulu. Jadi Jabu Sedapuren Lepar Ujung Kayu atau
Jabu Bicara Guru berperan dalam hal pengobatan dan hal-hal yang berhubungan dengan ke-
percayaan masyarakat Karo pada jaman dahulu.
Ture Julu
Jabu Sedapuren
Jabu Sedapuren
Lepar Bena Kayu
Lepar Ujung Kayu
Ture Jahe
Organisasi ruang dalam Rumah AdaSumber: Editing dari Jejak Warisan
Urung Lingga (Kajian
Fenomenologi Arsitektur Karo) oleh Saragih, Jhon Tuah Aditya
Pengaturan organiasi ruang atau wujud dalam rumah tradisional Karo (rumah adat), dalam ka-
sus rumah siwaluh jabu (delapan keluarga)
13
• Posisi pertama ditempati oleh (1) Jabu Benana Kayu, bena mempunyai arti pangkal,
awal. Ruangan ini yang terletak pada bagian arah pangkal kayu yang dihuni oleh
keluarga pendiri kampung yang kedudukannya paling tinggi (raja).
• Posisi kedua ditempati oleh (2) Jabu Ujung Kayu yaitu ruangan yang terdapat disebelah
(kanan atas Gambar 5.17), Ruangan ini dihuni oleh keluarga yang memperoleh istri
(Anak beru) dari raja sedang status raja adalah pemberi istri (Kalimbubu) terhadap
mereka.
• Posisi ketiga ditempati oleh (3) Jabu Lepar Benana Kayu yaitu ruangan yang terletak
berseberangan dengan Jabu Benana Kayu, berasal dari klan (merga) yang sama dengan
raja baik statusnya sebagai anak, maupun sebagai turunan(senina).
• Posisi keempat ditempati oleh (4) Jabu Lepar Ujung Kayu yaitu ruangan yang terletak
berseberangan dengan Jabu Ujung Kayu (kiri atas ruang ini dihuni oleh pihak yang
memberikan istri (Kalimbubu) kepada Raja. Pihak kalimbubu ini dianggap sebagai per-
wujudan fisik dewata sehingga disebut dewata yang menampakkan diri (Dibata ni
idah).
• Posisi kelima ditempati oleh (5) Jabu Sidapurken Benana Kayu yaitu ruang yang yang
dihuni keluarga yang menggunakan dapur yang sama dengan keluarga raja yaitu
keluarga yang mengambil istri (anak-beru) dari anak beru keluarga raja.
• Posisi keenam (6) ditempati oleh Jabu Sidapurken Ujung Kayu yaitu ruangan yang
sedapur dengan ruang ujung kayu, yang dihuni oleh keluarga pemberi istri (kalimbubu)
dari keluarga pemberi istri untuk keluarga raja (kalimbubu raja) yang disebut Puang
Kalimbubu.
• Posisi ketujuh ditempati oleh (7) Jabu Sidapurken Lepar Ujung Kayu yaitu ruangan
yang ditempati oleh dukun yang juga berperan sebagai pendeta (Bicara Guru).
• Posisi kedelapan (8) ditempati oleh Jabu Sidapurken Lepar Benana Kayu adalah ruang
yang sedapur dengan Jabu Lepar Benana Kayu. Dihuni oleh pihak anak dari anak beru
raja.
Pengaturan organiasi ruang yang terdapat dalam Rumah Adat Batak karo tidak mempunyai
batas yang jelas (grid pembatas tidak jelas) da tegas seperti partisi atau perbedaan elevasi.
Space antar jabu ditandai oleh sebuah dapor (dapur) yang dipakau bersama – sama oleh dua
keluarga.
14
Lalu untuk bagian tengah rumah batas ini berpatokan pada batas ingin medem atau tempat
tidur. Setiap jabu memiliki tempat tidur dan mempunyai batas yang jelas antara jabu dengan
jabu lainnya. Antar tempat tidur dipisah dengan tikar yang menggantung pada batang bamboo
sedangkan pembatas jabu depannya dipisahkan oleh kain tirai (Singarimbun, 1975)
Kalimbubu
Anak Beru
Sukut Senina
Skematik garis hubungan sangkep geluh dalam rumah adat terlihat dalam gambar dibawah
ini. Garis vertikal menunjukkan hubungan kepada kalimbubu, garis horizontal menunjukkan
hubungan kepada senina sedangkan garis diagonal menunjukkan hubungan kepada anak beru.
Dalam arsitektur Karo posisi sukut atau yang menjadi pendiri kampung posisinya berada di
pangkal kayu rumah adat sehingga sangkep ngeluh membentuk empat sudut yang mengunci
seluruh ruang rumah adat.
15
Hubungan Sangkep ngeluh dengan puang kalimbubu dan anak beru menteri dalam rumah adat Karo
Sumber: Editing dari Jejak Warisan Urung Lingga (Kajian
Fenomenologi Arsitektur Karo) oleh Saragih, Jhon Tuah Aditya
Fungsi Ruang yang terdapat pada rumah adat batak karo adalah :
Keterangan:
Dapur
Ture
Setiap rumah adat siwaluh jabu mempunyai 4 (empat) buah dapor, yaitu dua di bagian hilir
dan dua di bagian hulu yang terdapat pada tiap ruang (jabu). Tiap dapor dipergunakan oleh dua
keluargayang saling bersebelahan (Sedapuren). Dapor berbentuk bujur sangkar, dengan ukuran
16
sekitar 2x2 meter persegi dilengkapi dengan anak batu (mutu), dan tiga buah tungku
(diliken) persis di tengah-tengah dapor
Ture
Ture dalam arsitektur Karo mempunyai defenisi lain yaitu lereng, pinggiran. Menurut
masyarakat Karo bahwa dunia ini mempunyai tingkatan yaitu dunia bawah, tengah dan atas.
Ture merupakan ruang existential peralihan dunia bawah menuju dunia tengah. Platform yang
terbuat dari bambo dan dilengkapi dengan tangga. Terdapat pada bagian Jahe dan Julu Ruang
ini dipakai oleh pasangan muda-mudi yang belum menikah untuk memadu kasih.
Anak Lau
Anak lau diibaratkan sepertisebuah sungai di dalam rumah dengan bagian yang lebih tinggi
disamping anak lau disebut suah (kaki bukit) dan bagian yang lebih tinggi atau dekat dengan
dinding disebut gugung (gunung). Sesuai dengan orientasi rumah hulu-hilir, anak lau ini diibar-
atkan sebagai sebuah sungai yang mengalir didalam rumah.
17
Anak lau merupakan sebuah jalan sirkulasi didalam rumah adat, anak lau juga berfungsi
sebagai tempat aliran air dan sampah.
Loebis (2004) orientasi arsitektur Karo sendiri pada awalnya rumah adat dibuat dengan
arah kenjahe-kenjulu, sesuai dengan arah mengalirnya air sungai di suatu kampung. Pengertian
kenjahe dan kenjulu berbeda dengan pengertian Utara dan Selatan. Arah hilir di sebut kenjahe
sedangkan arah hulu disebut kenjulu.Dalam ucapan sehari-hari arah kenjahe sering disebut
Kahe-kahe atau Jahe-jahe dan arah kenjulu disebut Kolu-kolu atau Julu (Singarimbun, 1960).
18
Aksonometri Rumah Adat Karo
Sumber: Google
• Fungsi Ruang Dalam Rumah Adat Batak Karo Dalam Aspek Kosmologi
Rumah tradisional Karo terbagi menjadi tiga bagian yaitu bawah,tengah, atas, Hal ini meru-
pakan manifestasi dari ruang kosmologi menurut kepercayaan mereka.
Puang Kalimbubu Anak Beru Menteri Anak dari anak beru. Area ini dikuasai oleh batara
guru yaitu dewata penguasa dunia bagian atas atau dunia angkasa yang amat luas.
Area ini dikuasai oleh paduka ni aji yaitu dewata penguasa dunia bagian tengah yaitu bumi.
Area ini dikuasai oleh banua koling yaitu dewata penguasa dunia bagian bawah.
19
Mereka mempercayai bahwa bagian yang paling atas adalah yang paling suci dan sakral,
dunia tengah sebagai tempat hunian manusia sedangkan dunia bawah merupakan dunia kege-
lapan yang diidentikan dengan neraka. Hal ini mengapa masyarakat Karo memberikan
persembahan diatas para nageng yang berada di atap rumah adat dan menaruh tulang belulang
atau bekas pembakaran mayat di tersek atap rumah mereka. Trilogi ini juga dipakai dalam
tubuh manusia masyarakat Karo yaitu kepala, badan, kaki. Kepala dianggap sebagai bagian
yang lebih suci dari kaki (Masri Singarimbun,1975).
Keterangan:
Dunia Atas
Dunia Tengah
Dunia Bawah
20
STRUKTUR RUMAH SIWALUH JABU
Rumah adat siwaluh jabu ini berbentuk rumah panggung dengan ketinggian dua meter dari
permukaan tanah. Ukuran rata-rata bangunan ini adalah 17×12 m2 dengan ketinggian kurang
lebih 12 m. Bangunan ini simetris pada kedua porosnya, sehingga pintu masuk pada kedua
sisinya terlihat sama. Rumah adat Batak Karo dibangun dengan 16 tiang yang bertumpu pada
batu-batu alam berukuran besar (pondasi). Terdapat pembagian penyaluran beban dari
bangunan terhadap pondasinya, dimana delapan dari tiang-tiang ini menyangga lantai dan atap,
sedangkan yang delapan lagi hanya menyangga lantai saja. Pada bangunan ini masih
menggunakan struktur post and lintel, dimana pada bagian atas bangunan (semacam plafon)
merupakan suatu penyusunan antar kayu yang dimana balok hanya menumpu pada kolom. Na-
mun sudah ditemukan kemajuan dimana sudah digunakan sistem sendi pada bagian lantai un-
tuk mengikat balok lantainya.
Pembangunan rumah adat ini menggunakan tiga jenis kayu, yaitu kayu ndarasi, ambertuah
dan sibernaek. Pada pemasangan tiap-tiap bagiannya tidak digunakan paku sama sekali. Hanya
menggunakan pengikatan dengan tali ijuk untuk menyatukan tiap-tiap bangunannya. Terka-
dang juga digunakan suatu bahan untuk merekatkan bagian yang dibuat dengan bahan-bahan
dari hutan.
21
Beberapa bagian pembentuk konstruksi rumah ini antara lain :
Palas terbuat dari batu-batuan yang diambil dari gunung ataupun sungai. Batu ini
dugunakan sebagai pondasi rumah adat ini. Bebatuan ini akan dilubangi bagian atasnya supaya
beberapa bahan yang menurut masyarakat setempat dapat mendukung kekuatan dan kekoko-
han bangunan ini. Bahan ini antara lain yaitu belo cawir (sirih), besi mersik, dan ijuk. Hal ini
tentu berkaitan dengan lokasinya yang diapit kedua gunung sehingga sering sekali terjadi
gempa. Konstruksinya tentu spesifik dengan konstruksi tahan gempa. Selanjutnya batang-ba-
tang kayu yang ujungnya telah diruncingkan, dimasukkan ke dalam bolongan batu dan
kemudian digunakan sebagai kolom bangunan ini. Batu palas kemudian dipendam sebagian ke
dalam tanah agar tidak mudah bergeser
2. Tangga
Pada bangunan ini dibutuhkan tangga untuk memasukinya karena letaknya yang beradap
pada ketingian dua meter dari muka tanah. Tangga terbuat dari bambu berdiameter kurang lebih
15 cm. Terdapat dua buah tangga. Di bagian muka berjumlah tiga sedangkan di bagian
belakang berjumlah lima.
22
Tangga Rumah Adat Karo Adat Karo
Sumber: Google
Merupakan bagian muka yang tersusun dari rangkaian bayu yang rapat (diameter kurang
lebih 10-15cm). Bagian ini merupakan tempat yang pada siang hari digunakan untuk mengan-
yam bagi kaum wanita, dan tempat pertemuan pada malam hari. Penopang serambi ini adalah
bayu yang memiliki diameter lebih besar.
4. Dinding
Terbuat dari jenis kayu yang sama dengan kolom, yaitu kayu ndrasi yang berbentuk papan
atau lembaran. Masing-masing papan ini diikat dengan tali retret yang terbuat dari ijuk atau
rotan. Penalian ini menggunakan suatu pola anyaman yang disebut pola cicak. Dinding ini tidak
dibentuk lurus, namun memiliki kemiringan sekitar 40° keluar. Dinding ruang bangunan yang
23
miring ini juga sebagai lambang pertemuan dunia tengah yang dipercaya sebagai tempat tinggal
manusia dengan langit yang dipercaya sebagai tempat para Dewa bersemayam.
Terbuat dari kayu yang sudah tua, yang berupa lembar papan yang berukuran 4x30cm.
Posisinya terletak pada sudut-sudut dinding yang berfungsi untuk menahan dan memikul dind-
ing. Pemasangannya dengan menggunakan sambungan pen. Cuping ini dibentuk dengan pola
ukiran.
6. Pintu
Terbuat dari kayu yang sudah tua berupa dua lembaran kayu tebal yang masing-masing
berukuran 5 x 40 cm. Tinggi pintu dibuat setinggi orang dewasa dengan posisi kedua pintu
menghadap ke arah timur dan barat. Dipasang pada dinding bangunan yang miring, di atas
24
balok bulat yang dipasang mengelilingi bangunan. Balok ini sendiri berfungsi untuk menahan
dinding bangunan.
7. Labah – Jendela
Jendela terbuat dari papan yang berukuran 8x30 cm. Dibuat miring 40 cm keluar mengikuti
kemiringan dinding. Terdapat 8 buah jendela. 2 di bagian depan, 2 di belakang, dan 4 di kanan
kiri bangunan.
Penutup atap rumah adat karo ini terbuat dari ijuk yang bersusun-susun sehingga mencapai
tebal 20 cm. Rangkanya sendiri terbuat dari bambu yang di belah sebesar 1 x 3 cm dan di ikat
dengan rotan dengan jarak antar bambu 4 cm. Fungsi utama dari bentuk ujung atap yang men-
onjol ini adalah untuk memungkinkan asap keluar dari tungku dalam rumah.
25
Atap Rumah Adat Karo
Sumber: Traditional Building Of Indonesia Volume II
9. Ornamen
Ornamen-ornamen mengandung arti mistik, ini berkaitan dengan kepercayaan pada masa itu
Secara umum menggambarkan jati diri, kebersatuan keluarga dan permohonankeselamatan
Mengunakan 5 warna : putih, merah, hitam, biru, kuning yang melambangkan jumlah marga
di tanah Karo Bahan pewarnanya dibuat dari alam (dah atah taneh)selalu menggambarkan
cicak di dinding rumah mereka, baik nampak seperti cicak sebenarnya ataupun bentuk yang
menyerupainya Artinya, orang Batak dapat beradaptasi dengan lingkungannya seperti hidup
cicak
26
KESIMPULAN
27
DAFTAR PUSTAKA
Admin. January 4, 2016. Makna dan Filosofi Rumah Batak yang Perlu Kita Ketahui.
diakses 18 Juni 2020 pada http://danautoba.org/makna-dan-filosofi-rumah-batak-yang-
perlu-kita-ketahui/
Fitri, Isnen. 2004. A Study On Spatial Arrangement Of Toba Batak Dwelling And Its
Changes. Master programme history architecture laboratory,Toyohashi university of
Technology.
Maria, M Sudarwani. 28 Oktober 2018. "Mengulik Arsitektur Rumah Batak Toba".
diakses 18 Juni 2020 pada https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/139145/mengu-
lik-arsitektur-rumah-batak-toba
Unknow. 22 Maret 2020. Rumah Adat Batak. di akses 18 Juni 2020 pada
https://www.romadecade.org/rumah-adat-batak/
Tim Balai Litbang Perumahan Wilayah I Medan. 2017. Kehandalan Struktur Dan Ter-
mal Edisi : Rumah Batak Toba
Saragih, Jhon Tuah Aditya, Jejak Warisan Urung Lingga (Kajian Fenomenologi Arsi-
tektur Karo, 2019, Universitas Sumatera Utara
UNITED NATIONS- REGIONAL HOUSING CENTRE- ECAFE, TRADITIONAL
BUILDINGS OF INDONESIA VOLUM E II BATAK KARO , 1973, Ministry of Public
Works and Electric Power Building Reserach Institute,
PHILIP PRUSIHEAN SEMBIRING, Arah Rumah Tradisional Struktur Rumah Siwa-
luh Jabu Kategori dan Strategi Transformasi Arsitektur, 2015, Universitas Sumatera Utara
28