MODUL 1
BEBAN DAN GAYA
Materi
Beban adalah gaya-gaya yang bekerja pada struktur bangunan. Suatu bangunan akan
menerima lebih dari satu gaya. Beban-beban tersebut adalah beban hidup, beban mati, beban
angin, beban gempa dan beban khusus.
Beban Hidup. Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) 1983,
pada Bab I, pasal 1 ayat 2; beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu gedung dan kedalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari
barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu,
sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap ke dalam beban hidup
dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan, baik akibat genangan maupun akibat tekanan
jatuh (energi kinetik) butiran air.
Beban Mati. Sesuai dengan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG)
1983, pada Bab I, pasal 1 ayat 1 mengatakan beban mati adalah berat dari semua bagian dari
suatu gedung yang bersifat tetap termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian,
mesin-mesin, serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gedung
1
Program Studi Arsitektur
FTMIPA/Universitas Indraprasta PGRI
itu. Beban mati tetap berada di gedung dan tidak berubah ubah, sesuai dengan sistem struktur
dan material yang digunakan.
Beban Angin. PPIUG 1983, Bab I pasal 1 ayat 3: beban angin adalah semua beban yang
bekerja pada gedung atau bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara.
Tekanan angin di Indonesia adalah 80kg/m2 pada bidang tegak sampai setinggi 20 m. Beban
angin yang bekerja terhadap gedung adalah menekan dan menghisap gedung tidak menentu dan
sukar diprediksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tekan dan hisap angin terhadap gedung
adalah kecepatan angin, kepadatan udara, permukaan bidang, dan bentuk dari gedung.
Beban Gempa. Beban Gempa adalah beban yang disebabkan oleh bergeraknya tanah
akibat proses alami. Untuk bangunan tinggi beban gempa harus diterapkan sedemikian rupa
sehingga bangunan harus mampu menahan gempa ulang 50 tahun. Beban gempa adalah beban
statik ekuivalen yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari
gerakan tanah akibat gempa itu.
Beban Khusus. Beban khusus adalah beban yang bekerja pada gedung atau bagian
gedung yang terjadi akibat dari selisih suhu, pengangkatan dan pemasangan, penurunan fondasi,
susut, dan gaya-gaya tambahan yang berasal dari beban hidup seperti gaya rem yang berasal dari
keran, gaya sentrifugal, dan gaya dinamis yang berasal dari mesin-mesin dan pengaruh-
pengaruh khusus lainnya
Beban
2
Program Studi Arsitektur
FTMIPA/Universitas Indraprasta PGRI
3
Program Studi Arsitektur
FTMIPA/Universitas Indraprasta PGRI
MODUL 2
TRIBUTARI AREA
1. Kompetensi Umum : Mengerti dan memahami konsep tributari area dengan tepat.
2. Indikator :
a. Mampu memahami konsep tributari area pada bangunan
bertingkat sedang.
b. Mampu menganalisa distribusi beban dari tiap kolom
3. Pokok Bahasan : Tributari Area
Tinjauan Teori
Bangunan agar berdiri kokoh, mampu menahan gaya yang bekerja pada “dirinya”, maka
bangunan tersebut harus memiliki satu sistem yang terdiri dari komponen tertentu. Ibarat tubuh
manusia, bangunan memiliki rangka yang membantunya tegak berdiri. Agar tubuh manusia
dapat bergerak secara harmonis, pastinya memiliki sistem tubuh yang sempurna. Maka bangunan
perlu suatu sistem yang mendukung berdirinya bangunan dengan kokoh, yaitu struktur. Struktur
adalah suatu sistem yang secara keseluruhan berfungsi menahan beban dan menyalurkannya ke
pondasi. Besar beban yang disalurkan oleh elemen struktur vertikal dan horizontal sesuai dengan
luas area yang dipikul oleh elemen struktur tersebut. Sistem struktur pada bangunan, terdiri dari
elemen-elemen struktur yang mampu bekerja secara bersama-sama sehingga mencapai keadaan
setimbang, stabil, kuat, dan kaku.
Dalam bangunan bertingkat sedang, kolom dan balok merupakan komponen struktur
yang berfungsi menyalurkan beban. Letak kolom dan balok pada sebuah bangunan akan
menetukan besar beban yang diterima. Sebuah metode diperlukan untuk menghitung luas area
yang ditumpu oleh kolom dan balok sehingga dapat diketahui dimensi kolom dan balok yang
diperlukan. Metode tersebut adalah Tributari Area.
4
Program Studi Arsitektur
FTMIPA/Universitas Indraprasta PGRI
Tributari area adalah metode grafis untuk menentukan besar beban yang di tumpu oleh
kolom atau dan balok yang akan disalurkan menuju fondasi. Metode ini memudahkan dalam hal
menghitung beban mati dan beban hidup yang bekerja per satuan luas karena tergambar dalam
denah.
Dilhat dari gambar, kolom dan balok menopang setengah atau seperempat dari masing-
masing modul kolom. Untuk menentukan luas area yang ditopang oleh kolom dan balok dapat
dilakukan dengan rumus :
5
Program Studi Arsitektur
FTMIPA/Universitas Indraprasta PGRI
2. URAIAN TUGAS
e. Obyek Garapan : Denah hasil survey
f. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan : 1. Gambarkan tributari area
pada denah tugas Anda
sebelumnya dengan
penggambaran secara
skalatis
2. Hitung luas setiap area
beban yang dipikul oleh
kolom, dan hitung jumlah
beban yang disalurkan oleh
pondasi.
6
Program Studi Arsitektur
FTMIPA/Universitas Indraprasta PGRI
Perhitungan 10%
MODUL 3
KOLOM, BALOK DAN PLAT
7
Program Studi Arsitektur
FTMIPA/Universitas Indraprasta PGRI
ujung-ujungnya saja, dan tidak ada beban tranversal. Kolom tidak mengalami lentur secara
langsung karena tidak ada beban tegak lurus terhadap sumbunya.
Balok adalah elemen horizontal pada bangunan yang meneruskan beban. Pada awalnya
balok sederhana digunakan sebagai penumpu beban di atasnya. Gabungan kolom dan balok
membentuk sistem yang mampu meneruskan beban. Sistem ini disebut post and beam.
Pada bangunan bertingkat sedang, kekakuan bangunan dibantu oleh plat. Plat adalah
elemen horizontal tempat pengguna beraktivitas. Susunan kolom, balok dan plat dapat bersama
menjaga kekakuan bangunan dan hal ini sudah diterapkan di banyak bangunan bertingkat.
8
Program Studi Arsitektur
FTMIPA/Universitas Indraprasta PGRI
9
Program Studi Arsitektur
FTMIPA/Universitas Indraprasta PGRI
MODUL 4
PORTAL BERTINGKAT
10
Program Studi Arsitektur
FTMIPA/Universitas Indraprasta PGRI
2. URAIAN TUGAS
m. Obyek Garapan : Denah
n. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan : Buat gambar struktur lengkap
dengan elemen-elemennya
sehingga sistem portal bertingkat
dapat bekerja dengan baik (kolom,
balok, plat lantai, sloof, fondasi,
dan atap) pada denah lantai dasar
dan denah lantai tipikal (skala
1:100) sesuai dengan kaidah
gambar teknik.
o. Metode/cara pengerjaan, acuan yang : Dari denah arsitektur yang
digunakan diberikan, buat denah struktur
kolom dan balok.
p. Deskripsi luaran tugas yang dikerjakan : Keluaran tugas berupa denah dan
potongan gedung
3. KRITERIA PENILAIAN
Pemahaman
Ketepatan penggambaran kolom, balok, plat lantai, fondasi baik pada denah lantai satu dan
denah lantai tipikal 40%
Presentasi
Penggambaran denah dengan tepat dan benar sesuai gambar teknik. 20%
Penggambaran potongan dengan tepat dan benar sesuai gambar teknik. 20%
Kelengkapan
Denah lantai satu 10%
Denah lantai tipikal 10%
11
Program Studi Arsitektur
FTMIPA/Universitas Indraprasta PGRI
MODUL 5
BEARING WALL DAN SHEAR WALL
1. Kompetensi Umum : Mengerti dan memahami bearing wall dan shear wall.
2. Indikator :
a. Mampu memahami sistem struktur bearing wall dan shear wall
b. Mampu merancang bangunan bertingkat dengan struktur
bearing wall
3. Pokok Bahasan : Bearing wall dan shear wall
Materi
Bearing wall adalah elemen vertikal untuk menyalurkan beban secara vertikal karena
adanya gaya gravitasi bumi sehingga berbentuk bidang. Elemen ini digunakan di bangunan
bertingkat untuk memperkuat dan memperkaku struktur bangunan. Bisa dikatakan bahwa
dinding struktur ini adalah kolom yang di ”tarik secara horisontal” sehingga membentuk bidang.
Bearing wall atau dinding pemikul sesuai fungsinya, maka dinding ini dapat berupa lebih dari
satu panel yang dipasang membentuk sudut tertentu sehingga dapat memikul beban vertikal
dengan baik.
Fungsi bearing wall sama seperti kolom yaitu menyalurkan beban vertical menuju ke
fondasi. Bentuk penampang kolom biasanya lebih tebal dari lebar dinding, hal ini mempengaruhi
letak furniture dalam ruang. Untuk mengatasi hal tersebut, bentuk penampang dapat
menyesuaikan dengan ketebalan dinding dengan syarat luas penampang kolom yang diijinkan
sama dengan luas penampang bearing wall.
12
Program Studi Arsitektur
FTMIPA/Universitas Indraprasta PGRI
Shear wall adalah dinding geser. Dinding geser berfungsi untuk menahan beban
horizontal. Fungsinya sebagai penahan gaya lateral berupa beban gempa. Keberadaan dinding
geser dipengaruhi oleh keadaan alam dimana bangunan dibangun. Bangunan yang berada pada
daerah gempa memerlukan penguat tambahan. Dinding geser dapat dijadikan salah satu alternatif
dalam memperkuat dan memperkaku bangunan.
13
Program Studi Arsitektur
FTMIPA/Universitas Indraprasta PGRI
2. URAIAN TUGAS
q. Obyek Garapan : Denah
r. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan : Buatlah perencanaan dinding
pemikul dan dinding geser .
Keluaran berupa skematik denah.
Buat gambar struktur lengkap
dengan dinding pemikul dan
dinding geser berdasarkan skematik
denah. (skala 1:100) sesuai dengan
kaidah gambar teknik.
14
Program Studi Arsitektur
FTMIPA/Universitas Indraprasta PGRI
MODUL 6
PENGAKU BANGUNAN
Materi
Bangunan mampu mencapai kesetimbangan akibat aksi beban yang diberikan. Kerjasama
antara elemen-elemen struktur mulai dari bagian atas bangunan sampai pondasi sebagai elemen
bawah bangunan. Kestabilan bangunan sangat penting bagi kekokohan bangunan tersebut.
Kestabilan bangunan penting pada bangunan bertingkat baik sedang maupun tinggi. Akibat tanpa
kestabilan bangunan, maka bangunan akan 1. runtuh (soft storey effect), 2. tumbang
(overtuning), 3. terjadi puntiran (rotation), dan amblas (liquefaction)-bisa seluruh bangunan atau
sebagian saja yang berakibat kemiringan pada bangunan.
15
Program Studi Arsitektur
FTMIPA/Universitas Indraprasta PGRI
Elemen struktur bangunan sebagai pemikul akan menyalurkan gaya vertikal sampai ke
dalam tanah sedangkan elemen struktur bangunan yang berfungsi sebagai penyalur gaya lateral,
akan menahan gaya geser.
Untuk mencegah hal tersebut ada beberapa cara, yaitu:
1. Titik joint yang kaku (joint rigidity) Membuat titik joint yang kaku, dengan memberikan
pengaku pada pojok dari hubungan elemen linier vertikal dan elemen linier horizontal.
16
Program Studi Arsitektur
FTMIPA/Universitas Indraprasta PGRI
Tempat / ruang menerus dari lantai atas sampai bawah untuk memuat equipment
bangunan sebagai bagian dari building services termasuk sistem-sistem transportasi mekanis dan
vertical. Selain itu core juga sebagai salah satu pengaku bangunan selain dinding geser dan
bracing. serta menambah kekakuan bangunan. Bentuk core yang digunakan disesuaikan dengan
fungsi bangunan dan bentuk denah lantai tipikal. Dinding core juga sebagai dinding geser
bangunan, yaitu dinding yang mampu menahan gaya luar yang bekerja secara horizontal (gaya
lateral) seperti gaya akibat adanya beban angin, beban gempa. Sistem dinding geser dapat
berfungsi sebagai penyalur gaya lateral yang baik, sehingga menambah kekakuan bangunan
bertingkat sedang dan bertingkat tinggi. digunakan dalam pembuatan inti bangunan.
17
Program Studi Arsitektur
FTMIPA/Universitas Indraprasta PGRI
2. URAIAN TUGAS
u. Obyek Garapan : Denah
v. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan : Buatlah perencanaan pengaku
bangunan terhadap denah yang
diberikan dan gunakan gambar
teknik secara skalatis
18
Program Studi Arsitektur
FTMIPA/Universitas Indraprasta PGRI
MODUL 7
REGULASI BANGUNAN
Materi
Peraturan dan kode bangunan adalah aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam hal
membangun sebuah bangunan. Peraturan ini dikeluarkan dengan tujuan penataan yang lebih
baik, keseimbangan lingkungan dan kesehatan bangunan. Pengaturan jarak rumah akan
memberikan efek yang baik kepada tidak hanya bangunan tetapi juga penghuni nya. Beberapa
peraturan yang biasa diterapkan di bangunan adalah
1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Pemilik bangunan diwajibkan menyisakan lahannya untuk area resapan air. KDB ini biasanya
dinyatakan di dalam persentase. Misalnya anda memiliki lahan disuatu daerah dengan KDB 60%
dengan luasnya 150 m2, artinya anda hanya boleh membangun rumah seluas 60% x 150 m2 = 90
m2, sisanya 60 m2 sebagai area terbuka yang fungsinya seperti disebutkan diatas.
2. Garis Sempadan Bangunan (GSB)
Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah suatu aturan oleh pemerintah daerah setempat yang
mengatur batasan lahan yang boleh dan tidak boleh dibangun. Bangunan yang akan didirikan
tidak boleh melampaui batasan garis ini. Misalnya saja, rumah anda memiliki GSB 3 meter,
artinya anda hanya diperbolehkan membangun sampai batas 3 meter tepi jalan raya. GSB ini
berfungsi untuk menyediakan lahan sebagai daerah hijau dan resapan air, yang pada akhirnya
menciptakan rumah sehat. Karena rumah akan memiliki halaman yang memadai sehingga
19
Program Studi Arsitektur
FTMIPA/Universitas Indraprasta PGRI
penetrasi udara kedalam rumah akan lebih optimal. Selain itu, dengan adanya jarak rumah anda
dengan jalan di depannya, privasi anda tentunya akan lebih terjaga.
3. Garis Sempadan Jalan (GSJ)
Garis Sempadan Jalan (GSJ) hampir mirip dengan GSB, tetapi GSJ lebih ditujukan untuk
tersedianya lahan bagi perluasan jalan di masa mendatang. Misalnya di dekat lahan anda ada GSJ
tertulis 1,5 meter, artinya 1,5 meter dari tepi jalan kearah halaman anda sudah ditetapkan sebagai
lahan untuk rencana pelebaran jalan. Bila suatu saat ada pekerjaan pelebaran jalan, lahan anda
selebar 1,5 meter akan "terambil".
4. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
KLB merupakan perbandingan antara luas total bangunan dibandingkan dengan luas lahan. Luas
bangunan yang dihitung KLB ini merupakan seluruh luas bangunan yang ada, mulai dari lantai
dasar hingga lantai diatasnya. Mezanin atau bangunan dengan dindingnya yang lebih tinggi dari
1.20 m, yang digunakan sebagai ruangan harus dimasukkan kedalam perhitungan KLB.
KLB biasanya dinyatakan dalam angka seperti 1,5; 2 dan sebagainya. Angka-angka KLB ini
berkaitan dengan jumlah lantai yang akan dibangun. Seandainya anda punya lahan 150 m2,
dengan KDB 30 % dan KLB = 1, perhitungannya sebagai berikut:
• Lantai dasar = 40% x 150 m2 = 60 m2
• Total luas bangunan yang boleh dibangun = 150 m2
Dari perhitungan diatas diperoleh, luas lantai dasar yang boleh dibangun hanya seluas 60 m2
saja. Sedangkan luas total bangunan yang diizinkan seluas 150 m2, berarti anda bisa membangun
rumah secara vertikal, dengan jumlah lantai hanya dua atau bisa juga 2 1/5 lantai. Dari dua lantai
ini, kalau dikalikan 2 didapat jumlah luas total bangunan anda = 120 m2, masih tersisa 30 m2.
Sisa luas yang diizinkan (30 m2) ini dapat anda bangun diatasnya.
(Sumber : http://kontemporer2013.blogspot.com/2013/11/seputar-peraturan-bangunan-
gedung.html)
20
Program Studi Arsitektur
FTMIPA/Universitas Indraprasta PGRI
2. URAIAN TUGAS
y. Obyek Garapan : Denah
z. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan : Akan diberikan beberapa contoh
lahan. Mahasiswa diminta untuk
menentukan luas lantai dasar, total
luas bangunan dan jumlah lantai
yang boleh dibangun berdasarkan
peraturan yang diberikan
aa. Metode/cara pengerjaan, acuan yang : Dari lahan yang diberikan secara
digunakan acak, mahasiswa menggambar
kembali lahan terseebut lengkap
dengan denah bangunan sesuai
perhitungan yang dilakukan
sebelumnya
bb. Deskripsi luaran tugas yang dikerjakan : Perhitungan, site plan dan potongan
kawasan
3. KRITERIA PENILAIAN
Pemahaman Ketepatan perhitungan regulasi bangunan 40%
Presentasi Penggambaran site plan sesuai gambar teknik. 20%
Penggambaran potongan kawasan sesuai gambar teknik. 20%
Kelengkapan
Gambar sesuai perhitungan 10%
21
Program Studi Arsitektur
FTMIPA/Universitas Indraprasta PGRI
MODUL 8
PONDASI DALAM
Materi
Pondasi dalam adalah pondasi dengan kedalam tertentu dimana daya dukung
dasar pondasi dipengaruhi oleh beban struktural dan kondisi permukaan tanah, pondasi
dalam biasanya dipasang pada kedalaman lebih dari 3 m di bawah elevasi permukaan
tanah.
Pondasi Tiang Pancang , Pada dasarnya sama dengan bore pile, hanya saja yang
membedakan bahan dasarnya. Tiang pancang menggunakan beton jadi yang langsung
ditancapkan langsung ketanah dengan menggunakan mesin pemancang. Karena ujung
tiang pancang lancip menyerupai paku, oleh karena itu tiang pancang tidak memerlukan
proses pengeboran.
22
Program Studi Arsitektur
FTMIPA/Universitas Indraprasta PGRI
Pondasi Caissons (Bor Pile), Pondasi bor pile adalah bentuk pondasi dalam yang
dibangun di dalam permukaan tanah, pondasi di tempatkan sampai ke dalaman yang dibutuhkan
dengan cara membuat lobang dengan sistim pengeboran atau pengerukan tanah. Setelah
kedalaman sudah didapatkan kemudian pondasi pile dilakukan dengan pengecoran beton
bertulang terhadap lobang yang sudah di bor.
23
Program Studi Arsitektur
FTMIPA/Universitas Indraprasta PGRI
2. URAIAN TUGAS
cc. Obyek Garapan : Denah
dd. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan : Akan diberikan beberapa contoh
lahan. Mahasiswa diminta untuk
menentukan jenis pondasi yang
digunakan
ee. Metode/cara pengerjaan, acuan yang : Dari lahan yang diberikan secara
digunakan acak, mahasiswa menganalisa jenis
pondasi yang tepat lalu
merencanakan sesuai dengan
kebutuhan
ff. Deskripsi luaran tugas yang dikerjakan : Analisis, denah pondasi, potongan
dan detail
3. KRITERIA PENILAIAN
Pemahaman Ketepatan analisis 40%
Presentasi Penggambaran denah sesuai gambar teknik. 20%
Penggambaran potongan sesuai gambar teknik. 20%
Kelengkapan
Gambar sesuai analisis 10%
24
Program Studi Arsitektur
FTMIPA/Universitas Indraprasta PGRI
MODUL 9
DILATASI
25
Program Studi Arsitektur
FTMIPA/Universitas Indraprasta PGRI
2. URAIAN TUGAS
gg. Obyek Garapan : Denah
hh. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan : Akan diberikan beberapa contoh
bentuk denah. Mahasiswa diminta
untuk menentukan bagian mana
saja yang akan di dilatasi
ii. Metode/cara pengerjaan, acuan yang : Dari denah yang diberikan secara
digunakan acak, mahasiswa mencba untuk
men dilatasi denah sesuai dengan
teori yang diberikan dan
menggambarkan kembali
jj. Deskripsi luaran tugas yang dikerjakan : Analisis, denah, potongan dan
detail dilatasi.
3. KRITERIA PENILAIAN
Pemahaman Ketepatan analisis 40%
Presentasi Penggambaran denah sesuai gambar teknik. 20%
Penggambaran potongan sesuai gambar teknik. 20%
Kelengkapan
Gambar sesuai analisis 10%
26
Program Studi Arsitektur
FTMIPA/Universitas Indraprasta PGRI
MODUL 10
STRUKTUR TABUNG
Materi
Struktur Tabung menjadikan fasad sebagai penahan beban. Fasad berfungsi
menahan beban lateral seperti suatu kotak kosong tertutup yang terkantilever dari tanah.
Dinding tabung terbuat dari kolom-kolom berjarak sangat rapat di sekeliling bangunan
yang diikat dengan balok pengikat yang tinggi. Tampak struktur fasad terlihat sebagai
dinding yang dilubangi. Kekakuan dinding fasad ditingkatkan dengan menambah
pengaku diagonal tambahan yang menghasilkan aksi serupa rangka.
27
Program Studi Arsitektur
FTMIPA/Universitas Indraprasta PGRI
2. URAIAN TUGAS
kk. Obyek Garapan :
ll. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan : Mahasiswa diminta untuk mencari
data mengenai bangunan bertingkat
yang menggunakan struktur tabung
mm. Metode/cara pengerjaan, acuan yang : Mahasiswa secara berkelompok
digunakan mencari dan mengidentifikasi
bangunan yang menggunakan
struktur tabunug
nn. Deskripsi luaran tugas yang dikerjakan : Analisis, makalah dan persentasi
3. KRITERIA PENILAIAN
Pemahaman Kejelasan dan ketepatan analisis 40%
Presentasi Makalah. 40%
Kelengkapan Makalah sesuai format dan menarik 10%
28
Program Studi Arsitektur
FTMIPA/Universitas Indraprasta PGRI
DAFTAR PUSTAKA
29