Anda di halaman 1dari 40

JELAJAH ARSITEKTUR DUNIA

BANGUNAN RESIDENTIAL
(VIA 57 WEST, SPRUCE TOWER, SIMMONS HALL)

REGU: F

NAMA : Kenneth Nathalio Alexander


NPM : 2017420026

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN


FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI SARJANA ARSITEKTUR
BANDUNG
JANUARI 2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 2

VIA 57 WEST 3
1.1. Latar Belakang 3
1.2. Landasan Teori 6
1.2.1. Postmodernisme dalam Arsitektur 6
1.2.2. Arsitektur Hijau 9
1.3. Analisis dan Kesimpulan 11
1.3.1. Generative Process pada VIA 57 West 11
1.3.2. Konsep Arsitektur Hijau 12
1.3.3. Apresiasi Arsitektural 14

SPRUCE TOWER/ NEW YORK BY GEHRY 16


2.1. Latar Belakang 16
2.2. Landasan Teori 20
2.2.1. Teori Dekonstruksi 20
2.2.3. Detail Arsitektur Bangunan 22
2.3. Analisis dan Kesimpulan 22
2.3.1. Komparasi Karya Frank Gehry 22
2.3.2. Dekonstruksi pada Spruce Tower/ New York by Gehry 24
2.3.3. Apresiasi Arsitektural 27

SIMMONS HALL 29
3.1. Latar Belakang 29
3.2. Landasan Teori 32
3.2.1. Postmodernisme dalam Arsitektur 32
3.2.2. Konsep Arsitektur Metafora 34
3.3. Analisis dan Kesimpulan 35
3.3.1. Analisis pendekatan Konsep 35
3.3.2. Apresiasi Arsitektural 38

DAFTAR PUSTAKA 40

2
VIA 57 WEST

1.1. Latar Belakang

Gambar 1.1 Eksterior Apartemen VIA West 57


Sumber: dokumentasi pribadi

New York dikenal dengan kota yang memiliki banyak bangunan pencakar
langit. Seluruh kawasan kota didominasi oleh bangunan bertingkat tinggi. Kota ini juga
pernah menjadi tempat beberapa bangunan tertinggi di dunia. Dari sisi arsitekturnya,
bangunan- bangunan pencakar langit tersebut memiliki gaya arsitektur yang berbeda-
beda. Gaya arsitektur tersebut dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang semakin
maju. Terdapat salah satu bangunan pencakar langit yang unik dan berbeda dari
kebanyakan bangunan pencakar langit yang ada di New York yaitu Apartemen VIA
West 57.
Bangunan VIA 57 West ini berlokasi di 625 West 57th Street, Manhattan, New
York. Fungsi dari bangunan ini yaitu apartemen dengan 709 unit kamar dan terdiri dari

3
32 lantai yang ditengahnya terdapat ruang terbuka hijau yang luas. Bangunan ini
didesain oleh arsitek Bjarke Ingels yang selesai pada tahun 2016. Dengan menjaga agar
tiga sudut bangunan tetap rendah dan mengangkat bagian di sudut yang berlawanan
membuat bangunan memiliki view ke arah Sungai Hudson. Meskipun halaman tengah
merupakan suatu ruang yang privat, halaman itu masih bisa dilihat dari luar bangunan
sehingga menciptakan hubungan visual yang alami antara taman dan sungai. Halaman
seluas 2.040 meter persegi ditempatkan di bagian dasar bangunan, sedangkan satu
ruangan kosong berukuran besar berada di bagian tengah bangunan apartemen. BIG
menyebut bangunan ini sebagai ​courtscraper y​ ang terdiri dari kata ​court ​yang berarti
halaman dan ​scraper ​yang merupakan penggalan kata ​skyscraper y​ ang artinya
pencakar langit. Selain bentuknya yang unik, hal lain yang menjadi daya tarik penghuni
apartemen adalah teras apartemen menghadap langsung ke sungai Hudson dengan
pemandangannya yang menakjubkan. Kemudian tersedia pula halaman seluas 2.040
meter persegi di bagian dasar apartemen dan satu ruangan kosong di bagian tengah
bangunan dengan ukuran cukup besar.
Bangunan VIA 57 West ini didominasi oleh unit kamar apartemen berbagai
ukuran dengan fasilitas yang dapat menunjang kebutuhan penghuninya pada lantai
podiumnya. Lantai podium terdiri dari dua lantai yang berhubungan langsung dengan
taman yang berada di tengah. Terdapat fasilitas lobi, lounge, ruang rapat, simulator
golf, bioskop, kolam renang, lapangan basket, gym, dan sarana olahraga lainnya.
Fasilitas tersebut berada mengelilingi halaman tengah sehingga membuat koneksi fisik
dan visual yang kuat antara ruang komunal interior dan eksterior.

Gambar 1.2 Halaman Apartemen VIA West 57


Sumber: www.archdaily.com

4
Konsep dari apartemen VIA 57 West ini dibangun dengan konsep ​green living
dengan menghargai alam sebagai elemen yang memberi kesejahteraan bagi manusia.
Terdapat empat poin penting untuk mewujudkan konsep ini yaitu penghematan air dan
energi, kualitas udara, dan penggunaan material yang ramah lingkungan. Konsep
material pada interior yaitu “Scabdimerican” yang menggabungkan antara gaya Eropa
dengan Amerika. Material yang dipakai memadukan antara material skandinavia klasik
modern yang dipadukan dengan bahan- bahan loka yang ada di New York. Material
kayu oak digunakan sebagai penutup lantai serta lemari penyimpanan serta ubin
porselen putih pada area kamar mandinya.

Gambar 1.3 Halaman Apartemen VIA West 57


Sumber: averyreview.com
Untuk menyesuaikan unit apartemen ke dalam gedung, SLCE Architects,
arsitek rekor, harus menghasilkan 178 desain apartemen yang unik, beberapa di
antaranya dengan denah lantai yang canggung dan lorong-lorong internal yang panjang.
Ketika ditanya tentang efisiensi dari begitu banyak tipe unit, Barowitz mengatakan
kepada saya, “Kami tahu apa yang kami hadapi. Kami pikir kami bisa membangun
sesuatu yang istimewa. ” Tata letak bangunan juga menghasilkan koridor panjang dan
berlipat ganda tanpa cahaya alami. Pintu masuk apartemen yang miring memberikan
kesan ambang publik-swasta, tetapi koridor, beberapa sepanjang lima ratus kaki,
bersifat impersonal dan monoton, sesuatu yang bisa dihindari dengan lebih
memperhatikan logika internal.

5
1.2. Landasan Teori

1.2.1. Postmodernisme dalam Arsitektur

Gambar 1.4 Charles Jencks dan Buku tentang Postmodernisme


Sumber: www.azuremagazine.com

D​unia arsitektur memiliki perkembangan sesuai gelombang zamannya. Gaya


arsitektur sendiri mencakup berbagai elemen, seperti bentuk​, metode konstruksi​, bahan
bangunan​, dan karakter daerah. Perubahan dalam gaya arsitektur bisa dipengaruhi
karena perubahan ​kebudayaan, kepercayaan dan agama​, atau munculnya ide​, teknologi​,
dan bahan ​material baru yang memungkinkan lahirnya gaya baru. Setiap gaya arsitektur
memiliki masanya dan akan terus berubah seiring dengan perkembangan waktu.
Perubahan gaya biasanya terjadi secara bertahap, yaitu ketika para arsitek mulai belajar
dan beradaptasi pada ide-ide baru yang lebih bisa menyesuaikan keadaan sekitarnya.
Gaya baru bisa dibilang merupakan suatu kritik terhadap gaya yang ada, seperti
postmodernisme yang memiliki ciri tersendiri dan berkembang menjadi berbagai jenis
gaya baru pada abad ke-21.
Kritik pada gaya arsitektur modern salah satunya dikemukakan oleh Charles
Jencks. Jencks (1980) menyatakan bahwa arsitektur modern hanya menekankan desain
makna yang individualitas dalam ruang semantik yang pada prakteknya sering
berlawanan dengan keinginan penggunanya. Jencks mengkritik bentuk dramatik
arsitektur modern yang telah menjadi sesuatu yang sulit ditangkap dalam spirit yang
apa adanya. Hal ini tentu berbeda dengan arsitektur post-modern yang telah

6
menerapkan desain yang mengadaptasikan nilai perkembangan dan historis dari suatu
bentukan arsitektur.
Pada 1978, Charles Jencks mencoba mendefinisikan postmoderenisme dalam
arsitektur yang berfokus pada gagasan positif pengkodean ganda yang berarti suatu
bangunan yang berbicara dalam logat lokal, tetapi juga membuat komentar ironis atas
bahasanya sendiri. Jencks memiliki pemaknaan arsiktetural yang mendalam dalam
pikirannya. Dalam jurnal filasfar yang ditulis oleh Siti Murdiati (2008) Jencks melihat
bahwa tanda arsitektur seperti tanda-tanda yang lain adalah satu entitas yang memiliki
dua wajah, yaitu memiliki ekspresi (penanda) dan isi (petanda). Penanda biasanya
termanifestasi dalam sebuah bentuk, ruang, permukaan, volume. Sementara petanda
dapat berupa satu ide atau sekumpulan gagasan. Hubungan antara penanda dan petanda
itulah yang menurut Jencks, memunculkan, signifikansi arsitektural (Jencks, 1980: 74).
Arsitektur adalah penggunaan penanda formal (material dan pembatas) untuk
mengartikulasikan petanda (cara hidup, nilai, fungsi) dengan menggunakan cara
tertentu (struktural, ekonomis, teknis, mekanis ) (Jencks, 1980: 75 ).
Post-modernisme adalah bentuk modernisme yang sudah sadar diri dan menjadi
bijak. Sedangkan menurut Habermas​, Post-modernisme merupakan satu tahap dari
modernisme yang belum selesai.
Ciri‑ciri umum Arsitektur post-modern (menurut Budi Sukada, 1988) :
1. Mengandung unsur-unsur komunikatif yang bersifat lokal atau populer
2. Membangkitkan kembali kenangan kembali historik
3. Berkonstek urban
4. Menerapkan kembali teknik ornamentasi
5. Bersifat representasional
6. Berwujud metaforik (dapat berarti dari bentuk lain)

7. Dihasilkan dari partispasi


8. Mencerminkan aspirasi umum


9. Bersifat plural
10. Bersifat ekletik

Gaya post modern yang semakin berkembang memunculkan ide- ide baru.
Salah satunya yaitu desain arsitektur dengan pendekatan ​generative process.​ Desain
generatif adalah proses desain berulang yang melibatkan program yang akan
menghasilkan sejumlah output tertentu yang memenuhi kendala tertentu, dan seorang
desainer yang akan menyempurnakan wilayah yang layak dengan mengubah nilai

7
minimal dan maksimal dari suatu interval di mana variabel program memenuhi
serangkaian kendala, untuk mengurangi atau menambah jumlah output yang dapat
dipilih. Program ini tidak perlu dijalankan pada mesin seperti komputer digital, itu
dapat dijalankan oleh manusia misalnya dengan pena dan kertas. Desainer tidak perlu
menjadi manusia, itu bisa menjadi program pengujian dalam lingkungan pengujian atau
kecerdasan buatan, misalnya jaringan permusuhan generatif. Perancang belajar untuk
memperbaiki program (biasanya melibatkan algoritma) dengan setiap iterasi karena
tujuan desain mereka menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.
Proses desain dikombinasikan dengan kekuatan komputer digital yang dapat
mengeksplorasi sejumlah besar kemungkinan permutasi solusi memungkinkan desainer
untuk menghasilkan dan menguji opsi baru, di luar apa yang dapat dicapai oleh
manusia sendiri, untuk sampai pada desain yang paling efektif dan dioptimalkan. Hal
ini meniru pendekatan evolusi alami untuk mendesain melalui variasi dan seleksi
genetik.

8
Gambar 1.5 Skema Generative Process
Sumber:https://en.wikipedia.org/wiki/Generative_design

1.2.2. Arsitektur Hijau


Arsitektur hijau juga merupakan suatu pendekatan perencanaan pembangunan
yang bertujuan untuk meminimalisasi kerusakan alam dan lingkungan di tempat
bangunan itu berdiri. Dalam istilah arsitektur hijau kemudian berkembang berbagai
istilah penting seperti pembangunan yang berkelanjutan atau yang dikenal dengan
sustainable development. Istilah ini dipopulerkan pada tahun 1987 sebagai
pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan orang-orang masa kini tanpa harus

9
mengorbankan sumber daya alam yang harus diwariskan kepada generasi mendatang.
Hal ini diucapkan oleh Perdana Menteri Norwegia Bruntland.
Pada tahun 1994 the one arsitektur hijau Amerika atau U.S. Green building
Council mengeluarkan sebuah standar yang bernama Leadership in Energy and
Environmental Design (LEED) standards. Adapun Dasar kualifikasinya adalah sebagai
berikut :

1. Pembangunan yang berkelanjutan


Diusahakan menggunakan kembali bangunan yang ada dan dengan pelestarian
lingkungan sekitar. Tersedianya tempat penampungan tanah, Taman diatas atap,
penanaman pohon sekitar bangunan juga dianjurkan.

2. Pelestarian air
Dilakukan dengan berbagai cara termasuk diantaranya pembersihan dan daur ulang air
bekas serta pemasangan bangunan penampung air hujan. Selain itu penggunaan dan
persediaan air harus juga di pantai secara berkelanjutan.

3. Peningkatan efisiensi energi


Dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya membuat layout dengan orientasi
bangunan yang mampu beradaptasi dengan perubahan musim terutama posisi matahari.

4. Bahan bangunan terbarukan


Material terbaik untuk arsitektur hijau adalah usahakan menggunakan bahan daur ulang
atau bisa juga dengan menggunakan bahan terbarukan sehingga membutuhkan sedikit
energi untuk diproduksi. Bahan bangunan ini idealnya adalah bahan bangunan lokal
dan bebas dari bahan kimia berbahaya. Sifat bahan bangunan yang baik dalam
arsitektur hijau adalah bahan mentah tanpa polusi yang dapat bertahan lama dan juga
bisa didaur ulang kembali.

5. Kualitas lingkungan dan ruangan


Dalam ruangan diperhatikan hal-hal yang mempengaruhi bagaimana pengguna merasa
dalam sebuah ruangan itu. Hal ini seperti penilaian terhadap kenyamanan dalam sebuah
ruang yang meliputi ventilasi, pengendalian suhu, dan penggunaan bahan yang tidak
mengeluarkan gas beracun.

10
1.3. Analisis dan Kesimpulan

1.3.1. Generative Process pada VIA 57 West


Arsitektur bangunan apartemen VIA 57 West memiliki bentuk bangunan
keseluruhan parabolic hyperboloid. Dengan bentuk tersebut bangunan memiliki kesan
yang kontras dengan bangunan di sekelilingnya. Bentuk tersebut didapat untuk
menanggapi keadaan tapak pada bangunan. Tapak bangunan berada pada tepi dari
Sungai Hudson. Bentuk bangunan parabolic hyperboloid memungkinkan untuk unit-
unit apartemen yang memiliki view ke arah Sungai Hudson. Dilihat dari bentuk
tersebut, bangunan ini bergaya arsitektur post modern dengan pendekatan perancangan
generative process. ​Generative process adalah proses desain berulang yang melibatkan
program yang akan menghasilkan sejumlah output tertentu yang memenuhi kendala
tertentu.
Bentuk bangunan yang kompleks mempengaruhi pada sistem struktur, penataan
ruang, dan penerapan aspek keamanan, keselamatan, dan kenyamanan yang rumit.
Pembangunan permukaan bangunan yang dipuntir merupakan sebuah tantangan.
Elemen tersebut akan menempatkan begitu banyak koordinat dalam penempatan
struktur dan ruangnya. Dengan ​generative process perancangan bangunan dilakukan
dengan pemrograman komputer yang telah diberi input- input oleh desainer bangunan.
Input tersebut berupa batasan dan parameter dari ide- ide yang dicetuskan oleh
desainer. Ide dari desainer yang menginginkan bangunan dengan konsep ​green living
menghasilkan output berupa ruang- ruang bangunan yang berhubungan langsung
dengan elemen- elemen alam.

Gambar 1.6 Transformasi Bentuk Apartemen VIA 57 West


Sumber:www.archdaily.com

11
Gambar 1.7 Denah Apartemen VIA 57 West
Sumber:www.architecturalrecord.com

1.3.2. Konsep Arsitektur Hijau


Konsep bangunan Apartemen VIA 57 West yaitu ​green living​. Konsep ini
merupakan perwujudan dari gagasan arsitektur hijau. Arsitektur hijau bertujuan untuk

12
meminimalisasi kerusakan alam dan lingkungan di tempat bangunan itu berdiri.
Terdapat 5 poin kualifikasi arsitektur hijau yang dikeluarkan oleh Leadership in
Energy and Environmental Design (LEED) yang merupakan U.S. Green building
Council. Kelima poin tersebut diterapkan pada desain bangunan ini.

1. Pembangunan yang berkelanjutan


Pada bangunan terdapat tempat penampungan tanah berupa taman diatas atap serta
penanaman pohon sebagai bentuk untuk meminimalisasi kerusakan alam dan
lingkungan di tempat bangunan.

2. Pelestarian air
Letaknya pada kawasan yang padat penduduk menjadi masalah terpenuhinya air bersih.
Pelestarian air pada bangunan ini dilakukan untuk mengatasi kekurangan air bersih
sebagai kebutuhan manusia sehari- hari. Apartemen ini menerapkan pengurangan
pemakaian air bersih yang tidak diperlukan, meningkatkan sistem daur ulang serta
pemakaian kembali air hujan ataupun air buangan.

3. Peningkatan efisiensi energi


Penataan massa bangunan dapat menghasilkan efisiensi energi pada bangunan yang
baik. Bentuk massa bangunan memungkinkan cahaya alami masuk ke dalam ruangan
sehingga energi untuk penerangan buatan bisa dikurangi. Adanya balkon juga bisa
membuat udara bersirkulasi dengan mudah sehingga penggunaan sistem pengkondisian
udara dapat terkurangi.

4. Bahan bangunan terbarukan


Material bangunan berasal dari material lokal yang diambil di sekitar New York. Sifat
bahan bangunan yang baik dalam arsitektur hijau adalah bahan mentah tanpa polusi
yang dapat bertahan lama dan juga bisa didaur ulang kembali.

5. Kualitas lingkungan dan ruangan


Pada bangunan memiliki ventilasi, pengendalian suhu, dan penggunaan bahan yang
tidak mengeluarkan gas beracun pada tiap ruangnya. Sebagian besar ruangan memiliki
ventilasi karena desain massa bangunan dengan void di tengahnya. Material bangunan
yang sebagian besar terdiri dari kayu oak dan porselen tidak menimbulkan gas yang
berbahaya bagi manusia.

Secara keseluruhan bangunan apartemen ini menerapkan gaya arsitektur


postmodern dengan ​generative process serta telah memenuhi pendekatan arsitektur
hijau. Perpaduan antara gaya arsitektur postmodern dengan arsitektur hijau merupakan

13
penerapan gagasan yang baru pada desain arsitektur masa kini. Kemungkinan gagasan
ini bisa menjadi trend yang baru seiring berkembangnya jaman.

1.3.3. Apresiasi Arsitektural

Gambar 1.8 Fasad Apartemen VIA 57 West


Sumber:dokumentasi pribadi
Pengamatan pada bangunan VIA 57 West dilakukan dengan mengamati elemen
eksterior bangunan. Yang paling menarik dari bangunan ini yaitu bentuk bangunan
yang menerapkan bentuk parabolic hyperboloid pada fungsi apartemen. Apartemen
yang biasanya memiliki lantai yang tipikal tidak terlihat pada bangunan ini. Bentuk
seperti ini memiliki sistem struktur yang kompleks sehingga tidak mudah dalam proses
pembangunannya. Detail arsitektural pada bangunan ini terlihat menarik jika dilihat
dari bagian towernya. Detail tersebut dapat dijelaskan dalam tabel berikut ini:

14
No Aspek Penilaian Keterangan

1. Bentuk Tower berbentuk parabolic hyperboloid dengan


taman di bagian tengahnya

2. Warna Menggunakan penutup ACP (​Aluminium Composite


Panel)​ dengan warna abu- abu muda

3. Tekstur Tekstur bagian towernya mengkilap dan dapat


merefleksikan cahaya

4. Bahan Bagian fasad menggunakan ACP dan Kaca


transparan

5. Skala Skala bangunan terlihat besar, tidak bisa terlihat


secara menyeluruh jika dilihat dari dekat

6. Sifat Karakter Memiliki irama/ perulangan pada sisi vertikalnya


berupa jendela yang berulang pada tiap unit kamar.

15
SPRUCE TOWER/ NEW YORK BY GEHRY

2.1. Latar Belakang

Gambar 2.1 Tampak Luar Spruce Tower


Sumber:dokumentasi pribadi

Dikembangkan oleh Forest City Ratner Companies (FCRC), New York by


Gehry di 8 Spruce Street adalah menara apartemen pertama yang dirancang di New
York City oleh arsitek terkenal dunia, Frank Gehry. Terletak di 8 Spruce Street di
Lower Manhattan, New York City, NY (AS), bangunan ​mixed use ini memiliki luas
bangunan 1,1 juta kaki persegi, 76 lantai bertingkat tinggi yang mencakup 899 unit

16
apartemen sewa mewah, 4 lantai seluas 100.000 persegi kaki untuk sekolah umum,
pusat perawatan rawat jalan seluas 21.000 kaki persegi untuk Rumah Sakit Downtown
New York, dan parkir 26.000 kaki persegi untuk 175 mobil untuk penggunaan rumah
sakit. Bangunan ini juga mencakup dua plaza publik yang menarik dan indah seluas
15.000 kaki persegi yang dirancang oleh Field Operations dan desainer penanaman
Belanda Piet Oudolf dan merupakan bangunan perumahan tertinggi yang pernah
diselesaikan di kota.
Dalam mendesain bangunan, Frank Gehry bersama dengan tim desain, mulai
dengan memetakan geometri permukaan yang rumit dari fasad bangunan dengan
program perangkat lunak komputer yang dikembangkan oleh Gehry Technologies yang
disebut Proyek Digital. Dinding fasad, yang terbuat dari kulit stainless steel yang sama
dengan Chrysler Building di Manhattan, fasadnya memberi efek yang memantulkan
warna dari bangunan tetangga di sekitarnya dan Sungai East. Dari luar, bangunan itu
memiliki tampilan ikonik bangunan Frank Gehry dengan lipatan lengkung. Lipatan
tersebut menyerupai lipatan dalam selembar kain yang diikat dengan lembut,
terinspirasi oleh kain klasik pematung abad ke-17 pematung Italia Gianlorenzo Bernini.
Bahkan dari kejauhan di kawasan Brooklyn, bentuk lengkung kurva bangunan
menonjol di antara kaki langit Manhattan.

Gambar 2.2 Refleksi Cahaya dari Fasad Spruce Tower


Sumber:www.dezeen.com

17
Lebih lanjut Frank Gehry menyampaikan gagasannya bahwa beliau memiliki
tujuan membuat menara hunian yang elegan, yang bisa berkomunikasi dengan menara
di sekitarnya tetapi juga menciptakan identitas arsitekturnya sendiri. Ini adalah
bangunan yang hanya bisa dibangun di New York.
Struktur apartemen yang ikonik berbalut baja stainless berada di atas podium
bangunan yang menggunakan material bata berwarna terakota. Podium ini berfungsi
sebagai tumpuan untuk menara yang bentuknya ikonik dan fungsinya sebagai sekolah
umum setempat, kantor dokter, lobi apartemen, dan ruang ritel kecil. Penghuni dapat
menikmati kolam renang tertutup, studio yoga & pilates, dan ruang pemutaran TV.
Keluarga yang ingin barbekyu dapat memanfaatkan panggangan dan cabana pribadi di
Grill Terrace, atau orang tua membawa anak-anak mereka ke Children's Playroom atau
Tween's Den. Orang-orang yang ingin tahu tentang memasak dapat menjelajahi
demonstrasi Chef dan dapur katering, sementara pegolf yang ingin menguji
keterampilan mereka dapat berlatih di salah satu simulator golf canggih, yang
semuanya terletak di lantai 6, 7, dan 8.

Gambar 2.3 Fungsi Sekolah pada Podium Spruce Tower

18
Sumber:dokumentasi pribadi
Interior bangunan mencerminkan kualitas dan kemewahan dari eksteriornya.
Mebel melengkung, peralatan modern, dan ruang terbuka dapat menggambarkan bagian
dalam bangunan. Bahkan pegangan pintu di dalam gedung dirancang oleh Frank Gehry,
yang menunjukkan sedetail apa yang ia inginkan dari bangunan ini. Frank Gehry
merancang semua penyelesaian bangunan, termasuk fasilitas seperti ruang keluarga dan
teras yang merupakan tempat ideal bagi keluarga yang tinggal di gedung untuk
bermain, makan dan bersantai bersama. Tidak mengherankan, karena lokasi bangunan
berada di lingkungan yang berkembang pesat, layanan berkualitas dan estetika mewah,
dan fakta menunjukan bahwa bangunan dirancang oleh arsitek terkenal dunia Frank
Gehry, unit apartemen terisi dengan sangat cepat.
Penghuni apartemen mendapatkan manfaat dari desain unik yang memberikan
pemandangan panorama dari semua 899 unitnya. Karena desain rumit dari fasad
gedung, setiap lantai menara memiliki konfigurasi yang berbeda. Hasilnya adalah
bahwa setiap unit apartemen memiliki bentuk yang unik di mana ia terhubung dengan
fasad eksterior, memberikan penyewa kepuasan karena tidak ada apartemen persis
seperti milik mereka di gedung. Apartemen dengan satu kamar tidur di gedung tampak
lebih besar karena desain jendela dan cahaya alami yang masuk di setiap apartemen.

Gambar 2.4 Interior Unit Apartemen Spruce Tower


Sumber: www.nytimes.com

19
2.2. Landasan Teori

2.2.1. Teori Dekonstruksi

Gambar 2.5 Tokoh Dekonstruksi Jacques Derrida


Sumber: medium.com

Gaya Arsitektur Dekonstruksi mengacu pada zaman perkembangan setelah


postmodern yang muncul pada tahun 1980 an. Paham dekonstruksi menurut filosofer
Perancis merupakan suatu bentuk semiotika yang memandang sesuatu dengan cara
yang baru dan tidak biasa. Paham dekonstruksi bagi orang awam mungkin dilihat
sebagai sesuatu yang mustahil dan sulit diterima logika.
Dalam arsitektur, karakteristik dekonstruksi muncul dengan adanya impresi
terhadap bentuk. Ditandai dengan absennya harmoni, kontinuitas atau simetri sehingga
sering juga menimbulkan bentuk yang impresif dan spektakuler. Selain fragmentasi
bentuk, hal yang sering muncul pada arsitektur dekonstruksi adalah adanya
clading/kulit bangunan dengan bentuk yang tidak beraturan dan kesan distorsi.
Paham dekonstruksi berasal dari filsuf Jacques Derrida, dekonstruksi adalah
pendekatan untuk memahami hubungan antara teks dan makna. Pendekatan Derrida
terdiri dari melakukan pembacaan teks mencari hal-hal yang bertentangan dengan
makna yang dimaksudkan atau kesatuan struktural dari teks tertentu.Tujuan
dekonstruksi adalah untuk menunjukkan bahwa penggunaan bahasa dalam teks yang
diberikan, dan bahasa secara keseluruhan, sangat rumit, tidak stabil, atau tidak mungkin
tereduksi. Sepanjang bacaannya, Derrida berharap dapat menunjukkan dekonstruksi di
tempat kerja.
Dekonstruktivisme dalam arsitektur mulai dikenal publik sebagai hasil dari entri
desain untuk kompetisi arsitektur Parc de la Villette 1982, yang diajukan oleh Jacques

20
Derrida, Peter Eisenman dan Bernard Tschumi (yang menang). Kemudian, pada tahun
1988 sebuah Museum Seni Modern menggelar pertunjukan di New York yang berjudul
"Deconstructivist Architecture", yang dikuratori oleh Philip Johnson dan Mark Wigley.
Pameran ini menampilkan desain oleh Frank Gehry, Daniel Libeskind, Peter Eisenman,
Zaha Hadid, Rem Koolhaas, Bernard Tschumi dan Coop Himmelb au. Tahun
berikutnya 1989 digelar pembukaan Pusat Seni Wexner di Columbus, gedung publik
besar pertama yang dirancang dengan gaya dekonstruksi oleh Peter Eisenman.
Arsitektur dekonstruksi merupakan suatu pendekatan desain bangunan yang
merupakan usaha-usaha percobaan untuk melihat arsitektur dari sisi yang lain.
Arsitektur dekonstruksi juga telah memberikan beberapa prinsip penting mengenai
arsitektur:

1. Tidak ada yang absolut dalam arsitektur, sehingga tidak ada satu langgam yang
dianggap terbaik sehingga semuanya memiliki kesempatan yang sama untuk
berkembang.

2. Tidak ada pen’dewa’an tokoh dalam arsitektur sehingga tidak timbul


kecenderungan pengulangan ciri antara arsitek satu dan yang lain hanya karena
arsitek yang satu dianggap dewa yang segala macam karyanya harus ditiru.

3. Dominasi pandangan dan nilai absolut dalam arsitektur harus diakhiri, sehingga
perkembangan arsitektur selanjutnya harus mengarah kepada keragaman
pandangan dan tata nilai.

4. Pengutamaan indera penglihatan sebagai tolok ukur keberhasilan suatu karya


dalam arsitektur harus diakhiri. Potensi indera lain harus dapat dimanfaatkan
pula secara seimbang.

Kejenuhan terhadap kemonotonan mampu mengusik beberapa arsitek .


Sehingga beberapa arsitek mulai membuat karya mutakhir yang disebut arsitektur
dekonstruksi. Seperti yang dilakukan Peter Eisenman dengan koleganya Richard Meier
pada tahun 1970an. Beberapa bangunanpun sudah dianggap menjadi icon dari
arsitektur dekonstruksi. Seiring perkembangan arsitektur dekonstruksi, makin
berkembang pula arsitek-arsitek yang menghasilkan karya karya yang luar biasa.
Diantara dari mereka adalah Frank O. Gehry, Zaha Hadid, Morphosis, Bernard
Tschumi, Daniel Libeskind, Michael Soekin, Coop Himmelbau, Gunter Behnisch,
Lebbeus Woods, Kazuo Shinohara.

21
2.2.3. Detail Arsitektur Bangunan
Mengenali wujud arsitektur (form) objek studi berdasarkan :
1. Bentuk Dasar Bujur Sangkar, Persegi Panjang, Palang-silang (cruciform),
Lingkaran, Segitiga, Oval, Amuba, dsb.
2. Sifat-Karakter Prinsip Kesatuan, Prinsip Keseimbangan, Prinsip Simetri, Prinsip
Kesumbuhan, Prinsip Hirarki, Prinsip Irama/ Perulangan, Prinsip
Tekanan-Emphasis-focus of interest, Prinsip Datum, Prinsip Warna-Tekstur,
Karakter Geometrik, Efek visual, dsb
3. Sistem hubungan-detail konstruksi arsitektur (kolom, dinding, atap, lantai, dsb)

2.3. Analisis dan Kesimpulan

2.3.1. Komparasi Karya Frank Gehry


Frank O Gehry adalah salah satu arsitek post modern yang dikenal dengan
karya-karyanya yang imajinatif dengan bentuk-bentuk yang aneh dan memunculkan
gagasan-gagasan baru. Frank O Gehry adalah arsitek yang konsep desainnya banyak
dipengaruhi oleh seni patung dan lukis, baginya seni dan arsitektur merupakan hal yang
datang dari sumber yang sama. Sehingga perwujudan bentuk-bentuk arsitektur
menurutnya tidak bisa terlepas dari pengaruh-pengaruh seni tersebut. Karena banyak
karya-karyanya yang imajinatif dengan bentuk yang cenderung abstrak, bisa dikatakan
karya- karya dari Frank O Gehry ini bergaya dekonstruksi.
Salah satu karyanya yang bisa dibilang ikonik adalah Spruce Tower/ New York
by Gehry. Keunikan bangunan ini terletak pada bentukan fasadnya. Fasad bangunan ini
membentuk seperti sebuah kain yang telipat- lipat dan memunculkan refleksi dari
cahaya yang menarik. Refleksi tersebut muncul karena penggunaan material stainless
steel pada permukaan fasadnya.

22
Gambar 2.6 Fasad Spruce Tower
Sumber: newyorkbygehry.com

Bentuk dan refleksi tersebut merupakan ciri khas dari karya- karya yang
dibuatnya. Terdapat beberapa karya yang memiliki ciri khas menyerupai spruce tower
diantaranya Walt Disney Concert Hall di Los Angles, Statta Center pada area kampus
Massachusetts Institute of Technology di Cambridge, ​Weisman Art Museum di
Minneapolis​.

Gambar 2.7 Walt Disney Concert Hall dan Weisman Art Museum
​ ww.arsitur.com
Sumber: w

23
Gambar 2.8 Statta Center MIT
Sumber: dokumentasi pribadi
Bangunan tersebut terdapat kemiripan pada material fasadnya yang dapat
merefleksikan cahaya serta warnanya yang silver. Pada Statta Center MIT juga
digunakan perpaduan bata terakota yang juga dapat dijumpai pada bangunan Spruce
Tower. Bangunan Spruce Tower menggunakan material bata terakota pada lantai
podiumnya sedangkan Statta Center MIT penggunaanya pada seluruh bangunan dengan
kombinasi dari material yang dapat merefleksika cahaya. Hal ini dapat menunjukan
kekonsistenan Frank Gehry dalam merancang bangunan. Kekonsistenan inilah yang
membuat karya- karya dari Frank Gehry unik dan berbeda dari yang lainnya.
Kekonsistenan dalam suatu ciri khas karya- karya yang dibuat menjadikan arsitek bisa
dikenal luas di masyarakat. Hal inilah yang bisa dijadikan contoh untuk arsitek- arsitek
muda.

2.3.2. Dekonstruksi pada Spruce Tower/ New York by Gehry

24
Gambar 2.9 Transformasi bentuk Spruce Tower
Sumber: en.wikiarquitectura.com

Bangunan Spruce Tower ini menerapkan gaya arsitektur dekonstruksi.


Arsitektur dekonstruksi memiliki clading/kulit bangunan dengan bentuk yang tidak
beraturan dan kesan distors. Pada bangunan ini bisa terlihat pada transformai bentuk
yang awalnya berupa elemen- elemen vertikal yang lurus kemudian diolah menjadi
bentuk elemen vertikal dengan permukaan yang lengkung- lengkung seperti lipatan
kain. Bentuk bangunan ini menyalahi prinsip- prinsip arsitektur yaitu prinsip
keseimbangan dan prinsip simetri sehingga membentuk ciri khasnya tersendiri. Namun
bila dilihat secara keseluruhan terdapat prinsip ritme dalam arsitekturnya. Ritme dapat
terlihat pada penggunaan bentuk lengkung yang konsisten pada keseluruhan fasad serta
penggunaan penutup fasad stainless steel pada seluruh permukaan tower.

25
Gambar 2.10 Site Plan Spruce Tower
Sumber: en.wikiarquitectura.com

S​truktur bangunan utama adalah beton bertulang yang terdiri dari core dan
kolom, shear wall yang ditempatkan di lantai 38 dan 76 serta balok yang
menghubungkan core dengan perimeter berada di antara 45 dan 60 cm di tepinya.
Meskipun perubahan bentuk kolom eksterior tetap selaras jumlah maksimum cerita
(antara 8 dan 12) untuk menyederhanakan struktur. Di lantai di mana perataan berubah
memperluas kolom sehingga baik sumbu bagian atas dan bagian bawah melewati
bagian dalamnya. Banyak perubahan susunan bertepatan dengan penurunan luas lantai
bangunan seiring tingginya. Strategi ini berusaha untuk menghindari segala jenis kolom
bengkok, karena menurut Marcus sendiri (insinyur yang bertanggung jawab atas
struktur) "jika dia harus berurusan dengan kolom bengkok dalam struktur 76-lantai
yang baru saja meninggalkan pekerjaan, tidak dapat mempertahankan langkah
pembangunan ”
Secara keseluruhan, bangunan ini bisa dijadikan contoh bahwa gagasan dari
konsep arsitektur tidak terbatas. Artinya bahwa seorang arsitek tidak memiliki batasan
dalam mengolah bentuk arsitektur. Suatu bentuk arsitektur yang berbeda dengan
kebanyakannya malah bisa menjadi sesuatu yang menarik. Dengan begitu dalam

26
mendesain karya arsitektur, seorang arsitek tidak perlu takut bahwa karyanya dibilang
jelek karena tidak seperti kebanyakan karya arsitektur lainnya. Justru karya arsitektur
yang berbeda dari biasanya bisa menjadi suatu ciri khas yang dikagumi orang- orang.

2.3.3. Apresiasi Arsitektural

Gambar 2.11 Podium dan Tower Spruce Tower


Sumber: en.wikiarquitectura.com

Pengamatan pada bangunan Spruce Tower ini dilakukan dengan mengunjungi


lokasi bangunan ini berada. Pengamatan dilakukan pada bagian eskteriornya saja
karena fungsi bangunan ini merupakan apartemen yang merupakan tempat yang privat
sehingga orang umum tidak diperbolehkan masuk tanpa ijin. Dilihat dari eksteriornya,
bangunan ini memiliki kesan yang berbeda dengan bangunan di sekitarnya. Bangunan
ini terlihat ikonik jika dilihat pada bentuk towernya. Namun jika dilihat dari bentuk
podiumnya, bangunan ini cenderung sama dengan bangunan sekitarnya. Bentukan
podium ini diselaraskan dengan bangunan sekitar supaya tidak merusak citra kota New
York yang ditata dengan blok- blok bangunan.
Detail arsitektural pada bangunan ini terlihat menarik jika dilihat dari bagian
towernya. Detail tersebut dapat dijelaskan dalam tabel berikut ini:

No Aspek Penilaian Keterangan

1. Bentuk Fasad yang melengkung menyerupai lipatan kain


pada bagian tower bangunan

2. Warna Bagian tower menggunakan bahan stainless steel


yang berwarna abu- abu muda dan bagian
podiumnya menggunakan bata terakota yang
berwarna coklat

27
3. Tekstur Tekstur bagian towernya mengkilap dan dapat
merefleksikan cahaya, sedangkan bagian podium
memiliki tekstur permukaan bata yang halus

4. Bahan Bagian tower menggunakan stainless steel


sedangkan bagian podium menggunakan bata
terakota

5. Skala Skala bangunan terlihat besar, tidak bisa terlihat


secara menyeluruh jika dilihat dari dekat

6. Sifat Karakter Memiliki irama/ perulangan pada fasadnya berupa


perulangan bentuk lengkung

28
SIMMONS HALL

3.1. Latar Belakang

Gambar 3.1 Eksterior Simmons Hall


Sumber: www.archdaily.com

Simmons Hall terletak di 229 Vassar Street, dirancang oleh arsitek Steven Holl
dan berdiri pada tahun 2002. Dengan biaya $ 78,5 juta, ini adalah asrama MIT termahal
yang dibangun di kampus sejak Baker House. Bangunan ini memiliki panjang 382 kaki
(116 m) dan 10 lantai, menampung 344 mahasiswa tingkat sarjana, ditambah staf
pengajar asrama, sarjana tamu, dan tutor residen lulusan (GRT, setara dengan RA dari
MIT). Strukturnya adalah balok beton bertulang besar, dilubangi dengan sekitar 5.500
jendela persegi masing-masing berukuran 2 kaki (0,61 m) di satu sisi, ditambah
tambahan jendela yang lebih besar dan berbentuk tidak teratur. Kedalaman dinding 18

29
inci (460 mm) dirancang untuk memungkinkan matahari musim dingin membantu
memanaskan bangunan sambil memberikan keteduhan di musim panas, tanpa AC.
Kamar single rata-rata memiliki sembilan jendela, masing-masing dengan tirai kecilnya
sendiri.
Ketika Massachusetts Institute of Technology menugaskan Steven Holl pada
tahun 1999 untuk merancang asrama baru untuk sekolah, mereka memiliki satu tujuan
yang terlihat: bahwa ruang di sekitar dan di dalam gedung akan membangkitkan
interaksi di antara para siswa. Sementara MIT fokus pada penggunaan dan fungsi
bangunan, Holl bertujuan untuk membuat bangunan yang mengesankan. Dengan visi
MIT dalam pikiran bersama dengan ide-ide arsitektur artistik Holl, asrama sarjana
sepuluh lantai menjadi suasana seperti kota kecil dengan menyeimbangkan
elemen-elemen arsitektur yang berlawanan, seperti benda padat dan kosong, kekaburan
dan kekaburan dan transparansi.
Steven Holl mendesain bangunan ini dengan konsep metafora dari spons.
Didesain seperti spons, konstruksinya menggunakan dinding eksterior yang memiliki
lebih dari 3.000 bukaan kecil namun dengan bukaan yang lebih besar pada layanan
tempat umum, dengan pintu masuk dan ruang luar. Steven Holl ingin mencegah
pembangunan blok yang masif karena kekhasan bentuk yang panjang dan sempit, yang
ditutup dengan memaksakan sirkulasi bebas udara dan visual Sungai Charles. Dari situ
Holl merancang bangunan yang "berpori" dengan kulit transparan dan dengan bukaan
besar ke lanskap.
Bangunan ini diatur menyerupai sistem kota yang memiliki sistem sirkulasi
yang menghubungkan masing- masing ke kamar untuk siswa, dengan ruang tambahan,
seperti ruang belajar dan area untuk komputer, teater untuk 125 penonton, bar buka 24
jam, gym, dan ruang makan kamar dengan meja di luar ruangan. Ruang rekreasi
memiliki lubang-lubang yang besar dan terpotong oleh kisi-kisi ​skylight yang memecah
tiap blok kamar, dan fitur yang membedakan, dengan lekukan semen yang tidak
terlihat, area yang dialokasikan untuk kegiatan kelompok. Kamar-kamar untuk siswa
dikelompokkan menjadi beberapa unit yang dapat ditinggali. Setiap kamar memiliki
dimensi yang cukup luas yang tercermin dalam fasad dengan modul tiga jendela tiga.
Bahkan furniturnya telah dirancang dengan mempelajari Holl. Terbuat dari kayu dan
merupakan serangkaian komponen modular yang memungkinkan ruangan untuk diatur
sesuai selera siswa, misalnya, tempat tidur dapat berada di tanah atau pada pilar daya
tarik dan rumah rendah di desktop. Semua jendela dapat dibuka, memungkinkan
ventilasi teratur di dalam ruangan, dan juga menerangi, ditambah ketebalan dinding
berlubang, sebagai payung besar, menghentikan mereka memasuki matahari musim
panas, sementara meninggalkan menghabiskan musim dingin yang memiliki sudut
yang berbeda.

30
Gambar 3.2 Interior Simmons Hall
Sumber: en.wikiarquitectura.com

Simmons Hall berhasil memenangkan penghargaan American Institute of


Architects Honor Award for Architecture, dan Harleston Parker Medal 2004, dikelola
oleh Boston Society of Architects dan diberikan kepada "bagian paling indah dari
bangunan arsitektur, monumen atau struktur" di wilayah Boston. Di sisi lain, bangunan
itu dikritik sebagai sesuatu yang jelek di katalog Eyesore of the Month James Kunstler.

31
3.2. Landasan Teori

3.2.1. Postmodernisme dalam Arsitektur


D​unia arsitektur memiliki perkembangan sesuai gelombang zamannya. Gaya
arsitektur sendiri mencakup berbagai elemen, seperti bentuk​, metode konstruksi​, bahan
bangunan​, dan karakter daerah. Perubahan dalam gaya arsitektur bisa dipengaruhi
karena perubahan ​kebudayaan, kepercayaan dan agama​, atau munculnya ide​, teknologi​,
dan bahan ​material baru yang memungkinkan lahirnya gaya baru. Setiap gaya arsitektur
memiliki masanya dan akan terus berubah seiring dengan perkembangan waktu.
Perubahan gaya biasanya terjadi secara bertahap, yaitu ketika para arsitek mulai belajar
dan beradaptasi pada ide-ide baru yang lebih bisa menyesuaikan keadaan sekitarnya.
Gaya baru bisa dibilang merupakan suatu kritik terhadap gaya yang ada, seperti
postmodernisme yang memiliki ciri tersendiri dan berkembang menjadi berbagai jenis
gaya baru pada abad ke-21.
Kritik pada gaya arsitektur modern salah satunya dikemukakan oleh Charles
Jencks. Jencks (1980) menyatakan bahwa arsitektur modern hanya menekankan desain
makna yang individualitas dalam ruang semantik yang pada prakteknya sering
berlawanan dengan keinginan penggunanya. Jencks mengkritik bentuk dramatik
arsitektur modern yang telah menjadi sesuatu yang sulit ditangkap dalam spirit yang
apa adanya. Hal ini tentu berbeda dengan arsitektur post-modern yang telah
menerapkan desain yang mengadaptasikan nilai perkembangan dan historis dari suatu
bentukan arsitektur.
Pada 1978, Charles Jencks mencoba mendefinisikan postmoderenisme dalam
arsitektur yang berfokus pada gagasan positif pengkodean ganda yang berarti suatu
bangunan yang berbicara dalam logat lokal, tetapi juga membuat komentar ironis atas
bahasanya sendiri. Jencks memiliki pemaknaan arsiktetural yang mendalam dalam
pikirannya. Dalam jurnal filasfar yang ditulis oleh Siti Murdiati (2008) Jencks melihat
bahwa tanda arsitektur seperti tanda-tanda yang lain adalah satu entitas yang memiliki
dua wajah, yaitu memiliki ekspresi (penanda) dan isi (petanda). Penanda biasanya
termanifestasi dalam sebuah bentuk, ruang, permukaan, volume. Sementara petanda
dapat berupa satu ide atau sekumpulan gagasan. Hubungan antara penanda dan petanda
itulah yang menurut Jencks, memunculkan, signifikansi arsitektural (Jencks, 1980: 74).
Arsitektur adalah penggunaan penanda formal (material dan pembatas) untuk
mengartikulasikan petanda (cara hidup, nilai, fungsi) dengan menggunakan cara
tertentu (struktural, ekonomis, teknis, mekanis ) (Jencks, 1980: 75 ).

32
Post-modernisme adalah bentuk modernisme yang sudah sadar diri dan menjadi
bijak. Sedangkan menurut Habermas​, Post-modernisme merupakan satu tahap dari
modernisme yang belum selesai.
Ciri‑ciri umum Arsitektur post-modern (menurut Budi Sukada, 1988) :
1. Mengandung unsur-unsur komunikatif yang bersifat lokal atau populer
2. Membangkitkan kembali kenangan kembali historik
3. Berkonstek urban
4. Menerapkan kembali teknik ornamentasi
5. Bersifat representasional
6. Berwujud metaforik (dapat berarti dari bentuk lain)

7. Dihasilkan dari partispasi


8. Mencerminkan aspirasi umum


9. Bersifat plural
10. Bersifat ekletik
Aliran-aliran dalam Arsitektur Post-modern dibedakan berdasarkan konsep
perancangan dan reaksi terhadap lingkungannya. Di dalam Evolutionary Tree-nya,
Charles Jenks mengelompokan arsitektur post-modern kedalam 6 (enam) aliran.
Aliran-aliran ini menurutnya sudah ada sejak tahun 1960-an. Keenam aliran tersebut
adalah:
1. Historicism
Pemakaian-pemakaian elemen klasik (misalnya: Ionic, Doric dan Corinthiant) pada
bangunan yang dikombinasikan dengan pola-pola modern.
2. Straight Revivalisme
Pembangkitan kembali neo-klasik ke dalam bangunan yang bersifat monumental
dengan irama komposisi berulang dan simetris.
3. Neo-vernacularism

Menghidupkan kembali elemen tradisional yang membuat bentuk dan bangunan lokal.
4. Contextualism (Urbanist + ad Hoc)
Memperhatikan lingkungan dalam penempatan bangunan sehingga didapat komposisi
lingkungan yang serasi. Aliran ini juga sering disebut Urbanism.

33
5. Metaphor and Metaphisical

Mengekspresi eksplisit dan implicit ungkapan metafora dan metafisika (spiritual) ke


dalam bentuk bangunan.
6. Post-Modern space

Memperlihatkan pembentukan ruang dengan mengkomposisikan komponen bangunan


itu sendiri.

3.2.2. Konsep Arsitektur Metafora


Karya arsitektur memiliki rancang bentuk yang beragam. Keragaman tersebut
bisa muncul karena pendekatan konsep yang dipakai. Salah satu pendekatan konsep
untuk merancang suatu arsitektur yaitu pendekatan dengan konsep metafora. menurut
Charles Jenks dalam bukunya “​The Language of Post Modern​” Metafora dalam
Arsitektur adalah kiasan atau ungkapan bentuk, diwujudkan dalam bangunan dengan
harapan akan menimbulkan tanggapan dari orang yang menikmati atau memakai
karyanya. Metafora sebagai kode yang ditangkap pada suatu saat oleh pengamat dari
suatu obyek dengan mengandalkan obyek lain dan bagaimana melihat suatu bangunan
sebagai suatu yang lain karena adanya kemiripan.
Metafora mengidentifikasikan hubungan antara benda dimana hubungan
tersebut lebih bersifat abstrak daripada nyata serta mengidentifikasikan pola hubungan
sejajar. Dengan metafora seorang perancang dapat berkreasi dan bermain-main dengan
imajinasinya untuk diwujudkan dalam bentuk karya arsitektur. Metafora dapat
mendorong arsitek untuk memeriksa sekumpulan pertanyaan yang muncul dari tema
rancangan dan seiring dengan timbulnya interpretasi baru. Karya –karya arsitektur dari
arsitek terkenal yang menggunakan metoda rancang metafora,hasil karyanya cenderung
mempunyai langgam Postmodern. Metafora atau kiasan pada dasarnya mirip dengan
konsep analogi dalam arsitektur, yaitu menghubungkan di antara benda-benda. Tetapi
hubungan ini lebih bersifat abstrak ketimbang nyata yang biasanya terdapat dalam
metode analogi bentuk. Perumpamaan adalah metafora yang menggunakan kata-kata
senada dengan “bagaikan” atau “seperti” untuk mengungkapkan suatu hubungan.
Metafora dan perumpamaan mengidentifikasi pola hubungan sejajar.
Metafora arsitektur digolongkan menjadi tiga jenis menurut (Antoniades, 1990),
sebagai berikut:
1. Intangible Metaphor
Metafora yang berawal dari suatu ide,konsep, atau hakikat manusia seperti
individualisme, komunikasi, naturalisme, tradisi dan budaya. Titik awal yang
merupakan subjek kasat mata ini kemudian dikiaskan menjadi wujud yang
nyata.

2. Tangible metaphor

34
Metafora yang berangkat dari hal-hal visual serta spesifikasi / karakter tertentu
dari sebuah benda seperti sebuah rumah adalah puri atau istana, maka wujud
rumah menyerupai istana.

3. Combined Metaphor
Metafora yang merupakan gabungan metafora jenis 1 dan 2 dengan
membandingkan satu objek visual dengan yang lainnya namun masih memiliki
persamaan dari nilai konsep dengan objek visualnya.

3.3. Analisis dan Kesimpulan

3.3.1. Analisis pendekatan Konsep

Gambar 3.2 Sketsa Konsep Simmons Hall


Sumber: archidialog.com

Gambar 3.3 Bangunan Simmons Hall


Sumber: www.archdaily.com

Bangunan Simmon Hall memiliki konsep bentuk yang terinspirasi dari bentuk
spons. Pendekatan konsep yang diambil termasuk kedalam pendekatan metafora.
Metafora dalam Arsitektur adalah kiasan atau ungkapan bentuk, diwujudkan dalam
bangunan dengan harapan akan menimbulkan tanggapan dari orang yang menikmati
atau memakai karyanya. Bentuk bangunan diambil dari metafora bentuk spons

35
sehingga pada bangunan memiliki elemen- elemen menyerupai spons. Spons memiliki
bentuk yang berlubang- lubang, penerapan pada bangunan yaitu dengan bukaan-
bukaan kecil pada bangunan yang terdapat pada seluruh selimut bangunan serta
skylight untuk memisahkan blok- blok bangunan.
Konsep dengan pendekatan metafora merupakan suatu wujud dari gaya
arsitektur postmodern. Steven Holl ingin membuat bentuk yang tidak menyerupai
bentuk blok yang masif dengan lorong yang panjang dan sempit seperti kebanyakan
bangunan dorm pada umumnya. Steven Holl mengolah bentuk blok masif kemudian
memberikan bukaan- bukaan yang menyerupai pori pada spons untuk memasukan
sirkulasi udara alami dan cahaya alami. Bentuk yang dihasilkan berupa blok- blok yang
memiliki bukaan menyerupai pori dengan substraksi pada bagian tertentu untuk
skylight.

Gambar 3.4 Interior Simmons Hall


Sumber: www.archdaily.com

Jika dilihat pada interiornya, kesan bangunan tidak seperti eksteriornya yang
memiliki elemen bentuk yang lurus. Interior bangunan Simmons Hall memiliki bentuk
yang organik. Bentuknya menyerupai lengkungan- lengkungan yang menerus sehingga
suasana yang tercipta di dalam bangunan tidak kaku. Elemen tersebut dapat terlihat dari
bentuk bukaan skylight dan tangga.

36
Gambar 3.5 Sketsa Skylight Simmons Hall
Sumber: www.archdaily.com

Skyligt pada bangunan dibuat agar mampu memasukan pencahayaan alami


yang merata pada ruang dalam bangunan. Bentuk skylight kemudian di susun dengan
bentuk yang organik. Bentuk yang organik membuat kesan ruangan juga terasa tidak
membosankan karena setiap sudut dari interior bangunan terlihat berbeda.
Secara keseluruhan gaya arsitektur postmodern melekat kuat pada bangunan
Simmons Hall ini. Arsitektur postmodern dapat tercermin dari konsep bangunan yang
menggunakan pendekatan metafor serta dari bentuk bangunannya yang ekspresinya
terlihat bebas. Dapat dipahami bahwa dalam mendesain suatu karya arsitektur bisa
dilakukan dengan inspirasi dari benda- benda yang ada disekitar kita. Inspirasi tersebut
menjadi suatu awal gagasan yang kemudian diolah menjadi karya arsitektur yang unik
dan menarik baik dari bentuk eksterior maupun interiornya.

37
3.3.2. Apresiasi Arsitektural

Gambar 3.6 Sketsa Skylight Simmons Hall


Sumber: dokumentasi pribadi

Dilihat dari eksteriornya, bangunan Simmons Hall ini memiliki kesan yang
berbeda dengan bangunan di sekitarnya. Konsep yang diambil dari bentuk spons bisa
terlihat dari bentuk eksteriornya yang memiliki bukaan- bukaan kecil yang menyerupai
pori- pori pada spons. Detail arsitektural pada bangunan ini terlihat menarik karena
memiliki substraksi- substraksi yang membuat bangunan memiliki coakan- coakan
pada bagian atasnya. Detail tersebut dapat dijelaskan dalam tabel berikut ini:

No Aspek Penilaian Keterangan

1. Bentuk Box dengan substraksi pada sisi- sisnya

2. Warna Fasad bangunan menggunakan material metal


dengan warna abu- abu yang dapat merefleksikan
cahaya serta kaca- kaca pada bukaan yang
transparan

3. Tekstur Tekstur bagian mengkilap dan dapat merefleksikan

38
cahaya, sedangkan bagian bukaannya teksturnya
halus dan transparan

4. Bahan Fasad menggunakan bahan metal dengan modul


modul yang sama serta kaca yang transparan pada
bukaan- bukaannya

5. Skala Skala bangunan termasuk tidak terlalu besar karena


masih bisa diamati secara keseluruhan dari dekat

6. Sifat Karakter Memiliki irama/ perulangan pada fasadnya berupa


perulangan bentuk kotak.

39
DAFTAR PUSTAKA

https://www.via57west.com/#the-building-overview
https://www.archdaily.com/794950/via-57-west-big
https://id.wikipedia.org/wiki/Gaya_arsitektur
https://en.wikipedia.org/wiki/Generative_design
https://www.arsitur.com/2017/09/pengertian-green-architecture-prinsip.html
https://www.e-architect.co.uk/articles/8-spruce-street-in-new-york-city
https://www.nytimes.com/2011/02/10/arts/design/10beekman.html
https://www.arsitur.com/2017/03/pengertian-arsitektur-dekonstruksi-ciri.html
https://en.wikipedia.org/wiki/List_of_Massachusetts_Institute_of_Technology_undergra
duate_dormitories
https://www.archdaily.com/65172/simmons-hall-at-mit-steven-holl
https://en.wikiarquitectura.com/building/simmons-hall-residence/#
http://arsitekturmetafora.blogspot.com/

40

Anda mungkin juga menyukai