Anda di halaman 1dari 7

Rumah Bubungan TInggi

Elemen Struktural

Kepala

Badan

Kaki

Secara struktural, rumah bubungan tinggi dibagi menjadi 3 bagian yaitu kepala, badan,
dan kaki.
Bagian kepala berupa atap

Kepala

Atap rumah bubungan tinggi ini menggunakan atap pelana dengan posisi segitiganya
berada disamping dengan sudut kemiringan 45 derajat serta menggunakan bahan
kayu ulin (kayu besi). Penutup atap rumah ini menggunakan sirap dengan panjang
600-615 mm, lebar 80-90 mm, dan tebal 3-5 mm setiap keping dan pada salah satu
ujung atap sirap tersebut membentuk sudut 45 derajat dan posisi pemasangannya,
bagian yang bersudut 45 derajat tersebut mengarah kebawah. Atap sirap tersebut
menempel pada reng yang ditumpu oleh kasau yang selanjutnya menempel pada
gording dan ditahan oleh nok yang selanjutnya beban mengalir ke tiang.
Bagian badan berupa rangka bangunan, dinding, pintu, jendela, serta lantai.

Badan

Rangka rumah bubungan tinggi menggunakan sistem berasuk dan sistem pasak,
dimana batangan kayu ulin dipahat atau dilubangi dan batangan yang lain dipahat
sesuai dengan lubang yang ada, kemudian antara batangan satu dengan yang lainnya
disatukan. Sistem tersebut digunakan untuk mengurangi penggunaan paku pada
rumah bubungan tinggi ini.

Dinding berasal dari kayu ulin, dengan


pemasangannya yaitu dengan menyiapkan tiang
dinding (vertikal) yang dihubungkan satu sama
lain oleh balabat (horizontal) yang kemudian
lembaran papan kayu ulin dipaku hingga
menutupi badan rumah (membentuk dinding).
Pada lantai rumah ini juga menggunakan bahan
yang sama yaitu kayu ulin. Hampir sama proses
pemasangannya dengan pemasangan dinding,
yaitu lembaran kayu ulin yang disebut gelagar
yang ditempel pada alas berupa susuk dan balok
lantai yang saling dihubungkan.

Bagian kaki yang berupa kolom-kolom yang langsung terhubung ke pondasi

Kaki dari rumah bubungan tinggi ini berasal dari


kayu ulin dan kayu galam sebagai pondasinya.
Badan
Pada rumah bubungan tinggi ini menggunakan jenis
pondasi batang besar dengan teknik kalang pandal
dimana kayu galam yang berdiameter lebih dari 40 cm
sebagai tumpuannya dipotong sebagian disisi atasnya
kemudian dilubangi di bagian tengahya untuk
menancapkan tiang dan disangga oleh sunduk.
Kemudian pondasi tersebut ditanam dalam tanah
dengan kedalaman 50-100 cm.
Sistem penyaluran beban

Anda mungkin juga menyukai