Anda di halaman 1dari 3

NAMA : AKBAR FADHEL MUHAMMAD

NIM : 1607211

PRODI : ARSITEKTUR

MATA KULIAH : AT-353 ARSITEKTUR TROPIS

DOSEN : Dr. Eng. Beta Paramita, S.T., M.T.

ARSITEKTUR TRADISIONAL DAN NILAI KENYAMANAN THERMAL “RUMAH TRADISIONAL SUNDA-JULANG NGAPAK”

NO ELEMEN ILUSTRASI NILAI TRADISIONAL NILAI KENYAMANAN


ARSITEKTUR THERMAL
1. Atap (Roof) Bentuk atap julang ngapak adalah Dengan bentuk atap julang ngapak,
bentuk atap yang melebar dikedua jarak tempat air hujan jatuh dengan
sisi bidang atapnya, jika dilihat dari teras akan sedikit lebih jauh sehingga
arah muka rumahnya bentuk atap tidak ada cipratan air yang masuk ke
demikian menyerupai sayap burung teras. Kemudian, pada puncak atap
julang yang sedang mengepakkan terdapat capit hurang atau cagak
sayapnya. Pada puncak atap terdapat gunting yang berfungsi secara teknis
capit hurang atau cagak gunting untuk mencegah air merembes ke
yang berfungsi secara teknis untuk dalam dan sebagai lambang kesatuan
mencegah air merembes ke dalam antar rumah dengan alam jagat raya
dan sebagai lambang kesatuan berdasarkan masyarakat orang Sunda
antar rumah dengan alam jagat
raya berdasarkan masyarakat
orang Sunda, penutup atap dibuat
dari daun alang-alang (tepus) atau
rumbia dan ijuk yang diikat dengan
tali dari bambu (apus) ke bagian atas
dari rangka atap.
Bentuk atap julang ngapak
menyiratkan status sosial
masyarakatnya yang berasal dari
golongan bawah, sederhana,
berpikiran praktis serta
menggambarkan nilai-nilai yang
dijunjungnya, antara lain
membangun hubungan secara
horizontal sesama manusia.
2. Wall (Body) Dinding pada rumah tradisional Dinding yang terbuat dari bamboo
sunda julang ngapak terbuat dari membuat rumah ini mampu
bilik bambu yang dianyam. Selain memaksimalkan factor alami secara
bamboo, ada juga dinding yang maksimal. Bilik tersebut memiliki
menggunakan bahan kayu. Dengan lubang-lubang kecil seperti "pori-pori"
penggunaan material tersebut, yang juga berfungsi sebagai ventilasi
rumah ini memberikan kesan yang untuk menyalurkan udara maupun
ringan dan sederhana, tetapi tetap cahaya dari luar ruangan atau
kuat dan kokoh sebaliknya. Dengan demikian suhu di
dalam ruangan selalu terjaga secara
alami sesuai dengan kondisi cuaca
alam di luar. Disamping itu pun tidak
perlu mengandalkan cahaya yang
masuk sepenuhnya melalui jendela

3. Lantai Lantai pada rumah ini menggunakan Material yang digunakan pada lantai
material dari talupuh atau palupuh memungkinkan masuknya aliran
(Floor) (bamboo yang dibelah-belah). Ditilik angina dari bagian bawah rumah,
dari material rumah adat Sunda itu sehingga aliran udara di dalam rumah
sendiri terkesan tipis dan ringkih tetap terjaga kelancarannya. Selain itu,
tentu hal ini tidak mungkin dipakai kenyamanan thermal bagi
untuk tempat perlindungan penghuninya akan terasa nyaman.
layaknya sebuah benteng
perlindungan dari peperangan
antar kampung, jadi masyarakat
suku Sunda sangat menjunjung
tinggi perdamaian dan kerukunan
antar umat manusia. Rumah bagi
orang Sunda semata sebagai
tempat perlindungan dari hujan,
angin, terik matahari dan binatang.
4. Foundation Karena kebanyakan rumah berbentuk Dengan penggunaan pondasi umpak,
rumah panggung maka, pondasi maka otomatis rumah akan berbentuk
(Foot) yang digunakan pada rumah panggung. Dengan rumah berbentuk
tradisional ini adalah pondasi umpak panggung ini, aliran udara akan masuk
dengan material batu belah yang dari kolong rumah dan masuk melalui
langsung diambil dari sungai, bukit celah-celah lantai. Ini akan
atau gunung. Dari analisi yang telah meningkatkan kenyamanan thermal
dilakukan, pondasi ini telah bagi penghuninya. Selain itu,dDengan
memenuhi standar persyarata cara demikian posisi lantai tidak
bangunan tahan gempa. langsung bersentuhan dengan
Secara simbolik, rumah panggung permukaan tanah sehingga udara
didasarkan pada kepercayaan Orang lembab dari tanah maupun debu
Sunda, bahwa dunia terbagi tiga: dapat dihindarkan.
ambu handap, ambu luhur, dan
tengah. Tengah merupakan pusat
alam semesta dan manusia
menempatkan diri sebagai pusat
alam semesta, karena itulah tempat
tinggal manusia harus terletak di
tengah-tengah, tidak ke ambu
handap (dunia bawah/bumi) dan
ambu luhur (dunia atas/langit).
Dengan demikian, rumah harus
memakai tiang yang berfungsi
sebagai pemisah rumah secara
keseluruhan dengan dunia bawah
dan atas. Tiang rumah juga tidak
boleh terletak langsung di atas tanah,
oleh karena itu harus di beri alas
yang berfungsi memisahkannya dari
tanah yaitu berupa batu yang disebut
umpak (Adimihardja, 2008).

DAFTAR PUSTAKA

https://www.jeryanuar.web.id/2013/09/julang-ngapak-filosofi-sebuah-bangunan.html

https://dearchitectblog.wordpress.com/2016/12/21/arsitektur-sunda/

https://kumeokmemehdipacok.blogspot.com/2013/05/arsitekturtradisionalindonesia.html

Anda mungkin juga menyukai