Anda di halaman 1dari 3

RUMAH LIMASAN

Omah limasan merupakan satu bangunan tunggal, dengan ciri utama bagian atap terdiri
atas empat sisi empyak. Dua sisi empyak di bagian paling depan dan belakang lebih
mendatar, sedangkan sepasang empyak di bagian tengah lebih curam, bertemu di bagian
puncak omah keong, sekaligus membentuk struktur limas dengan empat sisi.
Sebagai penopang struktur atap, di pusat bangunan terdapat empat buah soko guru yang
dilengkapi dengan 14 soko pendamping. Hal ini melambangkan keberadaan sekawankeblat
gangsal pancer, yang merupakan perlambang empat arah mata angin dan penjuru dunia
kehidupan manusia. Secara vertikal, bangunan omah limasan dapat dibagi menjadi tiga
bagian utama, masing-masing bantala atau tanah, struktur penegak, dan bagian atap.
Gambaran ini secara filosofi merupakan warisan nilai-nilai Budha dengan perlambang
alam kamadhatu, rupadhatu, dan arupadhatu. Struktur itupun juga menyimpan nilai
ajaran Hindu mengenai konsep tri hita karana, pembagian jagad menjadi jagad palemahan,
pawongan, dan parahyangan.

Setelah kedatangan Islam, bangunan rumah suku Jawa merupakan penggabungan


nilai-nilai kepercayaan yang telah ada sebelumnya yang dipadu dengan nilai-nilai
ketauhidan Islam. Omah limasan berpijak pada bantala, tanah rata yang ditinggikan
dari tanah di sekitarnya dan menjadi dudukan struktur bangunan. Manusia berasal
dari tanah yang merupakan unsur utama pembentuk bumi. Di bumilah manusia
diperintahkan sebagaikalifatullah fil ardzi, untuk memakmurkan bumi dengan
menebarkan spirit rahmatan lilalamin.
Soko guru dan soko-soko pendamping yang ditopang dengan ompak dari batu
merupakan struktur penegak. Bagian ini menjadi perlambang penggapaian nilai
luhur sebagaimana ajaran yang dituntunkan oleh Tuhan Yang Maha Esa melalui
para Rasul dan Kitab-Nya. Bentuk soko yang tegak, kuat dan lurus mengajarkan
kekuatan serta kebulatan niat, tekad, dan tindakan dalam menggapai kesejatian
hidup, baik di dunia maupun di alam akhirat.
Sedangkan bagian atap merupakan cita-cita tertinggi pencapaian hidup manusia.
Sebagai bagian dari ruh Tuhan yang ditiupkan ke dalam wadag seorang janin di
alam rahim, maka manusia memiliki kecenderungan sifat dan fitrah untuk mendekat
atau menggapai nilai-nilai ke-ilahian (transenden). Atap menjadi penghubung
menyatunya bumi dan langit. Dengan demikian, atap menjadi perlambang
menyatunya sifat insaniah dan keilahiahanmanusia dengan sang pencipta alam
semesta, manunggaling kawulo gusti.
Secara horisontal, omah limasan terbagi menjadi beberapa petak ruang. Di bagian
paling depan merupakan tritikan atau teras. Teras merupakan bagian rumah terbuka
dan menjadi area publik. Di tempat ini sering dipasang lincak, seperangkat kursi,
ataupunamben kecil, untuk berbagai keperluan. Aktivitas keseharian yang bersifat
santai dan nonformal banyak dilakukan di tempat ini, mulai dari sekedar duduk dan

berbincang,pepetan mencari kutu rambut bagi kaum ibu, hingga tempat leyehleyeh melepas penat sehabis seharian bekerja di sawah sambil nglaras uyonuyon atau campur sari.
Batas bagian luar dan dalam omah limasan dibatasi dengan papan blabak ataupun
anyaman dinding gedhek. Melalui pintu utama di bagian depan, dari tritikan kita
akan memasuki ruang dalam utama. Ruang utama merupakan bagian terluas
dari omah limasan. Ruang utama menjadi ruang keluarga, sekaligus tempat untuk
menerima tamu secara formal. Di tengah ruang utama, berdiri kokoh soko guru yang
mengajarkan kekuatan untuk bersatu padu diantara semua anggota keluarga. Di
samping terdapat seperangkat kursi tamu, di ruang inipun biasa terdapat amben
gedhe.
Sedikit masuk lebih ke dalam, terdapat tiga buah ruang bilik atau kamar dalam yang
sering disebut sebagai senthong, ada senthong tengah yang diapit oleh senthong
tengendan kiwo. Senthong tengah merupakan pusat kesakralan dan kesucian rumah
tangga. Tempat ini biasa dipergunakan untuk beribadah, atau mushola di dalam
rumah. Adapunsenthong tengen ataupun kiwo biasa difungsikan sebagai kamar
tidur kaum perempuan maupun tempat penyimpanan barang berharga ataupun
persediaan bahan makanan. Melengkapi struktur bangunan omah limasan di sisi
belakang ataupun samping adalah dapur dan pakiwon. Di pakiwon biasanya
terdapat sumur dan padasan untuk mengambil air wudhu. Di masa
kini, pakiwon kebanyakan berwujud kamar mandi yang dilengkapi sarana kakus.
Di dalam omah limasan terdapat pembagian ruang aktivitas yang berimbang untuk
anggota keluarga laki-laki dan perempuan. Seorang laki-laki sebagai kepala rumah
tangga memiliki tugas utama mencari nafkah di luar rumah. Sedangkan kaum
perempuan lebih banyak memegang peranan untuk mengurus rumah tangga dengan
segala hal yang terkait. Ruang utama, senthong, pawon hingga pakiwon merupakan
domain perempuan yang bertanggung jawab untuk merawat dan memelihara
kebersihan serta kerapiannya. Seorang ibu rumah tangga memiliki kekuasaan
penuh dalam hal pengaturan rumah tangga secara internal. Di sinilah sebenarnya
nenek moyang kita telah mengajarkan pembagian peran antara kaum pria dan
perempuan secara sejajar, adil, serta berimbang untuk secara terpadu menjunjung
tinggi
kebersamaan
sebuah
keluarga
yang
harmonis.
http://sangnanang.wordpress.com/2013/08/30/omah-limasan-simbol-kearifanlokal-yang-tersisa/
Pembagian ruang, bentuk atap, bentuk limasan untuk bangunan gedhe.

Analisa Klimatologis

Anda mungkin juga menyukai