Omah limasan merupakan satu bangunan tunggal, dengan ciri utama bagian atap terdiri
atas empat sisi empyak. Dua sisi empyak di bagian paling depan dan belakang lebih
mendatar, sedangkan sepasang empyak di bagian tengah lebih curam, bertemu di bagian
puncak omah keong, sekaligus membentuk struktur limas dengan empat sisi.
Sebagai penopang struktur atap, di pusat bangunan terdapat empat buah soko guru yang
dilengkapi dengan 14 soko pendamping. Hal ini melambangkan keberadaan sekawankeblat
gangsal pancer, yang merupakan perlambang empat arah mata angin dan penjuru dunia
kehidupan manusia. Secara vertikal, bangunan omah limasan dapat dibagi menjadi tiga
bagian utama, masing-masing bantala atau tanah, struktur penegak, dan bagian atap.
Gambaran ini secara filosofi merupakan warisan nilai-nilai Budha dengan perlambang
alam kamadhatu, rupadhatu, dan arupadhatu. Struktur itupun juga menyimpan nilai
ajaran Hindu mengenai konsep tri hita karana, pembagian jagad menjadi jagad palemahan,
pawongan, dan parahyangan.
berbincang,pepetan mencari kutu rambut bagi kaum ibu, hingga tempat leyehleyeh melepas penat sehabis seharian bekerja di sawah sambil nglaras uyonuyon atau campur sari.
Batas bagian luar dan dalam omah limasan dibatasi dengan papan blabak ataupun
anyaman dinding gedhek. Melalui pintu utama di bagian depan, dari tritikan kita
akan memasuki ruang dalam utama. Ruang utama merupakan bagian terluas
dari omah limasan. Ruang utama menjadi ruang keluarga, sekaligus tempat untuk
menerima tamu secara formal. Di tengah ruang utama, berdiri kokoh soko guru yang
mengajarkan kekuatan untuk bersatu padu diantara semua anggota keluarga. Di
samping terdapat seperangkat kursi tamu, di ruang inipun biasa terdapat amben
gedhe.
Sedikit masuk lebih ke dalam, terdapat tiga buah ruang bilik atau kamar dalam yang
sering disebut sebagai senthong, ada senthong tengah yang diapit oleh senthong
tengendan kiwo. Senthong tengah merupakan pusat kesakralan dan kesucian rumah
tangga. Tempat ini biasa dipergunakan untuk beribadah, atau mushola di dalam
rumah. Adapunsenthong tengen ataupun kiwo biasa difungsikan sebagai kamar
tidur kaum perempuan maupun tempat penyimpanan barang berharga ataupun
persediaan bahan makanan. Melengkapi struktur bangunan omah limasan di sisi
belakang ataupun samping adalah dapur dan pakiwon. Di pakiwon biasanya
terdapat sumur dan padasan untuk mengambil air wudhu. Di masa
kini, pakiwon kebanyakan berwujud kamar mandi yang dilengkapi sarana kakus.
Di dalam omah limasan terdapat pembagian ruang aktivitas yang berimbang untuk
anggota keluarga laki-laki dan perempuan. Seorang laki-laki sebagai kepala rumah
tangga memiliki tugas utama mencari nafkah di luar rumah. Sedangkan kaum
perempuan lebih banyak memegang peranan untuk mengurus rumah tangga dengan
segala hal yang terkait. Ruang utama, senthong, pawon hingga pakiwon merupakan
domain perempuan yang bertanggung jawab untuk merawat dan memelihara
kebersihan serta kerapiannya. Seorang ibu rumah tangga memiliki kekuasaan
penuh dalam hal pengaturan rumah tangga secara internal. Di sinilah sebenarnya
nenek moyang kita telah mengajarkan pembagian peran antara kaum pria dan
perempuan secara sejajar, adil, serta berimbang untuk secara terpadu menjunjung
tinggi
kebersamaan
sebuah
keluarga
yang
harmonis.
http://sangnanang.wordpress.com/2013/08/30/omah-limasan-simbol-kearifanlokal-yang-tersisa/
Pembagian ruang, bentuk atap, bentuk limasan untuk bangunan gedhe.
Analisa Klimatologis