Anda di halaman 1dari 8

Candi Borobudur

1. Sejarah Candi Borobudur


Candi Borobudur, merupakan candi Budha yang terletak di Kecamatan Borobudur,
Kabupaten Magelang. Candi Borobudur pertama kali ditemukan tahun 1814 oleh Sir
Thomas Stamford Raffles, gurbernur jenderal Inggris, yang saat itu sedang mengadakan
kunjungan ke Semarang dan mendengar informasi bahwa di daerah Kedu ditemukan
susunan batu yang bergambar. Untuk memastikannya, kemudian Raffles mengutus
Cornelius (orang Belanda) untuk menyelidiki dan membersihkan area dimana susunan
batu tersebut ditemukan.
Waktu dan pendiri bangunan Candi Borobudur masih belum diketahui pastinya.
Namun menurut Prof. Dr. Soekmono, Candi Borbudur didirikan sekitar abaad VIII-IX M.
Hal tersebut didasarkan dengan adanya inkripsi singkat yang terdapat pada bagian kaki
candi. Inkripsi tersebut berisi tulisan yang mempunyai gaya huruf yang sama dengan
prasasti Karang Tengah (874 M) dan prasasti Sri Kahulunan (842 M). Dari prasasti
tersebut pula Casparis berpendapat bahwa pendiri Candi Borobudur yaitu Samaratungga
yang memerintah pada tahun 782-812 pada masa dinasti Syailendra.
Candi Borobudur dibangun untuk memuliakan agama Budha Mahayana yang
banyak dianut oleh masyarakat pada masa tersebut. Fungsi dari bangunan candi yaitu
sebagai tempat pemujaan dan tempat beribadah para pemeluk agama Budha.
Nama Borobudur masih menjadi misteri, banyak teori yang berusaha menjelaskan
nama candi tersebut. Salah satunya menyatakan bahwa nama Borobudur berasal dari kata
Shambharabhudhara, yang berarti gunung (bhudhara), di mana di lereng-lerengnya
terletak teras-teras. Selain itu terdapat etimologi rakyat lainnya, seperti kata Borobudur
berasal dari ucapan para Budha yang kemudian mengalami pergeseran bunyi menjadi
Borobudur. Penjelasan lain yaitu bahwa nama Borobudur, berasal dari dua kata, yaitu
bhara yang berasal dari kata vihara, dan bedhuhur. Sementara terdapat penjelasan lain
dimana bara merupakan bahasa Sansekerta yang berarti kompleks candi atau biara dan
beduhur yang berarti tinggi. Yang apabila digabungkan maknanya menjadi sebuah biara
atau asrama yang berada di tanah tinggi.
2. Denah, dan Transformasi Bentuk pada Candi Borobudur
Candi Borobudur mempunyai bentuk punden berundak dengan denah persegi yang
berukukuran panjang 121,66 m dan lebar 121,38 m, sedangkan tingginya yaitu 35,40 m,
dengan tangga di pertengahan ke-empat sisinya. Borobudur berbentuk kisi-kisi dengan
ukuran yang semakin atas semakin mengecil. Tingkatan yang ada pada Candi Borobudur
berjumlah 10 tingkat yang menggambarkan ajaran dasabhumi dalam Budhisme

Mahayana, yaitu sepuluh tingkat perkembangan Bodhisatwa berupa sepuluh tindakan


penyempurnaan yang harus dilakukan oleh Bodhisatwa untuk mencapai ke-Budha-an.

Gambar. Denah Candi Borobudur


Sumber. Balai Konservasi Peninggalan Borobudur

Denah pada Candi Borobudur memiliki dua bentuk dasar, yaitu lingkaran dan
persegi. Bentuk-bentuk tersebut dipilih karena bentuk tersebut melambangkan gambaran
pergulatan hidup untuk melepas diri dari yang maya menuju yang lebih sejati. Bentuk
denah persegi terdapat pada tingkat 1-7, sedangkan bentuk denah lingkaran terdapat pada
tingkat 8-10, kemudian terdapat stupa induk pada pada tingkat ke-sepuluh.

Gambar. Pembagian Tingkatan Borobudur


Sumber. Balai Konservasi Peninggalan Borobudur

Candi Borobudur didirikan di atas sebuah bukit, yang kemudian ditutupi oleh
susunan tumpukan batu bertingkat. Tingkatan pada Candi Borobudur dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu kaki, badan dan kepala, sedangkan menurut kosmologi Budha, tingkatan
tersebut yaitu Kamadhatu, Rupadhatu dan Arupadhatu. Tingkat Kamadhatu merupakan
tingkatan paling bawah, tingkat Rupadhatu tingkatan yang terletak di tengah, sedangkan
Arupadhatu merupakan tingkatan paling atas.

Gambar. Tingkat Kamadhatu, Rupadhatu, Arupadhatu pada Borobudur


Sumber. Balai Konservasi Peninggalan Borobudur

a. Kamadhatu
Kamadhatu merupakan bagian kaki candi, dan merupakan bagian terendah dari
kosmologi Budha. Bagian Kamadhatu pada Candi Borobudur bukanlah merupakan
kaki aslinya, melainkan sebuah selasar tambahan yang dibangun ketika struktur
Candi Borobudur diperkirakan akan melesak sebelum selesai pembangunannya.
Pada bagian kaki ini terdapat 160 panel reliaf Karmawibhangga yang
menceritakan tetang sebab-akibat dari perbuatan baik ataupun buruk. Bagian
Kamadhatu menggambarkan alam bawah sadar manusia yang masih dikuasai nafsu
(Mangunwijaya). Kamadhatu mempunyai bagian-bagian berupa selasar, undag,
dan tangga.

Gambar. Penampang Tingkat Kamadhatu


Sumber. Balai Konservasi Peninggalan Borobudur

b. Rupadhatu
Tingkatan Rupadhatu menggambarkan dunia antara, yang menggamarkan dunia
manusia sudah mulai meninggalkan keinginan duniawi namun masih terikat oleh
dunia nyata. Rupadhatu terdiri dari susunan pagar langkan sebanyak lima buah
yang membentuk 4 buah lorong. Pada bagian Rupadhatu terdapat 4 relief cerita
yang digambarkan pada dinding-dindingnya, yaitu relief Jataka Avadana,
Lalitavistara, Gandavyuha, dan Bhadrasari.

Gambar. Penampang Tingkat Rupadhatu


Sumber. Balai Konservasi Peninggalan Borobudur

Bagian Rupadhatu terdiri dari relief, langkan (lorong), pagar langkan (balustrade),
relung dan tangga. Langkan merupakan lorong yang terletak di antara pagar
langkan dan tubuh candi, terdapat 4 langkan pada Candi Borobudur. Pagar
langkan, yaitu pembatas lorong candi, yang terdapat pahatan relief simbolis
maupun cerita pada kedua sisinya. Pada bagian atas pagar langkan terdapat relung
arca yang berisi arca Dhyani Buddha, sedangkan pada kemuncak pagar langkan 1
berbentuk keben dan kemuncak berbentuk stupa pada pagar lngkan 2-5, dengan
hiasan berupa antefik (pola dasar segitiga, dengan ornamen tumbuhan).
c. Arupadhatu
Merupakan bagian teratas dari tingkatan Borobudur. Bentuk denah pada tingkat
Arupdhatu berbentuk lingkaran, yang berjumlahh 3 tingkatan. Tingkatan
Arupadhatu merupakan simbol dari unsur tidak berwujud, yang berarti manusia
sudah meniggalkan keinginan duniawi. Terdapat 3 tingkatan stupa yang
mengelilingi stupa induk pada bagian atas. Bagian Arupadhatu terdiri dari plateu,
yaitu daratan yang batas luarnya berbentuk bujur sangkar, tetapi sisi dalamnya
berupa lingkaran, terletak pada daerah peralihan tingkat Rupadhatu dan
Arupadhatu.Selain plateu, terdapat pula teras/batur yang merupakan lantai teras
stupa, berjumlah 3 tingkatan. Pada tingkatan pertama terdapat stupa dengan bentuk
lubang belah ketupat, dan pada tingkat ketiga terdapat stupa dengan bentuk lubang
kotak.

Gambar. Tingkat Arupadhatu


Sumber. Balai Konservasi Peninggalan Borobudur

Transformasi desain pada Candi Borobudur berkaitan dengan ajaran dasabhumi, yaitu
sepuluh tingkatan yang dilakukan Boddhisatwa untuk mencapai ke-Budha-an.Hal tersebut
diwujudkan dalam tingkatan Candi Borobudur yang berjumlah sepuluh tingkatan.
Tingkatan pada Candi Borobudur semakin ke atas semakin kecil dan semakin polos, yang
melambangkan perjalanan manusia dari lahir hingga menuju nirwana.
Menurut Daigoro Chihara, Soekmono, dan Bernert Kempers, Candi Borobudur
melambangkan sebuah mandala. Mandala yaitu suatu obyek yang luas yang berfungsi
sebagai alat meditasi yang diwujudkan dalam sebuah konfigurasi kosmis, dimana di
pusatnya terdapat tokoh dewa atau simbol dewa tertinggi yang dikelilingi oleh sejumlah
tokoh dewa yang secara hierarki kedudukan lebih rendah. Hal tersebut terlihat pada pola
massa borobudur yang terpusat pada satu titik tengah.

Gambar. Proses Perencanaan Sebuah Mandala


Sumber. Balai Konservasi Peninggalan Borobudur

Pada gambar ketiga di atas, lapis pertama berjumlah 32 kotak, lapis kedua 24 kotak,
dan lapis ketiga berjumlah 16 kotak. Bilangan-bilangan tersebut sama dengan jumlah stupa
berlubang pada tiap-tiap teras Candi Borobudur. Pada Candi Borobudur diperkirakan
menggunakan gabungan prosedur Garbhadatu (mandala prinsip) dan Vajradhatu (mandala
pengetahuan). Garbhadatu dan Vajradhatu merupakan salah satu konsep yang dianut dalam
agama Budha. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa para pendiri Candi Borobudur
secara sengaja mentransformasikan desain konfigurasi mandala dan angka-angka yang
diperolehh dari kisi-kisi mandala untuk membuat semua simbolisme tetap terpadu harmonis,
simetris dan saling menjalin satu sama lain.

Gambar. Transformasi Desain Mandala Borobudur


Sumber. Balai Konservasi Peninggalan Borobudur

3. Elemen-elemen Candi
Elemen-elemen yang ada Candi Borobudur yaitu :
a. Stupa
Stupa pada Candi Borobudur terdiri dari stupa induk, stupa teras, dan stupa kecil
sebagai ornamen tubuh candi atau pagar langkan. Stua induk merupakan stupa
utama yang terletak di tengah-tengah bangunan candi, dan tidak mempunyai
lubang.

b. Arca
Arca merupakan patung yang terdapat pada Candi Borobudur yang terbuat dari
batu andesit. Arca pada Candi Borobudur menggambarkan Dhyani-Buddha, yang
masing-masing menduduki arah tertentu.
c. Singa
Menurut ajaran Buddha, singa merupakan kendaraan Sang Budha ketika nak ke
surga. Singa juga merupakan simbol kekuatan pengusir pengaruh jahat untuk
menjaga kesucian candi.
d. Kala
Kala merupakan hiasan berbentuk kepala raksasa yang digambarkan dengan mata
melotot dengan hiasan stilir (disamarkan). Kala pada Candi Borobudur digunakan

pada pintu masuk atau ambang atas tangga candi, selain itu kala juga digunakan
sebagai jaladwara (saluran air)
e. Makara
Makara adalah binatang laut mitologi yang terdapat pada kesenian India. Di
Indonesia penggambaran makara berupa gajah yang mempunyai belalai dihias
dengan ornamen sulur-suluran. Makara pada Candi Borobudur terletak pada sisi
kanan dan kiri tangga pintu masuk candi. Makna makara tersebut yaitu sebagai
lambang keselamatan bangunan candi. Makara juga digunakan sebagai jaladwara.
f. Doorpel
Merupakan ambang pintu yang berupa gabungan dari kala dan makara pada tubuh
candi yang menjadi pintu masuk tangga menuju bagian atas candi.
g. Jaladwara/Gorgoile
Merupakan saluran air pada bangunan candi yang terletak pada sisi-sisi tubuh
candi dan di sudut-sudut tubuh candi.
h. Antefik
Merupakan salah satu unsur bangunan yang terdapat pada bangunan candi dengan
bentuk segitiga. Antefik merupakan hiasan yang tidak dapat berdiri sendiri karena
harus menyatu dengan bangunan induknya. Hiasan antefik digunakan pada bagian
tubuh, pagar langkan, hingga atap candi.Pada Candi Borobudur antefik terletak
pada bagian tepi selasar dan saluran air. Bentuk dan penempatan antefik dapat
memberikan kesan tinggi atau ramping pada sebuah bangunan candi.
i. Ojief
Ojief mempunyai bentuk genta/lonceng yang terbelas secara vertikal. Biasa
digunakan pada bagian kaki candi.
j. Keben
Keben merupakan kemuncak pada bagian pagar lagkan tingkat satu. Disebut keben
arena bentuknya menyerupai bentuk buah keben.
4. Candi Borobudur sebagai Tempat Ibadah Agama Budha
Candi Borobudur merupakan tempat yang di anggap suci bagi penganut agama
Budha. Menurut Stuterheim, Borobudur pada masa lalu bukan tempat yang dapat
dikunjungi oleh semua orang untuk berziarah dan belajar agama Budha di bawah
bimbingan paderi. Ia yakin bahwa Candi Borobudur lebih diperuntukkan bagi paderi dari
seluruh penjuru dunia yang ingin bermeditasi. Karena itu, Candi Borobudur mestinya
adalah alat bantu bermeditasi, seperti fungsi mandala.
Pada masa kini Borobudur digunakan sebagai tempat perayaan hari raya Tri Suci
Waisak. Perayaan Waisak dimulai beberapa hari sebelumnya, dilakukan di Candi Mendut,
yang meliputi ritual pengambilan air suci dan api abadi, dan ritual pindapata (pemberian
makan dari umat Budha kepada Biksu). Pada pagi harinya, umat Budha berkumpul di

Candi Mendut dan melakukan perjalanan menuju Candi Pawon, yang kemudian diakhiri di
Candi Borobudur. Dalam prosesi tersebut, air suci, api dan simbol-simbol Budha lainnya
akan dibawa menuju ke altar utama yang terletak di halaman sebelah barat Candi
Borobudur. Ritual selanjutnya yaitu pembacaan doa, dan meditasi pada tenda-tenda yang
telah disediakan. Menjelang tengah malam, dilakukan prosesi pradaksina, yaitu prosesi
memutari candi searah jarum jam sebanyak 3 kali.
5. Candi Borobudur sebagai Objek Wisata
Candi Borobudur dibuka untuk umum setelah mengalami delapan tahun restorasi.
Pembukaan Candi Borobudur untuk umum lebih difokuskan menjadi sebuah obyek wisata
budaya dan sejarah. Pada tahun 1991 Borobudur termasuk sebagai salah satu bangunan
yang terdapat di dalam daftar World Heritage.
Walaupun fungsi Borobudur pada saat ini menjadi obyek wisata, namun Borobudur
masih dianggap sebagai tempat agung bagi umat Budha, sebagai buktinya sampai saat ini
Borobudur masih digunakan sebagai tempat perayaan Hari Raya Waisak Nasional.
Candi Borobudur merupakan wisatawan umum yang ingin menikmati seni ataupun
kebudayaan yang ada pada Borobudur. Wisatawan beragama Budha tidak bisa melakukan
puja bhakti ataupun ritual lain selain pada Hari Raya Waisak.
Bagi para wisatawan Candi Borobudur merupakan sebuah destinasi wisata yang
berupa cagar budaya dan monumen mati. Semua orang boleh masuk dan berkunjung
hanya dengan membeli tiket dan kemudian dapat menikmati suasana di Candi Borobudur.

Anda mungkin juga menyukai