Anda di halaman 1dari 19

ARSITEKTUR NUSANTARA

Disusun Oleh :

ABDUR RAHMAN
PA 1710439
AKHIR PEKAN

RUMAH TRADISIONAL
KALIMANTAN SELATAN
“BUBUNGAN TINGGI”

Dosen Pengampu :
AUGI SEKATIA, ST, MT
Rumah Tradisional Kalimantan Selatan

Dwitunggal Semesta

“Maharaja Suryanata” Manifestasi dewa Matahari (Surya).

- Rumah Bubungan Tinggi merupakan lambang mikrokosmos dalam makrokosmos.


- Rumah Bubungan Tinggi melambangkan berpadunya Dunia Atas & Dunia Bawah.

“Puteri Junjung Buih” Lambang air & kesuburan tanah.


Pohon Hayat & Payung

- Atap rumah Banjar Bubungan Tinggi yang menjulang ke atas merupakan citra dasar
sebuah “Pohon Hayat” yang merupakan lambang kosmis(pencerminan dimensi-dimensi dari
kesatuan semesta).
- Atap rumah Banjar Bubungan Tinggi yang menjulang ke atas merupakan citra dasar
sebuah “Payung” yang menunjukkan satu orientasi kekuasaan ke atas (lambang kebangsawanan
yang biasa menggunakan “Payung Kuning”).

Simetris
- Wujud bentuk rumah Banjar Bubungan Tinggi yang simetris terlihat pada bentuk sayap
bangunan atau anjung yang terdiri atas Ajung Kanan dan Anjung Kiwa.
- Filosofi simetris (seimbang) dalam pemerintahan Kerajaan Banjar, yang membagi kementerian
menjadi Mantri Panganan (kelompok menteri kanan) dan Mantri Pangiwa (kelompok menteri
kiri).
- Konsep simetris tercermin pada rumah Bubungan Tinggi.

Kepala - Badan - Kaki


- Bentuk rumah Bubungan Tinggi diibaratkan tubuh manusia yang terbagi menjadibagian
secara vertikal yaitu:

1. Kepala
2. Badan
3. Kaki
- Anjung diibaratkan sebagai tangan kanan dan tangan kiri.
Tawing Halat/ Tiang Pembatas

- Ruang dalam rumah Banjar Bubungan Tinggi terbagi menjadi ruang yang
bersifat private dan semi private.
- Diantara ruang Panampik Basar yang bersifat semi private dengan ruang Palidangan yang
bersifat private dipisahkan oleh Tawing Halat artinya “dinding pemisah”.
- Tawing Halat ini bagian tengahnya dapat dibuka sehingga seolah-olah suatu garis pemisah
transparan antara dua dunia (luar dan dalam) menjadi terbuka.
Denah Cacak Burung

- Denah rumah Banjar Bubungan Tinggi berbentuk “tanda tambah” yang merupakan
perpotongan dari poros-poros bangunan yaitu dari arah muka ke belakang dan dari arah kanan ke
kiri yang membentuk pola denah Cacak Burung yang sakral.
- Ruang Palidangan merupakan titik perpotongan poros-poros bangunan. Secara kosmologis
maka disinilah bagian paling utama dari rumah Banjar Bubungan Tinggi.
- Tawing Halat melindungi area “dalam” yang merupakan titik pusat bangunan yaitu ruang
Palidangan.
Tata Nilai Ruang

Pada rumah Banjar Bubungan Tinggi (istana) terdapat ruang Semi Publik yaitu Serambi atau
surambi yang berjenjang letaknya secara kronologis terdiri dari surambi muka, surambi
sambutan, dan terakhir surambi Pamedangan sebelum memasuki pintu utama (Lawang Hadapan)
pada dinding depan (Tawing Hadapan ) yang diukir dengan indah. Setelah memasuki Pintu
utama akan memasuki ruang Semi Private. Pengunjung kembali menapaki lantai yang berjenjang
terdiri dari Panampik Kacil di bawah, Panampik Tangah di tengah dan Panampik Basar di atas
pada depan Tawing Halat atau "dinding tengah" yang menunjukkan adanya tata nilai ruang yang
hierarkis.
- Ruang Panampik Kecil tempat bagi anak-anak,
- Ruang Panampik Tangah sebagai tempat orang-orang biasa atau para pemuda,
- Ruang Panampik Basar yang diperuntukkan untuk tokoh-tokoh masyarakat, hanya orang yang
berpengetahuan luas dan terpandang.
Hal ini menunjukkan adanya suatu tatakrama sekaligus mencerminkan adanya pelapisan sosial
masyarakat Banjar tempo dulu yang terdiri dari lapisan atas adalah golongan berdarah biru
disebut Tutus Raja (bangsawan) dan lapisan bawah adalah golongan Jaba (rakyat) serta
diantarakeduanya adalah golongan rakyat biasa yang telah mendapatkan jabatan-jabatan dalam
Kerajaan beserta kaum hartawan.

Sekilas Tentang Provinsi Kalimantan Selatan

Terletak di bagian selatan Pulau Kalimantan, provinsi ini beribukota di Banjarmasin. Kalimantan
Selatan terdiri dari 11 kabupaten dan 2 kota yaitu, Kota Banjarbaru dan Kota Banjarmasin.
Kabupatennya yaitu Kabupaten Balangan, Banjar, Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan, Hulu
Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Kotabaru, Tabalong, Tanah Bumbu, Tanah Laut dan
Kabupaten Tapin
Konstruksi Rumah

Rumah Baanjung memiliki badan yang berbentuk lurus memanjang ke depan dengan tiang
sebagai pondasinya. Tiang merupakan pondasi utama yang sangat diperhatikan dalam
pembangunan rumah Baanjung. Untuk pondasi tiang umumnya digunakan kayu kapur naga atau
kayu galam, sedangkan untuk tiang penunjang digunakan material berupa kayu ulin.

Bubungan atap Rumah adat Kalimantan Selatan ini berbentuk segitiga dengan atap tinggi
melancip (disebut dengan Bubungan Tinggi), memanjang ke depan (disebut dengan atap Sindang
Langit) dan memanjang ke belakang (disebut atap Hambin Awan).

Rangka atap menggunakan kayu dan ditutupi dengan sirap atau rumbia. Lantainya tersusun dari
papan kayu ulin yang disebut dengan lantai jarang atau lantai ranggang. Sedangkan dindingnya
merupakan papan yang dipasang dengan posisi berdiri sehingga menempel pada tiang-tiang
rangka rumah.
Pembagian Ruangan

Rumah Baanjung terbagi atas beberapa ruangan, yaitu ruang terbuka, ruang setengah terbuka,
dan ruang dalam.

Ruang terbuka disebut juga Palatar atau teras atau Pamedangan. Terletak di bagian depan rumah
dengan luas sekitar 7 x 3 meter. Di teras ini diletakkan tempat air yang digunakan untuk
membasuh kaki sebelum masuk ke rumah.

Ruang setengah terbuka disebut juga lapangan pademangan. Ruang ini difungsikan sebagai
beranda atau teras rumah.

Ruang dalam terdiri atas beberapa bagian di antaranya pacira, panampik kacil, panampik tangah,
dan beberapa bagian lain.

1. Pacira. Terdiri dari pacira luar dan pacira dalam. Pacira luar terletak setelah pintu depan
(disebut dengan Lawang Hadapan). Pacira dalam merupakan tempat untuk menyimpan
alat-alat pertanian, alat penangkap ikan dan pertukangan.
2. Panampik kacil. Dapat ditemukan setelah lawang hadapan yang merupakan ruang tamu
dengan lantai yang lebih tinggi aripada palatar.
3. Panampik tangah. Ruangan ini merupakan ruang tamu di bagian tengah rumah dengan
lantai yang lebih tinggi daripada lantai panampik kacil.
4. Panampik basar. Merupakan ruang tamu bagian dalam dengan lantai yang lebih tinggi
daripada lantai panampik tangah.
5. Padapuran atau padu. Terletak di bagian belakang rumah yang digunakan sebagai tempat
untuk kegiatan masak-memasak dan kegiatan tumah tangga.
6. Palidangan atau Ambin dalam
7. Panampik dalam atau panampik bawah
Nilai-Nilai Filosofi

Rumah adat Kalimantan Selatan memiliki beberapa nilai filosofi, di antaranya terkait dengan
kepercayaan dan kehidupan masyarakat suku Banjar yang menjadi mayoritas di provinsi ini.
Berikut pemaparan mengenai nilai-nilai filosofis rumah adat yang satu ini.

1. Dwitunggal semesta
Pada bagian atas rumah terdapat ukiran naga yang melambangkan alam bawah dan pada bagian
atas rumah terdapat ukiran elang gading yang melambangkan alam atas. Suku Banjar
mempercayai bahwa rumah merupakan tempat sakral dimana Yang Maha Esa juga ikut tinggal
di dalamnya.

2. Payung dan pohon hayat


Jika dilihat sekilas, atap rumah adat Kalimantan Selatan berbentuk seperti payung. Hal ini
melambangkan kekuasaan dan tingkat kebangsawanan. Selain berbentuk segitiga, atap rumah
Baanjung ini juga membumbung tinggi seperti pohon hayat. Pohon hayat dipercaya sebagai
cerminan dari berbagai aspek yang menyatukan dunia.
3. Tubuh manusia
Suku Banjar mengibaratkan rumah seperti badan manusia. Bagian atap seperti kepala, badan
rumah seperti badan, tiang-tiang penyangga seperti kaki dan anjung seperti tangan kanan dan
kiri. Setiap bagian rumah dibuat simetris yang mewakili kehidupan yang seimbang, baik
kehidupan sehari-hari maupun kehidupan dalam pemerintahan.

4. Ruangan yang bersusun


Memasuki rumah adat Baanjung seperti menaiki tangga. Setiap memasuki satu ruangan maka
akan menaiki satu anak tangga, karena letak ruangan yang semakin dalam semakin tinggi
kemudian rendah ketika memasuki bagian belakang rumah. Hal ini melambangkan tata krama
Suku Banjar yang kental yang sangat menghormati si pemilik rumah.

Rumah Bubungan Tinggi atau Rumah Ba-Bubungan Tinggi adalah salah satu jenis rumah
Baanjung yaitu rumah tradisional suku Banjar di Kalimantan Selatan dan bisa dibilang
merupakan ikonnya Rumah Banjar karena jenis rumah inilah yang paling terkenal karena
menjadi maskotrumah adat khas provinsi Kalimantan Selatan. Di dalam kompleks keraton
Banjar dahulu kala bangunan rumah Bubungan Tinggi merupakan pusat atau sentral dari keraton
yang menjadi istana kediaman raja (bahasa Jawa: kedhaton) yang disebut Dalam Sirap (bahasa
Jawa: ndalem) yang dahulu tepat di depan rumah tersebut dibangun sebuah Balai Seba pada
tahaun 1780 pada masa pemerintahan Panembahan Batuah.
Rumah Bubungan Tinggi mirip Rumah tardisonal Betawi yang disebut Rumah Bapang[1], namun
pada Rumah Bubungan Tingghi dibangun dengan konstruksi panggung dan memiliki anjung
pada kiri dan kanan bangunannya.

Ukuran
Tentang ukuran tinggi, lebar dan panjang setiap rumah adat Banjar pada umumnya relatif
berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh karena ukuran pada waktu itu didasarkan
atas ukuran depa atau jengkal.
Ukuran depa atau jengkal tersebut justru diambil dari tangan pemilik rumah sendiri; sehingga
setiap rumah mempunyai ukuran yang berbeda.
Ada kepercayaan di sana yang mengatakan bahwa setiap ukuran haruslah dengan hitungan
yang ganjil bilangan ganjil.
Penjumlahan ganjil tersebut tidak saja terlihat di dalam hal ukuran panjang dan lebar, tetapi juga
sampai dengan jumlah hiasan tangga, anak tangga, layang-layang puncak dan lain-lain.
Jikalau diukur, maka panjang bangunan induk rumah adat Banjar pada umumnya
adalah 31 meter sedang lebar bangunan induk adalah 7 meter dan lebar anjung masing-
masing 5 meter.
Lantai dari permukaan tanah sekitar 2 meter yaitu kolong di bawah anjung dan palidangan;
sedangkan jarak lantai terendah rata-rata 1 meter, yaitu kolong lantai ruang palatar.

Kesimpulan :
 Dari atap termasuk teosentris karna Atap rumah Banjar Bubungan Tinggi yang
menjulang ke atas merupakan citra dasar sebuah “Pohon Hayat” yang
merupakan lambang kosmis(pencerminan dimensi-dimensi dari kesatuan semesta).
 Dari penataan ruang menggunakan simetris termasuk zaman pertengahan yaitu
teosentris karna Wujud bentuk rumah Banjar Bubungan Tinggi yang simetris terlihat
pada bentuk sayap bangunan atau anjung yang terdiri atas Ajung Kanan dan Anjung
Kiwa. Filosofi simetris (seimbang) dalam pemerintahan Kerajaan Banjar, yang membagi
kementerian menjadi Mantri Panganan (kelompok menteri kanan) dan Mantri Pangiwa
(kelompok menteri kiri).
 Dari tawing Halat/ Tiang Pembatas termasuk zaman modern yaitu antroposentris karna
Diantara ruang Panampik Basar yang bersifat semi private dengan ruang Palidangan
yang bersifat private dipisahkan oleh Tawing Halat artinya “dinding pemisah”. Tawing
Halat ini bagian tengahnya dapat dibuka sehingga seolah-olah suatu garis pemisah
transparan antara dua dunia (luar dan dalam) menjadi terbuka.
 Denah rumah Banjar Bubungan Tinggi berbentuk “tanda tambah” yang merupakan
perpotongan dari poros-poros bangunan yaitu dari arah muka ke belakang dan dari arah
kanan ke kiri yang membentuk pola denah Cacak Burung yang sakral. Ruang Palidangan
merupakan titik perpotongan poros-poros bangunan. Secara kosmologis maka disinilah
bagian paling utama dari rumah Banjar Bubungan Tinggi.
 Pada rumah Banjar Bubungan Tinggi (istana) terdapat ruang Semi Publik yaitu Serambi
atau surambi yang berjenjang letaknya secara kronologis terdiri dari surambi muka,
surambi sambutan, dan terakhir surambi Pamedangan sebelum memasuki pintu utama
(Lawang Hadapan) pada dinding depan (Tawing Hadapan ) yang diukir dengan indah.
Setelah memasuki Pintu utama akan memasuki ruang Semi Private. Pengunjung kembali
menapaki lantai yang berjenjang terdiri dari Panampik Kacil di bawah, Panampik
Tangah di tengah dan Panampik Basar di atas pada depan Tawing Halat atau "dinding
tengah" yang menunjukkan adanya tata nilai ruang yang hierarkis.
 Konstruksi logosentris karna Bubungan atap Rumah adat Kalimantan Selatan ini
berbentuk segitiga dengan atap tinggi melancip (disebut dengan Bubungan Tinggi),
memanjang ke depan (disebut dengan atap Sindang Langit) dan memanjang ke belakang
(disebut atap Hambin Awan).
Rangka atap menggunakan kayu dan ditutupi dengan sirap atau rumbia. Lantainya
tersusun dari papan kayu ulin yang disebut dengan lantai jarang atau lantai ranggang.
Sedangkan dindingnya merupakan papan yang dipasang dengan posisi berdiri sehingga
menempel pada tiang-tiang rangka rumah.
 Pembagian ruang logosentris Pacira. Terdiri dari pacira luar dan pacira dalam. Pacira luar
terletak setelah pintu depan (disebut dengan Lawang Hadapan). Pacira dalam merupakan
tempat untuk menyimpan alat-alat pertanian, alat penangkap ikan dan
pertukangan.Panampik kacil. Dapat ditemukan setelah lawang hadapan yang merupakan
ruang tamu dengan lantai yang lebih tinggi aripada palatar.Panampik tangah. Ruangan
ini merupakan ruang tamu di bagian tengah rumah dengan lantai yang lebih tinggi
daripada lantai panampik kacil.Panampik basar. Merupakan ruang tamu bagian dalam
dengan lantai yang lebih tinggi daripada lantai panampik tangah.Padapuran atau padu.
Terletak di bagian belakang rumah yang digunakan sebagai tempat untuk kegiatan
masak-memasak dan kegiatan tumah tangga.Palidangan atau Ambin dalam panampik
dalam atau panampik bawah

DAFTAR PUSTAKA
http://isalliv8.blogspot.com/2009/11/filosofi-filosofi-rumah-adat-kalimantan.html

http://kisahasalusul.blogspot.com/2016/03/rumah-adat-kalimantan-selatan.html

http://www.getborneo.com/rumah-adat-kalimantan-selatan/

https://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Bubungan_Tinggi

Anda mungkin juga menyukai