Anda di halaman 1dari 14

ARSITEKTUR TRADISIONAL KALIMANTAN

SELATAN
RUMAH BUBUNGAN TINGGI

LATAR BELAKANG
Rumah Bubungan Tinggi atau Rumah Ba-Bubungan Tinggi adalah salah satu
jenis rumah Baanjung yaitu rumah tradisional suku Banjar di Kalimantan Selatan dan
bisa dibilang merupakan ikonnya Rumah Banjar karena jenis rumah inilah yang
paling terkenal karena menjadi maskot rumah adat khas provinsi Kalimantan
Selatan. Di dalam kompleks keraton Banjar dahulu kala bangunan rumah Bubungan
Tinggi merupakan pusat atau sentral dari keraton yang menjadi istana kediaman raja
yang disebut Dalam Sirap yang dahulu tepat di depan rumah tersebut dibangun
sebuah Balai Seba pada tahaun 1780 pada masa pemerintahan Panembahan
Batuah.
Rumah Bubungan Tinggi mirip Rumah tardisonal Betawi yang disebut Rumah
Bapang, namun pada Rumah Bubungan Tingghi dibangun dengan konstruksi
panggung dan memiliki anjung pada kiri dan kanan bangunannya.
Meskipun masyarakat Banjar sekarang adalah masyarakat yang secara khusus
hidup didalam unsur keagamaan Islam, namun masih banyak sekali adat dan
budaya Banjar yang masih mempertahankan adat budaya nenek moyang Dayak
Kaharingan. Jika kita lihat maka di dalam kehidupan sehari hari
masyarakat Banjar pun masih kental akan Kaharingan meski terkadang hal itu tidak
disadari. Wajar saja, karna Kaharingan adalah kepercayaan awal
suku Dayak di Kalimantan. Bahkan ketika mereka sudah memeluk agama Islam pun,
masyarakat Banjar masih tidak bisa lepas total dari adat Kaharingan meskipun
sebagian besar telah disunting agar sesuai dengan Islam.
Rumah Banjar terdiri dari berbagai jenis dan bentuk, pemisahan jenis dan bentuk
rumah Banjar sesuai dengan filsafat dan religi yang bersumber pada kepercayaan
nenek moyang yaitu Kaharingan yang mana dalam kepercayaan suku Dayak alam
semesta yang terbagi menjadi 2 bagian, yaitu alam atas dan alam bawah.Rumah
Bubungan Tinggi merupakan lambang mikrokosmos dalam makrokosmos yang
besar. Penghuni seakan-akan tinggal di bagian dunia tengah yang diapit oleh dunia
atas dan dunia bawah. Di mana mereka hidup dalam keluarga besar, sedang
kesatuan dari dunia atas dan dunia bawah melambangkan Mahatala dan Jata.
Rumah Bubungan Tinggi melambangkan berpadunya Dunia Atas dan Dunia Bawah
di dalam Dwitunggal Semesta.
Pada peradaban agraris, rumah dianggap keramat karena dianggap sebagai tempat
bersemayam secara ghaib oleh para dewata seperti pada rumah Balai suku Dayak
Meratus yang berfungsi sebagai rumah ritual.
Pada masa Kerajaan Negara Dipa sosok nenek moyang diwujudkan dalam bentuk
patung pria dan wanita yang disembah dan ditempatkan dalam istana. Pemujaan
arwah nenek moyang yang berwujud pemujaan Maharaja Suryanata dan Puteri
Junjung Buih merupakan simbol persatuan alam atas dan alam bawah Kosmogoni
Kaharingan-Hindu.
Suryanata sebagai manifestasi dewa Matahari (Surya) dari unsur kepercayaan
Kaharingan-Hindu, matahari yang menjadi orientasi karena terbit dari ufuk timur
(orient) selalu dinantikan kehadirannya sebagai sumber kehidupan,
sedangkan Puteri Junjung Buih berupa lambang air, sekaligus lambang kesuburan
tanah.
Pangeran Suryanata sebagai perlambang "Dunia Atas" sedang Puteri Junjung
Buih sebagai perlambang "Dunia Bawah".
Pada arsitektur Rumah Bubungan Tinggi pengaruh unsur-unsur tersebut masih
dapat ditemukan. Bentuk ukiran naga yang tersamar/didestilir (bananagaan)
melambangkan "alam bawah" sedangkan ukiran burung enggang melambangkan
"alam atas".
Pohon Hayat; Wujud bentuk rumah Banjar Bubungan Tinggi dengan atapnya yang
menjulang ke atas merupakan citra dasar dari sebuah "pohon hayat" yang
merupakan lambang kosmis. Pohon Hayat merupakan pencerminan dimensi-
dimensi dari satu kesatuan semesta. Ukiran tumbuh tumbuhan yang subur pada
Tawing Halat (Seketeng) merupakan perwujudan filosofi "pohon kehidupan / Batang
Garing" di dalam kepercayaan Dayak Kaharingan.
Payung; Wujud bentuk rumah Banjar Bubungan Tinggi dengan atapnya yang
menjulang ke atas merupakan sebuah citra dasar sebuah payung yang
menunjukkan suatu orientasi kekuasaan ke atas. Payung juga menjadi perlambang
kebangsawanan yang biasa menggunakan "payung kuning" sebagai perangkat
kerajaan. Payung kuning sebagai tanda-tanda kemartabatan / kemewahan kerajaan
Banjar diberikan kepada para pejabat kerajaan di suatu daerah.
Simetris; Wujud bentuk rumah Banjar Bubungan Tinggi yang simetris, terlihat pada
bentuk sayap bangunan atau anjung yang terdiri atas Anjung Kanan dan Anjung
Kiwa yang sekilas sangat mirip dengan rumah adat Dayak Maanyan. Hal ini
berkaitan dengan filosofi simetris (seimbang) dalam pemerintahan Kerajaan Banjar,
yang membagi kementerian, menjadi Mantri Panganan (Kelompok Menteri Kanan)
dan Mantri Pangiwa (Kelompok Menteri Kiri), masing-masing terdiri atas 4 menteri,
Mantri Panganan bergelar 'Patih' dan Mantri Pangiwa bergelar 'Sang', tiap-tiang
menteri memiliki pasukan masing-masing. Konsep simetris ini tercermin pada rumah
bubungan tinggi.

STRUKTUR DAN KONTRUKSI

Konstruksi rumah adat Banjar atau rumah ba-anjung dibuat dengan bahan kayu.
Faktor alam Kalimantan yang penuh dengan hutan rimbatelah
memberikan bahan konstruksi yang melimpah kepada mereka, yaitu kayu.
Sesuai dengan bentuk serta konstruksi bangunan rumah adat Banjar tersebut maka
hanya kayulah yang merupakan bahan yang tepat dan sesuai dengan konstruksi
bangunannya.
Konstruksi pokok dari rumah adat Banjar dapat dibagi atas beberapa bagian, yaitu :
1. Tubuh bangunan yang memanjang lurus ke depan, merupakan bangunan induk.
2. Bangunan yang menempel di kiri dan kanan disebut Anjung.
3. Bubungan atap yang tinggi melancip disebut Bubungan Tinggi.
4. Bubungan atap sengkuap yang memanjang ke depan disebut atap Sindang Langit.
5. Bubungan atap yang memanjang ke belakang disebut atap Hambin Awan.

Tubuh bangunan induk yang memanjang terus ke depan dibagi atas ruangan-
ruangan yang berjenjang lantainya.

Ruangan-ruangan yang berjenjang lantainya ialah :

1. Palatar (pendopo atau teras), ruangan depan yang merupakan ruangan rumah yang
pertama setelah menaiki tangga masuk. Ukuran luas ruangan ini adalah 7 x 3 meter.
Palatar disebut juga Pamedangan.
2. Pacira, yaitu ruang antara (transisi) yang terbagi dua bagian yaitu pacira dalam dan
pacira luar. Pacira Dalam berfungsi untuk menyimpan alat pertanian, menangkap
ikan dan pertukangan. Kedua pacira ini hanya dibedakan oleh posisinya saja. Pacira
Luar tepat berada di muka pintu depan (Lawang Hadapan).
3. Panampik Kacil, yaitu ruang tamu muka merupakan ruangan yang agak kecil setelah
masuk melalui Lawang Hadapan yaitu pintu depan. Permukaan lantainya lebih tinggi
daripada lantai palatar. Ambang lantai disini disebut Watun Sambutan. Luas ruangan
ini adalah 7 x 3 meter.
4. Panampik Tangah yaitu ruang tamu tengah merupakan ruangan yang lebih luas dari
panampik kacil. Lantainya juga lebih tinggi dari ruang sebelumnya. Ambang lantai ini
disebut Watun Jajakan.
5. Panampik Basar atau Ambin Sayup, yaitu ruang tamu utama merupakan ruangan
yang menghadapi dinding tengah (Banjar: Tawing Halat). Permukaan lantainya lebih
tinggi pula dari lantai sebelumnya. Ambang Lantainya disebut Watun Jajakan, sama
dengan ambang lantai pada Panampik Tangah. Luas ruangan 7 x 5 meter.
6. Palidangan atau Ambin Dalam, yaitu ruang bagian dalam rumah yang berbatas
dengan panampik basar. Lantai palidangan sama tinggi dengan lantai panampik
basar (tapi ada juga beberapa rumah yang membuat lantai panampik basar lebih
rendah dari lantai palidangan). Karena dasar kedua pintu yang ada di tawing halat
tidak sampai ke dasar lantai maka watun di sini disebut Watun Langkahan. Luas
ruang ini 7 x 7 meter. Di dalam ruangan Palidangan ini terdapat tiang-tiang besar
yang menyangga bubungan tinggi (jumlahnya 8 batang). Tiang-tiang ini
disebut Tihang Pitugur atau Tihang Guru.
7. Panampik Dalam atau Panampik Bawah, yaitu ruangan dalam yang
cukup luas dengan permukaan lantai lebih rendah daripada lantai palidangan dan
sama tingginya dengan permukaan lantai panampik tangah. Ambang lantai ini
disebut pula dengan Watun Jajakan. Luas ruang 7 x 5 meter.
8. Padapuran atau Padu, yaitu ruangan terakhir bagian belakang bangunan.
Permukaan lantainya lebih rendah pula dari panampik bawah. Ambang lantainya
disebut Watun Juntaian. Kadang-kadang Watun Juntaian itu cukup tinggi sehingga
sering di tempat itu diberi tangga untuk keperluan turun naik. Ruangan padapuran ini
dibagi atas bagian atangan (tempat memasak) dan salaian (tempat mengeringkan
kayu api), pajijiban dan pagaduran (tempat mencuci piring atau pakaian). Luas
ruangan ini adalah 7 x 3 meter.
Tentang ukuran tinggi, lebar dan panjang setiap rumah adat Banjar pada umumnya
relatif berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh karena ukuran pada waktu itu
didasarkan atas ukuran depa atau jengkal.

Ukuran depa atau jengkal tersebut justru diambil dari tangan pemilik rumah sendiri;
sehingga setiap rumah mempunyai ukuran yang berbeda.

ada kepercayaan di sana yang mengatakan bahwa setiap ukuran haruslah dengan
hitungan yang ganjil bilangan ganjil.
Penjumlahan ganjil tersebut tidak saja terlihat di dalam hal ukuran panjang dan
lebar, tetapi juga sampai dengan jumlah hiasan tangga, anak tangga, layang-
layang puncak dan lain-lain.
Jikalau diukur, maka panjang bangunan induk rumah adat Banjar pada umumnya
adalah 31 meter sedang lebar bangunan induk adalah 7 meter dan lebar anjung
masing-masing 5 meter.
Lantai dari permukaan tanah sekitar 2 meter yaitu kolong di bawah anjung dan
palidangan; sedangkan jarak lantai terendah rata-rata 1 meter, yaitu kolong lantai
ruang palatar.

BENTUK DAN PERUANGAN RUMAH BUBUNGAN TINGGI

Tata ruang rumah tradisional Bubungan Tinggi membedakan adanya tiga jenis ruang
yaitu ruang terbuka, setengah terbuka dan ruang dalam.
Ruang terbuka terdiri dari pelataran atau serambi, yang dibagi lagi menjadi surambi
muka dan surambi sambutan.

Ruang setengah terbuka diberi pagar rasi disebut Lapangan Pamedangan.


Sedangkan ruang dalam dibagi menjadi Pacira dan Panurunan (Panampik
Kacil), Paluaran(Panampik Basar), Paledangan (Panampik Panangah) yang terdiri
dari Palidangan Dalam, Anjung Kanan dan Anjung Kiwa, serta Panampik
Padu (dapur).
Secara ringkas berikut ini akan diuraikan situasi ruang dan kelengkapannya;

Surambi

Di depan surambi muka biasanya terdapat lumpangan tempat air untuk membasuh
kaki. Pada surambi muka juga terdapat tempat air lainnya untuk pembasuhan
pambilasan biasanya berupa guci.

Pamedangan

Ruangan ini lantainya lebih tinggi, dikelilingi pagar rasi. Biasanya pada ruang ini
terdapat sepasang kursi panjang.

Pacira dan Panurunan (Panampik Kacil)

Setelah masuk Pacira akan didapatkan tanggui basar dan tanggui kacil di arah
sebelah kiri, sedangkan arah sebelah kanan terdapat pengayuh, dayung, pananjak
dan tombak duha. Di sayap kanan ruangan terdapat gayung, sandal dan terompah
tergantung di Balabat Panurunan. Sebagai perlengkapan penerangan dalam
ruangan ini terdapat dua buah lampu gantung.
Paluaran (Panampik Basar)

Ruangan ini cukup besar digunakan untuk berbagai kegiatan keluarga dan
kemasyarakatan apabila masih kekurangan ruang Tawing Halatyang memisahkan
dengan Palidangan dapat dibuka. Di bagian tengah di depan Tawing Halat ini
terletak bufet. Di atasnya agak menyamping ke kiri dan ke kanan terdapat
gantungan tanduk rusa. Di tengah ruangan terdapat dua buah lampu gantung.
Lantainya diberi lampit dan kelengkapan bergerak seperti paludahan, kapit
dan gelas, parapen, rehal.
Palidangan (Panampik Panangah)

Ruangan ini terdiri dari Paledangan Dalam dan Anjung Kiwa - Anjung Kanan. Fungsi
ruang sama dengan Paluaran, namun biasanya diperuntukkan bagi kaum wanita. Di
sini terdapat kelengkapan lemari besar, lemari buta, kanap, kendi. Lantainya diberi
hambal sebagai alas duduk.
Anjung Kanan - Anjung Kiwa

Ruang Anjung Kanan merupakan ruang istirahat yang dilengkapi pula dengan alat
rias dan perlengkapan ibadah. Sedangkan Anjung Kiwa merupakan tempat
melahirkan dan tempat merawat jenazah. Di sini juga di beri perlengkapan
seperti lemari, ranjang, meja dan lain-lain.
Padu (dapur)
Bagian Padu pada Rumah Bubungan Tingg di Desa Habirau
Di samping untuk tempat perlengkapan masak dan kegiatannya, ruang padu ini juga
digunakan untuk menyimpan bahan makanan. Perlengkapan umum yang terdapat di
dalamnya adalah dapur, rak dapur, pambanyuan, lemari, tajau, lampit dan ayunan
anak.

Bentuk arsitektur dan pembagian ruang rumah tradisional Bubungan Tinggi


mempunyai kesamaan prinsip antara satu dengan lainnya, dengan perbedaan-
perbedaan kecil yang tidak berarti.

Dari sini dapat dilihat bahwa rumah tradisional Bubungan Tinggi tersebut
mempunyai keterikatan dengan nilai tradisional masyarakatnya.

Jadi meskipun pada awalnya bentuk tersebut dimaksudkan untuk memenuhi


tuntutan fungsi dan adaptasi terhadap lingkungan, tetapi karena sifatnya yang
berulang-ulang kemudian dari bentuk fungsional tersebut berubah menjadi bentuk
yang tradisional.

ORNAMEN
Lapangan Pamedangan adalah beranda / palatar dalam yang merupakan ruang
setengah terbuka pada rumah tradisonal suku Banjar (rumah Banjar) di Kalimantan
Selatan dan sekitarnya. Ruangan Pamedangan ini termasuk bagian dari tubuh
bangunan rumah induk, biasanya tertutup dinding sisi kiri maupun kanan dan
masing-masing terdapat jendela berdaun dua. Beranda ini ada yang berukuran
cukup luas sehingga dapat diletakan meja tamu antik dan di ujung kiri dan kanan
masing-masing diletakkan kursi goyang. Di depan atau sebelah luar Pamedangan
terdapat teras rumah yang disebut Surambi Sambutan atau
Ambin. Pamedangan berasal dari kosa kata bahasa Banjar yaitu mamedang (=
duduk bersantai di serambi), sedangkan Paseban dari kosa kata seba yaitu ruang di
mana rakyat menghadap kepada para Pangeran (jika di keraton berwujud bangunan
yang disebut Balai Seba).
Pamedangan adalah tempat duduk beristirahat sore maupun malam hari. Di tempat
ini terdapat sepasang kursi panjang yang diukir dan dilapis dengan tilam kampikan.

Antara ruang Pamedangan yang dindingnya terbuka dan ruang Panampik Kacil
dalam rumah terdapat Tawing Hadapan. Varian pada tipe lainnya pada sisi kanan
maupun kiri Pamedangan berupa dinding tertutup dengan jendela berdaun dua.
Langit-langit Pamedangan pada rumah Bubungan Tinggi tidak memakai plafon tetapi
pada jenis rumah Banjar lainnya memakai plafon yang disebut galadak dengan
ornamen yang dilukis. Pada langit-langit Pamedangan digantung dua buah lampu
antik. Pada jenis rumah Banjar lainnya dapat mencapai 3 buah titik lampu.
Bagian-bagian Surambi Pamedangan/Lapangan Pamedangan :

1. Kandang Rasi
2. Sungkul Tangga
3. Tawing Hadapan

Kandang Rasi adalah pagar keliling (railings)


serambi/Pamedangan pada rumahtradisional suku Banjar (rumah Banjar)
di Kalimantan Selatan. Pada ruang serambi/Pamedangan ini biasanya diberi pagar
terdiri dari susunan papan berukir dengan ornamen yang indah. Motif yang
digunakan biasanya berupa kembang bogam atau bentuk geometris. Pada rumah
Melayu, Kandang Rasi disebut pagar susur.

Sungkul Tihang Tangga adalah bagian atas dari tonggak pegangan tangga (tiang
tangga) pada rumah Banjar di Kalimantan Selatan, biasanya berupa ukiran utuh
(tatah babuku) dengan motif buah kanas (nenas),
buah manggis, tumbuhan dan swastika.

Tawing Hadapan adalah sisi dinding depan rumah tadisional Suku Banjar (Rumah
Banjar) di Kalimantan Selatan.
Pada rumah Bubungan Tinggi pada bagian Tawing Hadapan terdapat :
Lawang Ari
Jurai Lawang
Dahi Lawang
Lawang Hadapan
Watun Sambutan yang berukir
Tataban Kancang yang berukir

Lawang Ari adalah pintu setengah yang terbuka sisi atasnya, pintu ini terletak di
sebelah depan dari pintu masuk (Lawang Hadapan) rumah tradisional suku
Banjar (rumah Banjar di Kalimantan Selatan. Lawang Ari berdaun dua dan
membuka ke arah depan. Sedangkan Daun pintu pada Lawang Hadapan
membukake arah dalam rumah. Lawang Ari berupa railing (jeruji) tegak yang
dihiasi dengan ukiran ornamen-ornamen khas Banjar. Pada ambang atas
Lawang Ari terdapat Jurai Lawang dan di atas Jurai Lawang terdapat Dahi
Lawang.
Lawang Ari pada rumah Bubungan Tinggi dan rumah Gajah Baliku berjumlah
satu buah.
Dalam perkembangannya Lawang Ari berjeruji ini diganti dengan pintu jalusi
namun tetap dari material kayu dalam rumah modern sekarang ini diganti dengan
pintu berteralis.

Jurai Lawang adalah suatu bentuk melengkung setengah lingkaran atau bulan sabit
dengan ornamen mirip tirai terbuka terdapat pada ambang atas rangka pintu
pada rumah Baanjung yang merupakan rumah adat suku Banjar di Kalimantan
Selatan.
Jurai Lawang biasanya berupa ornamen ukiran tumbuhan atau geometris dengan
kombinasi tali bapintal, sulur-suluran, bunga-bunga dan kaligrafi Arab. Tulisan
dengan bentuk berganda atau berpantulan dengan komposisi dapat dibaca dari arah
kiri ke kanan dan arah kanan ke kiri.

Di sebelah atas Jurai Lawang terdapat Dahi lawang (ventilasi pintu)


Ukiran melengkung pada bagian atas rangka pintu yang disebut Jurai Lawang.

Jurai pada atas bagian tengah tawing halat.

Dahi lawang adalah ventilasi pintu pada rumah tradisional suku Banjar (rumah
Banjar) di Kalimantan Selatan. Dahi Lawang biasanya berupa ornamen ukiran
tumbuhan atau geometris. Sedangkan ukiran melengkung pada ambang atas rangka
pintu disebut Jurai Lawang.

Model ventilasi pintu (dahi lawang) dengan motif tumbuhan dan kaligrafi berpantulan
pada rumah Bubungan Tinggi Wasaka di Kampung Kenanga, Banjarmasin.

Model ventilasi pintu (dahi lawang) pada rumah Balai Laki di Kuin Utara,
Banjarmasin.

Dahi lawang berupa ornamen jambangan dan tumbuhan pada Rumah Gajah
Manyusu di Kuin Utara, Banjarmasin Utara, Banjarmasin.
Lawang Hadapan adalah pintu depan rumah tradisional suku Banjar (rumah Banjar)
di Kalimantan Selatan. Lawang Hadapan (pintu depan) dihiasi dengan ukiran
ornamen-ornamen khas Banjar.
Lawang Hadapan pada rumah Bubungan Tinggi dan rumah Gajah Baliku berjumlah
satu buah, sedangkan pada jenis rumah Banjar lainnya dapat terdiri atas satu, dua
atau tiga buah.[1] Jika terdiri tiga buah pintu depan maka yang di tengah dibuat lebih
besar dan disebut Lawang Agung.
Lawang biasanya terdiri dua pasang, di sisi dalam membuka ke dalam dan di sisi
luar membuka keluar. Yang membuka keluar disebut Lawang Ari biasanya
berbentuk pintu jeruji atau pintu jalusi.

Watun Sambutan adalah ambang lantai yang terletak di antara Ruang Panampik
Kacil dengan Ruang Pamedangan (Paseban). Sedangkan ambang lantai yang
terletak di antara Ruang Panampik Kacil dengan Ruang Panampik Tangah
disebut Watun Jajakan. Demikian pula ambang lantai yang terletak di antara Ruang
Panampik Tangah dengan Ruang Panampik Basar disebut Watun Jajakan.

Tataban Kancang adalah suatu jenis tataban yang terletak di sepanjang bagian
bawah Tawing Halat (dinding tengah) pada Rumah Bubungan
Tinggi atau rumah tradisional suku Banjar (rumah Banjar) di Kalimantan Selatan.
Tataban Kancang juga diberi hiasan ornamenukiran dengan motif flora atau
geometris seperti gagatas, jambangan bunga.
CIRI KHAS/TIPOLOGI RUMAH BUBUNGAN TINGGI
Menurut Tim Depdikbud Kalsel, ciri-ciri rumah bubungan tinggi ialah:

1. Atap Sindang Langit tanpa plafon

2. Tangga Naik selalu ganjil


3. Pamedangan diberi Lapangan kelilingnya dengan Kandang Rasi berukir

Atap Bubungan Tinggi adalah bumbungan atap rumah Banjar yang merupakan atap
pelana dengan sudut 45 pada posisi melintang yang menutupi ruang induk yang
disebut Palidangan atau Panampik Panangah.
Kontruksi Atap Bubungan Tinggi tersebut ditopang oleh 8 buah tiang utama (Tihang
Pitugur) yang menyangga konstruksi kuda-kuda atap utama disebut Sangga Ribut.
Ruang Palidangan ini secara kosmologis merupakan pusat rumah atau titik tengah
rumah, yang secara filosofi merupakan ruang yang paling penting (privat). Susunan
ke 8 buah Tihang Pitugur atau Saka Guru yang membentuk konstruksi utama
bangunan inilah yang menyangga kuda-kuda atap utama. Ke-8 buah tiang inilah
yang didirikan terlebih dahulu, setelah itu barulah tiang-tiang lainnya.
Rumah adat Banjar yang menggunakan atap Bubungan Tinggi dinamakan Rumah
Bubungan Tinggi yaitu jenis rumah bernilai paling tinggi di antara jenis-jenis rumah
Banjar karena merupakan jenis rumah yang dipergunakan sebagai
kediaman Sultan dalam suatau kompleks keraton.
Atap Bubungan Tinggi terletak di antara atap Pisang Sasikat yang menutupi kedua
buah Anjung. Di sebelah depan atap Bubungan Tinggi disebut atap Sindang Langit,
sedangkan di belakang atap Bubungan Tinggi disebut atap Hambin Awan. Tetapi
untuk rumah Gajah Balikuatap di sebelah depan atap Bubungan Tinggi disebut atap
Gajah (atap perisai).

Sindang Langit adalah atap sengkuap pada teras rumah Banjar di Kalimantan
Selatan, sedangkan pada rumah Bubungan Tinggi keseluruhan atap yang
menutupi Palatar, Panampik Kacil, Panampik Tangah, dan Panampik
Basar disebut Bubungan Sindang Langit atau Atap Sindang Langit.

Atap sengkuap pada emper depan yang disebut Sindang Langit pada rumah
Palimbangan di Martapura, Banjar.

Bumbungan atap sengkuap pada atap depan Rumah Bubungan Tinggi yang
disebut Sindang Langit. Karena atap yang melandai ke depan maka ruang-ruang
rumah ini lantainya berjenjang mengarah ke bawah (depan)
Hambin Awan adalah bumbungan atap sengkuap (lessenaardak) yang melandai ke
arah belakang menutupi ruang Panampik Dalam/Panampik Bawah pada rumah
Banjar (Rumah Bubungan Tinggi).

Panampik Kacil atau Panurunan adalah ruang tamu muka pada Rumah Bubungan
Tinggi yang terletak di depan pintu masuk. Ruang Panampik Kacil termasuk dalam
Kelompok ruang tamu.
Sebelum memasuki ruangan ini terdapat sebuah Pacira di belakang Lawang
Hadapan. Tingginya sama dengan Watun Sambutan selebar Lawang Hadapan.
Pacira dipakai sebagai tempat untuk menyimpan alat perikanan, pertukangan dan
sebagainya.

Pada mulanya Ruang Panampik Kacil atau Panurunan ini berfungsi sebagai
lumbung padi (kindai) yaitu tempat menyimpan bahan makanan dalam waktu lama
serta peralatannya.

Ruang ini dibatasi dengan pagar di kiri dan kanannya sehingga menjadi lorong yang
menghubungkan Palatar dan ruang Panampik Tangah.
Dalam perkembangan selanjutnya ruang ini tidak lagi untuk penyimpanan padi.
Lumbung padi dipindahkan ke Padapuran. Pada sisi kiri dan kanan terdapat jendela.
Peralatan yang terdapat pada ruang ini :

1. Tempat tanggui (caping) besar dan kecil


2. Tempat peralatan angkutan sungai seperti dayung, pananjak, dll
3. Tombak duha
4. Tempat gayung mandi, sandal, dll
5. Lampu gantung kecil
6. Pacira
7. Hasil pertanian

Jika ada kenduri atau selamatan, ruang ini merupakan tempat duduk berkumpul
para anak-anak laki-laki.

Panampik Tangah adalah ruang pada Rumah Bubungan Tinggi yang terletak di
antara ruang Panampik Kacil dan Panampik Basar.
Ruang ini lebih luas dari ruang Panampik Kacil. Lantainya lebih tinggi dan pada
ambang lantainya terdapat Watun Jajakan
Jika ada selamatan pada ruang ini merupakan tempat duduk berkumpul kaum
pemuda sedesa.

Paluaran adalah ruang tamu utama pada bagian dalam rumah Banjar yang
bersifat Semi Private.
Pada Rumah Banjar tipe Rumah Palimasan, Rumah Cacak Burung, Rumah Gajah
Baliku, Rumah Balai Bini, dan Rumah Tadah Alas untuk Ruang Paluaran dinamakan
ruang Ambin Sayup, dikarenakan ruang Paluaran tersebut ditutupi oleh model atap
berjurai luar atau beratap perisai yang juga dinamakan atap Ambin Sayup.
Khusus pada Rumah Bubungan Tinggi, Ruang Paluaran terbagi menjadi tiga bagian
yang berjenjang namun tidak bersekat terdiri dari ruang Panampik Kacil di bawah,
ruang Panampik Tangah di tengah dan ruang Panampik Basar di atas, yang
menunjukkan adanya tata nilai ruang yang hierarkis.
Pada tipe Rumah Bubungan Tinggi, ruang Panampak Basar menghadap Tawing
Halat(dinding tengah) yang dipenuhi dengan ornamen ukiran. Permukaan lantainya
lebih tinggi dari ruang Panampik Tangah. Ambang lantainya disebut Watun Jajakan.
Ruang Panampik Basar berfungsi untuk menempatkan tamu yang berkunjung dan
tempat kegiatan lainnya seperti selamatan, pertunjukkan Wayang Kulit Banjar,
upacara Mambari Makan Tahun, Haul dan sebagainya.
Sering pada lantai di kaki tataban pinggir (sinta) dinding kiri dan kanan Paluarannya
dilapisi tilam kampikan dari beludru atau kain-kain berwarna lainnya. Di atas tilam
gander satu ini orang duduk bersila sambil bersandar di tataban.

Pada langit-langit ruang Panampik Basar digantung dua buah lampu gantung besar
(lampu antik) yang berfungsi sebagai alat penerangan ruangan pada waktu malam
hari.

Di tengah-tengah Tawing Halat (dinding tengah) dipajang sebuah cermin besar dan
di depannya diletakkan sebuah bufet. Bagian tengah Tawing Halat ini dipasang
papan yang dapat dilepas sewaktu-waktu jika diperlukan sehingga Ruang Panampik
Basar dan Ruang Palidangan/Panampik Panangah yang ada di sisi dalam menjadi
ruangan yang menyatu.
Pada bagian kiri dan bagian kanan Tawing Halat (dinding tengah) biasanya
digantung tanduk menjangan dan sepasang tempat kopiah.
Jendela terdapat pada sisi kiri dan kanan ruangan dengan tetada.

Lantai ruang Panampik Basar pada umumnya dipasang tikar lampit rotan juran tiga
bebujur.

Peralatan pada ruang ini:

1. Lampu gantung besar


2. Cermin besar dan bufet di depannya
3. Gantungan dari tanduk menjangan dan sepasang sangkutan kopiah
4. Jendela dengan tetadanya

Anda mungkin juga menyukai