Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH KELAINAN MALOKLUSI DENTAL I

“Pencegahan Maloklusi dan Perawatan


Interseptif Pada Anak”

1. Tri Fitria Nabila 201911171 6. Yustisi Dwinda P 201911177


2. Vina Herawati 201911172 7. Zahro R F 201911178
3. Tri Lanang W 201911173 8. Zendra Rio M 201911179
4. Vyra Annisa 201911174 9. Zhene A 201911180
5. Yemima Baby R 201911175 10. Farhany Sefina K 201911181

Disusun oleh kelompok 3:


Kelas: F/ Semester IV
Fasilitator:
drg. Ayu Sukma, SpOrt
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat serta kasih karunia-Nya sehingga kami mendapatkan
kemudahan dalam menyusun dan menyelesaikan tugas yang ada tepat tepat pada
waktunya. Judul dari makalah yang telah kami susun ini adalah “Pencegahan
Maloklusi dan Perawatan Interseptif Pada Anak”.
Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah KELAINAN MALOKLUSI
DENTAL I mengenai pencegahan maloklusi dan perawatan interseptif pada anak,
yang mana dengan tugas ini kami mahasiswa/i dapat mengetahui lebih jauh dan
menguasai semua pencapaian akhir materi yang diharapkan oleh para dosen.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah bersama-
sama membantu dan mengerjakan makalah ini sehingga bisa terselesaikan dengan
baik. Dan juga kepada semua pihak yang telah membagi sebagian dari
pengetahuannya sehingga makalah ini bisa terlengkapi.
Kami berharap, dengan adanya makalah ini, materi mengenai pencegahan
maloklusi dan perawatan interseptif pada anak menjadi lebih mudah dipahami dan
dimengerti secara lebih mendalam. Semoga makalah kami bisa menjadi salah satu
sarana atau media untuk mempelajari dan mempermudah pembaca yang ingin
mempelajari topik pembahasan dari makalah yang telah kami susun.

Jakarta, 20 Maret 2021

Kelompok 3/Kelas F

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................... ii

BAB I

PENDAHULUAN .............................................................................. 4

Latar Belakang ...................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 5

2.1 Anterior Crossbite .......................................................... 5

2.2 Oral Habit dan Penanganannya ..................................... 20

BAB III PENUTUP ........................................................................... 42

3.1 Kesimpulan .................................................................... 42

3.2 Saran .............................................................................. 43

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 44

3
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Menurut Noyes (1911) Ortodonti adalah ilmu yang mempelajari hubungan
gigi-gigi terhadap perkembangan muka dan memperbaiki akibat pertumbuhan yang
tidak normal (menyangkut ilmu anatomi dan biologi). Ilmu ortodonti itu sendiri
terbagi menjadi tiga yaitu ilmu ortodonti pencegahan, ilmu ortodonti interseptif,
dan ilmu ortodonti kuratif. Ilmu ortodonti pencegahan adalah ilmu yang
mempelajari segala macam usaha untuk mencegah terjadinya kelainan oklusi
(maloklusi). Ilmu ortodonti pencegahan merupakan bagian dari ilmu kedokteran
gigi pencegahan (Preventive Dentistry). Berbeda dengan cabang ilmu kedokteran
gigi yang lain yang memerlukan perawatan singkat, ilmu ortodonti pencegahan
memerlukan perawatan dalam jangka waktu yang lama sebab akan berlangsung
secara terus menerus mengikuti waktu pertumbuhan dan perkembangan
dentofasial.

Ortodonti pencegahan merupakan suatu tindakan yang dinamis, yang mana


tindakannya terjadi terus menerus dan disiplin bagi dokter gigi dan pasiennya.
Sedangkan, perawatan ortodontik interseptif adalah suatu prosedur ortodontik yang
dilakukan pada maloklusi yang baru atau sedang dalam proses terjadi dengan tujuan
memperbaiki ke arah oklusi normal (intercept: mencegah atau menghalangi).
Perbedaan antara ortodontik preventif dengan ortodontik interseptif adalah pada
waktu tindakan dilakukan. Ortodontik preventif dilakukan apabila diperkirakan ada
keadaan yang akan menyebabkan terjadinya suatu maloklusi sedangkan ortodontik
interseptif adalah suatu tindakan yang harus segera dilakukan (fait accompli) karena
terdapat suatu gejala atau proses terjadi maloklusi walau dalam tingkatan yang
ringan sehingga maloklusi dapat dihindari atau tidak berkembang. Pada makalah
ini kami akan membahas mengenai contoh pencegahan maloklusi pada anak,
anterior crossbite dan perawatan interseptif untuk oral habit.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anterior Crossbite


Pencegahan Maloklusi dan Perawatan Interseptif Ortodonti Pada Anak
Maloklusi adalah suatu bentuk oklusi yang menyimpang dari bentuk standar
yang diterima sebagai bentuk normal. Oklusi dikatakan normal jika susunan gigi
dalam lengkung teratur baik serta terdapat hubungan yang harmonis antara gigi atas
dan gigi bawah. Maloklusi sebenarnya bukan suatu penyakit tetapi bila tidak
dirawat dapat menimbulkan gangguanpada fungsi pengunyahan, penelanan, bicara,
dan keserasian wajah, yang berakibat pada ganguan fisik maupun mental.1

Anak yang mengalami maloklusi merasa tidak membutuhkan perawatan


dikarenakan motivasi anak usia sekolah untuk merawat giginya masih sangat
kurang sehingga peran orangtua sangat dibutuhkan dalam usia tumbuh kembang
anak. Sebagian besar orang mengetahui akan perlunya perawatan ortodonsi untuk
mencegah terjadinya maloklusi akan tetapi hanya sebagian kecil yang mengetahui
penyebab serta tanda-tanda akan timbulnya maloklusi. Akibatnya potensi
timbulnya maloklusi masih tetap tinggi.2

Pengetahuan orangtua tentang kesehatan gigi dan mulut baik itu preventif,
kuratif maupun rehabilitatif diperoleh dari informasi yang diterima dari interaksi
sosial dan kemudian menjadi stimulus yang akan membentuk perilaku individu
dalam menjaga kesehatan gigi. Tidak semua orangtua dapat menerima informasi
tersebut dengan mudah, hal itu berkaitan dengan tingkat pendidikan yang dimiliki
oleh orangtua, dengan tingkat pendidikan yang tinggi orangtua akan cenderung
menggali informasi serta memahami dengan lebih baik tentang masalah gigi yang
ada kemudian akan meningkatkan partisipasi perawataan gigi anak.2

5
Perawatan ortodonti interseptif adalah perawatan ortodonti yang dilakukan
dalam masa pertumbuhan atau dalam masa periode gigi bercampur dengan tujuan
untuk memperbaiki relasi rahang. Perawatan ortodonti interseptif digunakan untuk
memperbaiki profil wajah sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri,
menghilangkan kebiasaan buruk, perawatan ini membutuhkan biaya yang relatif
lebih sedikit apabila diperlukan perawatan yang lebih lanjut, membantu erupsi gigi
normal, memperbaiki pola pertumbuhan dan dapat mengurangi keparahan
maloklusi. Ortodonti interseptif dapat dikatakan sebagai prosedur perawatan yang
dapat mengeliminasi keparahan derajat maloklusi yang sedang berkembang dengan
tujuan untuk meminimalkan perawatan yang dibutuhkan. 3

Indeks Kebutuhan Perawatan Ortodonti Interseptif (IKPO-I) merupakan


suatu alat penilaian kuantitatif yang memberikan skor spesifik pada setiap
gambaran maloklusi. IKPO-I dibuat dengan tujuan untuk dapat digunakan sebagai
alat penapisan kebutuhan perawatan ortodonti interseptif pada anak periode gigi
bercampur. IKPO-I terdiri dari 18 indikator untuk mengetahui kebutuhan perawatan
ortodonti interseptif pada anak usia 8-11 tahun dalam masa periode gigi becampur.3

1. Crossbite Anterior
Crossbite anterior dentoalveolar merupakan linguoversi dari satu atau lebih
gigi anterior rahang atas dengan hasil "penguncian" di belakang gigi mandibula
yang berlawanan dalam penutupan penuh (Gambar 1.1).4

Gambar 1.1 Contoh crossbite anterior dentoalveolar dengan gigi insisivus sentral
rahang atas yang terkunci ke lingual. Malposisi dengan hasil oklusi traumatis dalam
perpindahan ke depan dari gigi seri bawah dan pengupasan jaringan gingiva.4

6
Crossbite anterior biasanya merupakan maloklusi yang didapat akibat faktor
etiologi lokal (misalnya, gigi seri primer yang terlalu banyak ditahan) yang
mengganggu posisi erupsi normal dari gigi anterior rahang atas. Dalam beberapa
kasus selama gerakan penutupan, kontak prematur akibat malposisi lingual dapat
mengakibatkan deviasi mandibula ke depan untuk menghasilkan penutupan penuh
yang "mengunci" segmen anterior dalam postur gigitan silang yang melibatkan
banyak gigi. Pola otot yang didapat seperti itu disebut sebagai maloklusi pseudo-
Kelas III karena mandibula bergeser dari hubungan Kelas I ke Kelas III selama
penutupan (Gambar 1.2). Dalam kebanyakan kasus, crossbite anterior
dentoalveolar terlokalisasi dengan atau tanpa perpindahan rahang bawah harus
ditangani segera setelah ditemukan. Perawatan yang tertunda dapat menyebabkan
komplikasi serius seperti hilangnya dimensi lengkung dan garis tengah asimetris,
oklusi traumatis dengan pengupasan jaringan gingiva pada aspek labial gigi bawah,
keausan pada gigi seri yang terlibat, dan pola pertumbuhan yang tidak diinginkan
jika terjadi pergeseran fungsional. Yang penting, pada tahap perkembangan
selanjutnya, tidak hanya diagnosis banding menjadi lebih sulit tetapi juga
mekanisme koreksi menjadi lebih kompleks dengan hasil yang kurang dapat
diprediksi. Desain alat yang sederhana biasanya cukup untuk mengoreksi crossbite
anterior dentoalveolar.4

Gambar 1.2 Gigi insisivus sentral yang bergeser secara lingual dapat
menyebabkan interferensi oklusal pada penutupan yang mengakibatkan
pergeseran fungsi anterior mandibula (maloklusi pseudo-Kelas III). A,
Interkuspasi maksimum setelah pergeseran anterior rahang bawah. B, Kontak
pertama dengan gangguan gigi seri ujung ke ujung. C, malposisi gigi seri rahang
atas dari lingual ke bentuk lengkung.4

7
1.1 Diagnosis Crossbite Anterior
Diagnosis harus dibuat dengan mempertimbangkan temuan klinis berikut. 4
1) Jumlah gigi yang terlibat.
Keterlibatan satu atau dua gigi seri biasanya mewakili gigitan silang
gigi, meskipun kemungkinan perpindahan fungsional meningkat karena
lebih banyak gigi yang terlibat. Kecurigaan maloklusi skeletal tumbuh
secara proporsional dengan jumlah gigi pada gigitan silang.
2) Kecenderungan gigi seri rahang atas dan rahang bawah.
Gigitan silang dentoalveolar dan fungsional biasanya menunjukkan
inklinasi gigi insisivus rahang atas ke lingual dan normal hingga sedikit
labioversi gigi seri bawah sebagai respons terhadap gangguan insisal.
Pada maloklusi Kelas III skeletal sejati, gigi seri bawah mengalami
retroslinasi, sedangkan gigi seri rahang atas biasanya menunjukkan
inklinasi normal hingga proklinasi.
3) Pola penutupan rahang bawah dan profil wajah.
Dalam crossbite dentoalveolar, profil wajah dan oklusi bukal harus
menunjukkan neutroklusi saat istirahat, kontak pertama, dan penutupan
penuh, dengan jaringan lunak menutupi malposisi gigi. Setiap
perpindahan rahang bawah harus dapat diamati sebagai pergeseran dari
neutroklusi ke pola bukal Kelas III “memperburuk” profil normatif saat
istirahat menjadi prognatisme nyata dalam penutupan penuh. Jika anak
dapat dengan mudah menggigit dengan posisi gigi seri dari ujung ke
ujung tanpa manipulasi rahang yang terarah, bukti pergeseran ke depan
dari mandibula dikonfirmasi. Maloklusi skeletal Kelas III harus
menutup dengan pola halus tanpa gangguan anteroposterior. Mesioklusi
posisi molar dan prognatisme profil harus tetap ada setiap saat.
4) Penampilan keluarga.
Jika terdapat kondisi dentofasial yang serupa, probabilitas meningkat
bahwa kasus tersebut melibatkan masalah kerangka yang berasal dari
genetik daripada maloklusi lokal.

8
5) Analisis sefalometri.
Penilaian sefalogram lateral biasanya dapat memastikan gambaran
pemeriksaan klinis. Menyadari bahwa perpindahan anterior dapat
menunjukkan pengukuran sefalometri yang menunjukkan prognatisme
mandibula ketika cephalogram diperoleh dengan oklusi penuh, klinisi
harus menganalisis cephalogram hubungan sentris atau analisis overlay
posisi istirahat dan penelusuran oklusal penuh untuk menentukan
hubungan kerangka yang sebenarnya. Pola kemiringan gigi seri atas dan
bawah merupakan faktor kunci dalam penilaian ini.

Keputusan untuk mengoreksi anterior crossbite pada gigi sulung adalah


keputusan yang sulit. Dokter harus menentukan apakah gigitan silang tersebut
bersifat kerangka atau gigi. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah jumlah
gigi yang terlibat, adanya pergeseran mandibula, dan usia pasien.5 Didiagnosis
pada gigi transisi, crossbite anterior dentoalveolar dengan atau tanpa displacement
mandibula biasanya didekati dari sudut pandang bahwa diskrepansi primer
melibatkan satu atau lebih gigi anterior rahang atas dalam linguoversi. Setiap
inklinasi labial dari gigi seri bawah adalah sebagai respons terhadap malposisi atas.
Ini menyederhanakan pengobatan, dalam koreksi tersebut diarahkan ke gerakan
labial gigi-geligi insisivus rahang atas yang bergeser untuk "melompati" gigitan.
Setelah posisi gigi seri rahang atas normal tercapai, proklinasi gigi seri bawah
biasanya mengoreksi diri dengan pembentukan overbite dan overjet normal.4

Penelitian telah menunjukkan bahwa resesi gingiva di segmen anterior


bawah membaik secara spontan setelah koreksi gigitan silang. Dalam kebanyakan
kasus, pengangkatan oklusi traumatis memungkinkan tingkat perlekatan normal
dipertahankan tanpa perlu prosedur perawatan periodontal khusus. Jika dapat
diasumsikan bahwa faktor etiologi lokal seperti gigi seri primer yang kelebihan
retensi telah dieliminasi, salah satu dari beberapa metode pengobatan dapat dipilih. 4

9
1.2 Jenis – Jenis Crossbite Anterior Gigi Bercampur
Tiga jenis gigitan silang anterior dapat muncul pada gigi bercampur.7
1) Gigi Seri Ektopik
Gigi seri dapat tumbuh secara ektopik baik secara palatalis di rahang
atas atau secara labial di rahang bawah hingga terjadi hubungan
crossbite pada oklusi sentrik. Ini dapat terjadi pada anak dengan
hubungan kerangka yang seimbang. Perawatan dini diperlukan jika ada
penyimpangan pada pembukaan dan/atau penutupan atau jika ada oklusi
traumatis atau masalah periodontal.
2) Maloklusi Skeletal Kelas III
Maloklusi skeletal Klas III berhubungan dengan defisiensi transversal
maksila dan anteroposterior ditambah dengan mandibula prognatik.
Pasien yang memiliki komponen utama defisiensi rahang atas dan
sedikit pertumbuhan vertikal dapat berhasil diobati dengan intervensi
ortopedi dini. Ini termasuk ekspansi rahang atas yang cepat, protraksi
rahang atas dan terapi cup dagu rahang bawah. Pasien kelas III
memerlukan tindak lanjut dan intervensi hingga usia 20 tahun atau lebih,
sampai pertumbuhan mandibula selesai.
3) Maloklusi Pseudo Kelas III (Gambar 1.3)
Pola ini terjadi ketika ada pola penutupan mandibula yang biasa
sehingga mandibula masuk ke dalam gigitan protrusif dan dengan
demikian gigitan silang gigi seri menghindari oklusi traumatis dengan
posisi lingual dari satu atau lebih gigi seri rahang atas. Dengan demikian,
pergeseran anterior rahang bawah dapat mempengaruhi pertumbuhan
rahang atas dan rahang bawah dengan adaptasi otot yang tidak
diinginkan. Kasus-kasus ini ditangani lebih sederhana karena gerakan
utama yang diperlukan adalah untuk proklinasi gigi seri rahang atas
dengan alat lepasan atau bidang miring sampai pasien dapat menutup
dengan nyaman ke posisi retusi.

10
Gambar 1.3 Maloklusi semu Kelas III, di mana anak menonjol ke
dalam gigitan silang untuk menghindari gangguan anterior.7

1.3 Faktor Crossbite Anterior


Ini dilakukan setelah evaluasi faktor keputusan biomekanik seperti berikut
ini:4
1) Posisi gigi seri dan ruang yang tersedia.
Jika tersedia ruang, opsi dapat diarahkan ke gerakan tipping sederhana
yang diarahkan ke labial dari gigi seri rahang atas yang terlibat. Ini
terutama berlaku jika akar gigi lingual berada pada posisi relatif yang
sama seperti yang akan ditempati pada oklusi normal. Jika ruang tidak
tersedia atau dengan perpindahan gigi tubuh yang lebih besar, peralatan
Edgewise mungkin diperlukan untuk menciptakan ruang dan
menyediakan gerakan ortodontik yang terkontrol.
2) Tahap letusan.
Jika gigi insisivus rahang atas yang mengalami erupsi aktif, perawatan
dapat menggunakan teknik leveraging sederhana untuk mengarahkan
gigi maju ke posisi yang dapat diterima. Jika gigi erupsi sepenuhnya,
kekuatan oklusi biasanya tidak memungkinkan pemanfaatan jalur erupsi
yang sederhana. Kekuatan terarah untuk mempengaruhi reposisi labial
dari gigi anterior rahang atas yang terlibat akan dibutuhkan.

11
3) Tingkat overbite.
Selama perawatan, bidang gigitan oklusal sering diusulkan untuk
menghilangkan gangguan gigitan berlebih selama gerakan labial.
Sementara ini diinginkan dalam penggunaan peranti lepasan dan yang
dilengkapi bracketing labial pada gigi yang terlibat, ruang bebas
hambatan 3 sampai 4mm pada posisi istirahat dan penggunaan gaya
terarah lingual dari alat cekat meniadakan kebutuhan untuk menggigit-
pembukaan untuk mencapai gerakan labial yang sukses di sebagian
besar situasi klinis. Pengecualian melibatkan kasus yang menunjukkan
overbite lebih dari 5mm yang melampaui ruang jalan bebas hambatan.
Overbite memiliki dampak yang lebih besar pada retensi, karena
overbite positif akan mempertahankan posisi gigi seri setelah dikoreksi.

Selain faktor-faktor ini, kerjasama pasien dan orangtua serta preferensi


pribadi dari klinisi menjadi pertimbangan dalam mekanisme pengobatan.
Pendekatan pengobatan terdiri dari dua tipe umum:
1) Panduan insisal pasif yang, selama penutupan mandibula, mengarahkan
atau "meningkatkan" kemiringan anterior rahang atas dalam orientasi
labial.
2) Peralatan aktif yang menggunakan gaya ortodontik terarah untuk
mencapai reposisi labial dari gigi anterior rahang atas.4

1.4 Perawatan Crossbite Anterior


Perawatan yang diperlukan untuk oklusi Kelas III dan gigitan silang anterior
akan bergantung pada tingkat keparahan maloklusi dan sejauh mana hal itu
menyebabkan ketidakpuasan bagi pasien. Gigitan silang anterior dentoalveolar
biasanya dapat dibiarkan tanpa perawatan pada gigi sulung kecuali jika
menyebabkan efek negatif pada kondisi ruang.6
1) Terapi Tongue Blade/Popsicle Stick
Anak-anak yang kooperatif sering kali dapat memperbaiki crossbite
anterior terlokalisasi menggunakan efek wedging dari bilah lidah atau

12
stik es krim (Gambar 1.4). Gigi pada erupsi awal dengan tingkat
penguncian minimal seringkali dapat direposisi dalam waktu 24 hingga
72 jam. Anak diinstruksikan untuk meletakkan tongkat di belakang gigi
yang terkunci dan, dengan menggunakan dagu sebagai tumpuan,
menekan gigi ke arah labial. Prosedur ini dilakukan dalam kelipatan 15
hingga 30 menit pada waktu setidaknya beberapa jam pengikatan.
Keuntungan nyata dari teknik ini adalah bahwa "koreksi diri"
menghindari biaya dan waktu yang terkait dengan terapi alat. Teknik ini
sangat tergantung pada frekuensi, durasi, dan keakuratan yang digunakan
anak dalam menggunakan tongkat pengungkit terhadap gigi seri yang
sedang tumbuh. Meskipun masih mungkin untuk mengoreksi gigitan
silang yang sudah ada dengan terapi bilah lidah yang intens, perawatan
ini sangat tidak mungkin jika gigi tumbuh menjadi gigitan silang penuh. 4

Gambar 1.4 A, Gigi seri sentral yang erupsi sebagian dengan tingkat
overbite dan penguncian lingual yang minimal. B, Pisau lidah digunakan
untuk memberikan tekanan yang diarahkan ke labial pada gigi seri yang

13
terkunci ke lingual. C, Koreksi gigitan silang dilakukan dengan bilah
lidah.4

2) Lower incline plane


Perpanjangan akrilik dari gigi anterior bawah yang dirancang untuk
mengikat tepi insisal dari gigi rahang atas yang dipindahkan ke lingual
selama penutupan memberikan tekanan pada penutupan pasien yang
akan mengarahkan gigi yang terlibat ke labial ke posisi gigitan normal
(Gambar 1.5). Prasyarat untuk bidang miring adalah ruang yang cukup
di lengkung rahang atas, overbite normal atau berlebihan, dan gigi
mandibula yang cukup untuk retensi akrilik. Bidang miring dibangun
dengan menggunakan resin self-curing pada model kerja untuk menutupi
segmen anterior bawah-ke-gigi-kaninus. Ini memaksimalkan stabilitas
sekaligus mencegah gerakan lingual gigi seri bawah yang berlebihan.
Akrilik harus hanya mengukur gigi atas atau gigi pada gigitan silang dan
memiliki kemiringan sekitar 45° ke sumbu panjang dari gigi seri bawah.
Bagian miring harus diperpanjang sekitar ¼ inci ke posterior sedemikian
rupa sehingga pasien tidak dapat dengan mudah menggigit di belakang
bidang miring. Saat penempatan, bidang miring dicoba di mulut anak
sebelum sementasi untuk memastikan bahwa hanya gigi seri atas yang
terkunci yang bersentuhan dengan akrilik dan bidang tersebut tidak
menyentuh jaringan palatal. "Bukaan gigitan" posterior harus sedikit
melebihi posisi istirahat (tidak lebih dari 2 sampai 3mm), untuk
menghindari kelelahan otot yang berlebihan. Bukaan gigitan ini
membatasi waktu pemakaian alat karena erupsi gigi posterior dapat
terjadi dalam 2 minggu dan kecenderungan gigitan terbuka anterior dapat
terjadi. Aktivitas fisik anak-anak dengan bidang gigitan harus dibatasi,
untuk meminimalkan kemungkinan avulsi atau keseleo pada gigi yang
tersumbat di pesawat dari pukulan ke dagu. Tindak lanjut harus
dilakukan pada 1 minggu, dengan bite-jumping yang memadai biasanya
dilakukan pada saat ini. Jika tidak “melompat” setelah 1 minggu, bidang

14
miring dapat dilanjutkan tidak lebih dari satu minggu tambahan. Desain
alat dan jarak atas harus dievaluasi untuk setiap gangguan koreksi
sebelum terapi dilanjutkan. Bidang miring tidak boleh diterapkan
melebihi periode 2 minggu ini karena bahaya erupsi berlebihan pada gigi
posterior dan pembukaan gigitan. Jika situasi tidak diperbaiki saat ini,
baik diagnosis asli mungkin salah atau mekanisme yang lebih terkontrol
diindikasikan. Setelah koreksi tercapai, peranti harus dilepas dengan
hati-hati untuk memungkinkan penyesuaian posisi akhir dengan tumpang
tindih vertikal alami yang memberikan retensi posisi yang dikoreksi.
Keuntungan dari bidang miring terletak pada kemudahan fabrikasi,
kesederhanaan tindakan, waktu koreksi yang cepat, dan kemungkinan
penggunaan ketika tidak ada letusan yang cukup untuk menggunakan
peralatan aktif. Kerugian termasuk ketidaknyamanan yang terkait dengan
pembukaan gigitan paksa, estetika yang buruk, pembatasan diet, potensi
iritasi gingiva, kemungkinan menimbulkan gigitan terbuka, dan, yang
menjadi perhatian khusus, risiko cedera traumatis jika anak menyentuh
dagunya saat bidang miring diposisikan di mulut. Selain itu, bidang
miring dapat terlepas karena tekanan oklusal dan memerlukan
rekementasi. Mengingat kelemahan ini dan ketersediaan opsi lain yang
lebih dapat diprediksi dan lebih aman, penggunaan bidang miring akrilik
umumnya dihindari kecuali jika opsi lain sama sekali tidak
memungkinkan.4

Gambar 1.5 A, Oklusi pada dasarnya normal kecuali untuk gigitan silang insisivus
sentral. B, Sebuah bidang gigitan akrilik yang disemen lebih rendah digunakan

15
untuk memposisikan ulang gigi seri yang terkunci ke lingual. C, Gigi telah
berpindah ke posisi yang benar dengan overbite yang cukup untuk mempertahankan
hubungan baru. D, Empat tahun setelah koreksi crossbite. Perhatikan perbaikan
pada tampilan jaringan pada permukaan labial gigi seri kiri bawah. 4

3) Palatal-Spring Appliances (Kawat Palatal Hawley Dapat Dilepas atau


Tetap)
Alat cekat atau lepasan yang dilengkapi pegas palatal memberikan opsi
terbaik untuk gigitan silang anterior gigi yang tidak sesuai dengan
panduan bilah lidah. Pegas yang diorientasikan dengan benar
memberikan tekanan yang diarahkan ke labial terhadap gigi dari sisi
palatal dan tidak terpengaruh oleh reverse overjet. Kerugian utama
adalah secara teknis: kemahiran yang diperlukan untuk memasang pegas
ke gigi atau gigi yang terlibat, penyesuaian jika terjadi kerusakan,
modifikasi untuk retensi jika gigitan berlebih tidak memadai, dan
gerakan yang tidak diinginkan. Kerugian ini dapat segera diatasi dengan
fabrikasi dan manajemen peranti yang tepat. Retainer tipe Hawley yang
dapat dilepas yang dimodifikasi dengan pegas tambahan dapat
mengurangi perpindahan gigi-geligi insisivus rahang atas ke lingual,
dengan koreksi biasanya dicapai dalam 6 sampai 12 minggu (Gambar
1.6). Punggawa Hawley konvensional yang dilengkapi dengan busur
labial dan penjepit Adams pada molar menyediakan dasar untuk
komponen pegas. Meskipun biasanya tidak diperlukan, penggunaan
penutup oklusal posterior penuh meningkatkan efektivitas pendekatan
lepasan dengan meminimalkan gangguan overbite pada gerakan labial.
Tindakan alat ditingkatkan jika alat dalam posisi duduk saat gigi oklusi,
untuk menggunakan pegas jari lebih sepenuhnya dalam mengimbangi
efek perpindahan spring. Dengan pegas jari loop heliks 0,020- atau 0,022
inci kawat baja tahan karat, aktivasi harus mewakili 2 hingga 3mm
penutupan loop heliks dari posisi pegas pasif yang mendekati tepi insisal
dari gigi yang disentuh. Saat diaktifkan, pegas cenderung meluncur di

16
sepanjang permukaan lingual gigi seri yang miring untuk membesar-
besarkan efek jungkir. Masalah ini dapat diatasi dengan pengikatan
"tombol" kecil dari komposit yang dapat mengalir pada permukaan
lingual untuk membuat undercut retentif untuk mempertahankan
orientasi serviks dari pegas. Ini mengoptimalkan gerakan labial dengan
sedikit tipping dengan mengarahkan vektor gaya lebih dekat ke pusat
rotasi gigi yang terlibat. Komposit tidak boleh mengganggu penutupan
vertikal setelah gigi malposed dipindahkan dari crossbite (yaitu, tidak
ditempatkan terlalu jauh secara insisal), sambil memastikan ikatan pegas
dengan memperluas lebar mesiodistal gigi.4

Gambar 1.6 Alat pegas jari tipe Hawley yang dapat dilepas. A dan B,
insisivus lateral permanen terkunci lingual dengan insisivus lateral
primer yang tertinggal dan ruang yang tidak cukup untuk lateral untuk
bergerak maju. C, Alat tipe Hawley yang dapat dilepas dengan pegas jari

17
yang dirancang untuk memperbaiki kondisi. Catat bahwa gigi seri primer
yang tertinggal diekstraksi dan permukaan mesial kaninus primer diskus
untuk memungkinkan ruang untuk pergerakan gigi. Aktivasi pegas
dengan pengikatan di bawah "tombol" komposit lingual mengakibatkan
pergerakan labial gigi. D, Oklusi yang dikoreksi pada saat alat
dihentikan. E dan F, Pasien yang sama 3 tahun kemudian tanpa gangguan
retensi atau perawatan lain. Pita baru saja dipasang untuk persiapan
kawat gigi fase 2.4

4) Fixed Transpalatal Wires With Spring


Kawat konektor transpalatal dari baja tahan karat 0,036 atau 0,040 inci
yang disolder ke gigi molar berpita yang menggabungkan pegas loop
heliks dari kawat baja tahan karat 0,020 inci memberikan metode yang
sangat efektif untuk melabialisasikan gigi seri rahang atas yang terlibat
dalam gigitan silang anterior (Gambar 1.7).4

Gambar 1.7 Alat pegas jari palatal yang telah diperbaiki. A, gigi
insisivus sentral permanen terkunci Lingual dengan gigitan berlebih yang
signifikan. B, Alat palatal cekat saat melahirkan dengan pegas jari
melingkar heliks ganda yang dirancang untuk melabialisasikan gigi seri

18
tunggal. Aktivasi awal pegas dari posisi pasif di permukaan labial untuk
mengaktifkan "tombol" komposit lingual mengakibatkan pergerakan gigi
yang terarah. C, Oklusi yang dikoreksi pada waktu perawatan 17 hari. D,
Munculnya pegas saat selesai dengan gigi seri keluar dari gigitan silang.
Komposit lingual telah dihilangkan pada waktu perawatan 10 hari untuk
menghilangkan gangguan vertikal pada pemosisian. Orientasi pegas pada
dasarnya mencerminkan prosedur yang diuraikan untuk alat Hawley
yang dapat dilepas. Dengan tombol komposit lingual yang digunakan
untuk mengaktifkan pegas, peningkatan stabilitas dan kekakuan sistem
penjangkaran tetap secara dramatis meningkatkan gaya yang diarahkan
ke pusat rotasi gigi seri yang terpasang. Pendekatan cekat menghasilkan
pengurangan gigi yang jauh lebih sedikit dalam menawarkan gerakan
gigi yang lebih diterapkan ke tubuh dan memberikan penerapan gaya
terus menerus yang tidak bergantung pada kerja sama anak. Faktor-faktor
ini bergabung untuk mempengaruhi koreksi gigi anterior crossbite
dengan menggunakan pendekatan pegas tetap dengan waktu perawatan
rata-rata berkisar dari 1 sampai 3 minggu. Penyangga penyangga dapat
berasal dari molar primer kedua atau molar permanen pertama,
tergantung pada status perkembangan dan erupsi, kondisi mahkota, dan
pilihan dokter. Setelah band dipasang ke abutmen yang dipilih dan model
kerja disiapkan, kawat jangkar ditekuk untuk mendekati bentuk lengkung
palatal sekitar 5mm lingual ke gigi anterior pada gigitan silang.
Pemosisian ini memberikan ruang yang akurat untuk menekuk pegas
loop heliks ganda kompak sebagai komponen aktif. Gigi seri rahang atas
yang akan dipasang harus dipotong secara horizontal pada model kerja
setinggi cingulum untuk membuat “meja” untuk memposisikan pegas
secara horizontal dengan panjang yang sesuai. Secara pasif, lingkaran
heliks memanjang dari kawat jangkar hingga bertumpu pada meja potong
insisal, dengan ujung bebas pegas pada permukaan labial. Posisi asli
kawat jangkar palatal sekitar 5mm di belakang gigi crossbite
menyediakan jarak ini dalam desain heliks ganda. Penyolderan pegas

19
yang hati-hati ke kawat palatal melengkapi alat dalam persiapan
pemolesan.4

• Labial Edgewise Archwires


Bracket edgewise dan mekanika archwire labial digunakan ketika beberapa
gigi seri berada pada crossbite, perpindahan dan rotasi palatal yang parah, dan
pergerakan gigi yang berdekatan diperlukan untuk menyesuaikan jarak anterior.
Sementara dokter yang dengan bijak menerapkan teknik Edgewise dapat mencapai
kontrol yang lebih besar dalam posisi gigi, penggunaannya menunjukkan kerugian
utama pada gigi bercampur awal, ketika sebagian besar gigitan silang anterior
dikoreksi. Kerugiannya, yaitu:
a) Peningkatan waktu kursi dalam penempatan, penyesuaian dan
pelepasan,
b) Kebutuhan akan peralatan dan perlengkapan khusus.
c) Peningkatan iritasi jaringan lunak.
d) Dekalsifikasi gigi.
e) Risiko cedera pada gigi yang sedang berkembang dengan gerakan
biomekanik yang berlebihan.
f) Ekspektasi serta biaya yang terkait dengan "kawat gigi". 4
Diskusi tentang teknik archwire Edgewise berada di luar konsep manajemen
interseptif dan diilustrasikan di bagian Orthodontik Komprehensif. Akhirnya, perlu
disebutkan bahwa studi yang menarik oleh Rosa, menunjukkan 84% koreksi
spontan anterior crossbite dalam hubungannya dengan perawatan ekspansi palatal
cepat pada gigi campuran Hal ini terjadi baik pasien memiliki crossbite posterior
atau tidak karena semua 50 pasien yang diteliti menunjukkan maxillary crowding
tetapi hanya 20 yang memiliki crossbite posterior.4

2.2 Oral Habit dan Penanganannya


Pengertian Oral Habit
Dalam Kamus Dorland kebiasaan didefenisikan sebagai sesuatu bersifat
permanen dan konstan yang menunjukkan aktifitas berulang secara otomatis

20
disebabkan oleh proses alami yang kompleks dimana melibatkan kontraksi otot
yang dapat berefek pada fungsi mastikasi, respirasi, fonetik, dan estetik. Kebiasaan
normal menyebabkan konstruksi fungsi dentofasial dan memegang peranan penting
dalam perkembangan wajah normal dan fisiologi oklusal. Sebaliknya, kebiasaan
buruk dapat menyebabkan gangguan dalam pola perkembangan dentofasial. Setiap
kebiasaan dapat menyebabkan tekanan abnormal pada struktur dentofasial yang
menyebabkan malformasi pada struktur dan hubungan interstruktural.9

Perkembangan Oral habit


Oral habit sering kali ditemukan pada anak-anak sejak berusia satu bulan.
Hal ini tidak akan menyebabkan masalah yang berarti dalam rongga mulut saat itu,
karena pada dasarnya tubuh dapat memberikan respon terhadap rangsangan dari
luar sejak masih dalam kandungan. Respon tersebut merupakan pertanda bahwa
perkembangan psikologis anak sudah dimulai, terlihat dari tingkah laku spontan
atau reaksi berulang. Permasalahan akan muncul ketika kebiasaan tersebut terus
berlanjut hingga anak mulai memasuki usia sekolah dimana kebiasaan ini terus
dilakukan karena orang tua kurang memperhatikan anaknya. Jika kebiasaan
tersebut dihentikan sebelum masa erupsi gigi permanen, hal tersebut tidak akan
memberikan efek jangka panjang. Namun jika kebiasaan tersebut berkelanjutan
maka dapat terjadi keadaan openbite anterior, posterior crossbites, dan maloklusi
lainnya.9

Menurut Christensen dan Fields, oral habit dideteksi pada usia 3-6 tahun
melalui pemeriksaan klinis yang merupakan masalah penting karena pada usia ini
oral habit dianggap abnormal. Perkembangan oral habit terbagi menjadi 3 periode
yaitu periode mengisap, periode menggigit, dan periode multiple transfer. Periode
mengisap berkembang sejak bayi masih trimester ketiga dalam kandungan ibu.
Kebiasaan ini dilakukan berkembang untuk melatih sistem neuromuskular dimana
merupakan perkembangan sistem sempurna yang ditemukan sejak lahir sehingga
fase mulut pada bayi yang baru lahir terpenuhi dengan baik. Keahlian mengisap jari
ini dimulai sejak minggu ke-19 karena otak bayi telah mencapai jutaan saraf

21
motorik sehingga ia mampu membuat gerakan sadar tersebut. Masa transisi dari
periode mengisap ke periode menggigit terjadi dalam periode yang singkat dan
disebut sebagai periode transisi. Periode menggigit berkembang sejak usia pra-
sekolah (4-5 tahun) dan berakhir pada usia sekolah (6-12 tahun).

Macam-macam Oral habit Pada Anak


Ada beberapa macam kebiasaan buruk pada anak, di antaranya adalah
mengisap ibu jari atau jari tangan (thumb or finger sucking), mengisap bibir atau
menggigit bibir (lip sucking or lip biting), mengisap botol susu (bottle sucking),
menjulurkan lidah (tongue thrusting), bernafas melalui mulut (mouth breathing),
dan bruksisme (bruxism).9

Kebiasaan mengisap ibu jari (Thumb or finger sucking)


A. Gambaran Umum Thumb/Finger Sucking
Oral habit telah berkembang sejak bayi masih dalam kandungan ibunya
yaitu refleks mengisap ibu jari, dimana lama-kelamaan akan menjadi kebiasaan
yang menyenangkan baginya karena merasa sangat nyaman sehingga dapat
membuatnya tertidur. Apabila kebiasaan ini tetap bertahan hingga tumbuhnya gigi
permanen maka akan dapat menimbulkan masalah dengan lengkung gigi dan
pertumbuhannya dalam mulut. Seberapa sering seorang anak mengisap ibu jari akan
menentukan muncul atau tidaknya masalah kesehatan gigi.

Thumb/finger sucking adalah sebuah kebiasaan dimana anak menempatkan


jari atau ibu jarinya di belakang gigi, kontak dengan bagian atas mulut, mengisap
dengan bibir, dan gigi tertutup rapat. Aktivitas mengisap jari dan ibu jari sangat
berkaitan dengan otot-otot sekitar rongga mulut.9

22
Gambar 1. Kebiasaan thumb and finger sucking.9

Kebiasan mengisap ibu jari merupakan satu-satunya gerakan yang


dilakukan pada saat bayi baru lahir untuk mendapatkan makanan. Mengisap ibu jari
pada tahun-tahun pertama haruslah dipandang sebagai hal yang normal dan belum
perlu untuk dicegah. Karena kalau dicegah, akan menyebabkan kekacauan
perkembangan psikologi anak, sedangkan akibat yang ditimbulkan terhadap gigi
dan rahang belum dapat dipastikan. Mengisap ibu jari pada bayi kurang dari 6 bulan
merupakan salah satu ekspresi bayi untuk kebutuhan mengisap, terutama kalau
sedang lapar. Tetapi setelah bayi berusia lebih dari 6 bulan, mengisap jari
memberikan arti lain. Bayi ini membutuhkan ketentraman dan kenikmatan sama
seperti yang pernah mereka alami dulu sewaktu masih kecil. Kini mereka akan
mengisap jari kalau sedang lelah atau mengantuk. Bagi mereka ibu jari merupakan
salah satu benda penghibur. Seringkali nilai ibu jari sedemikian pentingnya bagi
anak, sehingga setelah bertahun-tahun kemudian mereka baru ingin berhenti
melakukan kebiasaan tersebut.9

Mengisap ibu jari merupakan sebuah perilaku, bukan sebuah gangguan.


Seiring pertambahan usia, diharapkan kebiasaan buruk tersebut akan hilang dengan
sendirinya. Kebiasaan ini sering ditemukan pada anak-anak usia muda dan
bisa dianggap normal pada masa bayi dan akan menjadi tidak normal jika

23
berlanjut sampai masa akhir anak-anak. Hal ini sering terjadi dalam masa
pertumbuhan, sebanyak 25-50% pada anak-anak yang berusia 2 tahun dan hanya
15-20% pada anak-anak yang berusia 5-6 tahun. Sebagian anak mempunyai
kebiasaan mengisap sesuatu (misalnya jari) yang tidak memberi nilai nutrisi (non-
nutritive), sebagai suatu kebiasaan yang dapat dianggap wajar. Akan tetapi,
kebiasaan mengisap yang berkepanjangan akan menghasilkan maloklusi. Keadaan
ini dapat terjadi karena adanya kombinasi tekanan langsung dari ibu jari dan
perubahan pola tekanan bibir dan pipi pada saat istirahat. Tekanan pipi pada sudut
mulut merupakan tekanan yang tertinggi. Tekanan otot pipi terhadap gigi-gigi
posterior rahang atas ini meningkat akibat kontraksi otot buccinator selama
mengisap pada saat yang sama, sehingga memberikan risiko lengkung maksila
menjadi berbentuk V, ukurannya sempit dan dalam.

Ada beberapa variasi maloklusi tertentu tergantung jari yang diisap dan juga
penempatan jari yang diisap. Sejauh mana gigi berpindah tempat berkorelasi
dengan lamanya pengisapan per hari daripada oleh besarnya kekuatan pengisapan.
Seorang anak yang mengisap kuat-kuat tetapi hanya sebentar tidak terlalu banyak
berpengaruh pada letak giginya, sebaliknya seorang anak yang mengisap jari
meskipun dilakukan tidak terlalu kuat tetapi dalam waktu yang lama (misalnya
selama tidur malam masih menempatkan jari di dalam mulut) dapat menyebabkan
maloklusi yang nyata. Bila jari ditempatkan di antara gigi atas dan bawah, lidah
terpaksa diturunkan yang menyebabkan turunnya tekanan lidah pada sisi palatal
geligi posterior atas. Pada saat yang sama tekanan dari pipi meningkat dan
muskulus buccinator berkontraksi pada saat mengisap. Tekanan pipi paling besar
pada sudut mulut dan mungkin keadaan ini dapat menjelaskan mengapa lengkung
maksila cenderung berbentuk huruf V dengan kontraksi pada regio kaninus
daripada molar. Kebiasaan mengisap yang melebihi batas ambang keseimbangan
tekanan dapat menimbulkan perubahan bentuk lengkung geligi, akan tetapi sedikit
pengaruhnya terhadap bentuk rahang.9

24
Aktivitas mengisap jari sangat berhubungan dengan otot-otot rongga mulut.
Aktivitas ini sangat sering ditemukan pada anak-anak usia muda dan bisa dianggap
normal pada masa bayi, meskipun hal ini menjadi tidak normal jika berlanjut
sampai masa akhir anak-anak. Sebagian besar anak akan menghentikan
kebiasaan ini dengan sendirinya pada usia antara 2 hingga 4 tahun, walaupun
demikian lebih mudah untuk menghentikan setiap kebiasaan ketika masih
awal. Kebiasaan mengisap jari pada awal masa anak-anak kelihatannya merupakan
aktivitas bawaan pada banyak anak, tetapi berlanjutnya aktivitas ini setelah masa
bayi berlalu adalah hasil belajar. Pada kedua keadaan ini, kebiasaan mengisap jari
yang berlanjut akan mulai terbentuk sejak awal perkembangan oklusal hingga bisa
mengubah posisi gigi-geligi.

Anak-anak sering sekali mempunyai kebiasaan buruk mengisap ibu jari atau
menggigit kuku atau pensil. Kebiasaan buruk ini bila tidak lekas dihentikan pada
anak sebelum gigi permanennya tumbuh, akan menyebabkan terganggunya
perkembangan gigi permanen yang dapat menyebabkan maloklusi (gigi yang tidak
pas pada saat rahang ditutup). Kebiasaan mengisap jari hanya akan benar-benar
merupakan masalah jika kebiasaan ini berlanjut sampai periode gigi geligi tetap.
Kelihatannya kebiasaan ini tidak mempengaruhi pertumbuhan bagian basal dari
rahang, karena efeknya terbatas pada gigi geligi dan prosesus alveolaris dari rahang.
Bila kebiasaan ini dihentikan, segmen dento-alveolar biasanya akan bertumbuh ke
posisi oklusal yang tepat, kecuali bila beberapa faktor, seperti aktivitas lidah atau
bibir menghalanginya. Belum diketahui apakah gigitan terbalik unilateral bisa
membaik dengan spontan.8

25
Gambar 2. Kebiasaan mengisap ibu jari menyebabkan openbite anterior 8

B. Penanganan Thumb/Finger Sucking


• Perawatan psikologis
Bila kebiasaan ini menetap setelah anak berumur 4 tahun, maka orang tua
disarankan untuk mulai melakukan pendekatan kepada anak agar dapat
menghilangkan kebiasaan buruknya tersebut, antara lain:9
a) Mengetahui penyebab. Ketahui kebiasaan anak sehari-hari termasuk cara anak
beradaptasi terhadap lingkungan sekitar. Faktor emosional dan psikologis
dapat menjadi faktor pencetus kebiasaan mengisap ibu jari.
b) Menguatkan anak. Menumbuhkan rasa ketertarikan pada anak untuk
menghentikan kebiasaan tersebut. Orang tua diingatkan untuk tidak
memberikan hukuman pada anak karena anak akan makin menolak untuk
menghentikan kebiasaan ini.
c) Mengingatkan anak. Buat semacam agenda atau kalender yang mencatat
keberhasilan anak untuk tidak mengisap ibu jari.
d) Berikan penghargaan. Orang tua dapat memberikan pujian dan hadiah yang
disenangi si anak, bila anak sudah berhasil menghilangkan kebiasaannya.

26
• Perawatan ekstaoral
Perawatan ekstraoral yang dapat dilakukan pada anak yang memiliki
kebiasaan mengisap ibu jari atau jari tangan lainnya, antara lain:11
a) Ibu jari atau jari diolesi bahan yang tidak enak (pahit) dan tidak berbahaya,
misalnya betadine. Ini diberikan pada waktu-waktu anak sering memulai
kebiasaannya mengisap ibu jari.
b) Ibu jari diberi satu atau dua plester anti air.
c) Penggunaan thumb guard atau finger guard.

Gambar 3. Thumb guard dan finger guard9

d) Sarung tangan.
e) Penggunaan thumb crib (fixed palatal crib) pada bagian palatum.

Gambar 4. Thumb crib9


Pada umumnya mengisap ibu jari dapat diberhentikan dengan memberikan
nasehat berupa penjelasan secara halus dan bijaksana untuk mendapatkan
kerjasama yang baik dengan anak mengenai kebiasaan buruk mengisap ibu jari,
misalnya kotoran pada sela-sela kuku akan masuk ke mulut dan menyebabkan sakit
perut. Usahakan anak sadar dan tahu betul mengapa ia harus menghentikan
kebiasaannya. Karena anak-anak memiliki keterbatasan kemampuan penalaran

27
secara logis, namun tidak ada salahnya memberitahukan bahwa akan jauh lebih baik
gigi yang terlihat di masa depan jika mereka menghentikan kebiasaan itu.
Selanjutnya jangan biarkan anak melamun atau berkhayal, berilah kesibukan
dengan menemani bermain atau memberi dongeng sebelum tidur. Jangan sekali-
kali melarang secara langsung dengan keras misalnya mencabut ibu jari yang
sedang diisap dengan kasar atau mengejek dan memperolok-olok. Hal ini akan
mengganggu perkembangan jiwanya. Apabila kebiasaan tersebut disertai kebiasaan
lain misalnya menarik-narik ujung rambut, memegang-megang daun telinga,
menarik ke arah baju, ujung bantal dan lain-lain maka usaha pertama ialah
menghilang kebiasaan sekunder tersebut misalnya, rambut dipotong pendek, anak
diberi baju kaos, tanpa kerah, tidur tanpa bantal dan lain-lain maka kebiasaan
primernya akan berhenti. Dapat pula kita memberikan permen atau kue sebagai
pengganti ibu jari yang diisapnya, memberikan pujian, upah atau hadiah kecil
sebagai imbalan untuk menghentikannya.9

Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kebiasaan mengisap


jari pada anak antara lain; mengusahakan agar bayi mengisap susu ibu selama
mungkin maksimal 2 tahun. Jika ibu terpaksa tidak dapat menyusui, berikan dot
yang sesuai dengan bentuk puting susu ibu. Kalau keluarnya air susu ibu terlalu
deras sehingga anak cepat kenyang, berilah dot latihan yang bentuknya sesuai
dengan bentuk puting susu ibu untuk menyalurkan kemampuan naluri mengisap
dari si bayi. Ibu harus mengusahakan pemberian makan dan minum tepat pada
waktunya sehingga bayi tidak merasa lapar. Kebanyakan anak-anak akan
menghentikan sendiri kebiasaan mereka tersebut pada kisaran umur 2-4 tahun,
namun lebih mudah jika orang tua menghentikan kebiasaan tersebut sedini
mungkin. Kalau kebiasaan mengisap jari dapat berhenti sebelum anak berusia 5
tahun, maka kelainan yang timbul dapat membaik dengan sendirinya karena fungsi
otot-otot sekitar mulut yang normal. Namun tidak demikian bila gigi tetap telah
muncul dan kegiatan mengisap ibu jari maupun botol susu masih berlanjut hingga
melewati usia 6 tahun dan berlangsung intensif akan merupakan kebiasaan buruk
dan akibat yang ditimbulkan tidak dapat baik dengan sendirinya sehingga terpaksa

28
harus diperbaiki dengan bantuan perawatan ortodonsi yang akan memerlukan biaya
tidak sedikit.

Anak yang berusia 3 tahun berilah perhatian dan kasih sayang yang lebih.
Akan tetapi, apabila kebiasaan tersebut masih terus berlanjut, orangtua dapat
mencoba mengoleskan bahan-bahan atau obat pada permukaan ibu jari dengan
cairan yang pahit (kina), pedas (lada) atau rasa getir (minyak kayu putih) pada jari
yang sering mereka isap. Usaha lain yaitu memberi sarung tangan atau membalut
ibu jari dengan alat tertentu seperti plester. Jika anak yang berumur 4 tahun keatas
masih juga melakukan kebiasaan mengisap ibu jari, dimana seharusnya anak ini
sudah mengalihkan perhatiannya dengan bermain, maka secara psikologis ada
sesuatu yang tidak normal. Untuk menghilangkan kebiasaan buruk tersebut,
orangtua harus mencari penyebabnya dahulu. Apabila penyebabnya sudah
diketahui, secara bertahap orangtua dapat menghilangkannya dengan cara
melakukan pendekatan psikologis kepada anak.9

Apabila usia anak lebih dari 7 tahun dan masih melakukannya, sebaiknya
orangtua bekerjasama dengan dokter gigi untuk menghentikan kebiasaan buruk si
anak. Dokter gigi akan membuat alat ortodonti untuk mencegah berkontaknya ibu
jari dengan langit-langit rongga mulut sehingga kenikmatan mengisap jari akan
terhalangi oleh alat tersebut. Perawatan ini baru dilakukan apabila metode
pendekatan psikologis tidak berhasil. Alat ortodonsi yang dibutuhkan dalam
menangani kasus ini adalah removable appliance atau palatal arch modified yang
berfungsi untuk menghentikan siklus yang menyenangkan yang berhubungan
dengan kebiasaan menghisap jari. Dapat juga digunakan perban yang dibungkus
pas tapi tidak terlalu ketat pada pertengahan lengan yang biasa digunakan untuk
kegiatan mengisap jari. Tangan tidak tercakup, dan perban tidak menghambat aliran
darah di lengan. Setelah di tempat tidur, anak akan berpikir bahwa ia dapat
menempatkan jari pada mulutnya. Namun dengan adanya perban Ace™ yang
memiliki elastisitas cukup tinggi akan mengeluarkan jari dari mulutnya sehingga
memungkinkan untuk jatuh pada saat anak tertidur.

29
Sudah banyak waktu dan usaha yang dicurahkan untuk mendorong anak-
anak berhenti mengisap jari, tapi efek mengisap bibir biasanya kurang disadari.
Hasil berbagai percobaan menunjukkan bahwa usaha untuk menghentikan
kebiasaan mengisap jari biasanya gagal kecuali jika si anak sendiri yang ingin
menghentikannya. Pada kasus ini, pemasangan piranti di dalam mulut anak sesudah
mendiskusikannya dengan si anak, biasanya sudah cukup untuk menghentikan
kebiasaan tersebut. Dengan kata lain, ini berarti menunda setiap usaha untuk
menghentikan kebiasaan tersebut sampai anak berusia 8 tahun atau lebih, dimana
pada usia tersebut kebanyakan anak memang sudah menghentikan kebiasaan ini. 9

Mengisap Bibir/Menggigit Bibir (Lip Sucking/Lip Biting)


A. Gambaran Umum Lip Sucking/Lip Biting
Kebiasaan buruk pada anak-anak sering dihubungkan dengan keadaan
psikologis penderitanya. Kebiasaan yang sering dilakukan pada anak usia 4-6 tahun
ini, dapat merubah kedudukan gigi depan atas ke arah depan, sedang gigi depan
bawah ke arah dalam. Gigi yang protrusi akibat dari kebiasaan mengisap bibir
bawah sejak kecil menyebabkan anak sering menjadi bahan pembicaraan teman-
temannya, sehingga secara psikologis anak merasa kurang percaya diri. Oleh sebab
itu, intensitas mengisap bibir bawah juga semakin meningkat. Selain menyebabkan
protrusi, kebiasaan ini juga dapat membuat pertumbuhan gigi menjadi tertahan.
Salah satu penelitian menunjukkan 50% anak-anak tuna wisma yang mempunyai
oral habit, prevalensi mengisap atau menggigit bibir sebanyak 17,37%.

Kestabilan dan posisi gigi banyak mempengaruhi keseimbangan otot-otot


sekitarnya. Kekuatan dari otot-otot orbicularis oris dan otot-otot buccinator yang
diseimbangkan oleh kekuatan yang berlawanan dari lidah. Keseimbangan otot-otot
daerah sekitar mulut dapat mengganggu apabila pasien memiliki kebiasaan buruk
seperti mengisap ibu jari, menjulurkan lidah, mengisap bibir, dan bernafas melalui
mulut.10

30
Gambar 5. Kebiasaan lip sucking/lip biting10

Gigi berada dalam keadaan keseimbangan dinamis yang konstan.


Keseimbangan kekuatan antar otot yang dipercaya dapat mempengaruhi posisi dan
kestabilan dent alveolar complex. Graber mendeskripsikan mekanisme otot-otot
buccinator. Dalam mekanisme ini, kekuatan yang mendorong gigi dihasilkan oleh
otot orbicularis oris, otot buccinators, otot penarik superior pharyngeal yang
diseimbangkan oleh kekuatan yang berlawanan dari lidah. Kerja yang berlebihan
otot-otot orbicularis mempengaruhi pertumbuhan kraniofasial, memicu terjadinya
penyempitan lengkung gigi, mengurangi ruang untuk gigi dan lidah serta
terhalangnya pertumbuhan mandibula.10

D. Penanganan Lip Sucking/ Lip Biting


Penanganan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan
mengisap bibir atau menggigit bibir pada anak-anak antara lain:10
a) Myotherapi (latihan bibir).
• Memanjangkan bibir atas menutupi incisivus rahang atas dan
menumpangkan bibir bawah dengan tekanan di atas bibir atas
• Memainkan alat tiup
b) Orang tua harus berperan aktif mencari tahu tentang sebab-sebab yang
membuat anak stress. Konsultasi dengan seorang psikiater merupakan salah
satu hal yang dapat membantu dalam menghilangkan kebiasaan buruk ini.

31
Menjulurkan Lidah (Tongue thrusting)
A. Gambaran Umum Tongue thrusting
Sejak tahun 1958, istilah tongue thrust atau menyodorkan lidah telah
dijelaskan dan dibahas dalam pembicaraan dan diskusi dalam bidang kedokteran
gigi serta dipublikasikan oleh banyak penulis. Telah dicatat bahwa sejumlah besar
anak-anak pada usia sekolah memiliki kebiasaan menyodorkan lidah. Menurut
literatur baru-baru ini, sebanyak 67-95% dari anak-anak yang berusia 5-8 tahun
melakukan kebiasaan tongue thrust dalam jangka waktu yang lama akan
berhubungan dengan masalah orthodontik atau gangguan pengucapan. Pada satu
negara, kira-kira 20-80% pasien orthodontik memiliki beberapa bentuk kasus
tongue thrust.10

Kebiasaan mendorong lidah sebetulnya bukan merupakan kebiasaan tetapi


lebih berupa adaptasi terhadap adanya gigitan terbuka misalnya karena mengisap
jari. Kebiasaan menjulurkan lidah biasanya dilakukan pada saat menelan. Pola
menelan yang normal adalah gigi pada posisi oklusi, bibir tertutup, dan lidah
berkontak dengan palatum. Ada 2 bentuk penelanan dengan menjulurkan lidah,
yaitu:
a) Penelanan dengan menjulurkan lidah sederhana, biasanya berhubungan dengan
kebiasaan mengisap jari.
b) Menjulurkan lidah kompleks, berhubungan dengan gangguan pernafasan
kronis, bernafas melalui mulut, tonsillitis atau faringitis.

Dari teori keseimbangan, tekanan lidah yang ringan tetapi berlangsung lama
pada gigi dapat menyebabkan adanya perubahan letak gigi dan menghasilkan efek
yang nyata. Dorongan lidah yang hanya sebentar tidak akan menghasilkan
perubahan pada letak gigi. Tekanan lidah pada penelanan yang tidak benar hanya
berlangsung kira-kira 1 detik. Penelanan secara ini hanya terjadi kurang lebih 800
kali pada saat seseorang terjaga dan hanya sedikit pada waktu tidur sehingga sehari
hanya kurang dari 1000 kali. Tekanan selama seribu detik (kurang lebih 17 menit)
tidak cukup untuk mempengaruhi keseimbangan. Sebaliknya, pasien yang

32
meletakkan lidahnya ke depan sehingga memberikan tekanan yang terus-menerus
pada gigi, meskipun tekanan yang terjadi kecil tetapi berlangsung lama, dapat
menyebabkan perubahan letak gigi baik jurusan vertikal maupun horizontal. Pada
pasien yang posisi lidahnya normal pada saat menelan tidak banyak pengaruhnya
terhadap letak gigi.

Kebiasaan tongue thrusting, yaitu suatu kebiasaan menjulurkan lidah ke


depan dan menekan gigi-gigi seri pada waktu istirahat, selama berbicara atau
menelan. Adanya kebiasaan menjulurkan lidah ke depan ini memungkinkan
terjadinya ketidakseimbangan otot-otot di sekitar lengkung gigi dan otot-otot mulut,
sehingga dapat mempengaruhi posisi gigi. Gigi depan atas akan merongos ke depan
dan terjadi gigitan terbuka. Dan apabila menekan lidah ke pipi sambil menggigitnya
maka dapat menyebabkan gigi belakang menjadi miring ke arah dalam. Terjadi
penyimpangan pola menelan dan berbicara yang tidak normal. Pada umumnya
penderita tongue thrust menampilkan ciri tertentu pada ekspresi wajah pada saat
menelan, yaitu bibir menutup dan otot-otot sekeliling mulut tegang pada posisi
istirahat kedua bibir dan lidah menutupi permukaan gigi-gigi bawah atau lidah
menjulur ke depan, bernapas melalui mulut, dan mengisap ibu jari. Kebiasaan
menjulurkan lidah ini biasanya timbul karena adanya pembesaran amandel atau
tonsil, lengkung gigi atas yang menyempit, lidah yang besar, atau karena aspek
psikologis.

Menjulurkan lidah merupakan kebiasaan menempatkan lidah dalam posisi


yang salah pada saat menelan, terlalu jauh ke depan atau ke samping. Diperkirakan
bahwa setiap 24 jam menelan 1.200 hingga 2.000 kali, dengan tekanan sekitar 4
pon tiap kali menelan. Tekanan ini konstan sehingga lidah akan memaksa gigi
keluar dari kesejajaran lengkung gigi. Selain tekanan yang diberikan saat menelan,
mengganggu saraf dan juga mendorong lidah terhadap gigi ketika sedang
beristirahat. Ini merupakan kebiasaan, spontan dari alam bawah sadar yang sulit
untuk diperbaiki.10

33
Gambar 6. Kebiasaan tongue thrust10

B. Penanganan Tongue thrusting


Penanganan yang bisa dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan
menyodorkan lidah pada anak-anak adalah:
a) Terapi bicara.
b) Latihan myofunctional.
Menarik bibir bawah pasien. Sementara bibir menjauh dari gigi, pasien diminta
untuk menelan. Jika pasien biasa menyodorkan lidahnya, bibir akan menjadi
sedemikian kencang seolah berusaha untuk menarik jari-jari yang menarik bibir
pada saat pasien berusaha menelan. Pasien yang menyodorkan lidah tidak dapat
melakukan prosedur penelanan mekanis sampai bibir-bibir membuka rongga mulut.
c) Latihan lidah
d) Berlatih meletakkan posisi lidah yang benar saat menelan.
Pasien harus belajar melakukan “klik”. Prosedur ini mengharuskan pasien
meletakkan ujung lidah pada atap mulut dan menghentakkannya lepas dari palatum
untuk membuat suara klik. Posisi lidah pada palatum selama aktivitas ini kira-kira
seperti posisi jika menelan dengan tepat. Pasien juga diminta membuat suara
gumaman dimana pasien akan mengisap udara ke dalam atap mulutnya di sekeliling
lidah. Selama latihan ini, lidah secara alamiah meletakkan dirinya ke atap anterior
palatum. Selanjutnya pasien akan meletakkan ujung lidah di posisi ini dan menelan.
Latihan ini dilakukan terus-menerus sampai gerakan otot-otot menjadi lebih mudah
dan lebih alamiah.10

34
e) Manajemen perawatan yang dapat dilakukan mulai dari mengontrol
kebiasaan buruknya, terapi myofunctional, ortodonsi hingga
kemungkinan operasi bila tingkat keparahannya tinggi.
f) Penanganan kebiasaan buruk dapat dikoreksi oleh dokter gigi namun
harus dikonsultasikan terlebih dahulu. Dapat pula diatasi dengan cara
mekanik berupa alat-alat khusus yang diberikan dokter gigi untuk
dipakai anak, meski tetap ada kemungkinan gagal. Cara kedua adalah
dengan myotherapy. Myoterapi ini adalah latihan otot-otot lidah dan
mulut untuk meletakkan lidah pada waktu menelan dan istirahat pada
posisi yang benar. Latihan menelan ini dilakukan setelah penyebab-
penyebab terjadinya tongue thrust dihilangkan. Terdapat penurunan
jumlah tongue thrust pada anak di atas usia 8 tahun yang
menunjukkan bahwa kebiasaan tongue thrust dapat hilang dengan
sendirinya.12

Bernapas melalui mulut (Mouth breathing)


A. Gambaran Umum Mouth breathing
Kebiasaan bernapas melalui mulut dapat diamati pada orang-orang yang juga
melakukan kebiasaan menjulurkan lidah (mendorong gigi dengan lidah sehingga
menyebabkan terjadinya gigitan terbuka di anterior. Gingivitis juga dapat terlihat
pada orang dengan kebiasaan ini. Perubahan-perubahan pada gingiva, meliputi
eritema, edema, pembesaran gingiva, dan mengkilatnya permukaan gingiva di
daerah yang cenderung menjadi kering. Regio maksila anterior adalah daerah yang
sering terlibat. Efek merusak pada kebiasaan ini biasanya karena iritasi pada daerah
yang mengalami kekeringan atau dehidrasi pada permukaannya. Anak yang
bernapas melalui mulut biasanya berwajah sempit, gigi depan atas maju ke arah
labial, serta bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di belakang insisivus
atas. Karena kurangnya stimulasi muskular normal dari lidah dan karena adanya
tekanan berlebih pada kaninus dan daerah molar oleh otot orbicularis oris dan
buccinator, maka segmen bukal dari rahang atas berkontraksi mengakibatkan

35
maksila berbentuk V dan palatal tinggi. Sehingga anak dengan kebiasaan ini
biasanya berwajah panjang dan sempit.

Gambar 8. Anak dengan wajah adenoid. Ciri khas anak yang bernafas melalui
mulut10

C. Perawatan Mouth Breathing


Orangtua harus segera mencari penyebabnya dan membawa si anak ke
poliklinik telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) untuk mengetahui ada tidaknya
kelainan saluran pernapasan seperti terjadinya sumbatan hidung, alergi, adenoid
membesar, tonsil membesar, polip hidung, septum bengkok. Apabila tidak
ditemukan kelainan atau kelainan tersebut dapat disembuhkan, tetapi kebiasaan
buruk masih tetap dilakukan, tahap selanjutnya orangtua perlu bekerjasama dengan
dokter gigi. Dokter gigi akan membuat alat ortodonti untuk menutup jalan napas
melalui mulut. Lambat-laun si anak akan berusaha bernapas melalui hidungnya
kembali.10

Perawatan untuk menghentikan pernafasan mulut pada anak dilakukan


sesuai dengan penyebab terjadinya obstruksi pernafasan atas. Penyebab obstruksi
nasal pada anak dapat ditentukan melalui pemeriksaan riwayat menyeluruh dan
fisik, yang meliputi Rhinoscopy anterior dan Nasopharingoscopy. Sebagian pasien
mendapat pemeriksaan PA dan Sepalometri lateral untuk melihat obstruksi
pernafasan atas. Prosedur seperti tonsilektomi, adenoidektomi, dan perawatan
alergi dapat membantu mengembalikan pola pertumbuhan yang normal dan postur
lidah lebih ke belakang sehingga erupsi gigi geligi anterior tidak terganggu. Pilihan

36
perawatan yang dapat dilakukan untuk penanganan kebiasaan bernafas melalui
antara lain:
a) Adenoidektomi merupakan perawatan yang paling umum untuk obstruksi nasal
akibat pembesaran adenoid. Adenoidektomi merupakan suatu operasi
pengambilan adenoid yang mengalami pembesaran untuk mendapatkan ukuran
yang normal.
b) Medikasi antibiotik dan steroid topikal diindikasi bila obstruksi tersebut
disebabkan oleh karena infeksi, misalnya pada rinosinusitis kronis. Antibiotik
juga bisa digunakan pada pembesararan adenoid untuk menurunkan inflamasi
lokal. Kortikosteroid yang digunakan biasanya deksametasone 0,6 mg/kg
untuk menurunkan gejala pada infeksi bakteri. Antibiotik parenteral yakni
ceftriakxone 100 mg/kg perhari untuk jangka 8-10 hari.
c) Rhinitis alergi dapat dirawat dengan antihistamin, antihistamin non-sedatif,
semprotan nasal anti-inflamasi, semprotan nasal steroid, dekongestan nasal
topical dan dekongestan. Antihistamin yang sering digunakan adalah
etanolamin, etilendiamin, alkilamin, fenotiazin, dan agen lain seperti
siproheptadin, hidroksizin, dan piperazin. Efek samping antihistamin yang
sering terlihat adalah rasa ngantuk, kehilangan nafsu makan, konstipasi, efek
antikolinergik seperti kekeringan membran mukosa dan kesulitan berkemih.
d) Malformasi kongenital dan tumor yang dapat menyebabkan obstruksi nasal,
dapat dirawat dengan pendekatan pembedahan.

Keterlibatan ahli ortodontik diperlukan bila terjadi perkembangan wajah


yang abnormal atau pernafasan mulut telah mengakibatkan wajah adenoid, dimana
terjadi crossbite, dan malposisi gigi yang haru dikoreksi dengan tindakan
orthodontik.10

Bruksisme (Bruxism)
A. Gambaran Umum Bruxism
Bruksisme atau yang paling sering dikenal dengan istilah kerot (tooth grinding) adalah
mengatupkan rahang atas dan rahang bawah yang disertai dengan grinding

37
(mengunyahkan) gigi-gigi atas dengan gigi-gigi bawah. Bruksisme adalah kebiasaan
bawah sadar (sering tidak disadari) walaupun ada juga yang melakukannya ketika tidak
tidur. Bruksisme dapat dilakukan dengan tekanan keras sehingga menimbulkan suara yang
keras, tapi dapat juga tanpa suara yang berarti. Jika bruksisme dilakukan dengan tekanan
kerot yang keras, akan terjadi keausan gigi yang parah dan berlangsung dalam waktu cepat.
Bruksisme biasa terjadi pada anak. Kebiasaan ini biasanya muncul pada malam
hari, dan berlangsung dalam periode waktu yang lama, sehingga dapat
menyebabkan gigi sulung dan gigi permanen abrasi. Kebiasaan ini timbul pada
masa gigi-geligi sedang tumbuh. Dan jika bertahan hingga anak dewasa biasanya
disertai dengan adanya stres emosional, parasomnia, trauma cedera otak, ataupun
cacat neurologis, dengan komplikasi erosi gigi, sakit kepala, disfungsi sendi
temporomandibular, dan nyeri pada otot-otot pengunyahan.

Bruxism adalah kebiasaan buruk berupa menggesek-gesek gigi-gigi rahang


atas dan rahang bawah, bisa timbul pada masa anak-anak maupun dewasa. Reding,
Rubright, and Zimmerman melaporkan 15% anak dan remaja dalam studi mereka
menunjukkan adanya beberapa tingkatan bruxism. Biasanya terjadi pada malam
hari dan jika dilanjutkan dalam jangka waktu yang lama bisa berakibat abrasi gigi
permanen. Ketika kebiasaan tersebut berlangsung hingga masa dewasa maka
mengakibatkan penyakit periodontal dan atau gangguan temporomandibular joint.
Sebagai tambahan, kasus disfungsi temporomandibular joint lebih banyak terjadi
di kalangan perempuan dewasa daripada laki-laki dewasa.10

Bruxism didefinisikan sebagai gerakan mengerat dan gerakan grinding dari


gigi yang bersifat non-fungsional. Istilah ini dalam literatur sering disebut dengan
beberapa istilah yang lain, yaitu neuralgia traumatic, occlusal habit neurosis, dan
parafungsional. Pasien yang mengalami bruxism (bruxer), biasanya tidak
menyadari kebiasaan buruk yang dimilikinya tersebut, walaupun bruxism kadang-
kadang diikuti dengan suara yang mengganggu, namun pasien yang bersangkutan
seringkali baru mengetahui kebiasaan yang dimilikinya itu dari orang tua atau
teman tidurnya. Bruxism dapat juga terjadi pada siang hari, misalnya pada saat

38
individu yang bersangkutan mengalami stress, namun bruxism yang paling parah
adalah bruxism yang terjadi pada malam hari.

Bruxism pada malam hari terjadi selama tidur dan anak biasanya tidak
menyadari masalah ini. Kejadian ini biasanya singkat, berlangsung 8-9 detik,
dengan terdengar suara grinding. Bruxism pada siang hari terutama terkait dengan
mengepalkan dari gigi dan umumnya tidak menghasilkan suara terdengar. Bruxism
yang diamati pada 5-20% anak-anak. Peningkatan frekuensi selama masa kanak-
kanak, memuncak pada usia 7-10 tahun dan menurun setelah itu.

Gambar 9. Akibat bruxism10

Pada saat tidur di malam hari, biasanya penderita akan mengeluarkan suara
gigi-gigi yang beradu. Bila dilihat secara klinis, tampak adanya abrasi pada
permukaan atas gigi-geligi rahang atas dan rahang bawah. Bila lapisan email yang
hilang cukup banyak dapat timbul rasa ngilu pada gigi-gigi yang mengalami abrasi.
Kadang terlihat adanya jejas atau tanda yang tidak rata pada tepi lidah. Berdasarkan
tipe gerakannya, ada bruxism yang memperlihatkan gerakan grinding dan ada juga
yang memperlihatkan gerakan static clenching, lebih banyak pada perempuan
daripada laki-laki yang menggrinding giginya, tetapi laki-laki dan perempuan yang
melakukan clenching jumlahnya sama. Clark menegaskan bahwa bruxism tipe
clenching yang berhubungan dengan kontraksi muskulus yang kuat dan
berkelanjutan adalah lebih berbahaya. Bruxism lebih sering dimiliki oleh kaum
wanita dibandingkan pria.10

39
D. Penanganan Bruxism
Ada 3 macam pendekatan untuk menanggulangi pasien dengan bruksisme.
Pendekatan perilaku biasanya diawali oleh dokter giginya melalui penjelasan dan
menyadarkan pasien akan kebiasaan yang dilakukannya. Dapat pula dianjurkan
pada pasien untuk mendapatkan terapi perilaku yang spesifik, seperti hipnosis,
biofeedback, dan semacamnya. Pendekatan secara emosional dapat diawali dengan
cara bimbingan psikologi. Hal ini bertujuan agar pasien dapat mengelola stresnya.
Pendekatan interseptif meliputi menawarkan peralatan night guard atau bite guard
(splin stabilisasi maksila) untuk melindungi permukaan gigi dan untuk mengurangi
atau untuk menyebarkan tekanan yang terbentuk di sistem muskuloskeletal akibat
bruksisme. Ada beberapa kenyataan bahwa peralatan tersebut secara signifikan
menurunkan kebiasaan bruksisme pada beberapa individu. Terapi dengan
menggunakan splin gigitan (night guard) secara signifikan mengurangi tingkat
bruksisme ketika splin tersebut dipakai, tapi jika splin dilepas, bruksisme kembali
terjadi. Pada penerapannya, night guard dipakai lebih banyak untuk bruksisme yang
dilakukan malam hari dibanding dengan kebiasaan parafungsi siang hari. Dari hasil
suatu penelitian disebutkan bahwa tekanan kunyah pada saat tidur 6 kali lebih besar
daripada tekanan kunyah pada saat terjaga. Penelitian-penelitian selanjutnya
membuktikan bahwa respons pasien-pasien bruksisme terhadap terapi oklusal
dengan alat splin sangat bervariasi.

Biasanya kasus-kasus bruxism terlambat didiagnosa karena penderita tidak


menyadari bahwa mereka memiliki kebiasaan tersebut. Untuk perawatan kasus ini
dokter gigi akan membuatkan alat tertentu yang didesain dan dibuat khusus sesuai
dengan susunan gigi-geligi pasien, alat ini disebut night-guard dan digunakan saat
tidur pada malam hari. Alat ini akan membentuk batas antara gigi-gigi rahang atas
dan rahang bawah sehingga tidak akan saling beradu. Pemakaian alat ini akan
mencegah kerusakan yang lebih jauh pada gigi-geligi dan membantu pasien dalam
menghentikan kebiasaan buruknya. Bila penyebab utama dari bruxism adalah stres,
maka melakukan konsultasi dengan psikolog merupakan salah satu hal yang dapat
membantu dalam menghilangkan kebiasaan buruk ini.10

40
Penyesuaian oklusal berperan penting dalam perawatan bruksisme jika
terdapat kontak prematur, khususnya jika oklusal prematur tersebut berkaitan
dengan restorasi gigi yang kurang baik. Terapi oklusal, bahkan setelah digabungkan
dengan bimbingan psikologis dan terapi perilaku, mungkin tidak efektif pada
sebagian pasien. Pada pasien yang tidak berespons terhadap perawatan di atas,
pemakaian night guard hanya bermanfaat untuk menanggulangi efek destruksi
bruksisme. Penanganan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan
bruxism pada anak-anak adalah:

a) Penggunaan Night-guard
Perawatan untuk kasus ini dokter gigi akan membuatkan alat tertentu yang
didesain dan dibuat khusus sesuai dengan susunan gigi-geligi pasien, alat ini disebut
night-guard dan digunakan saat tidur pada malam hari. Alat ini akan membentuk
batas antara gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah sehingga tidak akan saling
beradu. Pemakaian alat ini akan mencegah kerusakan yang lebih jauh pada gigi-
geligi dan membantu pasien dalam menghentikan kebiasaan buruknya.

Gambar 10. Night-guard!2

b) Bila penyebab utama dari bruxism adalah stress. Cobalah untuk mencari
tahu apa yang mungkin membuat anak stress dan membantu mereka
menghadapinya. Konsultasi dengan psikolog merupakan salah satu hal yang
dapat membantu dalam menghilangkan kebiasaan buruk ini.10

41
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Maloklusi adalah ketika bentuk oklusi menyimpang dari bentuk standar
yang diterima sebagai bentuk normal. Anak yang mengalami maloklusi merasa
tidak membutuhkan perawatan karena motivasi anak usia sekolah untuk merawat
giginya masih kurang sehingga peran orangtua dibutuhkan dalam usia tumbuh
kembang anak. Sebaiknya dalam masa tumbuh kembang anak terebut orangtua juga
harus memerhatikan kesehatan gigi anak, sebelum terjadi masalah gigi dan mulut
ataupun maloklusi orangtua bisa memberikan perawaran ortodonti interseptif
kepada anaknya. Perawatan ortodonti interseptif adalah perawatan ortodonti yang
dilakukan dalam masa pertumbuhan atau dalam masa periode gigi bercampur
dengan tujuan untuk memperbaiki relasi rahang. Perawatan ortodonti interseptif
digunakan untuk memperbaiki profil wajah sehingga dapat meningkatkan rasa
percaya diri, menghilangkan kebiasaan buruk, perawatan ini membutuhkan biaya
yang relatif lebih sedikit apabila diperlukan perawatan yang lebih lanjut, membantu
erupsi gigi normal, memperbaiki pola pertumbuhan dan dapat mengurangi
keparahan maloklusi.

Crossbite anterior dentoalveolar merupakan linguoversi dari satu atau lebih


gigi anterior rahang atas.. Crossbite anterior biasanya merupakan maloklusi yang
terjadi akibat faktor etiologi lokal (misalnya, gigi seri primer yang terlalu banyak
ditahan) yang mengganggu posisi erupsi normal dari gigi anterior rahang atas.
Keputusan untuk mengoreksi anterior crossbite pada gigi sulung adalah keputusan
yang sulit. Dokter terlebih dahulu harus menentukan apakah gigitan silang tersebut
bersifat kerangka atau gigi. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan ialah jumlah
gigi yang terlibat, adanya pergeseran mandibula, dan usia pasien.

42
Anak-anak biasanya akan melakukan sesuatu ketika ia merasa bosan, hal
seperti itu jika dilakukan secara terus-menerus akan menjadi sebuah kebiasaan.
Kebiasaan normal membuat konstruksi fungsi dentofasial dan memegang peranan
penting dalam perkembangan wajah normal dan fisiologi oklusal. Sebaliknya,
kebiasaan buruk bisa menyebabkan gangguan dalam pola perkembangan
dentofasial. Setiap kebiasaan dapat menyebabkan tekanan abnormal pada struktur
dentofasial akhirnya menyebabkan malformasi pada struktur dan hubungan
interstruktural. Oral habit sering kali ditemukan pada anak-anak sejak berusia satu
bulan. Hal ini tidak akan menyebabkan masalah yang berarti dalam rongga mulut
saat itu, permasalahan muncul ketika kebiasaan tersebut berlanjut hingga anak
mulai memasuki usia sekolah. Jika kebiasaan tersebut dihentikan sebelum masa
erupsi gigi permanen, hal tersebut tidak akan memberikan efek jangka panjang.
Namun jika kebiasaan tersebut berkelanjutan maka dapat terjadi keadaan openbite
anterior, posterior crossbite, anterior crossbite dan maloklusi lainnya. Beberapa
oral habit yaitu kebiasaan mengisap ibu jari (thumb or finger sucking, mengisap
bibir/menggigit bibir (lip sucking/lip biting), menjulurkan lidah (tongue thrusting),
bernapas melalui mulut (mouth breathing), dan bruksisme (bruxism).

3.2 SARAN
Kami berharap, makalah ini bisa membantu para pembaca dalam
mengetahui tentang pencegahan maloklusi dan perawatan interseptif pada anak.
Semoga apa yang sudah kami lampirkan bisa menjadi media dalam memperdalam
mengenai pencegahan maloklusi dan perawatan interseptif pada anak. Kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan kata yang secara tidak sengaja
kurang berkenan di hati para pembaca sekalian.

43
DAFTAR PUSTAKA

1. Laguhi VA, Anindita PS, Gunawan PN. Gambaran Maloklusi Dengan


Menggunakan Hmarpada Pasien di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas
Sam Ratulangi Manado. Journal e-Gigi. 2014;2(2):2.
https://doi.org/10.35790/eg.2.2.2014.5829
2. Aditya MY, Baehaqi M, Praptiningsih RS. Pengaruh Pengetahuan Orangtua
Tentang Ortodonsi Preventif Dengan Perilaku Pencegahan Maloklusi Pada Gigi
Anak. ODONTO Dental Journal. 2015;2(1):46,50.
http://doi.org/10.30659/odj.2.1.46-50
3. Carisa KA, Yusra Y, Hardja MJB. Hubungan Antara Usia Anak Dan Kebutuhan
Perawatan Ortodonti Interseptif. Jurnal Kedokteran Gigi Terpadu.
2019;1(1):15-6.
4. Dean JA, Avery DR, McDonald RE. McDonald and Avery’s Dentistry For The
Child and Adolescent. 10th Ed. St. Louis: Elsevier; 2016. p. 443-9.
5. Nowak AJ, Christensen JR, Mabry TR, Townsend JA, Wells MH. Pediatric
Dentistry: Infancy Through Adolescence. 6th Ed. Philadelphia: Elsevier; 2019.
p. 396.
6. Koch G, Poulsen S, Espelid I, Haubek D. Pediatric Dentistry: A Clinical
Approach. 3rd Ed. Chichester: Wiley Blackwell; 2017. p. 884-5.
7. Cameron AC, Widmer RP. Handbook of Pediatric Dentistry. 4th Ed. Canberra:
Elsevier; 2013. p. 431-2.
8. Pinkham, J.R. “Pediatric Dentistry, Infancy Through Adolescence”. Second
Edition. W.B. Saunders Company: Philadelphia.
9. McDonald, Avery, Dean. “Dentistry For The Child And Adolescent” Eighth
Edition. C.V. Mosby Company: Washington 1988.
10. McDonald, R.E. Avery, D.R. “Dentistry For The Child And Adolescent”
Fifth Edition. C.V. Mosby Company.

44

Anda mungkin juga menyukai