Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH BIOMATERIAL I

“Bahan Implan”

Tri Fitria Nabila 201911171 Yustisi Dwinda 201911177


Vina Herawati 201911172 Zahro R F 201911178
Tri Lanang W 201911173 Zendra Rio M 201911179
Vyra Annisa 201911174 Zhene A 201911180
Yemima Baby R 201911175 Farhany Sefina K 201911181
Yessika Suharya D 201911176

Disusun oleh kelompok 3:

Kelas: F/ Semester II

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO

2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat serta kasih karunia-Nya sehingga kami mendapatkam
kemudahan dalam menyusun dan menyelesaikan tugas yang ada tepat tepat pada
waktunya. Judul dari makalah yang telah kami susun ini adalah “Bahan Implan”.

Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah IKGD mengenai bahan implant
yang akan digunakan dalam praktik kedokteran gigi, yang mana dengan tugas ini
kami mahasiswa/i dapat mengetahui lebih jauh dan menguasai semua pencapaian
akhir materi yang diharapkan oleh para dosen.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah bersama-
sama membantu dan mengerjakan makalah ini sehingga bisa terselesaikan dengan
baik. Dan juga kepada semua pihak yang telah membagi sebagian dari
pengetahuannya sehingga makalah ini bisa terlengkapi.

Kami berharap, dengan adanya makalah ini, materi mengenai bahan implan
akan lebih mudah dipahami dan dimengerti secara lebih mendalam. Semoga makalah
kami bisa menjadi salah satu sarana atau media untuk mempelajari dan dapat
mempermudah pembaca yang sedang mempelajari tentang bahan implan.

Jakarta, 9 Maret 2020

Kelompok 3/Kelas F

DAFTAR
i ISI

2
KATA PENGANTAR .....................................................................................i

DAFTAR ISI ...................................................................................................ii

BAB I

PENDAHULUAN ...........................................................................................4

1.1 Latar Belakang...........................................................................4

1.2 Rumusan Masalah......................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................6

2.1 Definisi Bahan Implant..............................................................6

2.2 Komposisi Bahan Implant..........................................................8

2.3 Bagian-Bagian dan Cara Pemasangan Implan...........................13

BAB III PENUTUP .......................................................................................23

3.1 Kesimpulan ...............................................................................23

3.2 Saran ..........................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................24

BAB I

3
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penggantian gigi yang hilang dapat dilakukan dengan aplikasi gigi tiruan
lepasan bagik sebagian maupun lengkap, gigi tiruan cekat (crown and bradge) dan
implan gigi. Penderita dengan kehilangan gigi menuntut panggantian gigi yang hilang
dengan elemen yang lebih sempurna selain gigi tiruan lepas dan gigi tiruan cekat.
SSeiring dengan kebutuhan dan keinginan penderita serta perkembangan teknologi
dalam bisang kedokteran gigi, implan gigi meruopakan alternative terbaik saat ini
untuk mengambalikan fungsi mastikasi, esetetik dan fonetik secara lebih sempurna.
Implan gigi memungkinkan penggantian gigi asli menyerupai gigi asli penderita
sebelumnya baik sdari segi estetik maupun kenyamanan. Implan gigi masa kini
berdasarkan Konfrensi The North American Dental Proffesion di Toronto tahun 1982
adalah berdasarkan konsep osseointegration yaitu penyatuan antara bahan impan
dengan tulang. Konsep ini berdasarkan peletakan implan atraumatik dan ditundanya
loading implan. Hal ini memungkinkan tingkat kesuksesan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pemasangan implan gigi terdahulu2.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari bahan implan?


2. Apa komposisi dari bahan implan?
3. Bagaimanakah cara pemasangan dari implan?
4. Apa saja bagian-bagian dari implan?

4
1.3. Tujuan Penulisan

Makalah ini kami susun dengan harapan semua rumusan masalah yang ada bisa
terjawab dengan jelas dan padat serta, menjadi media untuk membantu mendapatkan
informasi mengenai “Bahan Implan”.

BAB II

5
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Bahan Implan

Implan gigi merupakan salah satu cara untuk mengganti gigi yang hilang
sehingga diperoleh fungsi pengunyahan, estetik dan kenyamanan yang ideal. Implan
gigi adalah suatu alat yang ditanam secara bedah ke dalam jaringan lunak atau tulang
rahang sehingga dapat berfungsi sebagai akar pengganti untuk menahan gigi tiruan
maupun jembatan. Keuntungan implan gigi adalah restorasi tersebut sangat
menyerupai gigi asli karena tertanam di dalam jaringan sehingga dapat mendukung
dalam hal estetik, perlindungan gigi tetangga serta pengembangan rasa percaya diri.

Pada prinsipnya implan gigi memerlukan bahan yang dapat diterima jaringan
tubuh, cukup kuat dan dapat berfungsi bersama-sama dengan restorasi protesa di
atasnya. Menurut Boskar (1986) dan Reuther (1993), syarat implan gigi adalah
sebagai berikut1:

1. Biokompatibel

6
Yang dimaksud dengan biokompatibel adalah non toksik, non alergik, non
karsinogenik, tidak merusak dan mengganggu penyembuhan jaringan sekitar
serta tidak korosif.

2. Cukup kuat untuk menahan beban pengunyahan.

3. Resistensi tinggi terhadap termal dan korosi.

4. Elastisitasnya sama atau hampir sama dengan jaringan sekitar.

5. Dapat dibuat dalam berbagai bentuk.

Indikasi dan Kontra indikasi Pemasangan Implan

Indikasi pemasangan implan gigi adalah1:

 Pada pasien dengan ketebalan tulang rahang yang cukup.

1. Pasien dengan kebersihan rongga mulut yang baik.

2. Pasien yang kehilangan semua atau sebagian gigi geliginya, akan tetapi sulit
memakai gigi tiruan konvensional akibat adanya koordinasi otot mulut yang
kurang sehingga stabilitas gigi tiruan sulit tercapai atau adanya refleks muntah
sehingga sulit memakai gigi tiruan.

3. Pasien yang menolak gigi aslinya diasah untuk pembuatan gigi tiruan.

7
Kontra indikasi pemasangan implan gigi:

 Pada pasien dengan keadaan patologi pada jaringan lunak dan keras.

1. Luka ekstraksi yang baru.

2. Pasien dengan penyakit sistemik.

3. Pasien yang hipersensitif terhadap salah satu komponen implan.


4. Pasien dengan kebiasaan buruk seperti bruksism, merokok dan alkohol.
5. Pasien dengan kebersihan mulut yang jelek.

Faktor-faktor yang merupakan indikasi dalam pemasangan implan antara lain:


1). Kehilangan gigi

2.) Agenesis suatu gigi

3).Sebagai penyangga distal pada kehilangan gigi berujung bebas

4). Atrofi tulang alveolar, baik pada maksila maupun mandibula.

2.2 Komposisi Bahan Implant

Implan dapat diklasifikasikan kepada tiga kategori, antara lain1:

1. Berdasarkan bahan yang digunakan.

2. Berdasarkan penempatannya dalam jaringan.


3. Berdasarkan pilihan perawatan.

8
Berdasarkan bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan untuk implan gigi, antara lain1:

1. Logam

Terdiri dari Stainless Steel, Vitallium, Titanium dan logam. Pemakaian


Stainless Steel merupakan kontra indikasi bagi pasien yang alergi terhadap nikel,
pemakaiannya juga dapat menyebabkan arus listrik galvanik jika berkontak dengan
logam campuran atau logam murni. Vitallium paling sering digunakan untuk
kerangka implan subperiosteal. Titanium terdiri dari titanium murni dan logam
campuran titanium yang tahan terhadap korosi. Implan yang dibuat dari logam
dengan lapisan pada permukaan adalah implan yang menggunakan titanium yang
telah diselubungi dengan lapisan tipis keramik kalsium fosfat pada bagian
strukturnya.

2. Keramik

Keramik terdiri keramik bioaktif dan bio-inert. Bioaktif berarti bahan yang
memiliki kemampuan untuk merangsang pertumbuhan tulang baru disekitar implan,
contoh dari bahan ini adalah hidroksiapatit dan bioglass. Bio-inert adalah bahan yang
bertolenrasi baik dengan tulang tetapi tidak terjadi formasi tulang.

3. Polimer dan komposit

Polimer dibuat dalam bentuk porus dan padat, digunakan untuk peninggian
dan penggantian tulang. Ia merupakan suatu bahan yang sukar dibersihkan pada
bagian yang terkontaminasi dan pada partikel porusnya karena sifatnya yang sensitif
terhadap formasi sterilisasi.

9
Berdasarkan penempatannya dalam jaringan.

Menurut lokasi tempat implan ditanam, maka implan gigi terdiri dari1:

a) Implan subperiosteal

Implan ini lebih lama dibanding jenis implan yang lain dan pertama sekali
diperkenalkan oleh Muller dan Dahl pada tahun 1948. Implan ini tidak ditanam ke
dalam tulang, melainkan diletakkan diatas tulang alveolar dan dibawah periosteum.
Terutama digunakan pada kondisi rahang yang mengalami atrofi yang hebat, apabila
pasien telah mengalami kegagalan berkali-kali dalam pemakaian protesa atau pada
kasus dimana proses atrofi menimbulkan rasa sakit pada daerah mentalis. Implant ini
memerlukan Teknik insersi dua tahap. Penggunaan implan subperiosteal pada rahang
atas telah dibatasi karena dilaporkan bahwa keberhasilannya dalam lima tahun tidak
mencapai 75%. Implan ini juga tidak dianjurkan untuk ditempatkan pada tempat yang
antagonisnya merupakan gigi asli.

10
b) Implan endosteal

Implan endosteal ditanam ke dalam tulang rahang melalui gusi dan


periosteum, sebagian tertanam dan terkait dalam tulang. Implan ini mempunyai tiga
desain dasar yaitu blade, cylinder dan screw. Dalam implant endosteal diharapkan
terjadi osseointegrasi yaitu penyatuan tulang dengan implan tanpa diperantarai
jaringan lunak. Popularitas implan endosteal semakin meningkat, terlihat dari
banyaknya pilihan desain yang dapat digunakan. Laporan-laporan menyebutkan
bahwa tingkat keberhasilannya dapat melebihi 15 tahun apabila teknik bedah dan
perawatan pasca bedah dilakukan dengan baik. Ditinjau dari teknik bedahnya, implan
endosteal terdiri dari teknik insersi satu tahap dan insersi dua tahap. Pada teknik satu
tahap, pembedahan hanya dilakukan sekali sehingga tonggak abutment menonjol

11
keluar mukosa setelah
operasi selesai. Sedangkan
pada teknik dua tahap, operasi
dilakukan dua kali yaitu
operasi pertama untuk
meletakkan implan pada tulang
rahang. Setelah masa
penyembuhan,
dilakukan operasi kedua
untuk pemasangan
abutment.

c) Implan transosteal atau transosseous

Merupakan implan gigi yang menembus tulang rahang dan hanya digunakan
pada rahang bawah. Implan jenis ini jarang dipakai dan dilaporkan memiliki tingkat
keberhasilan yang rendah.

12
Berdasarkan pilihan perawatan

Pada tahun 1989, Misch melaporkan bahwa terdapat lima pilihan perawatan
berdasarkan prostetik pada implan. Dari kelima pemilihan perawatan tersebut tiga
yang pertama merupakan protesa cekat (FP), dimana ia boleh disekrupkan atau
disemenkan. Protesa cekat diklasifikasikan berdasarkan jumlah struktur jaringan
keras dan lunak yang diganti. Dua lagi merupakan protesa lepasan (RP) yang
diklasifikasikan berdasarkan kekuatannya1.

FP-1: Protesa cekat, hanya mahkota gigi yang diganti; tampak seperti gigi asli.

FP-2: Protesa cekat; mahkota dan sebagaian dari akarnya tampak normal pada
sebagian oklusal tetapi mengalami elongasi pada sebagian gingiva.

FP-3: Protesa cekat; menggantikan mahkota yang hilang dan warna gingiva sebagian
dari ruang edentulus; protesa yang paling sering digunakan adalah gigi palsu
dan gingiva akrilik, tetapi boleh dibuat dari porselen atau logam.

RP-4: Protesa lepasan; dukungan overdenture sepenuhnya oleh implant.

RP-5: Protesa lepasan; dukungan overdenture oleh jaringan lunak dan implant1.

13
2.3 Bagian-Bagian dan Cara Pemasangan Implan

Bagian-bagian Implan

Implan gigi terdiri dari beberapa komponen, yaitu2:

 Badan Implan

Merupakan bagian implan yang ditempatkan dalam tulang. Komponen ini


dapat berupa silinder berulir atau tidak berulir, dapat menyerupai akar atau pipih. 4
Bahan yang digunakan bisa terbuat dari titanium saja atau titanium alloy dengan atau
tanpa dilapisi hidroksi apatit.

Permukaan implan yang paling banyak digunakan ada tiga tipe yaitu plasma
spray titanium dengan permukaan yang berbentuk granul sehingga memperluas
permukaan kontaknya, machine finished titanium yang merupakan implan bentuk
screw yang paling banyak digunanakan dan tipe implan dengan lapisan permukaan
hidroksi apatit untuk meningkatkan osseointegrasi.

 Healing Cup

Merupakan komponen berbentuk kubah yang ditempatkan pada permukaan


implan dan sebelum penempatan abutment. Komponen ini meiliki panjang yang
bervariasi antara 2 mm sampai 10 mm.

14
 Abutment

Adalah bagian komponen implan yang disekrupkan dimasukan secara


langsung ke dalam badan implan. Dipasangkan menggantikan healling cup dan
merupakan tempat melekatnya mahkota porselin. Memili permukaan yang halus,
terbuat dari titanium atau titanium alloy, panjang dari 1 mm sampai 10 mm.

 Mahkota

Merupakan protesa gigi yang diletakkan pada permukaan abutmen dengan


sementasi (tipe cemented) atau dengan sekrup (tipe screwing) sebagai pengganti
mahkota gigi dan terbuat dari porselin2.

15
Cara Pemasangan Implan

Prosedur pembedahan penanaman implan gigi lazim sehari-hari disebut


implantasi. Setiap produk implan, dari pabriknya menyarankan untuk mengikuti
aturan yang telah ditetapkan oleh produsen. Namun demikian pada dasarnya teknik
pembedahan hampir sama, hanya terdapat beberapa perbedaan sehubungan set alat
pembedah yang dipakai (surgery set) nya satu sama lain agak berbeda, sehingga set
bedah yang satu tidak dapat dipergunakan untuk produk yang lainnya3.

Berikut adalah tahap pembedahan implan SS II5:

1. Tahap pertama, setelah dilakukan anestesi dilanjutkan insisi pada daerah tempat
implan ditanam. Mukoperiosteum dibuka dengan menggunakan scalpel tajam dan
flap mukoperiosteal harus dipisahkan dengan hati-hati menggunakan elevator
periosteal3.

2. Setelah itu gunakan lance drill untuk menembus tulang kortikal sebagai tempat
insersi implan. Kecepatan yang digunakan antara 800-1200rpm.

3. Kemudian gunakan twist drill. Panjang drill disesuaikan berdasarkan kode ukuran
implan.

16
4. Dengan

menggunakan depth gauge, kedalaman lubang dan kondisi dasar lubang diperiksa.

5. Gunakan parallel pin untuk


memeriksa posisi dan arah lubang.
Selain itu gunakan juga untuk menetapkan hubungan oklusal dengan gigi
antagonis.

17
6. Kemudian gunakan pilot drill untuk memudahkan jalan masuk drill dan mencegah
terjadinya perubahan pada alur preparasi.

7. Setelah menggunakan pilot drill, kemudian perlebar dengan menggunakan twist


drill Ø3,0 dan Ø3,6 secara berurutan.

8. Pembedahan pada tulang dengan kepadatan D1 memerlukan tapping, sedangkan


pada tulang
dengan

18
kepadatan D2 tergantung kebijaksanaan operator. Untuk tulang dengan kepadatan
D3 dan D4 proses tapping tidak dilakukan. Pada proses taping digunakan torque
wrench. Saat tap menyentuh tulang, proses tapping dilanjutkan dengan
menggunakan hand tapping.

9. Kemudian sambungkan implan dengan mount driver. Pada tahap akhir gunakan
torque wrench tanpa menggunakan tenaga putaran yang berlebih.

19
10. Lepaskan mount fixture dan tutup implan dengan menggunakan cover screw yang
sesuai.

11. Terakhir, lakukan penjahitan pada ginggiva dengan menggunakan bahan jahitan
non-absorbable. Sebuah jahitan ditempatkan pada setiap sisi implan untuk
memastikan bahwa sudut luka akan beradaptasi terhadap implan tanpa
mengalami tekanan. Gunakan jahitan interrupted dengan hati-hati dan tidak
terlalu kencang sehingga papilla dan margin gusi tetap terjaga4.

20
Sebelum melakukan tindakan implan pada gigi pasien, dokter gigi harus
terlebih dahulu melakukan beberapa hal yaitu:

Rencana perawatan

Dokter gigi harus memahami dan berkomunikasi dengan pasien bahwa


pemasangan implan tidak selamanya sukses. Faktor yang bisa mempengaruhi
keberhasilan perawatan implan ini harus dipertimbangkan sejak tahap rencana
perawatan, termasuk resiko operasi, potensi kegagalan dan desain protesa pada
restorasi akhir.

Kondisi sistemik pasien

Kondisi medis dan terapi dapat mempengaruhi keberhasilan perawatan implan


gigi, dan melalui pemeriksaan secara menyeluruh kondisi medis pasien sebelum
pemasangan implan sangat penting untuk dipertimbangkan. Misalnya diabetes
melitus bukan merupakan kontra indikasi pemasangan implan, tetapi diabetes melitus
harus berada dalam keadaan terkawal dan pasien harus memahami bahwa tahap
keberhasilan pada pasien diabetes melitus mempunyai persentase sedikit lebih rendah
jika dibandingkan pada pasien non diabetes. Osteoporosis merupakan satu lagi
kondisi yang bisa mempengaruhi pada pemasangan implan. Kualitas tulang pada
daerah implan harus dievaluasi secara teliti pada pasien ini.

Kondisi kardiovaskular, kelainan pendarahan, dan kondisi sistemik lain yang


bisa mempengaruhi mekanisme penyembuhan tubuh juga harus diteliti terlebih
dahulu. Infeksi HIV, leukimia, sindroma Sjogren’s dan penyakit autoimun lain yang
memerlukan penggunaan kortikosteroid untuk jangka waktu yang lama akan
menghambat proses penyembuhan dan mempengaruhi infeksi bakteri. Pasien yang

21
mempunyai dua atau lebih kondisi sistemik ini memiliki resiko kegagalan yang lebih
tinggi. Adalah sangat penting untuk meninjau kondisi medis pasien secara hati- hati
sebelum mempertimbangkan perawatan implan dan menjelaskan kepada pasien
bagaimana kondisi sistemik dapat mempengaruhi keberhasilan perawatan.

Kondisi daerah implan

Pertimbangan yang paling penting dalam pemasangan implan ini adalah


kualitas dan kuantitas tulang serta bentuk alveolar ridge pada daerah implan
Pemeriksaan radiografi dan klinis juga merupakan sesuatu yang penting dalam
melakukan penilaian dan untuk menemukan daerah implan dengan dukungan tulang
yang optimal. Dokter gigi juga harus hati-hati dalam mempertimbangkan
pengambilan keputusan apakah pemasangan implan dapat dilakukan segera setelah
ekstraksi.

Persetujuan tindakan medis

Setelah melakukan penilaian apakah pasien tersebut sudah memenuhi kriteria


untuk dapat dilakukan perawatan implan, persetujuan tindakan medis harus diperoleh
dari pasien sebelum perawatan dimulai. Suatu persetujuan tindakan medis harus
mencakup:

1. Jumlah dan lokasi implan yang telah direncanakan.

2. Operasi tambahan jika perlu.

3. Prosedur anastesi.

22
4. Potensi resiko dari operasi dan anastesi.

5. Desain protesa dan restorasi akhir.

Pembuatan protesa

Pembuatan implan protesa memerlukan teknik keahlian yang khusus yang


berbeda dengan pembuatan protesa konvensional. Tujuan utama adalah untuk
mencapai fungsi dan estetik wajah dan gigi, maka perhatian yang khusus harus
diberikan dalam pemeliharaan implan dan restorasi akhir dalam mencapai
keberhasilan jangka panjang1.

23
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Implan gigi merupakan salah satu cara untuk mengganti gigi yang hilang
sehingga diperoleh fungsi pengunyahan, estetik dan kenyamanan yang ideal. Implan
gigi adalah suatu alat yang ditanam secara bedah ke dalam jaringan lunak atau tulang
rahang sehingga dapat berfungsi sebagai akar pengganti untuk menahan gigi tiruan
maupun jembatan.

Pemasangan implan harus dilakukan pada pasien yang mempunyai motivasi,


kooperatif dan oral hygiene yang baik. Tidak ada batasan usia untuk pemasangan
implan, akan tetapi lebih baik diatas usia 16 tahun. Pemasangan implan pada usia tua
lebih baik dari pasien dengan usia muda3.

3.2 SARAN

Kami berharap, makalah ini bisa membantu para pembaca dalam mempelajari
bahan implan. Semoga apa yang sudah kami lampirkan bisa menjadi media dalam
memperdalam bahan implan. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan kata yang tidak disengaja dan kurang berkenan di hati para pembaca
sekalian.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/28589/Chapter
%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y
2. Mc Glumphy, EA dan Larsen, PE., 2003, Contemporary Implant Dentistry, In
Peterson Implant Dentistry, Contemporary Oral and Maxilofacial Surgery,
Fourth ed. Mosby, St Louis.
3. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2011/10/pustaka_unpad_implan_gigi_untuk_dokter_gigi_um
um.pdf
4. Straumann. 1995. Concept and surgical Procedure. Straumann Dental.
Quintessenze Verlag, Berlin.
5. Choi, K. O. 2007. Osstem Implan System. Osstem Implan Co, Ltd

25

Anda mungkin juga menyukai