DENTOMAKSILOFASIAL
“Nomenklatur Gigi”
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat serta kasih karunia-Nya sehingga kami mendapatkam
kemudahan dalam menyusun dan menyelesaikan tugas yang ada tepat tepat pada
waktunya. Judul dari makalah yang telah kami susun ini adalah “Nomenklatur Gigi”.
Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah PERTUMBUHAN &
PERKEMBANGAN DENTOMAKSILOFASIAL mengenai nomenklatur gigi, yang
mana dengan tugas ini kami mahasiswa/i dapat mengetahui lebih jauh dan menguasai
semua capaian materi dari para dosen.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah bersama-
sama membantu dan membagikan sebagian dari pengetahuannya kepada kami demi
kepentingan penulisan dari makalah ini, sehingga kami bisa melengkapi makalah
kami dengan baik.
Kami berharap, dengan adanya makalah ini, materi mengenai nomenklatur
gigi akan lebih mudah dipahami dan dimengerti secara mendalam. Semoga makalah
kami bisa menjadi salah satu sarana atau media untuk mempelajari dan
mempermudah pembaca yang ingin mempelajari tentang nomenklatur gigi.
Kelompok 3/Kelas F
2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.1. Latar Belakang
Erupsi gigi didefenisikan sebagai pergerakan suatu gigi, terutama dalam arah
sumbu panjang gigi, dari tempat terbentuknya dalam tulang rahang ke posisi
fungsionalnya dalam rongga mulut.
4
1.3. Tujuan Penulisan
Makalah ini kami susun dengan harapan semua rumusan masalah yang ada bisa
terjawab dengan jelas dan padat serta, menjadi media untuk membantu mendapatkan
informasi mengenai “Nomenklatur Gigi”.
BAB II
PEMBAHASAN
5
2.1 Urutan Erupsi Gigi Sulung & Permanen
Proses erupsi gigi merupakan suatu proses fisiologis berupa proses pergerakan
gigi yang dimulai dari tempat pembentukan gigi di dalam tulang alveolar kemudian
gigi menembus gusi sampai akhirnya gigi mencapai dataran oklusal.
Banyak pendapat mengenai pengertian erupsi gigi. Menurut Lew (1992), gigi
dinyatakan erupsi jika tonjol gigi atau tepi insisal dari gigi muncul menembus gingiva
dan tidak melebihi 3mm diatas gingiva level yang dihitung dari tepi insisal gigi.
Erupsi gigi didefenisikan sebagai pergerakan suatu gigi, terutama dalam arah sumbu
panjang gigi, dari tempat terbentuknya dalam tulang rahang ke posisi fungsionalnya
dalam rongga mulut.
Pada masa awal odontogenesis, letak benih gigi susu dan benih gigi permanen
berada sejajar terhadap dataran oklusal, tetapi seiring dengan pertumbuhan rahang
maka benih gigi permanen semakin tertinggal pada tulang alveolar dibandingkan dari
benih gigi susu yang mengalami pergerakan erupsi, akhirnya benih gigi permanen
menempati bagian lingual dari akar gigi susu.
Gerakan dalam proses erupsi gigi adalah kearah vertikal tetapi selama proses
erupsi gigi berlangsung, gigi juga mengalami pergerakan miring, rotasi dan
pergerakan kearah mesial. Proses erupsi gigi dimulai sebelum tanda pertama
mineralisasi dimana proses erupsi gigi terus menerus berlangsung tidak hanya sampai
terjadi kontak dengan gigi antagonisnya, tetapi juga sesudahnya meskipun gigi telah
difungsikan, proses erupsi gigi berakhir bila gigi telah tanggal2.
6
1. Gigi I1 bawah.
2. Gigi I2 bawah.
3. Gigi I1 atas.
4. Gigi I2 atas.
5. Gigi M1 bawah.
6. Gigi M1 atas.
7. Gigi C bawah.
8. Gigi C atas.
9. Gigi M2 bawah.
7
bulan
1. Gigi M1 atas.
4. Gigi I2 atas.
5. Gigi C bawah.
6. Gigi P1 atas.
9. Gigi M2 bawah.
8
10. Gigi M2 atas.
9
Pergantian gigi sulung menjadi gigi permanen
Waktu erupsi gigi diartikan sebagai vaktu munculnya tonjol gigi atau tepi
insisal dari gigi menembus gingiva. Berdasarkan penelitian terdahulu terdapai
perbedaan waktu erupsi antara satu populasi dengan populasi lain yang berbeda ras
bahkan berdasarkan penelitian Hume ( 1992) pada berbagai etnik di Amerika dan
Eropa Barat ditemukan data bahwa tidak ada dua individu yang mempunyai waktu
erupsi yang sama.
10
2.2 Nomenklatur Gigi
Pengertian Nomenklatur
Jenis-jenis Nomenklatur
Terdapat beragam cara yang digunakan dalam menulis notasi gigi geligi.
Berikut beberapa cara yang pernah digunakan sebagai nomenklatur pada gigi
manusia4:
1. Cara Zsigmondy
11
Gigi Permanen:
87654321 12345678
87654321 12345678
M2 atas kiri = 7
Gigi Susu:
V IV III II I I II III IV V
V IV III II I I II III IV V
I2 atas kanan = II
2. Cara Palmer’s
12
Penulisan dengan cara Palmer’s hampir sama dengan penulisan dengan cara
Zsigmondy, hanya berbeda pada penulisan gigi susu. Cara ini dianggap cara yang
paling mudah dan universal untuk dental record4.
Gigi Permanen:
Penulisan pada gigi permanen tetap menggunakan angka arab (angka biasa).
Adapun urutan penomoran gigi permanen adalah sebagai berikut:
8765432112345678
8765432112345678
M2 atas kiri = 7
Gigi Susu:
EDCBAABCDE
EDCBAABCDE
I2 atas kanan = B
3. Cara Amerika
13
Penulisan dengan cara Amerika menggunakan penomoran yang dimulai dari
gigi molar akhir kiri atas, ke kanan, ke kanan bawah, dan ke kiri bawah. Cara
Amerika digunakan tanpa memerhatikan batas kuadran4.
Gigi Permanen:
16 15 14 13 12 11 10 9 87654321
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
M3 atas kanan = 16
Gigi Susu:
M2 atas kanan = IX
4. Cara Applegate
14
Penulisan dengan cara Applegate merupakan kebalikan dari cara Amerika,
yaitu dengan memulai penomoran dari gigi molar akhir atas kanan, ke kiri, ke bawah,
dan ke kanan4.
Gigi Permanen:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
32 31 30 29 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17
M3 atas kanan = 1
Gigi Susu:
M2 atas kanan = II
5. Cara Haderup
15
Cara Haderup ini membagi gigi menjadi dua yaitu gigi atas dengan simbol (+)
dan gigi bawah dengan simbol (-). Penomoran gigi dimulai dari gigi incicors, gigi
incicors dibagi menjadi 2 mengikuti garis median seperti berikut4:
Gigi Permanen:
8+7+6+5+4+3+2+1+ +1+2+3+4+5+6+7+8
8-7-6-5-4-3-2-1- -1-2-3-4-5-6-7-8
Gigi Susu
08+07+06+05+04+03+02+01+ +01+02+03+04+05+06+07+08
08-07-06-05-04-03-02-01- -01-02-03-04-05-06-07-08
6. Sistem Scandinavian
Sistem ini jarang digunakan dalam praktik. Sistem ini menggunakan tanda (+)
untuk gigi atas dan tanda (-) untuk gigi bawah, penulisan untuk gigi kuadran atas
16
kanan dan bawah kanan didahuli dengan tanda (+/-), sedangkan gigi kuadran atas kiri
dan bawah kiri didahului dengan angka4.
+08+07+06+05+04+03+02+01+ +01+02+03+04+05+06+07+08+
-08-07-06-05-04-03-02-01- -01-02-03-04-05-06-07-08-
Cara ini membagi 4 kuadran pada daerah gigi di mulut. Pada gigi permanen
gigi yang berada di kiri atas disimbolkan dengan kuadran 1, gigi daerah kanan atas
disimbolkan dengan kuadran 2, gigi daerah kanan bawah disimbolkan dengan
kuadran 3, dan gigi daerah kiri bawah disimbolkan dengan kuadran 4. Seperti
berikut4:
Gigi Permanen:
2.8 2.7 2.6 2.5 2.4 2.3 2.2 2.1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8
3.8 3.7 3.6 3.5 3.4 3.3 3.2 3.1 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8
Gigi Susu
b.8 b.7 b.6 b.5 b.4 b.3 b.2 b.1 a.1 a.2 a.3 a.4 a.5 a.6 a.7 a.8
c.8 c.7 c.6 c.5 c.4 c.3 c.2 c.1 d.1 d.2 d.3 d.4 d.5 d.6 d.7 d.8
17
8. Sistem Dua Angka International Dental Federation
Sistem ini menggunakan dua digit untuk setiap gigi permanen dan sulung.
Digit pertama menunjukkan kuadran, lengkung (atas atau bawah) dan geligi-geligi
(permanen atau sulung). Seperti berikut4:
Gigi Permanen:
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
Gigi Susu:
55 54 53 52 51 61 62 63 64 65
85 84 83 82 81 71 72 73 74 75
9. Cara Utrecht/Belanda
S = superior/atas D = dexter/kanan
18
I = inferior/bawah S = sinister/kiri
Gigi Permanen:
I1bawah kiri = I1 Is
Gigi Susu
M2 atas kiri = M2
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
19
Erupsi gigi adalah proses fisiologis yang merupakan proses pergerakan gigi,
dimulai dari tempat pembentukan gigi di dalam tulang alveolar kemudian gigi
menembus gusi, sampai akhirnya gigi mencapai dataran oklusal
Nomenklatur adalah penamaan yang dipakai pada bidang tertentu atas dasar
kesepakatan internasional. Nomenklatur ini kemudian digunakan pada kedokteran
gigi. Hal ini dibuktikan dengan adanya jenis-jenis nomenklatur yang dikembangkan.
Jenis-jenis nomenklatur itu sendiri ialah cara Zsigmondy, cara Palmer’s, cara
Amerika, cara Applegate, cara Haderup, cara Scandinavian, Cara G.B Denton, dan
cara International Dental Federation. Cara yang digunakan di Indonesia ialah cara
International Dental Federation.
3.2. SARAN
Kami berharap, makalah ini bisa membantu para pembaca dalam mempelajari
nomenklatur gigi. Semoga apa yang sudah kami lampirkan bisa menjadi media dalam
memperdalam nomenklatur gigi. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan kata yang secara tidak sengaja kurang berkenan di hati para pembaca
sekalian.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fuller JA, Gerald ED, Thomas MS.2001. Concise Dental Anatomy and
Morphology.
20
2. Primasari, Ameta. 2018. Embriologi dan Tumbuh Kembang Rongga Mulut,
diakses dari https://repository.usu.ac.id/, pada tanggal 30 maret 2020.
3. Foster, T.D.1993. Buku Ajar Ortodonsi Edisi III. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran. EGC.
4. Avery, James K. 1994. Oral Development and Histology. New York:
Thieme Medical Publishers.
5. http://kbbi.web.id/
6. https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/7ad1caefc676c2fffc07
dccdc7ed34d1.pdf
21