Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH BIOMEDIK I

“Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi dan


Sistem Urinarius”

Tri Fitria Nabila 201911171 Yustisi Dwinda 201911177


Vina Herawati 201911172 Zahro R F 201911178
Tri Lanang W 201911173 Zendra Rio M 201911179
Vyra Annisa 201911174 Zhene A 201911180
Yemima Baby R 201911175 Farhany Sefina K 201911181
Yessika Suharya D 201911176
Disusun Oleh:

Kelompok 3 Kelas F

Fasilitator:

dr adibah

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat serta kasih karunia-Nya sehingga kami mendapatkam
kemudahan dalam menyusun dan menyelesaikan tugas yang ada tepat tepat pada
waktunya. Kami ucapkan terimakasih kepada semua yang sudah terlibat dalam
penyusunan dari makalah mengenai “Sistem Integumen” ini.
Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah BIOMEDIK I mengenai Sistem
Integumen pada manusia, yang mana dengan tugas ini kami mahasiswa/i dapat
mengetahui lebih jauh dan menguasai semua materi yang diberikan oleh para dosen
kami.
Makalah yang kami susun ini berjudul “Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi
dan Sistem Urinarius”. Kami berharap, dengan adanya makalah ini, pelajaran
mengenai pengertian, macam-macam sel dan kelenjar, anatomi dan fisiologi dari
sistem respirasi serta sistem urinarius dengan bagian-bagian, dan fungsi-fungsinya
akan lebih mudah dipahami dan dimengerti secara lebih mendalam. Kami juga
mengharapkan makalah kami bisa menjadi sarana atau media untuk mempelajari
tentang anatomi dan fisiologi sistem respirasi dan urinarius dengan baik dan benar,
serta penjelasan yang tertera dapat mempermudah pembaca yang sedang mempelajari
tentang sistem respirasi dan urinarius dengan membaca apa yang tertuang di dalam
makalah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………………..……………….………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………..……………………………………………...4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Sistem Respirasi…………………………….…………………………...
2.2 Fisiologi Sistem Respirasi……..…………………………………………………..
2.3 Anatomi Sistem Urinarius……………………………............................................
2.4 Fisiologi Sistem Urinarius.........................................................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………...…...
3.2 Saran……………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem respirasi adalah sekumpulan organ yang bekerja untuk proses pernapasan
manusia. Organ-organ tersebut di antaranya adalah hidung, mulut, faring, laring,
trakea, bronkus, dan paru-paru.

Sistem respirasi disebut juga dengan sistem pernapasan yang memiliki dua tugas
utama yaitu membawa oksigen ke seluruh tubuh agar sel-sel berfungsi dengan baik
dan membantu tubuh mengeluarkan karbon dioksida atau zat-zat limbah. Proses
pernapasan memegang fungsi vital bagi tubuh untuk bertahan hidup

Sistem urinaria (ginjal) terdiri dari organ-organ yang memproduksi urine dan
mengeluarkannya dari tubuh. sistem ini merupakan salah satu sistem utama untuk
mempertahankan homeostatis (kekonstanan lingkungan internal).

Sistem urinarius terdiri dari 2 ginjal yang memproduksi urine, 2 ureter yang
membawa urine ke dalam sebuah kandung kemih untuk menampung sementara dan
uretra yang mengalirkan urine keluar tubuh melalui orifisium uretra eksterna.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja organ yang termasuk dalam sistem repirasi?
2. Apa saja fungsi dari masing-masing organ yang termasuk di dalam sistem
respirasi?
3. Apa saja organ-organ termasuk dalam sistem urinarius?
4. Apa saja fungsi dari masing-masing organ yang termasuk di dalam sistem
urinarius?

4
C. TUJUAN PENULISAN

Makalah ini kami susun dengan harapan semua rumusan masalah yang ada bisa
terjawab dengan jelas dan padat serta, menjadi media untuk membantu mendapatkan
informasi mengenai “Anataomi dan Fisiologi Sistem Respirasi dan Sistem Urinarius”.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. ANATOMI SISTEM RESPIRASI

Saluran pernafasan atas

HIDUNG

Hidung merupakan pintu masuk pertama udara yang kita hirup. Udara masuk dan
keluar sistem pernapasan melalui hidung, yang terbentuk dari dua tulang hidung dan
beberapa kartilago. Terdapat dua pintu pada dasar hidung-nostri (ubang hidung, atau
nares eksternal yang dipisahkan oleh septum nasal di bagian tengahnya. Lapisan
mukosa hidung adalah sel epitel bersilia, dengan sel goblet yang menghasilkan lendir.
Udara yang melewati rongga hidung dihangatkan dan dilembabkan.

Bakteri dan partikel polusi udara akan terjebak dalam lendir; silia pada lapisan
mukosa secara kontinu menyapu lendir ke arah faring. Sebagian besar lendir ini pada
akhirnya akan tertelan, dan setiap bakteri yang ada akan dihancurkan oleh asam
hidroklorida dalam getah lambung. Rongga nasal berhubungan dengan beberapa
rongga lain yang terdapat dalam tulang tengorak, yaiu sinus paranasal yang fungsinya
adalah untuk meringankan tulang tengkorak dan memberikan resonansi suara.
Rongga ini berhubungan dengan rongga nasal melalui saluran kecil yang juga dilapisi
oleh membran mukosa. Karena saluran ini sempit, maka ia mudah tersumbat selama
proses infamasi dan infeksi. Lendir dan cairan lainnya menjadi terperangkap dan
menumpuk di dalam sinus yang tersumbat, menimbulkan tekanan yang terasa sangat
nyeri. Kondisi ini disebut sinusitis.1

FARING

6
Faring atau tenggorok adalah tuba muskular yang terletak di posterior rongga nasal
dan oral dan di anterior vertebra servikalis. Secara deskriptif, faring dapat dibagi
menjadi tiga segmen, setiap segmen dilanjutkan oleh segmen lainnya; nasofaring,
orofaring, dan laringofaring.

Bagian paling atas (superior) adalah nasofaring, yang terletak di belakang rongga
nasal. Nasofaring berhubungan dengan nares internal dan ostium ke kedua tuba
auditorius, yang memanjang ke telinga tengah. Adenoid atau tonsil faringeal terletak
pada dinding posterior nasofaring, yaitu nodulus limfe yang mengandung makrofag.
Nasofaring adalah saluran yang hanya dilalui oleh udara, letapi bagian faring lainnya
dapat dilalui baik oleh udara maupun makanan, namun tidak untuk keduanya pada
saat yang bersamaan.1

Bagian faring yang dapat anda lihat ketika anda bercermin dengan mulut terbuka
lebar adalah orofaring, terletak di belakang mulut; mukosa orofaring adalah epitel
skuamosa bertingkat, dilanjuckan dengan epitel yang terdapat pada rongga mulut.
Pada dinding latcrainya terdapat tonsil palatin yang juga nodulus limfe. Tonsil
adenoid dan lingual pada dasar lidah, membentuk cincin jaringan limfatik
mengelilingi faring untuk menghancurkan patogen yang masuk ke dalam mukosa.
Laringofaring merupakan bagian paling inferior dari faring. Laringofaring membuka
ke arah anterior ke dalam laring dan ke arah posterior ke dalam esofagus. Kontraksi
dinding muskular orofaring dan laringofaring merupakan bagian dari refleks
menelan.1

LARING

Laring sering disebut kotak suara, nama yang menunjukkan salah satu fungsinya,
yaitu berbicara adalah saluran pendek yang menghubungkan faring dengan trakhea.
Laring memungkinkan udara mengalir di dalam struktur ini, dan mencegah benda
padat agar tidak masuk ke dalam trakhea. Laring mer;adi tempat pita suara, dengan

7
demikian laring menjadi sarana pembentukan suara. Dinding laring terutama dibentuk
oleh tulang rawan Kartilago, dan bagian dalamnya dilapisi oleh membran mukosa
berslilia Karilago.2

Laring terdiri atas sembilan buah yang tersusun sedemikian rupa sehingga membenuk
struktur seperti kotak anteritor leher, (Pada pria kartilago ini membesar yang disebut
Adam'sappie atau buah jakun). Epiglotis atau kartilago epiglouik adalah karilago
yang paling atas, bentuknya seperti lidah dan keseluruhannya dilapisi oleh membran
mukosa Selama menelan, laring bergerak ke atas dan epiglotis tertckan ke bawah
menutup glotis. Gerakan ini mencegah masuknya makan atau cairan ke dalam laring.

Pita suara terletak di kedua sisi glotis. Selama bernapas, pita suara tertahan di kedua
sisi glotis sehingga udara dapat masuk dan keluar dengan bebas dari trakhea. Selama
berbicara otor-otot instrinsik laring menarik pita suara menutupi glots, dan udara
yang dihembuskan akan menggetarkan pita suara untuk menghasilkan bunyi yang
selanjutnya diubah menjadi kata-kata (Gbr. 1-4) Sarafkranial motorik yang
mempersarafi faring untuk berbicara adalah nervus vagus dan nervus aksesorius.2

Saluran Pernapasan Bawah

TRAKHEA

Pipa udara atau trakhea adalah saluran udara tubular yang mempunyai panjang sekitar
10 sampai 13 cm dengan lebar sekitar 2,5 cm. Trakhea terletak di depan esofagus dan
saat palpasi teraba sebagai struktur yang keras, kaku tepat di permukan anterior leher.
Trakhea memanjang dari laring ke arah bawah ke dalam rongga toraks tempatnya
terbagi menjadi bronkhi kanan dan kiri.

Dinding trakhea disangga oleh cincin-cincin kartilago, otot polos, dan serat clastik.
Cincin kartilago ini berujung terbuka yang menghadap belakang seperti huruf C yang
banyaknya sekitar 16 sampai 20 buah. Ujung terbuka dari cincin ini dihubungkan

8
olch otot polos dan jaringan ikat, memungkinkan pelebaran esofagus ketika makanan
ditelan.1

Cincin kartilago memberikan bentuk kaku pada trakhea, mencegahnya agar tidak
kolaps dan menutup jalan udara.

BRONKHIAL DAN ALVEOLI

Ujung distal trakhea membagi menjadi bronkhi primer kanan dan kiri yang terletak di
dalam rongga dada. Di dalam paruparu masing masing bronkhus primer sedikit
memanjang dari trakhea ke arah paruparu membentuk cabang menjadi bronkhus
sekunder, meski perpanjangan ini tidak simetris: cabang bronkus kiri mempunyai
sudut yang lebih tajam daripada cabang bronkus kanan. Percabangan yang paling
kecil disebut sebagai bronkiolus. Pada dinding bronkhiolus tidak terdapat kartilago
keadaan ini menjadi penting secara klinis dalam asma . Bronkhiolus paling kecil
berakhir dalam kumpulan alveoli kantung udara dalam paruparu.

Fungsi percabangan bronkhial untuk memberikan saluran bagi udara antara trakea
dan alveoli.sangat penting artinya untuk menjaga agar jalan udara ini tetap terbuka
dan bersih1

Alveoli berjumlah sekitar 300 sampai 500 juta di dalam paruparu pada ratarata orang
dewasa fungsinya adalah sebagai satu-satunya tempat pertukaran gas antara
lingkungan eksternal dan aliran darah. Jumlah alveoli yang sangat banyak
memberikan area permukaan yang sangat luas sehingga memungkinkan terjadinya
pertukaran gas. Setiap paruparu mempunyai area permukaan internal sekitar 80 kali
lebih besar dari luas permukaan tubuh eksternal atau sekitar 70 m

Struktur alveoli sangat efisien untuk mendukung terjadinya difusi gas. Setiap alveolus
terdiri atas ruang udara mikroskopik yang dikelilingi oleh dinding yang tipis, yang
memisahkan satu alveolus dengan alveolus lainnya, dan dari kapiler didekatnya.

9
Dinding ini terdiri atas satu lapis epitel skuamosa. Di antara sel epitel terdapat sel-sel
khusus yang menyekresi lapisan molekuI lipid seperi deterien yang disebut surfaktan.
Surfaktan normalnya melapisi permukaan dalam dinding alveolar, bersamaan dengan
selapis tipis cairan encer. Cairan ini dibutuhkan untuk menjaga agar permukaan
alveolar tetap lembab, yang penting untuk terjadinya difusigas melalui dinding
alveolar. Air dalam cairan ini mengeluarkan tenaga atraktif yang kuat disebut tekanan
permukaan, yang menyebabkan dinding alveolar tertarik dan kolaps ketika udara
meninggalkan bilik alveolar selama ekspirasi. Surfaktan melawan tekanan ini, dengan
memungkinkan alveoli mengembang kembali dengan cepat setelah ekspirasi.2

PARU-PARU

Paru-paru terletak di kedua sisi jantung di dalam rongga dada dan dikelilingi serta
dilindungi oleh sangkar iga. Bagian dasar setiap paru terletak di atas diafragma;
bagian apeks paru (ujung superior) terletak setinggi klavikula. Pada permukaan
tengah dari setiap paru terdapat identasi yang disebut hilus, tempat bronkhus primer
dan masuknya arteri serta vena pulmonari ke dalam paru. Bagian kanan dan kiri paru
terdiri atas percabangan saluran yang membentuk pohon bronkhial, jutaan alveoli dan
jaring-jaring kapilernya, dan jaringan ikat. Sebagai organ, fungsi paru-paru adalah
tempat terjadinya pertukaran gas antara udara atmosfir dan udara dalam aliran darah.

Setiap paru dibagi menjadi kompartemen yang lebih kecil. Pembagian pertama
disebut lobus. Paru kanan terdiri atas tiga lobus dan lebih besar dari kiriyang hanya
terdiri atas dua lobus.Lapisan yang membatasi antara lobus disebut fisura. Setiap
lobus dipasok oleh cabang utama percabangan bronkhial dan diselaputi oleh jaringan
ikat.

Lobus kemudian membagi lagi menjadi kompartemen yang lebih kecil dan dikenal
sebagai segmen. Setiap segmen terdiri atas banyak lobulus, yang masing-masing
mempunyai bronkhiole, arteriole, venula, dan pembuluh limfatik. Dua lapis membran

10
serosa mengelilingi setiap paru dan disebut sebagai pleurae. Lapisan terluar disebut
pleura parietal yang melapisi dinding dada dan mediastinum. Lapisan dalamnya
disebut pleura viseral yang mengelilingi paru dan dengan kuat melekat pada
permukaan luarnya. Rongga pleural ini mengandung cairan yang dihasilkan oleh sel-
sel serosa di dalam pleura. Cairan pleural melicinkan permukaan kedea membran
pleura untuk mengurangi gesekan ketika paru-paru mengembang dan berkontraksi
selama bernapas. Jika cairan yang dihasilkan berkurang atau membran pleura
membengkak, akan terjadi suatu kondisi yang disebut pleurisi dan terasa sangat nyeri
karena membran pleural saling bergesekan satu sama lain ketika bernapas.1

TORAKS

Rongga toraks terdiri atas rongga pleura kanan dan kiri dan bagian tengah yang
disebut mediastinum. Jaringan fibrosa membentuk dinding sekeliling mediastinum,
yang secara sempurna memisahkannaya dari rongga pleura kanan, dimana terletak
paru kanan, dan dari rongga pleura kiri, yang merupakan tempat dari paru kiri Satu-
satunya organ dalam rongga toraks yang tidak terletak di dalam mediastinum adalah
paru-paru.

Toraks mempunyai peranan penting dalam pernapasan. Karena bentuk elips dari
tulang rusuk dan sudut perlekatannya ke tulang belakang, toraks menjadi lebih besar
ketika dada dibusungkan dan menjadi lebih kecil ketika dikempiskan. Bahkan
perubahan yang lebih besar lagi terjadi ketika diafragma berkontraksi dan relaksasi.
Saat diafragma berkontraksi, diafragma akan mendatar keluar dan dengan demikian
menarik dasar rongga toraks ke arah bawah sehingga memperbesar volume toraks.
Ketika diafragma rileks, diafragma kembali ke bentuk awalnya yang seperti kubah
sehingga memperkecil volume rongga toraks. Perubahan dalam ukuran toraks inilah
yang memungkinkan terjadinya proses inspirasi dan ekspirasi.2

11
B. FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI

Respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran


karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia dalam bernapas
menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbon dioksida ke
lingkungan.

Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu:

1. Respirasi Luar merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan
udara.

2. Respirasi Dalam merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-
sel tubuh.

Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan
dengan dua cara pernapasan, yaitu :

 Respirasi / Pernapasan Dada

- Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut

- Tulang rusuk terangkat ke atas

- Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil
sehingga udara masuk ke dalam badan.

 Respirasi / Pernapasan Perut

12
- Otot difragma pada perut mengalami kontraksi

- Diafragma datar

- Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada
dada mengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru1

Mekanisme Bernapas

Bernapas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara bergantian, teratur,


berirama dan terus menerus. Bernapas merupakan gerak reflek yang terjadi pada otot-
otot pernapasan.

Reflek bernapas ini diatur oleh pusat pernapasan yang terletak di dalam sumsum
penyambung (medulla oblongata). Oleh karena itu seseorang dapat menahan,
memperlambat atau mempercepat napasnya, ini berarti bahwa reflek napas juga di
bawah pengaruh korteks serebri. Pusat pernapasan sangat peka terhadap kelebihan
kadar karbondioksida dalam darah dan kekurangan oksigen dalam darah.2

Mekanisme terjadinya pernapasan terbagi dua yaitu:

A. Inspirasi

Sebelum menarik napas / inspirasi kedudukan diafragma melengkung ke arah rongga


dada, dan otot-otot dalam keadaan mengendur. Bila otot diafragma berkontraksi,
maka diafragma akan mendatar. Pada waktu inspirasi maksimum, otot antar tulang
rusuk berkontraksi sehingga tulang rusuk terangkat. Keadaan ini menambah besarnya
rongga dada. Mendatarnya diafragma dan terangkatnya tulang rusuk, menyebabkan
rongga dada bertambah besar, diikuti mengembangnya paru-paru, sehingga udara luar
melalui hidung, melalui batang tenggorok (bronkus), kemudian masuk ke paru-paru.1

B. Ekspirasi

13
Ekspirasi merupakan proses pasif yang tidak memerlukan kontraksi otot untuk
menurunkan intratorakal. Proses ekspirasi terjadi apabila otot antar tulang rusuk dan
otot diafragma mengendur, maka diafragma akan melengkung ke arah rongga dada
lagi, dan tulang rusuk akan kembali ke posisi semula. Kedua hal tersebut
menyebabkan rongga dada mengecil, sehingga udara dalam paru-paru terdorong ke
luar. Inilah yang disebut mekanisme ekspirasi.1

Pertukaran Gas

Proses pertukaran gas adalah proses masuknya oksigen keluarnya karbon dioksida
dalam alveolus. Pertukaran gas dalam alveolus adalah sebagai berikut :

Pada waktu kita bernapas, udara masuk masuk melalui saluran pernapasan dan
akhirnya masuk ke dalam alveolus dalam paru-paru. Oksigen yang terdapat dalam
alveolus berdifusi menembus dinding alveolus, kemudian menembus dinding
kapiler darah yang mengelilingi alveolus. Dan terakhir masuk ke dalam pembuluh
darah menjadi oksihemoglobin, selanjutnya diedarkan oleh darah ke seluruh
tubuh.

Oksigen dilepaskan ke dalam sel-sel tubuh sehingga oksihemoglobin kembali


menjadi hemoglobin. Oksigen digunakan untuk oksidasi (pernapasan sel). Karbon
dioksida yang dihasilkan dari pernapasan sel diangkut oleh darah melalui
pembuluh darah yang akhirnya sampai pada alviolus. Setelah menembus dinding
pembuluh darah dan dinding alveolus, karbon dioksida masuk ke dalam alveolus.
Dari alveolus, karbon dioksida dikeluarkan melalui saluran pernapasan pada
waktu kita mengeluarkan bapas yang akhirnya karbon dioksida keluar dari tubuh
melalui hidung.2

VOLUME DAN KAPASITAS PARU-PARU

14
Volume paru dan kapasitas paru merupakan gambaran fungsi ventilasi sistem
pernapasan. Dengan mengetahui besarnya volume dan kapasitas fungsi paru dapat
diketahui besarnya kapasitas ventilasi maupun ada tidaknya kelainan fungsi paru.

a. Volume Paru

Empat macam volume paru tersebut jika semuanya dijumlahkan, sama dengan
volume maksimal paru yang mengembang atau disebut juga total lung capacity ,
dan arti dari masing - masing volume tersebut adalah sebagai berikut :2

1. Volume tidal merupakan jumlah udara yang masuk ke dalam paru setiap kali
inspirasi atau ekspirasi pada setiap pernapasan normal. Nilai rata-ratanya pada
kondisi istirahat = 500 ml.

2. Volume cadangan inspirasi merupakan jumlah udara yang masih dapat masuk
ke dalam paru pada inspirasi maksimal setelah inspirasi biasa dan diatas volume
tidal, digunakan pada saat aktivitas fisik. Volume cadangan inspirasi dicapai
dengan kontraksi maksimal diafragma, musculus intercostalis eksternus dan otot
inspirasi tambaha n. Nilai rerata = 3000 ml.

3. Volume cadangan ekspirasi merupakan jumlah udara yang dapat dikeluarkan


secara aktif dari dalam paru melalui kontraksi otot ekspirasi secara maksimal,
setelah ekspirasi biasa. Nilai rerata = 1000 ml.

4. Volume residual merupakan uda ra yang masih tertinggal di dalam paru setelah
ekspirasi maksimal. Volume ini tidak dapat diukur secara langsung menggunakan
spirometri. Namun, volume ini dapat diukur secara tidak langsung melalui teknik
pengenceran gas yang melibatkan inspirasi sejumlah gas tertentu yang tidak
berbahaya seperti helium. Nilai rerata = 1200 ml.

15
b. Kapasitas Paru

Kapasitas paru merupakan jumlah oksigen yang dapat dimasukkan ke dalam paru
seseorang secara maksimal. Jumlah oksigen yang dapat dimasukkan ke dalam
paru akan diten tukan oleh kemampuan compliance sistem pernapasan.

Semakin baik kerja sistem pernapasan berarti volume oksigen yang diperoleh
semakin banyak.3

1. Kapasitas vital

Kapasitas vital adalah jumlah udara terbesar yang dapat dikeluarkan dari paru
dalam satu kali bernapas setelah inspirasi maksimal. Kapasitas vital
mencerminkan perubahan volume maksimal yang dapat terjadi di paru.

Kapasitas vital merupakan hasil penjumlahan volume tidal dengan volume


cadangan inspirasi dan volume cadangan ekspirasi. Nilai rerata= 4500 ml.

2. Kapasitas inspirasi

Kapasitas inspirasi yaitu volume udara maksimal yang dapat dihirup pada akhir
ekspirasi biasa.

Kapasitas inspirasi merupakan penjumlahan volume tidal dengan volume


cadangan inspirasi. Nilai rata-ratanya = 3500 ml.

16
3. Kapasitas residual fungsional

Kapasitas residual fungsional yaitu jumlah udara di paru pad a akhir ekspirasi
pasif normal. Kapasitas residual fungsional merupakan penjumlahan dari volume
cadangan ekspirasi dengan volume residual. Nilai rata-ratanya = 2200 ml

5. Kapasitas total paru

Kapasitas total paru yaitu jumlah udara dalam paru sesudah inspirasi maksimal.
Kapasitas total paru merupakan penjumlahan dari keseluruhan empat volume paru
atau penjumalahan dari kapasitas vital dengan volume r esidual. Nilai rata-ratanya
= 5700 ml

C. ANATOMI SISTEM URINARIUS

Sistem urinaria berhubungan dengan organ yang memproduksi, menyimpan, dan


mengalirkan urine pada manusia. Urine adalah zat cair buangan yang terhimpun di
dalam kandung kemih dan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui saluran kemih.
Pembentukan urine bertujuan untuk mempertahankan homeostatis dengan mengatur
volume dan komposisi darah. Proses ini meliputi pengeluaran larutan sampah organik
produk metabolisme.[1]

Sistem kemih gurinaria) terdiri dari dua ren (ginjal) yang terletak pada dinding
posterior abdomen, dua ureter yang berjalan ke bawah pada dinding posterior

17
abdomen dan masuk ke pelvis, satu vesica urinaria (kandung kemih) yang terletak di
dalam cavitas pelvis, dan satu uretra yang berjalan melalui perineum (Gambar 21-1).

Uretra pada laki-laki tidak hanya mengalirkan urin keluar, tetapi juga ductus
excretorius untuk sistem reproduksi, yang membawa semen keluar.[2]

1. Ginjal
Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh manusia, karena ginjal berfungsi
mempertahankan homeostatis cairan tubuh supaya selalu berfungsi dengan baik.untuk
mempertahankan homeostatik supaya berfungsi dengan baik, ginjal mengatur volume

18
cairan serta menyeimbangkan osmotik, asam basa, ekskresi sisa metabolisme dan
sistem pengatur hormonal.[1]

Kedua ren (ginjal) berwama coklat kemerahan dan terletak di belakang peritoneum,
pada dinding postedor abdomen di samping kanan dan kiri columna vertebralis; dan
sebagian besar tertutup oleh arcus costalis (Gambar 21-1). Ren dexter terletak sedikit
lebih rendah dibandingkan ren sinister, karena adanya lobus hepatis dexter yang
besar. Bila diaphragma berkontraksi pada waktu respirasi, kedua ren turun dengan
arah vertikal sampai sejauh 1 inci (2,5 cm). Pada margo medialis masing-masing ren
yang cekung/ terdapat celah vertikal yang dibatasi oleh pinggir-pinggir substansi ren
yang tebal dan disebut hilus renalis (Gambar 21-2). Hilus renalis meluas ke rongga
yang besar disebut sinus renalis. Hilus renalis dilalui dari depan ke belakang oleh
vena renalis, dua cabang arteria renalis, ureter, dan cabang ketiga arteria renalis
(V.A.U.A.). Pembuluh-pembuluh limfatik dan serabut-serabut simpatik juga melalui
hilus ini. Ren mempunyai selubung sebagai berikut (Gambar 21-2)

-Capsula fibrosa: Meliputi ren dan melekat dengan erat pada permukaan luar
ren.
-Capsula adiposa: Lemak ini meliputi capsula fibrosa.
-Fascia renalis: Merupakan kondensasi dari jaringan ikat yang terletak di luar
capsula adiposa dan meliputi ren serta glandula suprarenalis. Di lateral fascia
ini melanjutkan diri sebagai fascia transversalis.
-Corpus adiposum pararenale: Terletak di luar fascia renalis dan sering
didapatkan dalam jumlah besar. Lemak ini membentuk sebagian lemak
retroperitoneal.

19
Capsula adiposa, fascia renalis, dan corpus adiposum pararenale menyokong dan

menfiksasi ren pada posisinya di dinding posterior abdomen.[2]

20
 Struktur Ginjal
Masing-masing ren mempunyai cortex renalis di bagian 1uar, yang berwarna coklat
gelap, dan medula renalis di bagian dalam yang lebih terang. Medula renalis terdiri
atas kira-kira selusin pyramis medullae renalis, yang masing-masing mempunyai
basis menghadap ke cortex renalis dan apex, papilla renalis yang menonjol ke medial
(Gambar 21-2). Bagian cortex yang menonjol ke medula di antara pyramis medullae
yang berdekatan disebut columnarenalis. Bagian bergaris-garis yang membentang
dari basis pyramidis renalis menuju ke cortex disebut radii medullares.

Sinus renalis merupakan ruangan di dalam hilus renalis, berisi pelebaran ke atas dari
ureter, disebut pelvis renalis. Pelvis renalis terbagi menjadi dua atau tiga calices
renales majores, yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices
renales minores (Gambar 21-2). Setiap calyx minor diinvaginasi oleh apex pyramidis
renalis yang disebut papilla renalis.[2]

21
 Batas-Batas Penting: Ren Dexter
- Ke anterior: Glandula suprarenalis, hepar, bagian kedua duodenum, dan
flexura coli dextra (Gambar 21-3 dan21-4).
- Ke posterior: Diaphragma, recessus costodiaphrgamatius, costa XII, musculus
psoas, musculus quadratus lumborum, dan musculus transversus abdominis.
nervus subcostalis (T12), nervus iliohypogastricus, dan nervus ilioinguinalis
(L1) berjalan ke bawah dan lateral (Gambar 21-5).[2]

 Batas-Batas Penting: Ren Sinister


- Ke anterior: Clandula suprarenalis, lien, gaster, pancreas, flexura coli slnistra,
dan lengkung-lengkung jejunum (Gambar 21-3 dan21-4).

22
- Ke posterior: Diaphragma, recessus costodiaphragmaticus pleurae, costa XI
(ren sinister lebih tinggi dari ren dexter) dan costa XII, musculus psoas,
musculus quadrafus lumborum, dan musculus transversus abdominis, nervus
subcostalis (T12), nervus iliohypogastricus, dan nervus ilioinguinalis (L1)
berjalan ke bawah dan lateral (Gambar 21-5).
Perhatikan bahwa banyak struktur yang berhubungan langsung dengan ren,
sedangkan lainnya dipisahkan oleh peritoneum viscerale. Untuk rincinya, lihat
Gambar 21-4.[2]

 Pendarahan

23
- Arteria renalis berasal dari aorta setinggi vertebra lumbalis II. Masing-masing
arteria renalis biasanya bercabang menjadi lima Arteria segmentalis yang
masuk ke dalam hilus renalis, empat di depan dan satu di belakang pelvis
renalis. Arteri-arteri ini mendarahi segmen-segmen atau area yang berbeda.
Arteriae lobares berasal dari masing-masing arteria segmentalis, masing-
masing satu buah untuk satu pyramis medullae renalis. Sebelum masuk
substansia renalis setiap arteria lobaris mencabangkan dua atau tiga arteria
interlobaris (Gambar 21-2). Arteriae interlobares berjalan menuju cortex di
antara pyramis medullae renalis. Pada perbatasan cortex dan medulla renalis,
arteriae interlobares mencabangkan arteriae atcuatae yang melengkung di atas
basis pyramidis medullae (Gambar 21-2). Arteriae arcuatae mencabangkan
sejumlah arteriae interlobulares yang berjalan ke atas di dalam cortex.
Arteriolae aferen glomerulus merupakan cabang-cabang arteriae
interlobulares.
- Vena renalis keluar dari hilus di depan arteria renalis dan bermuara ke vena
cava inferior.[2]
 Aliran Limfe
Nodi aortici laterales di sekitar pangkal arteria renalis.[2]

 Persarafan
Plexus sympathicus renalis. Serabut-serabut aferen yang berjalan melalui plexus
renalis masuk medula spinalis melalui nervus thoracicus X, XI, dan XII.[2]

2. Ureter
Kedua ureter merupakan saluran muskular yang terbentang dari ren ke facies
posterior vesica urinaria (Gambar 21-1). Setiap ureter mempunyai panjang sekitar 10
inci (25 cm) dengan diameter kurang dari 0,5 inci (1.25 cm). Ureter mempunyai tiga
penyempitan sepanjang perjalanannya:

- Di tempat pelvis renalis berhubungan dengan ureter

24
- Di tempat ureter melengkung pada waktu menyilang apertura pelvis superior
- Di tempat ureter menembus dinding vesica urinaria (Gambar 21-1).
Pada ujung atasnya, ureter melebar membentuk corong disebut pelvis renalis. Bagian
ini terletak di dalam hilus renalis dan menerima calices renales majores (Gambar 21-
2). lJteter keluar dari hilus renalis dan berjalan vertikal ke bawah di belakang
peritoneum parietale (melekat padanya) pada musculus psoas, yang memisahkanya
dari ujung processus transversus vertebrae lumbalis. Ureter masuk ke pelvis dengan
menyilang bifurcatio arteria iliaca communis di depan articulatio sacroiliaca (Gambar
21-1). Kemudian ureter berjalan ke bawah pada dinding lateral pelvis menuju ke
daerah spina ishiadica dan berbelok ke depan unfuk masuk ke angulus lateralis vesica
urinaria.[2]

 Pendarahan
- Arteri yang mendarahi ureter adalah sebagai berikut:
o Ujung atas: arteria renalis.
o Bagian tengah: arteria testicularis atau arteria ovarica.
o Ujung bawah: arteria vesicalis superior.
- Vena: Darah vena dialirkan ke dalam vena yang sesuai dengan arterinya.[2]

 Aliran Limfe
Nodi aortici laterales dan nodi iliaci.[2]

 Persarafan
Plexus renalis, testicularis (atau ovaricus), dan plexus hypogastricus (di dalam
pelvis). Serabut-serabut aferen berjalan bersama dengan saraf simpatik dan masuk
medulla spinalis setinggi segmen lumbalis I dan II.[2]

25
3. Vesica Urinaria (Kandung Kemih)
Vesica Urinaria merupakan tempat penyimpan urine, yang berada di dalam rongga
panggul dan berbentuk seperti kerucung yang dikelilingi oleh otot yang kuat.[1]

Vesica urinaria terietak tepat dibelakang os pubis (Gambar 21-15 dan 21-16) di dalam
rongga pelvis. Pada orang dewasa kapasitas maksimum vesica urinaria sekitar 500
m1. Vesica urinaria mempunyai dinding otot yang kuat. Bentuk dan batas- batasnya
sangat bervariasi sesuai dengan jumlah urin yang dikandungnya. Vesica urinaria yang
kosong pada orang dewasa terletak seluruhnya di dalam pelvis; waktu terisi, dinding
atasnya terangkat sampai masuk regio hypogastrica (Gambar 21-17). Pada anak kecil,
vesica urinaria yang kosong menonjol di atas pintu atas panggul; kemudian bila

26
rongga pelvis membesar, vesica urinaria terbenam ke dalam pelvis untuk menempati
posisi seperti pada orang dewasa.

Vesica urinaria yang kosong berbentuk piramid (Gambar 21-11), mempunyai apex,
basis, dan sebuah facies superior serta dua buah facies inferolateralis; juga
mempunyai collum.

Apex vesicae urinariae mengarah ke depan dan terletak di belakang pinggir atas
symphisis pubis (Gambar 21-15 dan21-17). Apex vesicae dihubungkan dengan
umbilicus oleh ligamentum umbilicale medianum (sisa urachus). Basis, atau facies
posterior vesicae, menghadap ke posterior dan berbentuk segitiga. Sudut
superolateralis merupakan tempat muara ureter, dan sudut inferior merupakan tempat
asal urethra (Gambar 21-11). Pada laki-laki, kedua ductus deferens terletak
berdampingan di facies posterior vesicae dan memisahkan vesicula seminalis satu
dengan yang lain (Gambar 21-11). Bagian atas facies posterior vesicae diliputi
peritoneum, yang membentuk dinding anterior excavatio rectovesicalis. Bagian
bawah facies posterior dipisahkan dari rectum oleh ductus deferens, vesicula
seminalis, dan fascia rectovesicalis (Gambar 21-15). Pada perempuan, uterus dan
vagina terletak berhadapan dengan facies posterior (Gambar 21-16). Facies superior
vesicae diliputi peritoneum dan berbatasan dengan lengkung ileum atau colon
sigmoideum (Gambar 21-15 dan2l-16). Sepanjang pinggir lateral permukaan ini,
peritoneum melipat ke dinding lateral pelvis. Bila vesica urinaria terisi, bentuknya
menjadi lonjong, permukaan superiornya membesar dan menonjol ke atas, ke dalam
cavitas abdominalis (Gambar 21-17). Peritoneum yang meliputinya terangkat pada
bagian bawah dinding anterior abdomern, sehingga vesica urinaria berhubungan
langsung dengan dinding anterior abdomen.

27
28
29
Facies inferolateralis di depan berbatasan dengan bantalan lemak retropubis dan os
pubis. Lebih ke posterior, di atas ber- batasan dengan musculus obturator intemus dan
di bawah

dengan musculus levator ani.

Collum vesicae terletak di inferior dan pada laki-laki terletak pada permukaan atas
prostat (Gambar 21-15). Di sini, serabut otot polos dinding vesica urinaria dilanjutkan
sebagai serabut otot polos prostat. Collum vesicae dipertahankan pada tempatnya oleh
ligamentum puboprostaticum pada laki-laki dan ligamentum pubovesicale pada
perempuan. Kedua ligamentum ini merupakan penebalan dari fascia pelvis. Pada
perempuan (Gambar 21-16), karena tidak terdapat prostat, collum vesicae terletak
langsung pada facies superior diaphragmatis urogenitalis.

Bila vesica urinaria terisi, posisi facies posterior dan collum vesicae relatif tetap,
tetapi facies permukaan superiornya naik ke atas, masuk ke dalam rongga abdomen
seperti telah dijelaskan pada paragraph sebelumnya.[2]

 Tunica Muscularis Vesica Urinaria


Tunica muscularis vesica urinaria terdiri atas otot polos yang tersusun dalam tiga
lapis yang saling berhubungan yang disebut sebagai musculus detrusor vesicae. Pada
collum vesicae, komponen sirkular dari lapisan otot ini menebal membentuk
musculus sphincter vesicae.[2]

 Ligamentum-Ligamentum Pada Vesica Urinaria


Collum vesicae dipertahankan dalam posisinya pada laki-laki oleh ligamentum
puboprostaticum dan pada perempuan oleh ligamentum pubovesicale. Ligamenta ini
dibentuk dari fascia pelvica.[2]

 Pendarahan
- Arteria vesicalis superior dan inferior, cabang-cabang arteria iliaca interna.

30
- Vena-vena membentuk plexus venosus vesicalis, di bawah berhubungan
dengan plexus prostaticus; dan bermuara ke vena iliaca interna.[2]
 Aliran Limfe
Pembuluh limfe bermuara ke nodi iliaci interni dan externi.[2]

 Persarafan
Persarafan vesica urinaria berasal dari plexushypogastricus inferior. Serabut
posganglionlk simpatik berasal dari ganglion lumbale pertama dan kedua dan berjalan
turun ke vesica urinaria melalui plexus hypogastricus. Serabut preganglionik
parasimpatikus yang muncul sebagai nervi splanchnici pelvici dari nervus sacralis
kedua, ketiga, keempa! berjalan melalui plexus hypogastricus menuju ke vesica
urinaria, di tempat ini serabut-serabut tersebut bersinaps dengan neuron
posganglionik. Sebagian besar serabut aferen sensorik yang berasal dari vesica
urinaria menuju sistem saraf pusat melalui nervi splanchrici pelvici. Sebagian serabut
aferen berjalan bersama saraf simpatik melalui plexus hypogastricus dan masuk ke
medula spinalis setinggi segmen lumbalis pertama dan kedua.

Saraf simpatik menghambat kontraksi musculus detrusor vesicae dan merangsang


penutupan musculus sphincter vesicae. Saraf parasimpatik merangsang kontraksi
musculus detrusor vesicae dan menghambat kerja musculus sphincter vesicae.

Saraf simpatik yang menuju musculus detrusor vesicae saat ini diperkirakan tidak
atau sedikit sekali berperan untuk kerja otot polos vesica urinaria dan terutama
didistribusikan untuk pembuluh darah. Saraf simpatik ke musculus sphincter vesicae
diperkirakan hmya berperan kecil dalam menimbulkan kontraksi otot ini untuk
mempertahankm continensia urin. Namun pada laki-laki, persarafan simpatik ke
musculus sphincter vesicae menyebabkan kontraksi aktif musrulus sphincter vesicae
selama proses ejakulasi (disebabkan oleh kerja simpatik), dengan demikian mencegah
cairan.emen masuk ke resica urinaria.[2]

31
4. Urethra
Urine dikeluarkan melalui urethra.[1]

Urethra merupakan tabung kecil dari collum vesicae ke luar. Muara urethra pada
permukaan luar disebut ostium urethrae.[2]

 Urethra Masculina
Panjang urethra masculina kurang lebih 8 inci (20 cm) dan terbentang dari collum
vesicae ke meatus externus di glans penis (Gambar 21-15). Urethra terbagi atas tiga
bagian: pars prostatica, pars membranacea, dan pars spongiosa.

Urethra pars prostatica panjangnya kurang lebih 7,25 inci (3 cm) dan mulai dari
collum vesicae. Urethra pars prostatica berjalan melalui prostat dari basis sampai ke
apex (Gambar 21- 21). Urethra pars prostatica merupakan bagian yang paling lebar
dan berdiameter paling lebar dari seluruh urethra. Pada dinding poaterior terdapat
peninggian longitudinal yang disebut crista urethralis. Pada setiap sisi crista urethralis
terdapat alur yang disebut sinus prostaticus, glandulae prostatae bermuara pada sinus
ini. Pada puncak crista pubica terdapat cekungan, disebut utriculus prostaticus. Pada
pinggir utriculus terdapat muara kedua ductus ejaculatorius.

Urethra pars membranacea panjangnya kurang lebih 0,5 inci (1,25 cm), terletak di
dalam diaphragma urogenitale, dikelilingi oleh musculus sphincter urethrae. Bagian
ini merupakan bagian urethra yang paling pendek dan paling kurang dapat dilebarkan
(Gambar 21-21).

Urethra pars spongiosa panjangnya kurang lebih 6 nci (15,75 cm) dan dikelilingi
jaringan erektil di dalam bulbus dan corpus spongiosum penis (Gambar 21-15, 21-17,
dan 21-22). Meatus urethrae externus merupakan bagian yang tersempit dari seluruh
urethra. Bagian urethra yang terletak di dalam glans penis melebar membentuk fossa
terminalis (fossa navicularis). Glandula bulbourethralis bermuara ke daiam urethra
pars spongiosa distalis dari diaphragma urogenitale.[2]

32
 Urethra Feminina
Urethra feminina panjangnya sekitar 1,5 inci (3,8 cm). Urethra terbentang dari collum
vesicae urinariae sampai meafus urethrae externus, yangbermuara ke dalam
vestibulum sekitar 1 inci (2,5 cm) distal dari clitoris (Gambat 21-16 dan 21-23).
Urethra menembus musculus sphincter urethrae dan terletak tepai dr depan vagina. Di

samping meatus

33
urethrae externus terdapat muara kecil dari ductus glandula paraurethralis. Urethra
dapat dilebarkan dengan mudah.[2]

 Musculus Sphincter Urethrae


Musculus sphincter urethrae mengelilingi urethra di dalam spatium perineale
profundum. Musculus ini berasal dari arcus pubicus pada kedua sisi dan berjalan ke

34
medial untuk mengelilingi urethra (Gambar 21-21).[2]

D. FISIOLOGI SISTEM URINARIUS

Sistem perkemihan manusia meliputi penyaringan plasma dan memindahkan zat dari
filtrat dengan kecepatan yang bervariasi, tergantung dari kebutuhan tubuh. Kelebihan
jumlah air di tubuh akan diekskresikan ginjal menjadi urine (kemih) dalam jumlah
tertentu.[1]

 Fungsi Ginjal
Ginjal melakukan fungsi-fungsi spesifik berikut, yang sebagian besar membantu
mempertahankan stabilitas lingkungan cairan internal

1. Mempertahankan keseimbangan H2O di tubuh.


2. Mempertahankan osmolaritas cairan tubah yang sesuai, terutama melalui
regulasi keseimbangan H2O. Fungsi ini penting untuk mencegah fluks-fluks
osmotik masuk atau keiuar sel, yang masing-masing dapat menyebabkan
pembengkakkan atau penciutan sel yang merugikan.
3. Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion CES, termasuk natrium
(Na-) klorida (Cl-), kalium (K+), kalsium (Ca2+), ion hidrogen (H+),
bikarbonat (HCO3-), fosfat (PO4 3-), sulfat (SO4 2-), dan magnesium (Mg
2+) Bahkan fluktuasi kecil konsentrasi sebagian elektrolit ini dalam CES
dapat berpengaruh besar. Sebagai contoh, perubahan konsentrasi K+ CES
dapat menyebabkan disfungsi jantung yang mematikan.
4. Mempertahankan uolume plasma lang tepat, yang penting dalam pengaturan
jangka panjang tekanan darah arteri. Fungsi ini dilaksanakan melalui peran
regulatorik ginjal dalam keseimbangan garam (Na+ dan Cl-) dan H2O.

35
5. Membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa tubuh yang tepat
dengan menyesuaikan pengeluaran H+ dan HCO3- di urin.
6. Mengeluarhan (mengeksbraiban) produk-produk akhir (sisa) metabolisme
tubuh, misalnya urea, asam urat, dan kreatinin. Jika dibiarkan menumpuk
maka bahan-bahan sisa ini menjadi racun, terutama bagi otak.
7. Mengeluarkan banyak senyawa asing, misalnya obat, aditif makanan,
pestisida, dan bahan eksogen non-nutritif lain yang masuk ke tubuh.
8. Menghasilban erinopoietin, suatu hormon yang merangsang produksi sel
darah merah.
9. Menghasilhan renin, suatu hormon enzim yang memicu suatu reaksi berantai
yang penting dalam penghematan garam oleh ginjal.
10. Mengubah uitamin D menjadi bentuk aktifnya.[3]
 Nefron adalah unit fungsional ginjal
Setiap ginjal terdiri dari sekitar 1 juta unit fungsional mikroskopik yang dikenal
sebagai nefron, yang disatukan oleh jaringan ikat. Ingatlah bahwa unit fungsional
adalah unit terkecil di dalam suatu organ yang mampu melaksana- kan semua fungsi
organ tersebut. Karena fungsi utama ginjal adalah menghasilkan urin dan, dalam
pelaksanaannyar mempertahankan stabilitas komposisi CES, maka nefron adalah unit
terkecil yang mampu membentuk urin.

Susunan nefron di dalam ginjal adalah sedemikian sehingga dihasilkan dua regio
berbeda, regio luar yang disebut korteks ginjal dan tampak granular dan regio dalam,
medula ginjal, yang tersusun oleh segitiga-segitiga bergaris, piramid ginjal (Gambar
14-1b).

Untuk memahami perbedaan antara regio korteks dan medula ginjal dan, yang lebih
penting, untuk memahami fungsi ginjal diperlukan pengetahuan tentang susunan
struktural masing-masing nefron. Setiap nefron terdiri dari kom- ponen uaskular dan
leomponen tubular, dan keduanya berkait- an erat secara struktural dan fungsional
(Gambar 14-3).[3]

36
o Komponen Vaskular Nefron
Bagian dominan komponen vaskular nefron adalah glomerulus, suatu kuntum kapiler
berbentuk bola tempat filtrasi sebagian air dan zat terlarut dari darah yang
melewatinya. Cairan yang telah disaring ini, yang komposisinya hampir identik
dengan plasma, kemudian mengalir melewati komponen tubular nefron, tempat
berbagai proses transpor mengubahnya menjadi urin.

37
38
Ketika masuk ke ginjal, arteri renalis bercabang-cabang hingga akhirnya membentuk
banyak pembuluh halus yang dikenal sebagai arteriol aferen. Setiap nefrqn mendapat
satu arteriol aferen ini. Arteriol aferen mengalirkan darah ke glomerulus. Kapiler-
kapiler glomerulus kembali menyatu untuk membentuk arteriol lain, arteriol eferen,
yang dilalui oleh darah yang tidak terfiltrasi untuk meninggalkan glomerulus menuju
komponen tubular (Gambar 14-3 dan 14-4). Arteriol eferen adalah satu-satunya
arteriol di tubuh yang mengalirkan darah dari kapiler. Biasanya arteriol bercabang-
cabang menjadi kapiler-kapiler yang kemudian kembali menyaru membentuk venula.
Di kapiler glomerulus, tidak terjadi ekstraksi O2, atau nutrien dari darah untuk
digunakan oleh jaringan ginjal serta tidak terjadi penyerapan produk sisa dari jaringan
sekitar. Karena itu, darah arteri masuk ke kapiler glomerulus melalui arteriol aferen,
dan darah arteri meninggalkan glomerulus melalui arteriol eferen.

Arteriol eferen segera bercabang-cabang menjadi set kapiier kedua, kapiler


peritubulus, yang memasok darah ke jaringan ginjal dan penting dalam pertukaran
antara sistem tubulus dan darah sewaktu perubahan cairan fiitrasi menjadi urin.
Kapiler peritubulus ini, sesuai yang diisyaratkan oleh namanya, melilit di sekitar
sistem tubulus (peri artinya "di sekitar"). Kapiler-kapiler peritubulus menyatu
mernbentuk venula yang akhirnya mengalirkan isinya ke vena renalis, yaitu saluran
bagi darah untuk meninggalkan ginjal.[3]

39
o Komponen Tubular Nefron
Komponen tubular nefron adalah suatu tabung berongga berisi cairan yang dibentuk
oleh satu iapisan sel epitel. Meskipun komponen ini adalah saluran kontinyrr dari
pangkalnya dekat glomerulus hingga ke ujungnya di pelvis ginjal, namun komponen
ini dibagi menjadi berbagai segmen berdasarkan perbedaan, struktur dan fungsinya
(Gambar 14-3 dan l4-5) . Komponen tubulus berawal dari kapsul Bowman. Suatu
invaginasi berdinding rangkap yang melingkupi glomerulus untuk mengumpulkan
cairan dari kapiler glomeruius.

Dari kapsul Bowman, cairan yang difiltrasi mengalir ke dalam tubulus proksimal,
yang seluruhnya terletak di dalam korteks dan membentuk gulungan-gulungan rapat
sepanjang perjalanannya. Segmen berikutnya, ansa Henle (lengkung Henle),
membentuk lengkung berbentuk U tajam atat bair- pin yang masuk ke dalam medula
giryal. Pars desendens ansa Henle masuk dari korteks ke dalam medula; pars-

40
asendens berjalan balik ke kortela. Pars asendens kembali ke regio glomerulus
nefronnya sendiri, rempat saluran ini berjalan melewati garpu yang dibentuk oleh
arteriol aferen dan eferen. Sel-sel tubulus dan vaskular di titik ini mengalami
spesialisasi untuk membentuk aparatus jukstaglomerulus, suatu struktur yang terletak
di samping glomerulus (fuksta artinya "di samping"). Regio khusus ini berperan
penting dalam mengatur fungsi ginjal. Setelah aparatus jukstaglomerulus, tubulus
kembali membeptuk kumparan erat menjadi tubulus distal, yang juga seluruhnya
berada di dalam korteks. Tirbulus distal mengalirkan isinya ke dalam duktus atau
tubulus koligentes, dengan masing-masing duktus menerima cairan dari hingga
delapan nefron berbeda. Setiap duktus koligentes berjalan ke dalam medula untuk
mengosongkan cairan isinya (sekarang berubah menjadi urin) ke dalam pelvis ginjal.
[3]

1) Filtrasi Glomerulus

41
Filtrasi glomerulus adalah langkah pertama dalam pembentukan urin. Secara rerata,
725 ml filtrat glomerulus (cairan yang difiltrasi) terbentuk secara kolektif dari seluruh
glomerulus setiap menit. Jumlah ini sama dengan 180 liter (sekitar 47,5 galon) setiap
hari.

Cairan yang difiltrasi dari glomerulus ke dalam kapsul Bowman harus melewati tiga
lapisan berikut yang mem- bentuk membran glomerulus (Gambar 14-7): (l) dinding
kapiler glomerulus, (2) membran basal, dan (3) lapisan dalam kapsul Bowman.
Secara kolektif, lapisan-lapisan ini berfungsi sebagai saringan molekuler halus yang
menahan sel darah dan protein plasma tetapi membolehkan H2O dan zat terlarut
dengan ukuran molekul kecil lewat[3].

o Gaya-Gaya yang Berperan dalam Filtrasi Glomerulus


Tiga gaya fisik terlibat daiam filtrasi glomerulus (Tabel 14-1): tekanan darah kapiler
glomerulus, tekanan osmotik koloid plasma, dan tekanan hidrostatik kapsul Bowman.
Marilah kira lihar peran masing-masing.[3]

42
2) Reabsorpsi Tubulus
Sewaktu filtrat mengalir melaiui tubulus, bahan-bahan yang bermanfaat bagi tubuh
dikembalikan ke plasma kapiler peritubulus. Perpindahan selektif bahan-bahan dari
bagian dalam tubulus (lumen tubulus) ke dalam darah ini disebut reabsorpsi tubulus.

Semua konstituen plasma kecuali protein, tanpa pandang bulu difitrasi bersama
melalui kapiler glonrerulus. Selain zat sisa dan kelebihan bahan yang harus
dikeluarkan oleh tubuh, cairan filtrasi juga mengandung nutrien, elektrolit, dan bahan

43
lain yang dibutuhkan oleh tubuh. Memang, melalui filtrasi glomerulus yang terus-
menerus, jumlah dari bahan-bahan yang terfiltrasi per hari ini bahkan lebih besar
daripada yang ada di tubuh. Bahan-bahan esensial yang terfiltrasi dikembalikan ke
tubuh melalui reabsorpsi tubulus, trarrsfer diskret bahan-bahan dari lumen tubulus ke
dalam kapiler peritubulus.[3]

o Reabsorpsi Tubulus melibatkan Transpor Transepitel


Tahap-tahap transpor transepitel :

44
Untuk dapat direabsorpsi, suatu bahan harus melewati lima sawar terpisah (Gambar
14-14):

I. Tahap 1 Bahan harus meninggalkan cairan tubulus dengan melewati


membran luminal sel tubulus
II. Tahap 2 Bahan harus melewati sitosol dari satu sisi sel tubulus ke sisi
lainnya.
III. Tahap 3 Bahan harus melewati membran basolateral sel tubulus untuk
masuk ke cairan interstisium.
IV. Tahap 4 Bahan harus berdifusi melalui cairan interstisium
V. Tahap 5 Bahan harus menembus dinding kapiler untuk masuk ke plasma
darah
Keseluruhan rangkaian langkah ini dikenal sebagai transpor transepitel ("menembus

epitel").[3]

o Reabsorpsi Pasif versus Aktif


Terdapat dua jenis reabsorpsi tubulus-reabsorpsi pasif dan reabsorpsi aktif-
bergantung pada apakah diperlukan pengeluaran energi lokal untuk mereabsorpsi

45
bahan tertentu. Pada reabsorpsi pasif, semua tahap dalam rranspor transepitel suatu
bahan dari lumen tubulus ke plasma bersifat pasif; yaitu tidak ada pengeluaran energi
pada perpindahan netto bahan, yang terjadi mengikuti penurunan gradien

elektrokimia atau osmotik (lihat h. 70). Sebaiiknya, reabsorpsi aktif berlangsung jika
salah satu dari tahap-tahap dalam transpor transepitel suatu bahan memerlukan
energi, bahkan jika keempat tahap lainnya bersifat pasif. Pada reabsorpsi aktif,
perpidahan netto bahan dari lumen tubulus ke plasma terjadi melawan gradien
elektrokimia. Bahan yang secara aktif direabsorpsi bersifat penting bagi tubuh,
misalnya glukosa, asam amino, dan nutrien organik lainnya, serta Na+ dan elektrolit
lain seperti PO43-. Di sini tidak secara spesifik dijelaskan proses reabsorpsi masing-
masing bahan yang difiltrasi untuk dikembalikan ke plasma tetapi akan diperlihatkan
contoh ilustratif mekanisme umum yang berperan, setelah mula-mula kita
menguraikan reabsorpsi Na- yang penting dan unik.[3]

3) Sekresi Tubulus
Sekresi tubulus adalah pemindahan selektif bahan-bahan dari kapitel peritubulus ke
dalam lumen tubulus. Proses ini merupakan rute kedua bagi masuknya bahan ke
dalam tubulus ginjal dari darah, sedangkan yang pertama adalah melalui filtrasi
glomerulus. Hanya sekitar 20% dari plasma yang mengalir melaiui kapiler
glomerulus difiltrasi ke dalam kapsul Bowman; sisa 80% mengalir melalui arteriol
eferen ke dalam kapiler peritubulus. Sekresi tubulus merupakan mekanisme untuk
mengeluarkan bahan dari plasma secara cepat dengan mengekstraksi sejumlah
tertentu bahan dari 80% plasma yang tidak terfiltrasi di kapiler peritubulus dan
memindahkannya ke bahan yang sudah ada di tubulus sebagai hasil filtrasi.

Seperti reabsorpsi tubulus, sekresi tubulus melibatkan transpor transepitel, tetapi kini
langkahJangkahnya dibalik. Dengan menyediakan rute pemasukan kedua ke dalam
tubulus untuk bahan-bahan tertentu, sebresi tubulus, pemindahan diskret bahan dari
kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus, menjadi mekanisme pelengkap yang

46
meningkatkan eliminasi bahan-bahan ini dari tubuh. Setiap bahan yang masuk ke
cairan tubulus, baik melalui filtrasi glomerulus maupun sekresi tubulus, dan tidak
direabsorpsi, akan dieliminasi dalam urin.

Bahan-bahan terpenting yang disekresikan oleh tubulus adalah ion hidrogen (H+), ion

kalium (K+), serta anion dan kation organik, yang banyak di antaranya adalah
senyawa

yang asing bagi tubuh.

Hal ini menuntaskan pembahasan kita tentang proses reabsorpsi dan sekresi yang
terjadi melintasi bagian proksimal dan distal nefron. Proses-proses ini diringkaskan di
Tabel l4-3.

Secara umum, tubulus proksimal melakukan sebagian besar reabsorpsi. Bagian ini
memindahkan banyak dari air yang terfiltrasi, dan zat terlarur yang dibutuhkan

47
kembali ke darah tanpa diatur. Demikian juga, tubulus proksimal adalah tempat
utama sekresi, kecuali sekresi K+. Tirbulus distal dan koligentes kemudian
menentukan jumlah akhir H2O, Na+, K+, dan H+ yang diekskresikan di urin dan
dikeluarkan dari rubuh. Kedua bagian ini melakukannya dengan menyesuaikan secara
cermat jumlah Na. dan H2O yang direabsorpsi dan jumlah K+ dan H+ yang disekresi.
Proses-proses di bagian distal nefron ini semua berada di bawah kontrol, bergantung
pada kebutuhan tubuh sesaat. Produk sisa yang terfiltrasi dan tidak dibutuhkan
dibiarkan rertinggal untuk dikeluarkan di urin, bersama dengan produk bukan sisa
yang terfiltrasi atau disekresikan namun tidak direabsorpsi.

Kita selanjutnya akan berfokus pada hasil akhir proses- proses dasar ginjal - apa yang
tertinggal di tubulus untuk diekskresikan di urin, dan apa yang telah dibersihkan dari
plasma.[3]

4) Ekskresi Urin dan Bersihaan Plasma


Ekskresi urin adalah pengeluaran bahan-bahan dari tubuh ke dalam urin. Ini bukan
merupakan proses terpisah tetapi merupakan hasil dari tiga proses perrama di atas.
Semua konstituen plasma yang terfiltrasi atau disekresikan tetapi tidak direabsorpsi
akan tetap di tubulus dan mengalir ke pelvis ginjal untuk diekskresikan sebagai urin
dan dikeluarkan dari tubuh (Gambar 14-6).[3]

48
49
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Jadi Sistem Respirasi terbagi atas saluran pernapasan bawah dan saluran
pernapasan atas. Sistem ini berperan dalam pernapasan manusia. Organ-
organ yang berperan ialah hidung paru-paru, trachea, dll.
Sistem Urinarius adalah sistem yang berhubungan dengan ekskresi yang
mengeluarkan zar-zat sisa didalam tubuh berbentuk urin. Organ yang
berperan penting ialah ginjal.
Demikian makalah ini sudah kami selesaikan sesuai dengan pelajaran
yang kami terima dari para dosen dan dari refrensi buku yang kami
dapatkan sesuai dengan silabus. Semoga makalah ini bisa menjadi salah
satu media untuk membantu para pembaca mengetahui tentang “Anatomi
dan Fisiologi Sistem Respirasi dan Sistem Urinarius” pada manusia.

B. SARAN

Kami berharap, makalah ini bisa membantu para pembaca dalam


mempelajari sistem respirasi dan sistem urinarius pada manusia. Semoga
apa yang sudah kami lampirkan bisa menjadi media dalam memperdalam
Sistem Respirasi dan Sistem Urinarius. Kami mohon maaf apabila

50
terdapat kesalahan dalam penulisan kata yang secara tidak sengaja
kurang berkenan di hati para pembaca sekalian.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Anatomi Fisiologi., Kirnantoro H.; Maryana.,2016. p.261-274

[2] Richard, Ssnell., Anatomi klinis berdasarkan sistem. Lippincott Williams &
Wilkins/Wolters Kluwer Health Inc., USA;2007. p.749-769

[3] Sherwood L., Human physiology: from cells to systems, 6th Ed.,2007. p.554-581

51

Anda mungkin juga menyukai