Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat serta kasih karunia-Nya sehingga kami mendapatkan
kemudahan dalam menyusun dan menyelesaikan tugas yang ada tepat tepat pada
waktunya. Judul dari makalah yang telah kami susun ini adalah “Pemeriksaan
Klinis Ekstra Oral dan Intra Oral”.
Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah KELAINAN MALOKLUSI
DENTAL I mengenai tahapan dalam pemeriksaan klinis ekstra oral dan intra oral
yang mana dengan tugas ini kami mahasiswa/i dapat mengetahui lebih jauh dan
menguasai semua pencapaian akhir materi yang diharapkan oleh para dosen.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah bersama-
sama membantu dan mengerjakan makalah ini sehingga bisa terselesaikan dengan
baik. Dan juga kepada semua pihak yang telah membagi sebagian dari
pengetahuannya sehingga makalah ini bisa terlengkapi.
Kami berharap, dengan adanya makalah ini, materi tahapan dalam
pemeriksaan klinis ekstra oral dan intra oral menjadi lebih mudah dipahami dan
dimengerti secara lebih mendalam. Semoga makalah kami bisa menjadi salah satu
sarana atau media untuk mempelajari dan mempermudah pembaca yang ingin
mempelajari topik pembahasan dari makalah yang telah kami susun.
Kelompok 3/Kelas F
2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
Latar Belakang............................................................................ 4
3
BAB I
PENDAHULUAN
Diagnosa keperawatan gigi menurut Darby and Walsh (2005) dibuat oleh
seorang perawat gigi professional yang mempunyai lisensi dengan mengidentifikasi
faktor-faktor aktual maupun potensial dari ketidakterpenuhinya kebutuhan manusia
dari pasien. Agar bisa menegakkan suatu diagnosis yang sudah kita dapatkan
berdasarkan anamnesis, kita perlu melakukan pemeriksaan, untuk mengetahui
apakah diagnosa yang kita dapatkan sudah tepat. Penegakkan diagnosis dilakukan
dengan melakukan pemeriksaan klinis kepada pasien. Pemeriksaan klinis itu sendiri
terbagi menjadi pemeriksaan klinis ekstra oral dan pemeriksaan klinis intra oral.
Dalam makalah kami kali ini, kami akan menjelaskan secara lebih mendalam
mengenai pemeriksaan klinis ekstra oral dan intra oral tersebut.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Postur kepala alami/ Natural Head Posture (NHP) adalah posisi yang secara
alami membawa kepala pasien dan oleh karena itu paling relevan untuk menilai
hubungan kerangka dan deformitas wajah. Ini ditentukan secara fisiologis daripada
anatomis dan bervariasi antar individu, namun itu relatif konstan untuk setiap
individu (Moorrees & Keane, 1958). Dengan demikian, NHP harus digunakan jika
5
memungkinkan untuk menilai pasien ortodontik. Pasien diminta untuk duduk tegak
dan melihat lurus ke depan ke suatu titik setinggi mata di kejauhan. Ini bisa berupa
titik di dinding di depan mereka, atau cermin agar mereka bisa melihat ke mata
mereka sendiri. Idealnya, NHP juga harus digunakan saat mengambil foto rontgen
tengkorak lateral, sehingga pemeriksaan klinis lebih akurat terkait dengan data
sefalometri.3
6
indeks wajah dan proporsi lain yang mungkin berguna secara klinis ditunjukkan
pada Tabel 1.1.2
Bentuk wajah dinilai dengan indeks wajah logika morfo yang diberikan oleh Martin
dan Saller (1957) sebagai:1
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑤𝑎𝑗𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑟𝑓𝑜𝑙𝑜𝑔𝑖𝑠 (𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑛𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑔𝑛𝑎𝑡ℎ𝑖𝑜𝑛)
I= 𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐵𝑖𝑧𝑦𝑔𝑜𝑚𝑎𝑡𝑖𝑐 (𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑧𝑦𝑔𝑜𝑚𝑎)
7
Gambar 1.2 Euryprosopicface.1
8
Jenis morfologi wajah memiliki hubungan tertentu dengan bentuk lengkung
gigi, misalnya jenis wajah neuryprosopic memiliki lengkungan persegi luas, garis
batas berkerumun dalam kasus seperti itu harus dirawat dengan ekspansi. Di sisi
lain, tipe wajah leptoprosopik seringkali memiliki lengkungan basel apikal yang
sempit. Oleh karena itu, ekstraksi lebih disukai daripada pemuaian. 1
Gambar 1.5 Proporsi wajah dan simetri pada bidang frontal. Wajah
proporsional yang ideal dapat dibagi menjadi seperlima tengah, medial, dan
lateral. Pemisahan mata dan lebar mata, yang harus sama, menentukan perlima
tengah dan medial. Hidung dan dagu harus dipusatkan di tengah kelima, dengan
lebar hidung sama atau sedikit lebih lebar dari kelima tengah. Jarak antarpupiler
(garis putus-putus) harus sama dengan lebar mulut.2
9
Tinggi wajah bawah yang berkurang dikaitkan dengan gigitan dalam sementara
peningkatan tinggi wajah bagian bawah terlihat pada gigitan terbuka anterior. 1
Secara vertikal, permukaan dibagi menjadi tiga bagian, dengan dimensi ini
kira-kira berjarak sama. Setiap perbedaan dalam aturan sepertiga ini akan
memberikan indikasi ketidakharmonisan dalam proporsi wajah dan di mana
letaknya. Relevansi tertentu adalah peningkatan atau penurunan tinggi wajah
bagian bawah. Sepertiga bagian bawah wajah dapat dibagi lagi menjadi tiga, dengan
bibir atas jatuh ke sepertiga atas dan bibir bawah menjadi dua pertiga bagian bawah
(Gambar 1.7).3
10
Gambar 1.7 Wajah dapat dibagi menjadi tiga bagian. Wajah bagian atas
memanjang dari garis rambut atau bagian atas dahi (trichion) ke pangkal dahi di
antara alis (glabellar). Midface memanjang dari pangkal dahi ke pangkal hidung
(subnasale). Wajah bagian bawah memanjang dari pangkal hidung ke bawah dagu
(menton). Sepertiga bagian bawah wajah dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian,
dengan bibir atas di sepertiga bagian atas dan bibir bawah di dua pertiga bagian
bawah.3
1) Hubungan bibir
Hubungan bibir juga harus dievaluasi dari tampilan frontal (Gambar 1.8):
a) Bibir yang kompeten bersatu saat istirahat;
b) Bibir yang berpotensi kompeten terlepas saat istirahat, tetapi hal ini
disebabkan oleh gangguan fisik, seperti bibir bawah berada di
belakang gigi seri atas; dan
c) Bibir yang tidak kompeten terlepas saat istirahat dan membutuhkan
aktivitas otot yang berlebihan untuk mendapatkan penutup bibir.
Inkompetensi bibir sering terjadi pada anak-anak pra-remaja dan
kompetensi meningkat seiring bertambahnya usia karena pertumbuhan
vertikal jaringan lunak, terutama pada laki-laki (Mamandras, 1988).
11
Gambar 1.8 Bibir kompeten (kiri), berpotensi kompeten (tengah) dan tidak
kompeten (kanan).3
12
Gambar 1.9 Gigi seri atas normal ditunjukkan saat istirahat (atas) dan saat
tersenyum (tengah). Peningkatan gigi seri atas yang ditunjukkan saat
tersenyum (panel bawah).3
13
Gambar 1.10 Proporsi wajah melintang harus membagi kira-kira menjadi
seperlima (masing-masing lebar mata).3
Wajah bagian bawah yang asimetris sangat umum pada maloklusi kelas III
dengan prognatisme mandibula. Asimetri mandibula dideskripsikan terutama dari
dua jenis (Obwegeser &Makek, 1986):3
1) Hiperplasia hemimandibular
Ditandai dengan pembesaran mandibula tiga dimensi, yang berakhir pada
simfisis. Ada peningkatan tinggi di sisi yang terkena, biasanya disertai
dengan cant yang ditandai pada bidang oklusal. Ini bisa dilihat dengan
meminta pasien menggigit spatula lidah kayu.
14
2) Perpanjangan hemimandibular
Ditandai dengan perpindahan horizontal dari rahang bawah dan titik dagu
ke arah sisi yang tidak terpengaruh. Biasanya ada pergeseran garis tengah
yang nyata dan gigitan silang di sisi kontralateral, tetapi tidak ada cant
oklusal.
Gambar 1.12 Proporsi wajah vertikal pada tampilan frontal (A) dan lateral
(B) paling baik dievaluasi dalam konteks sepertiga wajah, yang menurut para
seniman Renaisans memiliki tinggi yang sama pada wajah yang proporsional
dengan baik. Pada orang Kaukasia modern, sepertiga wajah bagian bawah
seringkali sedikit lebih panjang daripada sepertiga bagian tengah. Sepertiga
bagian bawah juga termasuk sepertiga: Mulut harus sepertiga dari jarak antara
pangkal hidung dan dagu.1
15
2.1.3 Analisis Wajah Seimbang
Asimetri akan mudah dikenali bila dilihat dari depan muka pasien, dapat
dikenali asimetri rahang terhadap muka secara keseluruhan. Penyebab tidak
simetri:4
- Variasi biologis.
- Patologis.
- Kelainan kongenital.
Lebar Kepala
Panjang Kepala
16
a. Pola Mesosefalik
Pola ini sering dikaitkan dengan
kelas I oklusi karena pasien ini
ditandai dengan hubungan maksila
dan mandibula relatif normal yang
menghasilkan keseimbangan wajah
yang baik.5
Gambar. Mesosefalik5
b. Pola dolichosefalik
Pola ini biasanya dengan wajah
panjang dan otot lemah karena
kecendrungan untuk pertumbuhan
vertikal. Oklusi molar sering kelas I
variasi divisi 1.
Gambar. Dolikosefalik5
c. Pola Brachisefalik
17
Tujuan pemeriksaan profil:6
- Menentukan posisi rahang dalam jurusan sagital.
- Evaluasi bibir dan letak insisif.
Evaluasi proporsi wajah dan sudut mandibula Tipe profil terbagi
menjadi 3, yaitu:
- Lurus.
- Cembung: mengarah ke maloklusi kelas II.
- Cekung: mengarah ke maloklusi kelas III.
Profil wajah diperiksa dengan melihat pasien dari samping. Profil wajah
membantu dalam mendiagnosis penyimpangan dalam hubungan maksila-
mandibula. Profil diilai dengan menggabungkan dua garis berikut:6
- Garis yang terhubung dari dahi dan jaringan lunak titik A (titik
terdalam di lengkung bibir atas).
- Garis yang menghubungkan titik A dan jaringan lunka pogonion
(titik paling anterior dagu).
Berdasarkan hubungan diantara dua garis, terdapat 3 jenis profil yaitu:
- Straight profile (profil lurus): Dua garis membentuk garis lurus.
- Convex profil (profil cembung): Dua garis membentuk sudut
cekung terhadap jaringan. Jenis profil ini terjadi sebagai akibat
maksila prognatik atau mandibula retrognatik seperti yang terlihat
dalam kelas II, divisi 1 maloklusi.
- Concave profil (profil cekung): Dua garis membentuk sudut
cembung terhadap jaringan. Tipe ini dikaitkan dengan mandibula
prognasi atau maksila retrognasi seperti dalam kelas III maloklusi.
18
Penentuan wajah pasien adalah penting dalam prediksi pertumbuhan
serta dalam rencana perawatan. Oleh karena itu salah satu penilaian pertama
yang diperlukan untuk diagnosis kraniofasial akurat adalah klasifikasi dari tipe
wajah pasien.6
19
karena itu, motivasi kebersihan mulut perlu diberikan sebelum perawatan
ortodontik dilakukan. Oral hygiene tergolong baik apabila tidak ada kalkulus, tidak
ada peradangan pada jaringan gingiva, dan kondisi gigi geligi baik. Sedangkan oral
hygiene tergolong buruk apabila ada akumulasi plak atau kalkulus.7
20
biasanya mempunyai palatum rendah lebar. Jika ada kelainan lainnya seperti
adanya peradangan, tumor, torus, palatoschisis, dan sebagainya maka hal tersebut
harus dicatat.7
21
ketidakseimbangan perkembangan jaringan lunak wajah. Bentuk dari lengkung
gigi rahang atas dan rahang bawah terbagi menjadi enam yaitu:
1. Parabola
Kaki lengkung (dari P1 sampai M2 kanan dan kiri) beberbentuk garis lurus divergen
ke posterior dengan posisi gigi M2 merupakan terusan kaki lengkung, sedangkan
puncak lengkung (C–C) berbentuk garis lengkung (curved).
2. Setengah elips
Kaki lengkung berbentuk garis lengkung konvergen ke posterior ditandai oleh
posisi gigi M2 mulai berbelok kearah median line, sedangkan puncak lengkung juga
merupakan garis lengkung (curved).
3. Trapeziod
Kaki lengkung merupakan garis lurus divergen ke posterior dan puncak lengkung
merupakan garis datar di anterior dari gigi C–C.
4. U-form
Kaki lengkung merupakan garis lurus sejajar ke posterior, sedangkan puncak
lengkung merupakan garis lengkung.
5. V-form
Puncak lengkung merupakan garis lurus devergen ke posterior, tetapi puncak
lengkung merupakan garis menyudut ke anterior ditandai dengan posisi gigi I2
masih merupakan terusan kaki lengkung lurus konvergen ke anterior.
6. Setengah lingkaran
Kaki lengkung dan puncak lengkung merupakan garis lengkung merupakan
bagian dari setengah lingkaran. Ini biasanya dijumpai pada akhir periode gigi
desidui sampai awal periode gigi campuran (mixed dentition).10
22
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sebelum melakukan perawatan ortodonti perlu diketahui lebih dahulu
diagnosis suatu maloklusi. Untuk menentukan diagnosis suatu maloklusi perlu
dilakukan pemeriksaan yang seksama untuk mendapatkan data menyeluruh tentang
pasien yang akan dirawat dan seberapa jauh terjadi penyimpangan dari keadaan
normal. Data yang perlu diketahui meliputi keinginan pasien untuk perawatn
ortodonti, riwayau kesehatan umum, riwayat kesehatan gigi, pemeriksaan
ekstraoral dan intraoral, hubungan rahang dan geligi dalam tiga bidang orientasi
baik secara langsung maupun tidak langsung (misalnya, dari model studi) serta
pemeriksaan pada jaringan lunak.
23
3.2 SARAN
Kami berharap, makalah ini bisa membantu para pembaca dalam
mengetahui tentang pemeriksaan ekstra oral dan intra oral. Semoga apa yang sudah
kami lampirkan bisa menjadi media dalam memperdalam topik pemeriksaan ekstra
oral dan intra oral. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan
kata yang secara tidak sengaja kurang berkenan di hati para pembaca sekalian.
24
DAFTAR PUSTAKA
25