Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL

Oleh :
I.A. Putu Meilya Citra Saraswati (1806122010029)
Kadek Audya Agrasidi (1806122010034)
Kadek Bagus Ranggadiputra M. (1806122010035)
Kadek Dhira Wigata (1806122010037)
Kadek Yoga Bagaskara (1806122010039)
Ketut Andri Sena (1806122010040)
Komang G.P Wedaswara (1806122010042)

BAGIAN BEDAH MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
DENPASAR
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
karena hanya atas asung kerta wara nugraha-Nya, makalah yang berjudul
“Pemeriksaan Ekstra Oral” dapat diselesaikan.
Begitu banyak bimbingan dan dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak
sehingga makalah ini dapat terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. drg. Putu Sulistiawati Dewi, M.Biomed atas segala bimbingan dalam
pembuatan makalah.
2. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu,
namun turut mendukung dalam terlaksananya penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan yang
patut untuk diperbaiki. Oleh karena itu, segala bentuk saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan sehingga penulis menjadi lebih baik lagi.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
banyak pihak dan berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan
kedokteran gigi di masa yang akan datang.

Denpasar, 23 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................2
BAB. 2 PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Definisi Pemeriksaan Ekstra Oral.............................................................3
2.2 Metode Pemeriksaan Ekstra Oral..............................................................3
2.2.1. Inspeksi (periksa lihat).......................................................................3
2.2.2. Palpasi (periksa raba).........................................................................3
2.2.3. Perkusi (periksa ketuk).......................................................................3
2.2.4. Auskultasi (periksa dengar)...............................................................4
2.3 Prosedur Pemeriksaan Ekstra Oral............................................................4
2.3.1 Pemeriksaan Kepala...........................................................................4
2.3.2 Pemeriksaan Wajah............................................................................5
2.3.3 Pemeriksaan Leher.............................................................................6
2.3.4 Pemeriksaan Kelenjar Limfe..............................................................7
2.3.5 Pemeriksaan Kelenjar Tiroid.............................................................8
2.3.6 Pemeriksaan Trakea...........................................................................8
2.3.7 Pemeriksaan Glandula Parotis...........................................................9
2.3.8 Pemeriksaan Temporomandibular Joint (TMJ)...............................10
BAB 3. PENUTUP................................................................................................11
3.1 Kesimpulan..............................................................................................11
3.2 Saran........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

ii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam menangani setiap kasus dalam kedokteran gigi, para praktisi
harus menyusun rencana perawatan yang didasarkan pada diagnosis. Sebagai
langkah dalam menetapkan diagnosis, terdapat prosedur standar yang mutlak
untuk dilakukan. Prosedur standar tersebut meliputi pemeriksaan subyektif
dan obyektif yang dilakukan terhadap pasien. Pemeriksaan subyektif
merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan mewawancara pasien guna
mengetahui riwayat kesehatan pasien atau yang biasa disebut anamnesa.
Sedangkan pemeriksaan obyektif adalah gabungan informasi obyektif pasien
yang dapat diperoleh dengan melihat atau memeriksa keadaan pasien secara
langsung. Pemeriksaan obyektif dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan penunjang apabila diperlukan. Pemeriksaan fisik biasanya
dilakukan dengan pengecekan tanda-tanda vital, pemeriksaan intra oral serta
pemeriksaan ekstra oral. Setelah melalui rangkaian pemeriksaan tersebut,
barulah dokter dapat menegakkan diagnosis untuk selanjutnya dibuatkan
rencana perawatan.
Rangkaian pemeriksaan tersebut tentunya memiliki peranan yang sama
penting dalam penegakkan diagnosis. Salah satunya adalah pemeriksaan
ekstraoral. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang dilakukan di daerah
luar rongga mulut meliputi wajah, serta jaringan-jaringan yang ada disekitar
rongga mulut untuk mendeteksi adanya kelainan yang terlihat melalui hasil
inspeksi atau visual. Prosedur pemeriksaan ini dapat memperoleh hasil yang
baik jika dilakukan dengan tepat dan benar. Maka dari itu, penulis berusaha
memaparkan lebih jelas mengenai pemeriksaan ekstra oral dalam makalah ini
sekaligus memenuhi tugas sebagai bentuk ujian MT.11 mata kuliah Bedah
Mulut dari dosen.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian lata belakang diatas, maka rumusan masalah yang
dapat ditarik adalah sebagai berikut :
1. Apa itu pemeriksaan ekstra oral ?

1
2. Apa saja metode yang dilakukan dalam pemeriksaan ekstra oral ?
3. Bagaimana prosedur dalam pemeriksaan ekstra oral ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas, maka tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa itu pemeriksaan ekstra oral.
2. Untuk mengetahui metode yang dilakukan dalam pemeriksaan ekstra
oral.
3. Untuk mengetahui prosedur dalam pemeriksaan ekstra oral.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Makalah ini dibuat untuk mengetahui secara rinci mengenai
pemeriksaan ekstra oral, metode serta prosedur pemeriksaannya.
2. Dapat menambah ilmu pengetahuan mahasiswa fakultas kedokteran
gigi.

2
BAB. 2 PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pemeriksaan Ekstra Oral


Pemeriksaan ekstra oral merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada
daerah diluar rongga mulut, meliputi kepala, leher, wajah, TMJ, hidung, mata,
dan kelenjar limfe.

2.2 Metode Pemeriksaan Ekstra Oral

2.2.1. Inspeksi (periksa lihat)


Inspeksi merupakan proses pengamatan atau observasi untuk
mendeteksi adanya kelainan. Pemeriksaan klinis pembengkakan
wajah, misalnya ukuran, bentuk, dan konsistensi. Tujuan dari metode
ini ialah mendeteksi tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan status
fisik rongga mulut seperti ukuran, bentuk, warna, kesimetrisan, posisi
dan abnormalitas. Teknik ini dilakukan dengan membandingkan satu
sisi dengan sisi lainnya. Pemeriksaan ini mencatat lokasi anatomis,
reaksi terhadap palpasi, tekstur dan konsistensi, hubungan dengan
jaringan sekitarnya, serta disfungsi struktur anatomis.

2.2.2. Palpasi (periksa raba)


Informasi klinis yang digali dari metode palpasi meliputi
tekstur, suhu, konsistensi, rasa nyeri, hubungan terhadap jaringan
sekitarnya (misalnya terfiksasi, dapat digerakkan) dan gambarannya.
Biasanya digunakan dengan indra peraba untuk menentukan
ketahanan, kekenyalan, kekerasan, tekstur, dan mobilitas. Saat palpasi
dilakukan, posisi harus rileks dan nyaman untuk mencegah
ketegangan otot.

2.2.3. Perkusi (periksa ketuk)


Perkusi bisa dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Perkusi secara langsung dilakukan dengan mengetukkan jari tangan
langsung pada permukaan tubuh. Terdapat lima jenis suara yang
dihasilkan (pekak, redup, sonor, hipersonor, dan timpani) dan
keseluruhannya menggambarkan kondisi organ tubuh bagian dalam.

3
Sedangkan perkusi secara tidak langsung dilakukan dengan
menempatkan jari tengah tangan non-dominan (biasanya tangan kiri)
di permukaan tubuh yang akan diperkusi, kemudian jaringan tengah
tangan dominan (biasanya tangan kanan) diketuk-ketuk di atas jari
tengah tangan non-dominan untuk menghasilkan suara.

2.2.4. Auskultasi (periksa dengar)


Auskultasi merupakan proses mendengarkan suara yang
dihasilkan tubuh untuk membedakan suara normal dan abnormal
menggunakan alat bantu stetoskop. Suara yang didengarkan berasal
dari sistem kardiovaskuler, respirasi, dan gastrointestinal.

2.3 Prosedur Pemeriksaan Ekstra Oral

2.3.1 Pemeriksaan Kepala


Pemeriksaan pada kepala dilakukan untuk mengetahui bentuk
dan fungsi kepala serta kelainan yang terdapat dikepala. Pemeriksaan
pada kepala dapat dilakukan dengan metode inspeksi dan palpasi.
Prosedurnya adalah sebagai berikut :
1. Atur posisi klien duduk atau berdiri karena posisi pasien akan
memudahkan pemeriksa dalam meakukan pemeriksaan.
2. Anjurkan untuk melepas penutup kepala, kacamata, dll. yang
digunakan pada pasien. Area yang diperiksa harus jelas
terlihat.
3. Lakukan inspeksi dengan mengamati bentuk kepala,
kesimetrisan dan keadaan kulit kepala. Kepala yang normal
adalah dalam posisi tegak dan stabil. Bentuk tulang kepala
umumnya bulat dengan tonjolan frontal dibagian anterior dan
oksipital dibagian posterior. Selain itu, ukuran, bentuk
kepala, dan posisi kepala terhadap tubuh adalah kepala tegak
lurus dan digaris tengah tubuh. Kulit kepala normalnya halus
dan tidak elastis. Ketidaksimetrisan dapat berasal dari cedera
maupun gangguan neurologis misalnya cedera kepala dan
paralisis saraf fasial.

4
4. Lakukan palpasi dengan gerakan memutar yang lembut
menggunakan ujung jari. Lakukan mulai dari depan turun ke
bawah melalui garis tengah kemudian palpasi setiap sudut
garis kepala. Rasakan apakah terdapat benjolan/massa, tanda
bekas luka di kepala, pembengkakan, nyeri tekan, dll. Jika hal
tersebut ditemukan, perhatikan beberapa besar/luasnya,
bagaimana konsistensinya dan dimana kedudukannya, apakah
di dalam kulit, pada tulang atau dibawah kulit terlepas dari
tulang.
Gambar : Pemeriksaan Kepala

2.3.2 Pemeriksaan Wajah


Pemeriksaan bentuk wajah terdiri atas 3 pemeriksaan yaitu tipe
wajah, kesimetrisan wajah, dan profil wajah. Tipe wajah terdapat 3
macam yaitu sempit, normal, dan lebar. Kesimetrisan wajah terbagi
menjadi 2 macam yaitu simetris bilateral dan asimetris. Dikatakan
simetris bilateral apabila wajah terbagi dua sama lebar dan
anatomisnya sama jika ditarik garis median dari garis rambut ke titik
glabela, subnasion (perbatasan septum nasal dengan bibir atas), dan
menton. Profil wajah terbagi menjadi wajah datar, cembung dan
cekung. Untuk menentukan profil wajah dapat dilakukan dengan
menarik garis dari titik glablea, subnasion dan pogonion (dagu) dan
dilihat dari arah sagital.
Pemeriksaan pada wajah dapat dilakukan melalui pengamatan
dan palpasi guna mengamati simetris atau tidaknya wajah. Adanya
ketidaksimetrisan pada wajah secara jelas kemungkinan disebabkan
oleh masalah gigi geligi, khususnya yang berhubungan dengan nyeri.

5
Adanya abses pada gigi atau jaringan periodontal merupakan
penyebab umum adanya pembengkakan pada wajah. Selain itu, bisa
juga disebabkan oleh adanya trauma. Cara pemeriksaan pada wajah
adalah dengan melakukan pemeriksaan visual (inspeksi) daerah wajah
dan leher dilihat dari depan. Kemudian perhatikan apakah ada
tonjolan, cacat, bercak di kulit, tahi lalat, asimetri wajah yang
berlebihan (sebagian besar wajah memang sedikit asimetris) ataupun
facial palsy.

Gambar : Posisi wajah asimetris

2.3.3 Pemeriksaan Leher


Pemeriksaan pada leher bertujuan untuk mengetahui integritas
leher, bentuk leher serta organ yang berkaitan, dan memeriksa sistem
limfatik. Pemeriksaan pada leher dilakukan dengan cara inspeksi dan
palpasi. Inspeksi pada leher untuk melihat adanya asimetris, denyutan
abnormal, tumor maupun pembesaran kelenjar limfe dan tiroid.
Pemeriksaan palpasi dilakukan pada tulang hyoid, tulang rawan tiroid,
kelenjar tiroid, pembuluh karotis, dan kelenjar limfe. Prosedur
pemeriksaan pada leher adalah sebagai berikut :
1. Atur pencahayaan yang baik.
2. Anjurkan pasien untuk melepas benda apapun yang menutupi
leher dan dapat menghalangi pemeriksaan.

6
3. Lakukan inspeksi leher mengenai bentuk leher, warna kulit,
adanya pembengkakan, jaringan parut, dan adanya massa.
Inspeksi dilakukan secara sistematis mulai dari garis tengah
sisi depan leher, dari samping dan dari belakang. Warna kulit
leher normalnya sama dengan kulit sekitarnya. Dapat menjadi
kuning pada semua jenis ikterus, dan merah, bengkak, panas
dan nyeri tekan bila mengelami peradangan.

2.3.4 Pemeriksaan Kelenjar Limfe


Prosedur yang dilakukan dalam pemeriksaan kelenjar limfe
adalah sebagai berikut :
1. Buat klien santai dengan leher sedikit fleksi ke depan atau
mengarah ke sisi pemeriksa untuk merelaksasikan jaringan
dan otot-otot. Ketegangan klien mempengaruhi hasil
pemeriksaan.
2. Gunakan bantalan ketiga jari tengah tangan dan memalpasi
dengan lembut masing-masing jaringan limfe dengan gerakan
memutar. Lakukan palpasi secara sistematis dan
determinasikan menurut lokasi, batas-batas ukuran, bentuk
dan nyeri tekan pada setiap kelompok kelenjar limfe yang
terdiri dari :
a. Nodus oksipital pada dasar tengkorak.
b. Nodus aurikular posterior di atas mastoid.
c. Nodus preaurikular tepat di depan telinga.
d. Nodus tonsilar pada sudut mandibula.
e. Nodus submental pada garis tengah beberapa cm di
belakang ujung mandibula.
f. Nodus submaksilaris ditengah-tengah antar sudut
dan ujung mandibula.
g. Nodus servikal superfisial, superfisial terhadap
sternomastoideus.
h. Nodus servikal posterior, sepanjang tepi anterior
trapezius.

7
i. Nodus supraklavikula, dalam suatu sudut yang
terbentuk oleh klavikula dan
sternokleidomastoideus.
Nodus limfe normalnya tidak mudah dipalpasi. Akan tetapi,
nodus yang kecil, dapat digerakkan, dan tidak nyeri tekan merupakan
hal yang umum. Nodus limfe yang besar, menetap, meradang, atau
nyeri tekan mengindikasikan adanya masalah seperti infeksi lokal,
penyakit sistemik, atau neoplasma. Nyeri tekan biasanya terjadi akibat
inflamasi.

2.3.5 Pemeriksaan Kelenjar Tiroid


Prosedur yang dilakukan dalam pemeriksaan kelenjar limfe
adalah sebagai berikut :
1. Letakkan tangan anda pada leher pasien.
2. Palpasi pada fossa suprasternal dengan jari penunjuk dan jari
tengah.
3. Instruksikan pasien untuk menelan atau minum guna
memudahkan palpasi. Palpasi dapat pula dilakukan dengan
perawat berdiri di belakang pasien, tangan diletakkan
mengelilingi leher dan palpasi dilakukan dengan jari kedua
dan ketiga
4. Bila teraba kelenjar tiroid maka determinasikan menurut
bentuk, ukuran, konsistensi dan permukaannya.

Normalnya, kelenjar tiroid kecil, halus, dan bebas dari nodul,


tetapi pada individu yang sangat kurus, tiroid lebih mudah dipalpasi.

2.3.6 Pemeriksaan Trakea


Prosedur yang dilakukan dalam pemeriksaan trakea adalah sebagai
berikut :
1. Praktisi berdiri di samping kanan pasien.

8
2. Letakkan jari tengah pada bagian bawah trakea dan raba
trakea ke atas, ke bawah dan kesamping sehingga kedudukan
trakea dapat diketahui.

Normalnya trakea berada di tengah. Pergeseran trakea


mengindikasikan kelainan pada paru

2.3.7 Pemeriksaan Glandula Parotis


Glandula parotis terletak berlawanan dengan batas luar ramus
mandibula dan memanjang kebagian dari musculus strenomastoid.
Bagian superior dari glandula parotis dimulai dari bawah tragus dari
telinga dan berakhir di anterior ( dibawah batas dari mandibula).
Pemeriksaan glandula yang normal susah untuk diperiksa dengan
palpasi, namun dengan palpasi dapat dilakukan pada tempat tertentu
yang mengalami glandula hiperplastik, nodul pada glandula dimana
akan timbul rasa sakit. Kelenjar parotis dilakukan dengan palpasi dan
segala pembesaran atau pelunakan harus diperhatikan pada daerah
tersebut.

Gambar : Letak Glandula Parotis

Pemeriksaan pada glandula parotis dilakukan dari arah depan.


Bagian bawah daun telinga akan terdorong ke luar bila kelenjar
membengkak. Lakukan palpasi pada kelenjar untuk melihat adanya
pembengkakan atau perabaan yang lunak. Kelenjar terletak di distal
ramus asendens pada mandibula. Kadang tampilan yang lebih baik
pada kelenjar parotis diperoleh dari arah punggung pasien.

9
2.3.8 Pemeriksaan Temporomandibular Joint (TMJ)
Temporomandibular Joint (TMJ) merupakan sendi dimana
terjadi hubungan antara cranium dan mandibular. Gerakan sendir TMJ
ada 2 gerakan yaitu gerakan memutar atau gerakan engsel dan gerakan
translasi atau meluncur. Pergerakan bebas mandibula merupakan
kombinasi antara gerakan rotasi dan translasi yang meliputi gerakan
membuka dan menutup mulut, protusi dan retrusi, serta gerakan ke
kiri dan ke kanan.
Sendi temporomandibula merupakan satu-satunya sendi di
kepala, sehingga bila terjadi sesuatu pada salah satu sendi ini, maka
seseorang dapat mengalami masalah yang serius. Masalah tersebut
berupa nyeri saat membuka, menutup mulut, makan, mengunyah,
berbicara, bahkan dapat menyebabkan mulut terkunci.

10
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan ekstra oral adalah pemeriksaan yang dilakukan di luar
rongga mulut sesuai prosedur yang meliputi kepala, wajah, leher, kelenjar
limfe, kelenjar tiroid, trake, kelenjar parotis serta temporomandibular joint
(TMJ). Pemeriksaan ekstra oral dapat dilakukan melalui 5 metode yaitu
inspeksi, palpasi, perkusi serta auskultasi. Pemeriksaan inspeksi dilakukan
dengan mengamati, pemeriksaan palpasi dilakukan dengan melakukan
perabaan, pemeriksaan perkusi dengan melakukan ketukan, dan pemeriksaan
auskultasi dilakukan dengan cara mendengerakan melalui bantuan stetoskop.

3.2 Saran
Berdasarkan materi yang disampaikan diatas, diharapkan mahasiswa
atau dokter gigi tidak menjadikan pemeriksaan ekstra oral sebagai satu
satunya alat untuk menegakkan diagnosis kepada pasien. Mahasiswa atau
dokter gigi hendaknya melakukan pemeriksaan objektif yang lain serta
pemeriksaan penunjang apabila diperlukan serta agar selalu melakukan
pemeriksaan subjektif seperti anamnesis sebelum melakukan pemeriksaan
untuk mendapatkan diagnosis yang tepat terhadap pasien.

11
DAFTAR PUSTAKA

Burkhart, N.W. dan DeLong, L., 2012, The Intraoral and Extraoral Exam, ADA
CERP, 1-33

Gazali, M,. dan Kasim, A., 2003, Dislokasi Mandibula ke Arah Anterior, Jurnal
Kedokteran Gigi Edisi Khusus KOMI KG, 119-124.

Gibson, J., 2002, Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat, ed. 2, Jakarta,
EGC.

Taha Ma’aruf, 2020, Kuliah MT 11 PPT, Bahan Ajar Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar.

http://www.scribd.com/doc/119370150/Pemeriksaan-Ekstra-Oral#scribd diakses
tanggal 23 April 2020 pukul 20.00 WITA

12

Anda mungkin juga menyukai