Disusun oleh :
Rohman Amanulloh / 202102102
Faldi Setyawan / 20210210
Puspita Anggraini / 20210210
Dea Adesti E / 202102108
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang masih memberi kesehatan,
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dengan judul “Standar Operasional
Prosedur Pemeriksaan Penunjang”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Dasar yang dibimbing oleh ibu Lilis Sulistya Nengrum, S.Kep.,M.Ked (Trop)
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu saya
dalam menyusun makalah ini. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan dari
para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas yang lain
dan pada waktu mendatang.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara berkembang, memiliki tenaga kesehatan yang cukup banyak, terutama
tenaga perawat. Namun, para perawat ini belum memasuki daerah – daerah terpencil dan walaupun
ada, para tenaga ini juga sangat kesulitan dalam memaksimalkan asuhan keperawatan, karena
keterbatasan alat, terutama alat untuk pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan penunjang dianggap sangat penting, karena ada beberapa pemeriksaan yang tidak dapat
dilakukan tanpa menggunakan alat - alat dalam pemeriksaan penunjang, dan pemeriksaan penunjang
sangat berguna dalam menentukan jenis penyakit maupun mengontrol perkembangan proses
penyembuhan.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pemeriksaan penujang
2. Untuk mengetahui jenis-jenis pemeriksaan penunjang
3. Untuk SOP Pemeriksaan penunjang.
C. Manfaat
A. Teoritis
Penulisan ini dapat menambah referensi membuat mahasiswa tentangpemeriksaan penunjang.
B. Praktis
Penulisan ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca tentang
pemeriksaan penunjang.
BAB II
KAJIAN TEORI
Setiap pemeriksaan penunjang memiliki SOP berbeda. Berikut akan di uraikan SOP dari beberapa
pemeriksaan penunjang.
A. CT Scan
PERSIAPAN PASTIEN CT SCAN
Sebelum dilakukannya pemeriksaan penunjang CT Scan pada otak, ada Berbagai persiapan pasien
meliputi:
1. Klien dan keluarga klien sebaiknya di berikan informasi mengenai pemeriksaan yang akan
dilakukan
2. Inform concent
3. Jelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan serta resiko-resiko yang timbul akibat
pemeriksaan tersebut, khususnya akibat pemakaian bahan kontras.
4. Pasien di anjurkan untuk puasa .Pasien sebaiknya puasa minimal 6-8 jam sebelum pemeriksaan.
Hal ini bertujuan agar pasien pada saat pemeriksaan tidak mual sebagai akibat penyuntikan bahan
kontras secara intra vena.
5. injeksi dengan 50 cc bolus injeksi dan dengan 100 cc drip infus melalui kontras intravena. tumor.
Teknik injeksi secara Intra Vena ( Seeram, 2001 )
6. Jenis media kontras : omnipaque, visipaque
7. Volume pemakaian : 2 – 3 mm/kg, maksimal 150 m
8. Injeksi rate: 1-3 mm/sec
C. Laboratorium Darah
D. Laboratorium Feses
Prosedur Pemeriksaan Feses Lengkap
Sampel tinja bisa diambil secara privasi di dalam rumah atau diambil dengan bantuan tenaga medis
pada pasien dengan kasus tertentu. Petugas laboratorium akan memberikan wadah khusus untuk
menampung sampel feses dan pastikan wadah tersebut selalu dalam keadaan bersih.
Berikut ini adalah prosedur pemeriksaan feses lengkap pada tahap pengambilan sampel:
1. Siapkan tempat penampung feses
2. Siapkan alat untuk mengambil dan memasukkan feses ke tempat penampung
3. Cuci tangan dengan bersih
4. Ambil sampel feses secukupnya, Pastikan tinja tidak berceceran atau jatuh menyentuh dasar kloset
untuk mencegah kontaminasi.
5. Masukkan feses ke dalam tempat penampung
6. Bersihkan area sekitar anus
7. Cuci tangan hingga bersih
8. Lengkapi identitas pada label tempat penampung feses
Faktor yang Memengaruhi Keakuratan Hasil
Ada beberapa hal penting untuk kita ketahui yang harus dilakukan atau yang tidak boleh dilakukan
sebelum pemeriksaan feses, untuk membantu meningkatkan keakurasian hasil pemeriksaan, yaitu:
Sebaiknya Anda memberitahu dokter mengenai obat-obatan tertentu yang sedang digunakan.
Pasalnya, ada beberapa obat yang dapat mengubah hasil tes. Ada kemungkinan dokter
menyarankan untuk menghentikan konsumsi beberapa obat atau suplemen 2-3 hari sebelum
pemeriksaan.
Bagi pasien yang sebelumnya menjalani foto rongent dengan zat kontras perlu menginformasikan
kepada dokter karena dapat mengubah hasil. Sebaiknya hindari pemeriksaan feses jika Anda
sedang mengalami siklus menstruasi atau wasir.
Jangan menggunakan sampel feses yang sudah terkena urine, jatuh atau menyentuh dasar toilet.
Feses yang telah terkontaminasi bisa mempengaruhi hasil.
Iinformasikan kepada dokter sebelumnya jika Anda baru berpergian terutama berpergian ke luar
negeri, selama beberapa minggu atau bulan. Hal ini dikarenakan ada kemungkinan terkena
penyakit Travelers’ diarrhea.
E. Laboratorium Sputum
Peringatan Kultur Dahak
Proses pengeluaran dahak untuk dilakukan kultur, aman bagi pasien. Akan tetapi, bila dahak sulit
keluar akan diambil melalui tindakan teropong saluran pernapasan (bronkoskopi). Tindakan ini
menimbulkan rasa tidak nyaman saat tindakan dan tenggorokan terasa kering setelah tindakan.
Konsultasikan dengan dokter jika sedang konsumsi obat antibiotik, kortikosteroid, atau obat pereda
nyeri, sebelum menjalani pemeriksaan kultur dahak. Dokter akan meminta untuk menghentikan
pemakaian obat-obatan tersebut jika diperlukan.
Persiapan Kultur Dahak
Pasien dianjurkan untuk banyak minum air pada malam hari sebelum pengambilan sampel dahak, agar
pasien lebih mudah mengeluarkan dahak di pagi hari. Pasien juga diminta untuk tidak makan apapun
sekitar 1-2 jam sebelum pengambilan. Pasien akan diminta untuk sikat gigi dan kumur mulut
menggunakan air putih atau larutan steril, bukan dengan obat kumur (mouthwash).
Prosedur dan Interpretasi Hasil Kultur Dahak
Pengambilan sampel dahak akan dilakukan di laboratorium pada pagi hari sebelum minum dan
sarapan. Dokter kemudian akan mengajarkan pasien untuk menarik nafas dalam-dalam dan batuk
untuk mengeluarkan dahak, agar pasien tidak keliru dan malah mengeluarkan ludah, bukan dahak. Jika
pasien sulit mengeluarkan dahak, pasien akan diberikan terapi uap (nebulizer) terlebih dahulu untuk
mengencerkan dahak, sehingga mudah untuk dikeluarkan. Dahak yang keluar kemudian ditampung di
wadah steril untuk diperiksa.
Pasien tertentu dapat menjalani pengambilan sampel dahak dengan menggunakan metode teropong
saluran pernapasan (bronkoskopi). Pada awalnya, pasien akan diberikan obat penenang dan obat bius
untuk mengurangi rasa sakit selama tindakan. Kemudian dokter paru akan memasukkan selang
berkamera melalui mulut dan masuk ke dalam saluran pernapasan. Dahak yang tampak akan disedot
melalui selang bronkoskopi. Pada pasien yang menggunakan selang napas, dahak akan disedot dengan
alat khusus melalui selang napas tersebut.
Setelah Kultur Dahak
Pemeriksaan di laboratorium membutuhkan waktu 2 hari untuk melihat pertumbuhan bakteri dan 1
minggu untuk melihat jamur. Setelah diketahui penyebab infeksi, dokter akan memberikan obat
antibiotik atau antijamur yang efektif dalam mengobati. Untuk melihat efektivitas obat, dokter dapat
melakukan tes kerentanan (resistensi) antibiotik atau antijamur setelah hasil kultur dahak dinyatakan
positif. Hasil dari tes resistensi tersebut akan digunakan oleh dokter untuk menentukan pengobatan
yang sesuai untuk pasien.
F. Sinar X (Rontgen)
Cara Kerja Pemeriksaan X-Ray
Ketika pemeriksaan x-ray dilakukan, mesin akan mengirimkan gelombang radiasi elektromagnetik
secara singkat ke tubuh untuk memindai kondisi tubuh bagian dalam. Radiasi yang diserap oleh
masing-masing bagian tubuh akan berbeda-beda. Inilah nantinya yang membuat hasil foto x-ray
menampakkan perbedaan warna dari putih, abu-abu, hingga hitam:
Jika mengenai logam atau bagian tubuh yang padat seperti tulang, sebagian besar partikel x-ray
terblokir. Hasil pemeriksaan x-ray pun akan tampak berwarna putih.
Bila x-ray mengenai otot, lemak, dan cairan, hasil pemeriksaan x-ray akan muncul dengan warna
abu-abu.
Warna hitam menandakan bahwa x-ray mengenai udara.
Peringatan X-Ray
Ketika mengambil gambar tubuh dengan pemeriksaan x-ray, radiasi memang digunakan. Namun,
jumlah atau tingkat paparannya sangat sedikit hingga dianggap aman untuk orang dewasa.
Kendati demikian, terlalu sering menjalani pemeriksaan yang menggunakan sinar-x berpotensi
merusak DNA di dalam sel tubuh hingga meningkatkan risiko kanker di kemudian hari, meskipun
peningkatan risikonya terbilang rendah. Dibanding Rontgen, paparan radiasi x-ray lebih tinggi pada
CT scan dan fluoroskopi.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengatakan bahwa risiko kanker dari
pajanan x-ray lebih tinggi terjadi pada:
Pasien yang sering melakukan pencitraan medis dengan dosis besar
Pasien dengan usia lebih muda
Pasien berjenis kelamin wanita
Pemeriksaan x-ray juga dinyatakan tidak baik bagi anak kecil dan janin dalam kandungan, terutama
jika x-ray dilakukan pada bagian tubuh yang berdekatan dengan rahim.
Hal ini karena paparan radiasi x-ray berisiko menyebabkan keguguran di awal kehamilan atau
peningkatan risiko bayi terlahir cacat. Sedangkan pada usia kandungan lebih dari 8 minggu, paparan
radiasi berisiko menyebabkan anak lahir dengan kondisi ketidakmampuan belajar dan masalah
intelektual. Oleh karena itu, ibu hamil disarankan untuk tidak diberi penanganan menggunakan x-ray,
kecuali dalam kondisi darurat.
Terkadang ketika menggunakan x-ray, dokter akan menyuntikkan zat kontras dari yodium atau barium
ke dalam tubuh pasien guna meningkatkan kualitas gambar. Sayangnya, pewarna-pewarna tersebut
dapat menyebabkan beberapa efek samping seperti gatal, biduran, pusing, mual, risiko gangguan
ginjal, dan lidah terasa mengecap sensasi logam. Dalam kasus yang relatif jarang, pewarna bahkan
bisa menyebabkan reaksi parah seperti tekanan darah sangat rendah, syok anafilaksis, gagal ginjal
akut, atau henti jantung.
Jika Anda menjalani pemeriksaan x-ray dan dimasukkan zat kontras oleh dokter, disarankan minum
banyak air sesudahnya. Hal itu akan membantu menyingkirkan zat kontras dari dalam tubuh. Jangan
lupa untuk memberi tahu dokter jika bagian kulit yang disuntik mengalami kemerahan, nyeri, dan
bengkak.
Oleh karena itu, penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum melakukan pemeriksaan x-ray
guna memastikan Anda memiliki semua informasi yang dibutuhkan.
G. Ultrasonografi
Bagian – bagian alat USG dan fungsinya
Prinsip kerja dari USG ini sendiri menggunakan gelombang suara ultra dimanamemiliki
frekuensi lebih tinggi yang berkisar antara 1 – 15 MHz (1 – 15 juta Hz).Gelombang suara
frekuensi tinggi tersebut dihasilkan oleh medan listrik dan kristal piezo-electric. Generator
pulsa ( oscilator ) berfungsi sebagai penghasil gelombanglistrik, kemudian oleh transducer
diubah menjadi gelombang suara yang diteruskan kemedium. Apabila gelombang suara
mengenai jaringan yang memiliki nilai akustikimpedansi, maka gelombang suara akan
dipantulkan kembali sebagai echo. Di dalammedia (jaringan) akan terjadi atenuasi, gema
(echo) yang lebih jauh maka intensitasnyalebih lemah dibandingkan dari echo yg lebih
superficial. Pantulan gema akan ditangkapoleh transducer dan diteruskan ke amplifier untuk
diperkuat. Gelombang ini kemudian diteruskan ke tabung sinar katoda melalui receiver
seterusnya ditampilkan sebagai gambar di layar monitor.
Meski tidak menggunakan radiasi seperti dalam CT scan, pemeriksaan MRI memakai medan
magnet yang kuat. Medan magnet ini begitu kuat hingga mampu mempengaruhi benda apa
pun yang terbuat dari logam di sekitarnya. Maka risikonya amat besar bagi pasien yang
memiliki implan logam, seperti alat pacu jantung. Pasien ini tak boleh memasuki mesin MRI.
I. EKG
Persiapan Alat :
1. Mesin EKG yang DIlengkapi 2 kabel :
Satu kabel untuk listrik (power)
Satu kabel untuk grount
Satu kabel untuk pasien
2. Plat electrode
Yaitu plat electrode ekstremitas diikatkan dengan ban pengikat khusus dan electrode dada dengan
balon penghisap.
3. Jelly electrode / air
4. Kertas EKG
5. Kertas tissue
Orientasi :
1. Mengucapkan salam pada pasien.
2. Menjelaskan jenis pemeriksaan dan tujuan pemeriksaan pada pasien.
3. Menjelaskan langkah dan prosedur pemeriksaan pada pasien.
4. Menanyakan kesediaan pasien.
Fase Kerja :
1. Periksa kelengkapan alat.
2. Cuci tangan.
3. Posisikan pasien pada posisi berbaring tenang di bed, tangan dan kaki pasien tidak saling.
bersentuhan denga anggota tubuh lain atau benda-benda yang terbuat dari logam selain electrode.
4. Pastikan tidak ada alat elektronik dan logam lain yang bersentuhan dengan pasien.
5. Bersihkan dada dan kedua tangan dan kaki pasien dengan kapas kapas alcohol.
6. Berikan sedikit jeli pada setiap tempat pemasangan elektoda di tubuh pasien.
7. Pasang Elektrode ekstremitas atas pada pergelangan tangan searah dengan telapak tangan.
Merah : dipasang pada tangan kanan
Kuning : dipasang pada tangan kiri
Elektrode ekstremitas bawah dipasang pada pergelangan kaki sebelah dalam
Hitam : dipasang pada kaki kanan
Hijau : dipasang pada kaki kiri
8. Pasang Elektode dada ( perikordial)
V1 : dipasang pada spatium interkostal (SIC) ke 4 pinggir kanan sternum.
V2 : dipasang pada spatium interkostal (SIC) ke 4 pinggir kiri sternum.
V3 : dipasang ditengah antara V2 dan V4.
V4 : dipasang pada spatium interkostal (SIC) ke 5 pinggir kiri sternum.
V5 : dipasang sejajar V4 garis aksilaris kiri.
V6 : Sejajar V4 garis mid aksilaris kiri.
9. Nyalakan Mesin EKG.
10. Lihat Monitor EKG, apabila grafik EKG sudah terlihat dengan jelas, rekam/print setiap lead 3-4
beat (setelan otomatis).
11. Apabila hasil print EKG sudah dapat dibaca dengan jelas lepaskan seluruh electrode.
12. Bersihkan tubuh pasien dan rapikan kembali posisi pasien.
13. Beritahukan pada pasien bahwa perekaman telah selesai.
Terminasi
1. Informasikan hasil perekaman pada pasien.
2. Beri reinforcement terhadap sikap kooperatif.
3. Beritahukan / diskusikan rencana tindak lanjut pada pasien.
4. Ucapkan salam penutup terhadap pasien.
J. Endoskopi
Pelaksanaan Prosedur Endoskopi
Prosedur endoskopi dilakukan menggunakan alat bernama endoskop, yang dimasukkan langsung ke
dalam tubuh. Endoskop sendiri adalah alat berbentuk tabung atau selang panjang, tipis, dan lentur,
yang dilengkapi dengan kamera dan senter pada bagian ujungnya.
Kamera dan senter ini berguna untuk melihat keadaan organ di dalam tubuh, dan gambarnya akan
ditampilkan pada monitor. Selain kamera, endoskop juga bisa dilengkapi dengan peralatan bedah pada
ujungnya, untuk melakukan prosedur medis tertentu.
Sebelum endoskopi, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, serta berbagai tes
penunjang, seperti pemeriksaan darah dan Rontgen. Dokter juga akan memberikan penjelasan
mengenai cara prosedur dilakukan serta persiapan apa saja yang harus dilakukan pasien, misalnya
apakah pasien perlu berpuasa sebelumnya atau menginap di rumah sakit.
Endoskopi dapat dilakukan pada pasien dalam kondisi sadar, namun sebagian endoskopi perlu
anastesi, baik itu bius lokal atau bius total.
Lama prosedur endoskopi hanya sekitar 15-60 menit. Dokter akan memasukkan alat endoskop ke
dalam tubuh melalui mulut, hidung, anus, saluran kemih, vagina, atau melalui sayatan kecil pada kulit.
Mempertimbangkan Risiko
Meski jarang terjadi, endoskopi tetap merupakan prosedur medis yang memiliki risiko. Beberapa
risiko yang dapat terjadi setelah endoskopi adalah nyeri, infeksi, perdarahan, kerusakan organ, serta
pembengkakan dan kemerahan di tempat sayatan.
Umumnya endoskopi dilakukan di rumah sakit dan dikerjakan oleh dokter spesialis gastroenterologi
atau dokter bedah digestif. Jika dokter menyarankan tindakan endoskopi, jangan segan untuk
menanyakan alasan, tujuan dan risikonya, serta hal-hal apa saja yang perlu Anda persiapkan.
K. Fluoroskopi
Indikasi Fluoroskopi
Fluoroskopi digunakan untuk beberapa jenis pemeriksaan dan penanganan, seperti:
Prosedur ortopedi. Dokter akan menggunakan fluoroskopi untuk membantu mengamati kondisi
patah tulang sebelum operasi perbaikan tulang dilakukan. Selain itu, fluoroskopi juga dapat
digunakan untuk membantu dokter dalam memasang implan tulang pada posisi yang tepat.
Pemeriksaan gastrointestinal. Dalam prosedur ini, pasien akan diberikan pewarna kontras yang
diminum untuk membantu pengamatan kerongkongan (esofagus), lambung, usus kecil, usus
besar, anus, hati, kantung empedu, dan pankreas.
Prosedur kardiovaskular. Fluoroskopi digunakan untuk membantu prosedur tindakan pada
jantung dan pembuluh darah, seperti tindakan untuk menghilangkan gumpalan yang
menghambat aliran darah, angiografi jantung, atau pemasangan ring pada pembuluh darah.
Persiapan fluoroskopi
Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu dipersiapkan oleh pasien sebelum menjalani fluoroskopi:
• Memperbanyak minum air putih.
• Melepas semua aksesoris yang melekat di tubuh, seperti gelang, anting atau kalung, dan
menyimpannya di tempat yang telah
• Menggunakan pakaian khusus yang telah disiapkan oleh rumah sakit.
• Untuk pemeriksaan di bagian perut, jangan makan atau minum apa pun sejak malam sebelum
pemeriksaan.
• Sebelum pemeriksaan dimulai, dokter akan memberikan pewarna kontras. Bentuk pemberian zat
ini bervariasi, tergantung dari area yang akan diamati. Di antaranya adalah:
Oral atau diminum. Bertujuan untuk mengamati kondisi kerongkongan (esofagus) atau
lambung. Zat ini mungkin akan terasa tidak enak atau menimbulkan mual.
Enema. Zat pewarna dalam bentuk ini diberikan melalui anus. Efek samping dapat berupa
rasa tidak nyaman dan perut kembung.
Suntik. Zat pewarna yang disuntikkan ke dalam pembuluh darah dapat membantu dokter
dalam mengamati kondisi kandung empedu, saluran kemih, hati, dan pembuluh darah.
Efek samping yang mungkin dirasakan pasien setelah disuntik dengan zat ini adalah tubuh
terasa hangat dan seperti ada rasa logam di mulut.
Prosedur Fluoroskopi
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan dua jenis perangkat fluoroskop, yaitu yang tidak dapat
dipindahkan (fixed or permanently installed fluoroscopic) atau yang dapat dipindahkan (mobile
fluoroscopic). Fluoroskop yang tidak dapat dipindahkan biasanya digunakan untuk menunjang
prosedur endoskopi pada saluran cerna (misalnya ERCP) atau kateterisasi jantung. Sedangkan mobile
fluoroscopic biasa digunakan untuk keperluan tindakan ortopedi, seperti pengamatan sendi, tulang,
dan implan atau tindakan ESWL. Contoh mobile fluoroscopic adalah mesin C-arm.
Tidak ada rasa sakit yang timbul saat fluoroskopi atau pencitraan sinar-X berlangsung. Namun
prosedur pendukungnya, seperti suntik zat kontras pada sendi atau pembuluh darah, dapat
menimbulkan rasa sakit. Pada pelaksanaannya, pasien akan diminta untuk merebahkan diri pada
tempat tidur yang telah disediakan. Lalu, dokter akan meminta pasien untuk mengarahkan bagian
tubuhnya yang akan diamati ke fluoroskop, mengubah posisi, atau menahan napas selagi prosedur
berlangsung.
Pada kasus tertentu, seperti pada prosedur arthrography (pengamatan sendi), cairan yang ada pada
sendi akan diambil terlebih dahulu sebelum pewarna kontras disuntikkan ke pasien. Setelahnya, pasien
akan diminta untuk menggerakkan sendi agar pewarna kontras dapat menyebar ke seluruh bagian
sendi.
Lamanya pelaksanaan fluoroskopi tergantung pada bagian tubuh mana yang diperiksa, serta apakah
ada tindakan yang perlu dilakukan. Umumnya, pemeriksaan dengan fluoroskopi hanya memakan
waktu sekitar 30 menit. Namun jika diperlukan pemeriksaan yang mendalam, seperti pada
pemeriksaan usus kecil, maka waktu yang dibutuhkan menjadi lebih banyak, yakni sekitar 2-6 jam.
Setelah Fluoroskopi
Setelah pemeriksaan selesai, pasien biasanya diperbolehkan pulang. Namun, jika ada tindakan yang
menggunakan obat bius, pasien tidak diperbolehkan mengemudi sampai efek dari obat bius benar-
benar hilang. Oleh sebab itu, sebaiknya ada keluarga atau teman pasien yang mengantarkan pulang.
Pada prosedur tertentu, seperti kateterisasi jantung, pasien akan membutuhkan rawat inap untuk
pemulihan. Pasien juga akan diminta untuk menemui dokter kembali, jika timbul tanda-tanda infeksi
pada lokasi bekas masuknya kateter, seperti rasa nyeri, kemerahan, atau pembengkakan.
Hasil fluoroskopi bisa keluar dalam 1-3 hari. Dokter akan menentukan jadwal pertemuan selanjutnya
untuk menjelaskan hasil pemeriksaan.
Pasien dapat kembali beraktivitas seperti biasa. Utamakan untuk banyak minum air putih, agar barium
atau zat kontras yang digunakan pada fluoroskopi keluar dari tubuh. Konsultasikan dengan dokter
untuk mengetahui asupan harian cairan yang dibutuhkan.
Risiko Fluoroskopi
Fluoroskopi merupakan pemeriksaan sinar-X yang memaparkan radiasi. Prosedur ini dapat memicu
masalah kesehatan, seperti gangguan pada kulit dan kanker, namun potensinya tergolong kecil dan
hanya terjadi jika dilakukan dalam waktu yang lama. Selain itu, penggunaan pewarna kontras pada
fluoroskopi berisiko menimbulkan reaksi alergi atau gangguan fungsi ginjal.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pemeriksaan penunjang merupakan penelitian perubahan yang timbul pada penyakit, perubahan ini
bisa berupa penyebab atau akibat pemeriksaan penunjang juga sebagai ilmu terapan yang berguna
membantu petugas kesehatan dalam mendiagnosis dan mengobati pasien.
2. Pemeriksaan penunjang sangat beragam dan masing-masing pemeriksaan memiliki aturan yang
berbeda. Peraturan atau SOP yang berlaku harus dipatuhi perawat dan pasien agar pemeriksaan
optimal dan meminimalisir resiko yang terjadi saat pemeriksaan.
B. Saran