Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMERIKSAAN PENUNJANG

Dosen Pengampu : Lilis Sulistya Nengrum, S.Kep.,M.Ked (Trop)

Disusun oleh :
Rohman Amanulloh / 202102102
Faldi Setyawan / 20210210
Puspita Anggraini / 20210210
Dea Adesti E / 202102108

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA CIPTA HUSADA MALANG
TAHUN 2020/2021
DAFTAR ISI

Halaman judul ....................................................................................................................................


Daftar Isi.............................................................................................................................................
Kata Pengantar ...................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................................................................
B. Tujuan ...........................................................................................................................................
C. Manfaat ..........................................................................................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Pengkajian Penunjang .....................................................................................................
B. Jenis-jenis Pemeriksaan Penunjang ...............................................................................................
C. Tahap-tahap Pemeriksaan Penunjang ............................................................................................
D. Alat-alat yang Digunakan untuk Melakukan Pengkajian Penunjang ............................................
E. Fungsi dan Tujuan Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................................................
DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................................................
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang masih memberi kesehatan,
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dengan judul “Standar Operasional
Prosedur Pemeriksaan Penunjang”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Dasar yang dibimbing oleh ibu Lilis Sulistya Nengrum, S.Kep.,M.Ked (Trop)
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu saya
dalam menyusun makalah ini. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan dari
para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas yang lain
dan pada waktu mendatang.

Malang, Maret 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara berkembang, memiliki tenaga kesehatan yang cukup banyak, terutama
tenaga perawat. Namun, para perawat ini belum memasuki daerah – daerah terpencil dan walaupun
ada, para tenaga ini juga sangat kesulitan dalam memaksimalkan asuhan keperawatan, karena
keterbatasan alat, terutama alat untuk pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan penunjang dianggap sangat penting, karena ada beberapa pemeriksaan yang tidak dapat
dilakukan tanpa menggunakan alat - alat dalam pemeriksaan penunjang, dan pemeriksaan penunjang
sangat berguna dalam menentukan jenis penyakit maupun mengontrol perkembangan proses
penyembuhan.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pemeriksaan penujang
2. Untuk mengetahui jenis-jenis pemeriksaan penunjang
3. Untuk SOP Pemeriksaan penunjang.

C. Manfaat
A. Teoritis
Penulisan ini dapat menambah referensi membuat mahasiswa tentangpemeriksaan penunjang.
B. Praktis
Penulisan ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca tentang
pemeriksaan penunjang.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Definisi Pengkajian Penunjang


Pemeriksaan penunjang merupakan penelitian perubahan yang timbul pada penyakit, perubahan ini
bisa berupa penyebab atau akibat pemeriksaan penunjang juga sebagai ilmu terapan yang berguna
membantu petugas kesehatan dalam mendiagnosis dan mengobati pasien. Pemeriksaan yang dilakukan
untuk mengoptimalkan tindakan keperawatan dan proses penyembuhan pasien. Pemeriksaan yang
dilakukan oleh tenaga medis dengan menggunakan alat bantu tertentu untuk memperoleh hasil yang
selanjutnya.

B. Jenis-jenis Pemeriksaan Penunjang


Berdasarkan media yang di gunakan:
1. Pemeriksaan lab
2. Pemeriksaan robegen
3. Pemeriksaan USG
Berdasarkan organ atau bagian tubuh yang di periksa :
1. Pemeriksaan penunjang di bagian kebidanan dan kandungan
2. Pemeriksaan penunjang di bagian penyakit dalam
3. Pemeriksaan penunjang di bagian kesehatan anak
4. Pemeriksaan penunjang di bagian saraf atau neurologi
5. Pemeriksaan penunjang di bagian THT-KL
6. Pemeriksaan penunjang di bagian kulit kelamin
7. Pemeriksaan penunjang di bagian kesehatan jiwa
8. Pemeriksaan penunjang di bagian mata

C. Tahap-tahap Pemeriksaan Penunjang


Tahap-tahap pemeriksaan penunjang meliputi:
A. Persiapan alat.
Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu diperhatikan instruksi dokter sehingga tidak
salah persiapan dan berkesan profesional dalam bekerja.
B. Persiapan pasien.
Dalam mempersiapkan pasien yang perlu diperhatikan yaitu puasa, obat yang diminum pasien saat
menjalani pengobatan, Waktu Pengambilan dan Posisi pengambilan sampel.
D. Alat-alat yang Digunakan untuk Melakukan Pengkajian Penunjang
1. MRI(Magnetic Resonance Imaging)
Digunakan untuk mendiagnosa bagian struktur tubuh manusia dengan gelombang electromagnetic,
yang tidak memberi efek radiasi seperti sinar X. Alat ini sangat berguna untuk pemeriksaan saraf,
jaringan otot, jantung dan pembuluh darah dan tumor. Semakin besar teslanya atau kekuatan
magnetiknya semakin baik kualitas gambarnya
2. Lightspeed MSCT (MultiSlice Computer Tomography)
Scanner adalah alat diagnosa yang menggunakan sinar X untuk memberikan gambar 3 dimensi organ
dalam tubuh. Kelebihan alat ini memiliki sistem yang membantu mengurangi dosis sinar X pada
pasien sampai dengan 30%
3. Angiograph
Alat Angiografi ini digunakan sebagai alat diagnosa dan pengobatan. Alat ini menggunakan sinar X
untuk melihat bagian dalam pembuluh darah yang tersumbat dan dengan bantuan alat lainnya
untuk tindakan balonisasi atau pemasangan penyangga pembuluh darah/stent.
4. Mobile Fluorostar C-Arm
Adalah alat penting yang diggunakan dokter dalam kamar operasi atau tindakan medis.
5. Roentgen Konvensional
6. Mammografi
Alat Mammografi digunakan untuk mendiagnosa kanker payudara pada wanita, alat ini menggunakan
sinar X untuk menciptakan gambarnya yang dapat membedakan sel sehat dan sel ganas/kanker.
7. Roentgen Panoramik
8. UltraSonoGraphy (USG)
Rumah sakit menyediakan USG 2-D, 3-D and 4-D. USG digunakan untuk memeriksa organ bagian
dalam dengan gelombang suara. Pemeriksaan kehamilan, medical chek up dan keadaan organ
bagian dalam, dsb.
9. ElectroKardioGrafi (EKG) &Treadmill:
Pemeriksaan untuk mengetahui fungsi jantung dan mengecek kesehatan jantungnya.
10. EEG (ElectroEncephaloGrafi)
Pemeriksaan untuk mengetahui gelombang listrik dalam otak
11. EMG (ElectroMyoGrafi)
Pemeriksaan Aktivitas listrik pada otot disaat istirahat dan bergerak.
12. Audiometri
Alat deteksi fungsi pendengaran dengan beberapa level intensitas gelombang suara.
E. Fungsi dan Tujuan Pemeriksaan Penunjang
Fungsi pemeriksaan penunjang yaitu:
1. Skrining atau uji saring adanya penyakit subklinis, dengan tujuan menentukan resiko terhadap
suatu penyakit dan mendeteksi dini penyakit terutama bagi individu beresiko tinggi (walaupun tidak
ada gejala atau keluhan).
2. Konfirmasi pasti diagnosis, yaitu untuk memastikan penyakit yang diderita seseorang,
berkaitan dengan penanganan yang akan diberikan dokter serta berkaitan erat dengan komplikasi yang
mungkin saja dapat terjadi.
3. Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat menyamarkan gejala klinis.
4. Membantu pemantauan pengobatan.
5. Menyediakan informasi prognosis atau perjalanan penyakit, yaitu untuk memprediksi
perjalanan penyakit dan berkaitan dengan terapi dan pengelolaan pasien selanjutnya.
6. Memantau perkembangan penyakit, yaitu untuk memantau perkembangan penyakit dan
memantau efektivitas terapi yang dilakukan agar dapat meminimalkan komplikasi yang dapat terjadi.
Pemantauan ini sebaiknya dilakukan secara berkala.
7. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak dijumpai dan potensial
membahayakan.
8. Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena tidak didapatipenyakit.

Tujuan dalam pemeriksaan penunjang yaitu:


1. Untuk menambah data penunjang selain data pemeriksaan fisik
2. Untuk memberi kejelasan dan kepastian tentang kesungguhan penyakit yang diderita oleh
pasien
3. Untuk memudahkan dokter dalam melakukan diagnosis
BAB III
PEMBAHASAN

Setiap pemeriksaan penunjang memiliki SOP berbeda. Berikut akan di uraikan SOP dari beberapa
pemeriksaan penunjang.
A. CT Scan
PERSIAPAN PASTIEN CT SCAN
Sebelum dilakukannya pemeriksaan penunjang CT Scan pada otak, ada Berbagai persiapan pasien
meliputi:
1. Klien dan keluarga klien sebaiknya di berikan informasi mengenai pemeriksaan yang akan
dilakukan
2. Inform concent
3. Jelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan serta resiko-resiko yang timbul akibat
pemeriksaan tersebut, khususnya akibat pemakaian bahan kontras.
4. Pasien di anjurkan untuk puasa .Pasien sebaiknya puasa minimal 6-8 jam sebelum pemeriksaan.
Hal ini bertujuan agar pasien pada saat pemeriksaan tidak mual sebagai akibat penyuntikan bahan
kontras secara intra vena.
5. injeksi dengan 50 cc bolus injeksi dan dengan 100 cc drip infus melalui kontras intravena. tumor.
Teknik injeksi secara Intra Vena ( Seeram, 2001 )
6. Jenis media kontras : omnipaque, visipaque
7. Volume pemakaian : 2 – 3 mm/kg, maksimal 150 m
8. Injeksi rate: 1-3 mm/sec

PROSEDUR PASIEN CT SCAN


1. Posisi terlentang dengan tangan terkendali.
2. Meja elektronik masuk ke dalam alat scanner.
3. Pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar dari beberapa sudut yang dicurigai adanya
kelainan. Selama prosedur berlangsung pasien harus diam absolut selama 20-45 menit.
4. Pengambilan gambar dilakukan dari berbagai posisi dengan pengaturan komputer.
5. Selama prosedur berlangsung perawat harus menemani pasien dari luar dengan memakai protektif
lead approan.

Sesudah Pengambilan Gambar Pasien Dirapihkan. Hal Yang Perlu Diperhatikan


1. Observasi keadaan alergi terhadap zat kontras yang disuntikan. Bila terjadi alergi dapat diberikan
deladryl 50 mg.
2. Mobilisasi secepatnya karena pasien mungkin kelelahan selama prosedur berlangsung.
3. Ukur ntake dan out put. Hal ini merupakan tindak lanjut setelah pemberian zat kontras yang
eliminasinya selama 24 jam. Oliguri merupakan gejala gangguan fungsi ginjal, memerlukan koreksi
yang cepat oleh seorang perawat dan dokter.
B. Laboratorium Urin
Peringatan Tes urine
Sebelum menjalani tes urine, terlebih dahulu beri tahu dokter terkait obat-obatan, suplemen, atau
produk herbal yang sedang digunakan. Pasalnya, beberapa obat-obatan dan suplemen dapat
memengaruhi kondisi urine, seperti warna urine, sehingga hasil tes menjadi tidak akurat.
Berikut ini adalah beberapa obat-obatan yang dapat memengaruhi kondisi urine:
 Klorokuin  Levodopa
 Triamterene  Nitrofurantoin
 Riboflavin
Selain obat-obatan, beri tahu dokter juga jika Anda menderita gangguan pada fungsi sistem urinaria,
seperti tidak bisa menahan kencing (inkontinensia urine) atau tidak bisa kencing (retensi urine). Jika
Anda menderita kondisi ini, pengambilan sampel urine mungkin perlu dilakukan dengan
bantuan kateter.

Sebelum Tes urine


 Pasien tidak perlu berpuasa untuk menjalani tes urine. Namun, jika tes urine dilakukan bersamaan
dengan pemeriksaan lain, misalnya tes kolesterol, dokter mungkin akan menganjurkan pasien untuk
berpuasa sebelum prosedur dilakukan.
 Pasien wanita yang akan menjalani tes urine harus menginformasikan kepada dokter jika
sedang menstruasi. Hal tersebut dikhawatirkan dapat memengaruhi hasil analisis mikroskopik tes
urine.
 Selain itu, meski masih membutuhkan penelitian lebih lanjut, pasien yang akan menjalani tes urine
sebaiknya tidak berhubungan seks selama 24 jam sebelum pengambilan sampel urine. Pasalnya,
berhubungan seks sebelum tes urine dapat memengaruhi hasil pemeriksaan.

Prosedur Pengambilan Sampel Urine


Pengambilan sampel urine hanya membutuhkan waktu beberapa menit. Berikut ini adalah tahapan-
tahapan yang dilakukan pasien dalam pengambilan sampel urine:
 Bersihkan area kemaluan menggunakan tisu steril, agar area tersebut bersih dari bakteri dan tidak
terbawa ke dalam sampel.
 Buang sedikit urine yang pertama kali keluar, lalu segera tampung aliran urine berikutnya ke wadah
penampung.
 Tampung urine kurang lebih sebanyak 30–60 ml ke wadah penampung yang disediakan dokter.
 Buang sisa aliran urine ke toilet jika sampel sudah mencukupi.
 Tutup rapat wadah yang berisi sampel urine agar tidak tumpah atau terkontaminasi.
 Bersihkan bagian luar wadah penampung urine menggunakan tisu steril dan cuci tangan setelah
melakukan pengambilan sampel.
 Berikan sampel urine ke dokter untuk dianalisis di laboratorium.
 Bagi pasien pria, area kemaluan yang harus dibersihkan sebelum melakukan pengambilan sampel
adalah ujung kemaluan. Sedangkan bagi pasien wanita, area kemaluan harus dibersihkan dari depan
ke belakang. Pasien wanita juga harus membersihkan cairan vagina atau darah menstruasi jika ada.
 Pada pasien yang tidak dapat melakukan pengambilan sampel urine secara mandiri, dokter biasanya
akan menggunakan kateter, yaitu selang karet yang dipasang melalui lubang kencing (uretra).
 Sampel urine yang diambil pada pasien pengguna kateter harus langsung dari selang kateter, tidak
boleh dari kantung penampungan. Tujuannya adalah untuk menghindari urine terkontaminasi.
Analisis Sampel Urine
 Ada tiga jenis analisis sampel urine, yaitu analisis visual, analisis kimiawi, dan analisis
mikroskopik.
.
Setelah Tes urine
Setelah pengambilan sampel urine, pasien dapat melakukan aktivitas seperti biasa. Dokter akan
memberitahukan hasil analisis sampel urine dalam beberapa jam atau keesokan harinya.
Hasil tes urine yang tidak normal dapat menunjukkan adanya kondisi atau gangguan tertentu. Dokter
akan membandingkan hasil tes urine dengan gejala yang dialami pasien untuk menentukan diagnosa
penyakit yang sedang diderita pasien.
Hasil tes urine yang normal belum tentu menunjukkan bahwa pasien sehat-sehat saja. Jika pasien
mengeluhkan gejala penyakit tertentu tapi hasil tes urine tidak menunjukkan kelainan, maka
diperlukan pemeriksaan lanjutan lainnya.
Beberapa pemeriksaan lain yang dapat mendukung hasil tes urine adalah:
 Kultur urine
 Analisis kreatinin urine
 Analisis total protein dan albumin urine
 Analisis kalsium urine

C. Laboratorium Darah

Persiapan Pemeriksaan Darah Lengkap


Persiapan sebelum pemeriksaan darah lengkap umumnya mengikuti prosedur tujuan dan fungsi
pemeriksaan, misalnya jika sampel darah pasien yang diuji hanya untuk pemeriksaan darah lengkap,
dokter biasanya tidak menyarankan persiapan khusus sebelum prosedur pemeriksaan, namun justru
mengizinkan pasien untuk dapat makan dan minum secara normal sebelum prosedur pemeriksaan
dilakukan.
Sedangkan, jika sampel darah pasien akan digunakan dokter untuk melakukan tes medis tambahan,
pasien barangkali disarankan untuk berpuasa dalam jangka waktu tertentu sebelum pemeriksaan
dilakukan. Untuk hal ini ikutilah petunjuk dokter dengan saksama.
Prosedur Pemeriksaan Darah Lengkap
Prosedur pemeriksaan darah langkap, umumnya ada beberapa tahapan yang perlu dilalui oleh pasien;
 Pembersihan area yang akan disuntik oleh petugas medis. Umumnya petugas medis akan
menggunakan alkohol atau antiseptik untuk membersihkan area dalam siku atau bagian punggung
tangan.
 Selanjutnya pita elastis atau tourniquet akan dipasang di sekitar lengan atas supaya pembuluh
darah vena terlihat lebih jelas.
 Petugas medis akan menyuntikkan jarum di pembuluh darah dan memasukkan darah ke dalam
botol kemudian sampel darah akan dikumpulkan ke dalam satu botol atau lebih.
 Setelah jumlah darah yang diperlukan sudah selesai diambil, pita elastis atau tourniquet akan
dilepas.
 Area penyuntikan akan ditutup menggunakan perban untuk menghentikan perdarahan.
 Setelah itu, sampel darah dibawa ke laboratorium untuk dianalisis
 Setelah selesai menjalani pemeriksaan darah lengkap beberapa pasien akan merasa pingsan atau
pusing. Dan pasien mungkin mengalami memar ringan di areah bekas penyuntikan, tetapi akan
hilang dalam hitungan hari.
 Untuk pasien bayi, petugas biasanya akan terlebih dahulu mensterilkan bagian tumit kaki, lalu
menyuntik area tersebut dengan menggunakan jarum kecil yang disebut lancet. Petugas kemudian
dengan lembut meremas tumit pasien lalu mengambil sedikit darah yang dimasukan ke dalam
botol untuk keperluan analisis.
Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap
Sebagian besar hasil pemeriksaan darah akan diumumkan dalam beberapa jam atau 1 hari setelahnya.
Dari hasil, biasanya akan tertera nilai normal yang didapatkan dari sampel darah pasien.
Berikut rentang nilai normal dari masing-masing komponen dalam pemeriksaan darah lengkap

D. Laboratorium Feses
Prosedur Pemeriksaan Feses Lengkap
Sampel tinja bisa diambil secara privasi di dalam rumah atau diambil dengan bantuan tenaga medis
pada pasien dengan kasus tertentu. Petugas laboratorium akan memberikan wadah khusus untuk
menampung sampel feses dan pastikan wadah tersebut selalu dalam keadaan bersih.
Berikut ini adalah prosedur pemeriksaan feses lengkap pada tahap pengambilan sampel:
1. Siapkan tempat penampung feses
2. Siapkan alat untuk mengambil dan memasukkan feses ke tempat penampung
3. Cuci tangan dengan bersih
4. Ambil sampel feses secukupnya, Pastikan tinja tidak berceceran atau jatuh menyentuh dasar kloset
untuk mencegah kontaminasi.
5. Masukkan feses ke dalam tempat penampung
6. Bersihkan area sekitar anus
7. Cuci tangan hingga bersih
8. Lengkapi identitas pada label tempat penampung feses
Faktor yang Memengaruhi Keakuratan Hasil
Ada beberapa hal penting untuk kita ketahui yang harus dilakukan atau yang tidak boleh dilakukan
sebelum pemeriksaan feses, untuk membantu meningkatkan keakurasian hasil pemeriksaan, yaitu:
 Sebaiknya Anda memberitahu dokter mengenai obat-obatan tertentu yang sedang digunakan.
Pasalnya, ada beberapa obat yang dapat mengubah hasil tes. Ada kemungkinan dokter
menyarankan untuk menghentikan konsumsi beberapa obat atau suplemen 2-3 hari sebelum
pemeriksaan.
 Bagi pasien yang sebelumnya menjalani foto rongent dengan zat kontras perlu menginformasikan
kepada dokter karena dapat mengubah hasil. Sebaiknya hindari pemeriksaan feses jika Anda
sedang mengalami siklus menstruasi atau wasir.
 Jangan menggunakan sampel feses yang sudah terkena urine, jatuh atau menyentuh dasar toilet.
Feses yang telah terkontaminasi bisa mempengaruhi hasil.
 Iinformasikan kepada dokter sebelumnya jika Anda baru berpergian terutama berpergian ke luar
negeri, selama beberapa minggu atau bulan. Hal ini dikarenakan ada kemungkinan terkena
penyakit Travelers’ diarrhea.

E. Laboratorium Sputum
Peringatan Kultur Dahak
Proses pengeluaran dahak untuk dilakukan kultur, aman bagi pasien. Akan tetapi, bila dahak sulit
keluar akan diambil melalui tindakan teropong saluran pernapasan (bronkoskopi). Tindakan ini
menimbulkan rasa tidak nyaman saat tindakan dan tenggorokan terasa kering setelah tindakan.
Konsultasikan dengan dokter jika sedang konsumsi obat antibiotik, kortikosteroid, atau obat pereda
nyeri, sebelum menjalani pemeriksaan kultur dahak. Dokter akan meminta untuk menghentikan
pemakaian obat-obatan tersebut jika diperlukan.
Persiapan Kultur Dahak
Pasien dianjurkan untuk banyak minum air pada malam hari sebelum pengambilan sampel dahak, agar
pasien lebih mudah mengeluarkan dahak di pagi hari. Pasien juga diminta untuk tidak makan apapun
sekitar 1-2 jam sebelum pengambilan. Pasien akan diminta untuk sikat gigi dan kumur mulut
menggunakan air putih atau larutan steril, bukan dengan obat kumur (mouthwash).
Prosedur dan Interpretasi Hasil Kultur Dahak
Pengambilan sampel dahak akan dilakukan di laboratorium pada pagi hari sebelum minum dan
sarapan. Dokter kemudian akan mengajarkan pasien untuk menarik nafas dalam-dalam dan batuk
untuk mengeluarkan dahak, agar pasien tidak keliru dan malah mengeluarkan ludah, bukan dahak. Jika
pasien sulit mengeluarkan dahak, pasien akan diberikan terapi uap (nebulizer) terlebih dahulu untuk
mengencerkan dahak, sehingga mudah untuk dikeluarkan. Dahak yang keluar kemudian ditampung di
wadah steril untuk diperiksa.
Pasien tertentu dapat menjalani pengambilan sampel dahak dengan menggunakan metode teropong
saluran pernapasan (bronkoskopi). Pada awalnya, pasien akan diberikan obat penenang dan obat bius
untuk mengurangi rasa sakit selama tindakan. Kemudian dokter paru akan memasukkan selang
berkamera melalui mulut dan masuk ke dalam saluran pernapasan. Dahak yang tampak akan disedot
melalui selang bronkoskopi. Pada pasien yang menggunakan selang napas, dahak akan disedot dengan
alat khusus melalui selang napas tersebut.
Setelah Kultur Dahak
Pemeriksaan di laboratorium membutuhkan waktu 2 hari untuk melihat pertumbuhan bakteri dan 1
minggu untuk melihat jamur. Setelah diketahui penyebab infeksi, dokter akan memberikan obat
antibiotik atau antijamur yang efektif dalam mengobati. Untuk melihat efektivitas obat, dokter dapat
melakukan tes kerentanan (resistensi) antibiotik atau antijamur setelah hasil kultur dahak dinyatakan
positif. Hasil dari tes resistensi tersebut akan digunakan oleh dokter untuk menentukan pengobatan
yang sesuai untuk pasien.

F. Sinar X (Rontgen)
Cara Kerja Pemeriksaan X-Ray
Ketika pemeriksaan x-ray dilakukan, mesin akan mengirimkan gelombang radiasi elektromagnetik
secara singkat ke tubuh untuk memindai kondisi tubuh bagian dalam. Radiasi yang diserap oleh
masing-masing bagian tubuh akan berbeda-beda. Inilah nantinya yang membuat hasil foto x-ray
menampakkan perbedaan warna dari putih, abu-abu, hingga hitam:
 Jika mengenai logam atau bagian tubuh yang padat seperti tulang, sebagian besar partikel x-ray
terblokir. Hasil pemeriksaan x-ray pun akan tampak berwarna putih.
 Bila x-ray mengenai otot, lemak, dan cairan, hasil pemeriksaan x-ray akan muncul dengan warna
abu-abu.
 Warna hitam menandakan bahwa x-ray mengenai udara.
Peringatan X-Ray
Ketika mengambil gambar tubuh dengan pemeriksaan x-ray, radiasi memang digunakan. Namun,
jumlah atau tingkat paparannya sangat sedikit hingga dianggap aman untuk orang dewasa.
Kendati demikian, terlalu sering menjalani pemeriksaan yang menggunakan sinar-x berpotensi
merusak DNA di dalam sel tubuh hingga meningkatkan risiko kanker di kemudian hari, meskipun
peningkatan risikonya terbilang rendah. Dibanding Rontgen, paparan radiasi x-ray lebih tinggi pada
CT scan dan fluoroskopi.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengatakan bahwa risiko kanker dari
pajanan x-ray lebih tinggi terjadi pada:
 Pasien yang sering melakukan pencitraan medis dengan dosis besar
 Pasien dengan usia lebih muda
 Pasien berjenis kelamin wanita
Pemeriksaan x-ray juga dinyatakan tidak baik bagi anak kecil dan janin dalam kandungan, terutama
jika x-ray dilakukan pada bagian tubuh yang berdekatan dengan rahim.
Hal ini karena paparan radiasi x-ray berisiko menyebabkan keguguran di awal kehamilan atau
peningkatan risiko bayi terlahir cacat. Sedangkan pada usia kandungan lebih dari 8 minggu, paparan
radiasi berisiko menyebabkan anak lahir dengan kondisi ketidakmampuan belajar dan masalah
intelektual. Oleh karena itu, ibu hamil disarankan untuk tidak diberi penanganan menggunakan x-ray,
kecuali dalam kondisi darurat.
Terkadang ketika menggunakan x-ray, dokter akan menyuntikkan zat kontras dari yodium atau barium
ke dalam tubuh pasien guna meningkatkan kualitas gambar. Sayangnya, pewarna-pewarna tersebut
dapat menyebabkan beberapa efek samping seperti gatal, biduran, pusing, mual, risiko gangguan
ginjal, dan lidah terasa mengecap sensasi logam. Dalam kasus yang relatif jarang, pewarna bahkan
bisa menyebabkan reaksi parah seperti tekanan darah sangat rendah, syok anafilaksis, gagal ginjal
akut, atau henti jantung.
Jika Anda menjalani pemeriksaan x-ray dan dimasukkan zat kontras oleh dokter, disarankan minum
banyak air sesudahnya. Hal itu akan membantu menyingkirkan zat kontras dari dalam tubuh. Jangan
lupa untuk memberi tahu dokter jika bagian kulit yang disuntik mengalami kemerahan, nyeri, dan
bengkak.
Oleh karena itu, penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum melakukan pemeriksaan x-ray
guna memastikan Anda memiliki semua informasi yang dibutuhkan.

G. Ultrasonografi
Bagian – bagian alat USG dan fungsinya

 Display (LCD) berfungsi untuk menampilkan gambar bagian tubuh yangdiperiksa


menggunakan USG.
 Transducer adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yangakan
diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar pada pemeriksaan prostat.
Di dalam transduser terdapat kristal yang digunakan untukmenangkap pantulan
gelombang yang disalurkan oleh transduser. Gelombangyang diterima masih dalam
bentuk gelombang akusitik (gelombang pantulan)sehingga fungsi kristal disini adalah
untuk mengubah gelombang tersebut menjadi gelombang elektronik yang dapat dibaca
oleh komputer sehingga dapat diterjemahkan dalam bentuk gambar.
 Pulse controls untuk mengatur banyaknya pulsa.
 Keyboard adalah tombol-tombol yang berisi huruf dan symbol yang digunakanuntuk
mengisi identitas pasien.
 Disk storage sebagai tempat penyimpanan data hasil pemeriksaan USG
 Printer untuk mencetak hasil pemeriksaan USG.
Prinsip kerja USG

Prinsip kerja dari USG ini sendiri menggunakan gelombang suara ultra dimanamemiliki
frekuensi lebih tinggi yang berkisar antara 1 – 15 MHz (1 – 15 juta Hz).Gelombang suara
frekuensi tinggi tersebut dihasilkan oleh medan listrik dan kristal piezo-electric. Generator
pulsa ( oscilator ) berfungsi sebagai penghasil gelombanglistrik, kemudian oleh transducer
diubah menjadi gelombang suara yang diteruskan kemedium. Apabila gelombang suara
mengenai jaringan yang memiliki nilai akustikimpedansi, maka gelombang suara akan
dipantulkan kembali sebagai echo. Di dalammedia (jaringan) akan terjadi atenuasi, gema
(echo) yang lebih jauh maka intensitasnyalebih lemah dibandingkan dari echo yg lebih
superficial. Pantulan gema akan ditangkapoleh transducer dan diteruskan ke amplifier untuk
diperkuat. Gelombang ini kemudian diteruskan ke tabung sinar katoda melalui receiver
seterusnya ditampilkan sebagai gambar di layar monitor.

H. MRI (Magnetic resonance imaging)

Langkah Persiapan MRI


Sebelum menjalani pemeriksaan MRI, Anda dapat makan dengan normal dan mengonsumsi obat-
obatan seperti biasa, kecuali dokter menyarankan sebaliknya.
Sebelum pemeriksaan dilakukan, Anda akan diminta untuk mengenakan pakaian khusus yang
disediakan oleh rumah sakit. Anda juga akan diminta untuk melepas perhiasan atau benda-benda yang
menempel di tubuh, seperti cincin, anting, kalung, jam tangan, atau jepit rambut.
Petugas medis juga akan meminta Anda untuk melepaskan bra dengan penyangga logam, kacamata,
alat bantu dengar, atau gigi palsu yang Anda kenakan.
Proses Pemindaian dengan MRI
Pada bagian tengah mesin MRI yang berbentuk tabung, terdapat tempat tidur yang dapat digerakkan
keluar masuk selama Anda diperiksa. MRI akan dioperasikan melalui komputer yang berada di
ruangan terpisah demi menghindari medan magnet dari mesin pemindai.
Selama pemeriksaan, Anda dapat berkomunikasi dengan petugas medis yang mengoperasikan alat
MRI melalui interkom. Mereka juga akan memantau Anda melalui sebuah monitor televisi.
Saat dilakukan pemeriksaan, alat MRI akan menghasilkan arus listrik dari kumparan pemindai dan
akan mengeluarkan bunyi yang keras. Mengenakan penyumbat telinga atau headphone dapat
membantu meredam suara dan ketidaknyamanan.
Selama pemidaian dilakukan, hindari bergerak dan upayakan untuk tetap diam selama 15−90 menit.
Durasi tersebut tergantung area tubuh yang diperiksa dan seberapa banyak gambar yang dibutuhkan.
Pada pemeriksaan MRI yang khusus untuk menilai fungsi otak, Anda mungkin akan diminta untuk
melakukan hal tertentu, seperti menekan ibu jari ke arah jari-jari tangan lain, menggosok kertas
amplas, atau menjawab pertanyaan sederhana. Tujuannya untuk mengetahui apakah ada masalah pada
bagian otak yang mengendalikan tindakan tersebut.
Apabila MRI tidak disertai dengan pemberian obat penenang, setelah selesai menjalani proses
pemindaian, Anda dapat segera kembali beraktivitas. Sebaliknya bila Anda diberi obat penenang,
Anda perlu menunggu terlebih dahulu hingga reaksinya hilang.
Meski pemindaian MRI tergolong aman dengan risiko yang kecil, sebagian orang sebaiknya
mempertimbangkan kembali penggunaannya. Selalu konsultasikan kepada dokter mengenai perlu atau
tidaknya Anda menjalani pemeriksaan MRI di rumah sakit.
Resiko dan efek samping MRI

Meski tidak menggunakan radiasi seperti dalam CT scan, pemeriksaan MRI memakai medan
magnet yang kuat. Medan magnet ini begitu kuat hingga mampu mempengaruhi benda apa
pun yang terbuat dari logam di sekitarnya. Maka risikonya amat besar bagi pasien yang
memiliki implan logam, seperti alat pacu jantung. Pasien ini tak boleh memasuki mesin MRI.

I. EKG
Persiapan Alat :
1. Mesin EKG yang DIlengkapi 2 kabel :
 Satu kabel untuk listrik (power)
 Satu kabel untuk grount
 Satu kabel untuk pasien
2. Plat electrode
Yaitu plat electrode ekstremitas diikatkan dengan ban pengikat khusus dan electrode dada dengan
balon penghisap.
3. Jelly electrode / air
4. Kertas EKG
5. Kertas tissue
Orientasi :
1. Mengucapkan salam pada pasien.
2. Menjelaskan jenis pemeriksaan dan tujuan pemeriksaan pada pasien.
3. Menjelaskan langkah dan prosedur pemeriksaan pada pasien.
4. Menanyakan kesediaan pasien.
Fase Kerja :
1. Periksa kelengkapan alat.
2. Cuci tangan.
3. Posisikan pasien pada posisi berbaring tenang di bed, tangan dan kaki pasien tidak saling.
bersentuhan denga anggota tubuh lain atau benda-benda yang terbuat dari logam selain electrode.
4. Pastikan tidak ada alat elektronik dan logam lain yang bersentuhan dengan pasien.
5. Bersihkan dada dan kedua tangan dan kaki pasien dengan kapas kapas alcohol.
6. Berikan sedikit jeli pada setiap tempat pemasangan elektoda di tubuh pasien.
7. Pasang Elektrode ekstremitas atas pada pergelangan tangan searah dengan telapak tangan.
 Merah : dipasang pada tangan kanan
 Kuning : dipasang pada tangan kiri
 Elektrode ekstremitas bawah dipasang pada pergelangan kaki sebelah dalam
 Hitam : dipasang pada kaki kanan
 Hijau : dipasang pada kaki kiri
8. Pasang Elektode dada ( perikordial)
V1 : dipasang pada spatium interkostal (SIC) ke 4 pinggir kanan sternum.
V2 : dipasang pada spatium interkostal (SIC) ke 4 pinggir kiri sternum.
V3 : dipasang ditengah antara V2 dan V4.
V4 : dipasang pada spatium interkostal (SIC) ke 5 pinggir kiri sternum.
V5 : dipasang sejajar V4 garis aksilaris kiri.
V6 : Sejajar V4 garis mid aksilaris kiri.
9. Nyalakan Mesin EKG.
10. Lihat Monitor EKG, apabila grafik EKG sudah terlihat dengan jelas, rekam/print setiap lead 3-4
beat (setelan otomatis).
11. Apabila hasil print EKG sudah dapat dibaca dengan jelas lepaskan seluruh electrode.
12. Bersihkan tubuh pasien dan rapikan kembali posisi pasien.
13. Beritahukan pada pasien bahwa perekaman telah selesai.
Terminasi
1. Informasikan hasil perekaman pada pasien.
2. Beri reinforcement terhadap sikap kooperatif.
3. Beritahukan / diskusikan rencana tindak lanjut pada pasien.
4. Ucapkan salam penutup terhadap pasien.

J. Endoskopi
Pelaksanaan Prosedur Endoskopi
Prosedur endoskopi dilakukan menggunakan alat bernama endoskop, yang dimasukkan langsung ke
dalam tubuh. Endoskop sendiri adalah alat berbentuk tabung atau selang panjang, tipis, dan lentur,
yang dilengkapi dengan kamera dan senter pada bagian ujungnya.
Kamera dan senter ini berguna untuk melihat keadaan organ di dalam tubuh, dan gambarnya akan
ditampilkan pada monitor. Selain kamera, endoskop juga bisa dilengkapi dengan peralatan bedah pada
ujungnya, untuk melakukan prosedur medis tertentu.
Sebelum endoskopi, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, serta berbagai tes
penunjang, seperti pemeriksaan darah dan Rontgen. Dokter juga akan memberikan penjelasan
mengenai cara prosedur dilakukan serta persiapan apa saja yang harus dilakukan pasien, misalnya
apakah pasien perlu berpuasa sebelumnya atau menginap di rumah sakit.
Endoskopi dapat dilakukan pada pasien dalam kondisi sadar, namun sebagian endoskopi perlu
anastesi, baik itu bius lokal atau bius total.
Lama prosedur endoskopi hanya sekitar 15-60 menit. Dokter akan memasukkan alat endoskop ke
dalam tubuh melalui mulut, hidung, anus, saluran kemih, vagina, atau melalui sayatan kecil pada kulit.

Pemulihan setelah Pemeriksaan Endoskopi


Setelah prosedur, dokter akan menutup luka sayatan dengan jahitan dan perban jika endoskopi
dilakukan melalui sayatan. Kemudian dokter akan memantau kondisi pasien selama beberapa jam,
sambil menunggu efek obat bius habis. Umumnya, pasien tidak memerlukan rawat inap dan dapat
segera pulang setelah menjalani endoskopi.
Untuk mengantisipasi rasa lelah dan tidak nyaman setelah endoskopi akibat anestesi atau obat-obatan
yang digunakan, pasien disarankan untuk mengambil libur atau cuti kerja, serta ditemani oleh kerabat
atau keluarga saat menjalani prosedur ini. Pasien juga sebaiknya tidak mengemudi atau melakukan
aktivitas berat setelah menjalani prosedur endoskopi.

Mempertimbangkan Risiko
Meski jarang terjadi, endoskopi tetap merupakan prosedur medis yang memiliki risiko. Beberapa
risiko yang dapat terjadi setelah endoskopi adalah nyeri, infeksi, perdarahan, kerusakan organ, serta
pembengkakan dan kemerahan di tempat sayatan.
Umumnya endoskopi dilakukan di rumah sakit dan dikerjakan oleh dokter spesialis gastroenterologi
atau dokter bedah digestif. Jika dokter menyarankan tindakan endoskopi, jangan segan untuk
menanyakan alasan, tujuan dan risikonya, serta hal-hal apa saja yang perlu Anda persiapkan.

K. Fluoroskopi
Indikasi Fluoroskopi
Fluoroskopi digunakan untuk beberapa jenis pemeriksaan dan penanganan, seperti:
 Prosedur ortopedi. Dokter akan menggunakan fluoroskopi untuk membantu mengamati kondisi
patah tulang sebelum operasi perbaikan tulang dilakukan. Selain itu, fluoroskopi juga dapat
digunakan untuk membantu dokter dalam memasang implan tulang pada posisi yang tepat.
 Pemeriksaan gastrointestinal. Dalam prosedur ini, pasien akan diberikan pewarna kontras yang
diminum untuk membantu pengamatan kerongkongan (esofagus), lambung, usus kecil, usus
besar, anus, hati, kantung empedu, dan pankreas.
 Prosedur kardiovaskular. Fluoroskopi digunakan untuk membantu prosedur tindakan pada
jantung dan pembuluh darah, seperti tindakan untuk menghilangkan gumpalan yang
menghambat aliran darah, angiografi jantung, atau pemasangan ring pada pembuluh darah.
Persiapan fluoroskopi
Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu dipersiapkan oleh pasien sebelum menjalani fluoroskopi:
• Memperbanyak minum air putih.
• Melepas semua aksesoris yang melekat di tubuh, seperti gelang, anting atau kalung, dan
menyimpannya di tempat yang telah
• Menggunakan pakaian khusus yang telah disiapkan oleh rumah sakit.
• Untuk pemeriksaan di bagian perut, jangan makan atau minum apa pun sejak malam sebelum
pemeriksaan.
• Sebelum pemeriksaan dimulai, dokter akan memberikan pewarna kontras. Bentuk pemberian zat
ini bervariasi, tergantung dari area yang akan diamati. Di antaranya adalah:
 Oral atau diminum. Bertujuan untuk mengamati kondisi kerongkongan (esofagus) atau
lambung. Zat ini mungkin akan terasa tidak enak atau menimbulkan mual.
 Enema. Zat pewarna dalam bentuk ini diberikan melalui anus. Efek samping dapat berupa
rasa tidak nyaman dan perut kembung.
 Suntik. Zat pewarna yang disuntikkan ke dalam pembuluh darah dapat membantu dokter
dalam mengamati kondisi kandung empedu, saluran kemih, hati, dan pembuluh darah.
Efek samping yang mungkin dirasakan pasien setelah disuntik dengan zat ini adalah tubuh
terasa hangat dan seperti ada rasa logam di mulut.
Prosedur Fluoroskopi
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan dua jenis perangkat fluoroskop, yaitu yang tidak dapat
dipindahkan (fixed or permanently installed fluoroscopic) atau yang dapat dipindahkan (mobile
fluoroscopic). Fluoroskop yang tidak dapat dipindahkan biasanya digunakan untuk menunjang
prosedur endoskopi pada saluran cerna (misalnya ERCP) atau kateterisasi jantung. Sedangkan mobile
fluoroscopic biasa digunakan untuk keperluan tindakan ortopedi, seperti pengamatan sendi, tulang,
dan implan atau tindakan ESWL. Contoh mobile fluoroscopic adalah mesin C-arm.
Tidak ada rasa sakit yang timbul saat fluoroskopi atau pencitraan sinar-X berlangsung. Namun
prosedur pendukungnya, seperti suntik zat kontras pada sendi atau pembuluh darah, dapat
menimbulkan rasa sakit. Pada pelaksanaannya, pasien akan diminta untuk merebahkan diri pada
tempat tidur yang telah disediakan. Lalu, dokter akan meminta pasien untuk mengarahkan bagian
tubuhnya yang akan diamati ke fluoroskop, mengubah posisi, atau menahan napas selagi prosedur
berlangsung.
Pada kasus tertentu, seperti pada prosedur arthrography (pengamatan sendi), cairan yang ada pada
sendi akan diambil terlebih dahulu sebelum pewarna kontras disuntikkan ke pasien. Setelahnya, pasien
akan diminta untuk menggerakkan sendi agar pewarna kontras dapat menyebar ke seluruh bagian
sendi.
Lamanya pelaksanaan fluoroskopi tergantung pada bagian tubuh mana yang diperiksa, serta apakah
ada tindakan yang perlu dilakukan. Umumnya, pemeriksaan dengan fluoroskopi hanya memakan
waktu sekitar 30 menit. Namun jika diperlukan pemeriksaan yang mendalam, seperti pada
pemeriksaan usus kecil, maka waktu yang dibutuhkan menjadi lebih banyak, yakni sekitar 2-6 jam.
Setelah Fluoroskopi
Setelah pemeriksaan selesai, pasien biasanya diperbolehkan pulang. Namun, jika ada tindakan yang
menggunakan obat bius, pasien tidak diperbolehkan mengemudi sampai efek dari obat bius benar-
benar hilang. Oleh sebab itu, sebaiknya ada keluarga atau teman pasien yang mengantarkan pulang.
Pada prosedur tertentu, seperti kateterisasi jantung, pasien akan membutuhkan rawat inap untuk
pemulihan. Pasien juga akan diminta untuk menemui dokter kembali, jika timbul tanda-tanda infeksi
pada lokasi bekas masuknya kateter, seperti rasa nyeri, kemerahan, atau pembengkakan.
Hasil fluoroskopi bisa keluar dalam 1-3 hari. Dokter akan menentukan jadwal pertemuan selanjutnya
untuk menjelaskan hasil pemeriksaan.
Pasien dapat kembali beraktivitas seperti biasa. Utamakan untuk banyak minum air putih, agar barium
atau zat kontras yang digunakan pada fluoroskopi keluar dari tubuh. Konsultasikan dengan dokter
untuk mengetahui asupan harian cairan yang dibutuhkan.
Risiko Fluoroskopi
Fluoroskopi merupakan pemeriksaan sinar-X yang memaparkan radiasi. Prosedur ini dapat memicu
masalah kesehatan, seperti gangguan pada kulit dan kanker, namun potensinya tergolong kecil dan
hanya terjadi jika dilakukan dalam waktu yang lama. Selain itu, penggunaan pewarna kontras pada
fluoroskopi berisiko menimbulkan reaksi alergi atau gangguan fungsi ginjal.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pemeriksaan penunjang merupakan penelitian perubahan yang timbul pada penyakit, perubahan ini
bisa berupa penyebab atau akibat pemeriksaan penunjang juga sebagai ilmu terapan yang berguna
membantu petugas kesehatan dalam mendiagnosis dan mengobati pasien.
2. Pemeriksaan penunjang sangat beragam dan masing-masing pemeriksaan memiliki aturan yang
berbeda. Peraturan atau SOP yang berlaku harus dipatuhi perawat dan pasien agar pemeriksaan
optimal dan meminimalisir resiko yang terjadi saat pemeriksaan.
B. Saran

Anda mungkin juga menyukai