Latar Belakang
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang diketahui menyebabkan penyakit mulai
dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)(WHO, 2020)
(Oktaviannoor et al., 2020)
Rumusan Masalah
HIV adalah suatu retrovirus yang terdiri dari untai tunggal RNA virus yang masuk ke
dalam inti sel pejamu dan ditranskripkan kedalam DNA pejamu ketika menginfeksi
pejamu. AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi HIV. Penyebab rusaknya kekebalan tubuh pada
penderita AIDS adalah suatu agen viral yang disebut HIV dari sekelompok virus yang
dikenal retrovirus yang disebut Lympadenopathy Associated Virus (LAV) atau Human T-
Cell Leukimia Virus (HTL-III) yang juga disebut Human T-Cell Lympanotropic Virus
(retrovirus). Retrovirus mengubah asam rebonukleatnya (RNA) menjadi asam
deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk kedalam sel pejamu (Liza & Abbas, 2021).
Menurut WHO (2020a), penyakit coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus corona yang baru ditemukan. Kebanyakan orang
yang terinfeksi virus COVID-19 akan mengalami penyakit pernapasan ringan hingga
sedang dan sembuh tanpa memerlukan perawatan khusus. Orang tua dan orang-orang
yang memiliki komorbit seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan
kronis, dan kanker memungkin tertular COVID-19.
1. Periode jendela, lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi dan tidak ada
gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut, lamanya 1 – 2 minggu dengan gejala flu like illness.
3. Infeksi asimtomatik, lamanya 1 – 15 atau lebih tahun dan tidak ada gejala.
4. 4. Supresi imun simtomatik, diiatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat
malam hari, berat badan menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati,
dan lesi mulut.
5. 5. AIDS, lamanya bervariasi antara 1 – 5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai sistem
tubuh, dan manifestasi neurologis.
1. Pencegahan Primer
Proteksi Spesifik
Penularan virus HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual dengan orang yang
berisiko, penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan bebarengan, dan penularan dari
ibu hamil ke janinnya. Adapun upaya proteksi spesifik yang sudah direkomendasikan
untuk pengendalian penyakit HIV/AIDS sebagai berikut :
2. Pencegahan sekunder
Pengobtan Tepat
Pengobatan yang spesifik merupakan upaya tepat setelah mendapatkan pelaporan dari
deteksi dini. Walaupun HIV/AIDS sampai saat ini belum ditemukan obat paten untuk
menyembuhkan HIV/AIDS, namun peranan obat ini dapat menjadi penghambat dan
memperpanjang perkembangan virus HIV di dalam tubuh.
Sebelum ditemukan pengobatan ARV ( Anti Retrovirus ) yang ada saat ini, pengobatan
yang ada hanya disasarkan pada penyakit opportunistik yang diakibatkan oleh infeksi
HIV. Berikut macam-macam pengobatan yang digunakan :
3. Pencegahan Tersier
Dalam topik penyakit HIV/AIDS hampir dipastikan orang yang terinfeksi HIV/AIDS akan
berujung pada kematian. Beberapa contoh yang bisa diterapkan adalah penggunaan
terapi ARV. Hingga sampai saat ini, hanya ARV yang masih menjadi terapi efektif untuk
menghambat perkembangan virus HIV dalam menyerang CD4+T. Keterlambatan dalam
penggunaan terapi ARV akan meningkatkan mortalitas (Rumah & Sanglah 2011).