Anda di halaman 1dari 4

BAB I

Latar Belakang

Infeksi human immunodeficeincy Virus (HIV) dan Acquireed Immunodeficiency


Syndrome (AIDS) merupakan salah satu penyakit mematikan didunia yang menjadi
wabah internasional sejak pertama kehadirannya (Arriza , Dewi, Dkk, 2011). Penyakit ini
disebabkasn oleh virus Human Immunodefiency Virus (HIV) yang menyerang sistem
kekebalan tubuh ( Kemenkes, 2015).

Coronavirus adalah keluarga besar virus yang diketahui menyebabkan penyakit mulai
dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)(WHO, 2020)
(Oktaviannoor et al., 2020)

Penyakit HIV dan AIDS menyebabkan penderita mengalami penurunan


ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain
(Kemenkes, 2015). Meskipun ada kemajuan dalam pengobatannya, namun infeksi HIV
dan AIDS masih merupakan masalah kesehatan yang penting (Smeltzer dan Bare 2015).

Penyebaran HIV tidak mengenal umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,


pekerjaan, status perkawinan dan daerah tempat tinggalnya (tanggadi, 1996 dan
budiarto 1997 ),laporan dari United Nations prograem on HIV and AIDS atau UNAIDS
pada tahun 2015 terdapat 2,1 juta ijnfeksi baru diseulruh dunia, yang menjaadi 36,7 juta
dan penderita AIDS sebanyak 1,1 juta orang (UNAIDS, 2016).

Laporan perkembangan HIV AIDS dari direktorat jendral pencegahan dan


pengendalian penyakit atau Ditjen P2P Kementrian Kesehatan RI pada tanggal 18 mei
2016 menyebutkan bahwa Indonesia dari bulan Januari sampe dengan Maret 2016
jumlah HIV dil;aporkan sebanyak 305 orang. Rasio perbandingan antara laki-laki dan
perempuan yaitu 2:1 (Ditjen P2P Kementrian Kesehatan RI, 2016).

Rumusan Masalah

1. Untuk mengetahu pencegahan primer klien HIV/AIDS dengan covid 19


2. Untuk mengetahui pencegahan skunder klien HIV/AIDS dengan covid 19
3. Untuk mengetahui pencegahan tersier klien HIV/AIDS dengan covid 19
BAB II

Pengertian HIV/Aids dan covid

HIV adalah suatu retrovirus yang terdiri dari untai tunggal RNA virus yang masuk ke
dalam inti sel pejamu dan ditranskripkan kedalam DNA pejamu ketika menginfeksi
pejamu. AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi HIV. Penyebab rusaknya kekebalan tubuh pada
penderita AIDS adalah suatu agen viral yang disebut HIV dari sekelompok virus yang
dikenal retrovirus yang disebut Lympadenopathy Associated Virus (LAV) atau Human T-
Cell Leukimia Virus (HTL-III) yang juga disebut Human T-Cell Lympanotropic Virus
(retrovirus). Retrovirus mengubah asam rebonukleatnya (RNA) menjadi asam
deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk kedalam sel pejamu (Liza & Abbas, 2021).

Menurut WHO (2020a), penyakit coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus corona yang baru ditemukan. Kebanyakan orang
yang terinfeksi virus COVID-19 akan mengalami penyakit pernapasan ringan hingga
sedang dan sembuh tanpa memerlukan perawatan khusus. Orang tua dan orang-orang
yang memiliki komorbit seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan
kronis, dan kanker memungkin tertular COVID-19.

Fase infeksi HIV/AIDS

Transmisi infeksi terdiri dari 5 fase

1. Periode jendela, lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi dan tidak ada
gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut, lamanya 1 – 2 minggu dengan gejala flu like illness.
3. Infeksi asimtomatik, lamanya 1 – 15 atau lebih tahun dan tidak ada gejala.
4. 4. Supresi imun simtomatik, diiatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat
malam hari, berat badan menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati,
dan lesi mulut.
5. 5. AIDS, lamanya bervariasi antara 1 – 5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai sistem
tubuh, dan manifestasi neurologis.

Pencegahan klien HIV/AIDS dengan Covid19

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan pencegahan garda terdepan dimana pencegahan ini


bertujuan untuk mengurangi insiden dari suatu penyaki1t. Pencegahan ini lebih
mensasar pada pendekatan perseorangan dan komunitas seperti promosi kesehatan
dan upaya proteksi spesifik (Porta 2008) dalam (Septarini, 2017).

Proteksi Spesifik

Penularan virus HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual dengan orang yang
berisiko, penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan bebarengan, dan penularan dari
ibu hamil ke janinnya. Adapun upaya proteksi spesifik yang sudah direkomendasikan
untuk pengendalian penyakit HIV/AIDS sebagai berikut :

a) Menurut permenkes nomor 21 tahun 2013 telah dijelaskan penanggulangan HIV/AIDS


pada pasal 14 tentang pencegahan HIV/AIDS melalui hubungan seksual dilakukan
melalui :

- Tidak melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang berisiko.


- Setia dengan pasangan
- Menggunakan kondom secara konsisten pada saat berhubungan
- Menghindari penyalahgunaan obat atau zat adiktif narkoba
- Melakukan pencegahan lain seperti melakukan sirkumsisi.

Dalam melakukan hubungan seksual, proteksi penularan HIV/AIDS dapat efektif


dilakukan untuk mengurangi risiko melalui (Men & Estimate 2015) :

- Mempunyai satu pasangan seks yang berisiko rendah


- Pasangan seks sesama ODHA ( Orang dengan HIV/AIDS )
- Dan tidak melakukan hubungan seks

2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder merupakan pencegahan lini kedua dari teori pencegahan


penyakit. Pencegahan sekunder bertujuan untuk mengurangi dan meminimalisir
prevalensi penyakit dengan durasi waktu yang cukup singkat. Pencegahan sekunder
terdiri dari deteksi dini dan pengobatan tepat (Porta 2008) dalam (Septarini, 2017) .
Berikut salah satu contoh upaya pencegahan sekunder sebagai berikut :

Pengobtan Tepat

Pengobatan yang spesifik merupakan upaya tepat setelah mendapatkan pelaporan dari
deteksi dini. Walaupun HIV/AIDS sampai saat ini belum ditemukan obat paten untuk
menyembuhkan HIV/AIDS, namun peranan obat ini dapat menjadi penghambat dan
memperpanjang perkembangan virus HIV di dalam tubuh.

Sebelum ditemukan pengobatan ARV ( Anti Retrovirus ) yang ada saat ini, pengobatan
yang ada hanya disasarkan pada penyakit opportunistik yang diakibatkan oleh infeksi
HIV. Berikut macam-macam pengobatan yang digunakan :

‐ Penggunaan TMP-SMX oral untuk profilaktif

‐ Pentamidin aerosol untuk mencegah pneumonia P. Carinii.

‐ Tes tuberkulin pada penderita TBC aktif

3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier merupakan lini terakhir dari tahap pencegahan penyakit.


Pencegahan tersier bertujuan untuk membatasi akibat dari penyakit yang dapat terjadi
pada jangka waktu yang relatif lama dan juga memperbaiki kualitas hidup seseorang
untuk bisa lebih membaik (Porta 2008) dalam (Septarini, 2017)

Dalam topik penyakit HIV/AIDS hampir dipastikan orang yang terinfeksi HIV/AIDS akan
berujung pada kematian. Beberapa contoh yang bisa diterapkan adalah penggunaan
terapi ARV. Hingga sampai saat ini, hanya ARV yang masih menjadi terapi efektif untuk
menghambat perkembangan virus HIV dalam menyerang CD4+T. Keterlambatan dalam
penggunaan terapi ARV akan meningkatkan mortalitas (Rumah & Sanglah 2011).

Anda mungkin juga menyukai