Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HIV AIDS

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD GALIH WIDYANTO (210103139)

NIA SRI MAWARNI (210103140)

PRODI SI KEPERAWATAN ALIH JENJANG

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

PURWOKERTO

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang dan menjadi
masalah global yang melanda dunia. Virus HIV masih menjadi fenomena gunung es di
Indonesia, kasus HIV yang ditemukan hanya sebagian sedangkan dasarnya lebih banyak
(Menkes, 2019). Fenomena dari HIV/AIDS berpengaruh pada nutrisi saat ini disebabkan
karena timbulnya infeksi oportunistik diantaranya terjadi jamur kandidia pada mulut dan
pengaruh dari obat ARV yang dapat menyebabkan pasien HIV/AIDS mengalami disfagia
dan anoreksia pasien yang kurang pengetahuannya akan membiarkan tidak memenuhi
asupan nutrisi mereka dan dapat menyebabkan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. HIV dan
malnutrisi dapat secara independen menyebabkan terjadinya kerusakan sistem kekebalan
tubuh secara progresif. Dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi, morbiditas dan
mortalitas melalui infeksi oportunistik, demam, diare, kehilangan nafsu makan, malabsorbsi
nutrisi dan penurunan berat badan (Nnyepi, 2009). Pengetahuan pemenuhan asupan nutrisi
pada pasien HIV/AIDS masih rendah, ketika pemenuhan nutrisi tidak baik akan
menimbulkan masalah penurunan kekebalan tubuh dan membuat virus HIV berkembang
semakin cepat (Duggal, et.al, 2012)
Prevalensi kasus HIV/AIDS menurut data WHO HIV terus menjadi masalah
kesehatan global yang utama. Sejauh ini telah merenggut lebih dari 32 juta jiwa, Ada sekitar
37,9 juta orang yang hidup dengan HIV pada akhir 2018 dengan 1,7 juta orang menjadi baru
terinfeksi pada 2018 secara global 2 (WHO, 2019). Di Asia sebagian besar angka prevalensi
HIV masih rendah yaitu
Berikut adalah jumlah kasus HIV/AIDS yang bersumber dari Ditjen Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit (P2P), data laporan tahun 2017 yang bersumber dari sistem
informasi HIV/AIDS dan IMS (SIHA). Dimana kasus HIV/AIDS di Indonesia pada tahun
2017 terdapat 48.300 kasus HIV dan 9.280 kasus AIDS. Jumlah kumulatif infeksi HIV yang
dilaporkan sampai dengan Juni 2018 sebanyak 301.959 jiwa (47% dari estimasi ODHA
jumlah orang dengan HIV/AIDS tahun 2018 sebanyak 640.443 jiwa) dan paling banyak
ditemukan di kelompok umur 25-49 tahun dan 20-24 tahun. Adapun provinsi dengan jumlah
infeksi HIV tertinggi adalah DKI Jakarta (55.099), diikuti Jawa Timur (43.399) (Kemenkes
RI, 2019). Data yang diperoleh dari rekam medis RSUD Dr. Harjono Ponorogo jumlah
kunjungan pasien HIV/AIDS pada tahun 2018 mulai dari bulan Januari sampai Desember
yaitu di rawat inap berjumlah 120 pasien di rawat jalan sebanyak 1710 pasien dan di IGD
ada 98 pasien, sedangkan pada tahun 2019 mulai bulan Januari sampai September yaitu ada
72 pasien di rawat inap, 1441 pasien di rawat jalan dan 55 pasien di IGD (Rekam Medis
RSUD Harjono, 2019).
Acquired Immunodeficiency Syndroms (AIDS) yang disebabkan oleh infeksi
Humman Immunodeficiency Virus (HIV) adalah suatu penyakit yang menyerang sistem
kekebalan baik humoral maupun seluler. Virus termasuk dalam kelompok retrovirus dan
termasuk virus RNA (Darmono, 2009). 3 Menurut Desmawati (2013) Penyebab kelainan
imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut HIV. Retrovirus ditularkan oleh darah
melalui kontak intim dan mempunyai afinitas yang kuat terhadap limfosit T. Virus HIV
dapat menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem
kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit
walaupun yang sangat ringan sekalipun
Tanda dan gejala pada pasien HIV/AIDS kebanyakan orang yang terinfeksi HIV
tidak menunjukan gejala pada awal masa infeksi HIV. Gejalanya adalah demam, sakit
kepala, kelelahan, dan pembengkakan limfa. Gejala tersebut bisanya menghilang dalam
waktu satu minggu sampai satu bulan. Sebelum sampai dalam AIDS terjadi gejala
pembengkakan limfa yang terjadi lebih dari 3 bulan dan di ikuti dengan gejala yang terjadi
beberapa bulan hingga tahun antara lain rasa kelemahan pada tubuh yang sangat, kondisi
kulit yang kering sehingga mudah terkelupas, berat badan yang menurun dan adanya infeksi
persisten oleh jamur (Desmawati, 2013).
Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) mengalami penurunan nafsu makan yang
disebabkan oleh pengaruh obat ARV dan adanya infeksi jamur kandidia pada mulut
sehingga pasien HIV/AIDS terjadi anoreksia dan disfagia. Asupan nutrisi yang kurang dapat
menyebabkan penderita HIV/AIDS mengalami nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada
ODHA yang terganggu asupan nutrisinya dapat berdampak pada daya tahan tubuh penderita
untuk melawan virus HIV menjadi berkurang ,dan pada kondisi ini dimanfaatkan oleh virus
HIV untuk berkembang cepat sehingga memperpendek periode dari infeksi untuk
berkembang menjadi AIDS. Dampak dari kurangnya pengetahuan informasi tentang
pemenuhan nutrisi dapat mempengaruhi status gizi penderita HIV/AIDS (Nursalam dan
Ninuk, 2013).
Untuk mengatasi masalah kurangnya pengetahuan tentang pemenuhan nutrisi pada
pasien HIV/AIDS, bisa diberikan edukasi tentang nutrisi yang harus dipenuhi. Gangguan
nutrisi memainkan peran penting dalam patogenesis, kematian dan morbiditas orang dengan
HIV-AIDS. Terapi diet dan pengetahuan gizi memainkan peran penting dalam upaya untuk
menyembuhkan dan kekebalan. Oleh karena itu, kecukupan nutrisi makro dan mikro sangat
penting bagi penderita HIV-AIDS. Pengetahuan dan sikap berhubungan elemen kognitif dan
afektif. Pengetahuan mengacu pada elemen kognitif yang terkait dengan tindakan mental
seperti persepsi, memori, pembelajaran dan prediksi selama pemprosesan informasi. Sikap
mengacu pada tanggapan afektif terhadap suatu objek, yang bergantung pada kepercayaan,
nilai, pengalaman pribadi dan proses sosialisasi (Larasati dkk, 2019)
Sebagian besar para ODHA mengalami nafsu makan yang menurun disebabkan
karena pengaruh dari obat ARV dan kesulitan dalam menelan akibat infeksi dari jamur
kandidia pada mulut. Edukasi mereka dengan memberikan konseling pemenuhan nutrisi
antara lain cara memenuhi nutrisi sesuai kondisi, memilih bahan makanan yang aman, dan
pemberian makanan tambahan. Anjurkan ODHA untuk memenuhi makanan yang tinggi
kaloritinggi protein, kaya vitamin dan mineral serta cukup air. Batasi makanan yang
menyebabkan mual/muntah mungkin kurang ditoleransi oleh pasien karena luka pada mulut
atau disfagia. Hindari menghidangkan cairan atau makanan 5 yang sangat panas. Sajikan
makanan yang mudah ditelan. Jadwalkan obatobatan diantara makan (jika memungkinkan)
dan batasi pemasukan cairan dengan makanan, kecuali jika cairan memiliki nilai gizi
(Desmawati, 2013)

2. TUJUAN
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk menggambarkan secara umum penyakit HIV
AIDS, serta sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa keperatan
BAB II
ISI

1. DEFINISI
HIV adalah sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.11 AIDS
adalah kependekan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Acquired berarti didapat,
bukan keturunan. Immuno terkait dengan sistem kekebalan tubuh kita. Deficiency berarti
kekurangan. Syndrome atau sindrom berarti penyakit dengan kumpulan gejala, bukan gejala
tertentu. Jadi AIDS berarti kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem
kekebalan tubuh yang dibentuk setelah kita lahir
AIDS muncul setelah virus (HIV) menyerang sistem kekebalan tubuh kita selama
lima hingga sepuluh tahun atau lebih.11 HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan
virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama
sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquired Immuno
Deficiency Syndrome) atau kumpulan berbagai gejala penyakit akibat turunnya kekebalan
tubuh individu akibat HIV. Ketika individu sudah tidak lagi memiliki sistem kekebalan
tubuh maka semua penyakit dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh. Karena sistem
kekebalan tubuhnya menjadi sangat lemah, penyakit yang tadinya tidak berbahaya akan
menjadi sangat berbahaya
Orang yang baru terpapar HIV belum tentu menderita AIDS. Hanya saja lama
kelamaan sistem kekebalan tubuhnya makin lama semakin lemah, sehingga semua penyakit
dapat masuk ke dalam tubuh. Pada tahapan itulah penderita disebut sudah terkena AIDS
2. ETIOLOGI
Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah, semen, dan
sekret vagina. Setelah memasuki tubuh manusia, maka target utama HIV adalah limfosit CD
4 karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4. Virus ini akan
mengubah informasi genetiknya ke dalam bentuk yang terintegrasi di dalam informasi
genetik dari sel yang diserangnya, yaitu merubah bentuk RNA (ribonucleic acid) menjadi
DNA (deoxyribonucleic acid) menggunakan enzim reverse transcriptase. DNA pro-virus
tersebut kemudian diintegrasikan ke dalam sel hospes dan selanjutnya diprogramkan untuk
membentuk gen virus. Setiap kali sel yang dimasuki retrovirus membelah diri, informasi
genetik virus juga ikut diturunkan
Cepat lamanya waktu seseorang yang terinfeksi HIV mengembangkan AIDS dapat
bervariasi antar individu. Dibiarkan tanpa pengobatan, mayoritas orang yang terinfeksi HIV
akan mengembangkan tanda-tanda penyakit terkait HIV dalam 5-10 tahun, meskipun ini bisa
lebih pendek. Waktu antara mendapatkan HIV dan diagnosis AIDS biasanya antara 10–15
tahun, tetapi terkadang lebih lama. Terapi antiretroviral (ART) dapat memperlambat
perkembangan penyakit dengan mencegah virus bereplikasi dan oleh karena itu mengurangi
jumlah virus dalam darah orang yang terinfeksi (dikenal sebagai 'viral load')

3. TAHAPAN PERUBAHAN HIV AIDS


1) FASE 1
Umur infeksi 1-6 bulan (sejak terinfeksi HIV) individu sudah t erpapar dan
terinfeksi. Tetapi ciri-ciri terinfeksi belum terlihat meskipun ia melakukan tes darah.
Pada fase ini antibodi terhadap HIV belum terbentuk. Bisa saja terlihat/mengalami
gejala-gejala ringan, seperti flu (biasanya 2-3 hari dan sembuh sendiri)
2) FASE 2
Umur infeksi : 2-10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase kedua ini individu sudah
positif HIV dan belum menampakkan gejala sakit. Sudah dapat menularkan pada
orang lain. Bisa saja terlihat/mengalami gejala-gejala ringan, seperti flu (biasanya 2-3
hari dan sembuh sendiri)
3) FASE 3
Mulai muncul gejala-gejala awal penyakit. Belum disebut sebagai gejala AIDS.
Gejala-gejala yang berkaitan antara lain keringat yang berlebihan pada waktu malam,
diare terus menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, flu yang tidak sembuh-
sembuh, nafsu makan berkurang dan badan menjadi lemah, serta berat badan terus
berkurang. Pada fase ketiga ini sistem kekebalan tubuh mulai berkurang.
4) FASE 4
Sudah masuk pada fase AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosa setelah kekebalan tubuh
sangat berkurang dilihat dari jumlah sel-T nya. Timbul penyakit tertentu yang disebut
dengan infeksi oportunistik yaitu TBC, infeksi paru-paru yang menyebabkan radang
paru-paru dan kesulitan bernafas, kanker, khususnya sariawan, kanker kulit atau
sarcoma kaposi, infeksi usus yang menyebabkan diare parah berminggu-minggu, dan
infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental dan sakit kepala
WHO menetapkan empat stadium klinis HIV, sebagaimana berikut:
a) Stadium 1 : tanpa gejala.
b) Stadium 2 : penyakit ringan.
c) Stadium 3 : penyakit lanjut.
d) Stadium 4 : penyakit berat.

4. PENULARAN HIV AIDS


1) MEDIA PENULARAN
HIV dapat ditularkan melalui pertukaran berbagai cairan tubuh dari individu yang terinfeksi,
seperti darah, air susu ibu, air mani dan cairan vagina. Individu tidak dapat terinfeksi melalui
kontak sehari-hari biasa seperti berciuman, berpelukan, berjabat tangan, atau berbagi benda
pribadi, makanan atau air
2) CARA PENULARAN
a) Hubungan seksual : hubungan seksual yang tidak aman dengan orang yang
telah terpapar HIV
b) Transfusi darah : melalui transfusi darah yang tercemar HIV.
c) Penggunaan jarum suntik : penggunaan jarum suntik, tindik, tato, dan pisau
cukur yang dapat menimbulkan luka yang tidak disterilkan secara bersama-
sama dipergunakan dan sebelumnya telah dipakai orang yang terinfeksi HIV.
Caracara ini dapat menularkan HIV karena terjadi kontak darah
d) Ibu hamil kepada anak yang dikandungnya
( 1 ) Antenatal : saat bayi masih berada di dalam rahim, melalui plasenta.
( 2 ) Intranatal : saat proses persalinan, bayi terpapar darah ibu atau cairan
vagina.
( 3 ) Postnatal : setelah proses persalinan, melalui air susu ibu. Kenyataannya
25-35% dari semua bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sudah terinfeksi di
negara berkembang tertular HIV, dan 90% bayi dan anak yang tertular HIV
tertular dari ibunya
5. TANDA GEJALA
Gejala-gejala HIV bervariasi tergantung pada tahap infeksi. Meskipun orang yang
hidup dengan HIV cenderung paling menular dalam beberapa bulan pertama, banyak yang
tidak menyadari status mereka sampai tahap selanjutnya. Beberapa minggu pertama setelah
infeksi awal, individu mungkin tidak mengalami gejala atau penyakit seperti influenza
termasuk demam, sakit kepala, ruam, atau sakit tenggorokan
Ketika infeksi semakin memperlemah sistem kekebalan, seorang individu dapat
mengembangkan tanda dan gejala lain, seperti kelenjar getah bening yang membengkak,
penurunan berat badan, demam, diare dan batuk. Tanpa pengobatan, mereka juga bisa
mengembangkan penyakit berat seperti tuberkulosis, meningitis kriptokokus, infeksi bakteri
berat dan kanker seperti limfoma dan sarkoma kaposi
6. PENCEGAHAN HIV
Lima cara untuk mencegah penularan HIV, dikenal konsep “ABCDE” sebagai
berikut
a. A (Abstinence): artinya Absen seks atau tidak melakukan hubungan seks bagi yang
belum menikah.
b. B (Be faithful): artinya Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak
berganti-ganti pasangan).
c. C (Condom): artinya Cegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan
menggunakan kondom.
d. D (Drug No): artinya Dilarang menggunakan narkoba. 5) E (Education): artinya
pemberian Edukasi dan informasi yang benar mengenai HIV, cara penularan,
pencegahan dan pengobatannya.

7. PENGOBATAN HIV AIDS


a. HIV/AIDS belum dapat disembuhkan
Sampai saat ini belum ada obat-obatan yang dapat menghilangkan HIV dari
dalam tubuh individu. Ada beberapa kasus yang menyatakan bahwa HIV/AIDS dapat
disembuhkan. Setelah diteliti lebih lanjut, pengobatannya tidak dilakukan dengan
standar medis, tetapi dengan pengobatan alternatif atau pengobatan lainnya. Obat-
obat yang selama ini digunakan berfungsi menahan perkembangbiakan virus HIV
dalam tubuh, bukan menghilangkan HIV dari dalam tubuh. Obat-obatan ARV sudah
dipasarkan secara umum, untuk obat generik. Namun tidak semua orang yang HIV
positif sudah membutuhkan obat ARV, ada kriteria khusus. Meskipun semakin hari
makin banyak individu yang dinyatakan positif HIV, namun sampai saat ini belum
ada informasi adanya obat yang dapat menyembuhkan HIV/AIDS. Bahkan sampai
sekarang belum ada perkiraan resmi mengenai kapan obat yang dapat
menyembuhkan AIDS atau vaksin yang dapat mencegah AIDS ditemukan.
b. Pengobatan HIV/AIDS
Untuk menahan lajunya tahap perkembangan virus beberapa obat yang ada
adalah antiretroviral dan infeksi oportunistik. Obat antiretroviral adalah obat yang
dipergunakan untuk retrovirus seperti HIV guna menghambat perkembangbiakan
virus. Obat-obatan yang termasuk antiretroviral yaitu AZT, Didanoisne, Zaecitabine,
Stavudine. Obat infeksi oportunistik adalah obat yang digunakan untuk penyakit
yang muncul sebagai efek samping rusaknya kekebalan tubuh. Yang terpenting untuk
pengobatan oportunistik yaitu menggunakan obat-obat sesuai jenis penyakitnya,
contoh : obat-obat anti TBC.
8. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS
a. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada pasien yang mengalami defisiensi pengetahuan / pasien
yang kurang pajanan informasi tentang infeksi oportunistik.Dengan kriteria pasien dewasa,
kesadarannya baik dan mampu menerima informasi yang disampaikan oleh penyaji.
1) Anamnese
a) Identitas Klien Pada penderita HIV/AIDS laki – laki merupakan prevalensi
terbanyak yang menderita HIV/AIDS baik dengan infeksi oportunistik maupun tidak
(Depkes, 2014). Sebagian besar kasus AIDS terjadi pada usia yang termasuk
kelompok usia produktif, yaitu pada kelompok umur 20 – 49 tahun (Desmawati,
2013).
b) Keluhan Utama Pasien mengatakan belum mendapatkan informasi yang spesifik
tentang nfeksi oportunistik (Desmawati, 2013).
c) Riwayat Penyakit Sekarang Yang mungkin dikeluhkan pasien HIV/AIDS biasanya
sesak nafas (dispnea) bagi pasien yang memiliki manifestasi 32 respiratori, batuk –
batuk, nyeri dada, dan demam, pasien akan mengeluhkan mual, dan diare serta
penurunan berat badan.
d) Riwayat Penyakit Dahulu Biasanya pasien pernah dirawat karena penyakit yang
sama. Adanya riwayat penggunaan narkoba suntik, hubungan seks bebas atau
berhubungan seks dengan penderita HIV/AIDS terkena cairan tubuh penderita
HIV/AIDS.
e) Riwayat Kesehatan Keluarga Biasanya pada pasien HIV/AIDS adanya anggota
keluarga yang menderita penyakit HIV/AIDS.Kemungkinan dengan adanya orang
tua yang terinfeksi HIV.Pengkajian lebih lanjut juga dilakukan pada riwayat
pekerjaan keluarga, adanya keluarga bekerja ditempat hiburan malam, bekerja
sebagai PSK (pekerja seks komersial).
f) Riwayat Psikososial
1) Persepsi Dan Harapan Klien Terhadap Masalahnya Biasanya pasien dengan
HIV/AIDS akan mengatakan bahwah penyakitnya merupakan masalah yang
mengkhawatirkan, membuat klien merasa takut, apalagi pasien tidak mengetahui
bahayanya dari infeksi oportunistik, namun pasien tetap berharap atas
kesembuhannya.
2) Persepsi Dan Harapan Keluarga Terhadap Maslah Klien 33 Keluarga
menginginkan kesembuhan pasien mengatakan bahwah ingin sekali klien cepat
sembuh sehingga bisa berkumpul dirumah.
3) Pola Interaksi Dan Komunikasi Biasanya penderita HIV/AIDS tetap berbicara
dan berinteraksi denga baik, kepada keluarga maupun kepada perawat.
4) Pola Pertahanan Biasanya pasien HIV/AIDS tidak langsung membicarakan
penyakitnya dengan keluarga
5) Pola Nilai Dan Kepercayaan Agama dari pasien dan kebiasaan pasien dalam
beribadah.
6) Pengkajian Konsep Dir
a) Gambaran diri : gambaran penyakit yang sedang dialami oleh pasien
b) Ideal diri : biasanya pasien mengatakan ingin segera sembuh dari
penyakitnya
c) Harga diri : biasanya pasien takut jika penyakitnya tidak kubjung sembuh
d) Peran diri : peran pasien dalam keluarga misalnya pasien adalah seorang
ayah yang memiliki 2 anak

.b. Pola Aktivitas ADL

1) Pola Nutrisi Biasanya pasien dengan HIV/AIDS mengalami penurunan nafsu


makan, mual, muntah, nyeri menelan, dan juga pasien mengalami penurunan
berat badan yang drastic dalam jangka waktu singkat (>10 %).
2) Pola Elminasi Biasanya pasien mengalami diare, feses encer, disertai mucus
berdarah.
3) Pola Istirahat Tidur Pasien HIV/AIDS biasanya mengalami gangguang pola
istirahat tidur, terdapat gejala demam keringat malam yang berulang.Pasien juga
merasa cemas dan depresi akbat penyakit.
4) Pola Aktivitas Biasanya pada pasien HIV/AIDS mengalami perubahan pada pola
aktivitasnya, tidak dapat melakukan aktivitas dkarenakan menarik diri di
lingkungan kerja, bisa juga karena depresi atau kondisi tubuh yang lemah.
5) Personal Hygiene Pada pasien dengan HIV/AIDS akan mengalami
perubahan/gangguan pada personal hygiene, misalnya kebersihan mandi, ganti
pakaian, BAB dan BAK diakibatkan kondisi tubuh yang lemah, pasien kesulitan
melakukan kegiatan dan dibantu oleh keluarga atau perawat.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Gambaran Umum : ditemukan pasien tampak lemah
b. Kesadaran : composmetis kooperatif, sampai terjadi penurunan kesadaran,
apatis, somnolen, stupor bahkan koma.
c. Vital Sign
1) TD : biasanya ditemukan dalam batas normal
2) Nadi : frekuansi nadi meningkat
3) Pernapasan : frekuensi pernapasan meningkat
4) Suhu : suhu biasanya meningkat karena demam
d. Kepala Inspeksi : Biasanya ditemukan kulit kepala kering karena
dermatitis seboreika. Palpasi : terdapat nyeri tekan
e. Muka Inspeksi : simetris, tidak sembab/oedema, kulitnya kering, Palpasi :
tidak ada benjolan, biasanya terdapat nyeri tekan
f. Mata Inspeksi : Biasanya konjungtifa anemis, sclera tidak ikterik, pupil
isokor, reflek pupil terganggu, cytomegalovirus (CMV) restinitis termasuk
komplikasi AIDS, floaters, penglihatan kabur atau kehilangan penglhatan.
Palpasi : tidak terdapat odema palpebra, tidak ada nyeri tekan
g. Hidung Inspeksi : simetris, Biasanya ditemukan adanya pernapasan
cuping hidung, tidak ada secret, tidak ada polip, terdapat alat bantu
pernapasan 36 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada defisiasi septumnasi
h. Gigi dan Mulut Inspeki : mukosa bibir kering, Biasanya dtemukan
ulserasi dan adanya bercak – bercak putih seperti krim yang menunjukan
kandidiasis, infeksi jamur, tidak ada karies.
i. Telinga Inspeksi : Kehilangan pendengaran, nyeri akibat mielopati,
meningitis, sitomegalovirus dan reaksi – reaksi otot (Bararah & Jauhar, 2013,
p. 303) Palpasi : tvdak ada nyeri tekan dan benjolan abnormal
j. Leher Inspeksi : Kaku kuduk (penyebab kelainan neurologic karena nfeksi
jamur criptococus neofarmns), pembesaran kelenjar getah bening
(lmfadenopati), Gallan, 2010, hal .21 Palpasi : terdapat pembesran klenjar
linfe, tidak ada bendungan vena juguralis, terdapat pembesaran kenlenjar
tiroid.
k. Jantung
Inspeksi : pulsai ictus cordis tidak tampak, Biasanya terjadi hipotensi, edema
perifer (wijayanngsih, 2013, hal 248)
Palpasi : pulsasi ictus cordis teraba di ICS V midclavikula sinistra
Auskultasi : BJ 1 dan BJ 2 terdengar tunggal, tidak ada suara tambahan
seperti murmur dan gallop ( BJ 1 katup mtral dan 37 katup trikuspidalis /
MITRI ics V), (BJ 2 katup aorta dan pulmonal / APU ics ll ) Perkusi : pekak
ics 3 – 5 sinistra
l. Paru – Paru Inspeksi : inspirasi dan ekspirasi sama Palpasi : biasanya
vocal premitus getaran dextra dan sinistra itu berbeda Auskultasi : terdapat
suara tambahan seperti ronchi pada pasien yang HIV dengan TB yang
mengalami sumbatan jalan napas.
Perkusi : resonan dseluruh lapang paru
m. Abdomen Inspeksi : Pemeriksaan abdomen mungkin menunjukan hati
yang membesar (hepatomegali) atau pembesaran limpa (splenomegali).
Kondisi ini dapat disebabkan oleh infeksi baru atau mungkin menunjukan
kanker.
Auskultasi : bising usus 6 – 8 x/mnt Perkusi : tympani / hypertympani
(kembung / terdapat gas) Palpasi : hati teraba, nyeri tekan pada abdomen
(Muttaqin & Sari, 2011, p.491)
n. Kulit Inspeksi : Biasanya ditemukan turgor kulit jelek, terdapatnya tanda
– tanda lesi (lesi sarcoma kaposi), terdapat herpes, 38 dermatitis seboroik,
terdapat bercak – bercak gatal di seluruh tubuh (Katiandagho, 2015, hal. 30)
Palpasi : CRT >2 detik
o. Ekstremitas Inspeksi : Biasanya terjadi kelemahan otot, tonus otot
menurun, pergerakan tangan lemah. Perkusi : reflek bisep, trisep,
brachoradialis. Palpasi : akral dingin, terdapat nyeri otot ekstremitas
(Muttaqin,2011, hal 249)
4. Diagnosa keperawatan

berdasarkan SDKI 2018 yang mungkin muncul pada pasien gagal HIV/AIDS adalah
sebagai berikut:

1. Defisiensi pengetahuan infeksi berhubungan dengan kurangnya pajanan


nformasi
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare
3. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan dermatitis
4. Nyeriberhubungan dengan ulkus pada genetalia
5. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN
Acquired Immunodeficiency Syndroms (AIDS) yang disebabkan oleh infeksi
Humman Immunodeficiency Virus (HIV) adalah suatu penyakit yang menyerang sistem
kekebalan baik humoral maupun seluler. Virus termasuk dalam kelompok retrovirus dan
termasuk virus RNA (Darmono, 2009). 3 Menurut Desmawati (2013) Penyebab kelainan
imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut HIV. Retrovirus ditularkan oleh darah
melalui kontak intim dan mempunyai afinitas yang kuat terhadap limfosit T. Virus HIV
dapat menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem
kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit
walaupun yang sangat ringan sekalipun
Sampai saat ini belum ada obat-obatan yang dapat menghilangkan HIV dari dalam
tubuh individu. Ada beberapa kasus yang menyatakan bahwa HIV/AIDS dapat
disembuhkan. Setelah diteliti lebih lanjut, pengobatannya tidak dilakukan dengan standar
medis, tetapi dengan pengobatan alternatif atau pengobatan lainnya. Obat-obat yang selama
ini digunakan berfungsi menahan perkembangbiakan virus HIV dalam tubuh, bukan
menghilangkan HIV dari dalam tubuh.
Untuk menahan lajunya tahap perkembangan virus beberapa obat yang ada adalah
antiretroviral dan infeksi oportunistik. Obat antiretroviral adalah obat yang dipergunakan
untuk retrovirus seperti HIV guna menghambat perkembangbiakan virus. Obat-obatan yang
termasuk antiretroviral yaitu AZT, Didanoisne, Zaecitabine, Stavudine.
Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat di simpulkan bahwa penyakit menular
menjadi salah satu penyebab utama kematian di dunia. Kondisi ini semakin buruk dengan
kondisi lingkungan yang tidak sehat menyebabkan beberapa penyakit infeksi akut yang
berbahaya menyerang manusia seperti penyakit yang bersumber pada binatang. Penyakit ini
dapat berpindah dari satu orang ke orang lain, penularannya tersebut bisa terjadi secara
langsung atau tidak langsung dan juga bisa menular melalui perantara atau penghubung.
Penyakit menular biasanya ditandai dengan adanya penyebab penyakit yang hidup dan bisa
berpindah menyerang inang (penderita)
2. SARAN
Penyakit menular HIV AIDS merupakan penyakit yang harus diwaspadai. Pasalnya,
beberapadari penyakit menular dapat ditularkan melalui udara,dan pada umumnya, penyakit
menular dapat menyebabkan kematian.Olehkarena itu, kita harus menjaga kesehatan tubuh
dengan mengonsumsi vitamin C guna membangun daya tahan tubuh, menjaga kebersihan
diri dan linkungan, memakan makanan yang sehat dan bergzi, dan olahraga yang teratur..
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unimus.ac.id/1062/3/4.%20BAB%20II.pdf

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2269/3/BAB%20II.pdf

http://repository.unjani.ac.id/repository/d239181130c016359d471e2a0d2d64ce.pdf

https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-2020-
HIV.pdf

Anda mungkin juga menyukai