Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PENYAKIT HIV/AIDS

Disusun Oleh :

Kornelia Panennek, Amd, Kep

NIM : 221101046

UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR

KOTA MAKASSAR

TAHUN AJARAN

2022-2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 4

A. Latar Belakang ............................................................................................... 4

B. Identifikasi Masalah...........................................................................................8

C. Tujuan ............................................................................................................ 8

D. Manfaat............................................................................................................ 8

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................,... 10

A. Definisi .......................................................................................................... 10

B. Etiologi........................................................................................................... 10

C. Tanda dan Gejala................................. ......................................................... 11

D. Diagnosis....................................................................................................... .12

E. ASSEMENT KEPERAWATAN................................................................,...... 12

F. Diagnosa, Luaran dan Intervensi Keperawatan............................................. 13

BAB III PENUTUP ................................................................................ ................... 18

A. KESIMPULAN ............................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 19

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga

penulis dapat menyusun makalah dengan sebaik-baiknya. Makalah berjudul

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT HIV/AIDS ini disusun untuk memenuhi

tugas semester Genap mata kuliah Keperawatan HIV-AIDS.

Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu,

memfasilitasi, memberi masukan, dan mendukung penulisan makalah ini sehingga

selesai tepat pada waktunya. Semoga dibalas oleh Allah Swt. dengan ganjaran yang

berlimpah.

Meski penulis telah menyusun makalah ini dengan maksimal, tidak menutup

kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan kritik

dan saran yang konstruktif dari pembaca sekalian.

Akhir kata, saya berharap makalah ini dapat menambah referensi keilmuan

masyarakat.

Makassar, 26 Agustus 2023

Kornelia Panennek, Amd, Kep

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang

dan menjadi masalah global yang melanda dunia. Virus HIV masih menjadi

fenomena gunung es di Indonesia, kasus HIV yang ditemukan hanya

sebagian sedangkan dasarnya lebih banyak (Menkes, 2019). Fenomena dari

HIV/AIDS berpengaruh pada nutrisi saat ini disebabkan karena timbulnya

infeksi oportunistik diantaranya terjadi jamur kandidia pada mulut dan

pengaruh dari obat ARV yang dapat menyebabkan pasien HIV/AIDS

mengalami disfagia dan anoreksia pasien yang kurang pengetahuannya akan

membiarkan tidak memenuhi asupan nutrisi mereka dan dapat menyebabkan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. HIV dan malnutrisi dapat secara

independen menyebabkan terjadinya kerusakan sistem kekebalan tubuh

secara progresif. Dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi, morbiditas

dan mortalitas melalui infeksi oportunistik, demam, diare, kehilangan nafsu

makan, malabsorbsi nutrisi dan penurunan berat badan (Nnyepi, 2009).

Pengetahuan pemenuhan asupan nutrisi pada pasien HIV/AIDS masih

rendah, ketika pemenuhan nutrisi tidak baik akan menimbulkan masalah

penurunan kekebalan tubuh dan membuat virus HIV berkembang semakin

cepat (Duggal, et.al, 2012).

Prevalensi kasus HIV/AIDS menurut data WHO HIV terus menjadi

masalah kesehatan global yang utama. Sejauh ini telah merenggut lebih dari

32 juta jiwa, Ada sekitar 37,9 juta orang yang hidup dengan HIV pada akhir

2018 dengan 1,7 juta orang menjadi baru terinfeksi pada 2018 secara global
4
(WHO, 2019). Di Asia sebagian besar angka prevalensi HIV masih rendah

yaitu <1% kecuali Thailand dan India Utara sedangkan Asia Pasifik terdapat

±350 ribu orang yang baru terinfeksi HIV ±64% adalah laki-laki (InfoDATIN

Kemenkes RI, 2017).

Berikut adalah jumlah kasus HIV/AIDS yang bersumber dari Ditjen

Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P), data laporan tahun 2017

yang bersumber dari sistem informasi HIV/AIDS dan IMS (SIHA). Dimana

kasus HIV/AIDS di Indonesia pada tahun 2017 terdapat 48.300 kasus HIV dan

9.280 kasus AIDS. Jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sampai

dengan Juni 2018 sebanyak 301.959 jiwa (47% dari estimasi ODHA jumlah

orang dengan HIV/AIDS tahun 2018 sebanyak 640.443 jiwa) dan paling

banyak ditemukan di kelompok umur 25-49 tahun dan 20-24 tahun. Adapun

provinsi dengan jumlah infeksi HIV tertinggi adalah DKI Jakarta (55.099),

diikuti Jawa Timur (43.399) (Kemenkes RI, 2019). Data yang diperoleh dari

rekam medis RSUD Dr. Harjono Ponorogo jumlah kunjungan pasien HIV/AIDS

pada tahun 2018 mulai dari bulan Januari sampai Desember yaitu di rawat

inap berjumlah 120 pasien di rawat jalan sebanyak 1710 pasien dan di IGD

ada 98 pasien, sedangkan pada tahun 2019 mulai bulan Januari sampai

September yaitu ada 72 pasien di rawat inap, 1441 pasien di rawat jalan dan

55 pasien di IGD (Rekam Medis RSUD Harjono, 2019). Acquired

Immunodeficiency Syndroms (AIDS) yang disebabkan oleh infeksi Humman

Immunodeficiency Virus (HIV) adalah suatu penyakit yang menyerang sistem

kekebalan baik humoral maupun seluler. Virus termasuk dalam kelompok

retrovirus dan termasuk virus RNA (Darmono, 2009).

5
Menurut Desmawati (2013) Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah

suatu agen viral yang disebut HIV. Retrovirus ditularkan oleh darah melalui

kontak intim dan mempunyai afinitas yang kuat terhadap limfosit T. Virus HIV

dapat menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat

merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat

bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.

Tanda dan gejala pada pasien HIV/AIDS kebanyakan orang yang terinfeksi

HIV tidak menunjukan gejala pada awal masa infeksi HIV. Gejalanya adalah

demam, sakit kepala, kelelahan, dan pembengkakan limfa. Gejala tersebut

bisanya menghilang dalam waktu satu minggu sampai satu bulan. Sebelum

sampai dalam AIDS terjadi gejala pembengkakan limfa yang terjadi lebih dari

3 bulan dan di ikuti dengan gejala yang terjadi beberapa bulan hingga tahun

antara lain rasa kelemahan pada tubuh yang sangat, kondisi kulit yang kering

sehingga mudah terkelupas, berat badan yang menurun dan adanya infeksi

persisten oleh jamur (Desmawati, 2013). Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)

mengalami penurunan nafsu makan yang disebabkan oleh pengaruh obat

ARV dan adanya infeksi jamur kandidia pada mulut sehingga pasien nutrisi

yang kurang dapat menyebabkan penderita HIV/AIDS mengalami nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh. Pada ODHA yang terganggu asupan nutrisinya

dapat berdampak pada daya tahan tubuh penderita untuk melawan virus HIV

menjadi berkurang ,dan pada kondisi ini dimanfaatkan oleh virus HIV untuk

berkembang cepat sehingga memperpendek periode dari infeksi untuk

berkembang menjadi AIDS. Dampak dari kurangnya pengetahuan informasi

tentang pemenuhan nutrisi dapat mempengaruhi status gizi penderita

HIV/AIDS (Nursalam dan Ninuk, 2013). Untuk mengatasi masalah kurangnya

6
pengetahuan tentang pemenuhan nutrisi pada pasien HIV/AIDS, bisa

diberikan edukasi tentang nutrisi yang harus dipenuhi. Gangguan nutrisi

memainkan peran penting dalam patogenesis, kematian dan morbiditas orang

dengan HIV-AIDS. Terapi diet dan pengetahuan gizi memainkan peran

penting dalam upaya untuk menyembuhkan dan kekebalan. Oleh karena itu,

kecukupan nutrisi makro dan mikro sangat penting bagi penderita HIV-AIDS.

Pengetahuan dan sikap berhubungan elemen kognitif dan afektif.

Pengetahuan mengacu pada elemen kognitif yang terkait dengan tindakan

mental seperti persepsi, memori, pembelajaran dan prediksi selama

pemprosesan informasi. Sikap mengacu pada tanggapan afektif terhadap

suatu objek, yang bergantung pada kepercayaan, nilai, pengalaman pribadi

dan proses sosialisasi (Larasati dkk, 2019).

Sebagian besar para ODHA mengalami nafsu makan yang menurun

disebabkan karena pengaruh dari obat ARV dan kesulitan dalam menelan

akibat infeksi dari jamur kandidia pada mulut. Edukasi mereka dengan

memberikan konseling pemenuhan nutrisi antara lain cara memenuhi nutrisi

sesuai kondisi, memilih bahan makanan yang aman, dan pemberian makanan

tambahan. Anjurkan ODHA untuk memenuhi makanan yang tinggi kalori-

tinggi protein, kaya vitamin dan mineral serta cukup air. Batasi makanan yang

menyebabkan mual/muntah mungkin kurang ditoleransi oleh pasien karena

luka pada mulut atau disfagia. Hindari menghidangkan cairan atau makanan

yang sangat panas. Sajikan makanan yang mudah ditelan. Jadwalkan obat-

obatan diantara makan (jika memungkinkan) dan batasi pemasukan cairan

dengan makanan, kecuali jika cairan memiliki nilai gizi (Desmawati, 2013).

7
Berdasarkan data diatas maka penulis tertarik untuk melakukan Studi

Literatur Karya Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Penderita HIV/AIDS Dengan Masalah Keperawatan Defisiensi Pengetahuan

Tentang Pemenuhan Nutrisi.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, permasalahan yang dapat

dirumuskan adalah Bagaimana Intervensi Dalam Asuhan Keperawatan Pada

Pasien Penderita HIV/AIDS Dengan Masalah Keperawatan Defisiensi

Pengetahuan Tentang Pemenuhan Nutrisi ?

C. Tujuan

Menganalisis intervensi asuhan keperawatan pada penderita HIV/AIDS

terutama pada masalah defisiensi pengetahuan tentang pemenuhan nutrisi.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam

pengembangan ilmu keperawatan yang berkaitan dengan asuhan

keperawatan khususnya pada pasien HIV/AIDS.

2. Manfaat Praktis

a. Institusi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan evaluasi

yang diperlukan dalam melaksanakan asuhan keperawatan

khususnya untuk asuhan keperawatan pada pasien HIV/AIDS.

b. Bagi profesi keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan ilmu pengetahuan

untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien HIV/AIDS

8
terutama pada masalah defisiensi pengetahuan tentang pemenuhan

nutrisi.

c. Bagi responden

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penderita HIV/AIDS untuk

meningkatkan pengetahuan tentang pemenuhan nutrisi.

d. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar memperluas

penelitian dengan tema yang sama yaitu HIV/AIDS bagi peneliti yang

akan datang

9
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang menyerang

sistem pertahanan tubuh manusia dan pada akhirnya dapat menimbulkan

AIDS.

AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan sekumpulan

gejala atau penyakit yang muncul akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh

manusia setelah terinfeksi virus HIV.

Pada kondisi normal, tubuh manusia mempunyai sistem imunitas atau

kekebalan sebagai perlindungan terhadap penyakit dan mikroorganisme yang

menyerang, seperti bakteri, virus, dan jamur.

Jika mengalami AIDS, yang terjadi adalah masuknya berbagai jenis

penyakit akibat sistem pertahanan tubuh yang sudah melemah atau rusak.

Dimana jika tubuh dalam kondisi normal, jenis-jenis penyakit ini biasanya akan

bisa di atasi oleh sistem kekebalan.

B. Etiologi

Penyebab AIDS adalah virus HIV (Human Imunodeficiency Virus). Virus

ini termaksuk dalam retrovirus anggota subfamili lentivirinae. Secara genetik

HIV dibedakan menjadi 2, tetapi berhubungan secara antigen, yaitu HIV-1 dan

HIV-2.

Cara kerja virus HIV adalah menyerang limfosit CD4 yang bertugas

mengkoordinasikan sejumlah fungsi imunologis penting. Hal ini terjadi karena

virus HIV mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan limfosit CD4.

10
Setelah memasuki tubuh, virus HIV menggunakan enzim yang di sebut

reverse trancriptase untuk mentransfer informasi genetika mereka dari RNA

ke DNA. Hilangnya fungsi limfosit CD4 ini akan menyebaban gangguan

kekebalan yang progresif.

Fase transmisi infeksi HIV dan AIDS yaitu:

1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak

ada gejala

2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flulikes

illnes.

3. Infeksi asimtomatik. Fase tanpa gejala, biasanya berlangsung antara 1

sampai 15 tahun.

4. Supresi imun simtomatik. Dengan gejala berat badan menurun, diare,

demam, rash, neuropati, keringat malam hari, dan munculnya lesi/luka di

mulut. Biasanya muncul di atas 3 tahun.

5. AIDS. Muncul antara 1-5 tahun. Pada fase ini biasanya sudah didapatkan

infeksi oportunistik yang berat.

C. Tanda dan Gejala

a. Gejala mayor:

1. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan

2. Diare kronis tanpa ada penyebab signifikan yang berlangsung lebih dari

1 bulan

3. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan

4. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis

5. Demensia/ HIV ensefalopat

b. Gejala minor:
11
1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan

2. Dermatitis generalisata

3. Munculnya herpes zoster berulang

4. Kandidias orofaringeal

5. Herpes simpleks kronis progresif

6. Limfadenopati generalisata

7. Retinitis virus Sitomegalo

D. Diagnosis

Masa inkubasi virus HIV di perkiraan antara 10 minggu – 10 tahun.

Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu singkat,

virus HIV menyerang sel target dalam jangka waktu lama, Supaya terjadi

infeksi dan virus masuk kedalam sel yakni sel darah putih.

Infeksi HIV yang menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B, dan

menyebabkan produksi antibodi yang berlebihan tetapi antibodi tidak dapat

membantu dalam melawan berbagai infeksi opportunistik pada AIDS. Hal ini

disebabkan karena sistem imunitas tidak lagi bisa mengenali organisme dan

sasaran baru untuk di eliminisasi dari tubuh akibat limfosit CD4 yang telah di

hancurkan oleh virus HIV.

E. Assement Keperawatan

1. Riwayat : Perilaku beresiko tinggi seperti penyalah gunaan obat-obatan

terutama suntik, tes HIV Positif, berganti-ganti pasangan.

2. Penampilan umum : pucat, lemah.

3. Gejala subyektif : Berat Badan menurun, kehilangan nafsu

makan/anoreksia, keluhan lemah dan lelah, demam terus menerus

dengan atau tanpa menggigil dan keringat malam.

12
4. Neurologis: Vertigo, ketidak seimbangan, gangguan reflek pupil, kaku

kuduk, kejang, dan paraplegia

5. Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.

6. Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.

7. Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot

Bantu pernapasan, batuk produktif atau non produktif.

8. Pencernaan : Sering mual dan muntah, intake makanan dan minuman

menurun, Diare kronis tanpa penyebab yang jelas, heptosplenomegali,

perut kram, kuning.

9. Gu : lesi atau eksudat pada genital,

10. Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.

F. Diagnosa, Luaran dan Intervensi Keperawatan

a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d proses infeksi.

Luaran : kontrol gejala meningkat

 Kemampuan memonitor munculnya gejala sendiri meningkat

 Kemampuan memonitor lama bertahannya gejala meningkat

 Mendapatkan perawatan kesehatan saat gejala bahaya muncul

meningkat

 Kemampuan menggunakan sumber-sumber daya yang tersedia

meningkat

Intervensi : Dukungan kepatuhan program pengobatan

 Identifikasi kepaatuhan menjalani program pengobatan

 Buat komitmen menjalani pengobatan program dengan baik


13
 Buat jadwal pendampingan dengan keluarga untuk bergantian

menemani pasien menjalani program pengobatan jika perlu

 Anjurkan pasien untuk berkonsultasi ke pelayanan kesehatan terdekat

b. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan

Luaran : Status Nutrisi membaik

 Porsi makanan yang dihabiskan, kekuatan otot pengunyah, kekuatan

otot menelan meningkat

 Perasaan cepat kenyang, nyeri abdomen, diare menurun

 Berat badan IMT, frekuensi makan, nafsu makan, tebal lipatan kulit

trisep, dan membran mukosa membaik

Intervensi : Pemantauan Nutrisi

 Identifikasi faktor yang mempengaruhi asupan gizi ( pengetahuan,

gangguan menelan dan penggunaan obat-obatan )

 Identifikasi perubahan berat badan

 Identifikasi kemampuan menelan

 Monitor asupan oral

 Monitor hasil laboratorium ( mis: albumin serum, hb)

c. Nyeri akut b.d agen pencendera fisiologis (inflamasi)

Luaran : Tingkat nyeri menurun

14
 Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat,

 Keluhan nyeri, meringis, kesulitan tidur, berfokus padadiri

sendiri,perasaan depresi, anoreksia menurun

 Frekuensi nasi, pola napas, nafsu makan, pola tidur membaik

Intervensi : Pemantauan nyeri

 Identifikasi faktor pencetus dan pereda nyeri

 Monitor kualitas nyeri

 Monitor lokasi dan penyebaran nyeri

 Monitor intensitas nyeri dengan menggunakan skala

 Monitor durasi dan frekuensi nyeri

d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan

Luaran : Toleransi Aktifitas meningkat

 Frekuensi nadi, kemudahan dalam melakukan aktifitas sehari-hari,

kecepatan berjalan, kekuatan tubuh bagian atas dan bawah meningkat

 Dispnea saat aktifitas, dan setelah aktifitas, perasaan lemah menurun

 Warna kulit, tekanan darah, frekuensi napas membaik

Intervensi : Terapi aktifitas

 Identifikasi defisit tingkat aktifitas

 Identifikasi sumber daya untuk aktifitas yang diinginkan

 Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktifitas


15
 Identifikasi maksa aktifitas rutin (bekerja) dan waktu luang

 Fasilitasi fokus pada kemampuan bukan defisit yang dialami

 Libatkan keluarga dalam aktifitas, jika perlu

e. Diare b.d proses infeksi

Luaran : Tingkat infeksi menurun

 Kebersihan tangan, badan dan nafsu makan meningkat

 Demam, kemerahan, nyeri menurun

Intervensi : Pengontrolan infeksi

 Identifikasi pasien –pasien yang mengalami infeksi menular

 Terapkan kewaspadaan universal ( mis. Cuci tangan aseptik, gunakan

alat pelindung diri spt masker, sarung tangan)

 Tempatkan pada ruang isolasi untuk pasien yang mengalami penurunan

imunitas

 Berikan tanda khusus untuk mengidentifikasi pasien dengan penyakit

menular

f. Gangguan integritas kulit b.d perubahan status nutrisi, penurunan

mobilitas fisik

Luaran : Integritas kulit meningkat

Intervensi : Pelaporan status kesehatan

 Identifikasi data demografis yang penting (mis; usia, jenis kelamin)

 Identifikasi kemampuan dalam menerapkan perawatan


16
 Jelaskan riwayat kesehatan masa lalu yang relevan

 Jelaskan dignoaia keperawatan dan medis saat ini

 Jelaskan rencana diet, pengobatan dan latihan yang termasuk dalam

program perawatan

17
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang menyerang

sistem pertahanan tubuh manusia dan pada akhirnya dapat menimbulkan AIDS.

AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan sekumpulan

gejala atau penyakit yang muncul akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh

manusia setelah terinfeksi virus HIV.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Nursalam & Dian, 2013. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi

HIV/AIDS. Salemba Medika. Jakarta

2. PPNI, 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia edisi 1 cetakan II.

DPP PPNI. Jakarta

3. PPNI, 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia edisi 1 cetakan II.

DPP PPNI. Jakarta

4. PPNI, 2019. Standart I Luaran Keperawatan Indonesia edisi 1 cetakan II.

DPP PPNI. Jakarta

19

Anda mungkin juga menyukai