Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL

DENGAN PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN HIV/AIDS

Di susun oleh:kelompok 2
1. M. Iqbal Basuki 14.401.17.054
2. M. Ridwan 14.401.17.055
3. M. Taufik Hidayatullah 14.401.17.056
4. Mahmudah 14.401.17.057
5. May Dilla Firdayanti 14.401.17.058
6. Mohammad Habibunnajar 14.401.17.059
7. Nafi’ah Darmawati 14.401.17.062

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
KRIKILAN – GLENMORE – BANYUWANGI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun masih
diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
yang berjudul ”Asuhan Keperawatan Ibu Hamil Dengan Penyakit Yang Menyertai
Kehamilan HIV/AIDS”ini disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa.
Terima kasih Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para mahasiswa.
Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan para mahasiswa, masyarakat dan pembaca.

Krikilan,12 September 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................3
Latar Belakang.......................................................................................................................................3
1.2   Rumusan Masalah..........................................................................................................................4
1.3Tujuan Penulisan..............................................................................................................................4
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................5
KONSEP HIV/AIDS..................................................................................................................................5
Definisi...................................................................................................................................................5
2.1 Etiologi......................................................................................................................................6
2.3 Manifestasi Klinis.............................................................................................................................6
2.4 Cara Penularan HIV/AIDS dari Ibu ke Anak.............................................................................6
2.5 Faktor Resiko.............................................................................................................................8
2.6 Patofisiologi...............................................................................................................................8
2.5 Komplikasi....................................................................................................................................11
B. ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS.................................................................................................12

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


HIV berarti virus Yng merusak kekebalan tubuh manusia. Ini adalah retrovirus
yang berarti virus yang menggunakan sel tubuhnya sendiri untuk memproduksi kembali
dirinya. Asal dari HIV tidak jelas, penemuan kasus awal adalah dari smple darah yang
dikumpulkan tahun 1959 dari seorang laki-laki drai Kinshasa di Republik Demokrat
Congo, tidak diketahu bagaimana ia terinfeksi.
Diperkirakan bahwa, untuk waktu mendatang yang dapat diduga, sedikitnya
500.000 bayi akan terlahir terinfeksi HIV setiap tahun, kebanyakan dalam negara
penghasilan rendah dengan epidemi generalized. Penularan HIV dari ibu-ke-bayi
bertanggung jawab untuk hampir semua 2,3 juta (1,7-3,5 juta) anak di bawah usia 15
tahun yang diperkirakan hidup dengan HIV, hampir 90 persen di Afrika sub-Sahara.
Diperkirakan bahwa, dari anak tersebut, 780.000 membutuhkan terapi antiretroviral
(ART), dan bahwa, pada 2006, 380.000 anak di bawah usia 15 tahun meninggal karena
alasan terkait AIDS. Walaupun ada peningkatan 40 persen dalam jumlah anak yang
menerima ART pada 2006, hanya 6 persen orang yang memakai ART secara global
adalah anak, sementara 14 persen mereka yang membutuhkan ART adalah anak.
Program nasional yang mampu melaporkan berdasarkan usia menunjukkan bahwa sangat
sedikit anak yang mendapatkan ART adalah di bawah usia 2 tahun.
ART dan pengobatan untuk infeksi oportunistik yang terjangkau semakin tersedia
tetapi hal ini memberi sedikit manfaat pada bayi bila mereka tidak dapat didiagnosis
secara dini. Kebanyakan anak yang terinfeksi HIV meninggal di bawah usia 2 tahun dan
kurang lebih 33 persen meninggal di bawah usia 1 tahun [3-5]. Sayangnya menafsirkan
hasil dari tes darah (antibodi) dipakai untuk orang dewasa yang tersedia paling luas
adalah sulit untuk bayi di bawah usia 9-12 bulan. Hasil antibodi-negatif memberi kesan
bahwa bayi tidak terinfeksi. Hasil antibodi-positif tidak memastikan bayi terinfeksi
karena antibodi ibu pada anak yang terlahir oleh ibu terinfkesi HIV dapat ditahan; oleh
karena itu, tes virologis adalah cara yang dibutuhkan untuk mendiagnsosis HIV pada
bayi. Penyusuan, walau terkait dengan ketahanan hidup yang lebih baik, menempatkan

3
bayi dalam risiko tertular HIV selama masa penyusuan, walau bayi tidak terinfeksi pada
awal

1.2   Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah yaitu :


1. Bagaimana konsep HIV/AIDS
2. Membuat asuhan keperawatan HIV/AIDS

1.3Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui konsep HIV/AIDS


2. Untuk mengetahuai bagaimana membuat asuhan keperawatan pada HIV/AIDS

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP HIV/AIDS

2.1 Definisi

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus pada manusia yang


menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif lama
dapat menyebabkan AIDS.
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala
penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Dalam
bahasa Indonesia dapat dialihkatakan sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh
Dapatan.
Acquired : didapat, bukan penyakit keturunan
Immune : sistem kekebalan tubuh
Deficiency : kekurangan
Syndrome : kumpulan gejala-gejala penyakit.
AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang
berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus (HIV). (Suzane C. Smetzler dan
Brenda G.Bare).
Sedangkan di dalam kamus kedokteran Dorlan (2002), menyebutkan bahwa
AIDS adalah suatu penyakit retrovirus epidemik menular, yang disebabkan oleh infeksi
HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas seluler, dan
mengenai kelompok risiko tertentu, termasuk pria homoseksual atau biseksual,
penyalahgunaan obat intravena, penderita hemofilia, dan penerima transfusi darah
lainnya, hubungan seksual dari individu yang terinfeksi virus tersebut(Doenges, 2009).
Menurut Center for Disease Control and Prevention, AIDS merupakan bentuk
paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda
dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai
infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang
terjadi(Nursalam, 2008).

5
2.1  Etiologi
Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang disebut HIV. HIV pertama
kali pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di
Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap
sebagai virus kurang pathogen dibandingkan dengan HIV-1. Maka untuk
memudahkan keduanya disebut HIV.
Tranmisi infeksi HIV dan AIDS terdapat lima fase:
1. peride jendela lamanya 4 mingu sampai 6 bulan setelah infeksi tidak ada gejala
2. fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala tidak ada.
3. Infeksi asimtomatik lamanya 1-5 atau lebih tabun dengan gejala tidak ada
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam
hari, BB menurun, diare, neoropati. Lemah, lesi mulut.
5. AIDS. Lamanya berfariasi antar 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor padaberbagai system
tubuh, dan manifestasi neuorologis

2.3 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang tampak dibagi menjadi 2, yaitu:


1. Manifestasi Klinis Mayor
a. Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan
b. Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus-menerus
c. Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 3 tiga bulan
d. TBC
2. Manifestasi Klinis Minor
a. Batuk kronis selama lebih dari satu bulan
b. Infeksi pada mulut dan jamur disebabkan karena jamur Candida Albicans
c. Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh
d. Munculnya Herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal di seluruh tubuh

6
2.4 Cara Penularan HIV/AIDS dari Ibu ke Anak
Penularan HIV dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita
HIV/AIDS sebagian besar masih berusia subur, sehingga terdapat resiko penularan
infeksi yang terjadi pada saat kehamilan (Richard, et al., 1997). Selain itu juga karena
terinfeksi dari suami atau pasangan yang sudah terinfeksi HIV/AIDS karena sering
berganti-ganti pasangan dan gaya hidup. Penularan ini dapat terjadi dalam 3 periode:
1. Periode kehamilan
Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil. Hal ini disebabkan
karena terdapatnya plasenta yang tidak dapat ditembus oleh virus itu sendiri.
Oksigen, makanan, antibodi dan obat-obatan memang dapat menembus plasenta,
tetapi tidak oleh HIV. Plasenta justru melindungi janin dari infeksi HIV.
Perlindungan menjadi tidak efektif apabila ibu:
a. Mengalami infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama malaria) pada plasenta
selama kehamilan.
b. Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya muatan virus pada
saat itu.
c. Mempunyai daya tahan tubuh yang menurun.
d. Mengalami malnutrisi selama kehamilan yang secara tidak langsung
berkontribusi untuk terjadinya penularan dari ibu ke anak.
2. Periode persalinan
Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika dibandingkan
periode kehamilan. Penularan terjadi melalui transfusi fetomaternal atau kontak
antara kulit atau membrane mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat
melahirkan. Semakin lama proses persalinan, maka semakin besar pula resiko
penularan terjadi. Oleh karena itu, lamanya persalinan dapat dipersingkat dengan
section caesaria.
Faktor yang mempengaruhi tingginya risiko penularan dari ibu ke anak selama
proses persalinan adalah:Lama robeknya membran.
a. Chorioamnionitis akut (disebabkan tidak diterapinya IMS atau infeksi lainnya)
b. Teknik invasif saat melahirkan yang meningkatkan kontak bayi dengan darah
ibu misalnya, episiotomi.
c. Anak pertama dalam kelahiran kembar
3. Periode Post Partum

7
Cara penularan yang dimaksud disini yaitu penularan melalui ASI. Berdasarkan
data penelitian De Cock, dkk (2000), diketahui bahwa ibu yang menyusui bayinya
mempunyai resiko menularkan HIV sebesar 10- 15% dibandingkan ibu yang tidak
menyusui bayinya. Risiko penularan melalui ASI tergantung dari:
a. Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif akan kurang
berisiko dibanding dengan pemberian campuran.
b. Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan putting susu dan
infeksi payudara lainnya.
c. Lamanya pemberian ASI, makin lama makin besar kemungkinan infeksi.
d. Status gizi ibu yang buruk
2.5 Faktor Resiko
Kelompok orang yang berisiko tinggi terinfeksi Virus HIV sebagai berikut :
1. Janin dengan ibu yang terjangkit HIV
2. Perempuan yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian memakai alat
suntik.
3. Pekerja seks komersial
4. Pasangan yang heteroseks dengan adanya penyakit kelamin(Doenges, 2009).
2.6 Patofisiologi
Infeksi HIV dapat berasal dari wanita hamil pada anaknya dan sejak hamil, saat
kelahiran maupun menyusui. Jika virus HIV masuk kedalam tubuh, akan meresap
pada sel reseptor terhadap virus HIV yang terdapat pada permukaan sel limfosit sel T
hepar, monosit, makrofag, HIV merusak sel limfosit T hepar secara bertahap dengan
cara RNA yang ada dalam tubuh akan diubah menjadi DNA oleh enzym transcrytase
yang dimiliki HIV. DNA provirus itu kemudian diintegrasikan kedalam sel hospes
dan selanjutnya diprogramkan untuk membentuk gen virus. HIV cenderung
menyerang sel-sel tertentu yaitu sel-sel yang mempunyai permukaan CD4, terutama
limfosit T4 yang memegang peranan penting dalam mengatur dan mepertahankan
sistem kekebalan tubuh. Selain limfosit T4, virus juga menginfeksi sel monosit dan
makrofag, sel langerhans pada kulit, sel retina, sel dendrite, folikuler pada kelenjar
limfe, makrofag pada alvioli paru, sel-sel servik pada uteri, dan sel mikcrogli otak.
Virus yang masuk pada limfosit T4 selanjutnya mengadakan replikas sehingga
menjadi banyak dan akhirnya menghancurkan sel limfosit itu sendiri.

8
Pathway
HIV

Plasenta asi tranfusi darah jarum suntik hubungan seksual

Tranmisi dari ibu


Ke anak

HIV masuk kedalam darah

Menyerang sistem imun


(sel darah putih limfosit)

Menginfeksi limfosit

DNA virus terintegrasi dalam sel DNA host

Imun menurun

AIDS
Resiko infeksi perubahan pertumbuhan
dan perkembangan
mual muntah

Demam Diare kronik BB menurun ketidak seimbangan


nutrisi

Hipertermi Kehilangan volume kelemahan fisik


cairan aktif
Intoleransi aktivitas

Kekurangan volume cairan

Pneumonitis interstitial

Dispnea

Pola nafas tidak efektif

9
2.5 Komplikasi
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,
dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat. Kandidiasis oral ditandai oleh
bercak-bercak putih seperti krim dalam rongga mulut. Jika tidak diobati, kandidiasis
oral akan berlanjut mengeni esophagus dan lambung. Tanda dan gejala yang
menyertai mencakup keluhan menelan yang sulit dan rasa sakit di balik sternum
(nyeri retrosternal)(Yasmine Flores, 2007).
2. Neurologik
a) Ensefalopati HIV atau disebut pula sebagai kompleks dimensia AIDS (ADC; AIDS
dementia complex). Manifestasi dini mencakup gangguan daya ingat, sakit kepala,
kesulitan berkonsentrasi, konfusi progresif, perlambatan psikomotorik, apatis dan
ataksia. stadium lanjut mencakup gangguan kognitif global, kelambatan dalam respon
verbal, gangguan efektif seperti pandangan yang kosong, hiperefleksi paraparesis
spastic, psikosis, halusinasi, tremor, inkontinensia, dan kematian.
b) Meningitis kriptokokus ditandai oleh gejala seperti demam, sakit kepala, malaise,
kaku kuduk, mual, muntah, perubahan status mental dan kejang-kejang. diagnosis
ditegakkan dengan analisis cairan serebospinal(Yasmine Flores, 2007).
3. Gastrointestinal
a) Wasting syndrome kini diikutsertakan dalam definisi kasus yang diperbarui untuk
penyakit AIDS. Kriteria diagnostiknya mencakup penurunan BB > 10% dari BB awal,
diare yang kronis selama lebih dari 30 hari atau kelemahan yang kronis, dan demam
yang kambuhan atau menetap tanpa adanya penyakit lain yang dapat menjelaskan
gejala ini.
b) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam,
malabsorbsi, dan dehidrasi.
c) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal,
alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
d) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang
sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rektal, gatal-gatal
dan diare(Yasmine Flores, 2007).
4. Respirasi
10
Pneumocystic Carinii. Gejala napas yang pendek, sesak nafas (dispnea),
batuk-batuk, nyeri dada, hipoksia, keletihan dan demam akan menyertai pelbagi
infeksi oportunis, seperti yang disebabkan oleh Mycobacterium Intracellulare (MAI),
cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides(Yasmine Flores,
2007).
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal, rasa
terbakar, infeksi sekunder dan sepsis. Infeksi oportunis seperti herpes zoster dan
herpes simpleks akan disertai dengan pembentukan vesikel yang nyeri dan merusak
integritas kulit.
moluskum kontangiosum merupakan infeksi virus yang ditandai oleh
pembentukan plak yang disertai deformitas. dermatitis sosoreika akan disertai ruam
yang difus, bersisik dengan indurasi yang mengenai kulit kepala serta wajah.penderita
AIDS juga dapat memperlihatkan folikulitis menyeluruh yang disertai dengan kulit
yang kering dan mengelupas atau dengan dermatitis atopik seperti ekzema dan
psoriasis(Yasmine Flores, 2007).
6. Sensorik
a) Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata : retinitis
sitomegalovirus berefek kebutaan
b) Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran
dengan efek nyeri yang berhubungan dengan mielopati, meningitis, sitomegalovirus
dan reaksi-reaksi obat(Yasmine Flores, 2007).

11
B. ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS

1. Pengkajian
A. Identitas
HIV/AIDS dapat terjadi pada semua usia maupun pada ibu hamil. Pada anak yang
terkena HIV bisa sejak kehamilan ibu, saat kelahiran, maupun saat menyesui.
B. Keluhan utama
Keluhan yang paling sering terjadi pada pasien hamil dengan HIV / AIDS adalah
selain keluhan sehubungan dengan kehamilannya  ibu juga mengeluh berbagai
masalah sesuai dengan stadium(Yasmine Flores, 2007).
a) Stadium Klinis 1
 Asimtomatis
 Limpa denopati persistent generalisata
 Penampilan atau aktivitas fisik skala 1: asimtomatis, aktivitas
normal(Nursalam, 2008).
b) Stadium Klinis 2
 Penurunan berat badan 10% dari berat badan sebelumnya
 Manisfestasi mukokutaneus minor (dermatitis seborhhoic, prurigo, infeksi
jamur pada kuku, ulserasi mukosa oral berulang, cheilitis agularis ).
 Herpes zoster, dalam 5 tahun terakhir
 Infeksi berulang pada saluran pernapasan atas (misalnya sinusitis bacterial)
(Nursalam, 2008).
c) Stadium klinis 3
 Penurunan berat badan >10%
 Diare kronis dengan penyebab tidak jelas >1 bulan
 Demam dengan sebab yang tidak jelas >1 bulan
 Kandidiasis oris
 Oral hairy leukoplakia
 TB pulmoner dalam 1 tahun terakhir
 Infeksi bacterial berat misalnya pneumonia, piomiositis(Nursalam, 2008).

12
d) Stadium klinis 4
 HIV wasting syndrome, sesuai yang di tetapkan CDC
 PCP (pneumocystis carinii pneumonia)
 Cryptococcosis ekstrapulmoner
 Infeksi virus sitomegali
 Infeksi herper simpleks >1 bulan
 Berbagai infeksi jamur berat
 Kandidiasis esophagus, trachea atau bronkus
 Mikobakteriosis atypical
 Salmonlosis non tifoid disertai setikemia
 TB, ekstrapulmoner
 Limfoma maligna
 Sarcoma kaposis
 Ensefalopati HIV(Nursalam, 2008).
C. Riwayat obstreti
a) Riwayat menstruasi
Fluor albus : banyak, gatal, berbau, warna hijau. Pada ibu dengan HIV mudah
terkena infeksi jamur yang bila mengenai organ genetal bisa menyebabkan
keputihan(Doenges, 2009).
b) Riwayat obstetric lalu
Kehamilan yang lalu terinfeksi HIV, ibu dapat bersalin dengan SC(Nursalam,
2008).
c) Riwayat kehamilan sekarang
Keluhan pada trimester I,II atau III pada ibu hamil dengan HIV seperti keluhan ibu
hamil normal terkadang dijumpai keluhan berdasarkan stadium HIV / AIDS :
 Trimester I : chloasma gravidarum, mual dan muntah (akan hilang pada
kehamilan 12-14 minggu ) sering kencing, pusing, ngidam, obstipasi.
 Trimester II : body image dan nafsu makan bertambah
 Trimester III : sering kencing, obstipasi, sesak nafas (bila tidur terlentang) sakit
punggung, edema, varises(Yasmine Flores, 2007).

13
d) Riwayat perkawinan
Hamil dengan HIV biasanya ibu atau suami menikah lebih dari satu kali atau
mempunyai banyak pasangan(Doenges, 2009).
e) Riwayat kesehatan ibu
Pada ibu dengan HIV biasnya penyakit yang diderita beragam, antara lain :
demam, faringitis, limfadenopati, artalgia, myalgia, letargi, malaise, nyeri kepala,
mual, muntah, diare, anoreksia, penurunan berat badan, dapat juga menimbulkan
kelainan saraf seperti meningitis, ensefaliitis neuropati perifer dan mielopati.
Gejala-gejala dermatologi yaitu ruam makropapulereritematosa dan ulkus
makokutan(Doenges, 2009)
f) Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit HIV dapat diturunkan oleh orang tua ataupun ditularkan oleh suami
penderita(Nursalam, 2008).
g) Pola fungsional kesehatan
 Pola nutrisi
Pada pasien HIV pola makan harus dijaga untuk menghindari terjadinya infeksi
oportinistik. Wanita dewasa memerlukan 2.500 kalori/hari, jumlah tambahan
kalori yang dibutuhkan pada ibu hamil adalah 300 kalori/hari dengan
komposisi menu seimbang. Pada pasien HIV yang mengalami ulserasi mukosa
oral terjadi gangguan pemenuhan nutrisi karena ketidaknyamanan/sakit saat
makan
 Pola eliminasi
BAK dalam batas normal
BAB teratus setiap hari 1x
Pada stadium HIV lanjut (stadium III dan IV ) ibu dapat mengalami diare
akut(Nursalam, 2008).
 Pola istirahat
Pada stadium lanjut HIV ibu membutuhkan istirahat selalu berada di tempat
tidur >50%/hari dalam bulan terakhir(Doenges, 2009).
 Pola aktivitas
Stadium 1 : penampilan atau aktivitas fisik skala 1 : asimtomatis, aktivitas
normal.
Stadium 2 : dengan atau penampilan aktivitas fisik skala 2 : simtomatis,
aktivitas normal
14
Stadium 3 : dengan atau penampilan/ aktivitas fisik skala 3 : lemah, berada di
tempat tidur <50%/hari dalam bulan terakhir.
Stadium 4 : dengan atau penampilan/aktivitas fisik skala 4 : sangat lemah,
selalu berada di tempat tidur >50%/hari dalam bulan terakhir (Doenges, 2009).
 Aktivitas seksual
Seberapa sering aktivitas sex yang dilakukan ibu dari suami sebelum dan
selama kehamilan. Mungkin ditemukan adanya penurunan aktivitas seksual
utamanya pada mereka yang sudah dikarenakan kondom dapat mencegah
penularan HIV(Nursalam, 2008).
 Pola kebiasaan
Merokok
Minum alcohol
Mengkonsumsi narkoba : pemakaian narkoba dengan suntik atau obat-obatan
terlarang lainnya dapat meningkatkan resiko terkena HIV / AIDS
Minum jamu-jamuan
Memelihara binatang peliharaan : (rantai penularan toxoplasmosis yang dapat
memperburuk HIV / AIDS dalam perkebangan janin)(Yasmine Flores, 2007)
 Riwayat psikososial budaya
Perkawinan ibu dengan HIV seringkali ditemui dengan ibu atau suami
menikah lebih dari sekali. Perencanaan kehamilan akan berpengaruh pada
penerimaan ibu dan keluarga terhadap kehamilan ini dan bayinya nantinya, ibu
merasa gelisah dn gemas apabila keluhan yang dirasakan oleh ibu akan
mengganggu kehamilannya(Nursalam, 2008).
D. Data objektif
a) Keadaan Umum
 TD : ibu hamil dengan HIV tidak ada perbedaan tekanan darah dengan ibu
hamil normalantara 100/60 – 140/90 mmHg
 Suhu : suhu pada ibu hamil dengan HIV pada fase akut dan fase laten akan
mengalami demam
 Nadi : ibu hamil dengan HIV tidak ada perbedaan jumlah nadi dengan ibu
hamil normal.
 RR : pada ibu dengan HIV tidak ada peningkatan jumlah pernapasan.

15
 Berat badan sebelum hamil : penumbangan berat badan harus terus
dipantau. Pada penderita HIV pada fase infeksi laten mengalami
penurunan berat badan 10%
 Berat badan sekarang : mulai stadium II ibu mengalami penurunan BB
tetapi <10 Kg, sedangkan pada stadium III dan IV penurunan berat badan
>10 Kg(Doenges, 2009).
b) Pemeriksaan Fisik
 Mulut
Mukosa bibir kering, caries gigi. Pada pasien HIV stadium klinis 2 terjadi
ulserasi mukosa berulang. Pada stadium klinis 3 terdapat kandidiasis oris
(pada rongga mulut terdapat pseudomembran yang berwarna putih krem
sampai keabu-abuan. Periksa adanya leukoplakia (plak putih di sekitar
rongga mulut) (Nursalam, 2008)
 Dada
Ada tarikan dinding dada. Ada ronchi dan wheezing sebagai indikasi
kelainan organ pernafasan ( apabila sudah terjadi TB pulmonar dan PCP
(Pneumocystis Carinii Pneumonia) manifestasi dari HIV/AIDS. Pada
pasien HIV mulai stadium 1 terdapat limpadenopati (pembengkakan
kelenjar limfe) (Nursalam, 2008)
 Abdomen
Ada luka bekas SC apabila ibu persalinan yang lalu mengidap HIV
mencegah penularan ibu ke bayi. Pembesaran uterus terkadang tidak sesuai
dengan umur kehamilan. Hal tersebut dikarenakan adanya infeksi HIV
menyebabkan gangguan pertumbuhan pada janin(Yasmine Flores, 2007).
 Ekstrimitas
Atas : tidak ada edema 
Bawah : tidak ada varises 
Pada stadium II terlihat luka infeksi/ ulkus pada kuku(Doenges, 2009).
 Kulit
Kadang ditemukan tanda-tanda dermatitis, herpes zoster, prurigo, dan
kelainan kulit lainnya akibat infeksi jamur(Doenges, 2009).
 Genetalia 
Keluaran : Pada wanita hamil sering mengeluarkan cairan pervaginam
lebih banyak. Keadaan ini dalam batas normal (tidak berwarna, tidak
16
berbau, tidak gatal). Pada ibu hamil dengan HIV memungkinkan adanya
infeksi candida yang menyebabkan flour albus (Yasmine Flores, 2007)
2. Pemeriksaan Penunjang
VCT (Voluntary Counseling Testing)
VCT adalah suatu pembinaan dua arah atau dialog yang berlangsung tak terputus
antara konselor dan kliennya untuk mencegah penularan HIV, memberikan dukungan
moral, informasi, serta dukungan lainnya kepada ODHA, keluarga , dan
lingkungannya. Tujuan VCT :
1. Upaya pencegahan HIV/AIDS.
2. Upaya untuk mengurangi kegelisahan, meningkatkan persepsi/pengetahuan
mereka tentang faktor-faktor resiko penyebab seseorang terinfeksi HIV.
3. Upaya pengembangan perubahan perilaku, sehingga secara dini mengarahkan
mereka menuju ke program pelayanan dan dukungan termasuk akses terapi
antiretroviral, serta membantu mengurangi stigma dalam masyarakat.
4. Pemerikasaan Laboratorium :
 Tes serologis: tes antibodi serum terdiri dari skrining HIV dan ELISA;
 Tes blot western untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa
protein spesifik HIV.
 Pemeriksaan histologis, sitologis urin ,darah, feces, cairan spina, luka,
sputum, dan sekresi.
 Tes neurologis: EEG, MRI, CT Scan otak, EMG.
 Tes lainnya: sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari
PCV tahap lanjut atau adanya komplikasi lain; tes fungsi pulmonal untuk
deteksi awal pneumonia interstisial; Scan gallium; biopsy; branskokopi.
 Tes Antibodi
1) Tes ELISA, untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah
terinfeksi HIV.
2) Western blot asay/ Indirect Fluorescent Antibody (IFA), untuk
mengenali antibodi HIV dan memastikan seropositifitas HIV.
3) Indirect immunoflouresence, sebagai pengganti pemerikasaan western
blot untuk memastikan seropositifitas.
4) Radio immuno precipitation assay, mendeteksi protein pada antibodi.

17
5) Pendeteksian HIV : dilakukan dengan pemeriksaan P24 antigen capture
assay dengan kadar yang sangat rendah. Bisa juga dengan pemerikasaan
kultur HIV atau kultur plasma kuantitatif untuk mengevaluasi efek anti
virus, dan pemeriksaan viremia plasma untuk mengukur beban virus
(viral burden)(Yasmine Flores, 2007).
3. Penatalaksanaan
Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah pencegahan
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi, apabila terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) maka terapinya yaitu :
a. Pengendalian infeksi oportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan dan pemulihan infeksi opurtuniti,
nosokomial atau sepsis, tindakan ini harus di pertahankan bagi pasien di
lingkungan perawatan yang kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV denngan menghambat enzim
pembalik transcriptase.
c. Terapi antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas system immune dengan menghambat replikasi
virus atau memutuskan rantai reproduksi virus padan proses nya.obat- obat ini
adalah : didanosina, ribavirin, diedoxycytidine, recombinant CD4 dapat larut.
d. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron.
e. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat replikasi HIV.
f. Rehabilitasi
Bertujuan untuk memberi dukungan mantal-psikologis, membantu mengubah
perilaku risiko tinggi menjadi perilaku kurang berisiko atau tidak berisiko,
mengingatkan cara hidup sehat dan mempertahankan kondisi tubuh sehat.
g. Pendidikan
Untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang sehat, hindari
stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi imunne. Edukasi ini
juga bertujuan untuk mendidik keluarga pasien bagaimana menghadapi kenyataan
ketika anak mengidap AIDS dan kemungkinan isolasi dari masyarakat(Yasmine
Flores, 2007).

18
4. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru
b. Kekurangan volume caoran berhubungan dengan output berlebihan
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak efektif,
imunodefisiensi
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
5. Intervensi Keperawatan(Nursalam, 2008)
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru
Tujuan
 Menunjukan pola pernafasan efektif, yang dibuktikan oleh pernapasan yang
tidak terganggu
 Menunujukan status pernapasan: ventilasi tidak terganggu, yang dibuktikan
oleh indikator: kedalaman inspirasi dan kemudahan bernapas, ekspansi
dada simetris
 Menunjukan tidak adanya gangguan status pernapasan: ventilasi, yang
dibuktikan oleh indikator: penggunaan otot aksesoris, suara napas
tambahan, ortopnea
Kriteria hasil
 Mempunyai kecepatan dan irama pernapasan dalam batas normal
 Mempunyai fungsi paru dalam batas normal untuk pasien
 Meminta bantuan pernapsan saat dibutuhkan
 Mampu menjelasakan rencana untuk perawatan saat dirumah
Intervensi
 Kaji pola napas pasien
 Berin posisis yang nyaman
 Beri penkes tentang teknik dan latihan napas dalam
 Kolaborasi dengan dokter untuk pengatasan gangguan nafas

19
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output berlebihan
Tujuan
 Kekurangan caira akan teratasi, dibuktikan oleh keseimbangan cairan,
hidrasi yang adekuat
 Keseimbangan cairan akan dicapai, dibuktikan oleh indikator gangguan:
Tekanan darah
Denyut nadi radial
Nadi perifer
Elektrolit serum
Berat badan stabil
Kriteri hasil
 Memiliki keseimbangan asupan dan haluaran yang seimbang dalam 24 jam
 Menampilkan hidrasi yang baik (membran mukosa lembab, mampu
berkeringat)
 Memiliki asupan cairan oral dan atau intravena yang adekuat
Intervensi
 pantau tanda-tanda vital
 pantau dan catat haluaran output
 memberikan dan memantau cairan dan obat intravena
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
Tujuan
1. Menunjukan status nutri: yang dibuktikan oleh indikator berikut: sangat
menyimpang, menyimpang, cukup menyimpang,sedikit menyimpang, atau tidak
menyimpang dari rentang normal: asupan gizi, asupan makan, asupan cairan,
rasio BB/ TB , energi.
Kriteria hasil
1. Manajemen nutrisi: membantu atau menyediakan asupan makanan dan cairan
dan diet seimbang.
2. Konseling nutrisi: memberi bantuan dengan proses interaktif yang berfokus
pada kebutuhan terhadap modifikasi diet.
3. Penyuluhan: individu: membuat perencanaan, implementasi, dan evaluasi
program penyuluhan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan khusus pasien

20
4. Penyuluhan: program diet: mempersiapkan pasien untuk bener-bener mematuhi
pola diet yang diprogramkan
Intervensi
1. Pantau adanya fokus resiko kenaikan atau penurunan berat badan
2. Kaji perencanaan untuk memperbaiki diet
3. Konseling nutrisi (NIC):Tentukan asupan makanan dan pola makanan
pasien,Fasilitas identifikasi prilaku makan yang akan diubah,Diskusikan
bersama pasien tentang makanan kesukaan dan yang tidak disukai
4. Tentukan berat badan pasien yang ideal
5. Tentukan presentase lemak tubuh pasien yang ideal
Ajarkan pasien untuk menimbang berat badan dalam interval yang sesuai
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak efektif,
imunodefisiensi
Tujuan/kriteria hasil
Contoh menggunakan bahasa NOC
1. Menoleransi aktivitas yang sering dilakikan, yang di buktikan oleh toleransi
aktivitas ketahanan, penghematan energi, kebugaran fisik.
2. Menunjukkan toleransi aktivitas yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut:
siturasi oksigen, saat beraktivitas, frekuensi pernafasan saat beraktivitas
kemampuan untuk berbicara waktu beraktifitas fisik.
Intervensi NIC
1. Terapi aktivitas : memberi anjuran dan tentang aktivitas fisik, kognitif, sosial
dan spiritual.
2. Menegemen energi : mengatur penggunaan energi untuk mengatasi atau
mencegah kelelahan.
3. Melatih aktivitas fisik : mobilitas sendi, menggunakan gerakan tubuh aktif dan
pasif untuk mempertahankan atau memperbaiki fleksibilitas sendi.
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
1. Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri.
2. Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas.
3. Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas

21
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan

Factor resiko infeksi akan hilang, dibuktikan oleh pengendalian resiko komunitas

1) Kriteria hasil NOC


a) Tindakan komunitas : untuk menghilangkan atau membasmi penyebaran
agens infeksius yang berpotensi mengancam kesehatan masyarakat
b) Resistansi alami dan buatan yang bekerja secara tepat terhadap antigen
internal maupun eksternal
c) Tingkat keparahan infeksi dan gejala terkait
d) Tingkat keparahan infeksi dan gejala terkait selama kurun waktu 28 hari
pertama kehidupan
e) Tindakan pribadi untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi
ancaman infeksi
f) Tindakan personal untuk mencegah, menghilangkan, atau mengurangi sikap
yang rentan menimbulkan penyakit menular seksual
g) Tingkat regenerasi sel dan jaringan setelah penutupan luka secara sengaja
h) Tingkat regenerasi sel dan jaringan pada luka terbuka
2) Intervensi (nic)
Aktivitas keperawatan
a) Pantau tanda dan gejala klinis infeksi (misalnya suhu tubuh, denyut jantung,
drainasie, kualitas luka, sekresi, penampilan urine, suhu tubuh, lesi kulit,
dan malaise)
b) Kaji factor resiko yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi
(contoh pada usia lanjut, usia kurang dari 1 tahun, luluh imun, dan
malnutrisi)
c) Pantau hasil tes laboratorium (misal hitung darah lengkap, granulosit
absolut, dan hitung jenis, protein serum, dan albumin)
d) Observasi penampilan praktik personal hygiene sebagai perlindungan
terhadap infeksi

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala
penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Dalam
bahasa Indonesia dapat dialihkatakan sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan.
Acquired : didapat, bukan penyakit keturunan
Immune : sistem kekebalan tubuh
Deficiency : kekurangan
Syndrome : kumpulan gejala-gejala penyakit.
AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang
berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus (HIV). (Suzane C. Smetzler dan
Brenda G.Bare).
B. Saran
1. Pasien
Diharapkan pasien dapat memahami pengertian, penyebab, klasifikasi,
fisiologi dan penatalaksanaan pada HIV/AIDS .
2. Perawat
Diharapkan kepada perawat dapat menggunakan proses keperawatan sebagai
kerangka kerja untuk perawatan pasien dengan HIV/AIDS.

23
DAFTAR PUSTAKA

Doenges. (2009). Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta: EGC.


Nursalam. (2008). Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba
medika.
Yasmine Flores. (2007). Anak dan HIV/AIDS. Jakarta: Jakarta.

24

Anda mungkin juga menyukai