Anda di halaman 1dari 28

KEPERAWATAN ANAK I

Asuhan Keperawatan HIV / AIDS


Pada Anak

Disusun Oleh
: Kelompok 3

1. Amelia Sari

2. Ezra Ledya Sinaga

3.Marya Agustina

4.M.Abdul Karim

5.Nurtri Arbina Oktoviana RG

6.Suvma Ayu Pirli

Dosen Pembimbing : Aguscik 

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2013-1014

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak Page 1


KATA PENGANTAR  

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang

alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Asuhan Keperawatan HIV / AIDS Pada

Anak” 
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan

serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.

Palembang,Mei 2014

Penyusun

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak Page 2


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................... i

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan...................................................................................................................... 4

1.2 Tujuan Makalah.......................................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi AIDS.................................................................................................................................6

2.2 Definisi HIV........................................................................................................................... 6

2.3 Etiologi.................................................................................................................................... 6

2.4 Manifestasi Klinis...........................................................................................................................7


2.5 Patofisiologi.......................................................................................................................................9

2.6 Pathway............................................................................................................................................11

2.7 Komplikasi.........................................................................................................................................12

2.8 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................................................13

2.9 Penatalaksanaan.............................................................................................................................14

ASUHAN KEPERAWATAN HIV / AIDS PADA ANAK

2.10 Pengkajian......................................................................................................................................16

2.11 Diagnosa Keperawatan.........................................................................................................................17

2.12 Intervensi Dan Rasional........................................................................................................................22

BAB III PENUTUP

Kesimpulan Dan Saran..................................................................................................................................26

DaAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................................................. 27

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak Page 3


BAB I 
PENDAHULUAN 
A.   Latar Belakang 

Diperkirakan bahwa, untuk waktu mendatang yang dapat diduga, sedikitnya 500.000
 bayi akan terlahir terinfeksi HIV setiap tahun, kebanyakan dalam negara penghasilan rendah

dengan epidemi generalized . Penularan HIV dari ibu-ke-bayi bertanggung jawab untuk


hampir semua 2,3 juta (1,7-3,5 juta) anak di bawah usia 15 tahun yang diperkirakan hidup
dengan HIV, hampir 90 persen di Afrika sub-Sahara. Diperkirakan bahwa, dari anak tersebut,
780.000 membutuhkan terapi antiretroviral (ART), dan bahwa, pada 2006, 380.000 anak di
 bawah usia 15 tahun meninggal karena alasan terkait AIDS. Walaupun ada peningkatan 40
 persen dalam jumlah anak yang menerima ART pada 2006, hanya 6 persen orang yang
memakai ART secara global adalah anak, sementara 14 persen mereka yang membutuhkan
ART adalah anak. Program nasional yang mampu melaporkan berdasarkan usia menunjukkan
 bahwa sangat sedikit anak yang mendapatkan ART adalah di bawah usia 2 tahun. 

ART dan pengobatan untuk infeksi oportunistik yang terjangkau semakin tersedia
tetapi hal ini memberi sedikit manfaat pada bayi bila mereka tidak dapat didiagnosis secara
dini. Kebanyakan anak yang terinfeksi HIV meninggal di bawah usia 2 tahun dan kurang
lebih 33 persen meninggal di bawah usia 1 tahun [3-5]. Sayangnya menafsirkan hasil dari tes
darah (antibodi) dipakai untuk orang dewasa yang tersedia paling luas adalah sulit untuk bayi
di bawah usia 9-12 bulan. Hasil antibodi-negatif memberi kesan bahwa bayi tidak terinfeksi.
Hasil antibodi-positif tidak memastikan bayi terinfeksi karena antibodi ibu pada anak yang
terlahir oleh ibu terinfkesi HIV dapat ditahan; oleh karena itu, tes virologis adalah cara yang
dibutuhkan untuk mendiagnsosis HIV pada bayi. Penyusuan, walau terkait dengan ketahanan

hidup yang lebih baik, menempatkan bayi dalam risiko tertular HIV selama masa penyusuan,
walau bayi tidak terinfeksi pada awal 

B.   Tujuan Makalah 

1.   Tujuam Umum 

Mahasiswa/mahasiswi dapat membuat asuhan keperawatan pada anak dengan HIV/AIDS  


2.  Tujuan Khusus 
a.  Mahasiswa/mahasiswi mengerti tentang definisi HIV 
 b.  Mahasiswa/mahasiswi mengerti tentang etiologi HIV 

c.   Mahasiswa.mahasiswi mengerti tentang manifestasi klinik HIV 


d.   Mahasiswa/mahasiswi mengerti tentang patofisiologi HIV 

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak Page 4


e.   Mahasiswa/mahasiswi mengerti tentang pemeriksaan HIV 
f.   Mahasiswa/mahasiswa mampu memgkaji pasien HIV 
g.   Mahasiswa/mahasiswi mampu membuat intervensi pada pasien HIV 

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak Page 5


BAB II 
TINJAUAN TEORITIS 
A.   Definisi 

AIDS adalah penyakit yang berat yang ditandai oleh kerusakan imunitas seluler yang
disebabkan oleh retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara keseluruhan dimana kebanyakan

 pasien memerlukan perawatan medis dan keperawatan canggih selama perjalanan penyakit.
(Carolyn, M.H.1996:601) 
AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit
akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi
Human Immunodeficiency virus (HIV). (Mansjoer, 2000:162) 
Jadi HIV adalah infeksi virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah
 putih Infeksi oleh HIV biasanya berakibat pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara
 progresif, menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik dan kanker tertentu (terutama pada
orang dewasa). 

B.   Etiologi 

Penyebab penyakit AIDS adalah HIV yaitu virus yang masuk dalam kelompok
retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan tubuh manusia.
Penyakit ini dapat ditularkan melalui penularan seksual, kontaminasi patogen di dalam darah,
dan penularan masa perinatal. 
1.   faktor risiko untuk tertular HIV pada bayi dan anak adalah : 
a)   bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual, 
 b)   bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan berganti, 

c)    bayi yang lahir dari ibu atau pasangannya penyalahguna obat intravena, 
d)    bayi atau anak yang mendapat transfusi darah atau produk darah berulang, 

e)   anak yang terpapar pada infeksi HIV dari kekerasan seksual (perlakuan salah seksual), dan 

f)   anak remaja dengan hubungan seksual berganti-ganti pasangan. 


2.  Cara Penularan 
Penularan HIV dari ibu kepada bayinya dapat melalui: 
a)  Dari ibu kepada anak dalam kandungannya (antepartum) 
Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan virus tersebut ke bayi yang
dikandungnya. Cara transmisi ini dinamakan juga transmisi secara vertikal. Transmisi dapat

terjadi melalui plasenta (intrauterin) intrapartum, yaitu pada waktu bayi terpapar dengan
darah ibu. 

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak Page 6


 b)  Selama persalinan (intrapartum) 
Selama persalinan bayi dapat tertular darah atau cairan servikovaginal yang
mengandung HIV melalui paparan trakeobronkial atau tertelan pada jalan lahir. 
c)   Bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksi 
Pada ibu yang terinfeksi HIV, ditemukan virus pada cairan vagina 21%, cairan aspirasi

lambung pada bayi yang dilahirkan. Besarnya paparan pada jalan lahir sangat dipengaruhi
dengan adanya kadar HIV pada cairan vagina ibu, cara persalinan, ulkus serviks atau vagina,
 perlukaan dinding vagina, infeksi cairan ketuban, ketuban pecah dini, persalinan prematur,
 penggunaan elektrode pada kepala janin, penggunaan vakum atau forsep, episiotomi dan
rendahnya kadar CD4 pada ibu. 
Ketuban pecah lebih dari 4 jam sebelum persalinan akan meningkatkan resiko
transmisi antepartum sampai dua kali lipat dibandingkan jika ketuban pecah kurang dari 4
 jam sebelum persalinan. 
d)   Bayi tertular melalui pemberian ASI 

Transmisi pasca persalinan sering terjadi melalui pemberian ASI (Air susu ibu). ASI
diketahui banyak mengandung HIV dalam jumlah cukup banyak. Konsentrasi median sel
yang terinfeksi HIV pada ibu yang tenderita HIV adalah 1 per 10 4 sel, partikel virus ini
dapat ditemukan pada componen sel dan non sel ASI. Berbagai factor yang dapat
mempengaruhi resiko tranmisi HIV melalui ASI antara lain mastitis atau luka di puting, lesi
di mucosa mulut bayi, prematuritas dan respon imun bayi. Penularan HIV melalui ASI
diketahui merupakan faktor penting penularan paska persalinan dan meningkatkan resiko
tranmisi dua kali lipat. 

C.   Manifestasi klinik  
Manifestasi klinis infeksi HIV pada anak bervariasi dari asimtomatis sampai penyakit
 berat yang dinamakan AIDS. AIDS pada anak terutama terjadi pada umur muda karena
sebagian besar (>80%) AIDS pada anak akibat transmisi vertikal dari ibu ke anak. Lima
 puluh persen kasus AIDS anak berumur < l tahun dan 82% berumur <3 tahun. Meskipun
demikian ada juga bayi yang terinfeksi HIV secara vertikal belum memperlihatkan gejala
AIDS pada umur 10 tahun. 
Gejala klinis yang terlihat adalah akibat adanya infeksi oleh mikroorganisme yang ada
di lingkungan anak. Oleh karena itu, manifestasinya pun berupa manifestasi nonspesifik

 berupa :
a.  gagal tumbuh 

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak Page 7


 b.   berat badan
menurun,  c. 
anemia, 
d.    panas berulang, 

e.   limfadenopati, dan 
f.   hepatosplenomegali 

Gejala yang menjurus kemungkinan adanya infeksi HIV adalah adanya infeksi
oportunistik, yaitu infeksi dengan kuman, parasit, jamur, atau protozoa yang lazimnya
tidak memberikan penyakit pada anak normal. Karena adanya penurunan fungsi imun,
terutama imunitas selular, maka anak akan menjadi sakit bila terpajan pada organisme
tersebut, yang biasanya lebih lama, lebih berat serta sering berulang. Penyakit tersebut antara
lain kandidiasis mulut yang dapat menyebar ke esofagus, radang paru karena Pneumocystis
carinii, radang paru karena mikobakterium atipik, atau toksoplasmosis otak. Bila anak
terserang Mycobacterium tuberculosis, penyakitnya akan berjalan berat dengan kelainan luas
 pada paru dan otak. Anak sering juga menderita diare berulang. 

Manifestasi klinis lainnya yang sering ditemukan pada anak adalah pneumonia
interstisialis limfositik, yaitu kelainan yang mungkin langsung disebabkan oleh HIV pada
 jaringan paru. Manifestasi klinisnya berupa 
a.  hipoksia, 
 b.  sesak napas, 
c.   jari tabuh, dan 
d.  limfadenopati. 
e.  Secara radiologis terlihat adanya infiltrat retikulonodular difus bilateral, terkadang dengan
adenopati di hilus dan mediastinum. 

Manifestasi klinis yang lebih tragis adalah yang dinamakan ensefalopati kronik yang
mengakibatkan hambatan perkembangan atau kemunduran ketrampilan motorik dan daya
intelektual, sehingga terjadi retardasi mental dan motorik. Ensefalopati dapat merupakan
manifestasi primer infeksi HIV. Otak menjadi atrofi dengan pelebaran ventrikel dan
kadangkala terdapat kalsifikasi. Antigen HIV dapat ditemukan pada jaringan susunan saraf
 pusat atau cairan serebrospinal.

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak Page 8


Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak Page 9
PUSAT UNTUK KLASIFIKASI CONTROL PENYAKIT INFEKSI HIV PADA
ANAK  

Kelas P-O: infeksi intermediate 

Bayi <15 bulan yang lahir dari ibu yang terinfeksi tetapi tanpa tanda infeksi HIV 

Kelas P-1: infeksi asimtomatik  

Anak yang terbukti terinfeksi, tetapi tampa gejala P-2; mungkin memiliki fungsi
imun normal (P-1A) atau abnormal (P-1B) 

Kelas P-2: infeksi sitomatik  

P-2A: gambaran demam nonspesifik (>2 lebih dari 2 bulan) gagal


 berkembang, limfadenopati, hepatomegali, splenomegali, parotitis, atau diare rekuren
atau persistem yang tidak spesifik. 

P-2B: penyakit neurologi yang progresif  

P-2C: Pneumonitis interstisial limfoid 

P-2D: infeksi oportunistik menjelaskan AIDS, infeksi bakteri rekuren, kandidiasis


oral persisten, stomatitis herpes rekuren, atau zoster multidermatomal. 

P-2E: kanker sekunder, termasuk limfoma non-Hodgkin sel-B atau limforma otak  

P-2F: penyakit end-organ HIV lain (hepatitis, karditis, nefropati, gangguan


hematologi) 

D.   Patofisiologi 

HIV secara khusus menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang
 bekerja sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini, yang mencakup limfosit penolong dengan
 peran kritis dalam mempertahankan responsivitas imun, juga meperlihatkan pengurangan
 bertahap bersamaan dengan perkembangan penyakit. Mekanisme infeksi HIV yang
menyebabkan penurunan sel CD4. 
HIV secara istimewa menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang

 bekerja sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini, yang mencakup linfosit penolong dengan

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak Page 10


 peran kritis dalam mempertahankan responsivitas imun, juga memperlihatkan pengurangan
 bertahap bersamaan dengan perkembangan penyakit. 
Mekanisme infeksi HIV yang menyebabkan penurunan sel CD4 ini tidak pasti,
meskipun kemungkinan mencakup infeksi litik sel CD4 itu sendiri; induksi apoptosis melalui
antigen viral, yang dapat bekerja sebagai superantigen; penghancuran sel yang terinfeksi

melalui mekanisme imun antiviral penjamu dan kematian atau disfungsi precursor limfosit
atau sel asesorius pada timus dan kelenjar getah bening. HIV dapat menginfeksi jenis sel
selain limfosit. 
Infeksi HIV pada monosit, tidak seperti infeksi pada limfosit CD4, tidak
menyebabkan kematian sel. Monosit yang terinfeksi dapat berperang sebagai reservoir virus
laten tetapi tidak dapat diinduksi, dan dapat membawa virus ke organ, terutama otak, dan
menetap di otak. Percobaan hibridisasi memperlihatkan asam nukleat viral pada sel-sel
kromafin mukosa usus, epitel glomerular dan tubular dan astroglia. Pada jaringan janin,
 pemulihan virus yang paling konsisten adalah dari otak, hati, dan paru. Patologi terkait HIV

melibatkan banyak organ, meskipun sering sulit untuk mengetahui apakah kerusakan
terutama disebabkan oleh infeksi virus local atau komplikasi infeksi lain atau autoimun.  
Infeksi HIV biasanya secara klinis tidak bergejala saat terakhir, meskipun “ priode
inkubasi “  atau interval sebelum muncul gejala infeksi HIV, secara umum lebih singkat pada
infeksi perinatal dibandingkan pada infeksi HIV dewasa. Selama fase ini, gangguan regulasi
imun sering tampak pada saat tes, terutama berkenaan dengan fungsi sel B;
hipergameglobulinemia dengan produksi antibody nonfungsional lebih universal diantara
anak-anak yang terinfeksi HIV dari pada dewasa, sering meningkat pada usia 3 sampai 6
 bulan. 

Ketidakmampuan untuk berespon terhadap antigen baru ini dengan produksi


imunoglobulin secara klinis mempengaruhi bayi tanpa pajanan antigen sebelumnya,
 berperang pada infeksi dan keparahan infeksi bakteri yang lebih berat pada infeksi HIV
 pediatrik. Deplesi limfosit CD4 sering merupakan temuan lanjutan, dan mungkin tidak
 berkorelasi dengan status simtomatik. Bayi dan anak-anak dengan infeksi HIV sering
memiliki jumlah limfosit yang normal, dan 15% pasien dengan AIDS periatrik mungkin
memiliki resiko limfosit CD4 terhadap CD8 yang normal. Panjamu yang berkembang untuk
 beberapa alasan menderita imunopatologi yang berbeda dengan dewasa, dan kerentanan
 perkembangan system saraf pusat menerangkan frekuensi relatif ensefalopati yang terjadi

 pada infeksi HIV anak. 

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak Page 11


.  Pathway 

Kuman men eluarkan endotoksin


Etiologi ( retro virus )

Penurunan sel merangsang zat pirogen oleh

Cd4Kandidiasi
s Invasi virus Melepas zat prostglandiN E2

ke dlm tubuh 
Menfinfeksi bronkus Masuk Ke Sirkulasi
(pirogen leukosi &
 pirogenendokrin) masuk ke sal.gastrointestinal mencapai
hipotalamus 
Aktivitas bronkus berkurang

hipertemi

Penumpukan secret pe gerak peristaltic usus 

Batuk inefektif  
Bersihan jalan nafas tidak efekti

Diare
Intake tidak tidak nafsu
adekuat  makan

Perubahan nutrisi kurang Lemah. lesu 


dari kebutuhan tubuh 

Pengembangan ekspansi paru


sesak nafas

Pola napas tidak efektif

F.   Komplikasi

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak Page 12


1.   Oral Lesi 
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis
Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat
 badan, keletihan dan cacat. Kandidiasis oral ditandai oleh bercak-bercak putih seperti krim
dalam rongga mulut. Jika tidak diobati, kandidiasis oral akan berlanjut mengeni esophagus

dan lambung. Tanda dan gejala yang menyertai mencakup keluhan menelan yang sulit dan
rasa sakit di balik sternum (nyeri retrosternal). 
2.    Neurologik  

a)   ensefalopati HIV atau disebut pula sebagai kompleks dimensia AIDS (ADC; AIDS dementia

complex). Manifestasi dini mencakup gangguan daya ingat, sakit kepala, kesulitan
 berkonsentrasi, konfusi progresif, perlambatan psikomotorik, apatis dan ataksia. stadium
lanjut mencakup gangguan kognitif global, kelambatan dalam respon verbal, gangguan
efektif seperti pandangan yang kosong, hiperefleksi paraparesis spastic, psikosis, halusinasi,
tremor, inkontinensia, dan kematian. 

 b)  Meningitis kriptokokus ditandai oleh gejala seperti demam, sakit kepala, malaise, kaku
kuduk, mual, muntah, perubahan status mental dan kejang-kejang. diagnosis ditegakkan
dengan analisis cairan serebospinal. 
3.  Gastrointestinal 
a)   Wasting syndrome kini diikutsertakan dalam definisi kasus yang diperbarui untuk penyakit

AIDS. Kriteria diagnostiknya mencakup penurunan BB > 10% dari BB awal, diare yang
kronis selama lebih dari 30 hari atau kelemahan yang kronis, dan demam yang kambuhan
atau menetap tanpa adanya penyakit lain yang dapat menjelaskan gejala ini. 
 b)  Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma

Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi. 
c)  Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan
anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis. 
d)  Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat
infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rektal, gatal-gatal dan diare.  
4.  Respirasi 
Pneumocystic Carinii. Gejala napas yang pendek, sesak nafas (dispnea), batuk-batuk, nyeri
dada, hipoksia, keletihan dan demam akan menyertai pelbagi infeksi oportunis, seperti yang
disebabkan oleh Mycobacterium Intracellulare (MAI), cytomegalovirus, virus influenza,

 pneumococcus, dan strongyloides. 


5.  Dermatologik  

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak Page 13


Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi
otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal, rasa terbakar, infeksi sekunder
dan sepsis. Infeksi oportunis seperti herpes zoster dan herpes simpleks akan disertai dengan
 pembentukan vesikel yang nyeri dan merusak integritas kulit. 
moluskum kontangiosum merupakan infeksi virus yang ditandai oleh pembentukan plak

yang disertai deformitas. dermatitis sosoreika akan disertai ruam yang difus, bersisik dengan
indurasi yang mengenai kulit kepala serta wajah.penderita AIDS juga dapat memperlihatkan
folikulitis menyeluruh yang disertai dengan kulit yang kering dan mengelupas atau dengan
dermatitis atopik seperti ekzema dan psoriasis. 
6.  Sensorik  
a)  Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata : retinitis sitomegalovirus
 berefek kebutaan 
 b)  Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek
nyeri yang berhubungan dengan mielopati, meningitis, sitomegalovirus dan reaksi-reaksi

obat. 

G.   Pemeriksaan penunjang 

1.   Tes untuk diagnose infeksi HIV 

Menurut Hidayat (2008) diagnosis HIV dapat tegakkan dengan menguji HIV. Tes ini
meliputi 
a)  ELISA, latex agglutination Penilaian Elisa dan latex agglutination dilakukan untuk
mengidentifikasi adanya infeksi HIV atau tidak, bila dikatakan positif HIV harus dipastikan

dengan tes western blot. 


 b)  Western blot ( positif) 
c)   Tes antigen P 24 ( polymerase chain reaction) atau PCR . Bila pemeriksaan pada kulit, maka

dideteksi dengan tes antibodi (biasanya digunakan pada bayi lahir dengan ibu HIV. (positif
untuk protein virus yang bebas) 
d)   Kultur HIV(positif; kalau dua kali uji-kadar secara berturut-turut mendeteksi enzim reverse

transcriptase atau antigen p24 dengan kadar yang meningkat) 


2.   Tes untuk deteksi gangguan system imun. 

a)  LED (normal namun perlahan-lahan akan mengalami penurunan) 

 b)  CD4 limfosit (menurun; mengalami penurunan kemampuan untuk bereaksi terhadap antigen)  
c)  Rasio CD4/CD8 limfosit (menurun) 

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak Page 14


d)   Serum mikroglobulin B2 (meningkat bersamaan dengan berlanjutnya penyakit). 

e)   Kadar immunoglobulin (meningkat)

H.   Penatalaksanaan

1. Perawatan 
Menurut Hidayat (2008) perawatan pada anak yang terinfeksi HIV antara lain: 
a)  Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat dan mencegah
kemungkinan terjadi infeksi 
 b)  Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta keganasan yang ada. 
c)   Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan dideosinukleotid, yaitu

azidomitidin (AZT) yang dapat menghambat enzim RT dengan berintegrasi ke DNA virus,
sehingga tidak terjadi transkripsi DNA HIV 
d)   Mengatasi dampak psikososial 

e)   Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan penyakit, dan prosedur
yang dilakukan oleh tenaga medis 
f)   Dalam menangani pasien HIV dan AIDS tenaga kesehatan harus selalu memperhatikan
 perlindungan universal (universal precaution)

2.   Pengobatan 

a)  Pengobatan medikamentosa mencakupi pemberian obat-obat profilaksis infeksi oportunistik


yang tingkat morbiditas dan mortalitasnya tinggi. Riset yang luas telah dilakukan dan
menunjukkan kesimpulan rekomendasi pemberian kotrimoksasol pada penderita HIV yang

 berusia kurang dari 12 bulan dan siapapun yang memiliki kadar CD4 < 15% hingga
dipastikan bahaya infeksi pneumonia akibat parasit Pneumocystis jiroveci dihindari.

Pemberian Isoniazid (INH) sebagai profilaksis penyakit TBC pada penderita HIV masih
diperdebatkan. Kalangan yang setuju berpendapat langkah ini bermanfaat untuk menghindari
 penyakit TBC yang berat, dan harus dibuktikan dengan metode diagnosis yang handal.
Kalangan yang menolak menganggap bahwa di negara endemis TBC, kemungkinan infeksi
TBC natural sudah terjadi. Langkah diagnosis perlu dilakukan untuk menetapkan kasus mana
yang memerlukan pengobatan dan yang tidak. 
 b)  Obat profilaksis lain adalah preparat nistatin untuk antikandida, pirimetamin untuk

toksoplasma, preparat sulfa untuk malaria, dan obat lain yang diberikan sesuai kondisi klinis
yang ditemukan pada penderita. 

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak Page 15


c)  Pengobatan penting adalah pemberian antiretrovirus atau ARV. Riset mengenai obat ARV
terjadi sangat pesat, meskipun belum ada yang mampu mengeradikasi virus dalam bentuk
DNA proviral pada stadium dorman di sel CD4 memori. Pengobatan infeksi HIV dan AIDS
sekarang menggunakan paling tidak 3 kelas anti virus, dengan sasaran molekul virus dimana
tidak ada homolog manusia. Obat pertama ditemukan pada tahun 1990, yaitu Azidothymidine

(AZT) suatu analog nukleosid deoksitimidin yang bekerja pada tahap penghambatan kerja
enzim transkriptase riversi. Bila obat ini digunakan sendiri, secara bermakna dapat
mengurangi kadar RNA HIV plasma selama beberapa bulan atau tahun. Biasanya
 progresivitas penyakti HIV tidak dipengaruhi oleh pemakaian AZT, karena pada jangka
 panjang virus HIV berevolusi membentuk mutan yang resisten terhadap obat. 
3.  Pencegahan 
Penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui : 
a)  Saat hamil. Penggunaan antiretroviral selama kehamilan yang bertujuan agar vital load
rendah sehingga jumlah virus yang ada di dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk

menularkan HIV. 
 b)  Saat melahirkan. Penggunaan antiretroviral(Nevirapine) saat persalinan dan bayi baru
dilahirkan dan persalinan sebaiknya dilakukan dengan metode sectio caesar karena terbukti
mengurangi resiko penularan sebanyak 80%. 
c)   Setelah lahir. Informasi yang lengkap kepada ibu tentang resiko dan manfaat ASI 

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak Page 16


BAB III 
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 
A.   Pengkajian 

1.   Idensitas klien meliputi: nama/nama panggilan,tempat tanggal lahir/usia, jenis kelamin,

agama, paendidikan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian.

2.   Identitas penanggungjawab
3.  Keluhan Utama 
Orangtua klien mengeluhkan anaknya batuk- batuk disertai sesak napas. 
4.   Riwayat Kesehatan 

a.   Riwayat Kesehatan Sekarang 

Klien terus batuk  –   batuk sejak satu minggu yang lalu, kemudian dua hari yang lalu mulai
disertai sesak napas.klien juga terkena diare dengan frekuensi BAB cukup tinggi.sejak
semalam klien demam dan di perparah lagi klien tidak mau menyusu, karena itu orang tua
klien membawanya ke rumah sakit. 

b.   Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak 0-5 tahun) 


a)  Prenatal Care 

Pemeriksaan kehamilan 
Keluhan selama hamil
Riwayat terkena sinar tidak ada  Kenaikan berat badan selama hamil  Imunisasi 
 b)   N a t a l 
Tempat melahirkan 

Lama dan jenis persalinan


Penolong persalinan
komplikasi selama persalinan ataupun setelah persalinan (sedikit perdarahan daerah vagina).   c) Post Natal 
Kondisi Bayi : BB lahir.. kg, PB.. cm  Kondisi anak saat lahir: baik/tidak  
Penyakit yang pernah dialami … setelah imunisasi 
Kecelakaan yang pernah dialami: ada/tidak ada  Imunisasi 

Alergi 
Perkembangan anak dibanding saudara-saudara

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak Page 17


5.   Riwayat Kesehatan Keluarga 
Adakah anggota keluarga yang mengidap HIV : missal, ibu. 
6.   Riwayat Imunisasi 

Jenis imunisasi apa saja yang pernah diberikan, waktu pemberian dan reaksi setelah
 pemberian. Missal; imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis. 

7.   Riwayat Tumbuh Kembang 


a)   Tinggi Badan : PB lahir .. cm, PB masuk RS :.. Cm 

b)   Perkembangan tiap tahap ( berapa bulan) 


Berguling, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, senyum kepada orang lain, bicara pertama
kali, berpakaian tanpa bantuan . 
8.   Riwayat Nutrisi 

a.   Pemberian ASI 
1.   Pertama kali di susui : berapa jam setelah lahir  
2.   Cara Pemberian : Setiap Kali menangis dan tanpa menangis 

3.   Lama Pemberin : berapa menit 


4.  Diberikan sampai usia berapa 
b.   Pemberian Susu Formula :missal; SGM 
c.   Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini 
4.  Riwayat Psiko Sosial 
a)   Anak tinggal di mana, keadaan Lingkungan, fasilitas rumah 
b)   Hubungan antar anggota kelurga baik  

c)   Pengasuh anak adalah orang tua, pengasuh,dll 


9.   Riwayat spiritual 

Kegiatan ibadah, tempat ibadah. 


10.   Reaksi Hospitalisasi 

a)  Pengalaman Keluarga tentang Sakit dan rawat inap 


 b)  Pemahaman anak tentang sakit dan rawat Inap 
11.   Aktivitas sehari-hari 

Kaji sebelum sakit dirumah dan selama dirawat dirumah sakit tentang: nutrisi, cairan,
eliminasi, istirahat/tidur, personal hygiene, aktivitas/mobilisasi, rekreasi. 
12.   Pemeriksaan Fisik  

a.   Keadaan umum: composmetis, stupor, semi koma, koma. 

Ekspresi wajah, penampilan ( berpakaian) 


b.   Tanda-tanda vital meliputi: suhu, nadi, pernapasan. Tekanan darah 

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak Page 18


c.   Antropometri meliputi: panjang badan, berat badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala,

lingkar dada, lingkar abdomen. 


d.   Head To Toe 

1)   Kulit : Pucat dan turgor kulit agak buruk  

2)   Kepal dan leher : Normal tidak ada kerontokan rambut, warna hitam dan tidak ada

 peradangan 
3)   Kuku : Jari tabuh 

4)   Mata / penglihatan :Sklera pucat dan nampak kelopak mata cekung 


5)   Hidung :Tidak ada Peradangan, tidak ada reaksi alergi, tidak ada polip, dan fxungsi
 penciuman normal 
6)   Telinga :Bentuk simetris kanan/kiri, tidak ada peradangan, tidak ada perdarahan 
7)   Mulut dan gigi: Terjadi peradangan pada rongga mulut dan mukosa, terjadi Peradangan dan
 perdarahan pada gigi ,gangguan menelan(-), bibir dan mukosa mulut klien nampak kering
dan bibir pecah-pecah. 

8)   Leher: Terjadi peradangan pada eksofagus. 


9)  Dada : dada masih terlihat normal 
10)   Abdomen : Turgor jelek ,tidak ada massa, peristaltik usus meningkat dan perut mules dan

mual. 
11)   Perineum dan genitalia : Pada alat genital terdapat bintik-bintik radang 

12)   Extremitas atas/ bawah : Extremitas atas dan extremitas bawah tonus otot lemah akibat tidak

ada energi karena diare dan proses penyakit. 


e.   Sistem Pernafasan 
-  Hidung : Simetris, pernafasan cuping hidung : ada, secret : ada 

-  Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe di sub
mandibula. 
- Dada :
o Bentuk dada : Normal
o Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan tranversal : 1:1
o Gerakan dada : simetris, tidak terdapat retraksi
o Suara nafas : ronki
o Suara nafas tambahan : ronki
 Tidak ada clubbling finger

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak Page 19


f.   Sistem kardiovaskuler : 
-  Conjungtiva : Tidak anemia, bibir : pucat/cyanosis, arteri carotis : berisi reguler , tekanan
vena jugularis : tidak meninggi
-  Ukuran Jantung : tidak ada pembesaran 
-  Suara jantung : Tidak ada bunyi abnormal 

-  Capillary refilling time > 2 detik  


g.   Sistem pencernaan: 
-  Mulut : terjadi peradangan pada mukosa mulut 
-  Abdomen : distensi abdomen, peristaltic meningkat > 25x/mnt akibat adanya virus yang
menyerang usus 
-  Gaster : nafsu makan menurun, mules, mual muntah, minum normal, 
-  Anus : terdapat bintik dan meradang gatal 
h.   Sistem indra 
1)   Mata : agak cekung 

2)   Hidung : Penciuman kurang baik, 


3)  Telinga: 
-  Keadaan daun telinga : kanal auditorius kurang bersih akibat benyebaran penyakit 
-  Fungsi pendengaran kesan baik  
i.  Sistem Saraf  
1.  Fungsi serebral: 
-  Status mental : Orientasi masih tergantung orang tua 
-  Bicara : - 
-  Kesadaran : Eyes (membuka mata spontan) = 4, motorik (bergerak mengikuti perintah) = 6,

verbal (bicara normal) =


5  2.  Fungsi kranial : 
Saat pemeriksaan tidak ditemukan tanda-tanda kelainan dari Nervus I – Nervus XII. 
3.  Fungsi motorik : Klien nampak lemah, seluruh aktifitasnya dibantu oleh orang tua  
4.  Fungsi sensorik : suhu, nyeri, getaran, posisi, diskriminasi (terkesan terganggu) 
5.   Fungsi cerebellum : Koordinasi, keseimbangan kesan normal 

6.  Refleks : bisip, trisep, patela dan babinski terkesan normal. 


 j.  Sistem Muskulo Skeletal 
1)   Kepala : Betuk kurang baik, sedikit nyeri 

2)   Vertebrae: Tidak ditemukan skoliosis, lordosis, kiposis, ROM pasif, klien malas bergerak,
aktifitas utama klien adalah berbaring di tempat tidur. 

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak Page 20


3)   Lutut : tidak bengkak, tidak kaku, gerakan aktif, kemampuan jalan baik  

4)  Tangan tidak bengkak, gerakan dan ROM aktif  


k.   Sistem integumen 
-  warna kulit pucat dan terdapat bintik-bintik dengan gatal, turgor menurun > 2 dt, 
-  suhu meningkat 39 derajat celsius, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill

time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal. 


l.   Sistem endokrin 
-  Kelenjar tiroid tidak nampak, teraba tidak ada pembesaran 
-  Suhu tubuh tidak tetap, keringat normal, 
-  Tidak ada riwayat diabetes 
m.  Sistem Perkemihan 

-  Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam), frekuensi berkurang. 
-  Tidak ditemukan odema 
-  Tidak ditemukan adanya nokturia, disuria , dan kencing batu 

n.   Sistem Reproduksi 
Alat genetalia termasuk glans penis dan orificium uretra eksterna merah dan gatal 
o.   Sistem Imun 

-  Klien tidak ada riwayat alergi 


-  Imunisasi lengkap 
-  Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca tidak ada 
-  Riwayat transfusi darah ada/tidak ada 
B.   Diagnosa Keperawatan 

1.   Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret 

2.   Pola napas tidk efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru 


3.   Hipertermi berhubungan dengan pelepasan pyrogen dari hipotalamus sekunder terhadap
reaksi antigen dan antibody 
4.   Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pemasukan dan pengeluaran sekunder
karena kehilangan nafsu makan dan diare 
5.   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekambuhan penyakit,
diare, kehilangan nafsu makan, kandidiasis oral.

C.   Intervensi Keperawatan 

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak Page 21


No  Dx. Kep  Tujuan dan  Intervensi  Rasional 
criteria hasil 
1 Bersihan jalan Tupan: 1.   Auskultasi area Penurunan aliran
nafas tidak Jalan nafas kembali  paru,catat area
udara terjadi pada
efektif efektif/normal  penurunan/tidak
area konsolidasi
 berhubungan Tupen : setelah ada aliran udara dengan cairan.
dengan dilakukan tindakan dan bunyi napas
akumulasi selama 1x24 jam anak adventisius
secret menunjukan yang 2.   kaji ulang tanda-
Pernapasan dangkal
efektif dengan criteria tanda vital (irama
dan gerakan dada
hasil: dan frekuensi,
tidak simetris terjadi
Mempertahankan serta gerakan
karena
kepatenan jalan napas dinding dada)
ketidaknyaman
dengan bunyi napas
gerakan dinding
 bersih/jelas. dada.
Klien merasa nyaman
ketika bernapas 3.   Bantu pasien
 Napas dalam
Tidak ada sekret latihan napas
memudahkan
sering.
ekspansi maksimum
 paru/jalan napas
lebih kecil

4.   Penghisapan
Merangsang batuk
sesuai indikasi
atau pembersihan
 jalan napas secara
mekanik

5.   Berikan cairan
Cairan (khususnya
sedikitnya 2500
yang hangat)
ml/hari (kecuali
memobilisasi dan
kontraindikasi)
mengeluar-kan
secret

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak Page 22


6. berikan obat yang
alat untuk
dapat meningkatkan
menurunkan spasme
efektifnya jalan
 bronkhus dengan
nafas (seperti
memobilisasi sekret.
 bronchodilator

2.  Pola Tupan : pola napas 1.   Kaji frekuensi Kecepatan biasanya


napas tidak kembali efektif kedalaman meningkat.
efektif Tupen : setelah  pernapasandan
 berhubungan dilakukan tindakan ekpansi paru.
dengan selama 2x24 jam pola 2.   Catat upaya Dispnue dan terjadi
 penurunan napas kembali norma  pernapasa  peningkatan kerja
ekspansi paru l, dengan criteria nafas.
hasil:
klien Menunjukan 3.   Auskuttsi bunyi Bunyi nafas

 pola nafas efektif napas dan catat menurun / tidak ada


dengan frekuensi dan adanya bunyi  bila jalan nafas
kedalaman dalam seperti ronkhi. obstruktif sekunder
rentang normal terhadap
klien mengatakan  pendarahan.
tidak sesak lagi.

4.   Tinggikan kepala Duduk tinggi


dan bantu memungkinkan

mengubah posisi. ekspansi paru


memudahkan
 pernafasan.

5.   Observasi pola Kongesti alveolar

 batuk dan mengakibatkan

karaktrer secret.  batuk kering / iritasi.

Memaksimalkan
6.   Berkan oksigen

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak Page 23


tambahan bernafas dan
menurunkan kerja
nafas.

3  Hipertermi
Tupan : suhu tubuh 1.   Pertahankan Lingkungan yang
 berhubungan lingkungan
klien kembali normal sejuk membantu
dengan sejuk, dengan
Tupen : setelah menurunkan suhu
 pelepasan menggunakan
dilakukan tindakan tubuh dengan cara
 pyrogen dari  piyama dan
selama 1x24 jam suhu radiasi.
hipotalamus selimut yang
tubuh menurun
sekunder tidak tebal.
dengan criteria;
terhadap reaksi
Anak akan
antigen dan
mempertahankan
antibody 2.   Pantau suhu
suhu tubuh yang Peningkatan suhu
normal tubuh anak secara tiba-tiba akan
Klien mampu setiap 1-2 jam, mengakibat an
menunjukkan TTV  bila terjadi kejang.
yang normal :  peningkatan
suhu 36’50C, secara tiba-tiba.
 Nadi : 80x/m,
P : 20x / m dn 3. Beri Antimikroba
TD : 110/80 mmHg antimikroba/anti mungkin disarankan
 biotik jika untuk mengobati
disaranka. organisme penyebab.

4.   Berikan
Kompres hangat
kompres
efektif mendingin-
dengan suhu 37
kan tubuh melalui
oC
cara konduksi
 pada anak
Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak Page 24
5.   Kolaboratif
Antipiretik seperti
Beri antipiretik asetaminofen
sesuai petunjuk (Tylenol), efektif
menurunkan demam

4 Kekurangan Tupan: keseimbangan 1. Ukur dan catat Dokumentasi yang


volume cairan  pemasukan dan akurat akan

cairan tubuh adekuat  pengeluaran. Tinjau membantu dalam


 berhubungan Tupen : ulang catatan intra mengidentifikasi
dengansekunde setelah dilakukan operasi.  pengeluaran cairan.
r karena tindakan selama 1x24
kehilangan  jam kebutuhan cairan 2. Pantau tanda- Hipotensi,
nafsu makan dapat terpenuhi tanda vital. takikardia,

dan diare dengan criteria:  peningkatan


Tidak ada tanda-tanda  pernapasan
dehidrasi.
turgor kulit normal, 3.   Letakkan Mengindikasikan
pasien
membran mukosa kekurangan cairan.
 pada posisi yang
lembab Elevasi kepala dan
sesuai, tergantung
dan pengeluaran urine  posisi miring akan
 pada kekuatan
yan sekunder mencegah terjadinya
 pernapasan.
aspirasi dari muntah.

Kulit yang dingin/


4. Pantau suhu kulit,
lembab, denyut yang
 palpasi denyut
lema.
 perifer.
Mengindikasikan
Kolaborasi, berikan
 penurunan Sirkulasi
cairan parenteral,
 perifer. 
 produksi darah dan
Gantikan kehilangan
atau plasma
cairan yang telah
ekspander.
didokumen-tasikan

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak Page 25


5  Perubahan Tupan: Pasien 1.   Berikan makanan Untuk memenuhi
nutrisi kurang mendapatkan nutrisi dan kudapan kebutuhan tubuh
dari kebutuhan yang Optimal tinggi kalori dan

tubuh Tupen: setelah  protein.


 berhubungan dilakukan tindakan 2.   Beri makanan Untuk mendorong

dengankekamb selama 1x24 jam yang disukai agar anak mau


uhan penyakit, kebutuhan nutrisi makan
anak
diare, klien terpenuhi.
kehilangan dengan kriteria hasil: Untuk
nafsu makan, anak mengkonsumsi 3.   Perkaya makanan memaksimalkan
kandidiasis  jumlah nutrien yang dengan suplemen kualitas asupan
oral cukup nutrisi. makanan
 Nafsu menyusu
meningkat Ketika anak mau
4.   Berikan makanan
BB meningkat atau makan adalah
ketika anak
normal sesuai umur kesempatan yang
sedang mau
 berharga bagi
makan dengan
 perawat maupun
 baik
orang tua.

Dapat menarik

5.   Gunakan minat anak untuk

kreativitas untuk makan dan

mendorong anak. menghabis-kan porsi


makanan

Pemantauan berat

6.   Pantau berat  badan dilakukan

 badan dan sehingga intervensi

Pertumbuha terpenuhi
Untuk mengobati

Kolaboratif : obat kandidiasis oral

anti jamur sesuai


instruksi

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak Page 26


BAB IV 
PENUTUP 

A.   Kesimpulan 

AIDS adalah penyakit yang berat yang ditandai oleh kerusakan imunitas seluler yang
disebabkan oleh retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara keseluruhan dimana kebanyakan
 pasien memerlukan perawatan medis dan keperawatan canggih selama perjalanan penyakit.
(Carolyn, M.H.1996:601) 
Penyebab penyakit AIDS adalah HIV yaitu virus yang masuk dalam kelompok retrovirus
yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan tubuh manusia. Penyakit ini
dapat ditularkan melalui penularan seksual, kontaminasi patogen di dalam darah, dan

 
 penularan masa perinatal. Manifestasi klinis lainnya yang sering ditemukan pada anak

adalah pneumonia interstisialis limfositik, yaitu kelainan yang mungkin langsung disebabkan
oleh HIV pada jaringan paru. 
Komplikasi Oral Lesi: Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,
dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat. Pemeriksaan peniunjang seperti; Tes
untuk diagnose infeksi HIV 
1.  ELISA, latex agglutination 
2.  Western blot ( positif) 
3.  Tes antigen P 24 ( polymerase chain reaction) atau
PCR   4.  Kultur HIV 
B.   Saran 
1.   Memberikan support kepada penderita HIV agar tidak putus asa dalam menjalani hidup. 

2.  Mencegah penyebaran HIV dengan pemeriksakan kesehatan anda dan anak secara rutin. 
3.  Dan kita sebagai perawat terus memberikan asuhan keperawatan kepada penderita agar cepat
sembuh dalam pengobatan

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak Page 27


Daftar Pustaka

Carpenito, Lynda Juall. 2006. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000,  Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan
 Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S,
EGC, Jakarta

Kuswayan. 2009. Apa itu HIV/AIDS?. http://www.kswann.com/WhatisHIVAIDS.pdf.  Lamongan, 10


Desember 2010. 13.00 WIB (access online)

Yati, Ida. 2010. AIDS pada ibu hamil.  http://www.docstoc.com/docs/. Lamongan, 10 Desember 2010.


13.10 WIB (access online)

Administrator. 2010.  Pencegahan dan Penatalaksanaan Infeksi HIV (AIDS) pada kehamilan.
http://www.mkb-online.org/. Lamongan, 10 Desember 2010. 13.30 WIB (access online)

Asuhan Keperawatan HIV AIDS pada Anak Page 28

Anda mungkin juga menyukai